BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh. dengan pandangannya (Nurgiyantoro, 1995: 2).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh. dengan pandangannya (Nurgiyantoro, 1995: 2)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra (karya sastra) merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 2010: 121). Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya (Nurgiyantoro, 1995: 2). Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Meskipun berupa khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Nurgiyantoro, 1995: 3). Novel dan cerpen, misalnya, merupakan jagad realitas yang di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia (tokoh). Realitas sosial, realitas psikologis, realitas religius merupakan istilah-istilah yang sering didengar ketika seseorang membahas novel sebagai realitas kehidupan. 1

2 2 Lebih spesifik, realitas psikologis adalah kehadiran fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika merespons atau bereaksi terhadap diri dan lingkungan. Fenomena psikologis yang hadir di dalam fiksi akan memiliki arti jika pembaca mampu memberikan interpretasi dan ini berarti ia memiliki bekal teori tentang psikologi yang memadai (Siswantoro, 2005: 29). Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting untuk membangun cerita. Pengarang menggambarkan kehidupan manusia dengan berbagai persoalannya melalui karakter yang diciptakan. Dalam novel Semusim, dan Semusim Lagi karya Andina Dwifatma yang menjadi objek dalam penelitian ini, realitas kehidupan ditunjukkan melalui karakter tokoh utama yang mengalami gangguan jiwa. Keadaan yang absurd muncul dalam kisah kehidupan tokoh utama, aku seorang gadis 17 tahun yang berlatar belakang keluarga broken home. Tokoh aku tumbuh tanpa merasakan afeksi atau kasih sayang. Keadaan absurd yang paling tajam terjadi saat tokoh aku merasakan jatuh cinta. Pada saat itu dia harus kehilangan dengan cara yang tidak disangka. Sosok Muara yang memberinya kesempatan menerima dan memberi kasih sayang ternyata hadir tidak seperti harapannya. Novel Semusim, dan Semusim Lagi merupakan karya Andina Dwifatma yang berhasil menjadi pemenang dalam Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Wanita kelahiran Jakarta, 15 September 1986 ini sehari-hari bekerja sebagai dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta. Selama kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Universitas Diponegoro, ia rajin menulis kolom mingguan di

3 3 harian Suara Merdeka. Karya-karyanya yang lain adalah antologi cerpen Si Murai dan Orang Gila (2010), biografi Cerita Azra (2011), dan novel kolaboratif Lenka (2011). Novel Semusim, dan Semusim Lagi karya Andina Dwifatma merupakan novel yang menonjol dari segi psikologis tokoh. Hal itu ditunjukkan melalui karakter tokoh utama yang mengalami berbagai gangguan jiwa sejak awal hingga akhir cerita. Dengan demikian, langkah yang tepat untuk menganalisis kejiwaan tokoh adalah psikologi sastra. Telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah cerminan psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema psikologis kisahan yang kadangkala merasakan dirinya terlibat dalam cerita (Minderop, 2011: 55). Dalam novel Semusim, dan Semusim Lagi, tampak bahwa tokoh aku mendominasi keseluruhan jalan cerita. Ia dihadapkan pada berbagai pilihan hidup yang memengaruhi seluruh kepribadiannya. Misalnya, keputusan tokoh aku untuk memilih menemui ayahnya menimbulkan konflik batin dengan sang ibu. Keputusan tersebut berdampak pada dinamika kepribadian tokoh aku. Dalam perjalanan hidupnya, tokoh aku mengalami berbagai gangguan jiwa yang mengantarkannya ke rumah sakit jiwa. Hal-hal yang melatarbelakangi gangguan jiwa itulah yang berkaitan erat dengan psikologi sastra. Oleh sebab itu, novel Semusim, dan Semusim Lagi dapat dianalisis menggunakan pendekatan psikologi sastra karena menunjukkan watak tokoh utama yang mengalami berbagai problem psikologis.

4 4 Dalam penelitian ini, novel Semusim, dan Semusim Lagi dianalisis menggunakan teori psikoanalisis. Teori tersebut dipilih karena berdasarkan observasi awal, berdasarkan pembacaan yang telah dilakukan tampak bahwa gangguan jiwa tokoh aku sesuai dengan teori psikoanalisis. Kajian psikoanalisis yang digunakan terbatas pada abnormalitas, sebab dalam novel tersebut ditemukan berbagai problem psikologis yang menonjolkan perilaku abnormal tokoh. Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan hubungan antara karya sastra dengan pengarang sebagai bentuk ketidaksadaran pengarang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini menjabarkan tiga permasalahan. a. Bentuk-bentuk gangguan jiwa yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Semusim, dan Semusim Lagi. b. Penyebab gangguan jiwa yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Semusim, dan Semusim Lagi. c. Hubungan antara novel Semusim, dan Semusim Lagi dengan pengarang sebagai bentuk ketidaksadaran pengarang. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki dua tujuan, yakni tujuan teoretis dan tujuan praktis. Berikut tujuan teoretis penelitian ini.

5 5 1. Mengkaji bentuk-bentuk gangguan jiwa tokoh utama dalam novel Semusim, dan Semusim Lagi. 2. Mengkaji penyebab gangguan jiwa tokoh utama dalam novel Semusim, dan Semusim Lagi. 3. Menguraikan hubungan antara novel Semusim, dan Semusim Lagi dengan pengarang sebagai bentuk ketidaksadaran pengarang. Berikut tujuan praktis penelitian ini. 1. Mengaplikasikan teori psikologi sastra dalam analisis novel. 2. Meningkatkan wawasan pembaca mengenai hubungan psikologi dengan sastra. 3. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap novel, khususnya novel Semusim, dan Semusim Lagi. 1.4 Tinjauan Pustaka Novel Semusim, dan Semusim Lagi pernah dibahas dalam artikel Bersedih dengan Nikmat yang dimuat dalam harian Kompas, Minggu 6 Oktober Artikel tersebut ditulis oleh Manneke Budiman, Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Menurut Manneke, novel ini menyajikan sebuah narasi yang dituturkan oleh seorang tokoh tanpa identitas jelas yang kebenaran serta akurasi ceritanya tidak dapat diandalkan karena ia mengaku tidak mampu mengakses jalan pikirannya sendiri serta kehilangan kontak dengan otaknya. Terlebih lagi, ia juga memberikan isyarat bahwa segala kewarasan yang tampak di

6 6 dalam novel ini tidak lebih dari sekadar fiksi. Dalam tulisan tersebut, Manneke juga menuturkan bahwa novel Semusim, dan Semusim Lagi tampak istimewa karena menyajikan sebuah kisah sedih yang tertata apik dalam narasi rapi dan jernih tanpa sama sekali perlu mengeksploitasi sentimentalitas. Penelitian karya sastra dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra telah banyak dilakukan. Berikut adalah penelitian yang berhubungan dengan analisis psikologi sastra. 1. Skripsi berjudul Dinamika Kepribadian Tokoh Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer: Tinjauan Psikoanalisis yang ditulis oleh Febriesha (Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya UGM) pada tahun Skripsi tersebut menganalisis kondisi kejiwaan tokoh. Ia memilih kajian psikoanalisis Freud karena adanya pembagian struktur kepribadian manusia (id, ego, dan superego) dalam psikoanalisis yang menyebabkan proses dalam dinamika kepribadian tokoh dapat dideskripsikan dengan jelas. 2. Skripsi berjudul Novel Deana Pada Suatu Ketika Karya Titie Said: Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra yang ditulis oleh Budurini Farida (Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret) pada tahun Skripsi tersebut menganalisis jalinan unsur-unsur struktur novel Deana Pada Suatu Ketika, perilaku psikis para tokoh, dan perilaku trauma tokoh utama. 3. Skripsi berjudul Gangguan Jiwa dan Perilaku Abnormal Tokoh-tokoh Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika: Analisis Psikologi Sastra yang ditulis oleh Denta Saputri (Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya UGM) pada

7 7 tahun Skripsi tersebut menganalisis masalah gangguan jiwa dan perilaku abnormal para tokoh dalam novel Dadaisme yang memiliki kepribadian kompleks. Menurut Denta Saputri, mereka adalah tokoh-tokoh yang unik, aneh, berperilaku tidak wajar, dan mengalami gangguan kejiwaan. Ia menganalisis novel tersebut dengan teori psikologi sastra, dengan fokus kajian terhadap aspek psikologis tokoh-tokoh. Teori psikologi yang dimanfaatkan sebagai landasan teori dalam penelitian ini adalah teori kepribadian dan abnormalitas. 4. Skripsi berjudul Teks Drama Dag Dig Dug karya Putu Wijaya: Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud yang ditulis oleh Pekik Nursasongko (Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya UGM) pada tahun Ia menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud untuk menganalisis tokohtokoh dalam Teks Drama Dag Dig Dug yang mengalami dinamika kepribadian secara parsial. 5. Skripsi berjudul Konflik Tokoh Utama Novel Pulang Karya Toha Mohtar: Kajian Psikologi Sastra yang ditulis oleh Ilham Rudi Utomo (Jurusan Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan) pada tahun Skripsi tersebut menganalisis bentuk konflik yang dialami oleh tokoh utama, baik internal maupun eksternal, kemudian menganalisis penyebab terjadinya konflik yang dialami tokoh utama. 6. Skripsi berjudul Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya

8 8 sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA yang ditulis oleh Elviana Yuniar Kuswati (Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta) pada tahun Ia menggunakan teori strukturalisme dan psikologi sastra untuk menganalisis konflik batin tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa. 7. Skripsi berjudul Dinamika Kepribadian Tokoh dan Pengarang dalam Novel Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya Karya Dewi Kharisma Michellia: Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud yang ditulis oleh Septiana Wulansari (Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada) pada tahun Skripsi tersebut menganalisis dinamika kepribadian yang terdapat dalam diri tokoh utama dan menjelaskan relasi antara karya sastra dengan pengarang sebagai bentuk ketidaksadaran pengarang. 8. Skripsi berjudul Psikosis Tokoh Aku dalam Novel Semusim, dan Semusim Lagi Karya Andina Dwifatma (Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud) yang ditulis oleh Firda Nabila (Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya) pada tahun Skripsi tersebut menganalisis bentuk-bentuk psikosis, penyebab psikosis, dan pengaruh yang terjadi pada tokoh utama setelah mengalami psikosis. Dari sekian tinjauan pustaka di atas, terlihat bahwa novel Semusim, dan Semusim Lagi pernah diteliti oleh peneliti lain. Meskipun objek dan teori yang digunakan sama, akan tetapi penelitian ini memiliki perbedaan dalam tahap

9 9 analisis. Pada penelitian sebelumnya, dijelaskan bentuk-bentuk psikosis berupa psikosis organik dan psikosis fungsional. Sementara itu, penelitian ini menjelaskan bentuk-bentuk gangguan jiwa berupa depresi, frustrasi, skizofrenia, kepribadian antisosial dan gangguan disosiatif. Selain itu, penelitian ini juga meneliti hubungan antara karya sastra dengan pengarang sebagai bentuk ketidaksadaran pengarang yang tidak terdapat dalam penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu, keaslian penelitian dengan judul Gangguan Jiwa Pada Protagonis Novel Semusim, dan Semusim Lagi Karya Andina Dwifatma: Kajian Psikoanalisis dapat dipertanggungjawabkan. 1.5 Landasan Teori Penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman karya sastra karena adanya beberapa kelebihan. Pertama, pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan. Kedua, dengan pendekatan ini dapat memberikan umpan-balik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang dikembangkan. Ketiga, penelitian semacam ini sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang sarat dengan masalah-masalah psikologis (Minderop, 2011:2). Karya sastra mengandung aspek-aspek kejiwaan yang sangat kaya, sehingga diperlukan analisis psikologi yang lebih mendalam. Penelitian ini menguraikan aspek kejiwaan tokoh utama menggunakan pendekatan psikologi sastra sebagai berikut.

10 Psikologi Sastra Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku. Psikosastra adalah pendekatan sastra yang bertolak dari psikologi. Dua pengertian tersebut menunjukkan bahwa sastra dan psikologi saling berkaitan. Menurut Fananie (2002: 177), perkembangan karya sastra tidak mungkin dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan yang berada di luar sastra dan yang berkaitan dengan konteks kehidupan. Karena sastra dapat diletakkan dalam konteks mimesis, unsur-unsur yang berkembang dan terdapat dalam kehidupan itu sendiri akan selalu terefleksi dalam teks sastra. Inilah salah satu alasan mengapa dalam memahami suatu karya sastra diperlukan pendekatanpendekatan tertentu (Fananie, 2002: 178). Sastra dan psikologi dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap kehidupan karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup ini. Keduanya sama-sama berurusan dengan persoalan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Keduanya memanfaatkan landasan yang sama, yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan telaah. Oleh sebab itu, pendekatan psikologi dianggap penting penggunaannya dalam penelitian sastra (Minderop, 2011:2). Selain menganalisis kepribadian tokoh dalam karya sastra, psikologi sastra juga menganalisis proses penciptaan karya sastra yang dilakukan oleh pengarang. Menurut Freud (via Minderop, 2011:15 16), penciptaan karya sastra merupakan hasil kerja alam bawah sadar. Terdapat kaitan antara inti penciptaan karya sastra dengan wilayah (alam) taksadar dalam kehidupan psikis. Hasrat taksadar selalu

11 11 aktif dan selalu siap muncul. Kelihatannya hanya hasrat sadar yang muncul, tetapi melalui suatu analisis ternyata ditemukan hubungan antara hasrat sadar dengan unsur kuat yang yang datang dari hasrat taksadar. Hasrat yang timbul dari alam taksadar yang direpresi selalu aktif dan tidak pernah mati Psikoanalisis Kajian tentang kepribadian sejak dahulu kala menjadi bahan pertanyaan dan merupakan tantangan yang sulit. Semua pengetahuan tentang psikologi harus dikaitkan dengan pemahaman tentang kepribadian apa yang membentuknya, mengapa selalu terdapat perbedaan persepsi antara satu individu dan lainnya, bagaimana kepribadian berkembang dan senantiasa berubah-ubah sepanjang hayat manusia (Minderop, 2011:5). Psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari kepribadian manusia dengan objek penelitian faktor-faktor yang memengaruhi tingkah laku manusia. Dalam psikologi kepribadian dipelajari kaitan antara ingatan atau pengamatan dengan perkembangan, kaitan antara pengamatan dengan penyesuaian diri pada individu, dan seterusnya (Minderop, 2011:8). a. Struktur Kepribadian Perkembangan psikologi sastra tidak dapat terlepas dari pengaruh ilmuwan Sigmund Freud. Menurut Freud (via Semiun, 2006:60), pikiran manusia dibagi menjadi tiga bagian, yakni id, ego, dan superego. Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar seperti kebutuhan makan, seks, menolak rasa sakit atau tidak

12 12 nyaman. Menurut Freud, id berada di alam bawah sadar, tidak ada kontak dengan realitas. Cara kerja id berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidaknyamanan (Minderop, 2011: 21). Id tidak bisa menanggulangi ketegangan peningkatan energi yang dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak menyenangkan. Oleh sebab itu, jika tingkat ketegangan individu meningkat akibat stimulasi dari luar atau rangsanganrangsangan yang timbul dari dalam, id akan segera menghentikan tegangan dan mengembalikan individu pada tingkat energi yang rendah serta menyenangkan (Semiun, 2006:61). Id bekerja dengan dua proses, yakni tindakan refleks dan proses primer. Tindakan refleks adalah tindakan yang spontan, seperti bersin dan berkedip, sedangkan proses primer adalah sebuah usaha untuk menghentikan tegangan dengan membentuk khayalan tentang objek yang dapat menghilangkan tegangan tersebut (Semiun, 2006:62). Menurut Freud (via Semiun, 2006:64), ego adalah aku atau diri yang tumbuh dari id pada masa bayi dan menjadi sumber dari individu untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Dengan adanya ego, individu dapat membedakan dirinya dari lingkungan di sekitarnya dan dengan demikian terbentuklah inti yang mengintegrasikan kepribadian. Perbedaan pokok antara id dan ego adalah bahwa id hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.

13 13 Ego dikatakan mengikuti prinsip kenyataan dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip kenyataan adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Prinsip sekunder adalah berpikir realistik. Dengan proses sekunder, ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan kemudian menguji rencana ini, biasanya melalui suatu tindakan untuk melihat apakah rencana tersebut berhasil atau tidak (Semiun, 2006:64). Ego memiliki lima fungsi (Semiun, 2006:66), yaitu (1) memberikan kepuasan kepada kebutuhan-kebutuhan akan makanan dan melindungi organisme, (2) menyesuaikan usaha-usaha dari id dengan tuntutan dari kenyataan (lingkungan) sekitarnya, (3) menekan impuls-impuls yang tidak dapat diterima oleh superego, (4) mengkoordinasikan dan menyelesaikan tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari id dan superego, dan (5) mempertahankan kehidupan individu serta berusaha supaya spesies dikembangbiakkan. Dalam pandangan Freud, superego adalah bagian moral atau etis dari kepribadian. Superego mulai berkembang pada waktu ego menginternalisasikan norma-norma sosial dan moral (Semiun, 2006: 66). Superego sama halnya dengan hati nurani yang mengenali nilai baik dan buruk (conscience). Sebagaimana id, superego tidak mempertimbangkan realitas karena tidak bergumul dengan hal-hal realistik, kecuali ketika impuls seksual dan agresivitas id dapat terpuaskan dalam pertimbangan moral (Minderop, 2011:22). Superego memiliki tiga fungsi pokok yang diuraikan oleh Semiun (2006:67), yaitu (1) merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif

14 14 karena impuls-impuls ini sangat dikutuk oleh masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, dan (3) mengejar kesempurnaan. Dengan demikian, superego cenderung untuk menentang baik id maupun ego, dan membuat dunia menurut gambarannya sendiri. b. Dinamika Kepribadian Tingkat-tingkat kehidupan mental dan bagian-bagian pikiran mengacu pada struktur atau susunan kepribadian. Freud mengungkapkan suatu prinsip yang disebut prinsip motivasional atau dinamik untuk menjelaskan kekuatankekuatan yang mendorong di balik tindakan-tindakan manusia (Semiun, 2006:68). Dalam dinamika kepribadian terdapat naluri, kecemasan, distribusi dan penggunaan energi psikis, dan mekanisme pertahanan ego. Menurut konsep Freud, naluri atau insting merupakan representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) akibat muncul suatu kebutuhan tubuh. Bentuk naluri menurut Freud adalah pengurangan tegangan (tension reduction), cirinya regresif dan bersifat konservatif (berupaya memelihara keseimbangan) dengan memperbaiki keadaan kekurangan (Minderop, 2011:25). Naluri terbagi menjadi dua, yakni naluri kehidupan dan naluri kematian. Naluri kehidupan adalah naluri yang ditujukan pada pemeliharaan ego (Minderop, 2011:26). Melalui naluri kehidupan, manusia berusaha bertahan hidup dengan memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, seperti rasa lapar, haus, dan seks (Lindzey dkk. 1993:73). Sementara itu, naluri kematian adalah naluri yang mendasari

15 15 tindakan agresif dan destruktif. Menurut Freud (via Semiun, 2006:77), tujuan insting mati adalah mengembalikan individu pada keadaan inorganik. Karena kondisi inorganik adalah kematian, tujuan terakhir dari insting mati adalah perusakan diri sendiri. Kecemasan adalah situasi apa pun yang mengancam kenyamanan suatu organisme. Berbagai konflik dan bentuk frustrasi yang menghambat kemajuan individu untuk mencapai tujuan merupakan salah satu sumber kecemasan (Minderop, 2011:28). Model struktural baru dari Freud mengemukakan bahwa ego harus menjadi tempat kecemasan. Dengan demikian, hanya ego yang dapat menghasilkan dan merasakan kecemasan, tetapi id, superego, dan dunia luar terlibat dalam salah satu dari tiga macam kecemasan yang berhasil diidentifikasi Freud. Ketergantungan ego pada id menyebabkan kecemasan neurotik; ketergantungannya pada superego menyebabkan kecemasan moral; ketergantungannya pada dunia luar menyebabkan kecemasan realistik. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap suatu bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu sendiri ada dalam ego, tetapi sumbernya berasal dari id. Tipe kecemasan kedua adalah kecemasan moral yang terjadi karena konflik antara ego dan superego. Setelah superego terbentuk, yang biasanya mulai berkembang dari usia 3 5 tahun, seseorang mungkin mengalami kecemasan karena adanya konflik antara kebutuhan fisik dan tuntutan superego. Tipe kecemasan ketiga adalah kecemasan realistik, yang juga dikenal sebagai kecemasan objektif, hampir serupa dengan ketakutan. Kecemasan realistik ini dapat didefinisikan sebagai

16 16 perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik terhadap suatu bahaya yang mungkin terjadi (Semiun, 2006: 88 89). Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara energi psikis didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan superego. Karena jumlah energi itu terbatas, akan terjadi semacam persaingan di antara ketiga sistem itu dalam menggunakan energi tersebut. Salah satu sistem mengontrol energi itu ialah dengan mengorbankan kedua sistem lain. Jika salah satu sistem menjadi lebih kuat, kedua sistem lain dengan sendirinya menjadi lemah; kecuali energi baru ditambahkan kepada seluruh sistem (Semiun, 2006:83). Perkembangan kepribadian dilakukan dengan menggunakan jalur distribusi dan penggunaan energi psikis. Untuk memuaskan kebutuhan, seorang individu harus belajar mencocokkan apa yang ada dalam batinnya dengan padanannya di dunia luar melalui proses sekunder. Pencocokan antara suatu perwujudan mental dengan kenyataan fisik, antara yang ada dalam batin dan yang ada di luar itulah yang dinamakan identifikasi. Mekanisme identifikasi ini bertangung jawab memberikan energi pada ego dan superego (Semiun, 2006:84). Jika energi yang disediakan oleh insting disalurkan ke ego dan superego lewat mekanisme identifikasi, interaksi daya mendorong dan menahan bisa berlangsung. Id hanya memiliki daya pendorong atau kateksis, sedangkan energi ego dan superego digunakan baik untuk menunjang maupun menggagalkan tujuan insting. Ego harus mengendalikan id dan superego agar mampu mengarahkan kepribadian secara bijak. Apabila id menguasai sebagian besar energi, tingkah laku individu akan menjadi impulsif dan primitif (Semiun, 2006:86).

17 17 Seseorang memakai ego tak sadarnya untuk mengontrol pengaktifan proses pertahanan diri dalam menghadapi bahaya kecemasan. Berbagai bentuk mekanisme dianggap patologis karena mengalihkan energi psikis dari aktivitasaktivitas yang lebih konstruktif dan pada waktu yang sama mendistorsi realitas (Ardani dkk. 2007:161). Mekanisme pertahanan yang diidentifikasikan Freud adalah represi, regresi, dan introyeksi Represi merupakan mekanisme paling mendasar yang terlibat dalam mekanisme-mekanisme lainnya. Apabila impuls-impuls dari id begitu mengancam, kecemasan akan semakin hebat sampai ke titik di mana ego tidak dapat lagi menahannya. Menurut Freud (Semiun, 2006:97), untuk melindungi dirinya sendiri, ego merepresikan inting itu, yakni ia memaksa perasaan yang tidak dikehendaki itu untuk masuk ke dalam ketidaksadarannya. Tugas represi ialah mendorong keluar impuls-impuls id yang tidak diterima, dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Represi merupakan fondasi cara kerja semua mekanisme pertahanan ego. Tujuan dari semua mekanisme pertahanan ego adalah untuk menekan atau mendorong impuls-impuls yang mengancam keluar dari alam sadar (Minderop, 2011:33). Menurut Freud, setelah libido melewati suatu tahap perkembangan, pada saat mengalami stres dan kecemasan akan kembali lagi ke tahap perkembangan sebelumnya. Saat kembalinya itu dikenal sebagai regresi (Semiun, 2006:99). Regresi dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Cara biasa yang digunakan oleh orang dewasa untuk bereaksi terhadap situasi-situasi yang

18 18 menimbulkan kecemasan adalah kembali pada pola tingkah laku sebelumnya, yaitu mencurahkan libido pada objek yang sudah lazim dan lebih primitif. Introyeksi adalah suatu mekanisme pertahanan yang digunakan untuk memasukkan kualitas-kualitas positif dari orang lain ke dalam ego mereka sendiri (Semiun, 2006:100). c. Abnormalitas Psikologi abnormal ialah salah satu cabang dari psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa. Ilmu ini berusaha menyelidiki dan mengadakan klasifikasi dari sebab-sebab gangguan pribadi dan bentuk-bentuk tingkah laku yang menyimpang serta berusaha mencari cara penyembuhan dari individu-individu yang abnormal (Kartini-Kartono, 1972: 13). Pribadi yang abnormal pada umumnya dihinggapi oleh gangguan mental atau ada kelainan-kelainan atau abnormalitas pada keadaan mentalnya. Orang yang abnormal selalu diliputi oleh banyak konflik batin, miskin jiwanya, tidak stabil, tanpa perhatian pada lingkungannya, terpisah hidupnya dari masyarakat, selalu gelisah dan takut, dan jasmaninya sering sakit-sakitan (Kartini-Kartono, 1972: 3 5). Berikut adalah bentuk-bentuk gangguan jiwa yang dapat terjadi pada pola kepribadian manusia. a. Gangguan Kepribadian Antisosial Gangguan kepribadian bersumber dari perkembangan kepribadian yang tidak matang dan menyimpang. Karena mengalami proses perkembangan individu yang tidak semestinya, individu-individu tertentu memiliki cara memandang, berpikir,

19 19 dan berhubungan dengan dunia sekelilingnya yang bersifat maladaptif (Supratiknya, 1995:54). Penderita gangguan kepribadian antisosial selalu melanggar hak orang lain lewat perilaku agresif, antisosial, dan tanpa rasa sesal; tidak sedikit di antara para penderita cukup cerdas dan pandai menampilkan diri secara meyakinkan untuk menjadi penipu ulung. b. Gangguan Afektif Gangguan afektif adalah gangguan mood, tingkat emosi yang ekstrem dan tidak sesuai, meliputi kegembiraan dan kesedihan yang ekstrem. Ada beberapa jenis gangguan afektif, yaitu gangguan afektif ringan, gangguan afektif neurotik, dan gangguan psikosis afektif (Supratiknya, 1995:67 68). Gangguan afektif ringan merupakan depresi normal yang disebabkan oleh pengalaman kehilangan yang berharga, seperti kematian seorang kekasih, putus cinta, perceraian, kehilangan pekerjaan, dan sebagainya. Gangguan afektif neurotik adalah gangguan emosi yang mengakibatkan fungsi dan aktivitas penderita sangat terhambat, namun tidak sampai mengalami putus kontak dengan realitas. Gangguan psikosis afektif merupakan gangguan yang memengaruhi keseluruhan kepribadian penderita. c. Skizofrenia Skizofrenia adalah gangguan psikotik berat yang ditandai distorsi berat atas realitas, menarik diri dari interaksi sosial, disorganisasi dan fragmentasi persepsi, pikiran, dan emosi (Supratiknya, 1995:71). d. Gangguan Disosiatif

20 20 Disosiasi berarti melarikan diri dari inti kepribadian. Jadi, gangguan ini merupakan cara menghindari stres sekaligus memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu dengan melakukan perbuatan tertentu sehingga penderita dapat terhindar dari tanggung jawab atas perbuatan atau perilakunya yang tidak dapat diterima tersebut (Supratiknya, 1995:47 48). 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis dilakukan dengan cara mendeskripsikan faktafakta yang kemudian disusul dengan analisis. Analisis yang dilakukan tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna, 2008:45). Selain menggunakan metode deskriptif analitis, peneliti menggunakan metode interpretasi mimpi untuk menganalisis hubungan antara karya sastra dengan pengarang sebagai bentuk ketidaksadaran pengarang. Metode yang dicetuskan oleh Sigmund Freud tersebut diterapkan dalam analisis karya sastra. Metode tersebut diterapkan karena objek penelitian ini berhubungan dengan disiplin ilmu di luar sastra, yakni psikologi. Freud mengatakan bahwa kebesaran penulis dan hasil karyanya pada dasarnya terletak pada kualitas ketidaksadaran. Karya seni, seperti mimpi, bukan terjemahan langsung realitas. Oleh karenanya, pemahaman terhadap eksistensinya harus dilakukan melalui interpretasi (Minderop, 2011:16). Kesamaan sastra dengan alam taksadar manusia seperti terungkap dalam interpretasi mimpi. Selain

21 21 itu, adanya kesejajaran mimpi dan sastra dapat dilihat dari hubungan proses elaborasi karya sastra dan elaborasi mimpi. Karya seni merupakan hasil keseluruhan rangsangan dan eksistensi yang sulit ditangkap dan pemahamannya dapat ditelusuri melalui interpretasi. Freud senantiasa berpedoman pada hipotesisnya bahwa mimpi adalah perwujudan hasrat (Minderop, 2011:70). Dengan demikian, metode interpretasi mimpi dapat digunakan untuk menggali hal-hal yang ada di balik proses penciptaan karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang. Dengan mengasumsikan bahwa karya sastra merupakan mimpi yang berasal dari ketidaksadaran pengarang, proses interpretasi mimpi dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan pengarang, mentranskrip hasil wawancara dalam bentuk tulisan, kemudian melakukan analisis dan menghubungkannya dengan karya sastra. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian. 1. Membaca novel Semusim, dan Semusim Lagi secara intensif dan berulangulang agar peneliti dapat memahami keseluruhan cerita. 2. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Data tersebut berupa kata, frasa, dan kalimat yang mengandung informasi yang berkaitan dengan bentuk-bentuk gangguan jiwa dan penyebab gangguan jiwa yang dialami oleh tokoh utama. 3. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah bentuk-bentuk gangguan jiwa dan penyebab gangguan jiwa yang diperoleh dari referensi dan buku-buku psikologi yang membahas masalah tersebut.

22 22 4. Melakukan wawancara dengan pengarang 5. Mencari hubungan antara novel dengan pengarang sebagai bentuk ketidaksadaran pengarang. 6. Menganalisis novel Semusim, dan Semusim Lagi berdasarkan teori psikologi sastra. 7. Menarik kesimpulan. 1.7 Sistematika Laporan Penelitian Sistematika laporan penelitian dalam penelitian ini terdiri atas lima bab yang disusun secara sistematis. Bab I berisi pendahuluan. Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian. Bab II berisi bentuk-bentuk gangguan jiwa yang dialami oleh tokoh utama. Bab ini terdiri atas gangguan jiwa depresi, skizofrenia, frustrasi, gangguan kepribadian antisosial, dan gangguan disosiatif. Bab III berisi penyebab gangguan jiwa yang dialami oleh tokoh utama. Bab ini terdiri atas penyebab depresi, penyebab skizofrenia, penyebab frustrasi, penyebab gangguan kepribadian antisosial, dan penyebab gangguan disosiatif. Bab IV berisi hubungan antara novel Semusim, dan Semusim Lagi dengan pengarang sebagai bentuk ketidaksadaran pengarang. Bab V berisi kesimpulan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra terlahir sebagai manifestasi pengalaman kejiwaan pengarang yang

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra terlahir sebagai manifestasi pengalaman kejiwaan pengarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan (Sumardjo dan Saini, 1986:1). Menurut Endraswara (2013:129), karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8).

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep didefinisikan sebagai ling gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang di idealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh,

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (precon scious), dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai salah satu media untuk mengungkapkan perasaan manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Hidup manusia tidak terlepas dari perasaan dan jiwa.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, dalam novel Dan Hujan pun Berhenti terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan jiwa,tokoh utama, kecemasan, dan struktur kepribadian. 2.1.1 Pergolakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia adalah kecemasan neurotik. yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia adalah kecemasan neurotik. yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra muncul sebagai pengungkapan apa yang telah dialami dan dilihat oleh pengarang. Oleh karena itu, karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang diusung dalam karya sastra adalah permasalahan yang biasa terjadi dalam realitas sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu karya tulis yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai kehidupan dan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian ini memaparkan penelitian dan analisis terdahulu tentang analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang, lahir melalui proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari

BAB I PENDAHULUAN. pengarang, lahir melalui proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Karya sastra merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan masalah manusia dan kemanusiaan. Sastra merupakan hasil cipta kreatif dari seorang pengarang, lahir melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA Ningrum Martono Helvy Tiana Rosa Gres Grasia Azmin Abstrak. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sama halnya dengan sebuah seni, namun seni bukanlah sesuatu hal yang monoton. Setiap era, seni selalu berubah termasuk sastra, dengan kata lain sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual dapat dijadikan pedoman hidup. Karya

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan baik dalam segala hal (Maulana dkk, 2008: 363). Optimis juga berarti memiliki pengharapan

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi di dalam kehidupan nyata melalui tokoh-tokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi di dalam kehidupan nyata melalui tokoh-tokoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah karya fiksi hasil dari pengolahan imajinasi pengarang. Meskipun bersifat imajinatif, sastra tidak dapat dilepaskan dari pengalaman kehidupan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka simpulan hasil penelitian sebagai berikut: Pengkajian perwatakan novel Di Kaki Bukit Cibalak

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature)

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature) Mekanisme Pertahanan Menurut Sigmund Freud, mekanisme pertahanan bersumber dari alam bawah sadar yang digunakan untuk mengurangi konflik antara dunia internal seseorang dengan realitas eksternal. Freud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD 2.1. Novel Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel berasal dari bahasa Italia novella,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Definisi dan Manfaat Psikologi Komunikasi Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nurgiyantoro (2013:259) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan.

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca.

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seorang pengarang yang merupakan hasil dari perenungan dan imajinasi, selain itu juga berdasarkan yang diketahui, dilihat, dan juga dirasakan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup kepemilikan manusia atas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra dalam bentuk novel yang terpenting adalah pendekatannya yaitu pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. sastra dalam bentuk novel yang terpenting adalah pendekatannya yaitu pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi dan kreatifitas pengarang, serta refleksinya terhadap gejala sosial yang terdapat di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Ketika para peneliti atau pemerhati membaca suatu karya satra, pada

BAB I. Pendahuluan. Ketika para peneliti atau pemerhati membaca suatu karya satra, pada BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Ketika para peneliti atau pemerhati membaca suatu karya satra, pada hakikatnya mereka bertujuan menikmati, mengapresiasi, atau bahkan mengevaluasi karya tersebut.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional Asia. Kehidupan dalam karya sastra dapat diperindah, diejek, atau digambarkan bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sastranya. Bisa dibilang, kehidupan masyarakat Jepang sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sastranya. Bisa dibilang, kehidupan masyarakat Jepang sangat erat kaitannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang dikenal sebagai negara yang sangat kaya warisan budaya, tradisi dan juga kehidupan sastranya. Bisa dibilang, kehidupan masyarakat Jepang sangat erat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian, namun kejadian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan fakta dari hasil pemikiran pengarang. Pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci