ANALISIS KUALITAS UDARA RUANG (INDOOR) SECARA MIKOLOGIS; STUDI KASUS DI PEMUKIMAN KUMUH KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA JURNAL SKRIPSI

Transkripsi

1 ANALISIS KUALITAS UDARA RUANG (INDOOR) SECARA MIKOLOGIS; STUDI KASUS DI PEMUKIMAN KUMUH KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA JURNAL SKRIPSI ARIF FADZKUR ROHMAN PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2011

2 Analisis Kualitas Udara Ruang (Indoor) Secara Mikologis; Studi Kasus di Pemukiman Kumuh Kecmatan Semampir Surabaya Arif Fadzkur R., Dr. Ir. Tini Surtiningsih. DEA, dan Drs. Trisnadi W.C.P, M.Si. Program Studi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. ABSTRACT This study aims to determine the genus of mold that can be isolated and identified from the air spaces (indoor) and to know the quality of the air space (indoor) in the slum Settlements Semampir District of Surabaya, observed from the presence of mold colonies that are found. Air samples taken from the air spaces (indoor) in every village in the district of Semampir Surabaya, they are Sidotopo, Pegirikan, Ampel, Ujung, and Wonokusumo. In each village was taken three different lacation. Samples were taken using a Vacuum Cleaner. Sterile gauze soaked in 10 ml aquades in a petri dish, after that put gauze on the filter vacuum cleaner with vacuum cleaner closed position. After netting attached, do capture the air for 5 minutes. When finished, then took the gauze that already contains the air sample and put into bottles containing 100 ml of sterile physiological water. After that air samples taken 1 ml to grown on PDA (Potato Dextrose Agar) media and added with 1 ml Chloramfenicol 1%. Mold colonies that had grown then isolated, identified, and counted the number of mold colonies. The results of this research indicate that found mold of the genus Aspergillus, Penicillium, and Rhizopus arround the village. Based on the results of research, the total number of fungi ranged from 1-89 cfu / m 3. If it refers to Standard Quality Standard NHMRC (National Health Medical Research Counsil), the room air quality (indoor) in the slum district Semampir included in the criteria of good. Because it is still below the threshold (150 cfu / m 3 ). Key words: Air space (indoor), air quality. Aspergillus, Penicillium, Rhizopus. PENDAHULUAN Udara merupakan suatu komponen yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Karena metabolisme dalam tubuh suatu makhluk hidup tidak mungkin bisa

3 terjadi tanpa oksigen dalam udara. Kelompok mikroorganisme yang paling banyak ditemukan sebagai jasad hidup yang tidak diharapkan kehadirannya melalui udara, umumnya disebut jasad kontaminan. Adapun kelompok jamur yang termasuk dalam jasad kontaminan antara lain adalah: Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, dan Trichoderma. (Suryawiria, 1985). Udara merupakan suatu komponen yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Karena metabolisme dalam tubuh suatu makhluk hidup tidak mungkin bisa terjadi tanpa oksigen dalam udara. Kelompok mikroorganisme yang paling banyak ditemukan sebagai jasad hidup yang tidak diharapkan kehadirannya melalui udara, umumnya disebut jasad kontaminan. Adapun kelompok jamur yang termasuk dalam jasad kontaminan antara lain adalah: Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, dan Trichoderma. (Suryawiria, 1985). Persyaratan kualitas udara dalam ruang diatur berdasarkan standar NH&MRC (National Health Medical Research Counsil). Kualitas udara masih memenuhi standar apabila total koloni kapang kurang dari sama dengan 150 CFU/m 3 udara. Kecamatan Semampir merupakan salah satu kecamatan di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berasal dari Pulau Madura. Kecamatan Semampir terdiri atas lima kelurahan yaitu Kelurahan Sidotopo, Kelurahan Ampel, Kelurahan Pegirian, Kelurahan Ujung, Kelurahan Wonokusumo. Menurut data statistik dan Biro Pusat Statistik Surabaya tahun 2000 kepadatan penduduk Kecamatan Semampir mencapai jiwa/km 2. Sehingga Kecamatan Semampir merupakan kecamatan termiskin dan terpadat ke lima di Kota Surabaya. Berdasarkan data dari Puskesmas di wilayah Kecamatan Semampir Surabaya, diare merupakan penyakit yang sering diderita dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) menempati

4 urutan kedua di wilayah Kecamatan Semampir Surabaya. Penyakit lain yang sering mewabah di wilayah Kecamatan Semampir adalah batuk, demam, dan flu. Penyebaran penyakit dapat terjadi karena adanya pencemaran udara ruang yang didalamnya terkandung kapang. Pengaturan kelembaban sangat penting dalam ruangan. Kelembaban tinggi dan debu dapat menyebabkan kapang dan kontaminan biologis lainnya berkembang biak. Tingkat kelembaban relatif yang terlalu tinggi dapat mendukung pertumbuhan dan penyebaran polutan biologis penyebab penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui genus kapang yang dapat diisolasi dan diidentifikasi dari udara ruang (indoor) di pemukiman kumuh Kecamatan Semampir Surabaya dan untuk mengetahui kualitas udara ruang (indoor) di pemukiman kumuh Kecamatan Semampir Surabaya berdasarkan standar NH&MRC (National Health Medical Research Counsil) tentang jumlah koloni kapang yang ditemukan. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini, sampel udara diambil dari rumah-rumah penduduk di setiap kelurahan dari 5 kelurahan di Kecamatan Semampir Surabaya. Masing-masing kelurahan diambil 3 sampel udara. Rumah dijadikan pengambilan sampel memiliki kriteria tersendiri untuk tujuan mendapatkan data yang diinginkan. Kriteria dari rumah yang dijadikan tempat pengambilan sampel adalah ventilasi udara kurang baik, sehingga sirkulasi udara sulit masuk ataupun keluar dari ruangan rumah, dan sinar matahari sulit masuk ke dalam ruangan. Untuk menentukan kualitas udara ruang dari suatu rumah, juga dapat diamati data skunder berupa kelembaban udara, suhu, dan intensitas cahaya. Kasa steril dari bahan katun dengan ukuran 10x10 cm 2 dicelupkan pada 10 ml aquades di cawan petri, setelah itu kasa dipasang pada saringan vacum cleaner dengan posisi menutup saringan vacuum cleaner.

5 Setelah kasa terpasang, sampel udara diambil selama 10 menit (waktu dicatat sebelum dan sesudah pengambilan). Setelah selesai, Kemudian kasa yang sudah mengandung sampel udara tersebut diambil dengan pipet steril dan dimasukkan ke dalam botol steril yang berisi larutan fisiologis. Langkah berikutnya adalah botol ditutup dengan kapas dan alumunium foil dan dimasukkan dalam box ice. Setelah mendapatkan sampel udara, kemudian sampel diujikan pada media pertumbuhan kapang (PDA )yang sudah dipersiapkan. Pada tahap isolasi, mula-mula botol yang berisi sampel udara diambil, kemudian divortex agar spora yang menempel pada kasa larut ke dalam air fisiologis. Lalu diambil 1 ml sampel udara tersebut dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril ditambah dengan 1 ml chloramfenicol. Selanjutnya dituang PDA cair sebanyak 15 ml dengan temperatur hangat, digoyang 3 kali ke kiri dan ke kanan agar homogen kemudian diinkubasi selama 7 hari. Setelah koloni kapang tumbuh, kemudian dilakukan identikasi dengan melakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis meliputi bentuk dan warna koloni bagian atas (top side) dan bawah cawan petri (reverse side), garis radial, tetes eksudet, zonasi, dan jumlah koloni (Gandjar, dkk. 1999). Pengamata mikroskopis Dengan cara slide kultur dengan mengambil satu ose koloni kapang yang sudah terbentuk kemudian meletakkan satu titik jarum ose di atas media PDA ±1cm 2 yang sudah dipotong di atas gelas objek, lalu ditutup dengan gelas penutup, selanjutnya menuang ± 5 ml aquades steril dengan pipet ke dalam cawan petri yang sudah terdapat objek glass/slide kultur dan biakan murni kapang. Kemudian diinkubasi selama 7 hari. Setelah itu letakkan slide kultur hasil penanaman pada mikroskop, lalu diamati bentuk hifa dan konidia. Setelah diinkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan dihitung

6 menggunakan suatu standar yang disebut Standart Plate Count. HASIL dan PEMBAHASAN Pengamatan koloni kapang yang tumbuh dalam media Potato Dextrose Agar (PDA) dilakukan pada waktu inkubasi ke-7 (seminggu) setelah penanaman sampel pada media PDA dilakukan dengan metode pour plate yang ditambahkan Cholramfenicol dengan tujuan untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri. Hasil identifikasi koloni kapang udara memiliki perbedaan morfologi, baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis. Hasil identifikasi juga menunjukkan genus kapang yang berhasil diisolasi berasal dari genus Aspergillus yang terdiri dari 220 koloni, genus Penicillium yang terdiri dari 261 koloni, dan genus Rhizopus yang terdiri dari 72 koloni Berdasarkan hasil pengamatan makroskopis koloni genus Aspergillus yang ditemukan memiliki karasteristik sebagai berikut : (1)Permukaan atas (Top side) Koloni pada media PDA umumnya tumbuh cepat. ada yang berwarna hijau tua, putih kekuningan dan ada yang hijau kecoklatan, koloni memiliki tekstur granul, ada yang berupa granul kasar dan granul halus, ada yang memiliki zonasi dan ada yang tidak memiliki zonasi, koloni yang ditemukan tidak memiliki radial furrow, dan koloni yang ditemukan tidak memiliki tetes eksudat. (2) Permukaan bawah (reverse side) pada umunya koloni berwarna hijau kehitaman. Hasil pengamatan mikroskopis kapang genus Aspergillus yang ditemukan pada umumnya memiliki hifa yang nonseptat. Konidiofor pada umumnya berwarna transparan atau tidak berpigmen (hialin). Berdasarkan hasil pengamatan makroskopis koloni genus Penicillium yang ditemukan, memiliki kharasteristik sebagai berikut : (1) Permukaan atas (Top side), pada umumnya koloni tumbuh cepat, ada yang berwarna hijau tua dan hijau keabu-abuan, ada juga yang berwarna

7 jingga pucat, koloni memiliki tekstur seperti beludru, semua koloni yang ditemukan tidak memiliki zonasi, radial furrow dan tetes eksudat. (2) Reverse side, koloni berwarna kuning kehitaman, ada yang berwarna coklat tua. Hasil pengamatan secara mikroskopis menunjukkan bahwa hifa pada umumnya berseptat, konidiafor tumbuh panjang dan pada umunya bercabang dan ada pula yang tidak seperti beludru, semua koloni yang ditemukan tidak memiliki zonasi, Radial furrow, dan tetes eksudat. (2) Reverse side, hifa berwarna transparan atau tidak berpigmen (hialin). Hasil pengamatan secara mikroskopis menunjukkan bahwa hifa koloni Rhizopus tidak berseptat (nonseptat), terlihat jelas sporanya, membentuk miselium seperti kapas, spora dan sporangiofor terlihat jelas. bercabang, Conidia head seperti garpu. berbentuk Setelah dilakukan penghitungan total koloni pada masing Berdasarkan hasil pengamatan makroskopis koloni genus Rhizopus yang ditemukan, koloni kapang memiliki kharasteristik sebagai berikut : (1) Permukaan atas (Top side), koloni pada umumnya koloni tumbuh lambat, ada yang berwarna putih kekuningan, abu-abu keputihan, koloni memiliki tekstur seperti kapas, ada juga yang masing sampel udara yang sudah ditumbuhkan pada media PDA dengan mengunakan metode TPC, didapatkan total koloni yang berkisar antara 1-89 cfu/m 3. Dari semua hasil yang didapat, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kapang seperti kelembaban, suhu, dan intensitas

8 cahaya tidak begitu berpengaruh terhadap keberadaan kapang. Itu disebabkan karena pengambilan sampel udara di setiap kelurahan dilakukan pada waktu yang berbeda. Hal inilah yang menyebabkan kelembaban dan suhu ruangan tidak begitu berpengaruh pada keberadaan kapang yang ditemukan. KESIMPULAN dan SARAN Hasil isolasi dan identifikasi dari sampel udara ruang (indoor) di pemukiman kumuh Kecamatan Semampir Surabaya didapatkan genus kapang yang berasal dari genus Aspergillus, Penicillium, dan Rhizopus. Kualitas udara pada ruang (indoor) di pemukiman kumuh Kecamatan Semampir Surabaya dilihat dari jumlah koloni kapang yang ditemukan pada kisaran 1-89 cfu/m 3 masih memenuhi Standar Baku Mutu yang mengacu pada NH&MRC (National Health Medical Research Counsil). Saran yang diberikan dalam penelitian ini, yaitu masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam, lebih detail, dengan cakupan wilayah yang lebih luas dan waktu yang lebih lama disertai dengan metodologi yang lebih sempurna tentang kualitas udara ruang (indoor) di pemukiman kumuh di Kecamatan Semampir, sehingga dapat diambil kesimpulan yang lebih akurat, mengingat hasil penelitian ini yang masih sangat global. Serta masyarakat diharapkan agar mau untuk tetap waspada dalam menjaga kebersihan lingkungannya khususnya tempat tinggalnya, Karena kelembaban, suhu yang tinggi disertai debu dapat menyebabkan kapang berkembang biak.

9 DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta. Gandjar, I., R.A. Samson., Karin van Der Tweel Vermulen., A. Oetari., I. Santoso Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan obor Indonesia. Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, and E. A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit EGC, Jakarta. Hal : 14-29; 191; Pujiastuti, L. dkk Kualitas Udara Dalam Ruang. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Santoso Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sastrawijaya,T Pencemaran Lingkungan Jakarta: PT. Rineka Cipta.