BAB II TINJAUAN TEORITIS. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka dalam bab II ini akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORITIS. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka dalam bab II ini akan"

Transkripsi

1 18 BAB II TINJAUAN TEORITIS Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka dalam bab II ini akan diuraikan teori-teori yang mendasari penelitian ini. Secara garis besar, tinjauan teoritis ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama akan menguraikan tentang persepsi beserta isi pekerjaan dan bagian kedua menguraikan tentang kepuasan kerja. A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Pengertian persepsi dijelaskan oleh beberapa ahli seperti: Morgan (1961) mengatakan: Perception is the process of discriminating among stimuli and interpreting their meaning. (Persepsi adalah proses dimana kita membedakan antara stimulus dan menafsirkan stimulus tersebut). Mitchel (1961) mengatakan: Perception is defined as those factors that shape produced what we actually experience. It is a process that include both a selection and organizing mechanism.

2 19 (Persepsi adalah faktor-faktor yang menentukan dan menghasilkan hal-hal yang sebenarnya sedang kita alami, yaitu proses yang mencakup mekanisme pemilihan dan pengorganisasian). Gibson, Ivancevich, Donelly (1996) mengatakan: Persepsi adalah proses seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis. Robbins (2001) mengatakan: Persepsi adalah suatu proses dengan mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Pangewa (2004) mengatakan: Persepsi adalah suatu pemberian arti terhadap stimulus lingkungan oleh seorang individu. Setiap manusia dalam hidupnya selalu berhadapan dengan stimulus lingkungan, obyek atau peristiwa. Dalam memandang obyek yang sama, pengertian yang ditangkap seseorang mungkin berbeda dengan orang lain karena persepsinya berbeda. Begitupun panca indera pendengaran, perasa, penglihatan, penciuman, dan indera peraba akan selalu dihadapkan pada berbagai stimulus lingkungan. Mengorganisasikan informasi dari lingkungan tersebut dinamakan persepsi.

3 20 Setiap orang di dalam memberi arti terhadap stimulus lingkungannya dapat berbeda yang disebabkan pada tiga faktor, yaitu: 1) orang yang memberikan persepsi itu sendiri; 2) stimulus yang berupa obyek atau peristiwa tertentu; dan 3) situasi dimana pembentukan persepsi itu sendiri. Jadi, persepsi adalah suatu proses pemberian arti terhadap objek yang diterima dengan melalui tahapan pemilihan, pengorganisasian, yang ditangkap oleh panca indera. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sejumlah faktor bekerja untuk membentuk persepsi dan kadangkala membiaskan persepsi. Faktor-faktor tersebut dapat terletak pada orang yang mempersepsikannya, objek atau sasaran yang dipersepsikan, atau konteks di mana persepsi itu dibuat. Menurut Gibson, Ivancevich, & Donelly (1996) terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang, antara lain: 1) Stereotipe Istilah stereotipe yaitu terlalu digeneralisasikan, terlalu disederhanakan, dan dipersepsikan sendiri tentang karakteristik diri seseorang. 2) Selektivitas Konsep persepsi selektif penting untuk para manajer yang sering menerima banyak informasi dan data dan mungkin cenderung memilih informasi yang mendukung pandangannya.

4 21 3) Konsep diri Orang-orang seringkali menggunakan diri mereka sendiri sebagai perbandingan (benchmark) dalam memandang orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa (1) mengetahui seseorang membuat lebih mudah untuk melihat orang lain dengan tepat; (2) karakteristik yang dimiliki seseorang mempengaruhi karakteristik yang ditentukan pada orang lain; dan (3) orang-orang yang menerima diri mereka sendiri lebih melihat hal-hal yang baik dari orang lain. 4) Situasi Tekanan waktu, sikap seseorang yang bekerja sama dengan manajer dan faktorfaktor situasi lain mempengaruhi ketepatan persepsi. Jika seorang manager berpendapat bahwa orang-orang tertentu dalam kelompok berbeda-beda karena warna kulitnya yang khusus atau kebiasaan berbicaranya, maka perbedaan ini dapat diperbesar dan juga dapat dipersepsi di bidang lain. Perbedaan yang dipersepsi semacam itu mungkin menyebabkan persepsi yang tidak tepat mengenai prestasi karyawan, kesetiaan dan tanggung jawab. Manajer mencari perbedaan karena berprasangka bahwa perbedaan itu ada. 5) Kebutuhan Persepsi dipengaruhi secata nyata oleh kebutuhan dan keinginan. Dengan kata lain pekerja, manajer, wakil presiden, dan direktur melihat apa yang mereka ingin lihat.

5 22 6) Emosi Keadaan emosi seseorang mempunyai banyak segi dikaitkan dengan persepsi. Emosi yang kuat, seperti tidak senang sama sekali terhadap kebijakan perusahaan, dapat membuat seseorang memandang negatif kebijakan dan peraturan perusahaan. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterpretasikan apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu yang melihat. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan (Robbins, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi digambarkan sebagai berikut:

6 23 Gambar 2.1: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Faktor pada Pemersepsi: - Sikap - Motif - Kepentingan - Pengalaman - Pengharapan Faktor dalam Situasi: - Waktu - Keadaan tempat kerja - Keadaan sosial PERSEPSI Faktor pada Target: - Hal baru - Gerakan - Bunyi - Ukuran - Latar belakang - Kedekatan (Robbins, 2003) A. Faktor-faktor Ekstern yang Mempengaruhi Persepsi Parrek (1993) mengemukakan beberapa faktor yang dianggap penting pengaruhnya terhadap seleksi rangsangan adalah: a. Intensitas b. Ukuran c. Kontras d. Gerakan

7 24 e. Ulangan f. Keakraban g. Sesuatu yang baru B. Faktor-faktor Intern yang Mempengaruhi Persepsi Parrek (1993) menyatakan faktor ini berkaitan dengan diri sendiri, yaitu: a. Kebutuhan Psikologis Kebutuhan-kebutuhan psikologis seseorang akan mempengaruhi persepsinya. Misalnya dalam suatu organisasi seseorang yang menginginkannya adanya hubungan baik dengan orang lain, dia akan tertarik dan sudah menemukannya pada orang yang mempunyai sikap bersahabat. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya seseorang yang merasa haus maka dia seperti melihat air dibeberapa tempat, hal seperti ini biasanya terjadi dipadang pasir yang disebut fatamorgana. b. Latar Belakang Latar belakang akan mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsi. Seseorang akan mencari orang lain dengan latar belakang yang sama. Misalnya dalam suatu organisasi seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan manajemen akan mendekati orang yang mempunyai pendidikan yang sama. c. Pengalaman Pengalaman yang pernah dialami seseorang pada waktu yang lalu akan mempengaruhi orang itu dalam mencari teman, hal-hal atau gejala yang serupa

8 25 dengan pengalaman pribadinya. Misalnya seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu agar tidak terulang lagi seperti yang pernah dialaminya dia akan menyeleksi orang tertentu untuk bekerja sama dengannya. d. Kepribadian Kepribadian yang dimiliki seseorang juga mempengaruhi persepsi. Misalnya seorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang introvert lagi atau orang yang sama sekali berbeda. Selain itu sikap dan kepercayaan umum juga akan mempengaruhi seseorang dalam persepsi. Pendapat umum atau sikap yang dimiliki seseorang dinamakan persepsi atau perangkat mental. Misalnya seorang manajer mungkin telah membentuk kepercayaan dan sikap umum bahwa para karyawan itu malas, suka menghindari pekerjaan dan ingin memperoleh semua keuntungan dari organisasi tetapi tidak mau memberika yang terbaik kepadanya. Jika demikian ia telah membentuk suatu perangkat mental. Jika ia bertemu dengan sekelompok karyawan ia cenderung menafsirkan perilaku para karyawan itu sesuai dengan perangkat mental yang sudah disusunnya. e. Penerimaan Diri Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi. Beberapa telaah telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu dari mereka yang kurang menerima realitas dirinya. Orang yang kurang menerima realitas dirinya cenderung untuk

9 26 mengurangi kecermatan persepsi. Implikasi dari fakta ini ialah bahwa kecermatan persepsi dapat ditingkatkan dengan membantu orang-orang untuk lebih menerima diri mereka sendiri. 3. Faktor-faktor yang Menghambat Persepsi Robbins (2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menghambat persepsi, antara lain: a. Persepsi yang selektif Persepsi yang selektif ini merupakan kecenderungan pemersepsi utuk memilih informasi-informasi yang mendukung pandangannya. Dengan adanya persepsi yang demikian, seorang individu sering mengabaikan informasi-informasi yang membuat dirinya merasa tidak nyaman atau mengancam pandangannya. b. Stereotip Stereotip merupaakn suatu generalisasi tentang sekelompok orang. Stereotip ini membuat pemersepsi mengurangi informasi mengenai diri orang lain/target hingga pada level yang dapat bekerja dan efisien untuk penyusunan informasi. Stereotip ini akurat, dia dapat berguna untuk dijadikan petunjuk persepsual. Namun demikian, stereotip ini lebih sering tidak akurat. Stereotip merusak individu atau pemersepsi bila mereka memperoleh kesan yang tidak

10 27 akurat karena kesan tersebut akan diterapkannya pada semua aspek pandangnya pada diri target tanpa diuji dan tidak diubah terlebih dahulu. c. Kesalahan kesan pertama Kesalahan kesan pertama adalah kecenderungan seseorang untuk membentuk opini yang berlangsung dan bertahan lama di ingatan mengenai seseorang individu lain atau objek tertentu berdasarkan pada persepsi awal. Pada kondisi ini pemersepsi mengobservasi suatu perilaku awal dari seseorang atau objek pada pertemuan pertama dan menduga bahwa perilaku tersebut mencerminkan bagaimana objek itu sebenarnya, kemudian akan membentuk kesan pertama secara cepat dan kesan ini menjadi dasar dari hubungan kerja dalam waktu yang lama. d. Teori kepribadian implisit Faktor ini dapat memepngaruhi persepsi menjadi tidak akurat karena dengan faktor ini pemersepsi cenderung membuat teori mininya sendiri mengenai bagaimana seseorang terlihat dan berperilaku berdasarkan pemikirannya sendiri. e. Ramalan pemuasan diri Ramalan pemuasan diri adalah suatu situasi dimana harapan-harapan pemersepi mengenai suatu target atau objek yang mempengaruhi interaksinya dengan objek hingga harapannya terpenuhi.

11 28 4. Proses Pembentukan Persepsi Persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, menyimpan dan menginterpretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti. Oleh karena persepsi berperan dalam cara memperoleh pengetahuan khusus tentang obyek atau kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi ketika rangsangan mengaktifkan indera. Karena persepsi melibatkan kognisi (pengetahuan), ini termasuk interpretasi obyek, simbol-simbol dan orang-orang dengan pengalaman yang relevan. Dengan kata lain, persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya dan menerjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Setiap orang memilih berbagai petunjuk yang mempengaruhi persepsinya terhadap orang, obyek dan simbol. Karena faktor ini dan ketidakseimbangan mereka, orang seringkali salah persepsi terhadap orang, kelompok, atau obyek lain. Pada pertimbangan tertentu, orang menginterpretasikan perilaku orang lain dalam konteks dirinya sendiri. Setiap individu pada dasarnya selalu dirangsang oleh berbagai stimulus, yang mana rangsang tersebut akan diterima oleh alat inderanya, namun dalam memberikan reaksi individu akan tergantung pada proses penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang tersebut. Persepsi terjadi berdasarkan adanya perhatian objek yang dibutuhkan, sehingga hanya objek yang dibutuhkan saja yang menjadi perhatiannya.

12 29 Gambar 2.2: Proses Persepsi Kenyataan dalam Organisasi Pekerjaan Stimulus (ump, sistem imbalan organisasi, gaya persuasi yang dipakai supervisor, arus pekerjaan) Pengamatan Stimulus Proses persepsi orang Mengorganisasi dan Menafsirkan Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi: - Meniru - Memilih-milih - Gambaran diri sendiri - Situasi - Kebutuhan - Emosi Evaluasi dan penafsiran kenyataan Hasil Perilaku tanggapan Sikap yang terbentuk (Gibson, Ivancevich, & Donelly: 1993) Kemudian, Kaet dan Rosenvelig (1979) mengemukakan tentang beberapa proses dasar pembentukan persepsi, yaitu selectivity, closure, dan interpretation. Proses seleksi dalam persepsi adalah penting karena banyaknya informasi yang masuk dan individu memiliki keterlibatan dalam mengolahnya. Individu selalu memilih informasi yang hanya mendukung atau memuaskannya, misalnya saja orang yang merasa lapar cenderung tidak akan memperhatikan keadaan atau objek yang tidak ada kaitannya dengan kebutuhan yang sedang dialaminya yaitu makanan. Dengan demikian ia mungkin akan merasa lebih puas dengan keputusan yang diambilnya.

13 30 Stimulus yang sama dapat pula ditafsirkan berbeda oleh beberapa individu, karena dalam menafsirkan suatu objek dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan sistem nilai yang khusus dimiliki oleh setiap individu dan cenderung untuk berpikir atau bertindak dalam suatu cara tertentu untuk menafsirkan berbagai stimulus. Proses closure dalam proses persepsi berhubungan dengan kecenderungan individu untuk menggambarkan situasi secara menyeluruh. Dalam proses ini individu memberi arti terhadap stimulus yang diterima, selain itu persepsi dipelajari oleh seseorang menurut kegunaan dan kepentingannya. 5. Isi Pekerjaan Hackman dan Oldham (1975) melakukan penelitian untuk mengukur isi pekerjaan melalui tanggapan karyawan atas sebuah kuesioner menghasilkan lima karakteristik yaitu skill variety, task identity, task significance, autonomy, dan feedback. Landasan berpikirnya berangkat dari bagaimana caranya untuk membuat suatu pekerjaan mempunyai sifat yang dapat menciptakan peningkatan kondisi motivasi kerja, kepuasan kerja dan tingkah laku kerja individu yang maksimal dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Hackman dan Oldham (1975) mengajukan lima jenis karakteristik pekerjaan yang dapat meningkatkan kondisi kerja yang lebih baik. Unsur-unsurnya adalah:

14 31 1. Keragaman kecakapan (Skill Variety) Skill Variety adalah keanekaragaman aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan melibatkan penggunaan beberapa keterampilan dan bakat yang berbeda dari individunya di dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan tidak hadirnya unsur ini di dalam suatu pekerjaan dapat menimbulkan rasa bosan. Rasa bosan ini nanti akan menimbulkan kesalahan. Dengan menambahkan beberapa faktor variety of skill ke dalam suatu pekerjaan dapat mengurangi terjadinya kelelahan yang dapat menyebabkan kesalahan. 2. Identitas tugas (Task Identity) Task Identity adalah besarnya tingkat kebutuhan yang diperlukan suatu pekerjaan dalam mengenali keseluruhan pekerjaannya dan bagian-bagian dari pekerjaannya dari semenjak awal hingga berwujud hasil nyata. Dengan tidak adanya unsur ini membuat karyawan tidak dapat menyelesaikan bagian-bagian pekerjaannya dengan baik. Rasa tanggung jawabnya sedikit sekali, dan dapat menghilangkan rasa bangga terhadap hasil karyanya, juga dapat mengurangi semangat untuk berprestasi. Apabila suatu pekerjaan dikelompok-kelompokkan dapat menjadikan karyawan mampu melakukan pengenalan sumbangan karyanya dan dapat meningkatkan kepuasan kerjanya. 3. Kepentingan pekerjaan (Task Significance) Task Significance adalah tingkat keberartian suatu pekerjaan terhadap kehidupan orang lain, apakah yang ada di dalam lingkungan organisasi atau pun

15 32 yang berada di luar organisasi. Dalam hal ini ada kedekatan hubungan antara task significance dengan task identity. Perasaan pribadi yang menyangkut self importance menjadi tinggi, dikarenakan karyawan mengetahui bahwa orang lain akan tergantung kepada hasil pekerjaannya. Sehingga karyawan dapat menunjukkan rasa bangga, bertanggung jawab, motivasi kerjanya meningkat, mendapatkan kepuasan dan tingkah laku kerjanya menjadi lebih baik. 4. Otonomi (Autonomy) Autonomy adalah besarnya derajat/tingkat kebebasan, kemandirian dan keleluasaan yang dimiliki individu untuk mengatur sistem kerja, penentuan prosedur kerja, yang akan digunakan dalam penyelesaian tugas yang dihadapi. Autonomy mengandung unsur tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan karyawan. Menunjukkan adanya kebebasan untuk mengontrol respon yang akan diberikan kepada lingkungan. Pekerjaan yang memberikan kekuasaan kepada individu untuk dapat membuat keputusan, menimbulkan peningkatan rasa tanggung jawab dan cenderung meningkatkan perasaan recognition dan self esteem. Ketidak hadiran unsur autonomy pada suatu pekerjaan dapat membuat karyawan menunjukkan tingkah laku kerja yang tidak menunjang prestasi kerjanya. 5. Umpan balik dari pekerjaan itu sendiri (Feed back from the job it self) Feed back adalah besarnya informasi hasil aktivitas kerja yang diperoleh secara langsung dan jelas. Apabila suatu pekerjaan tidak memberikan feed back

16 33 kepada karyawan terhadap kualitas usaha individu, maka akan ditemukan rendahnya petunjuk. Sedangkan dengan membiarkan karyawan mengetahui kualitas kerjanya di dalam memenuhi target yang ditetapkan, dapat membuat karyawan melakukan penyesuaian tehadap hasil yang mereka lakukan. Dengan kata lain adanya feed back dalam pekerjaan dapat meninngkatkan motivasi kerja. Model Hackman & Oldham dikembangkan untuk menetapkan bagaimana sifat isi pekerjaan dan perbedaan individu saling mempengaruhi untuk mempengaruhi kepuasan hati, motivasi, dan produktivitas individu dalam bekerja. Model ini membantu dalam merencanakan dan melakukan penggantian bentuk pekerjaan. Dalam mengembangkan model tersebut, Hackman & Oldham (1976) mendasarkan pada teori dua-faktor Herzberg 's dengan beberapa landasan teoritis secara langsung dari Teori Pengharapan. Model tersebut yaitu alat Job Diagnostic Survey (JDS) yang sudah dipakai di banyak organisasi. JDS adalah alat untuk mengukur elemen pokok teori sifat atau isi pekerjaan. JDS didesain untuk diselesaikan oleh pemegang jabatan pekerjaan atau oleh individu di luar pekerjaan. Survai ini mengukur beberapa sifat pekerjaan, keadaan psikologis yang dialami pegawai, kepuasan hati pegawai dengan pekerjaan dan konteks kerja mereka, dan kekuatan kebutuhan pertumbuhan orang yang dituntut. Dengan adanya karakteristik pekerjaan dapat menciptakan kondisi internal work motivation karyawan yang disebabkan adanya perasaan:

17 34 1. Experience meaningfulness of the work Keadaan ini sebagai akibat adanya unsur-unsur skill variety, task identity dan task significance. Adapun dirasakan adanya skill variety adalah apabila suatu pekerjaan meminta karyawannya untuk mempergunakan skill atau ability didalam melakukan kegiatan-kegiatan yang menantang, maka karyawan akan merasakan bahwa pekerjaannya itu sebagai hal yang mempunyai arti dan semakin besarnya kebutuhan skill maka keberartian suatu tugas akan semakin dirasakan karyawan. 2. Experience responsibility for outcome of the work Keadaan ini sebagai akibat adanya unsur autonomy didalam suatu pekerjaan. Apabila suatu pekerjaan dilengkapi dengan autonomy yang besar maka pekerjaan yang harus dihadapi itu akan dipandang oleh karyawannya sebagai suatu hal yang sangat tergantung pada besarnya usaha, inisiatif dan keputusan yang harus di ambil individu, daripada hanya sekedar tergantung pada instruksi dari pimpinan ataupun dari petunjuk lainnya. Jika autonomy bertambah, individu cenderung dapat merasakan adanya tanggung jawab pribadi terhadap keberhasilan ataupun kegagalan yang dialaminya pada saat menyelesaikan pekerjaannya. 3. Knowledge of the result Keadaan ini sebagai akibat adanya unsur feed back dalam suatu pekerjaan. Apabila di dalam suatu proses penyesuaian terhadap lingkungan kerja karyawan

18 35 yang melakukannya tidak mengetahui sampai seberapa baik usaha yang telah ia lakukan, dapat menjadikan karyawan tidak memiliki landasan untuk mendapatkan perasaan-perasaan yang menyenangkan atas keberhasilannya dalam melakukan suatu usaha, ataupun perasaan sedih apabila usaha yang dilakukannya itu menemui kegagalan. B. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah cara seorang karyawan merasakan pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap pekerjaannya yang didasarkan atas aspek-aspek pekerjaannya yang bemacam-macam. Kepuasan kerja merupakan masalah yang cukup menarik dan penting, baik bagi individu sebagai karyawan maupun bagi perusahaan. Seorang manajer perlu menciptakan lingkungan kerja yang dapat memenuhi kebutuhan atau motif karyawannya, guna tercapai tujuantujuan organisasi sebagaimana yang diharapkannya. Beberapa ahli mengemukakan mengenai kepuasan kerja, sebagai berikut: Wexley and Yukl (1973: 98), mengatakan: Job satisfaction is the way an employee feels about his or her job. (Kepuasan kerja adalah cara seorang karyawan merasakan pekerjaannya). Haller (Robbins, 2003), mengatakan:

19 36 Job satisfaction or dissatisfaction is result of various attitudes the person holds toward his job, life in general. (Kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja adalah hasil dari berbagai sikap seseorang yang berpengaruh terhadap pekerjaannya, umumnya pada kehidupan). Schemerhorn (Robbins, 2003) mengatakan: Job satisfaction is the degree to which an individual feels positively or negatively about the various facets of job task, the work setting and relationships with co-workers. (Kepuasan kerja adalah derajat perasaan positif atau negatif individu mengenai bermacam-macam aspek dari tugas kerja, situasi kerja, dan hubungan dengan teman sekerja). Berdasarkan berbagai definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan kerja merupakan derajat perasaan seseorang, baik positif maupun negatif terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja menunjukkan sikap yang berdasarkan penilaian karyawan terhadap berbagai aspek dari tugas-tugas, situasi kerja, serta hubungan antar pekerja. Menurut Wexley dan Yukl (1973) teori-teori tentang kepuasan kerja ada tiga macam yang lazim dikenal, yaitu:

20 37 1. Discrepancy Theory Seseorang akan merasa puas apabila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Apabila yang didapat ternyata lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas walaupun terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif. Sebaliknya makin jauh kenyataan yang dirasakan itu dibawah standar minimum sehingga menjadi negative discrepancy, maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaan. 2. Equity Theory Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak adanya keadilan dalam situasi. Perasaan equity dan inequity atas situasi diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun ditempat lain. Elemen dari equity ada tiga yaitu input, outcome, comparison person dan equityinequity. Input merupakan segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan terhadap pekerjaan, misalnya education, experience, skill dan sebagainya. Outcome merupakan segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai hasil pekerjaannya seperti upah, status simbol dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan comparison person ialah perbandingan kepada

21 38 orang lain dengan siapa karyawan membandingkan rasio input outcome yang dimilikinya. 3. Two Factor Theory Herzberg mengembangkan teori dua faktor tentang kepuasan kerja. Teori ini berdasarkan konsep bahwa manusia memiliki dua kumpulan kebutuhan. Dua faktor tentang motivasi itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa puas dan tidak puas, yaitu: Kebutuhan untuk menghindari rasa sakit. Kebutuhan untuk berkembang secara psikologis. 2. Faktor-faktor yang Menentukan Kepuasan Kerja Herzberg (Robbins, 2003) mengumpulkan data tentang kepuasan dan ketidakpuasan seseorang sehubungan dengan pekerjaan mereka. Dalam penelitian ini ia telah mewawancarai kurang lebih dua ratusan akuntan dan ahli mesin secara individual. Hasil yang didapat adalah: Ada lima faktor yang menentukan kepuasan kerja, yaitu achievement, recognition, work it self, responsibility, dan advancement. Faktor yang menentukan ketidakpuasan kerja adalah working condition, interpersonal technical, salary dan job security.

22 39 Faktor-faktor ketidakpuasan kerja disebut Hygiene factors dan faktor yang termasuk kepuasan kerja disebut Motivator factor, karena efektif dalam memotivasi individu terhadap sikap kerja dan usaha untuk lebih baik. 1. Hygiene Factors Faktor-faktor yang tergolong dalam kategori ini merupakan bagian dari job contex, yaitu lingkungan tempat seseorang melakukan pekerjaan. Jadi lebih berhubungan dengan situasi kerja daripada pekerjaan itu sendiri. Faktor-faktor ini merupakan sumber ketidakpuasan kerja bagi seorang individu. Perbaikan terhadap faktor-faktor ini dalam lingkungan kerja akan mengurangi tingkat ketidakpuasan kerja yang dirasakan oleh seorang pekerja. Robbins (2003) mengemukakan faktor-faktor yang tergolong dalam kategori ini, yaitu sebagai berikut: a. Working condition: Mencakup kondisi-kondisi fisik dari pekerjaan, banyaknya pekerjaan atau fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk melakukan pekerjaan disini mencakup pula sesuai tidaknya masalah penerangan, ventilasi, ruang kerja dan karakteristik lingkungan. b. Interpersonal relation: Karakteristik utama adalah sifat dari interaksi antar individu. Relasi interpersonal ini dapat berupa interaksi antar individu dengan penyelia, bawahan dan rekan sekerja. Sifat interaksi ini dapat bersifat sosial, artinya

23 40 interaksi yang terlepas dari aktivitas kerja sekalipun terjadinya pada waktu kerja. Interaksi ini dapat pula bersifat sosial teknikal, yaitu interaksi yang terjadi dalam kaitan dengan performance kerjanya. c. Company policy and administration: Karakteristik utamanya adalah aspek perusahaan secara keseluruhan. Cirinya mencakup keadaan adekuat atau tidak adekuatnya organisasi dan manajemen perusahaan, serta mencakup dampak yang menguntungkan dan merugikan dari kebijaksanaan perusahaan. Adanya kesenjangan antara otoritas yang diharapkan, dapat dianggap sebagai bukti dari manajemen yang kurang baik. d. Supervision technical: Karakteristik utamanya adalah kompeten atau tidak kompeten dan adil atau tidak adilnya penyelia menjalankan tugasnya. Sebagai penyelia apakah bersedia atau tidak untuk mendelegasikan tanggung jawabnya atau mengajarkan sesuatu. e. Salary: Kategori ini mencakup segala urutan kejadian yang mana kompensasi memainkan suatu peranan yang penting.

24 41 f. Status: Yang dimaksud dengan status disini adalah posisi atau kedudukan yang nyata dari pekerjaan, disertai dengan fasilitas-fasilitas yang diperoleh sehubungan dengan posisi tersebut. g. Job security: Kategori ini mencakup ada atau tidaknya tanda-tanda yang objektif dari jaminan kerja, seperti masalah stabilitas perusahaan. Menurut Herzberg (Robbins, 2003) faktor-faktor ini atau sebagian dari faktor ini dapat mengurangi ketidakpuasan kerja, atau menghindarkan seseorang dari perasaan yang tidak menyenangkan terhadap pekerjaan. 2. Motivator Factors Motivator hanya dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Faktor-faktor yang termasuk dalam motivator hanya berhubungan dengan apa yang dilakukan seseorang secara aktual dalam pekerjannnya. Dengan demikian dalam usaha untuk memperbaiki tingkat kepuasan kerja, perhatian perlu diarahkan pada faktor-faktor yang tergolong dalam kelompok ini. Robbins (2003) mengemukakan faktor-faktor yang tergolong dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:

25 42 a. Achievement: Mencakup beberapa keberhasilan yang dinyatakan secara spesifik, meliputi pelaksanaan kerja yang berhasil, penyelesaian masalah dan usaha-usaha untuk mempertahankan keberhasilan. b. Recognition: Kriteria utama yang termasuk dalam recognition ini adalah tindakantindakan atau penghargaan, pengakuan pada seseorang yang diperoleh dari penyelia, teman sebaya dan masyarakat umum. Recognition dapat pula bersifap negatif, tindakan tersebut dapat berupa peringatan atau menyalahkan. c. Advancement: Kategori ini menyangkut adanya perubahan yang nyata dalam status atau posisi seseorang dalam perusahaan. d. Responsibility: Mencakup faktor-faktor yang berhubungan dengan tanggung jawab dan otoritas. Seseorang memperoleh kepuasan dari tanggung jawab yang diberikan atas pekerjaannya sendiri, pekerjaan orang lain atau dari tanggung jawab baru lainnya. e. Possibility of Growth: Kategori ini mencakup elemen-elemen situasi baru yang memungkinkan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan baru atau mendapatkan

26 43 suatu pandangan profesional baru. Dengan kata lain, adanya suatu peluang untuk perubahan status yang dapat menjadi semakin baik, maju atau meningkat. f. Work it Self: Mencakup pelaksanaan kerja aktual atau tugas-tugas pekerjaan sebagai sumber perasaan senang atau tidak senang terhadap pekerjaan. Pekerjaan itu dapat bersifat rutin atau bervariasi, kreatif atau tidak berguna, mudah atau sukar dan sebagainya. Dapat pula menyangkut pelaksanaan sebagian kecil saja dari pekerjaan. Satisfiers (motivator) ialah faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja. Dikatakannya bahwa hadirnya faktor ini akan menimbulkan kepuasan, tetapi tidak hadirnya faktor ini tidaklah selalu mengkibatkan ketidakpuasan. Dissatisfiers (hygiene factors) ialah faktor-faktor yang terbukti menjadi dua sumber ketidakpuasan. Perbaikan terhadap kondisi atau situasi ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena ia bukan sumber kepuasan. Herzberg (Robbins, 2003) beranggapan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan dimensi yang berbeda. Seseorang dalam bekerja dapat saja sekaligus mengalami kepuasan dan ketidakpuasan kerja. Dengan demikian seseorang dalam pekerjannya dapat jatuh pada salah satu dari empat kemungkinan seperti di bawah ini:

27 44 Job dissatisfaction high low high low Satisfaction high high low low Keadaan yang paling tidak menyenangkan bagi manajer adalah mempunyai bawahan yang mengalami kepuasan kerja rendah dan ketidakpuasan kerja yang tinggi. Yang paling menyenangkan adalah mempunyai kepuasan kerja yang tinggi dan ketidakpuasan kerja yang rendah. Dalam setiap keadaan, tujuan manajer dalam teori dua faktor adalah meminimalkan ketidakpuasan kerja dan memaksimalkan kepuasan kerja. Untuk melakukan ini manajer harus ingat bahwa ketidakpuasan dihilangkan melalui perbaikan-perbaikan pada faktor hygiene. Disamping itu manajer perlu memperhatikan faktor satisfiers jika akan menciptakan kepuasan kerja. Kegagalan dalam melaksanakan hal ini akan menyebabkan karyawan memiliki ketidakpuasan yang rendah pada pekerjaan, tapi juga rendah dalam kepuasan. Herzberg (Robbins, 2003) menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk memotivasi karyawan adalah dengan menambahkan satisfier kedalam job content yang disebut job enrichment. Para manajer harus menerapkan teknik ini mencakup vertical loading yaitu suatu usaha untuk menyediakan sebanyak mungkin motivator dalam suatu pekerjaan. Hal ini meliputi pendekatan-

28 45 pendekatan seperti peningkatan tanggung jawab individu terhadap pekerjaannya, pemberian otoritas tambahan pada pekerjaan dalam aktivitas dan memberikan kebebasan kerja, memberikan sesuatu unit kerja yang bersifat memperkenalkan tugas-tugas baru yang lebih sukar dan belum pernah ditangani, menyerahkan tugas-tugas individual yang bersifat khusus dan memungkinkan mereka menjadi ahli dan sebagainya. Hal tersebut dirancang untuk meningkatkan motivasi para karyawan. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Burt (As ad, 2003:112), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu: a. Faktor hubungan antar karyawan, antara lain: 1) Hubungan antara atasan dengan karyawan 2) Faktor fisik dan kondisi kerja 3) Hubungan sosial di antara karyawan 4) Sugesti dari rekan sekerja b. Faktor individual, antara lain: 1) Sikap orang terhadap pekerjaannya 2) Umur orang sewaktu bekerja 3) Jenis kelamin

29 46 c. Faktor luar, antara lain: 1) Keadaan keluarga karyawan 2) Rekreasi 3) Pendidikan Siagian (1999) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dikategorikan turut berpengaruh terhadap karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan adalah: a. Upah Kompensasi kerja adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk hasil kerja mereka. Kompensasi kerja merupakan bagian dari fungsi manajemen personalia yang paling sulit dan membingungkan karena bersifat sangat kompleks dan sangat berarti baik bagi karyawan maupun organisasi. Dalam rancangan sistem kompensasi harus didasarkan pada logika dan rasio yang dapat dipertahankan. Kompensasi penting bagi karyawan sebagai individu karena jumlahnya mencerminkan nilai karya mereka bila dihadapkan dengan sesama karyawan, keluarga, dan dalam masyarakat. Sedangkan kepentingan bagi organisasi, sistem kompensasi yang berlaku dapat mencerminkan upaya organisasi tersebut dalam mempertahankan sumber daya manusianya (caring and protecting), disamping merupakan komponen biaya yang paling besar dan strategis. b. Pengawasan c. Isi atau konten pekerjaan

30 47 d. Ketentraman Panggabean (2002:129) yang dikutip dari Gibson dan Durick mengemukakan bahwa faktor kepuasan kerja terbagi dalam tiga kelompok, yaitu: a. Karakteristik pekerjaan, terdiri atas keanekaragaman keterampilan, identitas tugas, keberartian tugas, otonomi dan umpan balik pekerjaan. b. Karakteristik organisasi, mencakup skala usaha, kompleksitas formalisasi, sentralisasi, jumlah anggota kelompok, anggaran, lamanya beroperasi, usia, masa kerja, status perkawinan, dan jumlah tanggungan. Munandar (2001), mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu sebagai berikut: a. Faktor karyawan, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi dan sikap pengalaman kerja serta sikap kerja. b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan financial, kesempatan promosi, interaksi sosial dan hubungan kerja. Siagian (1999:128) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu: a. Pekerjaan yang penuh tantangan Pekerjaan yang penuh tantangan dapat diartikan bahwa seseorang dalam melakukan pekerjaan menuntut tingkat kreatifitas, inovatif dan daya imajinatif

31 48 yang tinggi dalam pelaksanaannya. Dengan adanya pekerjaan yang menantang tersebut maka jelas karyawan akan berusaha menjalankannya sehingga tujuan yang diharapkan dapat terwujud dengan baik. b. Penerapan sistem penghargaan yang adil Masalah keadilan dalam kehidupan organisasi, sesungguhnya berhubungan dengan masalah persepsi. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa biasanya seseorang akan merasa diperlakukan adil, apabila perlakuan tersebut menguntungkan dirinya dan sebaliknya merasa diperlakukan tidak adil apabila perlakuan itu dilihatnya sebagai sesuatu yang merugikan. c. Kondisi yang sifatnya mendukung Efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja akan dicapai secara optimal apabila kondisi kerja yang ada bersifat mendukung. Keadaan ini berarti bahwa tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus diselesaikan. d. Sikap rekan kerja Perlu diakui bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapt hidup sendiri, apalagi dalam kehidupan organisasi yang melibatkan banyak orang.

32 49 4. Efek Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja Kepuasan dan ketidakpuasan kerja mempunyai implikasi penting terhadap kesehatan mental (penyesuaian psikologis seseorang) dan efektivitas organisasi (Wexley & Yukl, 1992:153). Dijelaskan sebagai berikut: a. Kesehatan Mental (Penyesuaian Psikologis Seseorang) Karyawan yang merasakan ketidakpuasan kerja akan memiliki kecenderungan melakukan penarikan diri dan mengarah pada perilaku agresif karena merasa frustrasi terhadap pekerjaannya. Bentuk perilakunya seperti sabotase, sengaja melakukan kesalahan, kegiatan-kegiatan serikat buruh yang militant seperti pemogokan yang tidak bertanggung jawab, pelambatan kerja, protes yang berlebihan, banyak terjadi pertengkaran dan permusuhan diantara karyawan, munculnya insiden-insiden seperti pencurian uang, peralatan serta persediaan barang di organisasi yang dilakukan oleh karyawan. b. Keefektifan Organisasi Berdasarkan sejumlah studi, kepuasan dan ketidakpuasan kerja mempengaruhi produktivitas, absensi, perpindahan kerja serta aspek-aspek perilaku kerja lainnya yang relevan dengan keefektifan organisasi. Menurut Petri & Govern (2004), mengemukakan adanya hubungan yang tetap antara ketidakpuasan kerja dan pengunduran diri. Pengunduran diri dapat berbentuk turn-over (berganti pekerjaan) dan ketidakhadiran. Karyawan yang tidak puas akan lebih sering tidak hadir atau berhenti dari pekerjaannya dibandingkan dengan karyawan

33 50 yang lebih puas. Berganti pekerjaan atau perpindahan karyawan menyebabkan pekerjaan tidak berjalan secara normal. Demikian juga ketidakhadiran menyebabkan hambatan pekerjaan dan meningkatkan biaya pengobatan. Biasanya karyawan yang puas dengan apa yang diperolehnya dari organisasi, akan memberikan hal yang lebih dari apa yang diharapkan organisasi dari dirinya dan ia akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya (tampilan kerja). Sehingga, moral kerja, motivasi, dedikasi, kecintaan dan kedisiplinan karyawan semakin meningkat. Sebaliknya, karyawan yang kepuasan kerjanya rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal yang menjemukan dan membosankan, sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan asal-asalan. Karyawan yang merasakan ketidakpuasan memunculkan tampilan kerja yang negatif, tidak disiplin, kemangkiran, pergantian karyawan dan pencurian. Mitchel (1982) mengemukakan beberapa efek dari kepuasan dan ketidakpuasan kerja, yaitu: a. Turn Over (Pergantian Pekerjaan) Karyawan yang tidak puas terhadap pekerjaannya dan tidak mempunyai semangat kerja yang tinggi, akan menunjukkan perilaku kerja yang tidak serius. Hal terburuk adalah karyawan tersebut akan pindah ke tempat lain atau pindah ke jenis pekerjaan yang berbeda. Oleh karena itu, hubungan antara kepuasan kerja dengan turn over adalah negatif, berarti semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin rendah turn over.

34 51 b. Absensi Karyawan yang kurang puas terhadap pekerjaannya, akan memilih tidak masuk kerja dan kehilangan penghasilan. Sedangkan karyawan yang puas akan terus giat bekerja. Hubungan antara absensi dengan kepuasan kerja adalah negatif, artinya semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin rendah tingkat absensi. c. Kesehatan Kesehatan fisik dan mental dapat meningkat apabila karyawan merasa puas dengan pekerjaannya. Hasil studi tentang kesehatan mental menunjukkan bahwa karyawan yang tidak puas terhadap pekerjaannya akan mengeluh mengalami gangguan sakit kepala hebat, merasa cepat lelah, cemas dan psikosomatis. Hal ini timbul karena adanya ketegangan yang diakibatkan oleh pekerjaan. d. Produktivitas Kepuasan kerja dapat berakibat pada produktivitas yaitu dengan adanya perubahan pada hasil kerja dan kualitas kerja yang menjadi jauh lebih baik serta peningkatan kecepatan kerja. Bila suatu pekerjaan dianggap menyenangkan dua kemungkinan yang dapat terjadi yakni karyawan tersebut bersikap lebih produktif/berprestasi atau malah bersikap jalan ditempat/stagnan. Sebaliknya, bila suatu pekerjaan dianggap kurang/tidak menyenangkan akan muncul pula dua kemungkinan yakni karyawan tersebut bersikap stagnan dengan cara berusaha bertahan semampunya untuk melawan perasaan tidak menyenangkan itu atau

35 52 bersikap apatis/ekstrim sehingga tidak peduli dengan produktivitas/prestasi kerjanya lagi. 5. Usaha Mengatasi Ketidakpuasan Kerja Jika seorang atau kelompok karyawan merasa tidak puas dengan pekerjannya, maka organisasi harus segera melakukan beberapa tindakan, seperti: a. Menentukan penyebab-penyebab ketidakpuasan Pendekatan yang bisa dilakukan untuk menemukan penyebab ketidakpuasan kerja adalah dengan Non Directive Counseling untuk menangani karyawan secara individual atau Anonymous Questionaire digunakan bila ketidakpuasan sudah meluas di antara para karyawan. b. Menggunakan beberapa pendekatan untuk mengatasi ketidakpuasan tersebut 1) Mengadakan perubahan-perubahan dalam kondisi kerja, pengawasan, kompensasi atau rancangan pekerjaan. Hal ini tentunya tergantung pada faktor pekerjaan mana yang menjadi penyebab ketidakpuasan kerja. 2) Memindahkan karyawan ke pekerjaan yang lain untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik antara karakteristik karyawan dengan karakteristik pekerjaannya. Jelasnya, pemindahan karyawan merupakan satu-satunya pendekatan yang layak dalam batas kasus-kasus tertentu.

36 53 3) Mengubah persepsi atau harapan dari para karyawan yang tidak puas. Pendekatan ini cocok bila para karyawan memiliki kesalahan konsepsi yang didasarkan pada informasi yang tidak memadai atau tidak benar. C. Hubungan Persepsi Isi Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja Studi tentang pentingnya perbedaan isi pekerjaan menemukan secara konsisten bahwa sifat pekerjaan itu sendiri adalah determinan utama dari kepuasan kerja. Beberapa studi terakhir telah berusaha mengidentifikasi dimensi-dimensi penting dari materi pekerjaan dan mengetahui bagaimana kepuasan karyawan ditentukan bersama-sama oleh materi pekerjaan dan sifat-sifat individu (Hackman dan Lawler, 1971). Individu yang menyadari arti bekerja dapat melahirkan suatu kemajuan untuk meraih nilai yang lebih bermakna, dia mampu menuangkan idenya dalam bentuk perencanaan tindakan serta melakukan penilaian dan analisa tentang sebab dan akibat dari aktivitas yang dilakukannya. Bekerja merupakan aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal. Setiap dimensi inti dari isi pekerjaan mencakup sejumlah aspek materi pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang (Hackman dan Oldham, 1975). Semakin besar keragaman aktivitas yang dilaksanakan oleh seorang

37 54 karyawan, pekerjaan tersebut semakin tidak menjemukan. Pekerjaan-pekerjaan yang sangat membosankan adalah pekerjaan dengan aktivitas-aktivitas yang sama, sederhana dan berulang-ulang. Suatu pekerjaan yang mencakup semakin banyak keterampilan dan bakat yang relevan dengan identitas diri karyawan, karyawan akan lebih merasakan bahwa ia melaksanakan pekerjaan yang berarti. Individu yang bekerja pada pekerjaan yang tidak bervariasi akan menimbukan kebosanan sehingga turunlah semangat dan gairah kerjanya. Dengan keadaan seperti itu akan timbul perasaan puas atau tidak puas yang dirasakan oleh karyawan. Apabila individu memaknai apa yang diamatinya dalam pekerjaan sesuai dengan apa yang menjadi harapannya maka akan terjadi kepuasan kerja. Sebaliknya apabila individu memaknai apa yang diamatinya dalam pekerjaan kurang sesuai dengan apa yang menjadi harapannya maka akan terjadi ketidakpuasan kerja. Selain dari sifat-sifat pekerjaan, kepuasan kerja juga bergantung pada kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang dianut individu. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa karyawan dengan kebutuhan aktualisasi yang tinggi akan lebih merasa puas jika memiliki pekerjaan dengan nilai-nilai dimensi tugas yang tinggi. Sedangkan karyawan dengan kebutuhan aktualisasi yang rendah tidak akan peduli apakah pekerjaan itu memiliki nilai dimensi yang rendah tergantung pada karakteristik kerja yang lain seperti gaji, rasa aman, dan hubungan dengan rekan sekerja (Hackman, R., Lawler., & Porter :1983).

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa dalam peranannya faktor manusia tidak kalah penting bila dibandingkan dengan mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas yang menjadi tanggung jawab guru tersebut secara tepat waktu, disamping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PRODUKTIVITAS KERJA 1.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Definisi Motivasi Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan usaha yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan dalam memenuhi beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai macam tujuan. Aktifitas di dalam suatu perusahaan selalu diarahkan untuk mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Setiap perusahaan mengharapkan produktivitas kinerja yang optimal dari

PENDAHULUAN. Setiap perusahaan mengharapkan produktivitas kinerja yang optimal dari PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan mengharapkan produktivitas kinerja yang optimal dari semua karyawannya demi tercapainya tujuan perusahaan. Untuk mencapai produktivitas kerja karyawan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Bab ini berisi uraian berbagai teori tentang kepuasan kerja yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Pertama-tama akan dibahas tentang kepuasan kerja, kemudian diikuti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas tentang teori dari kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang akan mendasari penelitian ini. Pemabahasan ini akan menjadi panduan dalam memahami secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan dengan sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kepemimpinan Menurut Veithzal Rivai (2006:2) mendefinisikan kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dengan cara kepatuhan, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an employee feels about his or her job. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian motivasi Motivasi didefinisikan sebagai dorongan. Dorongan merupakan suatu gerak jiwa dan perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kepuasan Kerja Ada beberapa definisi kepuasan kerja yang dikemukakan oleh para ahli. E. A. Locke (1976) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai keadaan emosional menyenangkan

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pemeliharaan Hubungan Pegawai

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pemeliharaan Hubungan Pegawai Pemeliharaan Hubungan Pegawai Pemeliharaan Hubungan Pegawai Pengertian Usaha untuk membina dan mengembangkan kondisi fisik, mental, sikap dan perilaku karyawan agar karyawan menjadi loyal dan mampu bekerja

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiawan (2007) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiawan (2007) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara BAB II URAIAN TEORITIS A. Peneliti Terdahulu Setiawan (2007) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Karakteristik Individu Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di RS Banyumanik. Data yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk BAB 2 Tinjauan Pustaka 2. Tinjauan Pustaka 2. 1 Kepuasan Kerja Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan berdampak terhadap kegagalan perwujudan visi dan misi organisasi. Kepuasan kerja pegawai merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi yang di tandai dengan terjadinya perubahanperubahan pesat pada kondisi ekonomi keseluruhan dan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras atau seberapa baik seseorang bekerja, melainkan seberapa jauh seseorang menyukai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan dengan tenaga sumber daya manusia yang dominan, kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan dengan tenaga sumber daya manusia yang dominan, kepuasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan dengan tenaga sumber daya manusia yang dominan, kepuasan kerja yang dirasakan para pegawainya adalah hal yang paling utama. Pegawai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu tertentu, dimana dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan usaha ekstra

Lebih terperinci

KONSEP DASAR MOTIVASI. Oleh : Desy Herma Fauza, SE., MM

KONSEP DASAR MOTIVASI. Oleh : Desy Herma Fauza, SE., MM KONSEP DASAR MOTIVASI Oleh : Desy Herma Fauza, SE., MM 1 Faktor Penentu Kinerja (Griffin) Motivasi (Motivation) Kemampuan (Ability) Lingkungan Pekerjaan (Work Environment) Pengertian Motivasi Motivation

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Menurut Rivai (2005:475) kepuasan kerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, rumah sakit adalah 7 :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, rumah sakit adalah 7 : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian rumah sakit Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, rumah sakit adalah 7 : 1. Tempat merawat orang sakit 2. Tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Panggaribuan (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. Indosat, Tbk. Divisi Regional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. baik usaha yang dilakukan oleh pemerintahan untuk waktu yang cukup lama tidak

BAB II LANDASAN TEORI. baik usaha yang dilakukan oleh pemerintahan untuk waktu yang cukup lama tidak BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian Manajemen Setiap kegiatan organisasi perusahaan dituntut adanya suatu manajemen yang baik agar pemerintahan dapat terus dijamin. Karena tanpa adanya manjemen yang baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan kemampuan membaca situasi diri dan lingkungan Menurut Handoko (2001) definisi atau pengertian kepuasan kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Sutrisno (dalam Anoraga, 2009) Kepuasan kerja pada dasarnya adalah security feeling (rasa aman) dan mempunya segi-segi, yaitu : 1.)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk ativitas. Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Motivasi Kerja 1.1 Definisi Motivasi Kerja Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers & Porter, 1975 dalam Wijono, 2010). Motivasi juga sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi Kerja Pamela & Oloko (2015) Motivasi adalah kunci dari organisasi yang sukses untuk menjaga kelangsungan pekerjaan dalam organisasi dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam penelitian ini. Adapun teori-teori yang akan digunakan adalah mencakup :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam penelitian ini. Adapun teori-teori yang akan digunakan adalah mencakup : BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membahas lebih jauh permasalahan yang sedang diteliti, maka pada bab ini akan dijelaskan beberapa teori yang dapat dijadikan dan acuan pembahasan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Kepuasan Kerja Guru Robbins & Judge (2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya (Robbins, 2006). Dalam hal ini adalah karyawan. Karyawan dapat menilai seberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Menciptakan kepuasan kerja karyawan tidaklah mudah, karena tiap karyawan mempunyai kondisi, harapan dan keinginan yang berbeda-beda.namun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkat, pekerjaan yang dirancang dengan baik akan mampu menarik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkat, pekerjaan yang dirancang dengan baik akan mampu menarik dan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Pekerjaan A. Pengertian Karakteristik Pekerjaan Karakteristik pekerjaan merupakan dasar bagi produktivitas organisasi dan kepuasan kerja karyawan yang memainkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Kerja 2.1.1 Definisi Lingkungan Kerja Aspek yang menunjang manusia untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Menurut Kinicki dan Kreitner (2014 : 169) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Sunyoto (2012), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Desain Pekerjaan Menurut Luthan (2006: 559) desain kerja adalah metode yang digunakan manajemen untuk mengembangkan isi (content) kerja, termasuk semua tugas yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Suwatno dan Priansa (2014: 16) menyatakan bahwa manajemen merupakan Ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2012), manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORITIS

BAB II RERANGKA TEORITIS BAB II RERANGKA TEORITIS 2.1. Konsep Dasar 2.1.1. Keterlibatan Kerja Konsep keterlibatan kerja pertama kali diperkenalkan oleh Lodahl dan Kejner (1965). Mereka menghubungkan keterlibatan kerja pada identifikasi

Lebih terperinci

Faktor Individu dalam Organisasi dan Motivasi

Faktor Individu dalam Organisasi dan Motivasi Faktor Individu dalam Organisasi dan Pertemuan ke sembilan dan kesepuluh Kontribusi dan Kompensasi Kontribusi apa yang dapat diberikan oleh individu bagi organisasi atau perusahaan Kompensasi apa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS 3). Koefisien determinasi (R²) Koefisen determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R² semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Pada kenyataannya kebutuhan manusia sangat beraneka ragam, baik jenis maupun tingkatnya, bahkan manusia memiliki kebutuhan yang

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak 12 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan sumber daya yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi atau perusahaan membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Guru 2.1.1. Tugas Guru Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal, hingga kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan rasa aman,

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal, hingga kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan rasa aman, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki berbagai macam kebutuhan. Mulai dari kebutuhan primer, yaitu kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi atau perusahaan pada umumnya memiliki tujuan-tujuan tertentu, dimana tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Tenaga Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tenaga kerja adalah salah satu komponen dari perusahaan dan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam operasional perusahaan. Menurut Biro Pusat Statistik

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi 16 II. LANDASAN TEORI A. Definisi Iklim Organisasi Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan dituntut untuk lebih aktif

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan dituntut untuk lebih aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan perusahaan dalam suatu perekonomian yang bersaing adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah kepuasan kerja para karyawan. Bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah kepuasan kerja para karyawan. Bagi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah kepuasan kerja para karyawan. Bagi para pemimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tantangan era globalisasi ini, persaingan antar lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tantangan era globalisasi ini, persaingan antar lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam tantangan era globalisasi ini, persaingan antar lembaga-lembaga pendidikan menjadi semakin kuat. Universitas-universitas swasta harus dapat bersaing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Two Factor Theory Prinsip teori ini mengemukakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang mampu mengembangkan hasil belajar semaksimal mungkin

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang mampu mengembangkan hasil belajar semaksimal mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan di sekolah bagi setiap orang tidak lepas dari kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang merupakan perencanaan secara sistematis yang dibuat

Lebih terperinci

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia ORGANIZATIONAL BEHAVIOR Motivasi Sumber Daya Manusia Faktor Penentu Kinerja (Griffin) Motivasi (Motivation) Kemampuan (Ability) Lingkungan Pekerjaan (Work Environment) Pengertian Motivasi Motivation is

Lebih terperinci

Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori Keadilan (Equity Theory) Teori Keadilan (Equity Theory) Teori Keadilan (Equity Theory) Menurut teori ini bahwa kepuasan seseorang tergantung apakah ia merasakan ada keadilan (equity) atau tidak adil (unequity) atas suatu situasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Karyawan melakukan pekerjaan di instansi maupun perusahaan untuk memperoleh gaji berupa uang untuk memenuhi kebutuhan kehidupanya seharihari.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam diri seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. agara diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Fungsi MSDM. dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu (Husein, 2002) :

II. TINJAUAN PUSTAKA. agara diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Fungsi MSDM. dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu (Husein, 2002) : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur Sumber Daya Manusia, dimana tugas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan 1. Pengertian kepemimpinan Kepemimpinan memiliki arti yang lebih dalam daripada sekedar label atau jabatan yang

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEMPELAJARI KEPUASAN KERJA Kepuasan kerja sangat berhubungan dengan kualitas hidup. Hal ini dikarenakan kehidupan individu dihabiskan dilin

PENTINGNYA MEMPELAJARI KEPUASAN KERJA Kepuasan kerja sangat berhubungan dengan kualitas hidup. Hal ini dikarenakan kehidupan individu dihabiskan dilin KEPUASAN KERJA By : Ekadanta PENTINGNYA MEMPELAJARI KEPUASAN KERJA Kepuasan kerja sangat berhubungan dengan kualitas hidup. Hal ini dikarenakan kehidupan individu dihabiskan dilingkungan kerja Selama hampir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar,

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pernah dilakukan Marfirani (2008) dengan judul penelitian Hubungan Kepuasan Kerja dengan Organizational

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tuntutan akan mobilitas semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tuntutan akan mobilitas semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tuntutan akan mobilitas semakin tinggi. Dengan kondisi seperti itu, tentunya kendaraan bermotor menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa dalam rangka mencapai tujuan. Tujuan pada setiap organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan seta waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan seta waktu. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Pegawai Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sebagai pertimbangan dan acuan perbandingan untuk landasan penelitian terdahulu, peneliti memakai penelitian yang mempunyai variabel yang sama, variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja terhadap

Lebih terperinci

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Motivasi Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

Lebih terperinci

Motivasi dan Kepemimpinan

Motivasi dan Kepemimpinan Motivasi dan Kepemimpinan Manajemen Industri Ponco WP PTI FT UNY 2014 (Diambil dari beberapa sumber) Pentingnya motivasi Salah satu faktor penting yang mempengaruhi Kinerja karyawan adalah motivasi. Motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya perusahaan baru yang berdiri,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya perusahaan baru yang berdiri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan era yang tidak dapat dihindari dan akan membawa tatanan baru yang akan mengubah tatanan lama dalam segala aspek kehidupan manusia. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh kemajuan zaman. Hal ini membawa dampak yang cukup besar bagi dunia industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membagikan tugas kepada tenaga kerjanya. Hal ini berarti pimpinan harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membagikan tugas kepada tenaga kerjanya. Hal ini berarti pimpinan harus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Kerja Pimpinan adalah orang yang bekerja dengan bantuan orang lain atau bawahan. Pimpinan tidak dapat bekerja sendiri, tetapi harus dibantu orang lain dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja 2.1.1 Defenisi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan pada diri seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. IDS MARKETING INDONESIA

ANALISIS KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. IDS MARKETING INDONESIA Analisis Kepuasan Kerja Pada Karyawan PT. IDS Marketing Indonesia ANALISIS KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. IDS MARKETING INDONESIA Lania Muharsih laniampsi@gmail.com Abstrak Penelitian ini berjudul Analisis

Lebih terperinci

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Wukir (2013:134), kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang positif dari individu yang disebabkan dari penghargaan atas sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang positif dari individu yang disebabkan dari penghargaan atas sesuatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Kepuasan kerja Luthans (2006: 142) mengatakan kepuasan kerja adalah situasi emosional yang positif dari individu yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mencakup pengertian budaya kinerja tinggi dan juga kepuasan kerja.

BAB II LANDASAN TEORI. mencakup pengertian budaya kinerja tinggi dan juga kepuasan kerja. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab sebelumnya telah dijabarkan mengenai latar belakang dari penelitian ini. Dalam bab ini akan dijabarkan landasan teori yang menjadi acuan serta hipotesis yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya saja dan itu dilakukan secara monoton atau tradisional dari

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya saja dan itu dilakukan secara monoton atau tradisional dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dahulu karyawan dalam melakukan tugasnya hanya menurut kemampuan yang dimilikinya saja dan itu dilakukan secara monoton atau tradisional dari waktu ke waktu tanpa ada

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk Oleh: ADHY PURWANTO MIFTAHUN NI MAH SUSENO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa 2.1 Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa faktor-faktor intrinsik terkait dengan kepuasan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam usaha-usaha menentukan

BAB II LANDASAN TEORITIS. kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam usaha-usaha menentukan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kepemimpinan 1. Definisi Kepemimpinan atau Leadership adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam usaha-usaha menentukan tujuan dan mencapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pokok pembahasan pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat yang terkenal memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat yang terkenal memiliki beberapa 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat yang terkenal memiliki beberapa obyek pariwisata yang cukup menarik seperti Gunung Tangkuban Perahu, Kawah Putih, Ciater, Dago

Lebih terperinci