SULOLIPU p-issn X Vol.17 No.1 (Juni 2017)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SULOLIPU p-issn X Vol.17 No.1 (Juni 2017)"

Transkripsi

1 SURVAI ANGKA KUMAN PADA RUMAH PENDERITA ISPA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUNGINGI KOTA GORONTALO Ekawaty Prasetya Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo ABSTRACT The number of colonies of microorganisms in the air depend on the activity in the room as well as the amount of dust and other impurities. The dirty rooms have the air which contains microorganisms than clean room. Sources causes of indoor air pollution associated with the building itself, the fixtures in the building (carpeting, air conditioning, etc.), the condition of the buildings, temperature, humidity, ventilation, and matters relating to the behavior of those who were in the room.this one iscause the high incidence of respiratory disease in Puskesmas Dungingi where the disease is the highest position in the health centers.this study aims to determine the number of bacteria found in the homes of people in a room ISPA. Research carried out by media PCA (Plate Count Agar) and to count the number of colonies of germs by using Colony counter type of research is analytic survey to check the total number of germs in the home with ARI located in Puskesmas Dungingi. Technical analysis of the data used is analytic survey with the examination number of bacteria in the air and then lays out the results with Minister of Health Decree No.1405 / Menkes / SK / XI / 2002 concerning the quality of indoor air. The average total number of germs in the home with ARI in Puskesmas Dungingi was 57.3 colonies by the total number of germs that most of the 180 colonies and the number of bacteria that is at least that amount to 12 colonies. 53 air samples or 91.37% of air samples in the homes of people ISPA in Puskesmas Dungingi which has a number of bacteria that exceed the limits required by the WHO which is not more than 20 colonies in a petri dish.it is advisable for the institution, especially Puskesmas Dungingi for more attention to the quality of air in homes that may be realized in the implementation of community health centers program for prevention against diseases caused by air contamination. Key words : number of bacteria, ISPA 13

2 ABSTRAK Jumlah koloni mikroorganisme di udara tergantung pada aktifitas dalam ruangan serta banyaknya debu dan kotoran lain. Ruangan yang kotorakan berisi udara yang banyak mengandung mikroorganisme pada ruangan yang bersih. Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan berhubungan dengan bangunan itu sendiri, perlengkapan dalam bangunan (karpet, AC, dan sebagainya), kondisi bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran udara, dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku orangorang yang berada di dalam ruangan. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab tingginya angka kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi dimana penyakit ini menempati posisi tertinggi di puskesmas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kuman yang terdapat pada rumah penderita ISPA dalam suatu ruangan. Penelitian dilakukan dengan media PCA (Plate Count Agar) dan untuk menghitung jumlah koloni kuman dengan menggunakan Colony counter Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan memeriksa jumlah angka kuman pada rumah penderita ISPA yang berada di wilayah kerja Puskesmas Dungingi. Tehnik analisis data yang digunakan adalah survey analitik dengan pemeriksaan angka kuman di udara kemudian menjabarkan hasilnya dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002 mengenai kualitas udara dalam ruang. Ratarata jumlah angka kuman di rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi adalah 57,3 koloni dengan jumlah angka kuman yang paling banyakyakni 180 koloni dan angka kuman yang paling sedikit yakni berjumlah 12 koloni. 53 sampel udara atau 91,37% sampel udara dalam rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi yang memiliki angka kuman yang melebihi batas yang dipersyaratkan oleh WHO yakni tidak lebih dari 20 koloni dalam satu cawan petri. Disarankan bagi institusi khususnya Puskesmas Dungingi agar lebih memperhatikan kualitas udara di rumah-rumah penduduk yang dapat direalisasi dalam implementasi program puskesmas sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit-penyakit akibat kontaminasi udara. Katakunci : angka kuman, penyakit ISPA PENDAHULUAN Jumlah koloni mikroorganisme di udara tergantung pada aktifitas dalam ruangan serta banyaknya debu dan kotoran lain. Ruangan yang kotor akan berisi udara yang banyak mengandung mikroorganisme dari pada ruangan yang bersih (Moerdjoko, 2004). Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan berhubungan dengan bangunan itu sendiri, perlengkapan dalam bangunan (karpet, AC, dan sebagainya), kondisi angunan, suhu, kelembaban, pertukaran udara, dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku orang-orang yang berada di 14

3 dalam ruangan, misalnya merokok. Sumber polusi udara dalam ruang selain dapat berasal dari bahan-bahan sintetis dan beberapa bahan alamiah yang digunakan untuk karpet, busa, pelapis dinding, dan perabotan rumah tangga (asbestos, formaldehid, VOC), juga dapat berasal dari produk konsumsi (pengkilap perabot, perekat, kosmetik, pestisida/insektisida) (Fitria, 2009). Kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Timbulnya kualitas udara dalam ruangan umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya sumber kontaminasi di dalam ruangan (16%) kontaminasi dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%),lain-lain (13%). Sumber pencemaran udara dapat pula berasal dari aktifitas rumah tangga dari dapur yang berupa asap, Menurut beberapa penelitian pencemaran udara yang bersumber dari dapur telah memberikan kontribusi yang besar terhadap penyakit ISPA. Puskesmas Dungingi berada di Kelurahan Huangobotu tepatnya di depan Sektor Dungingi. yang terdiri atas lima 5 Kelurahan yakni kelurahan Tuladenggi, Kelurahan Libuo, Kelurahan Huangobotu, Kelurahan Tomulabutao Selatan, dan Kelurahan Tomulabutao induk dengan luas wilayah adalah Km 2. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Dungingi Kota Gorontalo penyakit ISPA selalu menduduki urutan pertama dari data 10 besar penyakit di 3 (Tiga) tahun terakhir, Kejadian ISPA merupakan infeksi saluran pernafasan atas pada balita usia nol sampai lima tahun yang di tandai dengan batuk pilek, demam, sakit telinga (otitis media), dan radang tenggorokan(faringitis), pada bulan Januari sampai bulan Agustus 2015 berjumlah 832 balita, dan rata rata perbulanya adalah 142 balita. Jumlah koloni bakteri dalam rumah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya kebiasaan merokok, aktivitas dalam ruangan, kelembaban, suhu dan lain sebagainya merupakan salah satu pencetus tingginya angka kejadian penyakit ISPA. Sehingga dianggap perlu dilakukan pemeriksaan angka kuman pada rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi agar dapat dijadikan acuan sebagai data hasil pengukuran untuk berbagai kepentingan, diantaranya untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di indoor pollution agar bisa ditemukan langkah-langkah program pengendalian pencemaran udara sedini mungkin. METODE PENELITIAN 1. LokasiPenelitian Pengambilan sampel udara dilakukan di rumah-rumah penduduk yang pernah berkunjung ke Puskesmas Dungingi dan didiagnosa menderita ISPA oleh dokter. Sedangkan pemeriksaanangka kuman dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo. 2. DesaindanVariabelPenelitian Jenis penelitian termasuk dalam penelitian survey analitik dengan 15

4 membandingkan jumlah angka kuman di udara pada rumah penderita ISPA dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1405 / MENKES/SK/XI/2002, dimana dinyatakan bahwa Angka kuman kurang dari 700 koloni/ udara. Tehnik pengambilan sampel dilakukan accidental sampling. 3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah rumah penduduk dimana penghuninya pernah berkunjung dan berobat yang terdaftar dalam registrasi di wilayah Puskesmas Dungingi dalam kurun waktu penelitian, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah rumah pengunjung yang berkunjungdan berobat ke wilayah Puskesmas Dungingi dan didiagnosa oleh dokter sebagaipenderita ISPA. 4. Analisis Data Hasil penelitiandijabarkansecara deskriptif yang meliputi variabelvariabel yang diteliti dengan melakukan pengukuran secara langsung kualitas udara di dalam ruangan termasuk angka kuman di rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Identifikasi Angka Kuman pada Penderita ISPA di WilayahKerja Puskesmas Dungingi Hasil pengukuran angka kuman dan kualitas fisik udara di rumah penderitaispa di wilayah kerja Puskesmas Dungingi dapat dilihat pada tabel dibawahini: Tabel 1 Angka Kuman dan Kualitas Fisik Udara di Rumah Penderita ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas No Indikator Min Max Rata-Rata 1. Angka Kuman ,3 2. Kelembaban 64, ,7 3. Pencahayaan 12, ,1 4. Suhu ,6 Sumber : Data Primer 2015 Berdasarkan tabeldiatas diketahui bahwa menunjukkan terdapat bakteri di salah satu rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi, dengan hasil penangkapan bakteri menggunakan media Nutrien agar, rata-rata jumlah angka kuman adalah 57,3 koloni dengan jumlah angka kuman yang paling banyak yakni 180 ditemukan di salah satu rumah penderita ISPA yang berada di Kelurahan Huangobotu. Sedangkan hasil identifikasi angka kuman yang paling sedikit yakni berjumlah 12 dirumah salah satu penderita ISPA di Kelurahan Libuo. 16

5 Hasil ini masih di bawah standar atau sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002 yang mensyaratkan angka kuman kurang dari 700/udara. Namun, menurut WHO dalam Moerjoko (2009) Batas jumlah koloni yang digunakan sebagai standar kualitatif banyak-sedikit adalah 20 koloni dalam satu cawan petri, sesuai dengan ketentuan yang umum digunakan oleh WHO untuk mikroorganisme udara. Selain, mengidentifikasi angka kuman di udara pada rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi juga diidentifikasi kualitas fisik udara yang ada di dalam rumah. Parameter kualitas fisik udara yang diidentifikasi meliputi kelembaban, pencahayaan, dan suhu. Dimana, diketahui bahwa suhu, kelembaban, dan pencahayaan juga berpengaruh pada jumlah angka kuman di udara. Hasil pengkuran diketahui bahwa rata-rata tingkat kelembaban relatif udara di rumah penderita ISPA yakni 79,7%, dengan kelembaban yang paling tinggi yang terukur yakni mencapai 97%, sedangkan kelembaban udara yang terendah yang terukur pada saat penelitian yakni 64,7 %. Nilai kelembaban rata-rata dan beberapa sampel udara di rumah penderita ISPA belum memenuhi syarat kualitas udara berdasarkan PerMenKes No Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah yang mensyaratkan kelembaban udara di dalam ruamah 40%-70%. Pada hasil pengukuran kualitas fisik udara di dalam rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi yang digambarkan pada tabel 1 juga dapat diketahui indikator kualitas fisik udara yakni pencehayaan. Dimana pencahayaan dalam ruang di rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi rata-rata 108,1 Lux, dengan tingkat pencahayaan yang paling tinggi yakni 201 Lux dan tingkat pencahayaan yang paling rendah yakni hanya 12,7 Lux. Nilai rata-rata untuk tingkat pencahyaan dalam ruangan di dalam rumah penderita ISPA wilayah kerja Pusekesmas Dungingi telah sesuai dengan, PerMenKes RI No.1077/ Menkes/Per/V/2011 yaitu sebesar minimal 60 Lux dan tidak menyilaukan mata.tetapi untuk beberapa sampel belum memenuhi tingkat pencahayaan yang dipersyaratkan. Hasil pengukuran suhu udara dalam ruangan di rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi diketahui, bahwa suhu udara dalam rumah rata-rata 31,62 0 C. Nilai rata-rata suhu udara di rumah penderita ISPA belum memenuhi syarat kualitas udara berdasarkan PerMenKes No Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah yang mensyaratkan suhu udara berkisar antara 18 0 C C. Suhu yang paling rendah yang terukur yakni 30 0 C dan suhu yang tertinggi yakni 33 0 C 17

6 Tabel 2 Distribusi dan Frekuensi Angka Kuman dan Kualitas Fisik Udara di Rumah Penderita ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Dungingi Frekuensi No. Indikator Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat n % n % 1. Angka Kuman 5 8, ,37 2. Kelembaban 10 17, ,75 3. Pencahayaan 49 84, ,51 4. Suhu 6 10, ,65 Sumber: Data Sekunder 2015 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa terdapat 53 sampel atau 91,37% sampel udara dalam rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi belum memenuhi syarat kualitas mikrobiologi udara, karena berdasarkan hasil pemeriksaan jumlah koloni bakteri dikketahui telah melebihi batas koloni bakteri yang dipersyaratkan WHO dalam Moerjoko (2009). Angka kuman melebihi standar yang didapat di hampir seluruh sampel penelitian, kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh kualitas fisik yang tidak memenuhi standar dan mendukung perkembangan bakteri di lingkungan rumah penderita ISPA. Dimana terdapat 48 sampel udara dalam rumah atau 82,7 % sampel udara di rumah penderita ISPA tidak memenuhi standar kelembaban udara sesuai dengan PerMenKes No Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah dan sampel yang memenuhi standar hanya 17,24% atau 10 sampel udara. Berdasarkan data pada tabel2 juga dapat diketahui bahwa terdapat 52 sampel udara atau 89,65% sampel udara di rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi belum memenuhi syarat dan sampel udara yang memenuhi syarat hanya 6 sampel udara atau 10,34% sampel udara, sesuai dengan PerMenKes No Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah. Tetapi untuk untuk kualitas fisik udara pada indikator tingkat pencahayaan telah memenuhi standar, dimana hampir sebagian besar sampel yakni 48 Sampel (84,48%) telah memenuhi standar dan hanya 9 sampel (15,51%) yang belum memenuhi standar 18

7 PEMBAHASAN Bakteri atau kuman adalah jenis kontaminan mikrobiologis di udara. Bakteri yang tersebar bersama-sama dengan aerosol yang ada di udara. Berdasarkan hasil penangkapan bakteri atau kuman di udara di rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi, dengan menggunakan media Nutrien agar, diketahui bahwa rata-rata jumlah angka kuman adalah 57,3 koloni dengan jumlah angka kuman yang paling banyak yakni 180 ditemukan di salah satu rumah penderitaispa yang berada di Kelurahan Huangobotu. Sedangkan hasil identifikasi angka kuman yang paling sedikit yakni berjumlah 12 dirumah salah satu penderita ISPA di Kelurahan Libuo. Menurut WHO dalam Moerjoko (2009) Batas jumlah koloni yang digunakan sebagai standar kualitatif banyak-sedikit adalah 20 koloni dalam satu cawan petri, sesuai dengan ketentuan yang umum digunakan oleh WHO untuk mikroorganisme udara. Berdasarkan standar tersebut dapat diketahui bahwa 53 sampel atau 91,37% sampel udara dalam rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi memiliki angka kuman yang telah melebihi batas koloni kuman atau bakteri yang dipersyaratkan. Hasil perhitungan angka koloni kuman atau bakeri yang melebihi batas yang dipersyaratkan adalah indikator yang menunjukkan bahwa buruknya kualitas udara di dalam rumah penderita ISPA wilayah kerja Puskesmas Dungingi. Kontaminasi udara yang disebabkan oleh adanya bakteri menjadi salah satu penyebab adanya infeksi saluran pernafasan yang dialami oleh penghuni rumah Gangguan kesehatan yang dapat dialami oleh penghuni rumah bervariasi tergantung jenis dan rute pajanan. Gangguan kesehatan yang dialami oleh sebagian besar penghuni rumah yang dijadikan sampel pada penelitian tergolong pada ISPA non pnemonia yang hanya mencakup batuk pilek dan bukan pneumonia. Hal ini didukung oleh studi di beberapa negara berkembang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara keterpaparan polusi dalam rumah (indoor airpolutan) dengan penyakit pneumonia, infeksi saluran pernapasan atas, dan infeksitelinga tengah (WHO dalam Halim fitria, 2012). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi potensi mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit yaitu tempat masuknya mikroorganisme, jumlahnya cukup banyak, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan kemampuan berpindah pada Host yang baru. Potensi juga masih bergantung pada pathogenesitas mikroba dan daya tahan tubuh Host. Angka kuman yang melebihi batas yang dipersyaratkan yang tersebar di 91,37% sampel dalam penelitian didukung oleh dua indikator kualitas fisik udara yang ada di dalam rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi yakni temperatur udara dalam rumah atau suhu, dan kelembaban yang tidak memenuhi syarat kualitas udara untuk rumah tinggal. Diketahui bahwa perkembangan mikroorganisme sangat ditentukan oleh kondisi suhu atau temperatur udara pada tingkat tertentu. Pada suhu yang tepat (optimum) sebuah sel bakteri dapat tumbuh memperbanyak dirinya dan tumbuh semakin cepat. Habitat ideal mikroorganisma ialah tempat-tempat yang mengandung nutrien, kelembaban dan suhu yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya Hartoyo (2009). 19

8 Hasil pengukuran suhu udara dalam ruangan di rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi diketahui, bahwa suhu udara dalam rumah rata-rata 31,62 0 C. Nilai rata-rata suhu udara di rumah penderita ISPA belum memenuhi syarat kualitas udara berdasarkan PerMenKes No Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah yang mensyaratkan suhu udara berkisar antara 18 0 C C. Dimana terdapat 52 sampel udara dalam rumah atau 89,65% sampel udara di rumah penderita ISPA tidak memenuhi standar suhu udara yang dipersyaratkan. Suhu atau temperatur udara di hunian penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi yang rata-rata lebih dari 30 0 C, merupakan suhu yang optimal bagi pertumbuhan bakteri pada umumnya dan jenis bakteri tertentu. Suhu di dalam ruangan ini juga tidak dapat dikontrol oleh karena rata-rata hunian belum memiliki AC atau pengontrol suhu dalam ruangan. Sehingga dengan keadaan lingkungan yang seperti ini memungkinkan bakteri berkembang dengan cepat dan pada jumlah yang melebihi baku mutu yang dipersyaratkan dapat menjadi sumber kontaminasi udara di dalam rumah. Berdasarkan penelitian Wulandari (2013) suhu ruangan yang lebih dari 30 0 C merupakan suhu yang baik atau optimum bagi perkembangbiakan bakteri jenisstreptococcus. Diketahui bahwa standar suhu optimum pertumbuhanstreptococcus yaitu 30 o -37 o C. Selain suhu atau temperatur udara, kelembaban relatif juga ikut berpengaruh pada tingginya jumlah koloni bakteri yang mengkontaminasi udara dalam ruang di rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi. Rata-rata tingkat kelembaban relatif udara di rumah penderita ISPA yakni 82,75%, dengan kelembaban yang paling tinggi yang terukur yakni mencapai 97%, sedangkan kelembaban udara yang terendah yang terukur pada saat penelitian yakni 64,7 %. Nilai kelembaban rata-rata dan beberapa sampel udara di rumah penderita ISPA belum memenuhi syarat kualitas udara berdasarkan PerMenKes No Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah yangmensyaratkan kelembaban udara 40%-70%. Dimana, terdapat 48 sampel udara dalam rumah atau 82,75% sampel udara di rumah penderita ISPA tidak memenuhi standar kelembaban udara yang dipersyaratkan. Kelembaban dalam ruangan atau rumah tinggal yang cukup tinggi akan mempermudah berkembangbiaknya mikroorganisme termasuk kuman ataupun bakteri. Kondisi udara dalam ruangan yang mengandung banyak uap air merupakan media yang baik untuk mendukung pertumbuhan bakteri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) yang bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies bakteri dan perbedaan angka bakteri udara dalam ruang kelas SMK Theresiana Semarang, menyimpulkan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan antara suhu dan kelembaban dengan angka bakteri udara. Kelembaban dan suhu udara dalam rumah yang tinggi dan tidak sesuai standar juga dipengaruhi oleh kondisi rumah penderita ISPA, dimana hampir semua rumah yang dijadikan sampel penelitian belum hanya mengandalkan 20

9 ventilasi alami dalam mensirkulasikan udara sehingga sangat sulit mengontrol suhu di dalam ruangan. Panas yang dihasilkan oleh pengguna ruangan, peralatan elektronik (Televisi) serta distribusi panas yang datang dari luar ruangan dapat berakibat temperatur udara di dalam ruangan meningkat dengan cepat dan selalu tidak bisa dikontrol. Suhu udara yang melebihi standar pada saat pengukuran dilakukan di sangat mempengaruhi proses penguapan yang berasal dari berbagai sumber seperti penguapan yang berasal dari tanah atau saluran air di dekat rumah.suhu udara yang tinggi mampu mempercepat penguapan. Saat temperatur udara tinggimaka mengandung udara lembab yang lebih banyak dibandingkan dengan suhu udara yang rendah. Ketika suhu udara turun maka uap air ini akan mengalami pengembunan. Sehingga menurut Machine Applications Corporation, (2011) kelembaban relatif sangat ditentukan oleh suhu udara. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Rata-rata jumlah angka kuman di rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi adalah 57,3 koloni dengan jumlah angka kuman yang paling banyak yakni 180 koloni dan angka kuman yang paling sedikit yakni berjumlah 12 koloni. 2. Angka kuman di rumah Penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi masih di bawah standar Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1405 / MENKES/SK/XI/2002 yang mensyaratkan angka kuman kurang dari 700/udara. Namun, menurut WHO dalam Moerjoko (2009) angka kuman telah melebihi batas yang ditentukan yakni 20 koloni dalam satu cawan petri 53 sampel udara atau 91,37% sampel udara dalam rumah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dungingi memiliki angka kuman yang melebihi batas yang dipersyaratkan oleh WHO yakni tidak lebih dari 20 koloni dalam satu cawan petri Saran 1. Disarankan bagi institusi khususnya Puskesmas Dungingi agar lebih memperhatikan kualitas udara udara di rumah-rumah penduduk yang dapat direalisasi dalam implementasi program puskesmas sebagai upayapencegahan terhadap penyakit-penyakit akibat kontaminasi udara danmenular lewat udara. 2. Disarankan bagi masyarat agar lebih menjaga kebersihan dan sanitasi dilingkungan perumahannya yang dapat menjadi sumber kontaminan atau pencemaran udara. 21

10 DAFTAR PUSTAKA Fardiaz S. Polusi air dan udara.yogyakarta: Kanisius; Fitria, L., Ririn Arminsih Wulandari, Ema Hermawati, Dewi Susanna Kualitas Udara Dalam Ruang Perpustakaan Universitas X DitinjauDari Kualitas Biologi, Fisik, Dan Kimiawi.Makara, Kesehatan, Vol. 12,No. 2, Desember 2009: Juarsih Pengaruh Kualitas Fisik Udara Dalam Ruangan Ber Ac TerhadapKejadian Sick Building Syndrome (Sbs)Pada Pegawai Di Gedung Pusat Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Pustikom). Universitas NegeriGorontalo. Machine Applications Corporation The Humidity/Moisture Handbook Menteri Kesehatan Republik Indonesia.Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 1405/Menkes/Sk/Xi/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri Moerdjoko, Kaitan Sistem Ventllasi Bangunan Dengan KeberadaanMikroorganisme Udara. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 32, No. 1, Juli2004: Gesti Hubungan Perilaku Merokok dengan Derajat Keparahan InfeksiSaluran Pernapasan Akut (ISPA) pada remaja SMKN 2 Malang.Jurnal.FKUB. Lestari, P Keanekaragaman Spesies Bakteri dan Perbedaan Angka BakteriUdara Dalam Ruang Kelas di SMK Theresiana Semarang. SkripsiUniversitas Muhamadiyah Semarang Mukono. H.J Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadapgangguan Saluran Pernapasan. Surabaya : Airlangga University Press Mukono, H.J Toksikologi Lingkungan. Surabaya : Airlangga UniversityPress. Notoatmodjo,Soekidjo Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nurhidayati,Istiana Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian PenyakitISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puseksmas Karangnongko Kabupaten Klaten 2009.Jurnal. FKUB( oad/45/41. diakses 11 Mei 2015) Wulandari, E Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan StreptococcusDi Udara Pada Rumah Susun Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang Tahun 2013.Unnes Journal of Public Health. 22

BAB I PENDAHULUAN. di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas

BAB I PENDAHULUAN. di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai komponen lingkungan mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas dan menjalankan berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN VENTILASI (AC DAN NON AC) DALAM RUANGAN TERHADAP KEBERADAAN MIKROORGANISME UDARA

PENGARUH PENGGUNAAN VENTILASI (AC DAN NON AC) DALAM RUANGAN TERHADAP KEBERADAAN MIKROORGANISME UDARA PENGARUH PENGGUNAAN VENTILASI (AC DAN NON AC) DALAM RUANGAN TERHADAP KEBERADAAN MIKROORGANISME UDARA (Studi Kasus : Ruang Kuliah Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro) *Vidyautami, D.N., **Huboyo,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Cristallica Mogolaingo Safrudin*, Woodford Baren Solaiman Joseph*, Finny Warouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran suatu penyakit merupakan akibat dari hubungan interaktif antara manusia dan lingkungannya. Agent penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui udara,

Lebih terperinci

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK Slamet Poltekkes Kemenkes Pontianak, Jl. 28 Oktober Siantan Hulu, Pontianak Abstrak:

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN Yuyun Wigati 1 ; Noor Aisyah 2 ; Hj. Rahmi Annissa 3 Infeksi

Lebih terperinci

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 ABSTRAK Likyanto Karim. 2012. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan

Lebih terperinci

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit ISPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan serta ventilasi yang kurang baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK Siprianus Singga, Albertus Ata Maran, PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA 348 PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Junitje I. Pangemanan*, Oksfriani J.Sumampouw*, Rahayu H. Akili* *Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian observasional, karena di dalam penelitian ini dilakukan observasi berupa pengamatan, wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 19%, yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan Nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan yang paling lazim terjadi pada anak. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bayi dibawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012). Salah satu penyakit

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAILANG KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO TAHUN 2014 Merry M. Senduk*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas)

Lebih terperinci

ARTIKEL RISET URL artikel:

ARTIKEL RISET URL artikel: ARTIKEL RISET URL artikel: http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh1202 Analisis Mikroorganisme Udara terhadap Gangguan Kesehatan dalam Ruangan Administrasi Gedung Menara UMI Makassar

Lebih terperinci

KUALITAS UDARA BEBERAPA RUANG PERPUSTAKAAN DI UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO BERDASARKAN UJI KUALITAS FISIKA. Fransiska Lintong

KUALITAS UDARA BEBERAPA RUANG PERPUSTAKAAN DI UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO BERDASARKAN UJI KUALITAS FISIKA. Fransiska Lintong KUALITAS UDARA BEBERAPA RUANG PERPUSTAKAAN DI UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO BERDASARKAN UJI KUALITAS FISIKA 1 Josefine D Sahilatua 2 Vennetia R Danes 3 Fransiska Lintong Bagian Fisika Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI DESA TALAWAAN ATAS DAN DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Ade Frits Supit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia saat ini dan sering terjadi pada anak - anak. Insidens menurut kelompok umur

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang) Esty Kurniasih, Suhartono, Nurjazuli Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

Keywords : House physical condition, Child under five years old, Acute Respiratory Infection

Keywords : House physical condition, Child under five years old, Acute Respiratory Infection HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH NELAYAN DENGAN KELUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI LINGKUNGAN PINTU ANGIN KELURAHAN SIBOLGA HILIR KECAMATAN SIBOLGA UTARA KOTA SIBOLGA TAHUN 2013

Lebih terperinci

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara Karbon Dioksida 0,03% Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara Apa Itu Pencemaran Udara? Pencemaran udara bebas (Out door air pollution), Sumber Pencemaran udara bebas : Alamiah,

Lebih terperinci

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO Safrizal.SA Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar E-mail: friza.maulanaboet@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 2 (4) (2013) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN STREPTOCOCCUS DI UDARA PADA RUMAH SUSUN KELURAHAN BANDARHARJO KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015: 121). Pada usia ini, balita masih sangat rentan terhadap berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Arah kebijaksanaan dalam bidang kesehatan yang diamanatkan dalam ketetapan MPR R.I No. IVMPR/1999 tentang GBHN 1999/2004 salah satunya adalah meningkatkan mutu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease)

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan menuju industrialisasi dapat membawa berbagai resiko positif maupun negatif yang mempengaruhi para pekerja dan keluarganya. Resiko positifnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS UDARA DALAM RUANG DENGAN KELUHAN PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KABUPATEN SIDOARJO

HUBUNGAN KUALITAS UDARA DALAM RUANG DENGAN KELUHAN PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KABUPATEN SIDOARJO HUBUNGAN KUALITAS UDARA DALAM RUANG DENGAN KELUHAN PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KABUPATEN SIDOARJO Correlation of Indoor Air Quality with Prisoners Health Complaints in the Country Jail Sidoarjo

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT COMMON COLD PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO TAHUN 2012

HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT COMMON COLD PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO TAHUN 2012 HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT COMMON COLD PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Sri Zein Polumulo. Nim :811408107 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Didik Agus Nugroho, Budiyono, Nurjazuli Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat lingkungan semakin hari semakin menimbulkan problema kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) Umumnya di

Lebih terperinci

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya PENGARUH KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAKREJO KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA DITINJAU DARI STATUS RUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA WILAYAH UTARA KOTA KEDIRI

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA DITINJAU DARI STATUS RUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA WILAYAH UTARA KOTA KEDIRI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA DITINJAU DARI STATUS RUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA WILAYAH UTARA KOTA KEDIRI Ema Mayasari 1 Staf Pengajar STIKes Surya Mitra Husada Kediri Email: eyasa@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat adalah bagian pokok dibidang kesehatan khususnya adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu bagian menyeluruh, integrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit yang menyerang pada balita yang terjadi di saluran napas dan kebanyakan merupakan infeksi virus.

Lebih terperinci

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN Herliani 1, Noor Aisyah 2, Rony 3 herliani168@gmail.com aisyah.no2r@gmail.com rhaderi17@gmail.com

Lebih terperinci

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun... Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Sumbersari Periode 1 Januari-31 Maret 2014 (Study of Antibiotics Use on ARI Patients in Under

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN DAMPAK RUANG BER-AC (PERPUSTAKAAN) TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PETUGAS PERPUSTAKAAN DI POLTEKKES KEMENKES SURABAYA Imam Thohari (Poltekkes Kemenkes Surabaya) Rachmaniyah (Poltekkes Kemenkes Surabaya) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di

BAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data WHO, setiap tahun sekitar tiga juta orang meninggal karena polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di dunia. Seribu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran umum penyakit ISPA 1. Definisi ISPA Istilah ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut mengandung tiga unsur yaitu infeksi, Saluran Pernafasan dan Akut. Pengertian atau

Lebih terperinci

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Kode Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN ISPA NON PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PINANG

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN ISPA NON PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PINANG HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN NON PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PINANG Evytrisna Kusuma Ningrum Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah dasar fundamental bagi pembangunan manusia. Tanpa memandang status sosial semua orang menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016 30 KETERKAITAN KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA USIA (1-5 TAHUN) Nurwijayanti Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Surya Mitra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja Puskesmas

Lebih terperinci

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/Mei 2017; ISSN X,

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/Mei 2017; ISSN X, HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI SALURANPERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN RANOMEETO KECAMATAN RANOMEETO TAHUN 2017 Wa Ode Yuslinda 1 Yasnani 2

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia

Lebih terperinci

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) ANALISIS FAKTOR RESIKO TERJADINYA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI LINGKUNGAN PABRIK KERAMIK WILAYAH PUSKESMAS DINOYO, KOTA MALANG Ijana 1), Ni Luh Putu Eka 2), Lasri 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit pembunuh utama pada balita di dunia, kasus tersebut lebih banyak jika dibandigkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh berbagai negara. Pencemaran udara terjadi karena meningkatnya industri, perubahan perilaku dalam masyarakat,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG INTESIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Yuli Nurpratama Zein*, Finny Warouw*, Oksfriani J. Sumampow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012 HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012 CORRELATION BETWEEN PARENT SMOOKING BEHAVIOR WITH ACUTE RESPIRATORY INFECTIONS

Lebih terperinci

Densitas = Jumlah koloni/cawan x 60m/30m x Luas cawan

Densitas = Jumlah koloni/cawan x 60m/30m x Luas cawan VI. PEMBAHASAN Mikroorganisme berdasarkan pengaruh hidupnya terhadap kehidupan manusia terbagi menjadi dua yaitu mikroorganisme pathogen dan mikroorganisme non- pathogen. Mikroorganisme pathogen adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK Yumeina Gagarani 1,M S Anam 2,Nahwa Arkhaesi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumberdaya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN Militia K. Wala*, Angela F. C. Kalesaran*, Nova H. Kapantow* *Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut 2.1.1 Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ENYAKIT ISA ADA BALITA (Suatu enelitian Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten ) SISKA RISTY YOLANDA ADAM DJAFAR NIM : 811409020

Lebih terperinci

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Tuberkulosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN PELAKSANAAN KLINIK SANITASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA

SUMMARY GAMBARAN PELAKSANAAN KLINIK SANITASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA SUMMARY GAMBARAN PELAKSANAAN KLINIK SANITASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA Tuti Susilawati Male. 2013.Gambaran Pelaksanaan Klinik Sanitasi Dengan Kejadian Penyakit ISPA. Jurusan Kesehatan Masyarakat. Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3 ABSTRAK KETEPATAN DOSIS PERESEPAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA BALITA TERDIAGNOSA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin

Lebih terperinci

ANALISA BAKTERI COLIFORM

ANALISA BAKTERI COLIFORM ANALISA BAKTERI COLIFORM DAN IDENTIFIKASI ESCHERICHIA COLI PADA ES BATU YANG DIGUNAKAN PEDAGANG MINUMAN KAKI LIMA DI LINGKUNGAN SEKITAR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015 Oleh: LINDIA FITRI 120100462

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK Bayu Nor Khotib 1, Yuliana Prasetyaningsih 2, Fitri Nadifah 3 1,2,3 D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Arina Futtuwah An-nisa *, Elvine Ivana Kabuhung 1, Bagus Rahmat Santoso 2 1 Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN TABLET ZINC PADA BALITA PENDERITA DIARE DI PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN Chairunnisa 1 ; Noor Aisyah 2 ; Soraya 3 Diare merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI Coliform PADA ES BATU DARI PENJUAL CAPPUCINO CINCAU YANG BERADA DI KELURAHAN KUIN SELATAN, KUIN CERUCUK DAN BELITUNG UTARA KOTA BANJARMASIN Inayah 1, Riza Alfian 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.ispa menyebabkan hampir 4 juta orang meninggal setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1 Definisi ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian

Lebih terperinci