PENGARUH LAMA PEREBUSAN DAN LEVEL PEMBERIAN PAPAIN KOMERSIAL TERHADAP RENDEMEN DAN AROMA TAHU SUSU
|
|
- Utami Devi Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH LAMA PEREBUSAN DAN LEVEL PEMBERIAN PAPAIN KOMERSIAL TERHADAP RENDEMEN DAN AROMA TAHU SUSU (EFFECTS OF BOILING TIME AND PAPAIN COMMERCIAL LEVEL ON THE YIELD AND MILK TOFU AROMA) Indri Firmanita Dewi, R. Singgih Sugeng Santosadan Samsu Wasito Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto ABSTRAK Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 3 sampai 11 Februari 2013 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh lama perebusan, level papain komersial dan interaksinya terhadap rendemen dan aroma tahu susu. Materi penelitian yang digunakan adalah susu layu 64 liter dan enzim papain sebanyak gram. Metode penelitian adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola dasar faktorial 2 x 3 untuk rendemen dan untuk uji aroma menggunakan faktorial 2x3 dengan pola dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang diberikan adalah faktor pertama lama perebusan (S) yaitu S 1 = 15 menit dan S 2 = 30 menit, sedangkan faktor kedua level papain (P) yaitu P 1 = level papain 15 g/l susu, P 2 = level papain 30 g/l susu dan P 3 = level papain 45 g/l susu. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa lama perebusan, level papain dan interaksi antara lama perebusan dengan level papain pada pembuatan tahu susu berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap rendemen dan aroma tahu susu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah lama perebusan dan level papain terbaik masing-masing adalah 15 menit dan 30 g/l susu. Kata kunci : Tahu susu, rendemen, aroma, level papain, lama perebusan ABSTRACT The Experiment was conducted from February, 3 th until 11 rd 2013 at the Laboratory of Animal Products Technology Faculty of Animal Science, JenderalSoedirman University Purwokerto. The purpose of the research were to determine the effect of boiling time, effect of level commercial papainand its interaction on yield and milk tofu aroma.sixty four litters of milk has stored for 8 hours and 1,26gramscommercial papain was used in this research. The research was done experimentally using Completely Randomized Design (CRD) with factorial pattern 2x3 for yield and aroma test using Randomized Complete Block Design (RCBD) with factorial pattern 2x3. First factor were boiling times ( = 15 minutes and = 30 minutes) and second factor were the level papain commercial ( = 15 g/l, = 30 g/l and = 45 g/l). Data were analyzed using analysis of variance.the results showed that boiling time, papain commercial level and interaction boiling time with papain commercial level have not significant (P>0,05) effect on yield and flavour of milk tofu.the conclusion of this reserch the best boiling time and papain commercial levelis 15 minutes and 30 grams, respectively. Keyword : Milk tofu aroma, yield, papain commercial level, boiling time 842
2 PENDAHULUAN Susu dapat dikatakan sebagai produk yang mendekati sempurna untuk makanan bagi manusia. Susu mengandung bahan pangan yang dibutuhkan oleh tubuh yaitu air, lemak, protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Kadar zat gizi tersebut dalam perbandingan yang sempurna dan mudah dicerna oleh tubuh sehingga susu merupakan salah satu bahan makanan yang penting untuk manusia (Rokhayati, 2011). Berdasarkan susunan zat tersebut menyebabkan susu merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme sehingga mudah rusak (Habibah, 2011). Upaya untuk mengatasinya dengan cara pengolahan susu menjadi bahan makanan lain seperti tahu susu selain dapat mengawetkan susu juga menunjang program penganekaragaman pangan dalam bentuk olahan yang sudah memasyarakat (Priyono, 1993). Tahu susu dapat diperoleh dengan cara menggumpalkan protein yang terdapat di dalam susu. Penggumpalan susu dalam proses pembuatan tahu susu dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan asam atau enzim proteolitik serta dapat dipercepat dengan perebusan (Rokhayati, 2011). Enzim proteolitik yang biasa digunakan rennet, renin dan papain (Miskiyah dkk., 2011). Proses pembuatantahususumeliputi proses pasteurisasi, penambahanbahan penggumpal, pemansan 90 0 C, penyaringan, pengepresan dan pengukusan (Haryanto, 1991).Pengukusan bertujuan untuk memanaskan adonan sehingga menghasilkan struktur tahu susu yang baik (Farhan, 2003). Suhu optimal aktivitas papain yaitu C dengan ph optimum 5-7 (Kusumadjaja dan Dewi, 2005). Enzim papain pada umumnya peka terhadap kondisi panas terutama pada rentangan suhu diatas aktivitasnya. Papain mempunyai daya tahan panas lebih tinggi dari enzim lain. Keaktifan enzim papain hanya menurun 20% pada pemanasan 70 0 C selama 30 menit pada ph 7,0(Winarno,1983). HasilpenelitianRahmawati (1993) menggunakan dosis enzim papain dari 17, 22 dan 27 g/l susu tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen dan aroma tahu susu. Proses pembuatan tahu susu sangat dipengaruhi oleh lama perebusan dan pemberian level papain.berdasarkanhaltersebut, makapenelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah lama perebusan dan level pemberian enzim papain yang berbeda mempengaruhi rendemen dan aroma tahu susu. METODE Materi penelitian yang digunakan adalah susu layu 8 jam sebanyak 64 liter dan level papain sebanyak 1260 gram. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat untuk membuat tahu susu, timbangan analitik dan panelisagakterlatihsebanyak16 orang. Metode penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)pola faktorial 2x3. Penelitian menggunakan 2 perlakuan.perlakuan pertamalama perebusan ( =15 menit dan =30 menit) dan perlakuan kedualevel papain ( =15 g/l susu, =30 g/l susu dan =45 g/l susu) masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Peubah yang diamatiadalah rendemen dan aroma. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Variansi. Apabila perlakuan berpengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji ortogonal polynomial (Steel and Torrie, 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen Tahu Susu Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama perebusan dan level pemberian papain komersial berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap rendemen tahu susu, begitu juga dengan interaksi antara lama perebusan dan pemberian level papain (P>0.05). Hal ini diduga pada proses perebusan dilakukan di bawah titik didih susu, sehingga nilai nutrisi, 843
3 konsistensi tidak berubah dan rendemen yang dihasilkan relatif sama. Hasil rataan rendemen tahu susu pada penelitian ini diperoleh 12,4%, hal ini sesuai dengan pendapat Priyono (1993) yang menyatakan bahwa hasil rataan rendemen sebesar 12,55% meskipun menggunakankoagulan asam cuka. Hasil rendemen tahu susu secara lengkap tertera pada Tabel 1. Tabel 1 Rataan Rendemen Tahu Susu Berdasarkan Lama Perebusan dan Level Pemberian Papain terhadap Rendemen Tahu Susu (Persen) Perlakuan P 1 P 2 P 3 Rataan SD S 1 12,850 11,218 13,140 12,403 b 3,171 S 2 10,418 14,463 12,360 12,413 b 3,563 Rataan 11,634 a 12,840 a 12,750 a 12,408 SD 2,888 3,625 3,639 Keterangan : superskrip yang sama pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Lama perebusan 15 menit (S 1 ) dan 30 menit (S 2 ) menghasilkan rendemen tahu susu yang relatif sama. Menurut Harmayani dkk. (2009) penggumpalan merupakan tahapan proses yang paling penting karena adanya korelasi yang kompleks pada variabel kimia (total padatan, ph dan volume), jumlah dan konsentrasi penggumpal, metode penambahan dan pencampuran serta suhu dan waktu.pemanasan protein dapat mengalami denaturasi, artinya strukturnya berubah dari bentuk ganda yang kuat menjadi kendur dan terbuka sehingga memudahkan bagi enzim untuk menghidrolisis dan memecahkan protein menjadi asam-asam amino. Denaturasi dapat merubah sifat protein menjadi sukar larut dan semakin kental, keadaan ini disebut koagulasi. Menurut Miskiyah dkk. (2011) aktivitas papain ditandai dengan proses pemecahan substrat menjadi produk oleh gugus histidin dan sistein pada sisi aktif enzim. Menurut Kusumadjaja dan Dewi (2005) Penggunaan suhu optimum papain berkisar antara C dan ph optimum antara 5-7, ditambahkan oleh Khoerunnisa dkk. (2002) bahwa suhu aktivitas papain mencapai 70 0 C. Yuniwati dkk. (2008) menyatakan apabila enzim ditambahkan pada suhu yang tidak tepat maka aktivitas enzim dalam reaksi penggumpalan protein menjadi tidak optimal. Pemberian level papain berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap rendemen tahu susu yang dihasilkan, namun pada pemberian level papain 15 g/l susu sudah dapat menggumpalkan protein susu (tetapi masih terdapat sisa protein dalam whey). Penambahan level papain menjadi 30 gram cenderung menggumpalkan protein yang tersisa (hanya sedikit) sehingga tidak mempengaruhi rendemen tahu susu. Hal ini disebabkan proses penggumpalan yang optimal terjadi apabila aktivitas enzim dalam proses penggumpalan tersebut cukup baik. Proses penggumpalan terjadi apabila jumlah enzim memadai untuk reaksi tersebut dan media (susu) untuk aktivitas enzim mencukupi. Yuniwati dkk. (2008) menyatakan apabila jumlah enzim kurang maka aktivitas enzim kurang untuk terjadinya reaksi penggumpalan, sebaliknya jika terlalu banyak enzim yang ditambahkan kemungkinan media yang tersedia tidak memadai dengan kebutuhan aktivitas enzim yang ada, tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian level papain yang berlebihan cenderung menurunkan rendemen tahu susu. Khoerunnisa dkk. (2002) menyatakan apabila semakin tinggi konsentrasi enzim yang ditambahkan maka semakin besar pula kecepatan reaksinya, tetapi pasa batas-batas tertentu hasil hidrolisis yang diperoleh akan konstan dengan meningkatnya enzim dikarenakan enzim sudah tidak efektif. 844
4 Aroma Tahu Susu Aroma mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu produk pangan karena turut menentukan daya terima konsumen terhadap produk tersebut. Menurut Ratnaningtyas (2003) aroma tidak hanya ditentukan oleh satu komponen, tetapi merupakan perpaduan dari bahanbahan pembentuknya. Sunarlim dan Usmiati (2006) menyatakan penilaian citarasa makanan menggunakan indera manusia sebagai alat penilaian dikenal dengan istilah penilaian organoleptik. Berdasarkan uji organoleptik terhadap aroma tahu susu yang dilakukan oleh 16 panelis agak terlatih dengan menggunakan uji skala grafis di peroleh hasil seperti tertera pada Tabel. 2. Tabel 2 Rataan Skala Numerik dan Hedonik Aroma Tahu Susu Aroma Perlakuan Numerik Hedonik S 1 P 1 13,09 Agak Sedap S 1 P 2 12,10 Agak Sedap S 1 P 3 14,07 Agak Sedap S 2 P 1 13,74 Agak Sedap S 2 P 2 14,18 Agak Sedap S 2 P 3 14,46 Sedap Hasil analisis ragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa lama perebusan, pemberian level papain dan interkasi antara lama perebusan dan pemberian level papain berpengaruh tidak nyata terhadap aroma tahu susu yang dihasilkan (P>0.05). Tabel 3 Data Rataan Aroma Tahu Susu berdasarkan Uji Organoleptik Perlakuan P 1 P 2 P 3 Rataan SD S 1 13,091 12,109 14,075 13,092 b 2,992 S 2 13,747 14,181 14,467 14,132 b 2,386 Rataan a 13,145 a 14,272 a SD 3,279 2,332 2,477 Keterangan : superskrip yang sama pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Pemberian enzim papain dari level 15 sampai 45 gram per liter susu menghasilkan aroma tahu susu yang relatif sama sehingga agak sulit dibedakan oleh panelis. Hal ini disebabkan papain diduga tidak mengandung aroma yang spesifik (Saliyah, 1990). Ningsih (1990) dalam Tantono (1993) menyatakan pemberian dosis enzim papain berpengaruh tidak nyata terhadap aroma tahu susu karena enzim papain tidak memiliki bau yang khas sehingga dengan penambahan pemberian enzim dalam pembuatan tahu susu tidak menimbulkan bau yang berbeda. Lama perebusan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap aroma tahu susu yang dihasilkan. Uji organoleptik yang dilakukan menunjukkan bahwa lama perebusan 15 dan 30 menit tidak memberikan aroma yang berbeda terhadap produk tahu susu, namun lama perebusan 30 menit (S2) cenderung menghasilkan aroma agak sedap dibandingkan tahu susu dengan lama perebusan 15 menit (S2) walaupun memberikan hanya sedikit perbedaan. Hal ini disebabkan aroma dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu aroma bahan dasar dan aroma yang timbul dari proses perebusan (Maryam, 2007). Susu mempunyai komponen yang berpengaruh terhadap aroma yaitu kandungan lemaknya (Adnan, 1984), dinyatakan lebih lanjut bahwa 845
5 semakin pendek rantai atom carbon yang dimiliki lemak maka susu mempunyai aroma yang lebih jelas karena lebih mudah menguap. Menurut Trianasih (1993) apabila membran globula lemak rusak, maka butiran lemak yang semula terlindung didalamnya akan mudah mengalami kerusakan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lama perebusan dan level papain yang terbaik pada pembuatan tahu susu masing-masing adalah 15 menit dan 30 g/l susu. DAFTAR PUSTAKA Adnan Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Penerbit Andi Offet. Yogyakarta. 94 hal :1-77 Farhan, E. M. M Kajian Proses Pembuatan Premix Tahu Instan Fungsional Dari Tepung Kedelai Berlemak Penuh (Full Fat Soy Flour) dengan Teknik Aglomerasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor Habibah Pengaruh Lama Pasteurisasi dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Air Susu Sapi Perah Fresien Holstein. BIOSCIENTIAE. Vol : 8. Hal 1-8 Harmayani, E., E.S. Rahayu., T.F. Djaafar., C.A. Sari dan T. Marwati Pemanfaatan Kultur Pediococcus Acidilactici F-11 Penghasil Bakteriosin Sebagai Penggumpal Pada Pembuatan Tahu. J.Pascapanen. Vol 6(1) : Haryanto, B Subsitusi Susu Kedelai pada Pembuatan Tahu Susu dengan Koagulan Asam Cuka. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Khoerunnisa, H.M., Suryahadi dan E. Trisyulianti Pengaruh Penggunaan Papain dalam Meningkatkan Kecernaan Protein Kedelai Secara IN VITRO. Med.Pet. Vol. 25 No. 3 Maryam, S Penentuan Suhu Optimal Air Saat Menggiling Kedelai Untuk Menghasilkan Tahu Berkualitas.Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora. Vol. 1 No.2. Hal : Miskiyah., S. Usmiati dan Mulyorini Pengaruh Enzim Proteolitik dengan Bakteri Asam laktat Probiotik terhadap Karakteristik Dadih Susu Sapi.JITV. Vol. 16 (4) : Ningsih, D Pengaruh Keadaan Air Susu dan Dosis Asam Cuka Terhadap Produk, Kandungan Gizi dan Sifat Organoleptik Tahu Susu. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Priyono, P Sifat Organoleptik dan Jumlah Produk Tahu Susu dengan Jenis dan Dosis Koagulan yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Kusumadjaja, A. P., danr. P. Dewi PenentuanKondisi Optimum Enzim Papain daripepayaburungvarietasjawa.indo. J. Chem. Vol. 5 No.2. Hal : Rahmawati, I Protein dan Rendemen Tahu susu yang dibuat Dari Berbagai Umur Susu dengan Koagulan Papain. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Ratnaningtyas, A Tahu Dari Kacang Non Kedelai; Studi Kasus Kacang Komak. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. 846
6 Rokhayati, A. U PengaruhPenggunaanAsamCukadanSubtitusiSusuKedelaiTerhadapBau TahuSusu.INOVASI. Vol 8(1) : Rosariastuti, R Pengaruh Pasteurisasi Susu dan Lama Penyimpanan terhadap Kerusakan Protein, ph dan Kontaminasi Mikiroorganisma pada Air Susu Sapi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal Soedirman. Saliyah, Papain Sebagai Koagulan Pembuatan Tahu Susu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto Steel, R.G.D., and J. H Torrie Principles and Procedures of Statistics. Terjemahan : Sumantri, B. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sunarlim, R., dan S. Usmiati Sifat Mikrobiologi dan Sensori Dadih Susu Sapi yang Difermentasi Menggunakan Lactobacillus Plantarum dalam Kemasan yang Berbeda. Buletin Peternakan 30(4): Tantono, A Pembuatan Tahu Susu dengan Koagulan Enzim Papain dari Berbagai Umur Susu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Trianasih, B Pengaruh Umur Susu dan Dosis Papain terhadap Produk dan Kandungan Lemak Tahu Susu. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Yuniwati, M., Yusran, dan Rahmadany Pemanfaatan Enzim Papain Sebagai Penggumpal dalam Pembuatan Keju. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi. Yogyakarta. Hal : 131 Winarno, F.G Pangan, Gizi Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 847
PENGARUH LAMA PEMANASAN DAN PEMBERIAN LEVEL PAPAIN TERHADAP KEKENYALAN DAN KESUKAAN TAHU SUSU
PENGARUH LAMA PEMANASAN DAN PEMBERIAN LEVEL PAPAIN TERHADAP KEKENYALAN DAN KESUKAAN TAHU SUSU (INFLUENCE OF HEATING TIME AND PAPAIN LEVEL ON CURD FIRMNESS AND PREFERENCES OF MILK TOFU) Rita Puspitasari,
Lebih terperinciPENGARUH LEVEL EKSTRAK NANAS MASAK DALAM PEMBUATAN TAHU SUSU TERHADAP KADAR PROTEIN DAN RASA TAHU SUSU
PENGARUH LEVEL EKSTRAK NANAS MASAK DALAM PEMBUATAN TAHU SUSU TERHADAP KADAR PROTEIN DAN RASA TAHU SUSU (THE INFLUENCE OF RIPE PINEAPLLE EXTRACT LEVEL IN THE PROCESS OF MAKING MILK TOFU ON PROTEIN CONTENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dangke adalah sebutan keju dari daerah Enrekang, Sulawesi selatan. Merupakan makanan tradisional yang rasanya mirip dengan keju, namun tampilan dan teksturnya mirip
Lebih terperinciWasi Hasta Anindita dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(1): , April 2013
PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TAPIOKA DENGAN TELUR ASIN DAN LAMA PENGUKUSAN PADA PEMBUATAN KERUPUK TELUR TERHADAP DAYA PENGEMBANGAN DAN TINGKAT KERENYAHAN (EFFECT OF TAPIOCA AND SALTED-EGG FLOUR RATIO AND
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian
I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat
Lebih terperinciPENGARUH CARA PEMASAKAN TELUR ASIN AYAM NIAGA PETELUR YANG BERBEDA TERHADAP KADAR GARAM DAN KESUKAAN
PENGARUH CARA PEMASAKAN TELUR ASIN AYAM NIAGA PETELUR YANG BERBEDA TERHADAP KADAR GARAM DAN KESUKAAN (THE EFFECT OF DIFFERENT WAYS OF COOKING SALTED CHICKEN EGG ON SALINITY AND PREFERENCE) Sylvia Indriani
Lebih terperinciKAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG
KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi oleh kapang. Secara umum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing (mamae) yang berasal dari pemerahan pada mamalia dan mengandung lemak, protein, laktosa, serta berbagai jenis vitamin (Susilorini,
Lebih terperinciUJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI
1 UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FITA FINARSIH A 420 100 067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Lebih terperinciM. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract
The Effect of Addition of Tempe Powder on Consumer Acceptance, Protein, and NPN Composition of fish Protein Concentrate Prepared from Pangasius Catfish (Pangasiushypopthalmus) By M. Yogie Nugraha 1), Edison
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia telah banyak mengenal produk pangan fermentasi antara lain yang berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh: AchmadArianto Putra
SKRIPSI KUALITAS MIKROBIOLOGIS ES KRIM YOGHURT (Streptococcus thermophilusdanlactobacillus bulgaricus) DENGAN PENAMBAHAN JUS BUAH NAGA MERAH (Hylocereuspolyhizus) Oleh: AchmadArianto Putra 10981005497
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.
Lebih terperinciYUWIDA KUSUMAWATI A
PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus) SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM PEMBUATAN KECAP DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK NANAS DAN EKSTRAK PEPAYA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Lebih terperinciPEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI
PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FARHANA A420090154 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciUJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI
UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DIAN WIJAYANTI A 420 100 074 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Lebih terperinciPAPER BIOKIMIA PANGAN
PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi
Lebih terperinciTHE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED
THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED Wahyu Andry Novianto, Sarwiyono, and Endang Setyowati Faculty of Animal Husbandry, University
Lebih terperinciPEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU
Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU 1 Taufik Rahman, 2 Agus Triyono 1,2 Balai Besar
Lebih terperinciSUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.
SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut
Lebih terperinciPengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi
Pengaruh dan terhadap Kualitas Daging Sapi Syafrida Rahim 1 Intisari Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi pada tahun 2008. Penelitian bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pemanfaatan enzim protease dalam berbagai industri semakin meningkat. Beberapa industri yang memanfaatkan enzim protease diantaranya industri
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK
PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : ampas padat brem, hidrolisis, H 2 SO 4, gula cair
Karina Novita Dewi. 1211205027. 2017. Pengaruh Konsentrasi H 2 SO 4 dan Waktu Hidrolisis terhadap Karakteristik Gula Cair dari Ampas Padat Produk Brem di Perusahaan Fa. Udiyana di bawah bimbingan Dr. Ir.
Lebih terperinci5.1 Total Bakteri Probiotik
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu dengan prinsip perlakuan ph dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PEMUTARAN MENGGUNAKAN METODE SENTRIFUGASI TERHADAP YIELD, KADAR AIR DAN TOTAL SOLID CONCENTRATED YOGHURT
PENGARUH LAMA PEMUTARAN MENGGUNAKAN METODE SENTRIFUGASI TERHADAP YIELD, KADAR AIR DAN TOTAL SOLID CONCENTRATED YOGHURT (THE EFECT OF CENTRIFUGATION TIME ON YIELD, MOISTURE AND TOTAL SOLID CONTENTS OF CONCENTRATED
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PERENDAMAN KEDELAI DAN JENIS ZAT PENGGUMPAL TERHADAP MUTU TAHU ISMED SUHAIDI
PENGARUH LAMA PERENDAMAN KEDELAI DAN JENIS ZAT PENGGUMPAL TERHADAP MUTU TAHU ISMED SUHAIDI Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Kedelai (Glycine max Merr)
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN SARI TANAMAN SISAL (Agave Sisalana) DALAM PEMBUATAN DADIH DARI SUSU KERBAU MURRAH. Oleh :
PENGARUH PEMBERIAN SARI TANAMAN SISAL (Agave Sisalana) DALAM PEMBUATAN DADIH DARI SUSU KERBAU MURRAH SKRIPSI Oleh : REYMOND GINTING 100306007 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang dikenal oleh masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang dikenal oleh masyarakat Indonesia, yang bermanfaat karena tahan lama serta memiliki kandungan lemak, protein,
Lebih terperinciPENAMBAHAN GULA KELAPA DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KUALITAS SUSU FERMENTASI KACANG MERAH. ( Phaseolus vulgaris L.)
PENAMBAHAN GULA KELAPA DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KUALITAS SUSU FERMENTASI KACANG MERAH (Phaesolus vulgaris L.) ADDITION OF COCONUT SUGAR AND TIME OF FERMENTATION ON QUALITY OF RED BEANS MILK FERMENTED
Lebih terperincimerupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari oleh masyarakat lokal seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan. Penggunaan bahan baku yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk pangan siap santap berupa makanan cair atau berupa bubur instan merupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari oleh masyarakat sekarang. Saat ini produk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah salah satu jenis sereal yang dikonsumsi hampir satu setengah populasi manusia dan kira-kira 95% diproduksi di Asia (Bhattacharjee, dkk., 2002). Terdapat beberapa
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan Penelitian, Kerangka pemikiran, Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TAPIOKA DENGAN TELUR ASIN DAN LAMA PENGUKUSAN PADA PEMBUATAN KERUPUK TELUR TERHADAP KADAR GARAM DAN KESUKAAN RASA
PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TAPIOKA DENGAN TELUR ASIN DAN LAMA PENGUKUSAN PADA PEMBUATAN KERUPUK TELUR TERHADAP KADAR GARAM DAN KESUKAAN RASA (THE EFFECT OF THE RATIO OF TAPIOCA TO SALTED EGGS AND STEAMING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia
Lebih terperinciOPTIMATION OF THE INCUBATION TIME FOR ENZYMATIC PRODUCTION OF COCONUT OIL USING THE FRUIT S LATEX OF Carica papaya L
19 OPTIMATION OF THE INCUBATION TIME FOR ENZYMATIC PRODUCTION OF COCONUT OIL USING THE FRUIT S LATEX OF Carica papaya L Optimasi Waktu Inkubasi pada Proses Pembuatan Minyak Kelapa secara Enzimatik Menggunakan
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI
PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI Susiana Prasetyo S. dan
Lebih terperinciDiterima 2 Pebruari 2017 / Disetujui 16 Pebruari 2017 ABSTRACT
Media Ilmiah Teknologi Pangan (Scientific Journal of Food Technology) Vol. 4, No.1, 01-09, Maret 2017 ISSN : 2407-3814 (print) ISSN : 2477-2739 (ejournal) Kombinasi Berat Beban dan Lama Pengepresan pada
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen, Departemen Pertanian, Cimanggu, Bogor. Waktu
Lebih terperinciHaris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN
BAB VI PEMBAHASAN Dalam praktikum ini yaitu mengisolasi bakteri Propionibacterium dari keju. Keju sendiri merupakan makanan yang dibuat dari dadih susu yang dipisahkan, yang diperoleh dengan penggumpalan
Lebih terperinciPEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS
PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: VANDA FIKOERITRINA WIDYA PRIMERIKA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak sejak dipanen. Bahan pangan mentah, baik tanaman maupun hewan akan mengalami kerusakan melalui serangkaian reaksi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat
Lebih terperinciPENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU
PENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU Paper Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Pangan yang diampu oleh : 1. Mustika Nuramalia Handayani S.TP., M.Pd 2. Dewi Nur Azizah
Lebih terperincimolekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus
Populasi Kultur Starter HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Perhitungan populasi dilakukan untuk mendapatkan kultur starter yang terbaik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pada tahap pendahulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada dinding-dinding alveoli dalam pundi susu hewan yang sedang menyusui anaknya.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar Rataan kandungan protein kasar asal daun singkong pada suhu pelarutan yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan
Lebih terperinciMUTU SENSORI SUSU FERMENTASI PROBIOTIK SELAMA PROSES FERMENTASI MENGGUNAKAN Lactobacillus casei subsp. casei R-68
1 MUTU SENSORI SUSU FERMENTASI PROBIOTIK SELAMA PROSES FERMENTASI MENGGUNAKAN Lactobacillus casei subsp. casei R-68 SENSORIC QUALITY OF PROBIOTIC FERMENTED MILK DURING FERMENTATION PROCESS USING Lactobacillus
Lebih terperinciPEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU
PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU SKRIPSI Oleh : Windi Novitasari NPM. 0333010002 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciPENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama
Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan
Lebih terperinciJurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :
WATER HOLDING CAPACITY (WHC), KADAR PROTEIN, DAN KADAR AIR DENDENG SAPI PADA BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA Water Holding Capacity (WHC),
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Daging Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain
Lebih terperinciISSN (print) : ISSN (electronic): Vol. 2 No. 02 Desember 2017
SIFAT ORGANOLEPTIK TAHU SUSU DENGAN JUMLAH PEMAKAIAN KOAGULAN YANG BERBEDA Dyah Ayu Pradnya Paramitha Program Studi Manajemen Kuliner Politeknik Pariwisata Batam Jl. Gajah Mada The Vitka City Complex,
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PERBANDINGAN SARI MENGKUDU DAN SIRSAK TERHADAP MUTU TABLET EFFERVESCENT
PENGARUH KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PERBANDINGAN SARI MENGKUDU DAN SIRSAK TERHADAP MUTU TABLET EFFERVESCENT SKRIPSI Oleh : DIAN ARYANI 070305023 DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN 2012 1 PENGARUH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan nilai gizi yang sempurna ini
Lebih terperinciPENGARUH DOSIS RENNET YANG BERBEDA TERHADAP KADAR PROTEIN DAN LEMAK KEJU LUNAK SUSU SAPI
PENGARUH DOSIS RENNET YANG BERBEDA TERHADAP KADAR PROTEIN DAN LEMAK KEJU LUNAK SUSU SAPI (EFFECT OF DIFFERENCES RENNET OF PROTEIN AND FAT CONTENT IN SOFT CHEESE OF DAIRY MILK) Army Permainy, Samsu Wasito
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciPengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.
Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 77-81 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower Dede Risnajati Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis
Lebih terperinciPENGGUNAAN IE KULOH SIRA SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL DAN PENGENDAP SUSU KEDELAI. Salmyah *) ABSTRAK
PENGGUNAAN IE KULOH SIRA SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL DAN PENGENDAP SUSU KEDELAI Salmyah *) ABSTRAK Ie kuloh sira merupakan larutan yang diperoleh dari limbah industri garam rakyat. Ie kuloh sira dapat dipakai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging
TDTLA Pedaging HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Penelitian tahap pertama adalah pembuatan tepung daging-tulang leher ayam yang dilakukan sebanyak satu kali proses pembuatan pada waktu yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie basah merupakan produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie (Badan
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENGGILINGAN DAGING KELINCI TERHADAP KEEMPUKAN, KADAR AIR DAN KESUKAAN ROLADE
PENGARUH LAMA PENGGILINGAN DAGING KELINCI TERHADAP KEEMPUKAN, KADAR AIR DAN KESUKAAN ROLADE (THE INFLUENCE TIMES OF RABBIT MEAT MILLING ON SOFTNESS, DRY MEASURE, AND PREFERENCE OF RABBIT MEAT ROLADE) Lely
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada dodol susu kambing mampu meningkatkan kualitas organoleptik, meningkatkan kadar lemak, dan kadar total karbohidrat.
Lebih terperinciSIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM DENGAN PENAMBAHAN JUS WORTEL (Daucus carotal.)
SKRIPSI SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM DENGAN PENAMBAHAN JUS WORTEL (Daucus carotal.) UIN SUSKA RIAU Oleh: Niki Utami 11181203959 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1.
Lebih terperinciPengaruh Fortifikasi Jumlah Konsentrat Protein Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) Yang Berbeda Pada Tahu Terhadap Tingkat Penerimaan Konsumen
Pengaruh Fortifikasi Jumlah Konsentrat Protein Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) Yang Berbeda Pada Tahu Terhadap Tingkat Penerimaan Konsumen By Benny Manullang 1), Syahrul 2) dan N. Ira Sari 2) Abstract
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENGERINGAN KENTANG DAN PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG KENTANG TERHADAP MUTU COOKIES KENTANG
PENGARUH LAMA PENGERINGAN KENTANG DAN PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG KENTANG TERHADAP MUTU COOKIES KENTANG APRILIA S.K.Y. SIMAMORA 080305018 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN GUMPALAN PROTEIN SUSU (CURD) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN GIZI STICK CURD
PENGARUH PENGGUNAAN GUMPALAN PROTEIN SUSU (CURD) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN GIZI STICK CURD Vivi Suzanna Dewi, Rosidah dan Octavianti Paramita TJP, Fakultas Teknik UNNES Abstract : Cheese
Lebih terperinciPENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5
PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5 Teknologi Pengawetan dan Produk Susu Cair (Lanjutan). Pengaruh Pasteurisasi (pemanasan) terhadap sifat fisik dan kimia susu Pemanasan dapat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)
I PENDAHULUAN Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciKualitas dan Potensi Dadih Sebagai Tambahan Pendapatan Peternak Kerbau di Kabupaten Kerinci
Kualitas dan Potensi Dadih Sebagai Tambahan Pendapatan Peternak Kerbau di Kabupaten Kerinci Afriani 1 Intisari Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses produksi dan kualitas dadih serta potensi
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI GULA DAN LAMA INKUBASI TERHADAP MUTU MINUMAN PROBIOTIK SARI UBI JALAR UNGU
PENGARUH KONSENTRASI GULA DAN LAMA INKUBASI TERHADAP MUTU MINUMAN PROBIOTIK SARI UBI JALAR UNGU SKRIPSI OLEH : DESI LYAN SARI SIMANJUNTAK 080305005 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012
PENGARUH PERBANDINGAN BIJI NANGKA DAN AIR DAN KONSENTRASI CARBOXY METHYL CELLULOSE (CMC) TERHADAP MUTU YOGHURT SARI BIJI NANGKA SKRIPSI Oleh: SRI MARLENA KETAREN 080305013/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PROGRAM
Lebih terperinciSIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI
SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi ternak dan pengetahuan peternak semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan produksi ternak dan pengetahuan peternak semakin meningkat dalam pengolahan hasil ternak khususnya pengolahan susu menyebabkan peningkatan produksi susu
Lebih terperinciHaris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN
BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Aging Keju. Keju terbuat dari bahan baku susu, baik susu sapi, kambing, atau kerbau. Proses pembuatannya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sejak dulu, masyarakat Indonesia terbiasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu produk makanan yang sudah popular di masyarakat Indonesia. Sejak dulu, masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi tahu sebagai lauk pauk pendamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenakkan, karena merasa amis, mual dan sebagainya. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini masyarakat Indonesia mengkonsumsi susu untuk memenuhi gizi setiap hari, karena susu mempunyai kandungan gizi tinggi yang diperlukan oleh tubuh. Menurut
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGERINGAN BEKATUL Proses pengeringan bekatul dilakukan dengan pengering rak karena cocok untuk bahan padat, suhu udara dapat dikontrol, dan terdapat sirkulator udara. Kipas
Lebih terperinciKARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA
KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA Muhammad Saeful Afwan 123020103 Pembimbing Utama (Ir. H. Thomas Gozali,
Lebih terperinciPENINGKATAN CITA RASA DAN TEKSTUR YOGHURT DARI SUSU KAMBING DENGAN PENAMBAHAN SARI BUAH MARKISA DAN TERUNG BELANDA SKRIPSI. Oleh:
PENINGKATAN CITA RASA DAN TEKSTUR YOGHURT DARI SUSU KAMBING DENGAN PENAMBAHAN SARI BUAH MARKISA DAN TERUNG BELANDA SKRIPSI Oleh: MEIHOT NAIDA PURBA 050306010 DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk mengkonsumsi makanan yang halal lagi baik dari rizqi yang terdapat di bumi. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman-nya
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoghurt adalah poduk koagulasi susu yang dihasilkan melalui proses fermentasi bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Strepcoccus thermophilus, dengan atau tanpa
Lebih terperinciBalai Penelitian Teniak,P.O. Box 221 Bogor Dinas Petemakan Kotamadya Bogor
SeminarNasional Peternakon dan Veteriner 1998 PENGARUH SUHU DAN MACAM SUSU TERHADAP MUTU YOGHURT SELAMA PENYIMPANAN ABuBAKAR t ' A. BuDi 2, dan H. HARSONO 2 Balai Penelitian Teniak,P.O. Box 221 Bogor 16002
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan
Lebih terperinciSIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115
SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE Ermila Nile, I. Wahyuni *, T. A. Ransaleleh, L. Ch. M. Karisoh Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK Tujuan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciPEMBAHASAN Pengujian Aktivitas Rennet dalam Mengkoagulasikan Susu
PEMBAHASAN Pengujian Aktivitas Rennet dalam Mengkoagulasikan Susu Uji aktivitas rennet menggunakan susu yang telah dipasteurisasi. Pasteurisasi susu digunakan untuk menstandardisasikan kualitas biologi
Lebih terperinci