BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan, sifat tersebut menjadi salah satu upaya seorang manusia untuk memberikan suatu kontribusi dan perhatian kepada realita kehidupan yang tumbuh dan berlangsung sepanjang hari dan sepanjang jaman di tengah-tengah manusia itu sendiri. (Sangidu, 2007:2). Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia pun tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu bentuk realitas sosial budaya. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yng memiliki budi, imajinasi, dan emosi, tetapi telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual di samping konsumsi emosi (Semi, 1993:1). Karya sastra menyajikan sebuah kehidupan yang sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra meniru alam dan dunia subjektif manusia. Selain itu karya sastra sering memiliki kaitan dengan institusi sosial, karena sastra mempunyai fungsi sosial atau manfaat yang tidak sepenuhnya bersifat pribadi (Wellek&Werren, 1990:109). 1

2 Sastra dan manusia sangatlah erat kaitannya, begitu juga antara sastra dan permasalahan hidup manusia, karena pada dasarnya keberadaan sastra seringkali bermula dari permasalahan serta persoalan yang berada di dalam lingkungan kehidupan manusia. Seorang pengarang, dengan ide kreatif dan imajinasinya mencoba mengolah materi yang bersumber dari masalah-masalah kehidupan yang ditemuinya untuk kemudian dituangkan dalam karya sastra. Karya sastra membahas kehidupan manusia dan segala persoalan hidup yang muncul. Hal ini menyebabkan manusia memiliki hubungan yang cukup dekat dengan keberadaan karya sastra itu sendiri. Karya sastra seringkali digunakan sebagai media pencerminan kehidupan manusia yang di dalamnya terdapat berbagai macam aspek, seperti sikap, tingkah laku, pemikiran, pengetahuan, perasaan, maupun imajinasi. Seorang pengarang, biasanya memiliki tendensi untuk menuangkan refleksi kehidupan manusia ke dalam karyanya, sehingga tercipta sebuah karya yang menarik untuk diteliti keberadaannya. Pengarang mencoba mengolah materi yang bersumber dari masalah-masalah kehidupan yang ditemuinya dalam kehidupan manusia seharihari, bahkan tidak jarang kehidupan pengarang yang bersangkutan menjadi dasar terbentuknya suatu karya sastra. Sastra pada umumnya melibatkan segala aspek hidup dan kehidupan manusia, tidak terkecuali dengan ilmu jiwa atau psikologi. Pengarang adalah manusia, begitu pula dengan pembaca, pada dasarnya manusia terdiri dari jiwa dan raga. 2

3 Penelitian karya sastra yang mendalam tentu memerlukan ilmu bantu, ilmu bantu yang digunakan pada penelitian kali ini adalah ilmu psikologi. Karya sastra sendiri merupakan sebuah aktivitas psikologis, setiap manusia memiliki watak dan sifat pribadi yang dituliskan oleh pengarang untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh seperti yang diinginkan oleh pengarang. Tokoh adalah sebuah bagian krusial dari novel dan nafas sebuah cerita digambarkan melalui luapan emosi tokoh-tokohnya. Seorang pengarang yang baik adalah pengarang yang dapat menggambarkan tokoh dalam novelnya menjadi sebuah objek yang menarik perhatian pembaca novelnya. Melalui sebuah karya, pembaca diajak untuk masuk ke dalam pengalaman batin pengarang. Seorang pengarang harus dapat melukiskan rupa watak, atau pribadi para tokoh dengan sebaik-baiknya (Tarigan, 1988: ). Karya sastra yang dijadikan objek penelitian ini adalah novel berbahasa Jawa berjudul Jemini karya Suparto Brata. Novel ini terdiri dari 196 halaman. Novel ini mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Jemini yang hidup pada jaman penjajahan Belanda, Jemini diceritakan sebagai seorang anak yang tidak mau menuruti kehidupan masyarakat yang lazim pada masa itu. Orang tua Jemini memintanya untuk menikah dengan seorang prajurit bernama Udin yang berasal dari tangsi Sambongan, akan tetapi Jemini merasa tidak setuju dengan pernikahan tersebut. Jemini memilih untuk lari pada saat malam pengantinnya. 3

4 Jemini dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang pada perjalanannya, menimbulkan banyak konflik dalam dirinya. Jemini tidak ingin menikah karena merasa usianya yang masih sangat muda, konflik batin muncul karena Jemini tidak ingin membantah orang tua-nya yang merasa bahwa perempuan dengan usis seperti Jemini sudah sepantasnya menikah. Pertentangan antara Jemini yang menolak permintaan orang tua-nya untuk menikah dan rasa ingin berbakti kepada orang tua inilah yang akhirnya menimbulkan berbagai macam konflik di dalam diri Jemini. Novel Jemini menarik untuk dianalisis dari segi psikologis karena mendeskripsikan kondisi sosial dari kehidupan pada masa Belanda menjajah Indonesia, masyarakat yang tidak berpendidikan dan serba kekurangan. Kondisi ini mempengaruhi perilaku tokoh utama, Jemini, menghadapi setiap masalah yang menimpanya. Sebagai tokoh utama, Jemini digambarkan sebagai tokoh yang paling banyak mengalami konflik dan tekanan dari permasalahan-permasalahan yang timbul akibat keadaan yang memaksa Jemini untuk memilih diantara pilihan-pilihan yang sulit dan seringkali tidak sesuai dengan yang ia inginkan. Permasalahan konflik ini diteliti menggunakan pendekatan teori psikoanalisis dengan pokok bahasan id, ego dan superego milik Sigmund Freud sebagai alat bantu analisis. Teori psikoanalisis sendiri menekankan kepada peran psikologis alam bawah sadar manusia sebagai dasar pembentukan kebiasaan dan kepribadian pada manusia. 4

5 1.2 Rumusan Masalah Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana analisis alur, latar, dan penokohan tokoh Jemini serta tokohtokoh lain yang turut membangun cerita pada novel Jemini? 2. Bagaimanakah konflik batin yang terjadi pada diri tokoh Jemini dan faktor yang menyebabkan terjadinya konflik batin tersebut ditinjau menggunakan teori psikoanalis? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan alur, latar, dan penokohan tokoh Jemini dan serta tokohtokoh lain dalam novel Jemini. 2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik dan batin pada diri tokoh utama novel, Jemini dan tokoh-tokoh lain yang terdapat pada novel Jemini. 5

6 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Pembahasan penelitian ini dibatasi pada analisis struktural mengenai alur, latar, tokoh dan penokohan, kemudian diikuti dengan analisis konflik bartin yang dialami tokoh Jemini menggunakan dasar analisis psikoanalisis Sigmund Freud. 1.5 Tinjauan Pustaka Hingga penelitian ini dilakukan, sudah ada beberapa penelitian lain yang melakukan analisis konflik kepribadian dan analisis psikologis. a. Penelitian yang ditulis oleh Suci Romadhoni, jurusan Sastra Nusantara, berjudul Analisis Struktural dan Amanat Novel Jemini Karya Suparto Brata tahun Penelitian menggunakan novel yang berjudul sama seperti penelitian ini, akan tetapi memiliki perbedaan pada jenis kajian yang dibahas. Penelitian ini memiliki fokus pada analisis-analisis struktural dan amanat, unsur-unsur pembangun yang dianalisis pada penelitian ini adalah; karakter, alur, latar, tema, judul, sudut pandang, gaya bahasa, simbolisme, dan ironi. b. Penelitian yang ditulis oleh Cahyaningrum, jurusan Sastra Nusantara, berjudul Analisis Kepribadian Tokoh Sirtu Dalam Novel Nona Sekretaris Karangan Suparto Brata tahun Penelitian ini membahas insting hidup (eros) tokoh Sirtu dalam menjalani dan mempertahankan hidupnya di kota besar, dinamika antara id, ego, 6

7 dan superego, dan kecemasan-kecemasan yang menyebabkan terjadinya konflik dalam diri Sirtu. c. Penelitian yang ditulis oleh Sri Murtirahayu, jurusan Bahasa Korea, berjudul Konflik Batin Tokoh Ji-Yeon: Psikoanalisis Terhadap Tokoh Utama Film Secret, tahun Penelitian ini menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada id, ego, dan superego dalam diri tokoh Ji-Yeon setiap kali menghadapi permasalahan. Permasalahan awal muncul semenjak kematian anak Ji-Yeon yang bernama Su-hyeon, kemudian diikuti oleh permasalahan-permasalahan lain, mulai dari perselingkuhan hingga pembunuhan, menimbulkan konflik batin yang cukup kompleks dalam diri Ji- Yeon. Kejadian-kejadian ini membuat faktor id pada diri Ji-yeon ingin melakukan balas dendam atas perselingkuhan dan pembunuhan yang dilakukan oleh mantan suaminya, penelitian ini menunjukan peran superego pada diri Ji-yeon untuk menahan hasrat membalas dendam, meskipun memiliki hasrat yang tidak tertahankan untuk membalas dendam, Ji-Yeon masih memikirkan berbagai macam konsekuensi yang sekiranya akan terjadi jika menuruti keinginan id untuk membalas dendam. d. Penelitian yang ditulis oleh Eva Nurdinawati, jurusan Sastra Jepang, berjudul Konflik Batin Tokoh Masako Dalam Novel Auto Karya Kirino Natsuo: Kajian Psikologi Sastra, Penelitian ini membahas tentang insting hidup (eros) tokoh Masako. Masako berusaha mencari pembenaran diri atas pembunuhan yang telah dilakukannya. Penelitian ini menunjukan ego dalam diri Masako melakukan berbagai 7

8 macam penalaran dan sugesti dalam membenarkan tindakannya membunuh Kenji sebagai pertahanan atas rasa cemas dan bersalah yang ditimbulkan oleh id. Penelitian-penelitian yang sudah disebutkan di atas memiliki fungsi sebagai sarana referensi penelitian ini dalam kaitannya dengan konflik batin serta posisi id, ego, dan superego dalam diri tokoh utama. Sementara, penelitian milik Suci Romadhoni menggunakan novel dengan judul yang sama dengan novel yang digunakan oleh penelitian ini, akan tetapi memiliki kajian penelitian yang berbeda. Penelitian ini akan membahas tentang pergolakan yang terjadi pada id, ego, dan superego tokoh Jemini di setiap masalah yang menimpanya melalui teori psikoanalisis Sigmund Freud dan juga konsep konflik batin. Penelitian ini juga menggunakan teori struktural sebagai teori bantu untuk menganalisis tokoh serta penokohan. 1.6 Landasan Teori Psikologi Sastra Psikologi berasal dari bahasa Yunani, psyche dan logos. Kata psyche, memiliki arti jiwa dan logos sendiri memiliki arti ilmu, sehingga bisa diartikan bahwa psikologi adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari tingkah laku kejiwaan dan cara hidup seorang manusia (Walgito, 2003:3) Psikologi sastra merupakan interdisipliner dua ilmu, yaitu psikologi dan sastra (Endraswara, 2003: 96). Hubungan antara psikologi dan sastra sendiri dapat dipelajari 8

9 dan diamati melalui jenis-jenis konflik yang muncul pada suatu cerita. Konflik sendiri biasanya muncul ke permukaan, saat seorang tokoh memiliki sebuah keinginan terselubung yang jika diungkapkan berpotensi menimbulkan pertentangan, baik dari diri sendiri maupun orang lain (Minderop, 2011: 57). Psikologi sastra juga digunakan untuk memperdalam pemahaman terhadap tokohnya. Pemahaman kepribadian seorang tokoh dalam sebuah cerita terkait dengan perubahan suasana hati tokoh, emosi yang muncul saat tokoh berada pada situasi tertentu atau kejadian-kejadian lain yang terjadi di masyarakat pada umumnya. Pemahaman psikologi dalam sastra umumnya bersifat imajinatif, akan tetapi hal tersebut tidak menghilangkan fakta bahwa sifat psikologi manusia riil dan sifat psikologi tokoh pada karya sastra memiliki kemiripan. Penggunaan teori psikologi sastra diharapkan dapat menganalisis latar belakang perasaan dan harapan yang muncul dari seorang pengarang kepada tokoh yang diciptakannya dalam karya sastra yang dibuatnya Teori Psikoanalisis Sigmund Freud Freud menyatakan bahwa pikiran manusia dibedakan menjadi dua bagian utama, yaitu: alam sadar (conscious mind) dan alam tidak sadar (unconscious mind). Alam sadar manusia terdiri atas berbagai macam hal yang terjadi dan dapat disadari keberadaannya, sementara alam tidak sadar berisi hal-hal yang terjadi di luar kesadaran seorang manusia. Hal-hal seperti permintaan, hasrat, harapan, dorongan, dan ingatan 9

10 adalah beberapa macam contoh dari tindakan yang terjadi tanpa kita sadari. Akan tetapi, secara tidak langsung, seorang manusia dapat merasakan pengaruhnya terhadap perilakunya sehari-hari (Minderop, 2010:13). Disebutkan oleh Gregory Feist dan Jess Feist (10: 2012), Freud mengembangkan model topografi dari pikiran manusia menggunakan analogi gunung es, analogi ini digunakan untuk membantu memberikan pemahaman yang lebih mudah dalam kaitannya dengan tingkat pikiran manusia. Tiga tingkat pemikiran pemikrian tersebut adalah: conscious mind (alam sadar), preconscious mind (alam prasadar), dan unconscious mind (alam tidak sadar). a. Conscious Mind (Alam Sadar) Alam bawah sadar berisi berbagai macam kegiatan yang disadari keberadaannya oleh manusia, kondisi alam sadar ini diibaratkan oleh Freud sebagai puncak dari gunung es yang dapat terlihat dengan jelas oleh mata manusia. b. Preconscious Mind (Alam Prasadar) Kondisi prasadar ini berisi pikiran dan perasaan yang belum disadari oleh manusia, akan tetapi pikiran dan perasaan ini dapat dengan mudah dibawa ke alam sadar, jika individu menggali lebih dalam untuk mencarinya. Keadaan prasadar berada pada posisi di bawah alam sadar, sebelum menuju ke alam bawah sadar. 10

11 c. Unconscious Mind (Alam Tidak Sadar) Alam tidak sadar terdiri dari berbagai macam proses mental yang tidak disadari oleh alam sadar manusia, akan tetapi dapat mempengaruhi pendapat, perasaan, atau tingkah laku manusia. Menurut Freud, alam tidak sadar adalah sumber utama yang berhubungan dengan tingkah laku dan kebiasaan manusia. Seperti halnya gunung es, bagian paling penting dari pikiran adalah bagian yang tidak dapat terlihat langsung oleh mata manusia. Sesungguhnya, proses pengambilan keputusan, dan motivasi diri yang terjadi di dalam hidup seorang manusia, banyak dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau yang tersimpan di alam bawah sadar manusia. Freud juga memaparkan tiga unsur utama dari model teori miliknya, tiga teori tersebut adalah Id, Ego, dan Superego. Berdasarkan teori Freud (via Semi: 1993:177), terdapat id, ego, dan superego dalam diri manusia yang menyebabkan manusia selalu berada dalam keadaan berperang dalam dirinya, resah, gelisah, pergulatan di dalam batin, dan berbagai macam perasaan lainnya apabila terdapat ketidakseimbangan ketiga unsur tersebut. 11

12 Id, Ego, dan Superego Teori Freud memiliki dasar pada penelitian bahwa alam sadar memiliki peran yang besar dalam memberikan dorongan kepada cara manusia bertindak. Tiga pilar utama dari model teori Freud adalah the Id, the Ego, dan the Superego (Freud, 1927:15-16) Ketiga sistem kepribadian yang diperkenalkan oleh Freud ini memiliki fungsi tersendiri, akan tetapi, intreaksi dari ketiga sistem inilah yang merupakan faktor penting penentu kondisi kesehatan mental seseorang. Apabila ketiga faktor ini berinteraksi dengan harmonis, maka individu yang bersangkutan akan merasakan kenyamanan dan kebahagiaan; akan tetapi jika konflik yang terjadi antar ketiga faktor ini cukup parah, akan memungkinkan terjadinya neurosis pada individu (Mednick, Higgins, and Kirschenbaum, 1975: 339). Tiga sistem kepribadian ini adalah: The Id, The Ego (I), dan The Superego (The Above I). 1. The Id Id adalah bagian dari alam bawah sadar yang bersifat impulsif dan memiliki keinginan dasar untuk memenuhi semua hasrat yang dimiliki oleh seorang individu. Id adalah bagian paling sederhana dari komponen kepribadian, tindakan-tindakan yang mengikutinya berdasarkan pada naluri alami manusia. Id terdiri dari komponen biologis yang berasal dari kepribadian, termasuk insting hidup (eros) yang memuat libido dan insting mati (thanatos) (Freud, 1920:13). 12

13 Kepribadian id dapat dari seorang bayi yang baru lahir, bayi yang baru lahir tidak peduli terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya, mereka bertindak sesuai dengan naluri. Id menuntut pemenuhan kepuasan diri, saat kebutuhannya terpenuhi maka terjadi kepuasaan, akan tetapi jika terjadi penolakan akan keinginan tersebut maka akan terjadi ketidakpuasaan atau perasaan sakit hati, jenis kepribadian ini juga tidak terpengaruh oleh realitas dan logika. 2. The Ego (I) Ego adalah fase kedua dari tiga pilar utama teori kepribadian Freud, ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk berhadapan dengan kenyataan dan berfungsi untuk memelihara keseimbangan antara id dan superego. Faktor id yang besar pada diri manusia seringkali menyebabkan adanya tindakan impulsif, ingin menguasai, dan mendorong pemenuhan hasrat yang berlebihan. Ego adalah bagian yang menjaga agar hasrat yang ditimbulkan oleh id dapat tersampaikan dengan metode yang dapat diterima. Ego mewakili alasan dan pengertian, hal yang berkebalikan dengan id yang memuat nafsu dan hasrat, ego memberikan kontrol kepada pergerakan spontan yang ditimbulkan oleh id (Freud, 1927:20). Pada pengertian dasar, ego memiliki tujuan yang sama dengan id, mengindari kesakitan dan mencari kepuasaan, tidak seperti id yang tidak memiliki kontrol akan hasrat-hasratnya, ego memiliki perhatian untuk membuat rencana yang masuk akal dalam mendapatkan kepuasan. 13

14 Secara sederhana, ego diartikan sebagai penjaga id, ego dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diatasi oleh id. Ego dapat berfungsi sedemikian rupa, karena, meskipun ego dapat memproduksi khayalan; ego adalah satu-satunya sistem yang dapat membedakan khayalan dari kenyataan melalui proses observasi dan pemberian alasan. Bertanggung jawab terhadap segala interkasi dengan dunia luar, ego bisa diartikan sebagai perantara antara id dan dunia nyata (Mednick, Higgins, and Kirschenbaum, 1975: 339). 3. The Superego (The Above I) Superego menggabungkan nilai dan moral dari masyarakat yang diajarkan dari orang tua, superego berkembang sekitar 3-5 tahun, pada usia tersebut biasanya seorang individu mulai diberi pengajaran mengenai hal yang baik dan buruk oleh orang tuanya. Superego bisa diartikan sebagai alam sadar manusia, superego menuntut ego agar dapat memberikan keputusan yang tepat melawan serangan libido. Meskipun begitu, superego tidak bisa membedakan antara aksi nyata dan aksi yang hanya berupa khayalan. Hasilnya adalah, seorang individu memiliki kemungkinan untuk bertindak dengan sangat baik dan normal, akan tetapi merasakan perasaan bersalah yang kuat karena keinginan dan pikiran-pikiran yang tidak pernah dilakukan (Mednick, Higgins, and Kirschenbaum, 1975: 339) Fungsi dari superego adalah memberikan kontrol kepada dorongan yang ditimbulkan oleh id, lebih jauh lagi, dorongan yang dilarang dalam sistem masyarakat 14

15 seperti sex dan penyerangan. Selain itu superego juga berfungsi mengajak ego mengubah tujuan yang nyata dan sederhana, menjadi tujuan yang bermoral, serta berjuang untuk mencari kesempurnaan dalam setiap tindakan yang dilakukan. Superego memiliki dua subsistem penting, yaitu Ego ideal (the ego ideal) dan hati nurani (conscience). a. Ego Ideal (The Ego Ideal) Ego ideal berisi aturan dan standar dari nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai ini termasuk yang telah disetujui oleh sosok orang tua dan pihak-pihak lain yang berwenang. Mentaati nilai-nilai ini akan menuntun seorang individu mendapatkan kebanggan dan prestasi. Menurut Freud, ego ideal adalah warisan dari sifat Oedipus Complex, selain itu ego ideal merupakan representasi ekspresi dari dorongan dalam diri manusia yang sangat kuat dan perubahan libido paling penting dari id. Munculnya ego ideal ini menjadi bukti bahwa ego telah menguasai oedipus complex dan pada saat yang sama menempatkan ego dalam kekuasaan id (Freud, 1927:29). b. Hati Nurani (The Conscience) Conscience atau hati nurani manusia, berisi informasi berupa nilai-nilai yang dianggap buruk oleh masyarakat. Perilaku ini seringkali dilarang dan mengarah kepada hasil yang tidak disukai oleh masyarakat. 15

16 Ketegangan yang muncul antara tuntutan yang ditimbulkan oleh hati nurani individu dan perbuatan nyata yang ditunjukan oleh ego seringkali diartikan sebagai perasaan bersalah (Freud, 1927:30). Alam bawah sadar manusia berisi berbagai macam materi, baik yang signifikan maupun yang mengganggu, Freud menemukan bahwa beberapa kejadian dan hasrat seringkali terlalu menyakitkan dan menakutkan untuk dirasakan. Freud mempercayai bahwa informasi-informasi tersebut tersimpan di alam bawah sadar manusia, berkaitan dengan ini terjadi melalui tekanan yang terus-menerus diberikan (Freud, 1927:13). Alam bawah sadar manusia secara biologis memuat insting dasar, insting dasar tersebut bernama eros (insting hidup) dan thanatos (insting mati). Eros (insting hidup), terkadang disebut sebagai sexual instinct (insting seksual), insting ini berkaitan dengan unsur dasar dalam bertahan hidup, kepuasan, dan reproduksi. Eros adalah dorongan untuk hidup dan menciptakan, Freud percaya bahwa eros adalah dorongan seksual yang memberikan makna dan dorongan ke arah kepuasan seksual dan kebutuhan dasar manusia dalam berproduksi (Freud, 1920:32). Eros memainkan peran yang sangat penting dalam teori Freud yang berkaitan dengan perkembangan masa kanak-kanak, Freud memiliki kepercayaan bahwa rangsangan seksual dapat terlihat pada diri seorang manusia dari bayi hingga saat kematian (Freud, 1927). 16

17 Sementara eros berisi tentang dorongan dan rangsangan, thanatos dikenal dengan nama lain insting mati. Freud percaya jika manusia memiliki hasrat yang terpendam di alam bawah sadar untuk menghancurkan dirinya sendiri maupun orang lain, Freud juga percaya bahwa tujuan dari keberadaan manusia adalah untuk memenuhi tuntutan dari prinsip-prinsip kepuasan dan thanatos mendapatkan kepuasaan yang dicari dari kehancuran yang dibuat Konsep Konflik Batin Pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), disebutkan konflik memiliki arti (1) percekcokan: perselisihan: pertentangan; (2) ketegangan atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya). Sedangkan batin, dalam KBBI diartikan: (1) yang ada di dalam hati, yang mengenai jiwa (perasaan hati); (2) yang tersembunyi (gaib: tidak terlihat); (3) semangat: lahirnya menolong, batinnya menggolong, kelihatannya hendak menolong, tetapi hakikatnya merugikan. Berdasarkan keterangan dan penjabaran yang tersebut di atas, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan arti konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku. 17

18 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif, metode kualitatif berusaha membangun realitas dan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari fenomena sosial atau lingkungan sosial yang terdiri atas perilaku, kejadian, tempat, dan waktu. Latar sosial tersebut digambarkan sedemikian rupa sehingga dalam melakukan penelitian kualitatif mengembangkan pertanyaan dasar: apa dan bagaimana kejadian itu terjadi, siapa yang terlibat, dan dimana tempat kejadiannya, (Ghony & Almanshur, 25:2012) Metode pengumpulan data secara kualitatif digunakan karene penelitian ini bertujuan untuk memaparkan dan memberikan gambaran mengenai konflik batin tokoh Jemini melalui, kata-kata, tindakan, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerita novel Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan untuk menganalisis data yang terdapat di dalam objek penelitian. Berikut adalah langkah-langkah metode pengumpulan data pada penelitian ini. 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel dengan judul; Jemini. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca novel tersebut, kemudian 18

19 menentukan data-data yang diperlukan sesuai dengan permasalah dan teori yang digunakan. 2. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan, sebanyak-banyaknya dari sumber kepustakaan (buku, jurnal, dan hasil penelitian-penelitian lain) yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini. 3. Penelusuran internet digunakan untuk melengkapi dan mencari informasi yang diperlukan Metode Analisis Data Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mencari, memindai, dan mengumpulkan data dari novel Jemini. 2. Menganalisis alur, latar dan penokohan novel tersebut, baik tokoh utama maupun tokoh pendukung. 3. Menganalisis faktor-faktor penyebab timbulnya konflik batin tokoh Jemini. 4. Menganalisis konflik batin yang dialami tokoh Jemini. 5. Menyusun laporan penelitian 19

20 1.8 Sistematika Penyajian Hasil penelitian ini disajikan dalam empat bab, yaitu bab I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Pada bab II diuraikan tentang tokoh-tokoh dalam novel Jemini, sekaligus penokohan setiap tokohnya. Pada bab III memuat pembahasan yang merupakan inti dari penelitian yang membahas tentang konflik batin tokoh Jemini dalam novel Jemini. Bab IV Penutup, teridiri dari kesimpulan dan saran. Bagian akhir dari penelitian ini dipaparkan sinopsis novel, daftar pustaka, dan daftar laman. Memainkan jalannya cerita, tanpa adanya tokoh sangat sulit untuk dilakukan karena tokoh sendiri memiliki yujan untuk membangun sebuah jalan cerita seperti yang diinginkan pengarang. 20

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu karya tulis yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sastra adalah sebuah media bagi pengarang untuk menuangkan ide kreatif dan imajinasinya. Dalam menciptakan sebuah karya kreatif, seorang pengarang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan jiwa dalam penelitian ini berupa kecemasan neurosis tokoh.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat sosial tidak bisa dilepaskan dari sastra. Karena dalam kehidupan tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa dan merupakan suatu yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa dan merupakan suatu yang indah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Sastra merupakan hasil dari perwujudan pemikiran manusia tentang sesuatu yang dilihatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelaahan novel yang diawali dari analisis struktur novel yang terdiri atas tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran,

Lebih terperinci

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual BAB 5 Ringkasan Pada bab ini yang juga merupakan bab terakhir dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual pada tokoh Yuriko Hirata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang tentang hidup. Karya sastra yang diciptakan seorang pengarang adalah gambaran dan kepekaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Konflik dalam Karya Sastra Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat terlibat secara emosional terhadap apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah hasil karya imajinasi, dan seni kreatif manusia. Sehingga karya sastra mampu menimbulkan imajinasi tertentu pada benak penikmatnya. Sedangkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan jiwa,tokoh utama, kecemasan, dan struktur kepribadian. 2.1.1 Pergolakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tokoh dan penokohan merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010) menyatakan bahwa tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam ekspresi ungkapan pengalaman pribadi, pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam ekspresi ungkapan pengalaman pribadi, pemikiran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah kegiatan kreatif sebuah ciptaan karya bernilai seni mengenai kehidupan manusia dalam ekspresi ungkapan pengalaman pribadi, pemikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya Marymount, Los Angeles. Ankoku

BAB I PENDAHULUAN. layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya Marymount, Los Angeles. Ankoku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ankoku Joshi merupakan novel karya Akiyoshi Rikako, seorang penulis Jepang lulusan Universitas Waseda. Dia mendapatkan gelar master dalam bidang layar lebar dan televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya

Lebih terperinci

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: 08 Wahidah Fakultas PSIKOLOGI Teori Sigmund Freud Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual Fitriani, S. Psi., MA. Program Studi PSIKOLOGI Bagian Isi Apa itu Kepribadian?

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian ini memaparkan penelitian dan analisis terdahulu tentang analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat 181 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra menghasilkan beberapa temuan penting yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep didefinisikan sebagai ling gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang bersifat imajinatif. Hal tersebut sependapat dengan Nurgiyantoro (2005:2) sebagai hasil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) Widya Haznawati 1 Arif Mustofa 2, Riza Dwi Tyas.W 3 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Psikologi berasal dari kata Yunani, psycheyang berarti jiwa dan logosyang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan (Jaenudin, 2012:1). Psikologi terus berkembang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Definisi dan Manfaat Psikologi Komunikasi Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang di idealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan manusia sehingga menimbulkan kesan yang menarik. Sastra sering kali tercipta dari

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perenungan dan imajinasi secara sadar dari hal-hal yang diketahui, dihindari,

BAB I PENDAHULUAN. perenungan dan imajinasi secara sadar dari hal-hal yang diketahui, dihindari, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya seorang pengarang yang merupakan hasil perenungan dan imajinasi secara sadar dari hal-hal yang diketahui, dihindari, dirasa, ditanggapi,

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Sastra lahir atas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sastranya. Bisa dibilang, kehidupan masyarakat Jepang sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sastranya. Bisa dibilang, kehidupan masyarakat Jepang sangat erat kaitannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang dikenal sebagai negara yang sangat kaya warisan budaya, tradisi dan juga kehidupan sastranya. Bisa dibilang, kehidupan masyarakat Jepang sangat erat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sebuah karya sastra yang bermanfaat bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sebuah karya sastra yang bermanfaat bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan buah karya dari seorang pengarang, dengan menghasilkan sebuah karya sastra pengarang mengharapkan karyanya dapat dinikmati dan dipahami

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci