BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penellitian dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra telah banyak dilakukan oleh beberapa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Namun belum ada penelitian tentang kepribadian tokoh pada novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira. Penelitian sejenis yang dijadikan sumber referensi tambahan dalam penelitian ini yaitu: Pertama, penelitian yang berjudul Dinamika Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Para Pelukis Langit karya Bung Pram. Penelitian tersebut dilakukan oleh Beny Kurniawan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, tahun Beny Kurniawan meneliti tentang dinamika kepribadian yang menghasilkan dua tahap perkembangan kepribadian yaitu usia remaja (12-20) dan usia dewasa awal (20-30). Usia remaja yang dialami oleh tokoh utama menghasilkan perubahan kepribadian, pencarian identitas diri, dan keinginan untuk mengejar cita-cita. Usia dewasa awal yang dialami oleh tokoh utama mengalami tiga dinamika kepribadian yaitu pencarian identitas diri, pencarian jalan hidup, dan keyakinan terhadap jalan hidup. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada sumber data dan objek penelitian. Sumber data yang dilakukan oleh Beny Kurniawan adalah novel Para Pelukis Langit karya Bung Pram, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan sumber data novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira. 7

2 8 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Beny Kurniawan, objek penelitiannya yaitu dinamika kepribadian, sedangkan peneliti objek penelitiannya adalah kepribadian tokoh yang ada dalam novel Nawang. Kedua, penelitian yang berjudul Kepribadian Tokoh Utama pada Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburahman El Shirazy. Penelitian tersebut dilakukan oleh Riko Anggih Dwi Utomo mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMP, tahun Pada penelitian ini kepribadian tokoh utama merupakan hasil tindakan dan perilaku Syamsul yang diakibatkan oleh problema kehidupan yang bergejolak karena adanya kejadian pemfitnahan terhadap dirinya. Wujud kepribadian tersebut meliputi rajin dan tekun, berani, jujur, bertanggung jawab, dan religious. Hal itu dapat dilihat dari tindakan penggambaran diri terhadap lingkungan. Kepribadian tersebut merupakan hasil interaksi dari id, ego, dan superego. Perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Riko Anggih Dwi Utomo dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu terletak pada sumber data. Sumber data yang digunakan oleh Riko Anggih Dwi Utomo adalah novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburahman El Shirazy, sedangkan pada penelitian peneliti menggunakan novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira. Ketiga, penelitian yang berjudul Perkembangan Kepribadian Tokoh Utama pada Novel Emak Aku Minta Surgamu, Ya karya Taufiqurrahman al-azizy. Penelitian tersebut dilakukan oleh Ayu Puspasari mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMP, tahun Ayu Puspasari meneliti tentang perkembangan kepribadian tokoh utama yang menghasilkan: separuh kehidupan pertama, krisis paruh baya, dan usia senja.

3 9 Penelitian ini juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian dari tokoh utamanya yaitu faktor fisik, faktor intelegensi, faktor keluarga, faktor teman sebaya, dan faktor kebudayaan. Perbedaan penelitian Ayu Puspasari dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu terletak pada sumber data dan objek penelitian. Sumber data yang digunakan oleh Ayu Puspasari adalah novel Emak, Aku Minta Surgamu Ya... karya Taufiqurrahman al-azizy, sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti sumber data yang digunakan adalah novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira. Dalam penelitian yang dilakukan Ayu Puspasari objek penelitiannya yaitu perkembangan kepribadian, sedangkan pada penelitian peneliti objek penelitiannya adalah kepribadian tokoh. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas, benar-benar berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dengan demikian menurut anggapan peneliti penelitian ini perlu dilakukan. B. Landasan Teori Landasan teori berisi berbagai macam teori yang digunakan oleh peneliti sebagai pedoman dalam penelitian ini. Landasan teori dijadikan sebagai alat bantu bagi peneliti untuk menganalisis data-data yang telah didapat. Menjadikan landasan teori sangat penting, agar penelitian menjadi terarah. Untuk dapat menganalisis kepribadian tokoh dalam novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira dengan baik, diperlukan teori-teori pendukung. Teori tersebut akan dijabarkan lebih jelas dalam bab ini, yaitu:

4 10 1. Pengertian Novel Menurut Djuanda dan Pradana (2006: 165), novel berasal dari kata novella (Italia) yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil. Sejalan dengan Djuanda dan Pradana, Suyitno (2009: 35) berpendapat, dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Menurut Sayuti (2000: 7) novel adalah prosa fiksi yang dibentuk oleh elemen plot, tokoh, latar, dan lain-lain. Sedangkan menurut Aziez dan Abdul Hasim (2010: 2), novel merupakan suatu karya fiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa rekaan. Walaupun peristiwa dan tokoh-tokohnya bersifat rekaan, mereka memiliki kemiripan dengan kehidupan sebenarnya. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal itu mencakup unsur cerita yang membangun novel itu (Nurgiyantoro, 2007: 11). Jadi dapat disimpulkan bahwa cerita yang ada pada novel biasanya bersifat kompleks dan meluas. Hal tersebut juga mencakup unsur cerita yang membangun novel. Oleh sebab itu seorang pengarang diberi kesempatan untuk mengembangkan tokoh dan alur dengan leluasa. Cerita yang ada di dalam novel biasanya memotret banyak hal dari kenyataan hidup yang berkembang dari masyarakat khususnya di sekitar pengarang. 2. Tokoh dan Penokohan a. Tokoh Menurut Nurgiyantoro (2013: ), tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai

5 11 pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan. Sedangkan menurut Lukens dalam Nurgiyantoro (2013: 223), tokoh-tokoh cerita fiksi hadir sebagai seseorang yang berjati diri, bukan sebagai sesuatu yang tanpa karakter. Justru karena tiap tokoh hadir dengan kualifikasi tersebut kemudian dapat dibedakan antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Menurut Sugihastuti dan Suharto (2013: 50), tokoh adalah orangnya. Sebagai subjek yang menggerakkan peristiwa-peristiwa cerita, tokoh tentu saja dilengkapi watak atau karakteristik tertentu. Para tokoh dalam sebuah novel yang baik itu menarik, menimbulkan rasa ingin tahu, konsisten, meyakinkan, kompleks, dan realistik. Bila seorang pengarang telah menciptakan seorang tokoh yang sangat hidup dan berpribadi, maka kita sebagai pembaca, akan menganggap tokoh itu menarik, terlepas dari apakah kita menyukainya atau tidak (Reader dan Woods dalam Aziez dan Abdul Hasim, 2010:61). Jadi dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku dalam cerita. Tokoh merupakan elemen struktural fiksi yang melahirkan peristiwa. Dalam kaitan ini, tokoh diciptakan sangat hidup dan berjati diri yang menggerakkan peristiwa-peristiwa dalam cerita. b. Penokohan Pembicaraan mengenai penokohan dalam cerita rekaan tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan tokoh. Istilah tokoh menunjuk pada pelaku dalam cerita. Sedangkan penokohan menunjuk pada sifat, watak atau karakter yang melingkupi diri tokoh yang ada. Penokohan bisa disebut juga sebagai penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata sehingga pembaca merasakan kehadirannya. Menurut Suyitno (2009: 126), penokohan sebagai unsur karya prosa, yaitu memberikan corak baru (kebaruan) terhadap konvensi penulisan prosa yang

6 12 telah ada. Menurut Djuanda dan Prana (2006: 226), penokohan lebih luas daripada tokoh dan perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan, serta pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Sedangkan penokohan menurut Nurgiyantoro (2007: 165) yaitu watak, perwatakan, dan karakter, menunjukkan pada sifat dan sikap para tokoh seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Lebih lanjut menurut Sayuti (2000: 89), cara penggambaran tokoh dapat dilakukan dengan cara analitik dan dramatik. Metode analitik adalah cara penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang dengan cara menceritakan kepada pembaca tentang karakter, sifat dan tingkah laku tokoh. Metode dramatik adalah cara penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang dengan cara membiarkan tokoh-tokohnya untuk menyatakan diri mereka sendiri melalui kata-kata, tindakan-tindakan, serta perbuatan mereka sendiri. Sedangkan teknik pelukisan tokoh menurut Nurgiyantoro (2007: ), yaitu dibagi menjadi dua jenis yaitu teknik ekspositori dan teknik dramatik. Berikut akan dibicarakan kedua teknik tersebut satu per satu. 1) Teknik ekspositori atau analitik, yaitu pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelitbelit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. 2) Teknik dramatik, yaitu dilakukan secara tak langsung. Pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh.

7 13 Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Pelukisan tokoh dengan teknik dramatik ini dapat memiliki beberapa wujud untuk menggambarkan tokoh, antara lain: a) Teknik cakap atau karakter tokoh, yaitu Percakapan yang dilakukan oleh tokohtokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. b) Teknik tingkah laku, yaitu penggambaran tokoh menunjuk pada tindakan yang bersifat nonverbal dan fisik, yang dapat menunjukkan karakteristik dan kedirian dari tokoh tersebut. c) Teknik pikiran dan perasaan, merupakan penggambaran tokoh melalui hasil perbuatan, pembicaraan dan pemikiran tokoh yang ditampilkan agar pembaca dapat menafsirkan watak atau sifat tokoh tersebut.teknik ini akan dijabarkan melalui apa yang terlintas di dalam pikiran dan perasaan, yaitu yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh untuk menggambarkan sifat-sifat kediriannya. d) Teknik arus kesadaran, yaitu merupakan sebuah teknik yang berupa percakapan hanya terjadi dalam diri sendiri, pada umumnya ditampilkan dengan gaya aku, berusaha menangkap kehidupan bantin, urutan suasana kehidupan batin, pikiran, perasaan, emosi, kesadaran, yang dapat mengungkapkan kedirian tokoh. e) Teknik reaksi tokoh, yaitu reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain, dan sebagainya yang berupa rangsang dari luar diri tokoh yang bersangkutan dapat menunjukkan kedirian tokoh tersebut.

8 14 f) Teknik reaksi tokoh lain, yaitu reaksi tokoh lain terhadap suatu kejadian yang dilakukan oleh sang tokoh dapat menunjukkan kedirian tokoh itu. Dengan kata lain ini merupakan opini tokoh-tokoh lain terhadap tokoh tertentu yang dapat berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain. g) Teknik pelukisan latar, yaitu tempat dimana suatu cerita terjadi, dapat menunjukkan karakter dari tokoh tersebut. Pelukisan latar tidak hanya akan menunjukkan karakter tokoh, tetapi juga penyituasian suasana cerita. h) Teknik penampilan fisik, yaitu keadaan fisik seseorang berhubungan langsung dengan ciri-ciri sang tokoh karena pengarang mendeskripsikan tokoh itu dengan maksud tertentu. Teknik ini sangat penting dalam penokohan, karena sangat efektif. 3. Psikologi Kepribadian Menurut Alwisol (2009: 1), psikologi lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhnya, yang hanya dapat dilakukan melalui pemahaman tentang kepribadian. Teori kepribadian bersifat deskriptif dalam wujud penggambaran organisasi tingkah laku secara sistematis dan mudah dipahami. Tidak ada tingkah laku yang terjadi begitu saja tanpa alasan; pasti ada faktor-faktor antedense, sebabmusabab, pendorong, motivator, sasaran-tujuan, dan atau latar belakangnya. Dari hal tersebut tokoh dan penokohan selalu berkaitan dengan kejiwaan tokoh yang bisa disebut juga dengan psikologi kepribadian. Sedangkan definisi kepribadian menurut Minderop (2013: 4) yaitu, kepribadian bagi sebagian masyarakat percaya bahwa masing-masing individu memiliki karakteristik kepribadian atau pembawaan yang menandainya. Kepribadian dapat dikatakan sebagai pembawaan seseorang yang

9 15 mencakup dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku, merupakan karakteristik seseorang yang menampilkan cara ia beradaptasi dan berkompromi dalam kehidupan. Kepribadian dibentuk oleh potensi sejak lahir yang dimodifikasi oleh pengalaman budaya dan pengalaman unik yang mempengaruhi seseorang sebagai individu. Sehingga kepribadian mengacu pada pola karakteristik perilaku dan pola pikir yang menentukan penilaian seseorang terhadap lingkungan. Psikologi kepribadian adalah suatu cabang ilmu psikologi yang mempelajari kepribadian manusia dengan objek penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Sasaran pertama psikologi kepribadian adalah memperoleh informasi tentang tingkah laku manusia. Sasaran kedua, psikologi kepribadian mendorong individu agar dapat hidup secara utuh dan memuaskan. Ketiga, sasarannya adalah agar individu mampu mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya secara optimal melalui perubahan tingkah laku psikologis (Koswara dalam Minderop, 2013: 8). Menurut Friedman dan Wiliam (2006: 2), psikologi kepribadian dapat didefinisikan sebagai studi ilmiah yang mempelajari kekuatan-kekuatan psikologis yang membuat masing-masing individu unik 4. Struktur Kepribadian Freud membagi struktur kepribadian ke dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Setiap struktur kepribadian memiliki peran dan ciri masing-masing. Menjadikan id, ego, dan superego memiliki peran yang berbeda pula. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Ketiga struktur kepribadian tersebut akan dijabarkan lebih jelas yaitu sebagai berikut.

10 16 a. Id Id (terletak di bagian tak sadar) merupakan reservoir pulsi dan menjadi sumber energi psikis. Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar. Menurut Freud dalam Miderop (2013: 21), id berada di alam bawah sadar, tidak ada kontak dengan realitas. Cara kerja id berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidaknyamanan. Sedangkan menurut Yusuf dan Juntika (2011: 41), id merupakan komponen kepribadian yang primitive, instinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink) dan rahim tempat ego dan superego berkembang. Lebih lanjut menurut Semiun (2006: 61-63), id merupakan inti kepribadian dan dilihat dari perkembangannya id adalah bagian tertua dari kepribadian. Selain tidak realistik dan hanya mencari kenikmatan, id itu tidak logis dan dapat secara serempak memiliki pikiran-pikiran yang bertentangan. Sedangkan menurut Feist dan Gregory (2014: 32), id adalah wilayah yang primitif, kacau balau, dan tidak terjangkau oleh alam bawah sadar. Id tak sudi diubah, abnormal, tidak logis, tidak bisa diatur, dan penuh energi yang datang dari dorongan-dorongan dasar serta dicurahkan sematamata untuk memuaskan prinsip kesenangan. Oleh karena itu id menggunakan kacamata kuda dalam upayanya memenuhi prinsip kesenangan. Dengan demikian dapat disimpulkan id merupakan inti kepribadian yang menjadi tempat ego dan superego berkembang. Dapat dikatakan id merupakan sistem yang original di dalam kepribadian. Id tidak logis dan tidak realistik karena id berada di alam bawah sadar, menjadikan id tidak ada kontak dengan realitas. Untuk memenuhi kebutuhannya id mempergunakan segala cara dan semata-mata untuk memuaskan prinsip kesenangan. Dapat diperoleh ciri dari id yaitu: tidak bisa diatur,

11 17 tidak logis dan tidak realistis, tidak sopan dan tidak memiliki moralistas, berlaku seperti penguasa absolut, manja, rakus, dan sebagainya. b. Ego Ego (terletak di antara alam sadar dan tak sadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan keinginan atau dorongan dan larangan superego (Minderop, 2013: 21). Ego terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas. Ego lebih condong mempertimbangkan apakah ia dapat memuaskan diri tanpa mengakibatkan kesulitan atau penderitaan pada dirinya sendiri. Ego berada di antara alam sadar dan alam bawah sadar. Tugas ego memberi tempat pada fungsi mental utama, misalnya: penalaran, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Dengan alasan ini, ego merupakan pimpinan utama dalam kepribadian; layaknya seorang pemimpin perusahaan yang mampu mengambil keputusan. Id dan ego tidak memiliki moralitas karena keduanya ini tidak mengenal nilai baik dan buruk (Minderop, 2013: 22). Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan (reality principle), yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id. Ego mengambil peran eksekutif atau pengambilan keputusan dari kepribadian. Akan tetapi, karena ego sebagian bersifat sadar, sebagian bersifat bawah sadar dan sebagian lagi tidak sadar, maka ego bisa membuat keputusan di ketiga tingkat tersebut (Feist dan Gregory, 2014: 33). Sedangkan menurut Suryabrata (2011:126), ego timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (Realitas). Menjadikan ego dapat membedakan sesuatu secara objektif, yaitu melihat keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh pendapat atau pandangan pribadi.

12 18 c. Superego Superego (terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian taksadar) bertugas mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna keinginan atau dorongan tersebut yang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua. Superego mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego sama halnya dengan hati nurani yang mengenali nilai baik dan buruk (conscience). Sebagaimana id, superego tidak mempertimbangkan realitas karena tidak bergumul dengan hal-hal realistik, kecuali ketika impuls seksual dan agresivitas id dapat terpuaskan dalam pertimbangan moral (Minderop, 2013: 21-22). Sedangkan menurut Suryabrata (2011: 127) superego (das ueber ich) lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan; karena itu das ueber ich dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Menurut Freud dalam Feist dan Gregory (2014: 34), superego atau saya yang lebih, mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip moralitas dan idealis. Superego tidak ambil pusing dengan kebahagiaan ego. Superego memperjuangkan kesempurnaan dengan kacamata kuda dan secara tidak realistis. Tidak realistis di sini artinya superego tidak mempertimbangkan hambatanhambatan maupun hal-hal yang tidak mungkin dihadapi oleh ego dalam melaksanakan perintah superego. Memang tidak semua tuntutan superego mustahil dipenuhi, seperti juga tidak semua tuntutan orang tua maupun figur otoritas lainnya mustahil untuk dipenuhi. 5. Mekanisme Pertahanan Diri Mekanisme pertahanan terjadi karena adanya dorongan atau perasaan beralih untuk mencari objek pengganti. Mekanisme pertahanan diri digunakan saat seseorang yang mengalami axintas atau kecemasan yang timbul oleh berbagai faktor dan latar

13 19 belakang. Cara pemecahan permasalahan tersebut merupakan mekanisme pertahanan diri agar terhindar dari kecemasan karena suatu masalah. Menurut Minderop (2013: 29), Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan mengacu pada proses alam bawah sadar seseorang yang mempertahankannya terhadap anxitas. Mekanisme ini melindunginya dari ancaman-ancaman eksternal atau adanya impuls-impuls yang timbul dari anxitas internal dengan mendistorsi realitas dengan berbagai cara. Masih menurut Minderop (2013: 29-31), pertahanan yang paling primitif dari ancaman-ancaman dari luar ialah penolakan realitas (denial of reality) yaitu ketika individu mencoba menolak realitas yang mengganggu dengan penolakan mengakuinya. Dalam teori kepribadian, mekanisme pertahanan merupakan karakteristik yang cenderung kuat dalam diri setiap orang. Mekanisme pertahanan ini tidak mencerminkan kepribadian secara umum, tetapi juga dalam pengertian penting dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian. Kegagalan mekanisme pertahanan memenuhi fungsi pertahanannya bisa berakibat pada kelainan mental. Selanjutnya, kualitas kelainan mental tersebut dapat mencerminkan mekanisme pertahanan karakteristik. Menurut Minderop (2013: 32), menjelaskan bahwa pada pandangan Freud, keinginan-keinginan yang saling bertentangan dari struktur kepribadian menghasilkan anxitas. Mekanisme-mekanisme pertahanan utama yang diidentifikasikan oleh Freud mencakup represi, sublimasi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, agresi dan apatis, fantasi dan stereotiype. a. Represi (Repression) Menurut Freud dalam Minderop (2013: 32), mekanisme pertahanan ego yang paling kuat dan luas adalah represi (repression). Masih menurut Minderop (2013: 33),

14 20 tugas represi ialah mendorong keluar impuls-impuls id yang tak diterima, dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Represi merupakan fondasi cara kerja semua mekanisme pertahanan ego. Tujuan dari semua mekanisme pertahanan ego adalah untuk menekan (repress) atau mendorong impuls-impuls yang mengancam agar keluar dari alam sadar. Misalnya seorang yang mengalami impuls homoseksual, melalui represi tidak menyadari kondisinya tersebut. Sedangkan menurut Freud dalam Feist dan Gregory (2014: 40), represi (repression) adalah mekanisme pertahanan yang paling kuat dan luas. Manakala ego terancam oleh dorongan-dorongan id yang tidak dikehendaki, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-dorongan tersebut dengan cara memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk ke alam tidak sadar. b. Sublimasi Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial menggantikan perasaan tidak nyaman. Sublimasi sesungguhnya suatu bentuk pengalihan (Minderop, 2013: 34). Menurut Freud dalam Feist dan Gregory (2014: 43-44), satu mekanisme yang dapat diterima, baik oleh individu maupun kelompok sosial yaitu sublimasi. Sublimasi (sublimation) merupakan represi dengan cara menggantinya ke hal-hal yang bisa diterima, baik secara kultural maupun sosial. Misalnya melalui kultural kreatif seperti pada seni, musik, juga sastra, lebih tepatnya pada segala bentuk hubungan antarmanusia dan aktivitas-aktivitas sosial lainnya. c. Proyeksi Kita semua kerap menghadapi situasi atau hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak dapat kita terima dengan melimpahkannya dengan alasan lain. Misalnya, kita

15 21 harus bersikap kritis atau bersikap kasar terhadap orang lain, kita menyadari bahwa sikap ini tidak pantas kita lakukan, namun sikap yang dilakukan tersebut diberi alasan bahwa orang tersebut memang layak menerimanya. Sikap ini kita lakukan agar kita tampak lebih baik. Mekanisme yang tidak disadari yang melindungi kita dari pengakuan terhadap kondisi tersebut dinamakan proyeksi. Proyeksi terjadi bila individu menutupi kekurangannya dan masalah yang dihadapi atau pun kesalahannya dilimpahkan kepada orang lain (Hilgard dalam Minderop, 2013: 34). d. Pengalihan (Displacement) Menurut Minderop (2013: 35), pengalihan adalah pengalihan perasaan tidak senang terhadap suatu objek ke objek lainnya yang lebih memungkinkan. Misal, adanya impuls-impuls agresif yang dapat digantikan, sebagai kambing hitam, terhadap orang (atau objek lainnya). Walaupun objek-objek tersebut bukan sebagai sumber frustrasi namun lebih aman dijadikan sebagai sasaran. Sedangkan menurut Freud dalam Feist dan Gregory (2014: 41), pengalihan adalah meyakini bahwa pembentukan reaksi terbatas hanya pada satu objek tunggal. Pada pengalihan (displacement), orang bisa mengarahkan dorongan-dorongan yang tidak sesuai ini pada sejumlah orang atau objek lain sehingga dorongan aslinya terselubung atau tersembunyi. e. Rasionalisasi (Rationalization) Rasionalisasi memiliki dua tujuan: pertama, untuk mengurangi kekecewaan ketika kita gagal mencapai suatu tujuan. Kedua, memberikan kita motif yang dapat diterima atas perilaku. Ketiga, kepentingan sebagai alasan (Hilgard dalam Minderop,

16 : 35). Rasionalisasi terjadi bila motif nyata dari perilaku individu tidak dapat diterima oleh ego. Motif nyata tersebut digantikan oleh semacam motif pengganti dengan tujuan pembenaran (Minderop, 2013: 36). f. Reaksi Formasi (Reaction Formation) Menurut Minderop (2013: 37), represi akibat impuls anxitas kerap kali diikuti oleh kecenderungan yang berlawanan. Menjadikan seseorang tersebut melakukan tindakan yang bertolak belakang dengan tendensi yang ditekan: reaksi formasi. Misalnya, manifestasi kepedulian yang berlebihan dari seorang ibu terhadap anaknya dapat merupakan upaya menutupi perasaan tidak nyaman terhadap anaknya. Sikap yang sangat sopan kepada seorang dapat merupakan upaya menyembunyikan ketakutan. Reaksi formasi mampu mencegah seseorang individu berperilaku yang menghasilkan anxitas dan kerap kali dapat mencegahnya bersikap antisosial. g. Regresi Terdapat dua interpretasi mengenai regresi, pertama, regresi yang disebut retrogressive behavior yaitu, perilaku seseorang yang mirip anak kecil, menangis dan sangat manja agar memperoleh rasa aman dan perhatian orang lain. Kedua, regresi yang disebut primitivation ketika orang dewasa bersikap sebagai orang tidak berbudaya. Seseorang tersebut kehilangan kontrol sehingga tidak sungkan-sungkan berkelahi (Hilgard dalam Minderop, 2013: 38). Menurut Freud dalam Feist dan Gregory (2014: 42), pada saat libido melewati tahap perkembangan tertentu, di masamasa penuh stres dan kecemasan, libido bisa kembali ke tahap yang sebelumnya. Langkah mundur ini dikenal sebagai regresi (regression).

17 23 h. Agresi dan Apatis Menurut Hilgard dalam Minderop (2013: 38-39) perasaan marah terkait erat dengan ketegangan dan kegelisahan yang dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan. Agresi dapat berbentuk langsung dan pengalihan (direct aggression dan dislaced aggression). Agresi langsung adalah agresi yang diungkapkan secara langsung kepada seseorang atau objek yang merupakan sumber frustrasi. Bagi orang dewasa, agresi semacam ini biasanya dalam bentuk verbal daripada fisikal. Agresi yang dialihkan adalah bila seseorang mengalami frustrasi namun tidak dapat mengungkapkan secara puas kepada sumber frustrasi tersebut karena tidak jelas atau tak tersentuh. Si pelaku tidak tahu ke mana ia harus menyerang; sedangkan ia sangat marah dan membutuhkan sesuatu untuk pelampiasan. Penyerangan kadang-kadang tertuju kepada orang yang tidak bersalah atau mencari kambing hitam. Sedangkan menurut Minderop (2013: 39) apatis adalah bentuk lain dari reaksi terhadap frustrasi, yaitu sikap apatis (apathy) dengan cara menarik diri dan bersikap seakan-akan pasrah. i. Fantasi dan Stereotype Ketika kita menghadapi masalah yang demikian bertumpuk, kadangkala kita mencari solusi dengan masuk dunia khayal. Solusi yang berdasarkan fantasi daripada realitas. Contoh sebagaimana orang yang sedang lapar membayangkan makanan lezat dengan mengumpulkan potongan gambar berbagai hidangan. Stereotype adalah kensekuensi lain dari frustrasi, yaitu perilaku stereotype memperlihatkan perilaku pengulangan terus-menerus. Individu selalu mengulangi perbuatan yang tidak bermanfaat dan tampak aneh (Hilgard dalam Minderop, 2013: 39).

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Semi (via Endraswara, 2008:7), karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaaan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu karya tulis yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai kehidupan dan

Lebih terperinci

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA Ningrum Martono Helvy Tiana Rosa Gres Grasia Azmin Abstrak. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah hasil karya imajinasi, dan seni kreatif manusia. Sehingga karya sastra mampu menimbulkan imajinasi tertentu pada benak penikmatnya. Sedangkan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep didefinisikan sebagai ling gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN TOKOH DALAM NOVEL NAWANG KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

KEPRIBADIAN TOKOH DALAM NOVEL NAWANG KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) KEPRIBADIAN TOKOH DALAM NOVEL NAWANG KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) Oleh: Dewi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya Marymount, Los Angeles. Ankoku

BAB I PENDAHULUAN. layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya Marymount, Los Angeles. Ankoku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ankoku Joshi merupakan novel karya Akiyoshi Rikako, seorang penulis Jepang lulusan Universitas Waseda. Dia mendapatkan gelar master dalam bidang layar lebar dan televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang diusung dalam karya sastra adalah permasalahan yang biasa terjadi dalam realitas sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama LANDASAN PSIKOLOGIS BK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id Batasan Motif Sumadi Suryabrata (1995) motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 2. Identifikasi: Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL 3 WALI 1 BIDADARI LELAKI PILIHAN ABAH KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA DAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature)

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature) Mekanisme Pertahanan Menurut Sigmund Freud, mekanisme pertahanan bersumber dari alam bawah sadar yang digunakan untuk mengurangi konflik antara dunia internal seseorang dengan realitas eksternal. Freud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual dapat dijadikan pedoman hidup. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Konflik dalam Karya Sastra Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat terlibat secara emosional terhadap apa

Lebih terperinci

Keyword: psyicoanalisis, id, ego, superego, defence mechanism

Keyword: psyicoanalisis, id, ego, superego, defence mechanism ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH BOKU DALAM NOVEL TANIN NO KAO KARYA ABE KOBO Helni Putri¹, Tienn Immerry², Femmy Dahlan³ ¹ Mahasiswa Prodi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail: helni.putri.7@facebook.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Novel Cinta Brontosaurus karya Raditya Dika belum pernah dijadikan objek penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penulis memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh. dengan pandangannya (Nurgiyantoro, 1995: 2).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh. dengan pandangannya (Nurgiyantoro, 1995: 2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra (karya sastra) merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 2010: 121). Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional Asia. Kehidupan dalam karya sastra dapat diperindah, diejek, atau digambarkan bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan jiwa,tokoh utama, kecemasan, dan struktur kepribadian. 2.1.1 Pergolakan

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

KONFLIK DAN FRUSTRASI

KONFLIK DAN FRUSTRASI KONFLIK DAN FRUSTRASI FRUSTRASI Betapapun hebatnya kecakapan kita mengatasi masalah, situasi hidup akan selalu menimbulkan stress. Motif kita tidak selalu dapat dipuaskan dengan mudah, hambatan harus ditanggulangi,

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan mengenai pandangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Alwi (2007:588) mengatakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Alwi (2007:588) mengatakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Alwi (2007:588) mengatakan konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS. Dr. Albertine Minderop, MA

PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS. Dr. Albertine Minderop, MA PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS Dr. Albertine Minderop, MA Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2010 Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus/ Dr.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang di idealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh,

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai salah satu media untuk mengungkapkan perasaan manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Hidup manusia tidak terlepas dari perasaan dan jiwa.

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian ini memaparkan penelitian dan analisis terdahulu tentang analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang) BAB II LANDASAN TEORI A. Tokoh dan Penokohan 1. Tokoh Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMADALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMADALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA KONFLIK BATIN TOKOH UTAMADALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh Keuisristaristiana17@gmail.com, ikinsyamsudinadeani@unigal.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) Widya Haznawati 1 Arif Mustofa 2, Riza Dwi Tyas.W 3 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nurgiyantoro (2013:259) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis mengambil judul kemandirian tokoh utama dalam novel Menggapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis mengambil judul kemandirian tokoh utama dalam novel Menggapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian tentang psikologi sastra tentu saja sudah ada yang menelitinya pada waktu-waktu sebelumnya. Penelitian tentang psikologi sastra adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD 2.1 Definisi Novel Sebutan novel berasal dari bahasa Itali, yaitu novella yang berarti sebuah barang baru yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan masalah dalam

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan masalah dalam 241 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan masalah dalam penelitian ini, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. 1. Perilaku Tokoh dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Hakikat Penokohan a. Pengertian Penokohan Aminuddin (2010: 79) menyatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan oleh Samanty Lini Sastra Leutika, Yogyakarta. Hobby pengarang

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan oleh Samanty Lini Sastra Leutika, Yogyakarta. Hobby pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut adalah sebuah novel karya Ronierays yang diterbitkan oleh Samanty Lini Sastra Leutika, Yogyakarta. Hobby pengarang adalah menulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian Berjudul Konflik Batin dalam Novel Bumi Cinta Karya habiburrahman El Shirazy El Shirazy: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat sosial tidak bisa dilepaskan dari sastra. Karena dalam kehidupan tidak bisa

Lebih terperinci

MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE

MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE 1 MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE Gusti Ayu Putu Yuliari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract This research

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik

Lebih terperinci