BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Press Tool Definisi Press Tool Press tool adalah perkakas yang digunakan untuk memotong dan atau membentuk. Umumnya proses pemotongan dan pembentukan ini dilakukan dengan mesin Press (mesin press eksentrik, mesin press hidrolik, mesin press mekanik). Press tool dibuat untuk memproduksi sebuah produk massal dengan keseragaman bentuk dan dapat melakukan produksi dengan cepat. Press tool akan terus digunakan dalam produksi selama produk masih dibutuhkan tanpa adanya pengubahan dimensi atau bentuk dari produk tersebut. Berikut adalah gambar susunan dari press tool. (Sumber : Buku Modul Tool Design 2 Polman Bandung, by H.R.Luchsinger, Halaman 93-4) Macam-Macam Jenis Operasi Press Tool Press tool berdasarkan penggunaannya terdiri dari dua macam, yaitu press tool jenis cutting tool (Pemotong) dan forming tool (Pembentuk).

2 Macam Operasi Press Tool dan Penjelasannya CUTTING FORMING Blanking Bending Bagian yang terpotong (cut off) dari plat merupakan produk Membentuk plat dengan bentuk bengkokan Piercing Bagian yang terpotong dari plat merupakan bagian scrap, sedangkan bagian yang tersisa di dies adalah produk Curling pembentukan dengan beading dies atau sliding press

3 Slitting Deep drawing Memotong sebagian dari plat tanpa memotong seluruh bagiannya Pembentukan antara punch dan dies yang tertutup Cropping Press braking Memotong bagian dari strip material tanpa memotong seluruh bagian pinggir dari hasil blank Membengkokan profil plat yang panjang, yang memungkinkan operasi pembentukan yang kontinu Trimming Collar Drawing Memotong bagian yang berlebih dari hasil komponen forging atau press, untuk mendapat profil yang tepat Menekan bagian sisi drawing melalui lubang pre-piercing atau profil Shaving Calibrating Pemotongan akhir dalam arah yang berlawanan dengan pemotongan awal untuk menghasilkan bagian sisi yang halus dan untuk mencapai toleransi Lancing Operasi press ulang pada produk hasil forming untuk mencapai ukuran yang tepat Embossing

4 Memotong dan membentuk sebagian dari plat Proses peregangan material (metal stretching) dan penekanan material. proses ini akan menarik material sekitarnya Coining pembentukan dingin (cold-forming) yang memaksa material masuk ke rongga di cavity (pembentuk) (Sumber : Westermann Tables for Metal Trade 2nd Edition by Hermann Jutz and Eduard Scharkus, halaman 119 ; dan Handbook of Die Design 2nd Edition by Ivana Suchy, halaman 250 dan 135) Klasifikasi Press Tool Press tool dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam menurut proses pengerjaan yang dilakukan, yaitu: a) Single tool, b) Compund tool, c) Progressive tool. (Sumber Materi sub-bab 2.3 : file pdf dipublikasikan oleh EdIz Feehily Sirait, Halaman 1 s.d 4) Single Tool Single tool adalah jenis press tool yang paling sederhana, hanya terjadi satu proses dan satu station saja dalam satu alat. Keuntungan single tool

5 1. Konstruksinya lebih sederhana. 2. Harga relatif lebih murah. Kerugian single tool 3. Hanya untuk pengerjaan produk yang sederhana. 4. Proses yang dilakukan oleh tool hanya satu jenis proses saja. Single Press Tool Compound Tool Compound tool merupakan jenis prees tool yang dalam satu penekanan pada satu station, terdapat lebih dari satu proses yang dilakukan secara bersamaan. Keuntungan Compound Tool 1. Dapat melakukan beberapa proses dalam waktu yang bersamaan pada station yang sama. 2. Dapat dicapai kepresisian yang tinggi. 3. Waktu siklus menjadi lebih singkat. Kerugian Compound Tool 1. Konstruksi press tool menjadi lebih rumit. 2. Sulit untuk mengerjakan material plat yang tebal. 3. Tool lebih cepat rusak karena beberapa proses dikerjakan sekaligus dalam satu station.

6 Prinsip Kerja Compound Tool (Sumber Gambar : Manufacturing, Engineering & Technology 6th Edition by Serope Kalpakjian and Steven R. Schmid, Halaman 391) Progressive Tool Progressive tool adalah jenis yang menggabungkan beberapa proses pemotongan atau pembentukan lembaran logam pada dua atau lebih station kerja. Produk dari press tool akan melewati beberapa station untuk melakukan setiap proses yang berbeda-beda. Keuntungan Progressive Tool 1. Waktu produksi menjadi lebih singkat dibandingkan menggunakan single tool dalam melakukan beberapa proses yang berbeda. 2. Dapat melakukan proses yang rumit pada langkah yang bertahap. 3. Penggantian tool yang rusak atau aus lebih mudah dibandingkan dengan compound tool. Kerugian Progressive Tool 1. Dimensi tool menjadi lebih besar dibandingkan dengan jenis lain. 2. Biaya perawatan menjadi lebih tinggi. 3. Biaya pembuatan tool lebih mahal karena konstruksinya lebih rumit.

7 Progressive Tool (Sumber Gambar : Manufacturing, Engineering & Technology 6th Edition by Serope Kalpakjian and Steven R. Schmid, Halaman 391) Clearance Definisi Clearance Clearance yaitu kelonggaran (selisih dimensi) antara sisi potong dies terhadap sisi potong punch sehingga terjadi proses pemotongan. Fungsi Clearance a. Mencegah terjadinya gesekan antara punch dan dies saat operasi pemotongan. b. Menentukan kualitas sisi potong yang diharapkan. c. Menentukan ketepatan toleransi produk / lubang hasil yang diperlukan. d. Berpengaruh terhadap burr yang terjadi. Perhitungan Clearance Cl = Clearance per side [mm] c = faktor kerja t = Tebal strip material [mm] = Tegangan Geser

8 Clearence Cl=c. t. τg Faktor kerja Jenis Clearance Faktor Kerja ( c ) Sufficient Clearance 0,005 Medium Clearance 0,01 Propper Clearance 0,05 Perhitungan clearance di atas dapat digunakan untuk menentukan dimensi punch dan die yang cocok dalam operasi blanking dan pierching. Apakah clearance dikurangi dari dimensi punch atau ditambahkan pada dimensi die tergantung pada lubang yang dibuat apakah untuk menghasilkan blank atau slug seperti ditunjukkan dalam gambar Dimensi Punch dan Die Dimensi punch dan die untuk : Proses blanking dengan diameter Db adalah : Diameter punch = Db 2Cl

9 Diameter die = Db Proses pierching dengan diameter Dh adalah : Diameter punch = Dh Diameter die = Dh+ 2Cl Hasil pemotongan 1) Apabila clearance yang dibuat = clearance perhitungan Kelabu F t Mengkilat 1 2 t 3 3 Bagian mengkilat 2) Apabila clearance yang dibuat > clearance perhitungan Kelab u F t Mengkilat Bagian mengkilat 2 t 3 3) Apabila clearance yang dibuat < clearance perhitungan Kelab u Mengkila t F t

10 Bagian mengkilat 1 t Gaya Potong Gaya potong adalah besarnya gaya minimal yang dibutuhkan pada saat pemotongan. Besarnya gaya potong dipengaruhi oleh keliling produk (keliling yang terpotong), tebal material (pelat), dan tegangan geser material yang digunakan. Berikut adalah rumus dan perhitungan gaya potong. F=Uxtx τ g Keterangan : F = Gaya Potong [N] U = Keliling yang terpotong [mm] t = Tebal material terpotong [mm] τ g = Tegangan geser [N/mm2] = 0.8 x Rm 2.2 Perhitungan Waktu Proses Pemesinan Milling Milling adalah suatu proses menghilangkan/pengambilan tatal-tatal dari benda kerja dengan menggunakan alat potong yang berputar dan mempunyai banyak sisi potong. Alat potong yang digunakan adalah cutter. Gerakan utama proses frais a. Gerakan berputar (alat potong) b. Gerakan pengumpanan Gerakan utama proses Milling c. Gerakan pemakanan (Teknik Bengkel 1. Albertus Setiawan, Mochamad Nur aini dan Suryadi. Halaman ) Berdasarkan alat potong yang digunakan, maka proses frais tardiri dari 2 jenis, yaitu :

11 1. frais datar (slab milling), dimana sumbu putaran cutter frais sejajar permukaan benda kerja, dan 2. frais tegak (face milling), dimana sumbu putaran cutter frais tegak lurus permukaan benda kerja. Jenis pemotongan milling Rumus yang berlaku kedua cara di atas adalah sebagai berikut : V c.1000 π.d a. Putaran mesin : n= b. Kecepatan makan : V f =f. n. z Lt T = xi c c. Waktu pemotongan : Vf Dimana : Lt=l w +l v +l n i= T a Untuk frais datar : l v a ( d a ) lw 0 Keterangan : Lt = panjang pemotongan (mm) Frais tegak : lw a tan k r lv 0

12 a = dalam pemotongan (mm) d = diameter cutter (mm) z = jumlah mata potong kr = sudut potong utama ( ); 90 untuk cutter frais selubung. f mm = kecepatan gerak makan ( put. ) T = total dalam pemotongan (mm) lw = panjang benda (mm) lv = jarak kebebasan sebelum memotong (mm) ln =jarak kebebasan setelah memotong (sumber : Teori & Teknologi Proses Pemesinan, Taufiq Rochim, hal. 26 edisi pertama) Contoh soal milling datar z =8 f = 0.2 d lw lv ln i = 80 mm = 100 mm = 10 mm = 10 mm =3 n= mm/rev gigi Vc 100 mm/ menit 1000 = π D π 80mm = rpm Lt = lw + lv + ln =100 mm + 10 mm + 10 mm = 120 mm Vf =n z f = rpm = mm/menit mm/rev gigi

13 120 mm t m= i= 3 Vf mm /menit = 0.50 menit Proses bubut Proses bubut adalah proses pembuatan benda kerja dengan benda yang berputar (rotasi) pada poros utama mesin dengan alat potong yang bergerak lurus (translasi) pada dua arah yaitu gerakan melintang dan memanjang. Pada umumnya digunakan untuk membuat benda dengan bentuk silinder. Proses bubut (b) (a) Proses pemotongan muka (facing) diameter penuh (a) dan ber-step (b) Rumus waktu permesinan bubut l l a x Gambar Gambar Gambar

14 Bubut samping dengan Bubut muka step Bubut samping tanpa step L l la l x L l la d d d d d1 2 L l la l d 2 ( Sumber : Tabellenbuch Metall, Verlag Europa-Lehrmittel, hal 19) Rumus perhitungan bubut n Vc 1000 d t c= L i s n (menit) = ( put/min ) Keterangan : n = kecepatan putar benda kerja (rpm) d = diameter benda kerja (mm) f = feeding (mm/put) Vc = Cutting speed ( m/min ) d1 = diameter akhir benda kerja l = panjang benda kerja yang dibubut (mm) la,lx = panjang bebas pahat bubut (mm) L = panjang total pengerjaan (mm) i = banyaknya pemakanan ( kali ) tc = waktu permesinan (menit) (mm) Contoh perhitungan waktu pemesinan bubut samping dengan step

15 z =8 f = 0.2 l la D i = 100 mm = 10 mm = 80 mm =3 n= mm/rev gigi Vc 100 mm/ menit 1000 = π D π 80mm = rpm t m= (100 mm+10 mm) 3 L i = f n 0.2 mm/rev rpm = 4.14 menit Proses Bor (Drilling) Pengeboran adalah operasi yang menghasilkan lubang-lubang bulat benda kerja. Alat potong yang digunakan ialah mata bor. Pada proses pengeboran terjadi dua gerakkan yang terjadi secara bersamaan, yaitu : a. gerakkan putaran yang disebut sebagai gerakan pemotongan atau gerakkan utama yang menentukan kecepatan potong bor, dan b. gerakkan pemakanan adalah gerak lurus bor terhadap benda kerja yang berfungsi untuk mengontrol tebalnya beram.

16 (sumber: Teknik bengkel 1. Hal.7-65) Bor tembus Bor tak tembus L=l+la+ls+lu L=l +la+ ls Counter bor L=l+la Perhitungan langkah mesin ls = 0,6 d untuk bor sudut 80o ls = 0,3 d untuk bor sudut 118 o ls = 0,23 d untuk bor sudut 130 o ls = 0,18 d untuk bor sudut 140 o Rumus yang berlaku untuk proses bor diatas adalah sebagai berikut : a. Kecepatan putar mata bor (rpm) Vc : n= π. d b. Kecepatan makan (mm/min) : Vf =n. f c. Waktu pemotongan (menit) L.i : tm= Vf Keterangan : d = diameter mata bor (mm) f = feeding (mm/put) L = panjang total pengerjaan (mm) Vc = cutting speed ( m/min ) l = panjang benda kerja (mm) i = banyak pemakanan (kali) la, lu, ls = jarak bebas mata bor (mm) (sumber : Tabellenbuch Metall, Verlag Europe-Lehrmittel, Nourney. hal 265)

17 Contoh soal perhitungan waktu pengeboran : l d f = 50 mm = 10 mm = 0.2 mm/rev la = 7 mm ls = 5 mm lu = 8 mm n= Vc 22mm /menit 1000 = π D π 10 mm = l+ la+ls+lu L tm = = rpm = =70 mm L 70 = =0.49 menit f n Proses Gerinda Datar (Surface Grinding) Menggerinda adalah proses pemotongan benda kerja dengan menggunakan alat potong roda gerinda yang berputar. Gerinda datar digunakan untuk proses pemotongan benda kerja yang datar. Setiap roda gerinda mengandung dua komponen yaitu abrasive yang bekerja sebagai pemotong dan bond sebagai perekat yang mengikat butiran-butiran abrasive selama pemotongan.

18 L=l+la+lb 2 B=b+ bs 3 Rumus waktu pemesinan gerinda datar 2. L. i : Tc= v.1000 a. Tanpa pemakanan kesamping (menit) 2. L. B.i b. Dengan pemakanan kesamping (menit): Tc= v s L=l+la+lb c. Panjang gerak memanjang (mm) : d. Banyak pemakanan (kali) t : i= a dimana la = lb Keterangan : b = lebar benda kerja (mm) b s = tebal roda gerinda (mm) t = Total pemotongan (mm) a = Kedalaman setiap pemotongan (mm) la, lb = langkah kebebasan batu gerinda (mm) s = Pemakanan ke samping (mm/langkah) (sumber : Modul Praktik Gerinda Datar, Politeknik Manufaktur Negeri Bandung, 1990, hal ). (Teknik Bengkel 2. Albertus Setiawan dan Mochamad Nur aini. Halaman 8-35 ) Contoh soal perhitungan waktu pemesinan gerinda datar : l = 250 mm la = 10 mm lb = 10 mm

19 b bs v = 150 mm = 40 mm s t a = 15 mm/langkah = 0.5 mm = 0.02 mm 0.5 mm = 0.02mm =25 kali i = 20 m/menit 2 2 B=b+ bs = = mm 3 3 L=l+la+ lb= =270 mm Tc= 2. L. B.i mm mm. 25 = v s 20 m/ menit mm/langkah 5.54 menit Gerinda silinder Putaran Benda (rpm) Waktu Pemesinan (menit)

20 n= Vc π d tc= L i +(td + tsp) f n Vc = Kecepatan potong (mm/menit) d = Diameter akhir benda (mm) 1 L = Total panjang langkah gerinda (mm) = l 3 bs dimana : bs = Tebal batu gerinda (mm) l = Panjang benda kerja (mm) d 1 d i = Jumlah Pemakanan (kali) = 2 a dimana: dl = Diameter awal benda (mm) a = Kedalaman pemotongan (mm) f = Pemakanan per putaran (mm/rev) td = Waktu tunda (delay) batu gerinda pada ujung benda [detik] tsp = pemakanan kosong untuk finishing [kali] (Sumber : Tabellenbuch Metall, Verlag Europa-Lehrmittel, halaman 267 ; dan Teori dan Teknologi Pemesinan oleh Taufiq Rochim) Contoh : n = 250 rpm bs l = 30 mm d1 a = 30.5 mm f = 10 mm/rev = 200 mm = 0.02 mm td = 2 detik tsp = 4 kali 1 1 L=l bs=200 ( 30 ) 3 3

21 = 190 mm i= d 1 d = 2 a = 12.5 tc= L i 190 mm ( td+tsp )= +(2+ 4) f n 10 mm/rev 250 rpm = 6.95 menit 2.3 Operation Plan Operation plan adalah suatu rencana proses pengerjaan benda kerja yang berisikan tahapan-tahapan proses pemesinan. Operation plan bertujuan untuk menghindari kesalahankesalahan dalam tahapan pengerjaan yang dapat menyebabkan pemborosan biaya maupun waktu pengerjaan. Dasar-dasar pembuatan operation plan: a. Menentukan urutan langkah pengerjaan dalam proses pemesinan; b. Dapat menentukan metoda pencekaman, kualitas pengerjaan dan jenis mesin yang akan dipakai; c. Membantu langkah proses pengerjaan benda kerja; d. Mengetahui kesalahan ukuran dan bahan; e. Membantu mengurangi tingkat kesalahan dalam proses pemesinan. 2.4 Jenis Operation Plan Pada operation plan adalah suatu perencanaan proses yang akan kita lakukan. Setiap proses yang dikerjakan dijelaskan dengan penunjukan kode proses dan ukuran (spesifikasi) yang harus dicapai.

22 2.4.1 Operation Plan Gambar Nama Bagian : Ring Setting Bahan : ST 37 No. Gambar :5 Jumlah :1 Ukuran Jadi : Ø48 x 24.5 Ukuran Kasar : Ø48 x 26 No. Proses 101 Pelajari gambar dan periksa raw Visual Alat Bantu Jangka sorong

23 material 102 Setting mesin bubut 104 Cekam benda kerja menggunakan chuck rahang 3 Kunci pengencang chuck 105 Bubut facing Pahat tepi rata 204 Cekam balik Kunci pengencang

24 benda kerja chuck Bubut facing hingga ukuran 24.5mm Pahat tepi rata Periksa hasil akhir Jangka Sorong Operation Plan Baris

25 Pada operation plan jenis ini, setiap proses yang dikerjakan dijelaskan dengan penunjukan kode proses dan ukuran (spesifikasi) yang harus dicapai. Kode-kode proses tersebut adalah sebagai berikut : 101 Pemeriksaan benda kerja 102 Penyetingan mesin 103 Marking benda kerja 104 Cekam benda kerja 105 Proses pemakanan/pemotongan OPERATION PLAN Nama Bagian : Holder Punch Ukuran Kasar : 45x105x375 1 No. Bagian :1 Kekerasan :- Bahan : Jumlah :2 Ukuran Jadi : 40x100x370

26 NO PROSES 101 Pelajari gambar dan periksa bahan 102 Setting mesin frais 104 Cekam benda kerja dengan ragum mesin 105 N8 Frais balok 40.3 x 100 x 370 mm 110 Debure semua sisi tajam 202 Setting mesin Gerinda Datar 204 Cekam benda kerja dengan magnet mesin 205 N6 Gerinda tebal 40 x 100 x 370 mm 210 Debure semua sisi tajam 302 Setting mesin bok (bor koordinat) 304 Cekam benda kerja dengan ragum mesin 305 N8 Centerdrill semua koordinat lubang yang akan di bor 310 N8 Bor tembus Ø 9 mm x 6 lubang 320 Counterbor Ø 15 x 11 mm x 6 lubang 402 Countersink semua lubang 505 Debure semua sisi tajam 601 Periksa benda kerja 2.5 Perhitungan Biaya Perhitungan biaya adalah suatu proses yang tujuannya menghitung biaya dari penggunaan material dan SDM Tenaga kerja yang terjadi dalam proses pembuatan produk.

27 2.5.1 Biaya Langsung Biaya ini dapat dihubungkan langsung terhadap suatu produk yang bisa dibuktikan secara jelas dan harus tercatat. Biaya langsung terdiri dari material, proses pengerjaan, gaji dan lainlain. a. Biaya Material Material terdiri dari part standar dan non-standar. Part standar memiliki harga yang sudah ditentukan oleh perusahaan penjual part tersebut, sedangkan part non-standar memerlukan perhitungan untuk mengetahui harganya. Total biaya material adalah penjumlahan biaya material untuk part non-standar dan non-standar. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan biaya material untuk part non-standar. Biaya Material ( Rp ) =Harga ( RpKg ) Massa Material ( Kg ) Dimana, Massa Material ( Kg)=Volume ( mm3 ) Massa Jenis Kg mm3 ( ) b. Biaya Proses Biaya proses adalah biaya yang dihitung selama proses pengerjaan yang umumnya dihitung setiap jamnya. Biaya proses ini terdiri dari biaya mesin, biaya operator, biaya listrik, biaya alat, dll. Biaya Proses Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap Biaya Proses ( Total )=Biaya Tetap+ Biaya Tidak Tetap Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap pada suatu perioda, besarnya tidak bergantung pada jumlah produk/jam kerja mesin. Yang termasuk biaya tetap: a. Biaya penyusutan mesin

28 b. Bunga modal dan asuransi c. Pajak d. Biaya bangunan,gudang,dan biaya beban listrik. a. Biaya Penyusutan Mesin Suatu mesin hanya dapat dipakai selama selang waktu tertentu. Biaya investasi akan habis (tersisa sedikit) setelah selang waktu tersebut. Oleh sebab itu, kalau dilihat dari waktu ke waktu selama selang waktu tersebut, nilai mesin telah berkurang/menyusut. Lama waktu suatu mesin dapat dipakai dan masih menguntungkan secara ekonomis. Biaya penyusutan diperhitungkan dari umur ekonomis mesin Beberapa metoda diperhitungkan biaya penyusutan : Mengamati penurunan harga aktual suatu mesin di pasaran Metode garis lurus (stright line method) Metode penjumlahan angka tahun (sum of the year digits method) Metode keseimbangan menurun berganda (double declining balance method) Mengamati Penurunan Harga Mesin di Pasaran Contoh hasil pengamatan penurunan harga mesin di pasar Tahun Harga (Juta) Penyusutan (Juta/tahun) ,5 1,5 Contoh Grafik Penurunan Harga Metode Garis Lurus 6 5 1,5

29 P S D N D = biaya penyusutan per tahun (Rp./tahun) P = harga awal mesin (Rp.) S = harga akhir mesin (Rp.) N = perkiraan umur ekonomis (Tahun) Metode Penjumlahan Angka Tahun Dt ( N nt) ( P S) y Dt = Biaya penyusutan pada tahun ke-t (Rp/tahun) N = Umur Ekonomis (tahun) nt = lama pemakaian sampai tahun ke-t, terhitung dari tahun pertama y = Jumlah angka tahun (misal: 1 tahun + 2 tahun + 3 tahun = 6 tahun) Metode Keseimbangan Menurun Berganda ( Dt=V t 1 V t 1 1 x N ) Dt = Biaya penyusutan pada tahun ke-t (Rp/tahun) t = Tahun Vt = Nilai mesin pada akhir tahun ke-t (V0=P) x = Suatu tetapan antara 1 2 (umumnya 2) N = Perkiraan umur ekonomis (Tahun)

30 b. Biaya Bunga Modal dan Asuransi Dari 4 metode perhitungan biaya penyusutan di atas, hanya 2 metode yang memperhitungkan bunga modal, yaitu : 1. Metode garis lurus dengan bunga modal (crf) 2. Metode Sinking Fund Apabila metode yang dipakai bukan dua metode di atas, maka bunga modal harus dihitung. I=i P Dimana, I = Bunga modal dan asuransi (Rp/Tahun) i = Tingkat bunga modal dan asuransi (% tahun) P = Harga awal mesin (Rp) N = Umur ekonomis mesin (Tahun) c. Pajak Pajak menggunakan perhitungan sesuai dengan ketetapan yang diberikan oleh Negara. Biasanya dinyatakan dalam % dari harga awal per tahun. d. Biaya Bangunan, Gudang, Biaya Beban Listrik Jika biaya bangunan, gudang, beban listrik dan biaya lain-lainnya dihitung per bulan, maka biaya per tahun menjadi: F=12 A i F = Total Seluruh Biaya per tahun (Rp) A = Total Seluruh Biaya per bulan (Rp) i = Tingkat bunga per bulan (% tahun) Biaya Tidak Tetap

31 Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya selalu berubah, besarnya bergantung pada jumlah produk/jam kerja mesin. Contoh biaya tidak tetap: Biaya bahan bakar, pelumas, cairan pendingin. Biaya operator, pemeliharaan, penggantian suku cadang penting. dll Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya lain-lain seperti biaya transportasi, pengemasan, keuntungan dan seluruh aktivitas yang tidak dapat dialokasikan secara khusus terhadap material dan tenaga kerja, sehingga biaya overhead dianggap bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam bentuk biaya langsung ataupun tidak langsung. (Sumber:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jig and Fixtures Jig adalah peralatan yang digunakan untu mengarahkan satu atau lebih alat potong pada posisi yang sama dari komponen yang serupa dalam suatu operasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jig and Fixtures 2.1.1 Definisi jig Menurut Laporan Akhir (Pajri Husaini 2012, hal 5) Jig adalah suatu peralatan yang digunakan untu menuntun satu atau beberapa alat

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRESS TOOL

PERANCANGAN PRESS TOOL TUGAS PERANCANGAN ALAT BANTU PRODUKSI II DOSEN : MUH. ARSYAD SAYUTI, S.ST., M.T PERANCANGAN PRESS TOOL RING KUNCI TANAM PADA GRANDEL PINTU OLEH: SUHANDRI : 34109016 MUHAMMAD DAUD : 43109015 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING

BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING 4.1 Proses Pembuatan Press Tool Diffuser Ducting Pembuatan press tool difuser ducting melalui beberapa tahapan proses pemesinan, baik secara konvensional maupun

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pengenalan Mengenai Punching Tool Dalam dunia industri manufactur ada beberapa jenis proses produksi, salah satunya adalah proses pengerjaan sheet metal yang menggunakan seperangkat

Lebih terperinci

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN BAB II PERTIMBANGAN DESAIN 2.1 Pertimbangan Desain Hal hal penting dalam pertimbangan desain untuk merancang press tool sendok cocor bebek, hal hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Press Tool Press tool adalah salah satu alat gabungan Jig dan Fixture yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong logam dengan cara penekanan. Bagian atas dari alat ini

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Press Tool Press tool adalah salah satu alat gabungan Jig dan Fixture yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong logam dengan cara penekanan. Bagian atas dari

Lebih terperinci

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd. PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi 2.2 Pengertian Mesin Pengaduk Adonan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi 2.2 Pengertian Mesin Pengaduk Adonan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa : Produksi adalah proses mengeluarkan hasil. Dapat penulis uraikan, bahwa definisi produksi adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori yang akan

Lebih terperinci

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Performa (2006) Vol. 5, No.2: 11-20 Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Andi Susilo, Muhamad Iksan, Subono Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN PERAKITAN DAN BIAYA PRODUKSI

BAB IV PROSES PENGERJAAN PERAKITAN DAN BIAYA PRODUKSI BAB IV PROSES PENGERJAAN PERAKITAN DAN BIAYA PRODUKSI 4.1 Pengerjaan Proses pengerjaan adalah urutan langkah pembuatan dari bahan baku sampai membentuk benda kerja yang dikehendaki. Untuk memperoleh hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Kedataran Meja Menggunakan Spirit Level Dengan Posisi Horizontal Dan Vertikal. Dari pengujian kedataran meja mesin freis dengan menggunakan Spirit Level

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Ducting

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Ducting BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Ducting Ducting adalah suatu Material atau material yang digunakan untuk mendistribusikan udara atau lainnya ke arah tertentu dengan mempertimbangkan tiap tiap tujuan

Lebih terperinci

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses pemesinan freis (milling) adalah penyayatan benda kerja menggunakan alat dengan mata potong jamak yang berputar. proses potong Mesin

Lebih terperinci

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Pada bab ini adalah bagian dari proses Metal Stamping yang meliputi Stamping Fundamental Die, membahas tentang bentuk operasi yang berbeda. Bagian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan. digilib.uns.ac.id 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan. 2.1.1 Pengertian pengelasan Pengelasan adalah suatu sambungan yang permanen yang mana berasal dari peleburan dan dua bagian yang digabungkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Press Tool Press Tool adalah peralatan yang mempunyai prinsip kerja penekanan dengan melakukan pemotongan atau pembentukkan atau gabungan dari keduanya. Peralatan ini

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 SOAL NAS: F018-PAKET A-08/09 1. Sebuah poros kendaraan terbuat dari bahan St

Lebih terperinci

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan BAB li TEORI DASAR Pada bab ini dijelaskan mengenai konsep dasar perancangan, teori dasar pemesinan, mesin bubut, komponen komponen utama mesin dan eretan (carriage). 2.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan

Lebih terperinci

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA 3.1 Mesin Bubut Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur. Bab II Teori Dasar Proses freis adalah proses penghasilan geram yang menggunakan pahat bermata potong jamak (multipoint cutter) yang berotasi. Pada proses freis terdapat kombinasi gerak potong (cutting

Lebih terperinci

Proses Gerinda. Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

Proses Gerinda. Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY Proses Gerinda Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY Mesin gerinda adalah salah satu mesin perkakas yang digunakan untuk memotong/ mengasah benda kerja dengan tujuan tertentu. Prinsip kerja mesin gerinda

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling Mesin Milling CNC Pada prinsipnya, cara kerja mesin CNC ini adalah benda kerja dipotong oleh sebuah pahat yang berputar dan kontrol gerakannya diatur oleh komputer melalui program yang disebut G-Code.

Lebih terperinci

Optimasi Pembuatan Produk Support Melalui Analisis Proses Single Tool Menjadi Progressive Hybrid Tool

Optimasi Pembuatan Produk Support Melalui Analisis Proses Single Tool Menjadi Progressive Hybrid Tool Optimasi Pembuatan Produk Support Melalui Analisis Proses Single Tool Menjadi Progressive Hybrid Tool Yuliar Yasin Erlangga 1, Kelvin Hamiraj (1) Dosen Jur. Teknik Perancangan Manufaktur, Politeknik Manufaktur

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN BAB III PEMESINAN FRAIS B. SENTOT WIJANARKA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB 3 PROSES

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) 66 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) BIDANG KOMPETENSI 1. KELOMPOK DASAR / FOUNDATION 2. KELOMPOK INTI 3. PERAKITAN (ASSEMBLY) 4. PENGECORAN DAN PEMBUATAN CETAKAN

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja merupakan alat komunikasi bagi orang manufaktur. Dengan melihat gambar kerja, operator dapat memahami apa yang diinginkan perancang

Lebih terperinci

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen 27 BAB IV SOP PENGOPERASIAN MESIN BUBUT KONVENSIONAL UNTUK MEMBUBUT PERMUKAAN 4.1. Ukuran Benda Kerja Sebelum melakukan proses pembubutan, langkah awal yang perlu dilakukan oleh seorang operator adalah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PEMASANGAN TUTUP BOTOL KECAP JENIS KROP (CROP) DENGAN MENGGUNAKAN 2 PUNCH SECARA KONVENSIONAL ( BIAYA PRODUKSI )

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PEMASANGAN TUTUP BOTOL KECAP JENIS KROP (CROP) DENGAN MENGGUNAKAN 2 PUNCH SECARA KONVENSIONAL ( BIAYA PRODUKSI ) RANCANG BANGUN ALAT BANTU PEMASANGAN TUTUP BOTOL KECAP JENIS KROP (CROP) DENGAN MENGGUNAKAN 2 PUNCH SECARA KONVENSIONAL ( BIAYA PRODUKSI ) LAPORAN AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja yang baik akan memudahkan pemahaman saat melakukan pengerjaan suatu produk, dalam hal ini membahas tentang pengerjaan poros

Lebih terperinci

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY Materi Kuliah PROSES GERINDA Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY KEGIATAN BELAJAR 1. Kegiatan Belajar 1 : Menentukan Persyaratan Kerja a. Tujuan Pembelajaran 1 1). Peserta diklat dapat menentukan langkah kerja

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mesin Press Pin

Gambar 2.1 Mesin Press Pin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Press Pin dan Pin 2.1.1 Definisi Mesin Press Pin Mesin Press Pin atau mesin cetak Pin ini adalah alat yang digunakan untuk melekatkan gambar yang sudah dipotong bulat menggunakan

Lebih terperinci

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL Zuhaimi Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Email : zuhaimi_pnl@yahoo.com Politeknik Negeri Lhokseumawe Abstrak Gerinda toolpost merupakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Umum Daging Sapi. 2.2 Produk Olahan Daging (Abon)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Umum Daging Sapi. 2.2 Produk Olahan Daging (Abon) 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Daging Sapi Daging sapi adalah jaringan otot yang diperoleh dari sapi yang biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan. Di setiap daerah, penggunaan

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT 1 BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT PENGERTIAN Membubut adalah proses pembentukan benda kerja dengan mennggunakan mesin bubut. Mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan gerak utama berputar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia robotika yang semakin meningkat, bentuk desain dan fungsi robot pun semakin bervariasi. Pada umumnya komponen rangka dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jig and Fixtures 2.1.1 Definisi jig Jig adalah peralatan yang digunakan untu mengarahkan satu atau lebih alat potong pada posisi yang sama dari komponen yang serupa

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Pengoperasian Mesin Bubut Dwi Rahdiyanta FT-UNY Kegiatan Belajar Pengoperasian Mesin Bubut a. Tujuan Pembelajaran. 1.) Siswa dapat memahami pengoperasian mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1) 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Motor adalah suatu komponen utama dari sebuah kontruksi permesinan yang berfungsi sebagai penggerak. Gerakan yang dihasilkan oleh motor adalah sebuah putaran poros. Komponen

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 PSOAL: F018-PAKET B-08/09 1. Sebuah batang bulat dengan diameter 20 mm harus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tapi pengertian filter disini lebih khusus lagi yaitu sebagai alat yang digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. tapi pengertian filter disini lebih khusus lagi yaitu sebagai alat yang digunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Filter Secara umum filter banyak dikenal orang sebagai alat penyaring kotoran, tapi pengertian filter disini lebih khusus lagi yaitu sebagai alat yang digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN

ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: AGUS WIBOWO NIM : D200 08 0019 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian jig Jig adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengarahkan sebuah atau lebih alat potong pada posisi yang sesuai dengan proses pengerjaan suatu produk. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI LABORATORIUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017 TATA TERTIB PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Side Rubber 2.1.1 Definisi Side Rubber Side rubber adalah rubber yang dipasang di pinggiran impact chute untuk menghalangi tanah yang telah dicurahkan ke impact chute agar tidak

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. SIL/MES/MES319/21 Revisi : 00 Tgl : 21 Juni 2010 Hal 1 dari 5 MATA KULIAH : PROSES PEMESINAN LANJUT KODE MATA KULIAH : MES319 ( 3 SKS P ) SEMESTER : III PROGRAM STUDI : PEND. TEKNIK MESIN DOSEN PENGAMPU

Lebih terperinci

Mesin Perkakas Konvensional

Mesin Perkakas Konvensional Proses manufaktur khusus digunakan untuk memotong benda kerja yang keras yang tidak mudah dipotong dengan metode tradisional atau konvensional. Dengan demikian, bahwa dalam melakukan memotong bahan ada

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENDAHULUAN Die Casting adalah sebuah proses pada industri pembuatan mesin di mana baja cair dicetak/dicor menggunakan tekanan tingkat tinggi ke dalam mold/dies (semacam

Lebih terperinci

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH JENIS PAHAT DAN VARIABEL PEMOTONGAN DENGAN

Lebih terperinci

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL FRAIS VERTIKAL 1. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja pada Mesin Frais b. Mahasiswa dapat memahami fungsi dari Mesin Frais c. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis Mesin Frais

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT Perbandingan Tingkat Kekasaran dan Getaran Pahat Pada Pemotongan Orthogonal dan Oblique Akibat Sudut Pahat PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perancangan mesin ini dilakukan tidak lain agar sedikit banyak mampu mengatasi lambatnya proses pembuatan sebuah box laci lemari, terkhusus pada waktu pemotongan pelat serta penekukan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN Abstrak Sunarto, Hartono, Suyadi Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN Denny Wiyono Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Polnep Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Pemesinan Untuk membuat suatu alat atau produk dengan bahan dasar logam haruslah di lakukan dengan memotong bahan dasarnya. Proses pemotongan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perancangan mesin ini dilakukan tidak lain agar sedikit banyak mampu mengatasi lambatnya proses pembuatan sebuah box laci lemari, terkhusus pada waktu pemotongan plat serta penekukan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR Untuk membuat spare parts yang utuh, diperlukan komponen-komponen steam joint stand for bende tr yang mempunyai fungsi yang berbeda yang kemudian

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045 PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045 Yuni Hermawan Jurusan Teknik Mesin -Fakultas Teknik - Universitas Jember Email: yunikaka@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Las MIG ( Metal Inert Gas) 2.2 Sejarah Las MIG

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Las MIG ( Metal Inert Gas) 2.2 Sejarah Las MIG BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Las MIG (Metal Inert Gas) Las MIG (Metal Inert Gas) merupakan las busur gas yang menggunakan kawat las sekaligus sebagai elektroda. Elektroda tersebut berupa gulungan

Lebih terperinci

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A111 Menggunakan Mata Bor HSS Arinal Hamni, Anjar Tri Gunadi, Gusri Akhyar Ibrahim Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING) ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING) IRVAN YURI SETIANTO NIM: 41312120037 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Sudut Potong (Kr) Dengan Pahat Karbida Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Oblique Terhadap Kekasaran Permukaan

Studi Pengaruh Sudut Potong (Kr) Dengan Pahat Karbida Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Oblique Terhadap Kekasaran Permukaan TUGAS AKHIR Studi Pengaruh Sudut Potong (Kr) Dengan Pahat Karbida Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Oblique Terhadap Kekasaran Permukaan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat - Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor 3. Mesin Bor 3.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN 0216-7395, e-issn 2406-9329 PENGARUH ARAH PEMAKANAN DAN SUDUT PERMUKAAN BIDANG KERJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL S45C PADA MESIN FRAIS CNC

Lebih terperinci

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT ANALISIS PEMBUATAN JIG PENGUBAH SUDUT KEMIRINGAN VALVE SILINDER HEAD SEPEDA MOTOR MATIC Nama NPM : 20410985 Jurusan Fakultas : Ardi Adetya Prabowo : Teknik Mesin : Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat. Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat. Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR Analisa Modifikasi Konstruksi Dies Tangki Radiator Kuningan dari Dua Kali Proses dalam Dua Dies menjadi Satu Langkah (drawing-trimming) dalam Satu Dies Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah industri yang harus dapat berkembang dan bersaing secara global. Pada dasarnya seluruh elemen dalam

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN Abstrak Carli Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PROGRESSIVE TOOL UNTUK MEMPRODUKSI LANDASAN LUBANG KUNCI (PROSES PENGUJIAN)

RANCANG BANGUN PROGRESSIVE TOOL UNTUK MEMPRODUKSI LANDASAN LUBANG KUNCI (PROSES PENGUJIAN) RANCANG BANGUN PROGRESSIVE TOOL UNTUK MEMPRODUKSI LANDASAN LUBANG KUNCI (PROSES PENGUJIAN) LAPORAN AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LPG (Liquified Petroleum Gas) LPG merupakan gas hidrokarbon produksi dari kilang minyak dan kilang gas dengan komponen utama gas propana (C 3 H 8 ) dan butana (C 4 H 10 ) dan

Lebih terperinci

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II BAB II Mesin Bubut I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin bubut. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin bubut. 3. Mahasiswa mengetahui tentang

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing Ir. SAMPURNO, MT. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

Dosen Pembimbing Ir. SAMPURNO, MT. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 IBNU MAHARDI ZAHTIAR 2106 100 069 Dosen Pembimbing Ir. SAMPURNO, MT. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 Multi Fixture Analisa dan Perancangan

Lebih terperinci

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Belajar Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais.

Lebih terperinci

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian 135 LAMPIARN 1.4 SOAL TEST UJI COBA INSTRUMEN Mata Pelajaran : Teknik Pemesinan Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu : 60 menit Sifat Ujian : Tutup Buku PETUNJUK UMUM 1. Tulis nama, dan kelas

Lebih terperinci

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Pada saat sekarang ini, perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat pesat. Sehingga membutuhkan tenaga ahli untuk dapat menggunakan alat-alat teknologi

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK Zulfikar Akbar Mohammad *, Naufal Abdurrahman * and Mutiarani Politeknik Negeri Batam Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN MESIN UNTUK OPERASI DASAR

MENGGUNAKAN MESIN UNTUK OPERASI DASAR KODE MODUL M.7.32A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMBENTUKAN MENGGUNAKAN MESIN UNTUK OPERASI DASAR BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN

Lebih terperinci

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014 JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014 Aplikasi Cairan Pelumas Untuk Mengurangi Tingkat Keausan Mata Bor Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS Anjar Tri Gunadi 1), Gusri Akhyar

Lebih terperinci

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) 101 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara proses pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau workshop proses ini dinamakan proses bor, walaupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LPG (Liquified Petroleum Gas) LPG merupakan gas hidrokarbon produksi dari kilang minyak dan kilang gas dengan komponen utama gas propane ( ) dan butane ( ) dan dikemas didalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara

Lebih terperinci

BAB III Mesin Milling I

BAB III Mesin Milling I BAB III Mesin Milling I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin milling. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin milling 3. Mahasiswa mengetahui

Lebih terperinci