Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan mengenai pandangan dasar tentang manusia berdasarkan teori psikoanalisa dan dinamika kepribadiannya. Struktur kepribadian Freud. Kompetensi Mampu memahami dasar teori kepribadian psikoanalisa dan konsepkonsep penting yang terkait.

2 Latar Belakang Pendahuluan Teori psikoanalisis adalah salah satu teori kepribadian yang paling berpengaruh, tidak hanya pada bidang psikologi tetapi pada ilmu-ilmu lain termasuk antropologi dan sosiologi. Istilah psikoanalisa muncul pada tahun 1896 yang artinya adalah upaya untuk mempengaruhi proses-proses psikologis dengan cara psikologis (Gunarsa, 1992). Pembahasan mengenai teori psikoanalisis tidak dapat dipisahkan dengan tokoh yang membangun teori ini yaitu Sigmun Freud. Pengalaman subjektif Sigmund Freud sangat berkonstribusi pada lahirnya konsep kepribadian dalam psikoanalisis. Manusia dalam Pandangan Sigmund Freud Dalam pandangan Sigmund Freud, manusia sangat dipengaruhi oleh masa lalu. Oleh karena itu, perilaku dan permasalahan yang muncul pada setiap individu merupakan implikasi proses yang terjadi sebelumnya, terutama pada umur 1 sampai dengan 5 tahun. Freud memiliki pandangan yang suram terhadap kehidupan manusia. Baginya, manusia merupakan korban dari proses yang terjadi sebelumnya, tidak memiliki kemerdekaan untuk memilih dan hanya pelaksana dari takdir yang telah ditetapkan. Konsep Utama Psikoanalisis Klasik Teori psikoanalisis memiliki beberapa konsep-konsep utama yang khas dan berbeda dengan teori-teori kepribadian yang lain. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut: Insting a. Pengertian Insting Insting adalah elemen dasar dari kepribadian, kekuatan yang memotivasi atau drive yang menentukan arah dari sebuah perilaku. Insting merupakan bentuk energi yang ditransformasi dari energi fisiologis yang menghubungkan antara kebutuhan jasmani dan keinginan pikiran (mind wishes). Salah satu insting utama adalah lapar dan haus. Lapar adalah hal pertama yang dirasakan oleh tubuh yang akan membangkitkan kebutuhan fisiologis. Pikiran akan mentransformasi energi jasmaniah menjadi sebuah keinginan. Keinginan ini merupakan 2

3 represantasi mental dari kebutuhan fisiologis atau merupakan insting atau dorongan yang dapat memotivasi orang untuk berperilaku guna memenuhi kebutuhan tersebut. Orang yang lapar akan berusaha untuk memuaskan kebutuhannya dengan mencari makanan. Insting tersebut bukan hanya merupakan keadaan tubuh (bodily state), melainkan kebutuhan jasmani yang ditranformasi menjadi keadaan mental sebagai sebuah keinginan (wish). Ketika tubuh menyatakan kebutuhan, individu mengalami perasaan tertekan atau merasakan ketegangan dan insting akan memuaskan kebutuhan tersebut untuk menurunkan ketegangan. Inilah teori Freud disebut juga dengan pendekatan homeostatik karena akan memotivasi individu untuk memulihkan dan menjaga keseimbangan fisiologis dan menjaga tubuh supaya terbebas dari ketegangan. Freud percaya bahwa manusia selalu mendapatkan sejumlah tekanan instingtif tertentu, yang secara terus-menerus harus menurunkannya. Sangat tidak mungkin untuk menghindari tekanan atau menghindari kebutuhan fisiologis, karena insting selalu mempengaruhi perilaku manusia. b. Jenis-Jenis Insting Freud mengelompokkan insting ke dalam dua kategori, yaitu insting hidup dan insting mati. Insting hidup disediakan agar individu dan spesies dapat bertahan hidup melalui cara tertentu untuk memuaskan kebutuhan akan makanan, udara, dan seks. Insting ini berorientasi kepada pertumbuhan dan perkembangan. Energi psikis yang dimanifestasikan dari insting hidup disebut libido. Libido dapat dilekatkan atau dimanifestasikan pada berbagai objek. Dalam konsep Freud disebut dengan cathexis. Menurut Freud, bagian dari insting hidup yang dianggap sangat penting dalam kepribadian adalah seks. Seks dapat diterjemahkan dalam arti yang lebih luas, tidak hanya merujuk kepada sesuatu yang bersifat erotik, tetapi termasuk semua perilaku dan pikiran yang dapat menyenangkan. Freud menganggap seks sebagai motivasi utama dalam hidup. Keinginan erotis muncul dari zona erogenous tubuh yaitu: mulut, anus, dan organ seks. Menurut Freud pada dasarnya manusia dipenuhi oleh kebutuhan mencari kesenangan. Berlawanan dengan insting hidup, Freud membuat postulat mengenai insting mati yang bersumber dari biologi. Freud menyatakan bahwa bukti nyata dari seluruh kehidupan adalah kematian, kembali kepada asal dan menjadi benda mati. Freud menyatakan bahwa orang secara tidak sadar menginginkan kematian. Salah satu komponen dari insting mati adalah dorongan agresif. Agresif digambarkan sebagai keinginan untuk mati dengan melawan objek 3

4 lain di luar dirinya. Dorongan agresif memaksa kita untuk merusak, mengalahkan, dan membunuh. Agresif merupakan bagian yang memaksa dari aspek manusiawi, seperti seks. Tingkatan Kepribadian Freud membagi kepribadian ke dalam tiga tingkatan, yaitu: kesadaran (conscious), prasadar (preconscious), dan ketidaksadaran (unconscious). a. Kesadaran (Conscious) Kesadaran berkaitan dengan makna dalam kehidupan sehari-hari, termasuk sensasi dan pengalaman yang membuat kita menyadari setiap peristiwa yang kita alami. Kesadaran merupakan bagian kehidupan mental atau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental ini memiliki kesadaran penuh. Melalui kesadarannya, individu mengetahui siapa dia, sedang apa dia, sedang dimana dia, apa yang terjadi di sekitarnya, dan bagaimana dia memperoleh yang diinginkannya. Menurut Freud, kesadaran merupakan aspek yang sangat terbatas dalam kepribadian karena hanya menempati porsi yang kecil dari pemikiran, perasaan, dan ingatan yang berada dalam tingkat kesadaran pada setiap waktunya. Freud menggambarkan pikiran itu seperti gunung es. Kesadaran berada dalam porsi yang paling atas, sedangkan yang muncul di permukaan air hanya merupakan bagian ujung gunung es. b. Prasadar (Preconscious) Prasadar merupakan lapisan jiwa di bawah kesadaran dan berada di tengah antara sadar dan tidak sadar. Prasadar sebagai penampungan dari ingatan-ingatan yang tidak dapat diungkap secara cepat, dapat diingat kembali apabila diusahakan. Misalnya: kita lupa seseorang yang baru saja ditemui. Pada kesempatan lain tiba-tiba orang tersebut menyapa dan kita masih samar mengingat namanya meski ada perasaan pernah bertemu dengan orang tersebut. Untuk mengingat nama orang tersebut diperlukan sedikit kosentrasi dan asosiasi tertentu. c. Ketidaksadaran (Unconscious) Ketidaksadaran merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental dan berada dibawah permukaan air. Disamping itu, ketidaksadaran juga merupakan fokus utama dalam teori psikoanalisis yang berisi insting-insting atau pengalaman tidak menyenangkan yang di tekan (repress). Meskipun tidak sepenuhnya individu menyadari keberadaan insting-insting tersebut, namun insting tersebut aktif bekerja untuk memperoleh kepuasan. Dalam konsep psikoanalisis terdapat asumsi yang mendasari teori psikoanalisis, yaitu asumsi determinisme psikis dan asumsi motivasi tak sadar. Asumsi determinisme psikis 4

5 meyakini bahwa segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud dan hal tersebut semuanya sudah ditentukan secara alami. Sementara itu, asumsi motivasi tak sadar meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku ditentukan oleh motif tak sadar. Struktur Kepribadian Menurut Freud, kepribadian manusia memiliki suatu struktur yang terdiri dari id, ego, dan super ego. Struktur kepribadian tersebut akan salaing berinteraksi dan akan menentukan perilaku seseorang. a. Id Id merupakan komponen kepribadian yang primitif dan instingtif. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle). Prinsip ini pada dasarnya merupakan cara untuk mereduksi (menurunkan) ketegangan. Prinsip kesenangan merujuk kepada pencapaian kepuasan segera dari dorongan biologis. Dalam penjelasan Freud, id merupakan sumber energi psikis yang menggerakkan kegiatan psikis manusia karena berisi insting-insting baik insting hidup (eros) yang menggerakkan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan biologis (seperti: makan, minum, tidur, hubungan seks, dll) dan juga insting kematian (tanatos) yang menggerakkan tingkah laku agresif. Id bersifat primitif dan tidak logis atau tidak rasional. Untuk menurunkan ketegangan atau menghilangkan kondisi tidak menyenangkan, id menempuh dua cara yaitu: melalui refleks proses primer yang merupakan reaksi-reaksi mekanis bersifat bawaan, misalnya: berkedip, menangis, dan bersin. Proses primer berusaha mengurangi ketegangan dengan membentuk fantasi tentang objek atau kegiatan yang diinginkan, misalnya apabila kita lapar, kita akan membayangkan makanan. Apabila kita merindukan seseorang, kita dapat mengkhayalkan bertemu orang tersebut. Kehadiran objek yang diinginkan dalam bentuk hayalan merupakan pengalaman halusinasi. Misal yang tepat untuk menggambarkan ini adalah mimpi. Bagi Freud, mimpi merupakan usaha untuk memenuhi keinginan atau dorongan yang tidak terpenuhi secara nyata. b. Ego Ego merupakan aspek psikologi kepribadian. Ego menjadi eksekutif dari kepribadian. Selain itu, ego juga membuat keputusan mengenai insting-insting mana yang akan dipuaskan dan bagaimana cara memuaskannya. Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan berorientasi pada prinsip realitas (reality principle). Ego berperan sebagai mediator antara id (keinginan untuk mencapai kepuasan) dan kondisi lingkungan atau dunia 5

6 nyata. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertujuan untuk mencegah ketegangan sampai mendapatkan objek yang dapat memenuhi kepuasan atau dorongan dari id. Ego mempunyai keinginan memaksimalkan pencapaian kepuasan, melalui proses sekunder. Artinya dilakukan melalui proses berpikir yang realistis dan rasional serta berorientasi pada pemecahan masalah. Proses sekunder meliputi persepsi, memori, dan belajar. Melalui proses sekunder, ego merencanakan cara untuk memuaskan doronga dan menguji rencana tersebut. Orang yang lapar akan merencanakan untuk mencari makanan, kemudian memastikan keberedaan tempat makan. Kegiatan ini disebut denga pengujian realitas (reality testing) untuk memastikan bahwa cara untuk memuaskan kebutuhan berada di alam nyata, tidak lagi bersifat khayalan. Dalam proses ini, ego bersifat pragmatis dan kurang memperhatikan aturan atau norma namun berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang dengan cara menunda kesenangan atau kepuasan sesaat. Ego merupakan eksekutif dari kepribadian yang membuat keputusan tentang insting. c. Super Ego Super ego merupakan aspek sosial dari kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik buruk dan benar salah. Melalui pengalaman hidup mulai dari masa kanak-kanak, individu sudah menerima informasi mengenai tingkah laku yang baik dan buruk, atau benar dan salah yang merupakan standar atau norma dalam masyarakat. Selanjutnya individu menginternalisasi (menyerap) menjadi aturan dalam dirnya dan menjadi standar atas tingkah lakunya sendiri. Pelanggaran atas standar ini akan menyebabkannya menerima sangsi dari dalam diri berupa penyelasan dan rasa berdosa. Super ego mulai berkembang usia 3 sampai dengan 5 tahun. Pada usia ini anak-anak memperoleh hadiah (rewards) atas kepatuhannya dan mendapatkan hukuman atas pembangkangannya. Keduanya akan mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan keinginan atau ketentuan (orangtua). Tingkah laku yang salah (artinya tidak sesuai ketentuan norma) akan mendapatkan hukuman. Proses ini akan menumbuhkan kata hati (conscience) anak, sedangkan perintah untuk berbuat baik (tingkah laku sesuai aturan) akan mendapatkan hadiah (rewards), mungkin berupa pujian. Peristiwa ini akan membentuk ego ideal anak. Mekanisme terbentuknya kata hati dan ego ideal ini disebut introjeksi. Introjeksi dapat diartikan sebagai proses penerimaan anak terhadap norma-norma dan kode moral dari orangtua. Kata hati dan ego ideal adalah komponen yang membentuk super ego dalam struktur kepribadian. Kata hati akan berfungsi sebagai hakim dalam diri individu. Apabila melakukan 6

7 kesalahan, maka kata hati akan menghukumnya dengan membuatnya merasa bersalah (guilty feeling). Sementara itu, ego ideal juga berfungsi sebagai pemberi hadiah. Apabila individu berbuat baik, maka membuatnya merasa bangga akan dirinya. Terbentuknya super ego dalam diri individu berarti telah terbentuk kemampuan untuk mengontrol dirinya sendiri dan melepaskan kontrol orangtua. Super ego memiliki beberapa fungsi: 1. Meintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif. 2. Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realitis dengan tujuan moral. 3. Mengejar kesempurnaan. Ketiga komponen dalam struktur kepribadian tersebut merupakan suatu sistem kepribadian yang bekerja sebagai suatu sistem yang dikoordinasikan oleh ego. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan (anxiety) adalah perasaan yang kita rasakan pada saat cemas. Cemas tidak sama dengat takut. Dalam konsep Freud, kecemasan adalah ketakutan tanpa objek yang jelas, seringkali tidak dapat menunjukkan sumber kecemasan, tidak dapat di jelaskan secara spesifik. Bagi Freud, kecemasan merupakan bagian penting dalam teori kepribadian dan memasukkannya ke dalam dasar perkembangan perilaku neurotik dan psikotik. Apabila seseorang tidak mengatasi kecemasannya, maka akan berada dalam situasi yang berbahaya dan dapat menyebabkan efek traumatik. Menurut Freud, dalam kondisi ini seseorang tanpa memandang usia akan jatuh pada situasi tidak berdaya, seperti halnya pengalaman pada saat dilahirkan. Dalam kehidupan orang dewasa ketidakberdayaan dan kekanak-kanakan (infantile) akan kembali muncul pada saat ego terancam. 2. Jenis-Jenis Kecemasan Menurut Freud ada tiga jenis kecemasan, Yaitu: kecemasan nyata (reality anxiety), kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. a. Kecemasan nyata atau kecemasan objektif Ketakutan terhadap bahaya yang terlihat dan yang ada dalam dunia nyata. Misal: takut dengan ular, harimau, bencana alam. Kecemasan realistis menyediakan tujuan positif karena akan menuntun perilaku kita untuk menghindari atau melindungi dari bahaya yang 7

8 ada. Kecemasan akan mereda apabila objek cemas sudah tidak ada. Ketakutan objektif dapat juga berubah ekstrim, misalnya orang yang tidak bisa melihat cahaya karena takut api. Pada dasarnya ketakutan semacam ini bersifat realistis, tetapi porsi ketakutannya melebihi kondisi normal. b. Kecemasan neurotik Bentuk kecemasan yang mengganggu kesehatan mental. Kecemasan neurotik berbasis pada masa kanak-kanak. Dalam suatu konflik antara penundaan instingtif dan realitas, anak seringkali dihukum atas ekspresi seksual yang terlalu terbuka atau karena memiliki dorongan agresif atau keinginan untuk menunda impuls id tertentu yang akan menyebabkan kecemasan. Kecemasan neurotik adalah ketakutan yang tidak disadari atas keberadaan hukuman terhadap impulsifitas dari perilaku yang di dominasi id. Ketakutan bukan merupakan insting, melainkan hasil dari penundaan insting. Konflik terjadi antara id, ego, dan sumber asalnya yang memiliki basis realitas. c. Kecemasan moral Kecemasan yang merupakan hasil dari konflik antara id dan super ego. Pada intinya, kecemasan moral merupakan ketakutan seseorang terhadap conscience nya. Pada saat tertentu, orang di motivasi untuk menampilkan impuls instingtif tetapi disisi lain ada kode moral. Dalam situasi ini superego akan membalas dengan menyebabkan perasaan bersalah atau malu. Kecemasan moral menunjukkan bahwa super ego berfungsi dengan baik. Seseorang yang memiliki kekuatan untuk menghambat concience akan mengalami konflik hebat dibandingkan dengan orang yang kurang memiliki seperangkat penuntun moral yang keras. Sama dengan kecemasan neurotik kecemasan moral juga berbasis realitas Anak 3. Mekanisme Pertahanan Melawan Kecemasan Kecemasan adalah tanda adanya bahaya dan merupakan ancaman terhadap ego, oleh karena itu harus dilawan dan hindari. Ego harus meredakan konflik antara kebutuhan id dan kecaman dari masyarakat atau dari super ego. Menurut Freud, konflik akan selalu ada karena insting selalu memaksa untuk dipuaskan. Sementara itu larangan-larangan dari masyarakat selalu akan membatasi upaya untuk mencapai pemuasan tersebut. Freud percaya bahwa pertahanan merupakan sebuah keharusan. Seluruh perilaku di dorong oleh insting. Karenanya, seluruh perilaku bertahan adalah cara untuk melawan kecemasan. Intensitas pertempuran dalam kepribadian mungkin fluktuatif tetapi tidak pernah berhenti. Freud meyakini bahwa mekanisme pertahanan dimiliki setiap orang tetapi mungkin hanya sedikit yang digunakan karena mekanisme pertahanan diri bersifat tumpang tindih. 8

9 Meskipun mekanisme pertahanan diri memiliki variasi yang spesifik, tetapi secara umum dibagi menjadi dua karakteristik: pertama menyangkal kenyataan dan kedua mendistorsi (menyimpangkan) kenyataan dan bekerja di alam tak sadar. Kita tidak sadar mengenai keberadaannya artinya dalam tingkatan kesadaran kita akan mendistorsi bayangan yang tidak nyata dari dunia dan diri kita. 1) Represi Represi adalah memindahkan sesuatu ingatan dengan cara di sengaja dari kesadaran ke alam tidak sadar. Ingatan yang dilupakan adalah sesuatu yang membuat kita tidak nyaman dan merasa sakit. Represi adalah jenis mekanisme pertahanan diri yang paling utama dan sering dipergunakan. 2) Penyangkalan atau Denial Penyangkalan merupakan mekanisme pertahanan diri yang berkaitan dengan represi dan melibatkan penyangkalan terhadap keberadaan beberapa ancaman atau kejadian traumatik yang di alami. Misalnya: orang mengalami sakit parah mungkin akan menyangkal akan segera meninggal. 3) Pembentukan Reaksi atau Reaction Formation Bentuk pertahanan diri dilakukan dengan cara mengganti impuls yang menimbulkan kecemasa dengan impuls sebaliknya. Orang yang memiliki dorongan kuat akan impuls seksual, akan me-repress impuls tersebut dan menggantinya dengan perilaku yang lebih diterima secara sosial. Misal: orang yang merasa terancam dengan dorongan seksual secara terus-menerus akan menggantinya dengan menjadi penentang utama pornografi. Sebaliknya, orang yang merasa terganggu oleh impuls agresif yang ekstrem akan berubah menjadi melindungi dan bersahabat. Amarah diganti dengan kebajikan dan kebencian diganti dengan cinta. Dalam ketidaksadaran, orang menggunakan mekanisme tersebut. 4) Proyeksi Bentuk mekanisme peratahan diri yang merubah kecemasan neurotik menjadi kecemasan realistis adalah dengan memindahkan impuls yang berada dari dalam (internal) menjadi objek yang berada diluar. Sehingga seolah-olah ancaman tersebut terproyeksi pada objek eksternal. Pemindahan ini dilakukan karena sumber asli kecemasan neurotik atau kecemaan moral adalah ketakutan terhadap hukuman dari luar. Kemarahan, agresif, dan impuls yang ada dalam diri kita menjadi seperti terlihat dan dimiliki orang lain. Misal: impuls yang muncul "saya membenci dai" diganti menjadi "dia membenci saya". 9

10 5) Regresi Regresi merupakan kemunduran atau surut kembali kepada periode kehidupan sebelumnya. Periode tersebut adalah bagian dari tahapan psikoseksual yang lebih menyenangkan dan terbebas dari frustasi dan kecemasan terutama pada periode kanakkanak. Individu yang regresif akan memanifestasikan perilakunya dalam bentuk kebergantungan dan kekanak-kanakan. 6) Rasionalisasi Bentuk mekanisme pertahanan diri yang terjadi dengan menafsirkan ulang sebuah perilaku menjadi lebih rasional dan dapat diterima. Kita berusaha memaafkan atau membenarkan sebuah ancaman yang awalnya menyakitkan dengan cara memberikan penjelasan yang rasional. Misalnya: orang yang di pecat dari pekerjaannya akan membuat rasionalisasi bahwa pekerjaan tersebut tidak cocok untuknya. 7) Penggantian atau Displacement Penggantian terjadi jika objek yang dapat memuaskan atau impuls id tidak tersedia akan menggantikannya dengan objek lain. Misalnya: anak yang marah terhadap orangtua atau orang dewasa yang marah terhadap atasannya, tetapi takut untuk mengekspresikan kemaran tersebut maka akan mengganti obek perilaku agresinya dari orangtua kepada adik atau kakaknya, sementara orang dewasa mengganti objek agresinya dengan memukul benda lain yang tidak dapat melawan. Objek pengganti adalah sesuatu yang tidak menjadi ancaman bagi dirinya, meskipun penggantian objek tidak akan meredakan ketegangan secara memuaskan, seperti halnya kalau langsung diarahkan kepada orangtua atau objek asli. Dalam situasi seperti ini, biasanya individu akan mencari cara baru untuk meredakan tekanan yang dialaminya. 8) Sublimasi Sublimasi adaah bentuk pengalihan impuls id yang dilakukan dengan menyalurkannya ke dalam bentuk perilaku yang lebih terpuji dan dapat diterima oleh masyarakat. Misal: energi seksual dialihkan menjadi perilaku yang artistik yang kreatif. 10

11 Perkembangan Kepribadian Freud mengembangkan teori mengenai perkembangan kepribadian yang merujuk pada perkembangan seksual, sehingga lebih dikenal dengan perkembangan psikoseksual. Menurutnya, tahap perkembangan psikoseksual terdiri atas berikut: a. Tahap Oral (0-1 tahun) Tahap oral terjadi pada awal kehidupan manusia, yaitu: usia 0-1 tahun. Pada tahapan ini, mulut menjadi sumber kenikmatan erotis karena libido didistribusikan ke daerah sekitar mulut. Perbuatan mengisap dan menelan menjadi metode utama untuk mencapai kepuasan. Pada tahap ini anak akan menikmati puting ibunya dan memasukkan benda ke dalam mulutnya, seperti mengisap jempol atau dot. b. Tahap Anal (1-3 tahun) Dubur menjadi sumber kenikmatan erotis pada masa ini karena libido di distribusikan ke daerah sekitar anus. Pada saat anus anak penuh dengan ampas makanan akan memerlukan pemanasan. Peristiwa buang air besar (BAB) merupakan pencapaian kepuasan dan memberikan rasa nikmat. Peristiwa ini disebut dengan erotik anal. c. Tahap Phalik (4-5 tahun) Pada usia ini anak mulai memperhatikan atau mulai senang memainkan alat kelaminnya sendiri, seperti memijit-mijit bahkan mungkin melakukan masturbasi. Pada tahap ini terjadi perkembangan berbagai aspek psikologis terutama terkait dengan kehidupan psikososial keluarga atau perlakuan terhadap anak. Anak mulai berperilaku atau mementingkan diri sendiri atau lebih berorientasi kepada diri sendiri. d. Tahap Latensi (6-12 tahun) Disebut lantensi karena pada tahap ini merupakan tahap tenang, secara seksual. Segala sesuatu yang berhubungan dengan seks dihambat atau ditekan (repress). Periode ini merupakan masa tertahannya dorongan-dorongan seks dan agresif. Pada masa ini, anak mengembangkan kemampuan bersublimasi (mengalihkan dorongan yang tidak sesuai dengan sesuatu yang lebih konstruktif dan baik). Misal: dengan mengerjakan tugas-tugas sekolah dan berolahraga. Anak sudah mulai mengembangkan relasi sosial melalui perhatian dan pertemanan. Pada masa ini, mereka tidak memiliki perhatian khusus tehadap jenis kelamin yang berbeda sehingga akan terjadi kelompok yang hanya terdiri dari satu jenis kelamin, anak laki-laki dengan anak laki-laki dan perempuan dengan perempuan. Tahap ini merupakan masa perluasan kontak sosial dengan orang-orang diluar keluarganya. Dengan demikian proses identifikasi juga mengalami perluasan, yang semula objek identifikasinya adalah orangtua akan meluas kepada guru atau tokoh sejarah. e. 11

12 Tahap Genital (12 tahun atau 13 tahun) Pada tahap ini, anak mulai masuk periode remaja yang di tandai dengan kematangan organ reproduksi. Pada masa ini insting seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif mencintai orang lain atau mulai mengembangkan motif altruisme (keinginan untuk memerhatikan orang lain). Motif-motif tersebut mendorong anak untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok. Masa ini ditandai dengan proses pengalihan perhatian dari mencari kepuasan atau kenikmatan sendiri, kepada kehidupan sosial orang dewasa yang berorientasi kepada kenyataan. 12

13 Daftar Pustaka Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7 th ed.) USA: MC Graw Hill. Fudyartanta, K., (2012). Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 13

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (precon scious), dan

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: 08 Wahidah Fakultas PSIKOLOGI Teori Sigmund Freud Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual Fitriani, S. Psi., MA. Program Studi PSIKOLOGI Bagian Isi Apa itu Kepribadian?

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Freud s Psychoanalytic Theories

Freud s Psychoanalytic Theories Modul ke: 02Fakultas Erna PSIKOLOGI Freud s Psychoanalytic Theories Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si Program Studi Psikologi Freud (1856-1939) Pendekatan Dinamis Dinamakan juga : Energi psikis, energi dorongan,

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Pandangan Murray sangat holistik,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori Gestalt telah berkembang sejak sekitar abad Ke 19. Dimulai dengan Gestalt I, kemudian berkembang terus hingga menuju ke Gestalt II. Gestalt II ini kemudian memunculkan

Lebih terperinci

FASE PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA

FASE PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA FASE PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA Fase fase Kepribadian Sigmund Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun dan perkembangan kepribadian sesuda usia 5 tahun sebagian

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 2. Identifikasi: Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

Dinamika kepribadian / Prinsip Motivasional. Ego cemas karena tuntutan id dan superego. 1. Dorongan-dorongan a. Seks b. Agresi 2.

Dinamika kepribadian / Prinsip Motivasional. Ego cemas karena tuntutan id dan superego. 1. Dorongan-dorongan a. Seks b. Agresi 2. Pembentuk Kepribadian Bagaimana Kepribadian Bertindak Dijaga yang bertugas Menseleksi gambaran yang boleh masuk ke alam bawah sadar dan sadar. Hanya gambaran yang tidak memberikan rasa cemas yg lolos.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

Perkembangan Manusia

Perkembangan Manusia Perkembangan Manusia Ciri-ciri perkembangan 1. Perkembangan mengikuti pola yang teratur, baik pada masa pranatal maupun postnatal. Pola perkembangan individu bersifat chepalocaudal, yaitu perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom.

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. AGRESI Modul ke: Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Fakultas Psikologi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan jiwa,tokoh utama, kecemasan, dan struktur kepribadian. 2.1.1 Pergolakan

Lebih terperinci

KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN JIWA

KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN JIWA KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN JIWA Ns. Wahyu Ekowati MKep., Sp Jiwa 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami konseptual model dalam keperawatan jiwa Memahami konsep dasar masing masing model konseptual keperawatan

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature)

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature) Mekanisme Pertahanan Menurut Sigmund Freud, mekanisme pertahanan bersumber dari alam bawah sadar yang digunakan untuk mengurangi konflik antara dunia internal seseorang dengan realitas eksternal. Freud

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Relasi Objek Teori Relasi Objek: 1. Pentingnya pola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang di idealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8).

Lebih terperinci

KONFLIK DAN FRUSTRASI

KONFLIK DAN FRUSTRASI KONFLIK DAN FRUSTRASI FRUSTRASI Betapapun hebatnya kecakapan kita mengatasi masalah, situasi hidup akan selalu menimbulkan stress. Motif kita tidak selalu dapat dipuaskan dengan mudah, hambatan harus ditanggulangi,

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING Esensi Konseling Suatu proses hubungan untuk membantu orang lain, yang terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang menghadapi

Lebih terperinci

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD 1 A. Pengantar RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD Oleh: D. Tiala Berbicara mengenai Psikoanalisis, maka kita tidak akan terlepas dari nama seorang tokoh klasik terkenal, yaitu

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN

JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN 4 JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN John Dollard dan Neal E. Miller bekerja sama di Institute of Human Relation Universitas Yale mengembangkan pendekatan interdisiplin 3 bidang ilmu, yaitu

Lebih terperinci

BAB III IDENTITAS MANUSIA. Sebelum Freud menguraikan gagasan-gagasannya mengenai secara

BAB III IDENTITAS MANUSIA. Sebelum Freud menguraikan gagasan-gagasannya mengenai secara BAB III IDENTITAS MANUSIA A. Manusia sebuah Pandangan Umum Sebelum Freud menguraikan gagasan-gagasannya mengenai secara umum disebut antropologi, bahkan penelitian-penelitian sekaligus penemuanya merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, dalam novel Dan Hujan pun Berhenti terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai salah satu media untuk mengungkapkan perasaan manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Hidup manusia tidak terlepas dari perasaan dan jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori Melanie Klein,

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Definisi dan Manfaat Psikologi Komunikasi Karakteristik

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih banyak daripada anak yang tidak mengalaminya, tetapi mereka memiliki gejala yang lebih sedikit dibandingkan

Lebih terperinci

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling)

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling) Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling) Oleh: Rahayu Ginintasasi JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2008 Avoiding Reality in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang diusung dalam karya sastra adalah permasalahan yang biasa terjadi dalam realitas sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat sosial tidak bisa dilepaskan dari sastra. Karena dalam kehidupan tidak bisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Ego Kreatif Ego kreatif:

Lebih terperinci

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik Periodisasi Perkembangan Peserta Didik Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menjelaskan tentang periodisasi perkembangan peserta didik Indikator Mahasiswa mampu menjelaskan periodisasi perkembangan

Lebih terperinci

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z Karakteristik manusia komunikan Rahmawati Z Kenalilah Dirimu. Pemeran utama dalam proses komunikasi adalah manusia. Sebagai psikolog, kita memandang komunikasi justru pada perilaku manusia komunikasi.

Lebih terperinci

Pendekatan Psikoanilitik

Pendekatan Psikoanilitik Pendekatan Psikoanilitik Pengenalan Sigmund Freud (1856-1939) adalah pengasas pendekatan psikoanalitik dalam bidang psikologi. Menurut pendekatan ini tingkah laku seseorang pada masa kini adalah hasil

Lebih terperinci

Ilmu Perkembangan Anak Universitas Negeri Yogyakarta. Oleh : Yulia Ayriza

Ilmu Perkembangan Anak Universitas Negeri Yogyakarta. Oleh : Yulia Ayriza Ilmu Perkembangan Anak Universitas Negeri Yogyakarta Oleh : Yulia Ayriza TUMBUH KEMBANG ANAK PERTUMBUHAN Berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran organ individu dan hal ini dapat

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Dinamisme (the

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian ini memaparkan penelitian dan analisis terdahulu tentang analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 04 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori dari tokoh-tokoh

Lebih terperinci

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10 GEJALA KONASI--MOTIVASI PERTEMUAN KE 10 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id MOTIVASI Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Berita mengenai kekerasan, terutama kekerasan terhadap perempuan (KtP) seakan sudah menjadi bagian sehari-hari yang dapat diketahui melalui media massa. Laporan penelitian

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Rashomon hasil karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dipublikasikan di majalah sastra

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Modul ke: PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Review Teori Perkembangan Fakultas Psikologi Tenny Septiani Rachman, M. Psi, Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Perkembangan Psikoseksual Freud

Lebih terperinci

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama LANDASAN PSIKOLOGIS BK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id Batasan Motif Sumadi Suryabrata (1995) motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta

Lebih terperinci

Modul ke: Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi

Modul ke: Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Modul ke: 03 Setiawati Fakultas Psikologi Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Kompetensi Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa saja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI TERKAIT. di bedakan menjadi sebagai berikut: (Sarwono, 2009)

BAB II TINJAUAN TEORI TERKAIT. di bedakan menjadi sebagai berikut: (Sarwono, 2009) BAB II TINJAUAN TEORI TERKAIT A. Teori Terkait i. Teori Para Ahli Oleh para ahli, tahap tahap perkembangan anak di bedakan menjadi sebagai berikut: a. Perkembangan Emosi (John Piaget ) (Sarwono, 2009)

Lebih terperinci

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sama halnya dengan sebuah seni, namun seni bukanlah sesuatu hal yang monoton. Setiap era, seni selalu berubah termasuk sastra, dengan kata lain sastra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD 2.1. Novel Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel berasal dari bahasa Italia novella,

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang akan di laluinya, dan salah satu adalah periode masa remaja. Masa remaja ini di sebut

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI PENDEKATAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI PENDEKATAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI PENDEKATAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD SKRIPSI OLEH Joko Saputra 080701037 DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 77

BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 77 BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN A. Temuan Penelitian Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian

Psikologi Kepribadian MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pembahasan teori

Lebih terperinci

KEPECAYAAN DIRI YAITU SUATU KEMAMPUAN PENAMPILAN HIDUP SEHARI-HARI YANG DISADARI, BAIK BERUPA AKTIVITAS FISIK ATAUPUN PSIKIS

KEPECAYAAN DIRI YAITU SUATU KEMAMPUAN PENAMPILAN HIDUP SEHARI-HARI YANG DISADARI, BAIK BERUPA AKTIVITAS FISIK ATAUPUN PSIKIS KEPERCAYAAN DIRI ATAU LEBIH DIKENAL DENGAN ISTILAH PERCAYA DIRI/PD NIA SUTISNA PLB FIP UPI KEPECAYAAN DIRI YAITU SUATU KEMAMPUAN PENAMPILAN HIDUP SEHARI-HARI YANG DISADARI, BAIK BERUPA AKTIVITAS FISIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud adalah lingkungan sosial yang berisi individu-individu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud adalah lingkungan sosial yang berisi individu-individu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Salah satu bentuk interaksi ditandai ketika seseorang menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Lingkungan baru yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA

TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA 1 Tahapan Perkembangan Manusia (Hurlock) Periode prenatal Periode Infancy : 0 akhir pekan 2 Periode Bayi : akhir pekan kedua 2 tahun Periode Awal Masa Kanak-kanak : 2-6 tahun

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Perkembangan 1

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Perkembangan 1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Perkembangan 1 Sigmund Freud Fakultas Fakultas Psikologi Program Tatap Kode Studi Muka MK Disusun Oleh Psikologi 08 Luh Mea Tegawati, M.Psi.Psi. Rizki Dawanti, M.Psi, Psi Abstract

Lebih terperinci

Psikoanalisa. CG. Jung

Psikoanalisa. CG. Jung Psikoanalisa CG. Jung KEPRIBADIAN Keseluruhan pikiran, perasaan, dan tingkah laku, baik sadar maupun tidak sadar. Kepribadian ini berfungsi untuk membimbing orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL

DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL Modul ke: DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL Hakekat manusia, pengertian motivasi, pendekatan dasar pada motivasi Fakultas Psikologi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Alwi (2007:588) mengatakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Alwi (2007:588) mengatakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Alwi (2007:588) mengatakan konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada

Lebih terperinci

Psikologi Dunia Kerja Frustasi & Pengaruhnya Dalam Pekerjaan

Psikologi Dunia Kerja Frustasi & Pengaruhnya Dalam Pekerjaan Psikologi Dunia Kerja Frustasi & Pengaruhnya Dalam Pekerjaan Dinnul Alfian Akbar, SE, M.Si Frustasi Pengertian Menurut C.P. Chaplin, Frustasi adalah: Rintangan atau penggagalan tingkah laku untuk mencapai

Lebih terperinci