BAB IV PROSES PENGERJAAN PERAKITAN DAN BIAYA PRODUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PROSES PENGERJAAN PERAKITAN DAN BIAYA PRODUKSI"

Transkripsi

1 BAB IV PROSES PENGERJAAN PERAKITAN DAN BIAYA PRODUKSI 4.1 Pengerjaan Proses pengerjaan adalah urutan langkah pembuatan dari bahan baku sampai membentuk benda kerja yang dikehendaki. Untuk memperoleh hasil yang baik dan waktu yang efisien ditentukan terlebih dahulu urutan proses pengerjaannya. Adapun proses pengerjaan beberapa komponen pada press tool ini adalah sebagai berikut: Pengerjaan Pelat Atas Nama bagian : Pelat atas. Nomor gambar : JKT.ME.TA.P Jumlah Peralatan : 1 buah. : Mesin frais, drilling, kerja bangku, surface grinding. Proses pengerjaan: o o Pengerjaan dengan mesin frais 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran bahan. 2. Menyiapkan mesin frais. 3. Mencekam benda kerja. 4. Mengefrais benda kerja hingga ukuran 451 x 351 x 50 [mm]. Pengerjaan dengan mesin bor ordinat 1. Menyiapkan mesin bor ordinat. 2. Menandai bagian yang akan dikerjakan. 3. Mencekam benda kerja. 4. Membuat lubang tembus secara bertahap Ø 28 mm, kemudian meluaskan dengan boring head hingga Ø 28H7 sebanyak 4 buah untuk lubang bushing. 5. Membuat lubang tembus Ø9 mm untuk lubang baut pengikat punch holder kemudian countersink hingga Ø 16 mm sedalam 10 mm untuk kepala baut sebanyak 4 lubang. 6. Membuat lubang tembus dengan Ø 28,6 mm sedalam sebanyak 1 lubang untuk lubang shank.

2 7. Membuat lubang tembus Ø9 mm kemudian dicountersink Ø 16 mm sedalam 10 mm untuk baut stripper sebanyak 4 lubang. o Pengerjaan dengan alat kerja bangku 1. Menyiapkan peralatan kerja bangku. 2. Mencekam benda kerja yang akan dikerjakan. 3. Menghilangkan bagian yang tajam. 4. Membuat ulir M 30 x 15 untuk lubang shank. 5. Membuat ulir M 8 x 1,5 untuk lubang baut pengikat punch holder. 6. Membuat ulir M 8 x 1,5 untuk lubang baut baut stripper. o Pengerjaan dengan mesin gerinda permukaan 1. Menyiapkan mesin gerinda permukaan. 2. Mencekam benda kerja. 3. Menggerinda seluruh permukaan hingga 450 x 350 x 50 mm. 4. Menghilangkan bagian yang tajam. 5. Memeriksa ukuran Proses Pengerjaan Pillar Nama bagian : Pillar. Nomor gambar : JKT.ME.TA.P Jumlah Peralatan : Empat buah. : Mesin bubut, drilling, kerja bangku, gerinda silinder. Proses pengerjaan: o Pengerjaan dengan mesin bubut 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran bahan. 2. Menyiapkan mesin bubut. 3. Mencekam benda kerja. 4. Menyenter bor secukupnya. 5. Membubut diameter 20 [mm] dengan panjang 100[mm]. 6. Membalik benda kerja, bubut muka dan center bor secukupnya. 7. Membubut diameter 13 [mm] dengan panjang 90 [mm].

3 8. Membubut chamfer 3 x 45º. 9. Menghilangkan bagian yang tajam. o Pengerjaan dengan mesin gerinda silinder 1. Menyiapkan mesin gerinda silinder dan peralatan yang digunakan. 2. Mencekam benda kerja. 3. Menggerinda silinder diameter 13g6 panjang panjang 90 [mm]. 4. Melepas benda kerja. 5. Menghilangkan bagian yang tajam. 6. Memeriksa ukuran Proses Pengerjaan Punch Piercing Nama bagian : Punch Pierching. Nomor gambar : JKT.ME.TA.P Jumlah Peralatan : Satu buah. : Mesin bubut, kerja bangku, silinrdrycal grinding, dapur pemanas. Proses pengerjaan: o Pengerjaan dengan mesin bubut 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran bahan. 2. Menyiapkan mesin bubut. 3. Mencekam benda kerja. 4. Membubut benda kerja hingga ukuran Ø12 x 70[mm]. 5. Membubut benda kerja hingga ukuran Ø6,1 x 60[mm]. 6. Memeriksa ukuran. o Pengerjaan dengan dapur pemanas 1. Menyiapkan peralatan dapur pemanas. 2. Mengatur posisi benda kerja pada dapur pemanas. 3. Menghardening punch dengan suhu dan ditahan selama 30 menit. 4. Mencelupkan punch pada minyak untuk pendinginan. 5. Setelah didinginkan punch dipolishing hingga rata. 6. Diuji kekerasannya, diharapkan kekerasannya HRC.

4 Langkah langkah pengujiannya: Menyiapkan precision Hardness Tester dan perlengkapanya. Memasang landasan benda uji pada dudukannya. Menggerakkan tuas pada posisi 1. Memasang penetrator (diamond pada dudukannya kemudian dikencangkan. Membebani sesuai dengan penetratornya, metode HRC bebannya 150 KP. Meletakkan benda uji pada landasan dan dikencangkan sedikit kemudian memutar cincin (skala untuk HRC). Menggerakkan tuas dari posisi 1, posisi 2, posisi 3 secara perlahan perlahan (merupakan beban awal). Mengatur jam penunjuk (dial) pada posisi nol dengan memutar cincin (dalam skala HRC). Menggerakkan tuas pada posisi 4, ditunggu 15 detik setelah jarum penunjuk diam. Menggerakkan tuas pada posisi 3. Membaca kekerasan punch pada jarum penunjuk sesuai dengan penunjukannya. Mengembalikan tuas pada posisi awal. 7. Melakukan tempering dengan suhu 100 dan ditahan minimal selama 2 jam. 8. Mendinginkan punch pada udara bebas. 9. Setelah didinginkan, punch dipolishing hingga rata. 10. Diuji kekerasannya, diharapkan kekerasannya HRC. o Pengerjaan dengan mesin gerinda permukaan 1. Menyiapkan mesin gerinda permukaan. 2. Mencekam benda kerja. 3. Menggerinda permukaan pada Ø6,1 x 60 menjadi Ø6x Memeriksa ukuran.

5 o Pengerjaan dengan alat kerja bangku 1. Menyiapkan peralatan kerja bangku. 2. Mencekam benda kerja yang akan dikerjakan. 3. Menghilangkan bagian yang tajam. 4. Memeriksa ukuran Proses Pengerjaan Die Nama bagian : Die. Nomor gambar : JKT.ME.TA.P Jumlah Peralatan : Satu buah. :Mesin freis, mesin bor ordinat,mesin EDM, pemanas, peralatan kerja bangku. Proses pengerjaan: o Pengerjaan dengan mesin freis 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran bahan. 2. Menyiapkan mesin freis. 3. Mencekam benda kerja. 4. Mengfreis hingga mencapai ukuran 135 x 60 x 4,5. 5. Memeriksa ukuran. o Pengerjaan dengan Mesin bor ordinat 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran bahan. 2. Menyiapkan mesin bor. 3. Memberi tanda pada bagian yang akan di bor. 4. Mencekam benda kerja. 5. Membuat 4 lubang tembus Ø6,6 [mm] kemudian countersink Ø13 sedalam 8 [mm] untuk baut pengikat die. 6. Membuat 4 lubang tembus Ø6,6 [mm] untuk pin pengikat die dengan pelat bawah. 7. Membuat 4 lubang tembus Ø13 [mm] untuk penmpatan pillar. 8. Membuat 4 lubang Ø6,6 x 13 [mm] untuk baut pengarah. 9. Melepas benda kerja dan menghilangkan bagian yang tajam. o Pengerjaan dengan Mesin EDM

6 1. Menyiapkan mesin EDM dan perlengkapannya. 2. Mencekam benda kerja. 3. Mengatur settingan mesin EDM. 4. Melakukan pemakanan sesuai dengan contour sendok dengan posisi tengkurap. 5. Memerika ukuran. o Pengerjaan dengan dapur pemanas 1. Menyiapkan peralatan dapur pemanas. 2. Mengatur posisi benda kerja pada dapur pemanas. 3. Menghardening dies dengan suhu C dan ditahan selama 30 menit. 4. Mencelupkan dies pada minyak untuk pendinginan. 5. Setelah didinginkan dies dipolishing hingga rata. 6. Diuji kekerasannya, diharapkan kekerasannya HRC. Langkah langkah pengujiannya: Menyiapkan precision Hardness Tester dan perlengkapanya. Memasang landasan benda uji pada dudukannya. Menggerakkan tuas pada posisi 1. Memasang penetrator (diamond pada dudukannya kemudian dikencangkan. Membebani sesuai dengan penetratornya, metode HRC bebannya 150 KP. Meletakkan benda uji pada landasan dan dikencangkan sedikit kemudian memutar cincin (skala untuk HRC). Menggerakkan tuas dari posisi 1, posisi 2, posisi 3 secara perlahan perlahan (merupakan beban awal). Mengatur jam penunjuk (dial) pada posisi nol dengan memutar cincin (dalam skala HRC). Menggerakkan tuas pada posisi 4, ditunggu 15 detik setelah jarum penunjuk diam. Menggerakkan tuas pada posisi 3. Membaca kekerasan dies pada jarum penunjuk sesuai dengan penunjukannya.

7 Mengembalikan tuas pada posisi awal. 7. Melakukan tempering dengan suhu 100 dan ditahan minimal selama 2 jam. 8. Mendinginkan dies pada udara bebas. 9. Setelah didinginkan, dies dipolishing hingga rata. diuji kekerasannya, diharapkan kekerasannya HRC o Pengerjaan dengan perlatan kerja bangku 1. Menyiapkan peralatan kerja bangku. 2. Mencekam benda kerja yang akan dikerjakan. 3. Menghilangkan bagian yang tajam. 4. Memeriksa ukuran Proses Pengerjaan Bushing Nama bagian : Bushing. Nomor gambar : JKT.ME.TA.P Jumlah Peralatan : Empat buah. : Mesin bubut. o Pengerjaan dengan mesin bubut 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran bahan. 2. Menyiapkan peralatan mesin bubut. 3. Membubut benda kerja Ø 40 x Membubut benda kerja Ø 23 x Membuat lubang tembus Ø Proses Pengerjaan Punch Drawing dan Trimming Nama bagian : Punch drawing dan trimming. Nomor gambar : SMG.ME.TA.P Jumlah Peralatan : Satu buah. : Mesin frais, mesin EDM.

8 o Pengerjaan dengan mesin frais 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran bahan. 2. Menyiapkan mesin frais. 3. Mencekam benda kerja. 4. Mengefrais benda kerja hingga ukuran 145 x 110 x 70[mm]. 5. Mengefrais benda kerja hingga ukuran 135 x 100 x 60[mm]. 6. Memeriksa ukuran. o Pengerjaan dengan Mesin EDM 1. Menyiapkan mesin EDM dan perlengkapannya. 2. Mencekam benda kerja. 3. Mengatur settingan mesin EDM. 4. Melakukan pemakanan sesuai dengan contour sendok dengan posisi tengkurap. 5. Memeriksa ukuran. o Pengerjaan dengan dapur pemanas 1. Menyiapkan peralatan dapur pemanas. 2. Mengatur posisi benda kerja pada dapur pemanas. 3. Menghardening punch dengan suhu dan ditahan selama 30 menit. 4. Mencelupkan punch pada minyak untuk pendinginan. 5. Setelah didinginkan punch dipolishing hingga rata. 6. Diuji kekerasannya, diharapkan kekerasannya HRC. Langkah langkah pengujiannya: Menyiapkan precision Hardness Tester dan perlengkapanya. Memasang landasan benda uji pada dudukannya. Menggerakkan tuas pada posisi 1. Memasang penetrator (diamond pada dudukannya kemudian dikencangkan. Membebani sesuai dengan penetratornya, metode HRC bebannya 150 KP. Meletakkan benda uji pada landasan dan dikencangkan sedikit kemudian memutar cincin (skala untuk HRC).

9 Menggerakkan tuas dari posisi 1, posisi 2, posisi 3 secara perlahan perlahan (merupakan beban awal). Mengatur jam penunjuk (dial) pada posisi nol dengan memutar cincin (dalam skala HRC). Menggerakkan tuas pada posisi 4, ditunggu 15 detik setelah jarum penunjuk diam. Menggerakkan tuas pada posisi 3. Membaca kekerasan punch pada jarum penunjuk sesuai dengan penunjukannya. Mengembalikan tuas pada posisi awal. 7. Melakukan tempering dengan suhu dan ditahan minimal selama 2 jam. 8. Mendinginkan punch pada udara bebas. 9. Setelah didinginkan, punch dipolishing hingga rata. 10. Diuji kekerasannya, diharapkan kekerasannya HRC. 4.2.Perlakuan Panas Pada pembuatan press tool ini terdapat beberapa proses perlakuan panas yang dilakukan untuk tujuan tertentu adapun proses-proses tersebut adalah normalizing, hardening dan tempering.adapun suhu proses-proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 4.1 Grafik perlakuan panas.

10 Normalizing Normalizing dilakukan dengan cara memanaskan baja sampai temperatur diatas suhu hardening, kemudian didinginkan secara perlahan-lahan di udara setelah suhu merata. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan material yang mampu dimesin. Hardening Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan baja tersebut sampai daerah austenit (untuk baja Amutit,dengan suhu berkisar C). Setelah mencapai suhu yang ditentukan maka suhu ditahan beberapa saat (tergantung ketebalan benda secara empiris adalah 5 menit setiap ketebalan 1 inchi). Tahap terakhir dari proses ini adalah pendinginan secara mendadak dengan menggunakan media tertentu sesuai dengan jenis benda yang di keraskan. Tempering Tempering adalah proses pemanasan kembali baja yang sudah dikeraskan pada suhu tertentu (untuk baja Amutit, dengan suhu berkisar C selama minimal 2 jam) kemudian didinginkan secara perlahan untuk menghilangkan tegangan yang timbul selama proses pengerasan sehingga didapatkan keuletan atau ketangguhan yang lebih tinggi. Gambar 4.2 Grafik Proses Hardening dan Tempering

11 Keterangan : 1. Stress relieving 2. Preheating stage 3. Hardening 4. Quenching in oil 5. Martempering 220ºC 6. Cleaning 7. Short time tempering at high temperature 8. Long time tempering at low temperatur 9. Cooling in air 10. Cooling in furnace Untuk melakukan suatu proses pengerasan maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mempersiapkan dapur pemanas 2. Panaskan benda kerja pada suhu C untuk pemanasan awal dan temperatur austenisasi pada suhu C (untuk baja Amutit) tahan selama 30 menit (untuk ketebalan material 12 mm) 3. Mencelupkan punch dan die pada minyak untuk pendinginan 4. Punch ditempering pada suhu C ditahan minimal 2 jam 5. Punch didinginkan beberapa saat dengan udara bebas kemudian diuji kekerasannya, diharapkan didapat kekerasan sesuai dengan yang direncanakan (63-66HRC). 6. Mempersiapkan mesin gerinda permukaan, benda kerja digerinda sesuai ukuran yang direncanakan hilangkan sisi tajam pemeriksaan hasil pengerjaan apabila tidak berhasil maka ulangi lagi proses perlakuan panas sampai mendapatkan kekerasan punch yang diinginkan 4.3 Perakitan Perakitan (Assembling) adalah penggabungan bagian atau komponen yang satu dengan yang lain menjadi satu bagian yang utuh sehingga press tool siap untuk dioperasikan.

12 Perakitan dapat dilakukan jika semua bagian dari press tool selesai dikerjakan dan ukuranukurannya telah dipastikan ketepatannya. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan perakitan ini adalah: 1. Sebelum perakitan dilakukan, sebaiknya komponen-komponen yang akan dirakit dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar ketelitian alat dapat terjamin. 2. Dalam perakitan sebaiknya menggunakan alat bantu yang tepat, agar kerusakan alat dapat terhindari. Adapun alat-alat yang dipakai adalah: Palu plastik Mesin press tangan Meja perata Dial indikator Kunci pas Kunci L Minyak pelumas Secara garis besar perakitan press tool ini dibagi kedalam dua bagian, yaitu: Perakitan press tool bagian atas. Perakitan press tool bagian bawah. Perakitan press tool Bagian Atas Perakitan press tool ini meliputi komponen antara lain pelat atas, bushing, shank, pelat penahan, punch holder, plat stripper, punch. a. Perakitan bush dengan plat atas Suaian antara bush dengan lubang yang terdapat pada pelat atas adalah sesuai sesak, sehingga pemasangannya adalah dengan jalan memasukan keempat bush dengan cara dipukul perlahan-lahan dengan menggunakan palu plastik dan selanjutnya ditekan dengan menggunakan mesin press tangan.

13 b. Perakitan punch dengan punch holder Punch dimasukkan kedalam lubang yang terdapat pada punch holder sesuai pada gambar. Karena suaiannya adalah suaian sesak, maka pemasangannya adalah dengan cara memukul perlahan-lahan dengan menggunakan palu plastik dan selanjutnya ditekan dengan menggunakan mesin press tangan. Setelah semua terpasang pada tempatnya, maka dilakukan pengecekan sesuai dengan toleransi yang dicantumkan. c. Perakitan pelat atas, pelat penahan dan punch holder plate Langkah pertama adalah memasukkan pin penepat sebanyak 2 buah ke lubang yang terdapat pada pelat atas. Karena suaian kedua pin adalah suaian sesak, sehingga pemasangannya adalah dengan jalan memasukan kedua pin dengan cara dipukul perlahan-lahan dengan menggunakan palu plastik dan selanjutnya ditekan dengan menggunakan mesin press tangan. Setelah kedua pin terpasang pada punch holder, langkah selanjutnya adalah memasukkan pin lainnya berturut-turut pada lubang pin yang ada pada plat penahan dan punch holder. Dengan sesuaian sliding, diharapkan pemasangannya akan lebih mudah. Agar kedudukan dan posisi ketiga pelat semakin kuat, maka langkah selanjutnya adalah mengikat pelat tersebut dengan menggunakan baut pengikat sebanyak 4 buah dengan jalan memasang baut-baut pengikat tersebut pada lubang-lubang yang tersedia dan dikencangkan dengan menggunakan kunci L. d. Perakitan pelat stripper dengan press tool bagian atas Bagian-bagian ini dirakit dengan menggunakan baut stripper sebanyak 4 buah. Sebelum pemasangan baut tersebut, terlebih dahulu pegas stripper ditempatkan pada pocket yang terdapat pada pelat stripper dan punch holder. Kemudian keempat baut stripper dimasukkan pada lubang yang terdapat pada pelat atas, pelat penahan dan pelat punch holder serta ujungnya dipasang pada ulir yang terdapat pada pelat stripper dan dikencangkan dengan menggunakan kunci L yang sesuai sehingga didapat panjang pegas terpasang sesuai dengan yang direncanakan. e. Perakitan shank dengan pelat atas Setelah perakitan press tool bagian atas terpasang semua, kemudian shank dipasang pada ulir yang terdapat pada plat atas dan dikencangkan dengan menggunakan tangan.

14 Perakitan press tool bagian bawah Perakitan press tool ini meliputi komponen antara lain pelat bawah, pin, die, pillar, pengarah. a. Pemasangan pin penepat pada pelat bawah Langkah pertama adalah memasukkan pin penepat sebanyak dua buah ke lubang yang terdapat pada pelat bawah. Karena suaian kedua pin adalah suaian sesak, sehingga pemasangannya adalah dengan jalan memasukan kedua pin dengan cara dipukul perlahan-lahan dengan menggunakan palu plastik dan selanjutnya ditekan dengan menggunakan mesin press tangan. b. Perakitan pelat bawah, die Setelah kedua pin yang sudah terpasang pada pelat bawah dengan perlahan lahan dimasukkan ke lubang pin yang terdapat pada die. Dengan suaian slidding diharapkan pemasangan lebih mudah. Agar kedudukan dan posisi ketiga pelat semakin kuat, maka langkah selanjutnya adalah mengikat pelat tersebut dengan menggunakan baut pengikat sebanyak 8 buah dengan jalan memasang baut-baut pengikat tersebut pada lubang-lubang yang tersedia dan dikencangkan dengan menggunakan kunci L yang sesuai. c. Perakitan pelat bawah dengan pengarah. Setelah die terpasang pada pelat bawah maka dilakukan perakitan pengarah dengan pelat bawah dengan jalan di baut dan dikencangkan dengan kunci L. d. Perakitan pillar dengan pelat bawah Pemasangan pillar dengan pelat bawah adalah dengan cara memasukkan ujung pillar yang terdapat pada pelat bawah, kemudian dipukul perlahan-lahan dengan menggunakan palu plastik dan selanjutnya ditekan dengan menggunakan mesin press tangan. Hal ini dikarenakan sesuiannya adalah sesak. Selanjutnya agar dalam perakitan dapat tepat, maka perlu diperiksa ke tegak lurusan dengan menggunakan dial indikator. 6. Setelah perakitan press tool bagian atas dan bagian bawah selesai dikerjakan, maka langkah selanjutnya adalah merakit kedua bagian tersebut dengan jalan mengarahkan lubang bushing yang terdapat pada press tool bagian atas hingga pillar tersebut masuk kedalam lubang bushing. Untuk memperlancar perakitan tersebut, maka

15 pillar maupun lubang bushing sebaiknya diolesi minyak pelumas terlebih dahulu. Setelah perakitan selesai dilakukan maka shank dimasukkan kedalam lubang mesin press sehingga siap untuk dioperasikan. 4.4.Perhitungan Biaya Produksi Perhitungan biaya bertujuan untuk mengetahui biaya total yang diperlukan dalam pembuatan press tool. Adapun perhitungan biaya pembuatan press tool mencakup hal hal sebagai berikut: a. Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku adalah biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan press tool, baik komponen standar (bahan jadi) maupun bukan standar. Untuk komponen standar, harganya langsung dapat dicari melalui tabel harga komponen standar. Sedang untuk bahan baku yang tidak standar harus ditentukan massanya dahulu, selanjutnya harganya dapat dicari melalui tabel harga tiap kilogramnya. b. Biaya Pemesinan Adalah biaya yang diperoleh berdasarkan waktu total pemesinan dikalikan biaya sewa mesin tiap satuan waktu (jam). c. Biaya Pengerasan Adalah biaya yang diperlukan untuk proses perlakuan panas. Adapun besarnya biaya tersebut diperoleh dengan mengalikan massa bahan yang akan dikeraskan dengan harga perlakuan panas tiap kilogramnya. d. Biaya Operator Biaya yang diperoleh berdasarkan waktu total pemesinan dikalikan dengan standar upah tiap satuan waktu (jam). e. Biaya Perakitan Biaya yang diperlukan untuk merakit press tool sehingga siap untuk dioperasikan.

16 4.4.1 Perhitungan Biaya Bahan Baku Dalam perhitungan biaya bahan baku untuk bagian-bagian yang tidak standar atau masih mengalami proses pengerjaan, didasarkan pada berat dari tiap-tiap bagian tersebut. Adapun berat dapat dihitung dengan mengalikan volume tiap bagian dengan massa jenis bahan, dimana massa jenis bahan adalah ± 7,85 x 10-6 (kg/mm 3 ). Harga bahan baku yang digunakan adalah: Tabel 4.1 Harga Bahan Baku per Kilogram Bahan Harga / kg (Rp) Amutit ST Kuningan (Survey Pasar) Adapun harga-harga bahan baku yang digunakan dalam perancangan ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.2 Harga bahan baku standar dan tidak standar Nama Komponen Ukuran [mm] Bahan Berat [Kg] Jumlah Harga [Rp] Bushing Ø 65 x 55 Kuningan 14, Die 150 x 70 x 40 Amutit 11, Support Die 250 x 205 x 30 Amutit 16, Pelat atas 500 x 400 x 50 ST

17 Pelat penahan 380 x 200 x 25 ST 37 3, Pelat punch holder 380 x 200 x 45 ST 37 19, Pelat stripper 380 x 200 x 45 ST 37 19, Pelat bawah 460 x 400 x 70 ST Punch piercing1 Ø 15 x 100 Amutit 0, Punch piercing2 Ø 15 x 100 Amutit 0, Punch drawing dan trimming 140 x 120 x 130 Amutit Pillar Ø 60 x 305 ST 37 11, Jumlah total harga bahan baku Harga Bahan Baku Standar Nama Komponen Tipe / Jenis Harga satuan [Rp] Jumlah Harga total [Rp] Harga [Rp] Pegas stripper SCM Baut stripper SCM Baut punch holder SCM Baut pengikat die SCM Pilot Pin DIN Baut pelat pengarah SCM

18 Pin Ejector Spesial K Ejector Spring SCM Shank ST Jumlah total harga (Survey pasar) Perhitungan Biaya Pemesinan Perhitungan biaya pemesinan ini didasari pada lamanya waktu pemesinan dan harga sewa mesin yang dipakai. Perhitungan waktu ini meliputi: a. Waktu Persiapan Waktu persiapan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan mesin dan peralatan penunjang proses pemesinan. Dalam perancangan ini, waktu persiapan ditentukan antara 15 sampai 30 menit. b. Waktu Penggunaan Mesin Secara Langsung Waktu Penggunaan Mesin Secara Langsung yaitu waktu yang digunakan untuk mengoperasikan mesin dari awal sampai akhir proses pengerjaan. Adapun lamanya waktu tersebut berdasarkan pada perhitungan waktu pemesinan secara teoritis. c. Waktu Penggunaaan Mesin Secara Tidak Langsung (non produktif) Waktu Penggunaaan Mesin Secara Tidak Langsung yaitu waktu yang dibutuhkan untuk kelangsungan proses pemesinan, misalnya waktu untuk pemasangan dan pelepasan benda kerja, waktu gerak awalan dan akhiran pahat, waktu setting, waktu untuk pengukuran, dan penandaan. Dalam perancangan ini lamanya waktu tersebut ditentukan sebesar 30% dari waktu pemesinan.

19 Adapun besarnya harga sewa mesin yang berlaku dibengkel bardasarkan Survey pasar sebagai berikut: Tabel 4.3 Tabel Harga Sewa Mesin No Jenis Mesin Harga Sewa/Jam 1 Turning Convensional Rp ,- 2 Milling Convensional Rp , - 3 Surface Grinding Rp , - 4 Silindrical Grinding Rp , - 5 CNC Milling Rp , - 6 CNC Turning Rp , - 7 Bending Rp , - 8 Shearing Rp , - 9 Bor Rp , - 10 Bor Koordinat Rp , - 11 Las Listrik Rp , - / hari 12 Gergaji Pita Rp , - (Survey pasar) 4.5 Perhitungan Waktu Permesinan Lamanya waktu pemesinan yang dibutuhkan meliputi persiapan, waktu pengunaan mesin secara langsung dan waktu penggunaan mesin secara tidak langsung.

20 4.5.1 Waktu Persiapan Waktu persiapan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan mesin dan alat bantu lainnya sebagai penunjang dalam proses pemesinan Waktu Penggunaan Mesin Tidak Langsung Waktu penggunaan mesin tidak langsung yaitu waktu yang dibutuhkan untuk kelangsungan proses pemesinan, misal waktu untuk pemeriksaan, pengukuran, penandaan dan juga untuk pemindahan benda kerja Waktu Penggunaan Mesin Langsung Waktu penggunaan mesin langsung yaitu waktu yang digunakan untuk mengoperasikan mesin dari awal proses pengerjaan hingga akhir pengerjaan. Ada pun lamanya waktu tersebut berdasarkan pada perhitungan waktu pemesinan secara teoritis Waktu Pemesinan Waktu penggunaan mesin langsung yaitu waktu yang digunakan untuk mengoperasikan mesin dari awal proses pengerjaan hingga akhir pengerjaan. Ada pun lamanya waktu tersebut berdasarkan pada perhitungan waktu pemesinan secara teoritis Waktu Kerja Mesin Frais L la l la d Gambar 4.3 Langkah Pengerjaan Mesin Frais Tm = L s

21 d 0.3 d L l L = la + ln + l Keterangan : L = Panjang pemakanan total (mm) la = Langkah awal (mm) Ln = Langkah akhir (mm) l s = Langkah pemakanan (mm) = Kecepatan pemakanan (mm/put) Waktu Kerja Waktu Kerja Mesin Bor Gambar 4.4 Langkah Pengerjaan Mesin Bor Tm =. d. L Sr. Vc.1000 Keterangan : Tm = Waktu pengerjaan (menit) d = Diameter bor (mm) L Sr Vc = Panjang langkah bor (mm) = Pemakanan (mm/put) = Kecepatan potong (mm/menit)

22 Waktu Kerja Mesin Gerinda Permukaan Gambar 4.5 Langkah Pengerjaan Mesin Gerinda permukaan Tm = L. b. x Vc. s Keterangan : L = Panjang langkah batu gerinda ( mm ) b = Lebar langkah batu gerinda x = Jumlah pemotongan Vc = Kecepatan pemotongan ( mm/menit ) s = Kecepatan pemakanan ( mm/putaran ) Waktu Kerja Mesin Gerinda Silindris Batu gerinda Panjang penggerindaan Gambar 4.6 Langkah Pengerjaan Mesin Gerinda Silinder

23 Tm = L. x s. n Keterangan : L x s n = Panjang penggerindaan (mm) = Panjang langkah (mm) = Kecepatan pemakanan (mm/put) = Putaran mesin (rpm) Waktu Pemesinan Mesin EDM Gambar 4.7 Proses Pemakanan pada EDM Penentuan waktu pemesinan mesin EDM adalah : T(min) V M (Bagiasna, Komang, 1982 :27) Keterangan : T = waktu pemesinan [min] V = volume yang akan dikerjakan [mm 3 ] M = Rate Material Removel / RMR [mm 3 /min] = Intensitas arus

24 Table 4.4 Hubungan Elektroda dan Rapat Arus ELEKTRODA RAPAT ARUS Material Polaritas Elektroda Baja Tungsten, karbida Cu (+) Gr (-) 6-10 Gr (-) 6-8 Cu w (+) atau (-) Silumin (+) 2-5 (Bagiasna, Komang, 1982 : 27) Tabel 4.5 Hubungan Frontal & Intensitas Arus Luas permukaan frontal (cm 2 ) Intensitas arus Gr (+) / Gr (-) Cu (+) / Cu w (+) Silumin 0-0,1 1/8 ¼ 1/8 ¼ 0,1-0,25 ¼ -1/2 0,1 0,25 0,25 1 ½ - 1 ½ ½ > (Bagiasna, Komang, 1982 : 29)

25 Gambar 4.8 Penampang Proses EDM untuk Drawing dan Trimming Bentuk frontal dari die yang akan di EDM diasumsikan berbentuk dengan dimensi seperti di atas. Maka : ( a b) Luas frontal = ( h ) 2 (20 48) = (128 ) 2 = 4352 [mm 2 ] = 43,52 [cm 2 ] Kedalaman = 7 [mm] Volume = 4352 x 7 = [mm 3 ] Intensitas arus = 8 Rapat arus = 6 10 dipilih 10 M = 8.10 = 80 [mm 3 /min] T(min) V M T(menit) = / 80 = 380,8 [menit]

26 Pengerjaan dengan mesin bubut Pembubutan memanjang / sisi Gambar 4.9 Pengerjaan Bubut Sisi tm = n = L. x S. n f Vc d ; L = l + la ; ; (Jutz Hermann, 1984:102) Keterangan : tm = Waktu pemesinan (menit) l = Panjang langkah pembubutan (mm) S f = Kecepatan pemakanan n = Putaran mesin bubut x = Banyaknya pemakanan l = Panjang pembubutan la = Jarak awal Vc = Kecepatan potong d = Diameter benda kerja (mm/put) (rpm) (kali) (mm) (mm) (m/menit) (mm) Pembubutan muka / facing Gambar 4.10 Pengerjaan Bubut Muka

27 L tm =. x ; L = 0.5. d + la ; S. n f n = Vc d (Jutz Hermann, 1984:102) Keterangan : tm = Waktu pemesinan (menit) L = Panjang langkah pembubutan (mm) S f = Kecepatan pemakanan (mm/put) n = Putaran mesin bubut (rpm) x = Banyaknya pemakanan (kali) d = Diameter benda kerja (mm) La = Jarak awal (mm) Vc = Kecepatan potong (m/menit) 4.6 Contoh Perhitungan Waktu Permesinan Pada tugas akhir ini proses permesinan dari bagian-bagian komponen cetakan tidak dibahas secara keseluruhan, melainkan dipilih komponen komponen cetakan yang dianggap telah mampu mewakili seluruh proses permesinan yaitu pada proses permesinan pelat atas. Perhitungan waktu permesinan pelat atas - Ukuran plat atas = 457 x 355 x 50 [mm] - Material plat atas = ST 37

28 Urutan langkah proses pemesinan pada pengerjaan plat atas Gambar 4.11 Pelat Atas Waktu Penggunaan Mesin Frais ~ Mempelajari gambar kerja, dan menyiapkan benda kerja (ukuran benda kerja awal diasumsikan 460 x 360 x 70 mm). ~ Mempersiapkan mesin milling dengan pisau Shell-End Mill Ø 60 mm kemudian mencekam benda kerja dan setting nol, diperkirakan memakan waktu 10 menit. ~ Waktu kerja mesin frais pada pelat atas Pembuatan pelat atas Diketahui : Slot Drill = shell end mill Diameter cutter (D) = 60 (mm) Roughing (Vc) = 17 (m/menit) ; S = 100 (mm/menit) (Westerman tables, 1966)

29 Putaran spindle : n = = 1000xVc. xd 1000x17 3,14x60 = 90,23 rpm Putaran yang digunakan pada mesin frais Aciera F4 sebesar 100 rpm Kedalaman pemakanan = 1 (mm) ; Diasumsikan satu kali proses pemakanan. Pemakanan pada permukaan 1 Banyaknya pemakanan (i) = = 6 kali Panjang langkah L = l + 2 d + 2 (Westermann tables, 1966) = = 492 (mm) Waktu pemesinan (tm) = = L. i. x 2 S 492x6 100 x 2 = 59,04 60 menit Pemakanan pada permukaan 2

30 70 Banyaknya pemakanan (i) = 60 = 1,4 kali 2 kali Panjang langkah L = l + 2 d + 2 = = 492 mm Waktu pemesinan (tm) = = L.i S x 2 492x2 100 x 2 Pemakanan pada permukaan 2 70 Banyaknya pemakanan (i) = 60 = 19,68 20 menit = 1,4 kali 2 kali Panjang langkah L = l + 2 d + 2 = = 390 mm Waktu pemesinan (tm) = = L.i S x 2 390x2 100 x 2 = 15,6 16 menit

31 Total waktu roughing = t permukaan1 + t permukaan2 + t permukaan3 = = 96 menit Sehingga untuk waktu pemesinan pada masing masing proses penggunaan mesin frais dirincikan sebagai berikut : 1. Waktu produktif = 96 menit 2. Waktu mempersiapkan mesin = 10 menit 4. Waktu setting nol pahat = 5 menit 5. Waktu pengukuran = 5 menit Jadi waktu total penggunaan mesin frais = 134 menit Waktu Penggunaan Mesin Bor Ordinat Pengeboran dengan Ø 9 mm tembus di 4 tempat, untuk penempatan bushing S Vc L = 0,18 mm/putaran = 18 m/menit = l + 0,3. d = 85 + (0,3 x 9) = 87,7 mm tm =. d. L Sr. Vc.1000 (Westermann tables, 1966) = 3,14x9x87,7 0,18x18x1000 = 0,76 1 menit

32 Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pengeboran 4 lubang adalah 4 menit Pengeboran dengan bor Ø 9 mm di empat tempat, untuk penempatan baut pengikat punch holder S = 0,28 mm/putaran Vc = 26 m/menit L = l + 0,3. d = 85 + (0,3 x 9) = 87,7 mm tm = =. d. L Sr. Vc ,14x9x87,7 0,28x26x1000 = 0,34 1 menit Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pengeboran 4 lubang adalah 4 menit Pengeboran dengan Ø 16 mm (countersinc) sedalam 10 mm, untuk penempatan kepala baut pengikat punch holder S Vc L = 0,28 mm/putaran = 26 m/menit = l + 0,3. d = 10 + (0,3 x 16) = 14,8 mm

33 tm = =. d. L Sr. Vc ,14x16x14,8 0,28x26x1000 = 0,102 menit jadi waktu yang dibutuhkan untuk countersink 4 lubang adalah 1 menit Pengeboran dengan Ø 23, untuk penempatan shank S Vc L = 0,31 mm/putaran = 29 m/menit = l + 0,3. d = 85 + (0,3 x 23) = 91,9 mm tm = =. d. L Sr. Vc ,14x23x91,9 0,31x29x1000 = 0,738 1 menit Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pengeboran 1 lubang adalah 1 menit Sehingga untuk waktu pemesinan pada masing masing proses dirincikan sebagai berikut : Waktu produktif = menit = 10 menit Waktu tidak produktif = 15 menit Jadi total waktu kerja pengeboran adalah 25 menit.

34 4.6.3 Waktu Penggunaan Kerja Bangku Waktu kerja bangku yang dimaksud disini adalah waktu yang diperlukan untuk mengetap lubang yang akan dibuat ulir dan menghilangkan bram, yang merupakan sisa sisa hasil pengerjaan dengan menggunakan mesin. Waktu yang diperlukan untuk proses tersebut diasumsikan maksimal 60 menit Waktu Penggunaan Mesin Gerinda Permukaan Gambar 4.12 Proses Pengerjaan Gerinda Permukaan L B s Vc = 457 mm = 355 mm = 25 mm/langkah = 20 mm/menit Tebal = 1 mm x = 1 0,05 = 20 kali tm = LxBxX Vcx1000xs (Westermann tables, 1966) tm = 457x355x x20x25 = 6,489 7 menit

35 Bagian yang digerinda berjumlah 2 permukaan sehingga waktu permesinannya adalah 14 menit. Sehingga untuk waktu permesinan pada masing masing proses dirincikan sebagai berikut : Waktu produktif = 14 menit Waktu tidak produktif = 15 menit Jadi total waktu penggunaan mesin gerinda permukaan adalah 29 menit Dari perhitungan di atas dapat diketahui jumlah total waktu permesinan yang diperlukan untuk membuat pelat atas Tm total = Tm frais + Tm bor + kerja bangku + Tm gerinda = = 248 menit

36 NAMA Tabel 4.6 Waktu Pemesinan Waktu Kerja Mesin (menit) NO KOMPONEN Jumlah Freis Grinding Bor Kerja EDM bubut Bangku 1 Plat atas Plat penahan Plat Punch holder Plat stripper Punch pierching Punch drawing & Trimming Dies Plat bawah Pillar Bushing Jumlah Dengan melihat tabel diatas, maka besarnya biaya pemesinan dapat dicari dengan mengalikan besarnya waktu pemesinan dengan biaya sewa

37 mesin tiap jamnya. Adapun besarnya biaya pemesinan selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 4.7 Biaya Pemesinan No Mesin yang digunakan Lama pengerjaan (jam) Biaya sewa (Rp/jam) Total biaya (Rp) 1 Mesin Frais , ,- 2 Mesin Bor Koordinat , ,- 3 Mesin Gerinda , ,- Mesin EDM , ,- 5 Kerja bangku , ,- 6 Mesin bubut , ,- Jumlah ,- Dari tabel didapatkan : Biaya total sewa mesin = Rp ,- Total waktu kerja yang diperlukan = 46Jam Perhitungan Biaya Operator Mesin Dalam perancangan ini biaya untuk operator diperkirakan Rp /Jam. Sehingga biaya operator dapat dicari dengan rumus :

38 Biaya Operator = Lamanya waktu kerja x biaya operator = 46 x Rp ,00 = Rp ,00 Perhitungan Biaya Perakitan Waktu perakitan komponen press tool dalam perancangan ini diperkirakan 4 jam dengan pembagian waktu sebagai berikut : Press tool bagian bawah = 1,5 jam Press tool bagaian atas = 2,5 jam Selanjutnya perakitan itu dikerjakan oleh dua pekerja. Biaya sewa peralatan kerja bangku = Rp ,00 x 4 = Rp ,00 Biaya pekerja untuk 2 orang = 4 x 2 x Rp = Rp ,00 Jadi total biaya perakitan = Rp ,00 Perhitungan biaya Hardening Perhitungan biaya hardening didasarkan pada massa bahan yang akan dikeraskan. Dalam perancangan ini bahan yang dikeraskan adalah punch dan die. Besar biaya pengerasan dihitung dari berat bahan yang dikeraskan. Harga sewa dapur pemanas menurut Survey pasar adalah Rp ,00 /kg. Adapun bahan yang mendapat perlakuan panas adalah seperti yang terdapat pada tabel 4.6 dibawah ini:

39 No Nama Tabel 4.8 Biaya Hardening Bagian Mesin [kg] Jumlah Biaya (Rp) 1 Die 7, ,- 2 3 Punch piercing 3, ,430,- Punch Drawing dan Trimming 10, ,.450,- Jumlah biaya hardening (Rp) ,- (Survey Pasar) Perhitungan total biaya pembuatan press tool Total biaya pembuatan press tool adalah jumlah keseluruhan biaya yang diperlukan untuk pembuatan press tool ini. Adapun rincian besarnya biaya pembuatan press tool ini adalah sebagai beikut: 1. Biaya total bahan baku = Rp ,- 2. Biaya bahan standar = Rp ,- 3. Biaya pemesinan = Rp ,- 4. Biaya operator = Rp ,- 5. Biaya hardening = Rp ,- 6. Biaya perakitan = Rp ,- + Jumlah = Rp ,- Maka besarnya biaya total untuk ,- pengadaan pembuatan press tool ini Rp.

40 4.7 Analisa Break Event Point Analisis BEP digunakan untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus dibuat agar di dapat titik impas, dimana biaya pembuatan press tool dapat kembali.perhitungan BEP meliputi: Biaya Tetap (fixed cost) Biaya tetap merupakan biaya yang dibutuhkan tanpa dipengaruhi oleh jumlah produk yang akan dibuat. Yang termasuk dalam biaya tetap adalah Biaya pengadaan press tool = Rp ,- Biaya tanah dan bangunan = Rp ,- Biaya promosi = Rp ,- + = Rp , Biaya Tidak Tetap (variable cost) Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dibutuhkan, dimana biaya tersebut dipengaruhi oleh jumlah produk yang akan dibuat. Biaya ini meliputi : 4.8 Biaya pengadaan bahan baku produk Harga pelat lembaran Stainless steel dengan ukuran 2400 x 1200 x 0,5 [mm] diasumsikan Rp ,-. dari ukuran tersebut dapat menghasilkan produk dengan ukuran bahan adalah : Ukuran bahan : 128 x 48 x 0,5 [mm]. Untuk jumlah produk yang dihasilkan dalam satu lembar pelat sebagaimana dibahas pada bab II menghasilkan sejumlah 468 buah , h arg abahantiap produk adalah Rp = Rp 822,649,- 468

41 Biaya PPN 10 % dari harga bahan 10 % x Rp = Rp 82,26,- 4.9 Biaya perawatan Biaya perawatan dan pelumasan diasumsikan sebesar Rp ,- tiap 1 bulan secara berkala, dengan pemakaian mesin 8 jam per hari selama 6 hari kerja. Jadi dalam 1 bulan dapat menghasilkan produk sebanyak (4 [minggu] x 6 [hari] x 6 [jam] x 1080 [produk/jam] = , maka biaya untuk perawatan untuk 1 produk adalah : 4.10 Biaya operator = Rp 1,286, Produk yang dihasilkan tiap menit diasumsikan 18 buah sehingga tiap jamnya menjadi 18 x 60 = 1080 buah. Diasumsikan pekerja melaksanakan operasinya selama 8 jam/hari dipotong 2 jam untuk istirahat, sehingga waktu kerja efektifnya 6 jam kerja, sehingga produk yang dihasilkan/hari adalah 6 x 1080 = upah pekerja tiap hari adalah Rp ,-, maka perhitungan upah pekerja untuk tiap produk adalah = Rp 3,086, Sewa mesin press Sewa mesin press tiap jam adalah Rp ,- sehingga Sewa mesin press untuk tiap produk = Rp 27,77, Biaya pemasaran Biaya pemasaran untuk tiap bulan diasumsikan sebesar Rp ,- biaya pemasaran tiap produk adalah sehingga = Rp 6,43,-

42 Sehingga total biaya tidak tetap (VC) tiap produk adalah : = Biaya pengadaan bahan baku produk + Biaya perawatan + Biaya operator + Sewa mesin press + Biaya pemasaran = Rp 822,649+ Rp 1,286 + Rp 3,086 + Rp 27,77 + Rp 6,43 = Rp 861,221,- Rp 870, Harga jual tiap produk ( P ) Direncanakan harga jual tiap produk sebagai berikut : Harga jual = Biaya tidak tetap + keuntungan yang diinginkan = Rp 870,- + Rp (10% x Rp870) = Rp 870,- + Rp 87,- = Rp 957,- Rp 960,- Karena penjualan produk dilakukan per lusin jadi harga jual produk tiap lusin yaitu Rp 960,- x 12 = Rp , Titik impas penjualan Penjualan pada titik impas adalah batasan sampai seberapa banyakkah jumlah produk yang harus dibuat sehingga setelah dijual nantinya akan mendapatkan sejumlah uang yang mampu mengembalikan seluruh modal dan biaya yang dikeluarkan. Jumlah produk yang harus dibuat adalah : = = Fc P Vc Rp Rp960 / buah Rp870 = buah

43 Keterangan : Fc Vc P = Fixed cost = Variable cost = Harga jual tiap produk P Vc = keuntungan Penjualan pada titik impasnya adalah = x Rp 960,- = Rp , Perkiraan pendapatan dari penjualan produk tiap bulan Jika tiap bulan dapat menghasilkan produk sebanyak buah dengan perkiraan jumlah rusak 10 % dari produk yang dihasilkan, maka produk yang dihasilkan tiap bulannya menjadi : (10% ) = buah Apabila diasumsikan anggaran biaya pemasaran produk tiap bulan besarnya Rp ,- dan produk yang terjual 80 % dari jumlah yang dihasilkan tiap bulannya, maka besarnya pendapatan tiap bulannya sebesar : ( 80% x x Rp 960) Rp =Rp ,-/bulan 4.16 BEP Maka waktu untuk mencari BEP adalah : = titik impas penjualan / pendapatan tiap bulan = Rp , Rp , = 21 bulan 1 hari

44 = 1 tahun 9 bulan 1 hari Gambar 4.13 Grafik BEP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jig and Fixtures Jig adalah peralatan yang digunakan untu mengarahkan satu atau lebih alat potong pada posisi yang sama dari komponen yang serupa dalam suatu operasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN BAB II PERTIMBANGAN DESAIN 2.1 Pertimbangan Desain Hal hal penting dalam pertimbangan desain untuk merancang press tool sendok cocor bebek, hal hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan metode

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA

BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA 3.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam Pembuatan Gokart Sebelum dilakukan proses pembuatan gokart terlebih dahgulu dilakukan perencanaan yang berupa perancangan

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) BIDANG KOMPETENSI 1. KELOMPOK DASAR / FOUNDATION 2. KELOMPOK INTI 3. PERAKITAN (ASSEMBLY) 4. PENGECORAN DAN PEMBUATAN CETAKAN

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jig and Fixtures 2.1.1 Definisi jig Menurut Laporan Akhir (Pajri Husaini 2012, hal 5) Jig adalah suatu peralatan yang digunakan untu menuntun satu atau beberapa alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jig and Fixtures 2.1.1 Definisi jig Jig adalah peralatan yang digunakan untu mengarahkan satu atau lebih alat potong pada posisi yang sama dari komponen yang serupa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING

BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING 4.1 Proses Pembuatan Press Tool Diffuser Ducting Pembuatan press tool difuser ducting melalui beberapa tahapan proses pemesinan, baik secara konvensional maupun

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU Perhitungan dan pemilihan bahan baku rancangan press tool sendok cocor bebek dari bahan stainless steel tebal 0,5 milimeter dengan sistem progresif akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja merupakan alat komunikasi bagi orang manufaktur. Dengan melihat gambar kerja, operator dapat memahami apa yang diinginkan perancang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PRESS TOOL SISTEM COMPOUND UNTUK MEMBUAT CYLINDER HEAD GASKET SEPEDA MOTOR RX KING

RANCANG BANGUN PRESS TOOL SISTEM COMPOUND UNTUK MEMBUAT CYLINDER HEAD GASKET SEPEDA MOTOR RX KING RANCANG BANGUN PRESS TOOL SISTEM COMPOUND UNTUK MEMBUAT CYLINDER HEAD GASKET SEPEDA MOTOR RX KING Abstrak Bambang Sumiyarso Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl.Prof.H. Sudarto, S.H. Tembalang,

Lebih terperinci

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT ANALISIS PEMBUATAN JIG PENGUBAH SUDUT KEMIRINGAN VALVE SILINDER HEAD SEPEDA MOTOR MATIC Nama NPM : 20410985 Jurusan Fakultas : Ardi Adetya Prabowo : Teknik Mesin : Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr.

Lebih terperinci

c. besar c. besar Figure 1

c. besar c. besar Figure 1 1. Yang termasuk jenis pahat tangan adalah. a. pahat tirus. d. pahat perak b. pahat alur e. pahat intan c. pahat chamfer 2. Faktor-faktor berikut harus diperhatikan agar pemasangan kepala palu agar kuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Press Tool Press tool adalah salah satu alat gabungan Jig dan Fixture yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong logam dengan cara penekanan. Bagian atas dari

Lebih terperinci

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses pemesinan freis (milling) adalah penyayatan benda kerja menggunakan alat dengan mata potong jamak yang berputar. proses potong Mesin

Lebih terperinci

- Berat material (W) = V. ρ...( Tek.Mek II Hal.85) - Harga material (HM) = W x HS Keterangan :

- Berat material (W) = V. ρ...( Tek.Mek II Hal.85) - Harga material (HM) = W x HS Keterangan : BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Biaya Produksi Dalam pembuatan cetakan benda sangat diperlukan analisa biaya produksinya,karena analisa biaya inilah kita dapat mengetahui biaya-biaya yang di perlukan

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pengenalan Mengenai Punching Tool Dalam dunia industri manufactur ada beberapa jenis proses produksi, salah satunya adalah proses pengerjaan sheet metal yang menggunakan seperangkat

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT 1 BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT PENGERTIAN Membubut adalah proses pembentukan benda kerja dengan mennggunakan mesin bubut. Mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan gerak utama berputar.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian jig Jig adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengarahkan sebuah atau lebih alat potong pada posisi yang sesuai dengan proses pengerjaan suatu produk. Dalam proses

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pandangan Umum 2.1.1 Definisi Paving-Block Paving-block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja yang baik akan memudahkan pemahaman saat melakukan pengerjaan suatu produk, dalam hal ini membahas tentang pengerjaan poros

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) 66 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR Untuk membuat spare parts yang utuh, diperlukan komponen-komponen steam joint stand for bende tr yang mempunyai fungsi yang berbeda yang kemudian

Lebih terperinci

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Press Tool Press tool adalah salah satu alat gabungan Jig dan Fixture yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong logam dengan cara penekanan. Bagian atas dari alat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Alat rumah tangga sudah menjadi kebutuhan yang vital bagi masyarat pada umumnya. Ini merupakan suatu indikasi perubahan tatanan hidup, yaitu alat rumah tangga yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Kedataran Meja Menggunakan Spirit Level Dengan Posisi Horizontal Dan Vertikal. Dari pengujian kedataran meja mesin freis dengan menggunakan Spirit Level

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) 101 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara proses pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau workshop proses ini dinamakan proses bor, walaupun

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mesin Press Pin

Gambar 2.1 Mesin Press Pin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Press Pin dan Pin 2.1.1 Definisi Mesin Press Pin Mesin Press Pin atau mesin cetak Pin ini adalah alat yang digunakan untuk melekatkan gambar yang sudah dipotong bulat menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100)

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100) PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100) Hera Setiawan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Kampus Gondang Manis, Bae PO. Box : 53 Kudus, 59352 Telp. (0291)

Lebih terperinci

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais Kegiatan Belajar Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Menentukan Peralatan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN BAB III PEMESINAN FRAIS B. SENTOT WIJANARKA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB 3 PROSES

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 PSOAL: F018-PAKET B-08/09 1. Sebuah batang bulat dengan diameter 20 mm harus

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Press Tool 2.1.1 Definisi Press Tool Press tool adalah perkakas yang digunakan untuk memotong dan atau membentuk. Umumnya proses pemotongan dan pembentukan ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 SOAL NAS: F018-PAKET A-08/09 1. Sebuah poros kendaraan terbuat dari bahan St

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA 3.1 Mesin Bubut Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PEMASANGAN TUTUP BOTOL KECAP JENIS KROP (CROP) DENGAN MENGGUNAKAN 2 PUNCH SECARA KONVENSIONAL ( BIAYA PRODUKSI )

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PEMASANGAN TUTUP BOTOL KECAP JENIS KROP (CROP) DENGAN MENGGUNAKAN 2 PUNCH SECARA KONVENSIONAL ( BIAYA PRODUKSI ) RANCANG BANGUN ALAT BANTU PEMASANGAN TUTUP BOTOL KECAP JENIS KROP (CROP) DENGAN MENGGUNAKAN 2 PUNCH SECARA KONVENSIONAL ( BIAYA PRODUKSI ) LAPORAN AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN MODIFIKASI KONSTRUKSI

BAB III RANCANGAN MODIFIKASI KONSTRUKSI 35 BAB III RANCANGAN MODIFIKASI KONSTRUKSI 3.1 Konstruksi dies drawing dan dies trimming (dua dies dua kali proses) 3.1.1 Dies Drawing Pada proses ini terjadi proses perubahan bentuk dari material lembaran

Lebih terperinci

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan IRWNS 213 Analisa Deformasi Material 1MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda Muhammad Subhan Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung, Sungailiat, 33211

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Performa (2006) Vol. 5, No.2: 11-20 Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Andi Susilo, Muhamad Iksan, Subono Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING DAFTAR ISI TUGAS I MEMBUBUT POROS LURUS ( 2 JAM KEGIATAN )... 2 TUGAS II MEMBUBUT BERTINGKAT ( 4 JAM KEGIATAN )...

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang waktu pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Die Press / Press Tool Die press atau press tool adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan proses pemotongan atau pembetukan pelat menjadi produk yang dikehendaki

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Proses manufaktur merupakan satu mata kuliah yang harus di kuasai oleh mahasiswa teknik. Oleh karenanya melakukan praktikum proses manufaktur harus dilakukan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

MODIFIKASIPROGRESSIVETOOLPLAT PENYANGGABAUT GEAR BELAKANG PADA SEPEDA MOTOR YAMAHAJUPITER KAPASITAS 300BUAH /JAM

MODIFIKASIPROGRESSIVETOOLPLAT PENYANGGABAUT GEAR BELAKANG PADA SEPEDA MOTOR YAMAHAJUPITER KAPASITAS 300BUAH /JAM MODIFIKASIPROGRESSIVETOOLPLAT PENYANGGABAUT GEAR BELAKANG PADA SEPEDA MOTOR YAMAHAJUPITER KAPASITAS 300BUAH /JAM Susanto Jurusan Teknik Mesin Universitas Islam Malang ABTRAK: Modifikasi progressive tool

Lebih terperinci

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Belajar Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Produksi 2.2 Sistem Perencanaan Proses Produksi

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Produksi 2.2 Sistem Perencanaan Proses Produksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Produksi Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pandangan Umum terhadap Mesin Uji Tarik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pandangan Umum terhadap Mesin Uji Tarik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pandangan Umum terhadap Mesin Uji Tarik Pada suatu proses produksi dalam skala yang besar maupun skala yang kecil banyak digunakan alat alat bantu agar membuat proses produksi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Struktur buah kelapa muda

Gambar 2.1. Struktur buah kelapa muda BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Kelapa Muda Kelapa muda (cocos nucifera), merupakan buah dari pohon kelapa yang sengaja dipetik lebih cepat (sebelum buah kelapa itu tua atau jatuh sendiri dari pohonnya) dengan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd. PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6]

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK200-8 Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] Universitas Mercu Buana 47 Gambar 5.1 Job Set Cylinder Assy

Lebih terperinci

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2 Semester 2 DRILLING SEMESTER 2 PRINSIP DASAR PDefinisi Pengeboran adalah suatu proses pengerjaan pemotongan menggunakan mata bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada material logam maupun

Lebih terperinci

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian 135 LAMPIARN 1.4 SOAL TEST UJI COBA INSTRUMEN Mata Pelajaran : Teknik Pemesinan Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu : 60 menit Sifat Ujian : Tutup Buku PETUNJUK UMUM 1. Tulis nama, dan kelas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan. digilib.uns.ac.id 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan. 2.1.1 Pengertian pengelasan Pengelasan adalah suatu sambungan yang permanen yang mana berasal dari peleburan dan dua bagian yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Side Rubber 2.1.1 Definisi Side Rubber Side rubber adalah rubber yang dipasang di pinggiran impact chute untuk menghalangi tanah yang telah dicurahkan ke impact chute agar tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

Penjepit Pisau Dan Benda Kerja

Penjepit Pisau Dan Benda Kerja MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Penjepit Pisau Dan Benda Kerja Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta A. Alat Penjepi Pisau Frais: 1. Drill Chuck Arbor Alat ini

Lebih terperinci

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING 5.1 Definisi Mesin Milling dan Drilling Mesin bor (drilling) merupakan sebuah alat atau perkakas yang digunakan untuk melubangi suatu benda. Cara kerja mesin bor adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang waktu pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id 38 BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses PembuatanTabung Peniris Luar dan tutup Tabung luar peniris dan tutup peniris (Gambar 4.1) terbuat dari plat stainless steel berlubang dengan

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: MESIN BUBUT KONVENSIONAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Secara garis besar, pada proses perancangan kepala pembagi sederhana ini berdasar pada beberapa teori. Teori-teori ini yang akan mendasari pembuatan komponen-komponen pada kepala

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan 4.1.1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN Abstrak Carli Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto,

Lebih terperinci

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponenkomponen pada mesin pemotong krupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST 3.1 Langkah Proses Pembuatan Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda kerja yang sebagian besar digambarkan dalam diagram alir,

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Pengoperasian Mesin Bubut Dwi Rahdiyanta FT-UNY Kegiatan Belajar Pengoperasian Mesin Bubut a. Tujuan Pembelajaran. 1.) Siswa dapat memahami pengoperasian mesin

Lebih terperinci