BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis mengambil judul kemandirian tokoh utama dalam novel Menggapai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis mengambil judul kemandirian tokoh utama dalam novel Menggapai"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian tentang psikologi sastra tentu saja sudah ada yang menelitinya pada waktu-waktu sebelumnya. Penelitian tentang psikologi sastra adalah penelitian yang terkait dengan jiwa tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Pada penelitian ini penulis mengambil judul kemandirian tokoh utama dalam novel Menggapai Matahari karya Adnan Katino sebagai kajiannya. Kemandirian tersebut diwujudkan melalui karakter tokoh utama. Terkait dengan penelitian yang relevan atau penelitian yang berhubungan dengan pendekatan psikologi sastra, penulis mengambil tiga jenis penelitian yang relevan. 1. Penelitian dengan Judul Motivasi Berprestasi Tokoh Utama dalam Novel 12 Menit Karya Oka Aurora Kajian Psikologi Sastra Kajian yang pertama yaitu berjudul Motivasi Berprestasi Tokoh Utama Dalam Novel 12 Menit Karya Oka Aurora Kajian Psikologi Sastra. Penelitian ini dilakukan oleh Niki Saroh Pratitasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun Penelitian itu membahas tentang motivasi berprestasi tokoh utama dalam novel 12 menit karya Oka Aurora. Motivasi berprestasi tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu motivasi dilihat dari dasar pembentukannya dan motivasi dilihat dari jenisnya. Sistem pengetahuan dalam penelitian ini mengenai sikap seseorang yang memiliki motivasi berprestasi di bidang akademik maupun nonakademik. Motivasi berprestasi di bidang akademik meliputi: meraih nilai ulangan kimia tertinggi, terpilih mengikuti olimpiade fisika, 11

2 mengenyam kuliah musik di Amerika dan memperoleh nilai ujian skripsi A+. Selain itu, motivasi di bidang nonakademik meliputi: piawai dalam bermain alat musik, menjadi field commander, menjadi anggota Snare dalam marching band dan lainlain. Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada objek dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan objek aspek kemandirian tokoh utama sedangkan penulis sebelumnya menggunakan motivasi berprestasi tokoh utama. Di dalam penelitian ini penulis juga membahas tentang karakter tokoh utama sebagai objek penelitiannya sedangkan penulis sebelumnya tidak membahas hal tersebut. Selain itu, sumber data yang digunakan oleh penulis juga berbeda dengan penulis sebelumnya. Penulis menggunakan novel Menggapai Matahari karya Adnan Katino sebagai sumber data penelitiannya sedangkan penulis sebelumnya menggunakan novel 12 Menit Karya Oka Aurora. 2. Penelitian dengan Judul Motivasi Hidup Tokoh dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Faudi (Kajian Psikologi Sastra) Kajian yang kedua berjudul Motivasi Hidup Tokoh Dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahamad Faudi. Penelitian ini dilakukan oleh Ani Setia Harini mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun Motivasi hidup tokoh dalam penelitian ini mencakup dua aspek yaitu (1) psikologi motivasi Abraham Maslow meliputi: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan pengakuan dan kasih sayang, kebutuhan penghargaan, kebutuhan kognitif, kebutuhan estetika, kebutuhan aktualisasi diri, (2) psikologi kepribadian meliputi: faktor genetika (pembawaan), faktor lingkungan (environment). 12

3 Perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan terletak pada objek dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil objek penelitiannya mengenai aspek kemandirian tokoh utama yang mencakup aspek kemandirian dan tipe kepribadian sedangkan penulis sebelumnya mengambil objek penelitian mengenai dua aspek antara lain: (1) psikologi motivasi, (2) psikologi kepribadian. Selain itu, sumber data penelitian yang digunakan oleh penulis juga berbeda dengan sumber data yang digunakan oleh penulis sebelumnya. Penulis menggunakan novel Menggapai Matahari karya Adnan Katino sebagai sumber data penelitiannya sedangkan penulis sebelumnya menggunakan Ranah 3 Warna karya Ahamad Faudi. 3. Penelitian dengan Judul Kepribadian Tokoh Utama pada Novel Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy (Tinjauan Psikologi Sastra) Kajian yang ketiga berjudul Kepribadian Tokoh Utama Pada Novel Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy (Tinjauan Psikologi Sastra). Penelitian ini dilakukan oleh Riko Anggih Dwi Utomo mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun Penelitian ini membahas Kepribadian meliputi: bentukbentuk kepribadian, struktur kepribadian dan dinamika kepribadian pada tokoh utama dalam novel Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy. Bentuk kepribadian tokoh utama dalam novel ini berupa rajin dan tekun, pemberani, jujur, bertanggung jawab serta religius. Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada objek dan sumber datanya. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan objek penelitian mengenai aspek kemandirian tokoh utama yang mencakup kemandirian 13

4 Intelektual, kemandirian sosial, kemandirian emosi dan kemandirian ekonomi serta tiga tipe kepribadian yaitu tipe sanguin, tipe flegmetik dan tipe kolerik sedangkan penulis sebelumnya menggunakan objek mengenai kepribadian tokoh utama yang mencakup bentuk-bentuk kepribadian, struktur kepribadian dan dinamika kepribadian. Selain itu, sumber data yang digunakan oleh penulis juga berbeda dengan penulis sebelumnya. Penulis menggunakan novel Menggapai Matahari Karya Adnan Katino sebagai sumber data penelitiannya sedangkan penulis sebelumnya menggunakan novel Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. B. Novel 1. Pengertian Novel Menurut Suyitno (2009: 35), kata novel berasal dari bahasa Latin yaitu novellus. Kata novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru, atau new dalam bahasa Inggris. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Seiring dengan pendapat tersebut, Badudu dan Zain (dalam Aziez dan Abdul Hasim, 2010: 2), menambahkan bahwa novel merupakan karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari, tentang suka-duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwanya, dan sebagainya. Novel dengan bentuk prosa lain seperti cerpen tentunya memiliki perbedaan. Perbedaan ini menjadikan pengertian atau definisi novel semakin jelas. Menurut Aminuddin (2013:66), perbedaan antara novel dengan cerpen terletak pada kadar 14

5 panjang-pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah pelaku yang mendukung dalam sebuah cerita. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (2010: 10), perbedaan antara novel dengan cerpen yang pertama (dan yang terutama) dapat dilihat dari segi formalitas bentuk, segi panjang cerita. Sebuah cerita panjang, katakanlah berjumlah ratusan halaman, jelas tak dapat disebut sebagai cerpen, melainkan lebih tepat sebagai novel. Menurut Sayuti (2000: 10), sebuah novel jelas tidak akan dapat selesai dibaca dalam sekali duduk. Karena panjangnya, sebuah novel secara khusus memiliki peluang yang cukup untuk mempermasalahkan karakter tokoh dalam sebuah perjalanan waktu, kronologi, dan hal ini tidak mungkin dilakukan pengarang melalui cerpen. Pendapat dari para ahli tentang novel dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya sastra jenis prosa baru yang menggambarkan kehidupan tokoh dengan berbagai konfliknya dan memiliki jumlah sampai ratusan halaman. 2. Unsur-Unsur Novel a. Tokoh Menurut Nurgiyantoro (2010: 165), istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Menurut Sayuti (2000:73), tokoh adalah elemen struktural fiksi yang melahirkan peristiwa. Tokoh merupakan sarana bagi pengarang yang menampilkan wadah pelaku-pelaku ke dalam bentuk cerita. Tanpa adanya tokoh tidak mungkin ada peristiwa dalam cerita. 15

6 Nurgiyantoro (2010:176), menjelaskan macam tokoh dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: satu segi peranan, dua segi perwatakan, tiga segi berkembang atau tidaknya perwatakan dalam sebuah cerita. 1) Segi Peranan Ditinjau dari segi peranannya, tokoh dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu atau tokoh tambahan. Di bawah ini penjelasan tokoh utama dan tokoh pembantu atau tokoh tambahan: a) Tokoh Utama Tokoh utama atau tokoh sentral merupakan tokoh yang mengambil bagian terbesar dalam peristiwa cerita. Peristiwa atau kejadian-kejadian tokoh utama dalam fiksi dapat ditentukan dengan tiga cara. Pertama, tokoh itu paling terlibat dengan makna atau tema. Kedua, tokoh itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Ketiga, tokoh itu yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan (Sayuti, 2000:74). Menurut Nurgiyantoro (2010:177), tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kajadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Tokoh utama memang paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang mempengaruhi plot. Aminuddin (2013: 80), menjelaskan bahwa untuk menentukan tokoh utama dalam cerita atau karya fiksi, dapat dilakukan dengan berbagai cara dan 16

7 pertimbangan. Pertama, melihat keseringan kemunculan dalam suatu cerita. Kedua, ditentukan lewat petunjuk pengarang. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang saling memberi komentar yang dibicarakan oleh pengarangnya. b) Tokoh Pembantu atau Tokoh Tambahan Menurut Nurgiyantoro (2010: ) tokoh pembantu atau tokoh tambahan adalah tokoh yang mendukung cerita dan perwatakan tokoh utama. Dia diperlukan agar tingkah laku perbuatan, peristiwa dan kejadian yang dialami oleh tokoh utama menjadi wajar, hidup dan menarik. Kehadirannya turut mempertajam dan menonjolkan peranan dan perwatakan tokoh utama serta memperjelas tema pokok atau tema mayor yang disampaikan. Selain itu, ia juga membuat sebuah cerita menjadi realistis dan sesuai dengan kenyataan sehari-hari. Selanjutnya menurut Sayuti (2000:76), tokoh tambahan merupakan tokoh yang berfungsi untuk membuka jalan bertemunya tokoh utama atau tokoh sentral dengan tokoh tambahan atau tokoh periferal. 2) Segi Perwatakan Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex atau round character). Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu saja. Tokoh kompleks atau bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya (Nurgiyantoro 2010: ). Hal itu sesuai dengan pendapat Sayuti (2000: 76-78), bahwa tokoh 17

8 fiksi juga dapat dibedakan berdasarkan watak atau karakternya, yaitu tokoh sederhana (simple atau flat characters), dan tokoh kompleks (complex atau round character). Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing pakar. 3) Segi Berkembangan atau Tidaknya Perwatakan Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita dalam novel, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis, tak berkembang (static character) dan tokoh berkembang (developing character). tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sedangkan tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan (Nurgiyantoro 2010:188). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pada dasarnya dari penjabaran tokoh-tokoh tersebut memiliki arti dan tujuan yang sama dalam sebuah karya sastra yakni mendeskripsikan tentang tokoh-tokoh dalam sebuah cerita. b. Penokohan Penokohan pada dasarnya unsur yang penting dalam suatu karya naratif. Menurut Nurgiyantoro (2010: 165), penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Selanjutnya menurut Aminuddin (2013:79), penokohan menunjuk pada cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku. Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro 2010:165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang 18

9 seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dengan demikan penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya dan bagaimana penempatan serta pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Menurut Sayuti (2000: ), penggambaran tokoh dapat diklasifikasikan menjadi beberapa metode anatara lain: Satu metode diskusif atau cara analitik. Pengarang memilih metode ini untuk menceritkan atau menggambarkan kepada pembaca tentang karakter tokohnya. Dengan metode ini pengarang menyebutkan secara langsung masing-masing kualitas tokoh-tokohnya. Dua metode dramatis. Dalam metode ini pengarang membiarkan tokoh-tokohnya untuk menyatakan diri mereka sendiri melalui kata-kata, tindakan-tindakan, atau perbuatan mereka sendiri. Tiga metode kontekstual ialah cara menyatakan karakter tokoh melalui konteks verbal yang mengelilinginya atau dengan kata lain, penggambaran karakter tokoh melalui bahasa yang digunakan tokoh- tokoh lain yang ada dalam sebuah cerita. Selanjutnya menurut Nurgiyantoro (2010: ), tokoh tokoh yang ada dalam sebuah cerita dapat dilukiskan dengan cara: pelukisan secara langsung dan pelukisan secara tidak langsung. Pelukisan secara langsung atau teknik analitis adalah pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita dihadirkan oleh pengarang langsung disertai deskripsi kediriannya yang berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga terdapat ciri fisiknya. Pelukisan tokoh secara tidak langsung atau teknik dramatik adalah pengarang tidak mendeskrisikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Penampilan tokoh cerita dramatik dapat dilakukan dengan 19

10 sejumlah teknik antara lain: teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaaan, teknik arus kesadaran, teknik tokoh, teknik reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar serta teknik pelukisan fisik. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan penokohan adalah pelukisan atau penggambaran dengan jelas tentang seorang tokoh dalam sebuah cerita fiksi yang ditampilkan melalui kekreatifan seorang pengarang, sehingga membentuk karakter yang berbeda-beda. C. Hubungan Sastra dengan Psikologi Menurut Atkinson (dalam Minderop, 2013:3), psikologi berasal dari bahasa Yunani psyche, yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia. Selanjutnya menurut Aristoteles (dalam Gerungan, 2004:6), psikologi adalah yang mengenai jiwa-jiwa. Dari uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahawa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia yang meliputi gejala-gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya yang dilukisikan dalam tingkah laku serta aktivitas manusia atau individu. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya yaitu manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Wellek dan Werren (2014:3), sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Menurut Semi (2012: 96) psikologi sastra adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh imajiner yang ada di dalamnya atau mungkin juga diperankan oleh tokoh-tokoh faktual. 20

11 Psikologi sastra memberikan suatu perhatian pada masalah yang timbul dari unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Aspek-aspek kemanusian inilah yang menjadi objek utama psikologi sastra, karena dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan ditanamkan. Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis (Ratna, 2011: ). D. Teori Psikologi Kepribadian Menurut Yusuf dan Nurihsan (2007: 3), kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris personality. Kata personality berasal dari bahasa latin persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Di sini para tokoh menyembunyikan kepribadiannya yang asli, dan menampilkan dirinya sesuai dengan topeng yang digunakannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan: (1) identitas diri, jati diri seseorang, seperti: Saya seorang yang terbuka atau Saya seorang pendiam,(2) kesan umum seseorang tentang diri anda atau orang lain, seperti: Dia agresif atau Dia Jujur, dan (3) fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah, seperti: Dia baik atau Dia pendendam. Sementara itu, menurut Agustiani (2006:128), kepribadian merupakan karakteristik atau cara bertingkah laku yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungannya. Hal ini ditegaskan Maddy dan Burt (dalam Alwisol, 2009:8), kepribadian diartikan sebagai 21

12 seperangkat karakteristik dan kecenderungan yang stabil, yang menentukan keumuman serta perbedaan tingkah laku psikologik (berfikir, merasa dan gerakan) dari seseorang dalam waktu yang panjang. Menurut Minderop (2013: 8) sasaran pertama dalam psikologi kepribadian adalah memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia. Karya-karya sastra, sejarah, dan agama dapat memberikan informasi berharga mengenai tingkah laku manusia. Sasaran kedua adalah psikologi kepribadian mendorong individu agar dapat hidup secara utuh dan memuaskan. Sasaran ketiga adalah psikologi kepribadian bertujuan agar setiap individu mampu mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya secara optimal melalui perubahan lingkungan psikologis. Dalam psikologi kepribadian juga terdapat beberapa fungsi. Pertama adalah fungsi deskriptif, yaitu mengorganisasikan tingkah laku manusia atau kejadian yang dialami oleh individu secara sistematis. Fungsi kedua adalah fungsi predikat, yaitu dalam ilmu juga harus mampu meramalkan tingkah laku, kejadian, atau akibat yang belum muncul dalam diri individu tersebut. Menurut Hippocrates (dalam Alwisol, 2009: 166), tipe kepribadian dibagi menjadi empat golongan yaitu: 1. Tipe Sanguin Menurut Kant (dalam Suryabrata, 2011: 56), seseorang yang termasuk dalam tipe ini berciri-ciri antara lain: mempunyai banyak harapan, senang menolong orang lain, ramah dan periang. Sementara itu menurut Sjarkawi (2009: 11), seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: bersemangat, mempunyai gairah, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang. Faktor yang mendasari kejadian ini adalah teman sebaya, lingkungan dan orang tua. 22

13 2. Tipe Flegmetik Menurut Kant (dalam Suryabrata, 2011: 58), seseorang yang termasuk ke dalam tipe ini memiliki ciri-ciri anatara lain: lambat menjadi panas, tidak mudah marah, tenang dalam bertindak. Sementara itu menurut Sjarkawi (2009:11-12), seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri anatara lain: cenderung tenang, gejolak emosinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih atau senang, sehingga turun naik emosinya tidak terlihat secara jelas. Orang bertipe ini cenderung dapat menguasai dirinya dengan cukup baik, lebih introspektif, memikirkan ke dalam dan mampu melihat, menatap serta memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. 3. Tipe Melankolik Menurut Kant (dalam Suryabrata, 20011: 57), seseorang yang termasuk dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri antara lain: semua hal yang bersangkutan dengan dirinya dianggap penting, perhatian tertuju kepada segi kesukaran-kesukarannya, perasaannya sensitif dan halus. Sementara itu menurut Sjarkawi (2009:12), seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: terobsesi dengan karyanya yang paling bagus atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya sangat kuat dan sensitif. 4. Tipe Kolerik Menurut Kant (dalam Suryabrata, 2011: 57-58), seseorang yang termasuk ke dalam tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: selalu sibuk, lekas terbakar tetapi juga lekas padam atau tenang, tanpa membenci. Sementara itu menurut Sjarkawi (2009: 23

14 12), seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain: cenderung berorientasi pada pekerjaan dan tugas, mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan sebuah gambaran dari diri seseorang yang tampil, dan memberikan kesan terhadap individuindividu yang lainnya. Kepribadian menjadi dasar sifat dari seseorang, yang bisa menjadi ciri khas dalam diri seseorang. Kepribadian itu biasanya tercermin dalam setiap tingkah laku, dan bahasa keseharian. Kepribadian merupakan sebuah gaya sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil dan juga bawaan dari lahir. Kepribadian merupakan ciri khas pada diri seseorang untuk hidup di tengah lingkungan sosialnya tersebut. E. Karakter Menurut Gunawan (2015: 291), karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, kepribadian, budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang. Selanjutnya menurut Saptono (2011:18), istilah karakter dipahami dalam dua kubu pengertian. Pengertian pertama, bersifat deterministik yaitu karakter dipahami sebagai sekumpulan kondisi rohanian pada diri kita yang sudah teranugrahi dari sejak lahir. Dengan demikian karakter tersebut merupakan kondisi yang kita terima, tidak dapat diubah dan membedakan karakter orang yang satu dengan orang yang lain. pengertian kedua, bersifat nondetermistik atau dinamis yaitu karakter dipahami sebagai tingkat 24

15 kekuatan atau ketangguhan seseorang dalam upaya mengatasi kondisi yang sudah diberikan. Karakter ini merupakan proses dikehendaki oleh seseorang untuk menyempurnakan kemanusiaannya. Menurut Coon (dalam Zubaedi, 2013:8), mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subjektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. karakter berarti tabiat atau kepribadian. Karakter merupakan keseluruhan di posisi kodrati dan di posisi yang telah dikusai secara stabil yang mendefinisikan seorang individu dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikannya tipikal dalam cara berpikir dan bertindak. Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan karakter yaitu sifat-sifat kejiwaan, akhlak, kepribadian, budi pekerti menjadi ciri khas seseorang yang sudah teranugerahi sejak lahir sebagai atribut yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Karakter juga dapat dipahami sebagai tingkat kekuatan atau ketangguhan seseorang dalam upaya mengatasi kondisi yang sudah diberikan. Karakter ini merupakan proses dikehendaki oleh seseorang untuk menyempurnakan kemanusiaannya. F. Kemandirian 1. Pengertian Kemandirian Menurut Erikson (dalam Desmita, 2009:185), kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah 25

16 individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri serta membuat keputusan-keputusan sendiri. Kemandirian suatu sikap otonomi dimana seseorang secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut, seseorang diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Selanjutnya kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas (Yaumi,2014:98).Menurut Sefert dan Huffnung (dalam Desmita, 2009:185), kemandirian merupakan kemampuan untuk mengurus atau memerintah dan mengatur pemikiran diri sendiri, perasaan, dan tindakan dengan bebas dan bertanggung jawab serta menanggulangi rasa dan keraguan. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah suatu kemampuan dimana seseorang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan dan mempunyai rasa percaya diri. Selain itu, kemandirian juga ditandai dengan adanya kebebasan untuk memilih, mengurus, mengatur diri dan perasaannya sendiri dengan bertanggung jawab serta menanggulangi rasa malu dan keraguan. 2. Aspek-Aspek Kemandirian Desmita (2011: 186) membedakan kemandirian atas empat aspek kemandirian, yaitu: kemandirian intelektual, kemandirian sosial, kemandirian emosi, kemandirian ekonomi. Adapun deskripsi keempat aspek kemandirian ini sebagai berikut. 26

17 a. Kemandirian Intelektual Menurut Desmita (2011: 186) kemandirian intelektual adalah kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Seseorang percaya pada kemampuannya sendiri dalam memecahkan masalah, memiliki inisiatif, kreatif, dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk kemampuan memilih dan bertanggung jawab atas tindakannya. Menurut Robins (2009: 82) kemamupuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental, berpikir, menalar, dan memecahkan masalah. b. Kemandirian Sosial Menurut Desmita (2011: 186) kemandirian sosial adalah kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain. seseorang mampu secara aktif untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kemandirian sosial ini ditandai oleh sikap seseorang yang pandai bergaul dan senang berbagi dengan orang lain. Menurut Soelaeman (2009: 4) Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan atau berinteraksi. c. Kemandirian emosi Menurut Desmita (2011: 186) kemandirian emosi adalah kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain. Seseorang mampu mengelola emosinya dan mempunyai kontrol diri yang baik. Hal ini ditandai oleh sikap seseorang yang dapat mengontrol emosi bangga, takut, malu, sedih. Menurut Shaleh (2009: 167) emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap ransanganransangan yang datang dari luar. 27

18 d. Kemandirian ekonomi Menurut Desmita (2011: 186) kemandirian ekonomi adalah kemampuan untuk mengatur dan mengelola ekonomi sendiri dan tidak tergantunganya kebutuhan ekonomi orang lain. Hal ini ditandai oleh sikap seseorang yang dapat mengatur kebutuhannya seperti menabung dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Menurut Putong (2003: 15) ekonomi memusatkan perhatiannya pada bagaimana perilaku manusia memenuhi kebutuhannya, yang untuk mendapatkannya dibutuhkan pengorbanan karena ketersediaannya yang terbatas. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis mengambil judul Kemandirian tokoh utama dalam novel Setelah 17 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis mengambil judul Kemandirian tokoh utama dalam novel Setelah 17 Tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu yang Relavan Penelitian tentang psikologi sastra tentu saja sudah ada yang menelitinya pada waktu-waktu sebelumnya. Penelitian tentang psikologi sastra adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah usaha untuk merekam isi jiwa sastrawannya yang berupa ungkapan pribadi manusia yang terdiri dari dari pengalaman, pemikiran, perasaan, ide

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Penelitian relevan berfungsi untuk menggambarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sesuai sehingga dapat dijadikan pijakan bagi penelitian selanjutnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1993: 3). Sastra adalah sebuah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nurgiyantoro (2012:70) dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada hakekatnya pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh manusia. Pada konteks yang berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nurgiyantoro (2013:259) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang) BAB II LANDASAN TEORI A. Tokoh dan Penokohan 1. Tokoh Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERJUANGAN DAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERJUANGAN DAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERJUANGAN DAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Wiwid Widiyanto Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

d. bersifat otonom e. luapan emosi yang bersifat tidak spontan

d. bersifat otonom e. luapan emosi yang bersifat tidak spontan 1. Beberapa pengertian sastra menurut Wellek dan Austin Warren dapat dilihat pada pernyataan di bawah ini, kecuali: a. sebuah ciptaan, kreasi, bukan hanya imitasi b. menghadirkan sintesa antara hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang mengambil kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Novel Cinta Brontosaurus karya Raditya Dika belum pernah dijadikan objek penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penulis memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari awal akan tetapi berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK Penelitian ini mengambil novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cuarahan hati pengarang. Cara pengarang menghadirkan tokoh merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. cuarahan hati pengarang. Cara pengarang menghadirkan tokoh merupakan hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra memiliki fungsi sesuai sifatnya. Konsep dan fungsi sastra tidak banyak berubah. Karya sastra sebagai proses kreatif yang dimunculkan oleh pengarang, membuat

Lebih terperinci

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca.

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seorang pengarang yang merupakan hasil dari perenungan dan imajinasi, selain itu juga berdasarkan yang diketahui, dilihat, dan juga dirasakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian dan analisis sebelumnya yang telah dilakukan. Di antaranya penelitian yang

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian dan analisis sebelumnya yang telah dilakukan. Di antaranya penelitian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI F. Penelitian Terdahulu yang Relevan Sebuah penelitian agar mempunyai orisinilitas perlu adanya penelitian yang relevan. Penelitian yang relevan berfungsi untuk memberikan pemaparan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam ilmu multimedia, animasi merupakan hasil dari kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa melalui sebuah aplikasi multimedia sehingga menghasilkan gambar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

ASPEK KEMANDIRIAN DAN TIPE KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MENGGAPAI MATAHARI KARYA ADNAN KATINO (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

ASPEK KEMANDIRIAN DAN TIPE KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MENGGAPAI MATAHARI KARYA ADNAN KATINO (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) ASPEK KEMANDIRIAN DAN TIPE KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MENGGAPAI MATAHARI KARYA ADNAN KATINO (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Menempuh Gelar Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya sudah ada penelitian mengenai teori motivasi tindakan Abraham Maslow, yaitu penelitian yang ditulis oleh Setyawan Budi Jatmiko

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA oleh INEU NURAENI Inneu.nuraeni@yahoo.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengapresiasi sebuah novel dapat dilakukan melalui unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam novel dan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang II. LANDASAN TEORI 2.1.Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 2.1.1 Pengertian Apresiasi Secara leksikal, appreciation apresiasi mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, ide-ide, dan perasaan terkait segala permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, ide-ide, dan perasaan terkait segala permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sarana yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan pikiran, ide-ide, dan perasaan terkait segala permasalahan kehidupan manusia melalui bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA. 1) Sitti Rachmi Masie dan Siti Maryam Abdul Wahab tahun 2011 Universitas Negeri

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA. 1) Sitti Rachmi Masie dan Siti Maryam Abdul Wahab tahun 2011 Universitas Negeri BAB 11 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan 1) Sitti Rachmi Masie dan Siti Maryam Abdul Wahab tahun 2011 Universitas Negeri Gorontalo yang berjudul Karakterisasi showing dalam Novel Bumi Cinta Karya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah suatu tulisan yang memiliki keindahan yang luar biasa karena menggambarkan tentang kehidupan. Seseorang yang berjiwa sastra akan menghasilkan suatu karya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan landasan teori berkaitan dengan penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan landasan teori berkaitan dengan penelitian BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, peneliti akan menyajikan landasan teori berkaitan dengan penelitian karakterisasi dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere-Liye dan kelayakannya sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci