POTENSI TANAMAN ORNAMENTAL (Aglaonema sp., Dieffenbachia sp., dan Spathiphyllum sp.) DALAM MENURUNKAN JUMLAH BIOAEROSOL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI TANAMAN ORNAMENTAL (Aglaonema sp., Dieffenbachia sp., dan Spathiphyllum sp.) DALAM MENURUNKAN JUMLAH BIOAEROSOL"

Transkripsi

1 POTENSI TANAMAN ORNAMENTAL (Aglaonema sp., Dieffenbachia sp., dan Spathiphyllum sp.) DALAM MENURUNKAN JUMLAH BIOAEROSOL Sisca Teresia 1, It Jamilah 2, Nunuk Priyani 2 1 Mahasiswa Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, 2Staf Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No.1, Kampus. USU, Padang Bulan, Medan 20155, Indonesia sisca_teresya@yahoo.com ABSTRAK Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas bakteri dan jamur beserta spora lainnya yang mampu bertahan hidup dalam ruangan ketika tingkat suhu dan kelembaban yang memadai. Keberadaannya diruangan dalam batas tertentu tidak berbahaya, namun sewaktu-waktu dapat mengganggu kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman ornamental Aglaonema sp., Dieffenbanchia sp. dan Spathiphyllum sp. dalam mengurangi jumlah koloni bakteri dan jamur dalam ruangan. Isolasi mikrob bioaerosol dilakukan dengan metode air sampling dengan tiga kali ulangan sebelum dan setelah tiga jenis tanaman diletakkan pada tiga ruangan kelas yang berbeda. Tanaman Aglaonema sp. memiliki potensi paling efektif dalam menurunkan jumlah bakteri aerosol dari minggu pertama hingga minggu ke tiga, sedangkan untuk koloni jamur tidak menunjukkan adanya penurunan. Jumlah koloni bioaerosol pada control dalam ruangan masih sesuai dengan baku mutu keputusan Menteri Kesehatan RI tahun Jenis bakteri yang ditemukan seperti Streptococcus, Staphylococcus, Bacillus, Pseudomonas dan Shigella, sedangkan jenis jamur yang ditemukan seperti Aspergillus, Penicillium, dan Neurospora. Kata Kunci: Bioaerosol, Ruang kelas, Aglaonema sp., Spathiphyllum sp., Dieffenbanchia sp. POTENCY OF ORNAMENTAL PLANT (Aglaonema sp., Dieffenbachia sp., and Spathiphyllum sp.) TO DECREASE BIOAEROSOL NUMBER Sisca Teresia, It Jamilah, Nunuk Priyani ABSTRACT Bioaerosol is dust particles consisting of bacteria and other fungal or plant spores that are able to survive in the air when the temperature and humidity level are adequate. Its presence in the air are generally harmless, but sometime causes disease. This research aimed to determine the ability of ornamental plant; Aglaonema sp., Dieffenbachia sp., and Spathiphyllum sp. in decresing the number of bacteria and fungi in the class room. Bioaerosol isolation was performed by air sampling method with three repetition before and after the plant placed on three class rooms. Aglaonema sp. was the most effective in reducing the number of bacteria aerosols from the first week to the third week, whereas fungal colonies did not show any reduction. The number of bioaerosol found were still in accordance with standarts quality of air in the room based on The Health Minister of the Republic Indonesia, Bioaerosol found in the class room could be pathogen such as Streptococcus, Staphylococcus, Bacillus, Pseudomonas, Shigella, Aspergillus, Penicillium, dan Neurospora. Key words : Bioaerosol, Class rooms, Aglaonema sp., Dieffenbanchia sp., Spathiphyllum sp., Pendahuluan Lebih dari 90% orang menjalankan aktivitas kehidupannya di dalam ruangan, seperti di rumah, perkantoran dan sekolah, oleh sebab itu mereka berhubungan dengan faktor lingkungan dalam ruangan salah satunya seperti bioaerosol yang dapat mempengaruhi kesehatan (Sekulska et al., 2007). Ironisnya masih sedikit perhatian 159

2 masyarakat atas kualitas udara di dalam ruangan, terutama di lingkungan sekolah. Kualitas udara sekolah seharusnya menjadi perhatian penting karena anak usia sekolah menghabiskan jumlah waktu yang signifikan di sekolah dan anak-anak merupakan golongan yang rentan terkena penyakit (EPA, 2004). Kualitas udara dalam ruangan merupakan faktor penting untuk kesehatan manusia. Polusi udara dalam ruangan dapat mempengaruhi kesehatan individu-individu yang dalam kondisi imunitas yang tidak baik (immunocompromise) karena status kesehatan mereka ataupun usia. Polusi mikroba di udara (bioaerosol) melibatkan ratusan spesies bakteri dan jamur yang tumbuh di dalam ruangan ketika tingkat kelembaban memadai. Paparan kontaminan mikroba secara klinis terkait dengan gejala pernapasan, alergi, asma dan reaksi imunologi (WHO, 2009). Tingkat kontaminasi mikroorganisme dalam ruangan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti luas ventilasi, kepadatan dan tingkat aktivitas individu yang berada dalam ruangan tersebut (Setyaningsih et al., 1998). Penyebab polusi udara dalam ruangan juga berhubungan dengan kondisi bangunan itu sendiri, perlengkapan dalam bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran udara, dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku orang-orang yang berada di dalam ruangan (Fitria et al., 2008). Dalam beberapa penelitian, tanaman hias memiliki potensi dalam meningkatkan kualitas udara dalam ruangan. Tanaman hias memiliki dampak positif pada keadaan psiko-emosional penghuni (Sinicina, 2013). Hasil penelitian Kamel et al (2012) menunjukkan bahwa tanaman Aglaonema commutatum mampu menurunkan jumlah koloni bakteri E. coli, P. aeruginosa dan S. aureus yang diinokulasikan pada permukaan daun mencapai ±30%. Tanaman ini juga menunjukan adanya aktivitas daya hambat pada bakteri E. coli dan S. aureus sebesar 15 mm. Bahan dan Metode Deskripsi Tempat Pengambilan Sampel Bioaerosol Lokasi pengambilan sampel bakteri dan jamur bioaerosol dilakukan pada tiga ruangan kelas V Sekolah Dasar Medan. Ruangan kelas ini masih menggunakan ventilasi alami dan memiliki luas 49 m 2 (7 x 7 m), dengan jumlah siswa rata-rata 41 siswa/kelas. Isolasi bakteri dan jamur bioaerosol dilakukan pada satu titik yang telah di tentukan yaitu di bagian tengah pada masing-masing ruangan. Pengukuran Parameter Kualitas Fisik Udara Pengukuran terhadap kualitas fisik udara meliputi suhu, intensitas cahaya dan kelembaban udara. Pengukuran intensitas cahaya diukur dengan Luxmeter, suhu dan kelembaban udara diukur dengan alat Termohigrometer. Pengukuran tersebut dilakukan pada setiap ruangan kemudian dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruangan. Peletakkan Tanaman dalam Ruangan Tiga jenis tanaman (Aglaonema sp., Spathiphylum sp. dan Dieffenbachia sp.) masingmasing disediakan dalam empat pot dengan diameter pot ±35cm, setiap pot terdapat helai daun, kemudian setiap tanaman diletakkan pada masing-masing ruangan kelas yang berbeda. Tanaman Aglaonema sp. diletakkan pada ruangan kelas A, tanaman Spathiphylum sp. diletakkan pada ruangan kelas B, dan tanaman Dieffenbachia sp. diletakkan pada ruangan kelas C. Tanaman diletakkan di setiap sudut ruangan pada masingmasing kelas. Tanaman disiram setiap hari sebelum proses pembelajaran berlangsung. Isolasi Mikroorganisme Bioaerosol Prosedur isolasi mikroorganisme bioaerosol dilakukan berdasarkan metode air sampling dengan menggunakan alat Mas Exampler dengan code Mas 100 diletakkan di atas meja pada bagian tengah ruangan. Cara pengambilan sampel adalah dengan membuka tutup alat lalu meletakkan cawan petri berisi media Plate Count Agar (PCA) dalam keadaan terbuka, lalu alat ditutup dan alat dihidupkan, diatur waktu selama lima menit (Suharti, 2013). Kemudian penutup alat dibuka dan diambil cawan petri yang berisi media PCA tersebut lalu ditutup, disegel dengan wrapping plastick dan diberi label sesuai lokasi. Dilakukan hal sama pada media Sabouraud Dextroxe Agar (SDA), Manitol Salt Agar (MSA), dan Mac Conkey (MC) secara bergantian pada masing-masing kelas, setelah itu cawan petri dibawa ke laboratorium mikrobiologi LABKESDA Medan lalu diinkubasi pada suhu 37 0 C di dalam inkubator selama ± 1-2 hari. Sampel diambil pada tiga ruang kelas secara bergantian pada saat sebelum dan sesudah 160

3 diletakkannya tanaman Aglaonema sp., Dieffenbachia sp., dan Spathiphyllum sp. Pengambilan sampel udara dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, sebelum tanaman diletakkan dilakukan setiap seminggu sekali pada hari ke-0 (ulangan 1), hari ke-7 (ulangan 2) dan hari ke-14 (ulangan 3) sedangkan pengambilan sampel setelah tanaman diletakkan yakni pada hari ke-21 (ulangan 1), hari ke-28 (ulangan 2) dan hari ke-35 (ulangan 3). Bakteri dan jamur yang tumbuh di hitung jumlah koloninya berdasarkan metode Total Plate Count dan dilihat perbandingan antara sebelum dan sesudah diletakkannya tanaman hias. Koloni yang tumbuh diamati dan diseleksi beberapa koloni yang paling dominan untuk diidentifikasi. Identifikasi Mikroorganisme Bioaerosol Identifikasi bakteri dilakukan dengancara mengamati morfologi koloni yang terpisah dari media Manitol Salt Agar (MSA) untuk mengidentifikasi bakteri Gram positif dan media Mac Conkey(MC) untuk mengidentifikasi bakteri Gram negatif, kemudian setiap koloni dimurnikan pada media Nutrien Agar (NA). Setiap koloni yang didapat diidentifikasi dengan pewarnaan Gram serta uji biokimia bakteri Gram positif (uji katalase, manitol, dan koagulase) dan bakteri Gram negatif (uji oksidase, SIM, SCA, dan TSIA) dengan menggunakan buku Bergey s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al., 1994). Identifikasi jamur dilakukan dengan menggunakan pewarnaan jamur Lactophenol Cotton Blue (LPCB) kemudian diidentifikasi jamur secara mikroskopis dengan melihat miselium, kantung spora, dan tipe hifa dan dibandingkan dengan buku kunci identifikasi jamur (Gandjar et al., 1999). Hasil dan Pembahasan Jumlah Populasi Koloni Bakteri dan Jamur Aerosol dalam Ruangan Kelas V SD Negeri Medan Penelitian dilakukan pada tiga ruangan kelas V SDN Medan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri saat sebelum diletakkan tanaman dan sesudah diletakkan tanaman dalam ruangan kelas. Sebelum diletakkannya tanaman didapatkan jumlah rata-rata koloni bakteri aerosol pada ruangan kelas A 321 cfu/m 3, pada ruangan kelas B 327 cfu/m 3, sedangkan pada ruangan kelas C 380 cfu/m 3. Setelah diletakkannya tanaman pada masing-masing kelas, didapatkan jumlah rata-rata koloni bakteri aerosol pada ruangan kelas A (Aglaonema sp.) 288 cfu/m 3, pada ruangan kelas B (Spathiphylum sp.) 208 cfu/m 3, dan pada ruangan kelas C (Dieffenbachia sp.) 169 cfu/m 3 (Tabel 1). Kelas Tabel 1. Jumlah koloni bakteri aerosol sebelum dan setelah peletakkan tanaman Jumlah koloni bakteri aerosol (cfu/m 3 ) Sebelum diletakkan tanaman Ratarata Jenis tanaman A B C Jika dilihat dari hasil rata-rata jumlah koloni bakteri selama tiga minggu setelah diletakkan tanaman, tanaman Dieffenbachia sp. memiliki potensi tertinggi dalam penurunan jumlah rata-rata koloni bakteri dalam ruangan kelas dibandingkan dengan tanaman Aglaonema sp. dan Spathiphylum sp. Namun, jika dilihat dari minggu ke-1 hingga minggu ke-3 setelah diletakkan tanaman, tanaman Aglaonema sp. 32 Setelah diletakkan Tanaman Rata rata Penurunan koloni bakteri (%) , , ,5 Aglaonema sp. memiliki kemampuan untuk menurunkan jumlah koloni bakteri aerosol hingga minggu ke-3, sedangkan dengan perlakuan tanaman Dieffenbachia sp. dan Spathiphylum sp. pada minggu ke-1 mengalami penurunan jumlah koloni bakteri aerosol tetapi mengalami peningkatan jumlah koloni bakteri aerosol hingga minggu ke-3. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman Aglaonema sp. paling Spathiphylum sp. 18 Dieffenbachia sp

4 efektif dalam menurunkan jumlah koloni bakteri aerosol dari minggu ke minggu. Jumlah koloni jamur aerosol sebelum diletakkannya tanaman didapatkan jumlah rata-rata koloni jamur aerosol pada ruangan kelas A : 4 cfu/m 3, pada ruangan kelas B : 4 cfu/m 3, sedangkan pada ruangan kelas C : 3 cfu/m 3. Setelah diletakkannya tanaman pada masing-masing kelas, didapatkan jumlah rata-rata jamur aerosol pada ruangan kelas A (Aglaonema sp.) : 3 cfu/m 3, pada ruangan kelas B (Spathiphylum sp.) : 3 cfu/m 3, dan pada ruangan kelas C (Dieffenbachia sp.) : 3 cfu/m 3 (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah koloni jamur aerosol sebelum dan setelah peletakkan tanaman Jumlah koloni jamur aerosol (cfu/m 3 ) Kelas Sebelum diletakkan tanaman Setelah diletakkan tanaman Jenis tanaman Rata-rata Rata-rata A Aglaonema sp B Spathiphylum sp C Dieffenbachia sp udara dalam ruang dikatakan baik apabila angka kuman dalam ruang kurang dari 700 koloni/m 3. Jumlah koloni jamur aerosol yang didapatkan sebelum dan setelah diletakkan tanaman tidak menunjukkan adanya perbedaan jumlah yang kontras. Hasil penelitian Sekulska et al. (2007) juga memperoleh jumlah koloni bakteri aerosol yang lebih tinggi dibanding jumlah koloni jamur aerosol dalam ruangan belajar suatu universitas, dimana jumlah koloni bakteri aerosol yang ditemukan mencapai 3300 cfu/m 3 sedangkan jumlah koloni jamur aerosol mencapai 1100 cfu/m 3. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah koloni bioaerosol dalam ketiga ruang kelas tersebut masih di bawah ambang batas standar jika dibandingkan dengan keputusan Menteri Kesehatan RI nomor : 1405/MENKES/SK/XI/ 2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Kualitas Pengukuran Faktor Fisik dalam Ruangan Kelas V SD Negeri Medan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk pengukuran suhu dan kelembaban sebelum diletakkan tanaman pada 1 dan 2 tidak ditemukan adanya perbandingan yang kontras, sedangkan pada 3 terjadi peningkatan suhu dan penurunan kelembaban (Tabel 3). Perbedaan suhu dan kelembaban tersebut dapat saja terjadi karena perubahan suhu harian pada iklim lingkungan. Tabel 3. Faktor fisik ruangan kelas V SD Negeri selama tiga minggu sebelum peletakkan tanaman Kelas Jumlah siswa Suhu (⁰C) Kelembaban(%) Intensitas Cahaya (Cd) 1 A 42 siswa B 43 siswa C 39 siswa A 42 siswa B 43 siswa C 40 siswa A 41 siswa B 44 siswa C 42 siswa

5 Pengukuran suhu dan kelembaban setelah diletakkan tanaman pada 1, 2 dan 3 tidak menunjukkan perbedaan yang kontras, namun pada 3 terdapat sedikit perbedaan yaitu terjadi peningkatan kelembaban dan penurunan suhu (Tabel 4). Tabel 4. Faktor fisik ruangan kelas V SD Negeri selama tiga minggu setelah peletakkan tanaman Kelas Jenis tanaman Jumlah Siswa Suhu (⁰C) Kelembaban (%) Intensitas Cahaya (Cd) 1 A Aglaonema sp. 41 siswa B Spathiphylum sp. 44 siswa C Dieffenbachia sp. 41 siswa A Aglaonema sp. 42 siswa B Spathiphylum sp. 43 siswa C Dieffenbachia sp. 40 siswa A Aglaonema sp. 42 siswa B Spathiphylum sp. 44 siswa C Dieffenbachia sp. 41 siswa Hasil penelitian menunjukan bahwa ratarata suhu dalam ruangan tersebut masih berada pada ambang batas yang telah ditentukan, sedangkan kelembaban dalam ruangan tersebut berada di atas ambang batas yang telah ditentukan yaitu lebih dari 60%. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1077/Menkes/Per/V/2011, suhu udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam ruangan adalah C dan kelembaban udara yang dipersyaratkan adalah 40-60%, sedangkan untuk intensitas cahaya adalah minimal 60 Lux. Hal ini menurut Prasasti et al., (2005) yang berarti udara dalam ruangan tersebut berpotensi sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Mukono (2000), kelembapan udara ruang merupakan salah satu faktor yang memengaruhi suhu ruangan sehingga jika kelembapan tinggi suhu udara akan turun, sebaliknya jika kelembapan rendah, suhu udara naik. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan penghuni ruangan sehingga perlu diperhatikan. Identifikasi Bakteri dari Ruangan Kelas V SD Negeri Medan Hasil dari pewarnaan dan uji biokimia bakteri Gram positif pada media Manitol Salt Agar (MSA) berdasarkan buku kunci determinasi Bergey s (Holt et al., 1994 ) didapatkan lima jenis koloni bakteri yang berbeda dari golongan Gram positif, dua diantaranya terduga genus Streptococcus sp. dan Bacillus sp. sedangkan tiga koloni bakteri terduga genus Staphylococcus sp.. Hasil pewarnaan dan uji biokimia bakteri Gram negatif pada media Mac Conkey (MC) didapatkan lima jenis koloni bakteri yang berbeda dari golongan Gram negatif. Koloni bakteri tersebut terduga genus Shigella sp. dan terduga empat genus Pseudomonas sp.. Berdasarkan hasil uji oksidasi, didapatkan empat koloni bakteri dengan uji oksidasi positif yakni Sp1, Sp2, Sp3, dan Sp4 yang diduga genus Pseudomonas sp. Sedangkan satu koloni lagi yakni Sp5 dengan uji oksidasi negatif diduga termasuk genus Shigella sp. Hasil penelitian Mandal dan Helmut (2011) juga menunjukkan adanya beberapa persamaan genus bakteri udara yang diambil dari berbagai lokasi seperti ruang rumah sakit, museum, perkantoran, apartemen/perumahan, sekolah dan universitas. Identifikasi Jamur dari Ruangan Kelas V SD Negeri Medan Hasil pengambilan sampel didapat empat koloni jamur yang berbeda dan dominan. Masingmasing koloni yang didapat yaitu tergolong ke dalam genus Aspergillus, Penicillium, dan Neurospora. Dua isolat yang berbeda, yakni Sp1 dan Sp4 ditemukan dari golongan genus yang sama yaitu Aspergillus. Sedangkan isolat Sp2 yang didapat dari genus Penicillium dan Sp3 dari genus Neurospora. Hasil penelitian Mandal dan Helmut (2011), juga menunjukkan adanya beberapa persamaan genus jamur pada ruang kelas sekolah seperti Aspergillus, Penicillium, Cladosporium, Rhizopus, dan Alternaria. Hasil penelitian Rohman (2011) juga menunjukkan 163

6 adanya beberapa golongan genus yang sama pada pengambilan sampel udara di perumahan kumuh yaitu Aspergillus, Penicillium, dan Rhizopus. Berdasarkan hasil penelitian Fitria et al, (2008), salah satu jenis kapang patogen yang sering mencemari udara di dalam ruangan adalah Aspergillus. Kapang tersebut dapat menyebabkan pulmonary aspergillosis karena menghirup udara yang terkontaminasi kapang Aspergillus. Aspergillus merupakan mikroorganisme multisel berfilamen, bersifat heterotrofik, dan dapat ditemukan pada media organik tidak hidup. Kesimpulan Jumlah populasi koloni bioaerosol yang ditemukan dalam ruangan kelas V Sekolah Dasar Negeri sebelum tanaman diletakan masih sesuai dengan baku mutu Keputusan Menteri Kesehatan No Tahun 2002 yaitu jumlah koloni bakteri ±343 cfu/m 3 sedangkan koloni jamur ±4 cfu/m 3. Tanaman Aglaonema sp. memiliki kemampuan paling efektif dibandingkan tanaman Dieffenbachia sp. dan Spathiphyllum sp. dalam menurunkan jumlah bakteri aerosol dari minggu ke minggu, sedangkan untuk koloni jamur tidak menunjukkan adanya penurunan yang kontras. Jenis bakteri dan jamur yang ditemukan yaitu untuk jenis bakteri Gram positif ditemukan genus terduga seperti Streptococcus, Staphylococcus, dan Bacillus, untuk bakteri Gram negatif ditemukan genus terduga Pseudomonas dan Shigella, sedangkan untuk jamur ditemukan genus terduga Aspergillus, Penicillium, dan Neurospora. Beberapa spesies dari genus tertuga yang ditemukan berpotensi patogen. Daftar Pustaka Antoniusman M Hubungan Jumlah Koloni Bakteri Patogen Udara dalam Ruang dan Faktor Demografi Terhadap Kejadian Gejala Fisik Sick Building Syndrome Pada Responden Penelitian di Gedung X Tahun [Skripsi]. Jakarta: UIN EPA Air Quality Criteria for Particulate Matter. Center for Environmental Research Information Office of Research and Development. Fitria L., Ririn A. W., Ema H., dan Dewi S Kualitas Udara dalam Ruang Perpustakaan Universitas X Ditinjau dari Kualitas Biologi, Fisik, dan Kimiawi. J. Makara Kesehatan 12(2):77. Gandjar, I., R.A. Samson, K. van den Tweel- Vermeulen, A. Oetari dan I. Santoso Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Holt, J.G., R.K. Noel, P.H.A., Sneath, T.S., James dan Stanley Bergey's Manual of Determinative Bacteriology. 9th edition. The Williams and Wilkins Co. Baltimore. Kamel, Imael dan Ahmed Effect of natural surface secretes of some common ornamental plants leaves on pathogenic microorganisms. J. Life Sci. 6 (2) : Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1077/Menkes/Per/V/ 2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah. Jakarta. Mandal J. dan Helmut B Bioaerosol in Indoor Environmental-A Review with Special Reference to Residential and Occupational Locations. J. The Open Envir. & Bio. Monitoring. (4): Moerdjoko Kaitan Sistem Ventilasi Bangunan dengan Keberadaan Mikroorganisme Udara. Dimensi Teknik Arsitektur 32 (1): Prasasti, C.I. dan Retno A Kualitas udara dalam ruang kelas ber-ac. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. J. Kesehatan Ling. 7 (1):14. Prasasti, C. I., Mukono dan Sudarmaji Pengaruh kualitas udara dalam ruangan ber AC terhadap gangguan kesehatan. J. Kesehatan Ling. 1(2): Sekulska, M. S., A. Piotraszewska P., A. Szyszka, M. Nowicki, and M. Filipiak Microbiological quality of indoor air in university rooms. Polish J. Environ. Stud. 16 (4) : 623. Sinicina N., Andris S., and Andris M Impact of microclimate and indoor plants on air ion concentration. Env. Tech. Resources Proceedings of the 9th Int. Scientific and Practical Conference. 1(1):67. Suharti N Hubungan Antara Populasi Mikroorganisme Udara dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun Medan. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara:Universitas Negeri Medan. 164

SKRIPSI OLEH SISCA NENCY TERESIA MANGUNSONG Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI OLEH SISCA NENCY TERESIA MANGUNSONG Universitas Sumatera Utara 1 POTENSI TANAMAN ORNAMENTAL (Aglaonema sp., Dieffenbachia sp., dan Spathiphyllum sp.) DALAM MENURUNKAN JUMLAH MIKROBA UDARA DALAM RUANGAN KELAS SEKOLAH DASAR SKRIPSI OLEH SISCA NENCY TERESIA MANGUNSONG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran suatu penyakit merupakan akibat dari hubungan interaktif antara manusia dan lingkungannya. Agent penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui udara,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAKTERI UDARA DI RUANGAN BERSISTEM HVAC (HEATING VENTILATION AND AIR CONDITIONING)

IDENTIFIKASI JENIS BAKTERI UDARA DI RUANGAN BERSISTEM HVAC (HEATING VENTILATION AND AIR CONDITIONING) Prosiding Seminar Nasional Biotik 2014 ISBN: 978-602-70648-0-5 IDENTIFIKASI JENIS BAKTERI UDARA DI RUANGAN BERSISTEM HVAC (HEATING VENTILATION AND AIR CONDITIONING) Iswadi 1, Samingan 2 dan Hendra Yulisman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial masih merupakan masalah yang penting bagi kesehatan karena dapat meningkatkan angka kematian dan salah satu komplikasi tersering bagi pasien yang

Lebih terperinci

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK Slamet Poltekkes Kemenkes Pontianak, Jl. 28 Oktober Siantan Hulu, Pontianak Abstrak:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udara dalam Ruangan Udara merupakan salah satu komponen lingkungan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN VENTILASI (AC DAN NON AC) DALAM RUANGAN TERHADAP KEBERADAAN MIKROORGANISME UDARA

PENGARUH PENGGUNAAN VENTILASI (AC DAN NON AC) DALAM RUANGAN TERHADAP KEBERADAAN MIKROORGANISME UDARA PENGARUH PENGGUNAAN VENTILASI (AC DAN NON AC) DALAM RUANGAN TERHADAP KEBERADAAN MIKROORGANISME UDARA (Studi Kasus : Ruang Kuliah Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro) *Vidyautami, D.N., **Huboyo,

Lebih terperinci

ARTIKEL RISET URL artikel:

ARTIKEL RISET URL artikel: ARTIKEL RISET URL artikel: http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh1202 Analisis Mikroorganisme Udara terhadap Gangguan Kesehatan dalam Ruangan Administrasi Gedung Menara UMI Makassar

Lebih terperinci

Kedokteran Universitas Lampung, 3) Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Abstrak

Kedokteran Universitas Lampung, 3) Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Abstrak Kualitas Mikrobiologi Udara di Inkubator Unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Moeloek Bandar Lampung Erin Imaniar 1), Ety Apriliana 2), Prambudi Rukmono 3) Email: imaniarerin@yahoo.com 1)

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN DAMPAK RUANG BER-AC (PERPUSTAKAAN) TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PETUGAS PERPUSTAKAAN DI POLTEKKES KEMENKES SURABAYA Imam Thohari (Poltekkes Kemenkes Surabaya) Rachmaniyah (Poltekkes Kemenkes Surabaya) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas

BAB I PENDAHULUAN. di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai komponen lingkungan mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas dan menjalankan berbagai

Lebih terperinci

SULOLIPU p-issn X Vol.17 No.1 (Juni 2017)

SULOLIPU p-issn X Vol.17 No.1 (Juni 2017) SURVAI ANGKA KUMAN PADA RUMAH PENDERITA ISPA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUNGINGI KOTA GORONTALO Ekawaty Prasetya Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo ekawaty8144@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mengetahui pengaruh dan bioindikator pencemaran insektisida organofosfat terhadap jumlah dan keanekaragaman organisme tanah pertanian terutama bakteri tanah, dilakukan

Lebih terperinci

POTENSI BAKTERI ASAM LAKTAT YANG DIISOLASI DARI NIRA AREN DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI PATOGEN ASAL PANGAN

POTENSI BAKTERI ASAM LAKTAT YANG DIISOLASI DARI NIRA AREN DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI PATOGEN ASAL PANGAN POTENSI BAKTERI ASAM LAKTAT YANG DIISOLASI DARI NIRA AREN DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI PATOGEN ASAL PANGAN SKRIPSI Skripsi ini diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar

Lebih terperinci

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara Karbon Dioksida 0,03% Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara Apa Itu Pencemaran Udara? Pencemaran udara bebas (Out door air pollution), Sumber Pencemaran udara bebas : Alamiah,

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS UDARA RUANG (INDOOR) SECARA MIKOLOGIS; STUDI KASUS DI PEMUKIMAN KUMUH KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA JURNAL SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS UDARA RUANG (INDOOR) SECARA MIKOLOGIS; STUDI KASUS DI PEMUKIMAN KUMUH KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA JURNAL SKRIPSI ANALISIS KUALITAS UDARA RUANG (INDOOR) SECARA MIKOLOGIS; STUDI KASUS DI PEMUKIMAN KUMUH KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA JURNAL SKRIPSI ARIF FADZKUR ROHMAN PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat lingkungan semakin hari semakin menimbulkan problema kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) Umumnya di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Parameter Fisika dan Kimia Air Sumur Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat adalah bagian pokok dibidang kesehatan khususnya adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu bagian menyeluruh, integrasi

Lebih terperinci

KUALITAS UDARA DALAM RUANG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X DITINJAU DARI KUALITAS BIOLOGI, FISIK, DAN KIMIAWI

KUALITAS UDARA DALAM RUANG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X DITINJAU DARI KUALITAS BIOLOGI, FISIK, DAN KIMIAWI MAKARA, KESEHATAN, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 76-82 KUALITAS UDARA DALAM RUANG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X DITINJAU DARI KUALITAS BIOLOGI, FISIK, DAN KIMIAWI Laila Fitria *), Ririn Arminsih Wulandari,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pengganti Air Susu Ibu di Unit Perinatologi Rumah Sakit

Lebih terperinci

Kualitas Udara Mikrobiologis Ruang di Ruang Senat Guru Besar Gedung Rektorat Universitas Indonesia

Kualitas Udara Mikrobiologis Ruang di Ruang Senat Guru Besar Gedung Rektorat Universitas Indonesia Kualitas Udara Mikrobiologis Ruang di Ruang Senat Guru Besar Gedung Rektorat Universitas Indonesia 1) Komang Tattya Lokhita A.K, 2) Firdaus Ali, 3) Irma Gusniani D 1,2,3) Departemen Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan (mendeskripsikan)

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian diadakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Pengambilan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH MIKROORGANISME UDARA DALAM RUANG KELAS LANTAI 8 UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH MIKROORGANISME UDARA DALAM RUANG KELAS LANTAI 8 UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH MIKROORGANISME UDARA DALAM RUANG KELAS LANTAI 8 UNIVERSITAS ESA UNGGUL Nayla Kamilia Fithri, Putri Handayani, Gisely Vionalita 1 Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh berbagai negara. Pencemaran udara terjadi karena meningkatnya industri, perubahan perilaku dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease)

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan menuju industrialisasi dapat membawa berbagai resiko positif maupun negatif yang mempengaruhi para pekerja dan keluarganya. Resiko positifnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SURYA HADI SAPUTRA H

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SURYA HADI SAPUTRA H IDENTIFIKASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA PADA BAKTERI ASAM LAKTAT YANG DIISOLASI DARI ASINAN REBUNG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) PADA SUHU 15 o C DENGAN KONSENTRASI GARAM 5% IDENTIFICATION

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 2 (4) (2013) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN STREPTOCOCCUS DI UDARA PADA RUMAH SUSUN KELURAHAN BANDARHARJO KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada tangan tenaga medis dan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada tangan tenaga medis dan 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitan ini merupakan penelitian eksperimental labolatorik untuk mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada tangan tenaga medis dan paramedis di Instalasi

Lebih terperinci

Kualitas Mikrobiologi Udara di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandarlampung

Kualitas Mikrobiologi Udara di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandarlampung Kualitas Mikrobiologi Udara di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit Umum Soleha TU, Rukmono P, Hikmatyar G Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Neonatal intensive care unit

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2012 di Bagian Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera utara.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan serta ventilasi yang kurang baik di

Lebih terperinci

ABSTRAK KONTAMINASI MIKROORGANISME PADA BEDAK PADAT YANG SUDAH DIGUNAKAN

ABSTRAK KONTAMINASI MIKROORGANISME PADA BEDAK PADAT YANG SUDAH DIGUNAKAN ABSTRAK KONTAMINASI MIKROORGANISME PADA BEDAK PADAT YANG SUDAH DIGUNAKAN Kurnia Baraq, 2010. Pembimbing I: Triswaty Winata, dr., M.Kes. Pembimbing II: Evi Yuniawati, dr., MKM. Kosmetik dikenal manusia

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Msayarat OLEH: YULITA PUTRI NIM

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Msayarat OLEH: YULITA PUTRI NIM ANALISA KUALITAS FISIK DAN MIKROBIOLOGI UDARA RUANGAN BER-AC DAN KELUHAN SICK BUILDING SYNDROME PADA PEGAWAI BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KOTA MEDAN DI GEDUNG WALIKOTA MEDAN TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di

BAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data WHO, setiap tahun sekitar tiga juta orang meninggal karena polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di dunia. Seribu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Lebih terperinci

EKSPLORASI JAMUR PEROMBAK SERASAH DI BAWAH TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii Jungh et de vriese) DAN RASAMALA (Altingia excelsa Noronha)

EKSPLORASI JAMUR PEROMBAK SERASAH DI BAWAH TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii Jungh et de vriese) DAN RASAMALA (Altingia excelsa Noronha) EKSPLORASI JAMUR PEROMBAK SERASAH DI BAWAH TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii Jungh et de vriese) DAN RASAMALA (Altingia excelsa Noronha) SKRIPSI Oleh: Triaty Handayani PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ISOLASI DAN UJI EKSTRAK METANOL BAKTERI ENDOFIT TAPAK DARA (Catharanthus roseus) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BEBERAPA MIKROBA PATOGEN

ISOLASI DAN UJI EKSTRAK METANOL BAKTERI ENDOFIT TAPAK DARA (Catharanthus roseus) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BEBERAPA MIKROBA PATOGEN ISOLASI DAN UJI EKSTRAK METANOL BAKTERI ENDOFIT TAPAK DARA (Catharanthus roseus) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BEBERAPA MIKROBA PATOGEN SKRIPSI FEBRIN SETIANI PANDIANGAN 090805054 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman.

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme terdapat di berbagai tempat seperti tanah, debu, air, udara, kulit dan selaput lendir. Mikroorganisme dapat berupa bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain.

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar

Lebih terperinci

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 EFEKTIFITAS PENGGUNAAN CAMPURAN AIR PANAS DENGAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DAN AIR PANAS DALAM MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI Staphylococcusaureus YANG TERDAPAT PADA PAKAIAN BEKAS PADA PASAR TRADISIONALPERUMNAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik. III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik. 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara Dalam Ruangan Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp,

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp, 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Dimana penelitian ini tertuju pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya

Lebih terperinci

Karakter morfologi bakteri dari daun sehat dan bergejala sakit Lidah Buaya (Aloe vera var. barbadensis)

Karakter morfologi bakteri dari daun sehat dan bergejala sakit Lidah Buaya (Aloe vera var. barbadensis) Vol 3 (3) : 46 50 Karakter morfologi bakteri dari daun sehat dan bergejala sakit Lidah Buaya (Aloe vera var. barbadensis) Yoas Leo G.M.T 1, Siti Khotimah 1, Ahmad Mulyadi 2 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

Densitas = Jumlah koloni/cawan x 60m/30m x Luas cawan

Densitas = Jumlah koloni/cawan x 60m/30m x Luas cawan VI. PEMBAHASAN Mikroorganisme berdasarkan pengaruh hidupnya terhadap kehidupan manusia terbagi menjadi dua yaitu mikroorganisme pathogen dan mikroorganisme non- pathogen. Mikroorganisme pathogen adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Minum Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, syarat-syarat air minum

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI DAN PENYIMPANAN DARI SUPLEMEN PAKAN RUMINANSIA

PENGARUH IRADIASI DAN PENYIMPANAN DARI SUPLEMEN PAKAN RUMINANSIA PENGARUH IRADIASI DAN PENYIMPANAN DARI SUPLEMEN PAKAN RUMINANSIA (The Effect of Irradiation on the Shelf Life of Feed Supplements for Ruminant) LYDIA ANDINI, SUHARYONO dan HARSOJO. Pusat Aplikasi Teknologi

Lebih terperinci

SELEKSI MIKROBA SELULOLITIK DALAM MENDEGRADASI LIGNIN ASAL TANAH GAMBUT DESA RIMBO PANJANG KABUPATEN KAMPAR RIAU

SELEKSI MIKROBA SELULOLITIK DALAM MENDEGRADASI LIGNIN ASAL TANAH GAMBUT DESA RIMBO PANJANG KABUPATEN KAMPAR RIAU SELEKSI MIKROBA SELULOLITIK DALAM MENDEGRADASI LIGNIN ASAL TANAH GAMBUT DESA RIMBO PANJANG KABUPATEN KAMPAR RIAU N. I. Adlini 1, B. L. Fibriarti 2, R. M. Roza 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi, FMIPA-UR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan Maret 2015. Pengambilan sampel tanah dikawasan hutan Mangrove Desa Srimulyo Kecamatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS UDARA DALAM RUANG DENGAN KELUHAN PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KABUPATEN SIDOARJO

HUBUNGAN KUALITAS UDARA DALAM RUANG DENGAN KELUHAN PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KABUPATEN SIDOARJO HUBUNGAN KUALITAS UDARA DALAM RUANG DENGAN KELUHAN PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KABUPATEN SIDOARJO Correlation of Indoor Air Quality with Prisoners Health Complaints in the Country Jail Sidoarjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur terpenting dalam menentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Mei 2011 di Laboratorium Mikrobiologi dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Mei 2011 di Laboratorium Mikrobiologi dan 26 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Mei 2011 di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: GHINA ADDINA NIM.

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: GHINA ADDINA NIM. EVALUASI KADAR BAKTERI DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PLATE COUNT AGAR (PCA) BERDASARKAN TINGGI SECARA VERTIKAL DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT RSGMP FKG USU DENGAN METODE TOTAL PLATE COUNT (TPC) SKRIPSI

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Cristallica Mogolaingo Safrudin*, Woodford Baren Solaiman Joseph*, Finny Warouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk sekitar Kecamatan Semampir Surabaya dari 5 kelurahan diantaranya Ujung, Ampel,

Lebih terperinci

ABSTRAK. KEBERADAAN BAKTERI Coliform DAN Staphylococcus aureus DALAM SOSIS SAPI SIAP MAKAN X

ABSTRAK. KEBERADAAN BAKTERI Coliform DAN Staphylococcus aureus DALAM SOSIS SAPI SIAP MAKAN X ABSTRAK KEBERADAAN BAKTERI Coliform DAN Staphylococcus aureus DALAM SOSIS SAPI SIAP MAKAN X Penyusun: David Susilo (00 10092); Pembimbing: Philips Onggowidjaja, S. Si., M.Si. dan Widura, dr., M.S. Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA Sandy Saputra 05031381419069 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler 20 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNILA. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Koloni bakteri endofit

Koloni bakteri endofit Lampiran : 1 Isolasi Bakteri Endofit pada tanaman V. varingaefolium Tanaman Vaccinium varingaefolium Diambil bagian akar tanaman Dicuci (menghilangkan kotoran) Dimasukkan ke dalam plastik Dimasukkan ke

Lebih terperinci

ISOLASI DAN SELEKSI MIKROBA ENDOFIT PADA TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) SEBAGAI ANTIJAMUR. Skripsi

ISOLASI DAN SELEKSI MIKROBA ENDOFIT PADA TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) SEBAGAI ANTIJAMUR. Skripsi ISOLASI DAN SELEKSI MIKROBA ENDOFIT PADA TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) SEBAGAI ANTIJAMUR Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelas Sarjana Sains Disusun oleh: Atika Dewi Purwaningsih

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN VI. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan tanggal 21 Maret 2011 ini mengenai isolasi bakteri dan kapang dari bahan pangan. Praktikum ini dilaksakan dengan tujuan agar praktikan dapat mengerjakan pewarnaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode difusi Kirby bauer. Penelitian di lakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir - SB091358

Sidang Tugas Akhir - SB091358 Sidang Tugas Akhir - SB091358 POTENSI ISOLAT BAKTERI Pseudomonas DAN Bacillus DALAM MENDEGRADASI PLASTIK DENGAN METODE KOLOM WINOGRADSKY SEDERHANA Fiki Rahmah Fadlilah 1510 100 701 Dosen Penguji I Dr.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara Lampiran I Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan Lampiran 2 Morfologi Tumbuhan kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) Gambar 3. Tumbuhan kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) suku Meliaceae Gambar 4. Daun kecapi

Lebih terperinci

ISOLASI BAKTERI PATOGEN OPORTUNISTIK DARI TAMBAK UDANG YANG MEMBENTUK BIOFILM DAN PENGENDALIANNYA DENGAN PANAS DAN KLORIN SKRIPSI

ISOLASI BAKTERI PATOGEN OPORTUNISTIK DARI TAMBAK UDANG YANG MEMBENTUK BIOFILM DAN PENGENDALIANNYA DENGAN PANAS DAN KLORIN SKRIPSI ISOLASI BAKTERI PATOGEN OPORTUNISTIK DARI TAMBAK UDANG YANG MEMBENTUK BIOFILM DAN PENGENDALIANNYA DENGAN PANAS DAN KLORIN SKRIPSI YUSNITA WAHYUNI SILITONGA 080805030 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N

I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah

Lebih terperinci

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015 Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat pada Andisol Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung dengan Beberapa Ketebalan Abu di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo Exploration and Potential of Phosphate

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN Profil Kondisi Sterilitas dan Uji Kepekaan Antibiotik Terhadap Bakteri yang Ditemukan pada Peralatan Medis Instalasi Perawatan Intensif RSUP. H. Adam Malik Oleh : VINISIA 060100092

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu, tidak adanya perlakuan terhadap variabel (Nazir, 2003).

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu, tidak adanya perlakuan terhadap variabel (Nazir, 2003). 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dasar dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, karena hanya memberikan gambaran terhadap fenomenafenomena tertentu,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JAMUR DAN BAKTERI PADA PROSES PENGOMPOSAN KOTORAN DOMBA SEBAGAI PENUNJANG SANITASI LINGKUNGAN

IDENTIFIKASI JAMUR DAN BAKTERI PADA PROSES PENGOMPOSAN KOTORAN DOMBA SEBAGAI PENUNJANG SANITASI LINGKUNGAN IDENTIFIKASI JAMUR DAN BAKTERI PADA PROSES PENGOMPOSAN KOTORAN DOMBA SEBAGAI PENUNJANG SANITASI LINGKUNGAN YULI ASTUTI HIDAYATI, ELLIN HARLIA, TB.BENITO dan A.KURNANI Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cocor Bebek (Bryophyllum pinnatum) 1. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

Lebih terperinci

Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan (Uji Rambut)

Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan (Uji Rambut) Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan (Uji Rambut) A. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk 1. Memberikan pemahaman dan keterampilan mengenai metode pengujian sanitasi pekerja dalam pengolahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK KERJA DAN ASEPTIK; PEMINDAHBIAKAN

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK KERJA DAN ASEPTIK; PEMINDAHBIAKAN LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK KERJA DAN ASEPTIK; PEMINDAHBIAKAN OLEH: NAMA : ANNISA DWI CAHYA NIM : J1E111052 KELOMPOK : 1 SHIFT 3 ASISTEN : RADEN DWI THRIWANTO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Jl. Ring Road Utara, Condongcatur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrobiologi Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme. Mikroorganisme itu sangat kecil, biasanya bersel tunggal, secara individual tidak dapat dilihat dengan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE meliputi daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Tanaman Kilemo di daerah Jawa banyak ditemui pada daerah dengan ketinggian 230 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini terutama banyak ditemui

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO Agnes Setiawan, 2011. Pembimbing 1: Fanny Rahardja, dr., M.si. Pembimbing 2: Roys A. Pangayoman

Lebih terperinci

KUALITAS MIKROBIOLOGIS NASI BUNGKUS DITINJAU DARI JUMLAH TOTAL MIKROBA, COLIFORM DAN

KUALITAS MIKROBIOLOGIS NASI BUNGKUS DITINJAU DARI JUMLAH TOTAL MIKROBA, COLIFORM DAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS NASI BUNGKUS DITINJAU DARI JUMLAH TOTAL MIKROBA, COLIFORM DAN Escherichia coli DI WILAYAH KAMPUS UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN Skripsi Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mencapai Derajat

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA KAMAR OPERASI DAN KELUHAN KESEHATAN

GAMBARAN KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA KAMAR OPERASI DAN KELUHAN KESEHATAN GAMBARAN KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA KAMAR OPERASI DAN KELUHAN KESEHATAN Description of Microbiological Air Quality in Operating Room and Health Complaint Wawan Supra Wismana Departemen Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci