BAB I PENDAHULUAN. Sayangnya, bahasa Prancis masih dianggap kurang familiar bagi orang Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Sayangnya, bahasa Prancis masih dianggap kurang familiar bagi orang Indonesia"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan di zaman globalisasi seperti sekarang ini semakin ketat yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan komunikasi antar bangsa. Penguasaan bahasa Inggris yang hingga kini dianggap penting baik di Indonesia maupun di dunia internasional dirasa tidak cukup untuk menghadapi persaingan tersebut. Hal ini mendorong banyak orang untuk mempelajari bahasa asing lainnya dengan berbagai macam tujuan, seperti urusan pekerjaan, studi ke luar negeri, atau hanya sekedar tertarik dengan budaya asing. Beberapa bahasa asing selain bahasa Inggris yang diminati saat ini di Indonesia antara lain bahasa Jepang, bahasa Korea, bahasa Jerman dan salah satunya adalah bahasa Prancis. Sayangnya, bahasa Prancis masih dianggap kurang familiar bagi orang Indonesia jika dibandingkan dengan bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Inggris dapat dijumpai dengan mudah di mana-mana, seperti lagu-lagu di radio, film-film di bioskop, sampai slogan-slogan produk di televisi. Sedangkan penggunaan bahasa Prancis di Indonesia masih sangat terbatas dan hanya dijumpai di beberapa merk produk serta dilafalkan dengan cara bahasa Inggris. Selain itu, para pembelajar bahasa Prancis di Indonesia sering menemui hambatan dalam mempelajari bahasa Prancis baik secara lisan maupun tertulis. 1

2 Hambatan-hambatan ini terjadi karena banyaknya perbedaan antara bahasa Prancis dengan bahasa ibu, yakni bahasa Indonesia, dari segi pelafalan (fonetis) dan tatabahasanya (gramatikal). Dalam bahasa Prancis, pelafalan dan penulisannya berbeda, maksudnya apa yang diucapkan berbeda dengan yang dituliskan. Sedangkan dari segi sistem tatabahasa, bahasa Prancis mengenal perbedaan gender pada nomina (nom), konjugasi pada verba (verbe), jenis-jenis bentuk kala (temps) yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia. Hambatan-hambatan yang terjadi ketika seseorang mempelajari bahasa asing inilah yang disebut sebagai interferensi. Valdman (dalam Abdul Hayi 1985:8) merumuskan bahwa interferensi merupakan hambatan sebagai akibat adanya kebiasaan pemakai bahasa ibu (bahasa pertama) dalam penguasaan bahasa yang dipelajari (bahasa kedua). Berdasarkan pengertian interferensi yang dikemukakan oleh Valdman, interferensi dapat dikatakan juga sebagai hambatan dalam berbahasa. Hambatan tersebut muncul jika dua bahasa atau lebih digunakan oleh orang yang sama seperti menurut pendapat Suwito. Suwito (1985:39-40) mengatakan bahwa apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, dapat dikatakan bahwa bahasa tesebut dalam keadaan saling kontak. Dalam setiap kontak bahasa terjadi proses saling mempengaruhi antara bahasa satu dengan bahasa yang lain. Sebagai akibatnya, interferensi akan muncul, baik secara lisan maupun tertulis. Mengingat dua pendapat yang dikemukakan di atas, tidak dapat dihindari bahwa interferensi dapat terjadi pada mahasiswa sastra Prancis, terutama mahasiswa 2

3 semester I dan III yang belum lama mempelajari bahasa Prancis. Hal ini dibuktikan ketika mahasiswa membuat sebuah kalimat, kesalahan-kesalahan pun kerap kali terjadi, khususnya kesalahan pada bahasa tulis. Berikut adalah contoh kalimat bahasa Prancis yang terpengaruh oleh bahasa Indonesia pada tulisan mahasiswa semester I (kalimat 1) dan semester III (kalimat 2) : (1) Elle vient de Chinois. Dia datang dari Tiongkok. (2) Est-ce que tu pourras accompagner moi? Apakah kamu bisa menemaniku? Pada kalimat (1) terjadi interferensi gramatikal preposisi sekaligus nomina. Seperti yang diketahui bahwa nomina dalam bahasa Prancis memiliki perbedaan gender dan hal tersebut memengaruhi penggunaan preposisi khususnya nama negara. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sama sekali tidak mengenal gender sehingga ketika preposisi tersebut diikuti oleh nama negara, tidak terjadi perubahan apa pun. Kedua, pemilihan nama negara pada kalimat (1) tidak tepat karena chinois menunjuk adjektiva atau kewarganegaraan (orang Tionghoa), bukan nama negara sehingga kalimat bahasa Prancis yang benar untuk kalimat (1) adalah : (1a) Elle vient de la Chine. Dia datang dari Tiongkok. Pada kalimat (2) terjadi interferensi grmatikal struktural dan pronomina. Pemakaian pronomina obyek dalam bahasa Indonesia diletakkan sesudah kata kerja 3

4 seperti pada kalimat Apakah kamu bisa menemaniku?. Hal ini diterapkan langsung ke dalam bahasa Prancis yang memiliki struktur yang berbeda dalam penggunaan pronomina obyek langsung seperti pada kalimat (2) di atas. Pemakaian pronomina obyek langsung diletakkan sebelum kata kerja yang berhubungan langsung (pronomina di atas berhubungan langsung dengan kata kerja accompagner (menemani) bukan kata kerja pouvoir (bisa)). Di samping itu, bahasa Indonesia juga tidak mengenal perbedaan pronomina obyek langsung dan pronomina tonik sehingga sering kali membingungkan pembelajar bahasa Prancis. Oleh karena itu, kalimat bahasa Prancis yang tepat untuk kalimat (2) adalah : (2a) Est-ce que tu pourras m accompagner? Apakah kamu bisa menemaniku? 1.2 Rumusan Masalah Dapat dikatakan bahwa bahasa Prancis memiliki perbedaan gramatika yang cukup jauh dengan bahasa Indonesia. Hal tersebut menimbulkan hambatan bagi mahasiswa sastra Prancis semester I dan III yang belum cukup lama mempelajari bahasa tersebut sehingga kesalahan-kesalahan pun tidak dapat dihindari, khususnya kesalahan gramatikal. Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut : Bentuk-bentuk interferensi gramatikal apa saja yang dilakukan mahasiswa Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada semester I dan III dalam membuat kalimat berbahasa Prancis? 4

5 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memaparkan berbagai macam interferensi gramatikal dalam kalimat berbahasa Prancis yang ditulis oleh mahasiswa Sastra Prancis (semester I dan III) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada akibat terdistraksi oleh bahasa Indonesia. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan para pembelajar bahasa Prancis dapat lebih memahami gramatika bahasa Prancis dan meminimalisasi kesalahan-kesalahan. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian yang bertemakan interferensi sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang ditulis oleh Roswita Lumban Tobing yang berjudul Analisis Kesalahan Sintaksis Bahasa Prancis oleh Pembelajar Berbahasa Indonesia: sebuah Studi Kasus membahas tentang kesalahan-kesalahan sintaksis bahasa Prancis yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis semester V yang memang memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Penelitian ini bertujuan memaparkan jenis-jenis kesalahan sintaksis yang sering terjadi serta mendeskripsikan faktor-faktor penyebab. Penelitian Prima Gusti Yanti berjudul Interferensi Bahasa Betawi dalam Bahasa Indonesia di dalam Surat Kabar Pos Kota membahas tentang interferensi bahasa Betawi yang kerap terjadi di dalam surat kabar Pos Kota edisi 3 Mei - 6 Juni

6 Penelitian ini menghasilkan 37 bentuk interferensi bahasa Betawi ke dalam bahasa Indonesia termasuk di antaranya morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penelitian Olaosebikan Timothy Ojo Wende yang berjudul Interference Linguistique chez les Francissants Anglophones: le Cas du Présent de l Indicatif membahas tentang interferensi yang dialami oleh orang-orang Nigeria dalam mempelajari bahasa Prancis. Nigeria merupakan negara yang memiliki bahasa ibu seperti bahasa Hausa atau disebut juga dengan bahasa Igbo atau Yoruba, juga menggunakan bahasa Inggris. Kemudian pada tahun 1998, bahasa Prancis menjadi bahasa resmi sehingga mereka diwajibkan mempelajari bahasa Prancis di sekolah-sekolah. Namun ternyata dalam berbahasa Prancis baik secara oral maupun tulisan, mereka terdistraksi oleh bahasa Inggris, khususnya dalam bentuk présent de l indicatif. Kemudian skripsi Analisis Kontrastif pada Kesalahan Pengungkapan Tulis Bahasa Prancis Mahasiswa Semester I dan II Program Studi Sastra Prancis Universitas Gadjah Mada karya Adrian S. Rasnie mendeskripsikan kesalahan-kesalahan tulis mahasiswa sastra Prancis UGM semester I dan II tahun ajaran 2008/2009 yang menyebabkan ketidakberterimaannya suatu kalimat. Penelitian yang membahas tentang interferensi dan kesalahan berbahasa memang sudah pernah dilakukan sebelumnya, khususnya pada mahasiswa Sastra Prancis FIB UGM. Penelitian ini lebih terfokus pada kesalahan gramatikal yang dilakukan oleh dua angkatan yang berbeda sehingga dapat terlihat kesalahan-kesalahan gramatikal apa saja yang dilakukan oleh mahasiswa yang masih baru mempelajari bahasa Prancis 6

7 dengan mahasiswa yang mempelajari bahasa Prancis dalam kurun waktu yang lebih lama. Kemudian, penelitian ini mengacu pada buku metode pengajaran bahasa Prancis, ÉCHO (Girardet dan Pécheur, 2008), sebagai bahan ajar utama yang digunakan di kelas sehingga dapat terlihat apakah mahasiswa telah menguasai materi yang diberikan dengan baik. 1.5 Landasan Teori Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian interferensi secara luas, jenis-jenis interferensi, sistem tatabahasa Indonesia, dan sistem tatabahasa Prancis Pengertian Interferensi Setiap orang yang mempelajari bahasa asing sering kali menemukan kesulitan atau hambatan. Beberapa ahli bahasa mengatakan bahwa hambatan-hambatan tersebut dapat disebut sebagai interferensi dan bersifat merugikan bagi pembelajar bahasa asing. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Valdman (dalam Abdul Hayi 1985:8) merumuskan bahwa interferensi merupakan hambatan sebagai akibat adanya kebiasaan pemakai bahasa ibu (bahasa pertama) dalam penguasaan bahasa yang dipelajari (bahasa kedua). Hal yang serupa juga dikatakan oleh Chaer dan Agustina (2004:165) yang mengatakan bahwa interferensi pada tingkat apa pun (fonologi, morfologi dan sintaksis) merupakan penyakit yang merusak bahasa, jadi perlu 7

8 dihindari. Alwasilah (1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Telah dijelaskan pada pengertian-pengertian interferensi di atas bahwa interferensi merupakan hambatan dalam berbahasa. Hambatan tersebut muncul jika dua bahasa atau lebih digunakan oleh orang yang sama seperti menurut pendapat Suwito (1985:39-40) yang mengatakan bahwa apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, dapat dikatakan bahwa bahasa tesebut dalam keadaan saling kontak. Dalam setiap kontak bahasa terjadi proses saling mempengaruhi antara bahasa satu dengan bahasa yang lain. Sebagai akibatnya, interferensi akan muncul, baik secara lisan maupun tertulis. Hal yang serupa juga dikatakan oleh Chaer (2004:158) bahwa interferensi merupakan topik dalam sosiolinguistik yang terjadi sebagai akibat pemakaian dua bahasa atau lebih secara bergantian oleh seorang dwibahasawan, yaitu penutur yang mengenal lebih dari satu bahasa. Penyebab terjadinya interferensi adalah kemampuan penutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga dipengaruhi oleh bahasa lain. Selain itu, Haugen (1968:90) mengatakan bahwa interferensi atau pengaruh bahasa terjadi akibat kontak bahasa dalam bentuk yang sederhana, yang berupa 8

9 pengambilan satu unsur dari satu bahasa dan dipergunakan dalam bahasa yang lain. Dalam kasus ini, mahasiswa sastra Prancis dapat disebut sebagai dwibahasawan sehingga kontak bahasa tidak dapat dihindari yang dapat memicu terjadinya interferensi Jenis-Jenis Interferensi Secara luas, interferensi dapat dilihat baik secara lisan maupun tulisan sesuai yang dikemukakan oleh Suwito (1985:40). Jika diteliti lebih jauh, ternyata interferensi mempunyai berbagai macam jenis menurut masing-masing ahli. Seperti yang dikemukakan oleh Ardiana (1940:14) yang mengelompokkan interferensi itu menjadi lima macam, yaitu : 1. Interferensi kultural dapat tercermin melalui bahasa yang digunakan oleh dwibahasawan. Dalam tuturan dwibahasawan tersebut muncul unsur-unsur asing sebagai akibat usaha penutur untuk menyatakan fenomena atau pengalaman baru. 2. Interferensi semantik adalah interferensi yang terjadi dalam penggunaan kata yang mempunyai variabel dalam suatu bahasa. 3. Interferensi leksikal harus dibedakan dengan kata pinjaman. Kata pinjaman atau integrasi telah menyatu dengan bahasa kedua, sedangkan interferensi belum diterima sebagai bagian dari bahasa kedua. Masuknya unsur leksikal bahasa pertama atau bahasa asing ke dalam bahasa kedua itu bersifat 9

10 mengganggu. 4. Interferensi fonologis mencakup intonasi, irama penjedaan, dan artikulasi. 5. Interferensi gramatikal meliputi interferensi morfologis, fraseologis dan sintaksis. Sementara itu, Weinreich (via Aslinda dan Leni S, 2007:67) membagi interferensi ke dalam tiga bagian, yaitu : (a) Interferensi Fonologis, (b) Interferensi Gramatikal, dan (c) Interferensi Leksikal. Interferensi gramatikal mencakup interferensi morfologis dan interferensi sintaksis. Berdasarkan pendapat Weinreich di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup interferensi gramatikal hanya terbatas pada masalah morfologi dan sintaksis Sistem Tatabahasa Indonesia Menurut tipologi bahasanya, bahasa Indonesia merupakan bahasa aglutinatif atau bahasa berafiks (Montolalu, 2005:178). Tipe bahasa ini mengenal afiks dan reduplikasi yang sangat berpengaruh dalam pembentukan kata, baik kata benda, kata kerja, serta kata sifat. Hal ini menjadi ciri utama yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa Prancis. (a) Kata Benda Menurut Chaer (1998:87-88) kata benda dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (1) kata benda yang jumlahnya dapat dihitung sehingga 10

11 di depannya dapat diletakkan kata bantu bilangan; (2) kata benda yang jumlahnya tak terhitung sehingga di depannya harus diletakkan kata keterangan ukuran satuan; dan (3) kata benda yang menyatakan nama khas yang di dipannya tidak dapat diletakkan kata bilangan. Secara umum kata benda dapat digunakan sebagai subjek, objek, atau kata keterangan di dalam kalimat namun kata benda yang berfungsi sebagai predikat juga tidak dapat dihindari seperti pada kalimatkalimat berikut : (3) Pacarku seorang perawat. (4) Dia orang Manado. Pembentukan kata benda tunggal menjadi jamak dapat dilakukan dengan proses reduplikasi (Chaer, 1998:288). Misalnya, bentuk jamak dari nomina buku adalah buku-buku dengan bentuk pengulangan. Namun, dalam praktek kehidupan sehari-hari, bahasa Indonesia tidak terlalu memperhatikan bentuk-bentuk tunggal dan jamak ini sehingga tidak akan berpengaruh terlalu besar terhadap sistem gramatika jika dibandingkan dengan bahasa Prancis. Kata Ganti atau pronomina biasa digunakan untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam menyebutkan kata benda yang lazimnya menyatakan orang. Dilihat dari peranannya sebagai pelaku di dalam kalimat, Chaer (1998:91-92) mengklasifikasikan kata ganti menjadi tiga macam, yakni (1) kata ganti orang pertama : saya, aku, kami, kita ; (2) kata ganti orang kedua : kamu, 11

12 engkau, Anda, kalian ; dan (3) kata ganti orang ketiga : ia, dia, nya, beliau, mereka, mendiang, almarhum. Kata ganti tersebut dapat berfungsi sebagai subyek maupun obyek dalam struktur kalimat, misalnya : (5) Aku tidak suka ayam goreng. (6) Andre pernah menolongku. Kata ganti aku pada kalimat (5) merupakan subyek kalimat. Kata ganti ini sering disingkat menjadi -ku dalam obyek kalimat seperti contoh kalimat (6). Selain itu, kata ganti juga dapat menyatakan kepemilikan, seperti "bukuku dan kakaknya. (b) Kata Kerja Chaer (1998:100) mengemukakan dua macam kata kerja berdasarkan strukturnya, yaitu (1) kata kerja dasar yang belum diberi imbuhan : pergi, pulang, tulis ; (2) kata kerja berimbuhan yang sudah terbentuk oleh imbuhan : dibaca, tertulis, melihat. Kata kerja dalam bahasa Indonesia tidak mengenal kala dan konjugasi seperti bahasa Prancis. Pembentukan kalimat bermakna lampau dapat dilakukan hanya dengan menambahkan kata keterangan waktu. Kemudian pembentukan kata kerja pasif dapat dilakukan dengan membubuhkan imbuhan di- pada kata kerja dasar, misalnya "baca" menjadi 12

13 "dibaca". (c) Kata Sifat Pada umumnya kata sifat digunakan untuk menerangkan kata benda, seperti "meja kecil", "buku besar", dan "gadis cantik". Kata kecil, besar, dan cantik menerangkan keadaan fisik kata benda tersebut. Penggunaan kata sifat seperti ini berstruktur "diterangkan-menerangkan" atau DM yang penempatan kata bendanya mendahului kata sifat. Hampir semua penggunaan kata sifat dalam bahasa Indonesia berstruktur demikian, kecuali pada penggunaan idiom seperti "panjang tangan" yang berarti "pencuri", "tebal muka" yang berarti "tidak setuju", dan "ringan tangan" yang berarti "suka membantu". Kata sifat dalam beberapa kesempatan dapat berfungsi sebagai predikat, misalnya dalam kalimat (7) di bawah ini, (Chaer, 1998:103) : (7) Pacarku tampan. (8) Anaknya cantik sekali. (d) Kata Keterangan Ada beberapa jenis bentuk kata keterangan dalam Indonesia yang dapat menerangkan kata kerja, kata sifat maupun kata benda seperti pada kalimat : (9) Aku berlari dengan cepat. (10) Jalan raya itu kurang baik. 13

14 (11) Seluruh tubuhku terasa gatal-gatal sehabis mandi. Kata keterangan pada kalimat (9) berfungsi menerangkan kata kerja "berlari", sedangkan kata keterangan pada kalimat (10) menerangkan kata sifat "baik". Kemudian, kata keterangan pada kalimat (11) menyatakan keutuhan sesuatu sebagai satu keseluruhan pada kata benda. Berhubung bahasa Indonesia tidak mengenal kala pada kata kerja, penggunaan kata keterangan waktu menjadi penting untuk menyatakan kalimat memiliki konteks waktu, seperti pada kalimat : (12) Aku makan nasi. (13) Aku makan nasi kemarin. Pada kalimat (12), belum jelas apakah aksi tersebut dilakukan di waktu lampau atau tidak, namun akan menjadi jelas ketika ditambah kata katerangan waktu "kemarin" bahwa aksi tersebut memang dilakukan di waktu lampau (Chaer, 1998: ). (e) Struktur Kalimat Bahasa Indonesia Dalam mempelajari bahasa asing, memahami struktur kalimat menjadi hal yang sangat penting untuk menghindari kesalahan gramatikal. Sebelum membuat kalimat yang lebih kompleks, sangat penting memahami kalimat sederhana yang unsur-unsurnya hanya berupa kata atau frase sederhana. Menurut strukturnya 14

15 (adanya subyek, predikat, obyek, dan keterangan) sebuah kalimat sederhana dalam bahasa Indonesia memiliki pola (Chaer, 1998: ) : (14) Subyek + Predikat Contoh : - Ibuku tertawa. - Ayahku seorang dokter. - Nenekku cantik. (15) Subyek + Predikat + Obyek Contoh : - Ibu menjahit baju adik. - Ayah membaca koran pagi. - Nenekku makan sirih. (16) Subyek + Predikat + Obyek + Keterangan Contoh : - Ibu membelikan baju adik semalam. - Ayah membaca koran di taman. - Nenek makan sirih setiap hari. (17) Subyek + Predikat + Obyek + Obyek Contoh : - Ibu membelikan adik baju baru. - Ayah membukakan saya pintu. - Nenek membacakan adik cerita lucu. Menurut jenis kata atau frase yang menjadi unsur subyek (predikat, obyek, dan keterangan) kalimat sederhana dalam bahasa Indonesia mempunyai pola : (18) Kata (Frase) Benda + Kata (Frase) Benda Contoh : - Ayahku seorang dokter. - Suaminya orang Batak. - Pacarnya satpam bank. (19) Kata (Frase) Benda + Kata (Frase) Sifat Contoh : - Ayahku ganteng. - Suaminya malas sekali. - Pacarnya tinggi besar. (20) Kata (Frase) Benda + Kata (Frase) Kerja Contoh : - Ibuku sedang masak. - Ayahku belum mandi. - Nenek sedang bersolek. 15

16 (21) Kata (Frase) Benda + Kata (Frase) Kerja + Kata (Frase) Benda Contoh : - Ibu menggoreng ikan : - Ayah sedang membaca komik - Nenek mengunyah sirih Sistem Tatabahasa Prancis Bahasa Prancis merupakan jenis bahasa fleksi yang mengenal konjugasi dan deklinasi. Konjuagasi atau adalah alternasi infleksional pada verba, dan deklinasi adalah alternasi infleksional pada nomina dan pada kelas-kelas kata yang dapat disebut nominal, pronomina dan ajektiva (Verhaar, 2010:121). Menurut pendapat Le Moullec dan Novi (2010:6) konjugasi merupakan sistem perubahan bentuk verba yang berhubungan dengan persona, modus, kala dan diatesis. Hal ini merupakan perbedaan besar antara bahasa Indonesia dan Prancis. (a) Kata Kerja Sebuah kata kerja harus dikonjugasikan terlebih dahulu sebelum membentuk sebuah kalimat sederhana. Proses konjugasi dapat dilakukan dengan merubah bentuk kata kerja dasar (infinitif) sesuai dengan kala, persona, dan modusnya. Selain itu, proses ini juga sangat bergantung pada jenis (beraturan dan tidak beraturan) dan akhiran kata kerja tersebut. Misalnya konjugasi verba berakhiran -er berbeda dengan verba berakhiran -ir. Pada kata kerja beraturan ada aturan untuk mengkonjugasikannya, namun sebaliknya, kata kerja tidak beraturan tidak memiliki aturan sehingga mau tidak mau pembelajar bahasa Prancis harus 16

17 menghapalnya di luar kepala. Selain adanya konjugasi, perbedaan lain antara bahasa Prancis dan bahasa Indonesia adalah kala. Pembentukan kalimat lampau pada bahasa Indonesia hanya diberikan keterangan waktu. Dalam bahasa Prancis, hal tersebut tidak berlaku karena bahasa Prancis mempunyai berbagai jenis kala seperti halnya bahasa Inggris. Jenis-jenis kala dalam bahasa Prancis adalah sebagai berikut (Hutagalung, 2004:76-101) : (22) Présent Kegunaan : mengungkapkan aksi yang sedang dilakukan atau kebiasaan. (23) Imparfait Kegunaan : menyatakan kebiasaan di waktu lampau aksi di waktu lampau yang dilakukan berulang-ulang; menggambarkan waktu, tempat, situasi, deskripsi atau keadaan jiwa di waktu lampau; dan pengandaian. (24) Futur Simple Kegunaan : menyatakan rencana di masa datang atau membayangkan sesuatu yang akan terjadi di masa datang; dan menerangkan kejadian yang mungkin akan terjadi. (25) Passé Composé Kegunaan : menceritakan aksi atau kejadian di waktu lampau. (26) Plus-Que-Parfait Kegunaan : mengemukakan dua aksi di waktu lampau di mana satu aksi mendahului aksi yang lain, dan pengandaian yang tidak terealisasi di masa lampau. (27) Futur Antérieur Kegunaan : menggambarkan dua aksi futur di mana satu aksi mendahului aksi yang lain. (28) Présent Progressif Kegunaan : menunjukkan aksi yang sedang dilakukan (29) Passé Récent Kegunaan : menggambarkan kejadian yang baru saja berlangsung. (30) Futur Proche Kegunaan : menunjukkan maksud atau aksi yang akan segera atau hampir pasti terjadi. 17

18 (b) Kata Benda Kata benda dalam bahasa Prancis dapat dilihat dari segi jenis/gender (maskula dan femina) dan jumlahnya (tunggal/jamak). Orang yang berjenis kelamin pria dan hewan jantan termasuk kata benda golongan maskula, begitu juga sebaliknya dengan orang yang berjenis kelamin wanita dan hewan betina. Sementara itu, untuk kata benda lainnya bersifat arbitrari (sembarang) dan harus dihapalkan di luar kepala. Pada kata benda yang menunjuk profesi/pekerjaan, perubahan dari bentuk maskula ke bentuk femina kerap kali terjadi tergantung dari jenis kelamin orang tersebut, misalnya vendeur (penjual (lk)) menjadi vendeuse (penjual (pr)). Penjamakan kata benda dalam bahasa Prancis dapat dilakukan dengan penambahan huruf -s dan -x di akhir kata benda, atau dengan merubah suku kata -al di akhir kata benda dengan suku kata -aux. Namun ada juga kata benda yang mempunyai bentuk jamak dan tunggal yang sama dan kata benda jamak tak beraturan (Crocker, 2005:1-5). Kata ganti atau pronomina dalam bahasa Prancis lebih kompleks dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Kata ganti dalam bahasa Prancis juga mengenal jenis/gender dan jumlah. Misalnya pada pronomina subyek (sujet) digolongkan menjadi : je (kata ganti orang pertama tunggal), tu (kata ganti orang kedua tunggal), il/elle (kata ganti orang ketiga tunggal), nous (kata ganti orang pertama jamak), vous (kata ganti orang kedua jamak), ils/elles 18

19 (kata ganti orang ketiga jamak). Selain itu, kata ganti dalam bahasa Prancis dapat digolongkan menjadi pronomina subyek (sujet), pronomina obyek langsung, pronomina obyek tak langsung, pronomina tonik (tonique), pronomina keterangan tempat (complément de lieu), pronomina tak tentu (les indéfinis), dll (Hutangalung, 40-63). Penggunaan beberapa pronomina seperti pronomina obyek langsung dan pronomina obyek tak langsung diletakkan di antara subyek dan verba dalam kalimat sederhana, seperti kalimat di bawah ini : (31) Je te donne un livre. Saya memberimu sebuah buku. Pemakaian kata sandang juga berpengaruh pada gender dan jumlah sebuah kata benda. Misalnya dalam pemakaian kata sandang tentu (articles définis), jika kata benda tersebut maskula tunggal maka memakai le, jika kata benda tersebut femina tunggal maka memakai la dan jika benda tersebut maskula atau femina jamak, maka kata sandang tentunya adalah les. Contohnya : le livre (buku tersebut), la voiture (mobil tersebut), les livres (buku-buku tersebut), dan les voitures (mobil-mobil tersebut). Demikian juga halnya dengan kata sandang tak tentu (articles indéfinis), kata sandang partitif (articles partitifs), kata tunjuk (adjectifs démonstratifs), dan kata kepunyaan (adjectifs possessifs). Hal seperti ini tidak ditemukan dalam sistem tatabahasa Indonesia (Hutangalung, 31-39). 19

20 (c) Kata Sifat Gender dan jumlah nomina tersebut juga dapat mempengaruhi kata sifat. Misalnya, le nouveau livre (buku baru) akan mengalami perubahan pada kata sifat dan kata benda jika kata benda tersebut berubah menjadi jamak, yaitu les nouveaux livres (buku-buku baru). Dalam bahasa Indonesia yang berubah hanyalah kata bendanya saja dengan proses pengulangan tetapi kata sifatnya tetap. Contoh lainnya adalah le gentil garçon (laki-laki yang baik hati) dengan la gentille fille (perempuan yang baik hati). Kalimat tersebut sama-sama menggunakan kata sifat gentil (baik hati) tetapi mengalami perubahan karena adanya pengaruh dari kata bendanya yang memiliki gender yang berbeda. Perubahan-perubahan seperti inilah disebut penyesuaian. Hubungan kata sifat dan kata benda dalam bahasa Prancis hampir sama seperti bahasa Indonesia, berstruktur "diterangkan-menerangkan" atau DM seperti pada contoh le livre blanc (buku putih). Namun, dalam beberapa kasus, hubungan kata sifat dan kata benda dalam bahasa Prancis dapat berpola "menerangkan-diterangkan" atau MD seperti pada contoh le gentil garçon (laki-laki yang baik hati) (Crocker, 2005: 23-37). (e) Kata Keterangan Kata keterangan dalam bahasa Prancis tidak berbeda jauh dengan bahasa 20

21 Indonesia yang sama-sama menerangkan kata kerja. Namun ada perbedaan dalam merubah kata sifat menjadi kata keterangan misalnya dalam bahasa Indonesia kata sifat "lambat" dapat diubah ke dalam kata keterangan dengan menambahkan kata "dengan" menjadi "dengan cepat". Dalam bahasa Prancis, perubahan seperti itu hanya menambahkan -ment pada kata sifat, contohnya lent (lambat) menjadi lentement (dengan lambat). Berbicara mengenai kata keterangan tempat, pasti berhubungan dengan preposisi baik dalam bahasa Prancis maupun bahasa Indonesia. Namun, preposisi dalam bahasa Prancis lebih kompleks karena preposisi juga bergantung pada gender dan jumlah kata benda. Perhatikan contoh kalimat berikut : (32) Je vais au marché. Saya pergi ke pasar. (33) Je vais à la plage. Saya pergi ke pantai. (34) Je vais aux États-Unis. Saya pergi ke Amerika Serikat. Terlihat jelas bahwa preposisi à mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena kata benda marché (pasar) yang berjenis kelamin maskula, kata benda plage (pantai) yang berjenis kelamin femina, dan États-Unis (Amerika Serikat) yang bersifat jamak. Hal serupa juga terjadi pada preposisi-preposisi lainnya. 21

22 (f) Struktur Kalimat Bahasa Prancis Pada dasarnya struktur kalimat bahasa Prancis dan bahasa Indonesia tidak jauh berbeda. Namun, ada beberapa hal yang membuat struktur kalimat kedua bahasa ini terlihat berbeda, seperti pada penggunaan kata kerja être (dalam beberapa kasus), penempatan pronomina obyek langsung mau pun tak langsung, dan bahkan dalam pembentukan kalimat negasi. Pronomina obyek dalam bahasa Indonesia diletakkan sesudah kata kerja (Chaer, 1998:91-92). Namun, hal tersebut tidak berlaku dalam bahasa Prancis. S il y a un seul pronom conjoint, il se met devant le verbe (devant l auxiliaire si le verbe est à un temps composé) (Grevisse, 1993:1005). Grevisse (1993:1005) mengatakan bahwa jika hanya terdapat satu pronomina yang menyertai, maka posisinya dalam suatu kalimat diletakkan di depan kata kerja atau di depan kata kerja bantu dalam kala passé composé. Hal ini dapat dilihat melalui contoh kalimat berikut : (35) On le voit. Kami melihatnya. (36) Nous vous avons donné la raison. Kami telah memberikan Anda alasannya. Pronomina obyek langsung "le" diletakkan di depan kata kerja voir (melihat) dan pronomina obyek tak langsung "vous" diletakkan di depan kata kerja bantu, yaitu avoir. 22

23 Perbedaan lainnya yang dapat ditemukan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Prancis adalah pembentukan kalimat negasi. Dalam bahasa Indonesia, pembentukan kalimat negasi dapat dilakukan dengan membubuhkan kata "tidak" atau "bukan" seperti pada contoh kalimat berikut ini : (37) Saya tidak mengerti. (38) Saya bukan seorang dokter. Pembentukan kalimat negasi dalam bahasa Prancis bisa dikatakan lebih kompleks dengan membubuhkan ne...pas di antara kata kerja maupun kata kerja bantu (Hutagalung, 2004:9). Hal ini dapat dilihat melalui kalimat berikut : (39) Vous ne comprenez pas. Anda tidak mengerti. (40) Elle n est pas sortie hier. Dia tidak keluar kemarin. Struktur kalimat negasi antara bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yang berbeda ini kerap menimbulkan kesalahan bagi mahasiswa. Selanjutnya, hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari interferensi gramatikal struktural adalah struktur minimal bahasa Prancis yang berpola SV (sujet + verbe) atau subyek dan verba. Dengan kata lain, kedua unsur tersebut sangat penting. Jika diperhatikan sekilas, struktur tersebut tidak jauh berbeda dengan struktur bahasa Indonesia, namun mahasiswa sering melupakan verba être (kurang lebih seperti to be 23

24 dalam bahasa Inggris). Kata kerja ini merupakan salah satu verba terpenting dalam bahasa Prancis karena penggunaannya yang sangat beragam, seperti pembentukan kalimat pasif (Crocker, 2005:226), kata kerja bantu untuk beberapa verba dalam passé composé (Crocker, 2005:153). Penggunaan verba ini sering terlupakan jika diikuti oleh kata sifat dan kata benda sehingga struktur kalimat yang dibuat menyerupai struktur kalimat bahasa Indonesia yang memang tidak mengenal verba ini. Hal ini dapat dilihat melalui contoh kalimat bahasa Indonesia pada kalimat (3) dan (4) di atas. Subyek langsung diikuti kata sifat yang dapat berfungsi sebagai predikat (Chaer, 1998:103) atau diikuti oleh kata benda yang juga berfungsi sebagai predikat (Chaer, 1998:91-92). Namun, hal demikian tidak berlaku dalam bahasa Prancis yang memerlukan verba être sebagai jembatan kedua kata tersebut, contohnya : (41) Je suis malade. Saya sakit. (42) Elle est infirmière. Dia perawat. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus pada interferensi gramatikal mahasiswa Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada semester I (angkatan 2014) dan III (angkatan 2013). Sampel data yang digunakan adalah tulisan mahasiswa semester I 24

25 dan III yang dijadikan UTS (Ujian Tengah Semester) mata kuliah Production Écrite tahun ajaran 2014/ Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian data (Sudaryanto 1999:5-8) Tahap Pengumpulan Data Sumber data didapat dari tulisan mahasiswa Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya semester I dan III tahun ajaran 2014/2015 yang dijadikan UTS Production Écrite. Metode yang digunakan adalah metode simak. Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto 1999:133). Penulis menyimak terhadap data-data yang diperoleh dari karya tulis tersebut. Teknik yang digunakan adalah teknik catat. Penulis akan mencatat kesalahan-kesalahan gramatikal bahasa Prancis yang terjadi Tahap Analisis Data Metode yang dapat digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data ada dua, yaitu metode padan dan metode agih (Sudaryanto 1999:13). Pada tahap ini, analisis data yang digunakan adalah metode padan. Metode padan, 25

26 alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto 1999:13). Setelah mencatat kesalahan-kesalahan yang terjadi, penulis akan mencoba mengklasifikasikan jenis-jenisnya, misalnya interferensi gramatikal pronomina, interferensi gramatikal verba, kemudian menganalisisnya Tahap Penyajian Data Berdasarkan macamnya, metode penyajian data ada dua, yaitu yang bersifat informal dan yang bersifat formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa; sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto 1999: ). Pada tahap ini, metode yang digunakan adalah metode penyajian informal dengan cara memaparkan kesalahan-kesalahan bahasa Prancis yang telah diklasifikasikan beserta analisisnya. 1.8 Sistematika Penyajian Hasil penelitian ini bersifat tertulis dalam bentuk skripsi yang terdiri dari empat bab. Bab I, yaitu Pendahuluan mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II membahas materi pengajaran bahasa Prancis yang berisikan materi-materi yang sudah diajarkan kepada mahasiswa semester I dan III akan menjadi parameter analisis data. 26

27 Bab III berisikan pemaparan kesalahan-kesalahan bahasa Prancis yang dilakukan oleh mahasiswa semester I dan III berdasarkan data yang ada. Kemudian, bab IV berisikan kesimpulan. 27

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

GRAMMAIRE I. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. Dra. DWI CAHYANI FARIDA AMALIA, M.Pd

GRAMMAIRE I. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. Dra. DWI CAHYANI FARIDA AMALIA, M.Pd GRAMMAIRE I Silabus Deskripsi Mata Kuliah Dra. DWI CAHYANI FARIDA AMALIA, M.Pd Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2011 DESKRIPSI MATA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

SILABUS GRAMMAIRE III PR204. Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

SILABUS GRAMMAIRE III PR204. Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI SILABUS GRAMMAIRE III PR204 Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga 320 BAB VII KESIMPULAN Kosakata bahasa Prancis yang masuk dan diserap ke dalam bahasa Indonesia secara difusi dikenal dan digunakan dari masa kolonial Eropa di Indonesia hingga saat ini. Kosakata bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kalimat memiliki unsur-unsur atau satuan yang lebih kecil yang tersusun sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan

Lebih terperinci

SILABUS GRAMMAIRE III PR204. Drs. Soeprapto Rakhmat, M.Hum. Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum.

SILABUS GRAMMAIRE III PR204. Drs. Soeprapto Rakhmat, M.Hum. Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. SILABUS GRAMMAIRE III PR204 Drs. Soeprapto Rakhmat, M.Hum. Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Kajian tentang penggunaan bahasa Suwawa khususnya di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango belum pernah dilakukan. Akan tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa, karena bahasa merupakan suatu alat untuk menjalin komunikasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa, karena bahasa merupakan suatu alat untuk menjalin komunikasi dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari penggunaan bahasa, karena bahasa merupakan suatu alat untuk menjalin komunikasi dalam lingkungan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN 1. Identitas Mata Kuliah Nama Matakuliah Kode Matakuliah SKS : Structure I : PRC : 3 SKS Semester / T.A. : Ganjil/ 2015/2016 Hari Pertemuan / Jam : Selasa/ 13.00-15.30/12.10-14.40 Tempat Pertemuan/Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa di dunia memiliki keunikan tersendiri antara satu dengan lainnya. Di dalam setiap bahasa selalu terdapat pola pembentukan kata yang secara sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik dan teori tradisional. Teori sosiolinguistik yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa Indonesia dan bahasa daerah merupakan unsur budaya Indonesia yang hidup. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar terlebih dahulu harus memahami kaidah-kaidah tata bahasa, seperti membuat kalimat yang

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS Pengadilen Sembiring Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kosa kata dan sistem tata bahasa Prancis memiliki keunikan dan kesederhaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar JURNAL INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V MI YAA BUNAYYA DANDONG SRENGAT KABUPATEN BLITAR TAHUN AJARAN 2015-2016 Javanese Language Interferance in Language Essay of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apa yang akan terjadi saat seseorang pertama kali belajar bahasa asing? Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan dalam kurun waktu tertentu. Perkembangan dan perubahan bahasa terjadi karena bahasa yang bersifat produktif dan dinamis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak ada seorang manusia di dunia yang tidak mampu berkomunikasi melalui bahasa. Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga

BAB I PENDAHULUAN. motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga 1 BAB I PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan memaparkan latar belakang yang menjadi motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga menjelaskan batasan-batasan dan rumusan

Lebih terperinci

KETIDAKSESUAIAN BAHASA PERANCIS BAKU DALAM NOVEL LE NÈGRE POTEMKINE OLEH BLAISE N DJEHOYA

KETIDAKSESUAIAN BAHASA PERANCIS BAKU DALAM NOVEL LE NÈGRE POTEMKINE OLEH BLAISE N DJEHOYA KETIDAKSESUAIAN BAHASA PERANCIS BAKU DALAM NOVEL LE NÈGRE POTEMKINE OLEH BLAISE N DJEHOYA Delviana Azari Agustiarni 1805 1007 0044 KARYA ILMIAH UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bahasa sumber terhadap bahasa sasaran bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Seorang penerjemah dikatakan berhasil menerjemahkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi orang asing karena beragamnya budaya dan suku bangsa yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perancis dalam situs yang merupakan model

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perancis dalam situs  yang merupakan model BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab lima ini, peneliti akan menyampaikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pertanyaan pada rumusan masalah pada bab satu dan hasil penelitian pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS HUMANIORA VOLUME 15 Analisis Kesalahan No. 3 Oktober Sintaksis 2003 Bahasa Prancis Halaman 327-335 ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS Roswita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedudukan bahasa Indonesia saat ini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Pemakaian bahasa Indonesia mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa di dunia beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komunikasi merupakan aspek yang paling penting dan memegang peranan besar dalam kehidupan manusia. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN No.: FPBS/FM-7.1/08 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KODE : Grammaire IV : PR204 Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum Dr. Yuliarti Mutiarsih, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN BAHASA PERANCIS

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN BAHASA PERANCIS KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN BAHASA PERANCIS No Standar Guru (SKG) (IPK) 1 Profesional Meningkatkan kemampuan mendeskripsikan teks narasi dan hal yang dideskripsikan dalam teks 2 Meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan maksud, pikiran, akal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional. 1.4.2 Manfaat Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pemakaian kata sapaan dalam bahasa Batak Toba. b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian keadaan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah wahana komunikasi, baik dalam masyarakat luas maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah wahana komunikasi, baik dalam masyarakat luas maupun dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah wahana komunikasi, baik dalam masyarakat luas maupun dalam komunitas tertentu. Selain memiliki fungsi utama sebagai wahana berkomunikasi, bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan proses penyusunan kegiatan penelitian yang dilakukan, diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,

Lebih terperinci

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT? KALIMAT? Kalimat merupakan bentuk bahasa atau wacana yang digunakan sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Mustakim, 1994). Kalimat

Lebih terperinci

Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan LOYALITAS BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS X MA MAARIF KADUGEDE TAHUN AJARAN 2013/2014 DILIHAT DARI INTERFERENSI BAHASA DAERAH PADA KARANGAN NARASI SISWA Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode yang tepat akan mengarahkan penelitian pada tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

Jurnal Sastra Indonesia

Jurnal Sastra Indonesia JSI 2 (1) (2013) Jurnal Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA Miftahur Rohim, Suprapti

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

GRAMMAIRE II. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. FARIDA AMALIA, M.Pd

GRAMMAIRE II. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. FARIDA AMALIA, M.Pd GRAMMAIRE II Silabus Deskripsi Mata Kuliah FARIDA AMALIA, M.Pd Program Pendidikan Bahasa Prancis Jurusan Pendidikan Bahasa Asing Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan pada pembelajar BIPA. Faktor pertama adalah ciri khas bahasa sasaran. Walaupun bahasabahasa di

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN No.: FPBS/FM-7.1/08 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KODE : Grammaire III : PR204 Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam BAB III, akan dipaparkan metode, definisi operasional, uraian data dan korpus, instrumen, teknik pengumpulan, dan teknik pengolahan. Adapun pemaparan hal-hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat berkomunikasi menggunakan bahasa, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa dalam berbahasa Perancis yang baik dan benar. Selayaknya

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa dalam berbahasa Perancis yang baik dan benar. Selayaknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Perancis, mahasiswa banyak disuguhkan beranekaragam pengetahuan dasar mengenai pembelajaran bahasa Perancis. Pengetahuan dasar tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang 109 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat komunikasi karena dengan bahasa kita dapat bertukar pendapat, gagasan dan ide yang kita

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA BATAK MANDAILING PADA PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI KELAS DI KELAS VII MADRASYAH TSANAWIYAH SWASTA

INTERFERENSI BAHASA BATAK MANDAILING PADA PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI KELAS DI KELAS VII MADRASYAH TSANAWIYAH SWASTA INTERFERENSI BAHASA BATAK MANDAILING PADA PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI KELAS DI KELAS VII MADRASYAH TSANAWIYAH SWASTA Siti Jahria Sitompul Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PPs Universitas

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh masyarakat yang berbicara dalam bahasa

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

Silabus. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu. KD 1 Mencocokkan gambar dengan

Silabus. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu. KD 1 Mencocokkan gambar dengan Standar 1. Mendengarkan Nama Sekolah : SMA N 8 Purworejo Mata Pelajaran : Bahasa Prancis Kelas / Program : XI / IPS Semester : 1 ( satu ) Alokasi : 17 minggu X 2 Jam Pelajaran = 34 jam Silabus Materi Indikator

Lebih terperinci