PERAWATAN IGNITION SYSTEM PADA AUXILIARY POWER UNIT (APU) GTCP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAWATAN IGNITION SYSTEM PADA AUXILIARY POWER UNIT (APU) GTCP"

Transkripsi

1 PERAWATAN IGNITION SYSTEM PADA AUXILIARY POWER UNIT (APU) GTCP Indreswari Suroso 1),Gatot Subiyono 2) Ginanjar Cahya Permana 3) 1), 2), 3) Program Studi Aeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi, cara kerja dan perawatan dari ignition system pada Auxiliary Power Unit (APU) Gas Turbine Compressor Power (GTCP) , komponen ignition system pada APU GTCP terdiri dari ignition unit, igniter plug dan igniter cable. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu analisis yang digunakan berupa analisis kualitatif karena hanya menggunakan gambaran-gambaran dalam penulisannya tidak menggunakan angka ataupun perhitungan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi terhadap komponen APU ignition system, wawancara dan studi pustaka dengan mengumpulkan sumber-sumber data dari buku atau referensi lain seperti maintenance manual, training manual, serta FAA handbook. Ignition system berfungsi menciptakan percikan bunga api pada igniter plug sebagai pemicu terjadinya pembakaran campuran udara dan fuel pada combustion chamber. Ignition system APU GTCP bekerja secara otomatis selama proses starting APU, apabila terjadi kerusakan pada komponen-komponen ignition system maka cara mengatasinya adalah dengan melakukan pengecekan pada komponen-komponen tersebut dengan cara audible test dan visual check, kemudian melakukan pembersihan dan perbaikan komponen, apabila komponen tidak dapat diperbaiki maka komponen tersebut harus diganti dengan yang baru dan melakukan uji coba untuk memastikan komponen bekerja dengan baik. Kata kunci: Auxiliary Power Unit (APU), APU GTCP , Ignition, Ignition System, APU Ignition System. Pendahuluan Pada era globalisasi ini ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang dengan sangat pesat, hal ini dapat dilihat dengan munculnya peralatan-peralatan canggih yang bisa mempermudah manusia untuk melakukan berbagai macam kegiatan diantaranya adalah alat transportasi. Alat transportasi adalah alat yang digunakan untuk memindahkan manusia dan barang dengan jumlah yang banyak dan mudah. Alat transportasi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari hari adalah alat transportasi darat, alat transportasi laut, dan alat transportasi udara. Pesawat terbang mempunyai berbagai sistem dan komponen yang harus bekerja sesuai dengan fungsinya, salah satunya adalah Auxiliary Power Unit (APU). APU berfungsi sebagai tenaga cadangan yang menghasilkan tenaga pneumatic dan electrical pada saat pesawat di ground atau saat engine tidak menyala, APU tidak akan menyala apabila ignition system pada APU tersebut tidak bekerja dengan baik. Igniter plug pada Auxiliary Power Unit (APU) memberikan spark (percikan) yang besar pada ignition (starter) untuk membakar campuran udara dan fuel pada chombustion chamber. Oleh karena itu, ignition system pada APU harus selalu dirawat dan diperhatikan dengan baik agar APU Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

2 tetap bisa bekerja sesuai dengan fungsinya, apalagi jika pesawat tersebut dioperasikan ke bandara atau daerah terpencil yang tidak didukung oleh Ground Power Unit (GPU) dan Ground Turbine Compressor (GTC) sebagai pengganti kerja APU. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi ignition system dan cara kerja ignition system pada APU GTCP , serta mengetahui prosedur perawatan ignition system pada APU GTCP Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis Ignition System Ada berbagai pengertian ignition system dari beberapa pakar. Menurut Hanwar [1], ignition system berfungsi menciptakan percikan bunga api pada busi (spark plug) sebagai pemicu (igniter) terjadinya pembakaran campuran udara dan bahan bakar pada ruang bakar pada setiap akhir kompresi sesuai dengan urutan pengapian. Sistem pengapian merupakan bagian yang sangat vital pada engine yang menggunakan fuel, karena tanpa sistem pengapian, pembakaran campuran udara dan bahan bakar pada ruang bakar tidak akan pernah terjadi. Sementara menurut Fahrudin [2], ignition system dalam pesawat terbang berfungsi untuk mengatur arus listrik dengan komponenkomponennya, sehingga menimbulkan api yang mampu membakar campuran bahan bakar dan udara (fuel air mixture) didalam combustion chamber. Ignition system dan starting system sangatlah diperlukan untuk menghidupkan engine di ground atau saat terbang dan juga pada penyalaan berkelanjutan (continues ignition) untuk menjaga agar engine tetap hidup pada saat terbang. Sistem pengapian pada mesin berfungsi membakar campuran udara dan bahan bakar di ruang bakar pada akhir langkah kompresi, sehingga dihasilkan daya mekanik akibat pembakaran tersebut. Konstruksi sistem pengapian yang menggunakan baterai sebagai sumber listriknya, disebut sebagai sistem pengapian baterai. Menurut Nugraha [3], Spark Plug merupakan komponen sistem pengapian yang berfungsi mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api melalui elektrodanya untuk menghasilkan proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar. Loncatan bunga api terjadi disebabkan adanya perbedaan tegangan diantara kedua katup elektroda busi. Menurut Eko [4], igniter plug memberikan spark yang besar untuk membakar campuran fuel dan udara di combustion chamber. Igniter plug dipasang di sisi depan dari combustion chamber. Igniter plug terdiri dari outer casing, center electroda dan ceramic isulator. Spark dari igniter plug berupa electrik yang dihasilkan oleh center electroda yang dihubungkan dengan igniter cable. Menurut Ruri [5], pada engine, campuran dan bahan bakar yang dikompresikan didalam silinder harus dibakar untuk menghasilkan tenaga. Sistem pengapian berfungsi untuk membakar campuran udara dan bahan bakar didalam ruang bakar yang telah dikompresi. Sistem pengapian yang digunakan adalah pengapian listrik, yang artinya untuk menghasilkan percikan api digunakan tenaga listrik. Komponen komponen sistem pengapian baterai: a. Baterai, sebagai penyedia arus listrik tegangan rendah untuk coil. b. Kunci kontak, berfungsi menghubungkan dan memutuskan aliran listrik dari baterai ke ignition coil. c. Ignition coil, berfungsi menaikkan tegangan listrik yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi ( volt) yang diperlukan untuk pengapian, untuk mempertinggi tegangan listrik tersebut pada ignition coil terdapat dua kumparan, yaitu: 1) Kumparan Primer (primary coil), berfungsi menimbulkan medan magnet pada ignition coil, sehingga menghasilkan induksi Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

3 pada kumparan-kumparannya. Ciri dari kumparan primer ini adalah penampangnya besar tetapi gulungannya sedikit ( lilitan) dan berada di sebelah luar kumparan sekunder; 2) Kumparan Sekunder (secondary coil), berfungsi menginduksi tegangan menjadi lebih tinggi yang selanjutya dialirkan ke busi untuk menimbulkan pecikan api. Ciri dari kumparan ini mempunyai penampang kecil dengan lilitan yang sangat banyak ( lilitan) dan berada disebelah dalam lilitan primer. d. Busi (spark plug), berfungsi menghasilkan bunga api listrik antara kedua elektrodanya untuk membakar campuran gas pada ruang bakar. Percikan bunga api ini diperoleh dari tegangan tinggi yang dihasilkan igntion coil antara elektroda tengah dan sisi diberi renggang (gap) sebesar 0,6-0,8 mm, pada celah inilah terjadinya loncatan api listrik busi, bagian elektroda busi ini akan segera menjadi kotor oleh gas-gas sisa pembakaran. Oleh karena itu, bagian ini harus dibersihkan pada selang waktu tertentu. Pengertian Auxiliary Power Unit (APU) Auxiliary Power Unit (APU) adalah suatu gas turbine engine, yang menghasilkan tenaga electric dan pneumatic. Tenaga pneumatic yang dihasilkan oleh APU bertekanan sebesar 40 psi dengan temperature F F sedangkan tenaga electric pada APU yang dihasilkan sebesar 115v AC 400 Hz 3 phase. Tenaga pneumatic digunakan untuk air conditioning system yang berfungsi mendinginkan cabin dan bleed supply system untuk starting engine sedangkan tenaga electric pada APU digunakan untuk lighting system dan komponen yang ada pada control panel. APU terpasang pada ekor pesawat terbang yang terletak di bagian bawah seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Lokasi APU (Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing /400/500) Saat on ground APU dapat menghasilkan electric dan pneumatic dalam waktu yang bersamaan, saat pesawat in flight APU yang digunakan secara bergantian, pada ketinggian ft atau 3050 m APU bisa menggunakan tenaga pneumatic dan electrical, pada ketinggian ft ft atau m hanya satu tenaga yang digunakan electrical atau pneumatic, dan pada ketinggian ft ft atau 5200 m m hanya tenaga electrical yang digunakan. Biasanya APU digunakan ketika pesewat on ground dan jarang dipakai ketika pesawat in flight, karena supply pneumatic dan electrical sudah didapatkan dari engine [6]. Prinsip Kerja APU Sistem kerja APU pada dasarnya hampir sama cara kerjanya dengan engine pada pesawat yaitu tiga Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

4 proses kerja. Proses kompresi (compression), proses pembakaran (ignition) dan ekspansi (expansion). Ketiga operasi APU ini masing-masing terjadi di air intake, kompresor (compressor), ruang bakar (combustion chamber), turbine dan exhaust. Kompresor berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara atmosfir yang masuk ke dalam kompresor di mana temperatur udara tersebut juga naik. Udara bertekanan dari kompresor ini masuk kedalam ruang bakar (combustion chamber). Bahan bakar disemprotkan ke dalam combustion chamber yang di dalamnya terdapat udara bertekanan dan kemudian dinyalakan dengan suatu alat penyala (igniter) hingga terbakar. Kompresor dan combustion chamber menghasilkan media kerja dengan energi yang tinggi, kemudian melakukan ekspansi dalam suatu turbine gas dan menghasilkan gaya poros. Media kerja adalah gas yang dipergunakan untuk menghasilkan kerja pada turbine yaitu gas hasil pembakaran di dalam ruang bakar. Dalam unit ini, energi kimia dari bahan bakar dirubah menjadi energi panas, kemudian dirubah menjadi energi mekanis [7]. Fungsi dan Proses Terjadinya Listrik Fungsi listrik di pesawat terbang yaitu untuk mensuplai pengapian (ignition) dalam pembakaran campuran udara dan fuel untuk mengoperasikan engine, penyalaan lampu, instrument, navigation, dan communication. Dasar pemikiran listrik dimulai dari teori elektron menyatakan bahwa benda merupakan zat yang terdiri molekul dari bagian terkecil yang disebut atom. Atom merupakan partikel terkecil dari semua unsur yang sudah tidak dapat dibagi lagi secara kimia. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada dengan sistematis dan apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau prosedur pada saat penelitian dilakukan, tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu [8]. Sumber data pada penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari sumbernya secara langsung dari hasil observasi dan wawancara dengan Engineer Boeing 737-series. Data sekunder diperoleh dari dokumen dan prosedur yang dimiliki oleh Line Maintenance PT Sriwijaya Air Bandara Soekarno- Hatta Cengkareng. Alat Penelitian Penelitian ini dalam pelaksanaannya telah menggunakan beberapa alat yang lazim digunakan. Berikut adalah beberapa alat yang digunakan dalam melaksanakan penelitian: 1. Screw Driver Screw Driver adalah alat yang digunakan untuk memutar sekrup atau baut dengan slot khusus. Screw driver ini terdiri dari kepala atau ujung yang bergerak memutar, suatu mekanisme untuk menerapkan torsi dengan memutar ujung, screw driver dibuat dalam berbagai jenis dan ujungnya dapat diputar secara manual atau dengan motor penggerak. 2. Wrench Wrench adalah alat yang digunakan untuk memberikan pegangan dalam membuka maupun mengencangkan sebuah nut dan bold. Satu set wrench, biasanya memiliki ujung berbentuk open dan ring di salah satu sisinya atau semua sisinya. Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

5 3. Twister Twister digunakan untuk membuat locking wire pada bold dan nut yang bertujuan mencegah terjadinya putaran ke arah mengendor karena kekuatan getaran dan menjamin bold dan nut tetap pada posisinya. Bahan Penelitian Pada penelitian ini dalam pelaksanaannya telah menggunakan beberapa bahan yang digunakan untuk perawatan maupun perbaikan pada pesawat terbang yang mengenai ignition system pada APU GTCP Berikut ini adalah bahan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian: 1. Auxiliary Power Unit (APU) GTCP Aircraft Maintenance Manual Boeing /400/500 (ATA 49) 3. Aircraft Training Manual Boeing /400/500 (ATA 49) 4. Airframe and Powerplant Mechanics Airframe Handbook Flight Standart Service. i. Gambar 2. APU GTCP Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Observasi Lapangan Pengumpulan data dengan observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut, di mana pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik dan harus berkaitan dengan tujuan penelitian [9]. 2. Metode Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab, sambil tatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara [9]. Materi yang diperoleh dalam penelitian ini juga didapatkan dengan cara mewawancarai terhadap sumber-sumber terkait yang telah memahami benar tentang masalah yang akan dibahas. Hal ini dimaksudkan agar penulis dapat memecahkan Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

6 masalah dalam penelitian ini. 3. Studi Pustaka Menurut Arikunto [8], studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari informasi melalui buku-buku, majalah dan literatur lainnya. Dalam hal ini metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari atau mengumpulkan sumber-sumber data dari buku atau referensi lain seperti maintenance manual serta schematic manual. Hasil dan Pembahasan Ignition System Ignition system berfungsi menciptakan percikan bunga api pada igniter plug sebagai pemicu terjadinya pembakaran campuran udara dan fuel pada combustion chamber. Ignition system merupakan bagian yang sangat vital pada Auxiliary Power Unit (APU) Gas Turbine Compressor Power (GTCP) , karena tanpa sistem pengapian, pembakaran campuran udara dan fuel pada combustion chamber tidak akan pernah terjadi. APU ignition terdiri dari ignition unit, igniter plug dan igniter cable. Tiga komponen tersebut harus selalu dalam kondisi yang baik, jika salah satu komponen tersebut rusak atau tidak bekerja dengan baik, maka hal inilah yang menyebabkan kegagalan fungsi ignition system. Komponen location ignition unit, igniter plug dan igniter cable ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Komponen location ignition unit, igniter plug dan igniter cable (Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing /400/500) Ignition Unit Ignition unit berfungsi untuk mengubah 28 Vdc menjadi arus listrik yang besar. Ignition unit terdiri dari transformer, vibrator, rectifier, booster coil dan capacitor. Gambar ignition unit ditunjukkan pada Gambar 4. Ignition unit dipasang pada turbine plenum posisi six o clock. Lokasi ignition unit Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

7 ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 4. Ignition Unit (Sumber: Aircraft Training Manual Boeing /400/500) Igniter Plug Gambar 5. Igniter plug (Sumber: Aircraft Training Manual Boeing /400/500) Igniter plug memberikan spark yang besar dengan energy sekitar volt untuk membakar campuran fuel dan udara di combustion chamber. Igniter plug dipasang di sisi depan dari combustion chamber seperti pada Gambar 5. Igniter plug terdiri dari outer casing, center electroda dan ceramic isulator. Spark dari igniter plug berupa electrik yang dihasilkan oleh center electroda yang dihubungkan dengan igniter cable. Gambar igniter plug ditunjukkan pada Gambar 5. Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

8 Igniter Cable Igniter cable memasok jalur low-resistance antara ignition unit dan igniter plug, igniter cable berfungsi sebagai pengantar arus listrik yang disediakan ignition unit menuju igniter plug. Cara Kerja Ignition system di Auxiliary Power Unit (APU) Gas Turbine Compressor Power (GTCP) bekerja secara otomatis selama proses starting APU, ditunjukkan pada Gambar 6 ketika APU engine mencapai rpm 10% ignition system energize dan ignition system de-energize ketika APU engine mencapai 95%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar system schematic manual yang ada di lampiran. Pada saat 10% rpm atau sekitar ± rpm APU engine, ignition unit energized, vibrator mensuplai 28 Vdc yang di transmitted ke transformer, transformer bekerja menambah voltage dan mengirimkannya melalui rectifier ke storage capacitor. Pada saat storage capacitor telah terisi penuh akan mengeluarkan gelombang arus intensitas tinggi ke primary winding dari booster coil, dan secondary winding dari booster coil akan mensuplai gelombang arus ke igniter cable, kemudian igniter cable mengirimkan arus tersebut menuju center electrode dari igniter plug yang menghasilkan 4-5 spark perdetik dengan energi sekitar volt untuk membakar campuran udara dan fuel didalam combustion chamber. Pada saat 95% rpm atau sekitar ± rpm APU engine, ignition system de-energize secara otomatis, karena pada kondisi itu didalam combustion chamber mempunyai suhu yang tinggi dan tidak memerlukan lagi spark dari igniter plug untuk membakar campuran udara dan fuel secara continue (Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing /400/500) Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

9 Perawatan Ignition System Gambar 6. Auxiliary Power Unit (APU) start sequence (Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing /400/500) Ignition system pada APU harus selalu dirawat dan diperhatikan dengan baik agar APU tetap bisa bekerja sesuai dengan fungsinya, apalagi jika pesawat tersebut dioperasikan ke bandara atau daerah terpencil yang tidak didukung oleh Ground Power Unit (GPU) dan Ground Turbine Compressor (GTC) sebagai pengganti kerja APU. Inspection terhadap komponen ignition system perlu dilakukan agar tidak mengalami kegagalan saat Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

10 starting APU, kegagalan ignition system dapat disebabkan karena kerusakan dari salah satu komponen ignition system tersebut, cara mengetahui kerusakan komponen ignition system dapat dilakukan dengan cara audible test dan visual check. Audible Test Audible test merupakan pemeriksaan dengan cara mendengarkan suara yang timbul saat proses kerja komponen ignition system, jika terdapat suara yang tidak normal saat proses kerja komponen tersebut maka perlu dilakukan visual check, proses audible test APU ignition system prosesnya sama seperti proses starting APU, tetapi selama proses audible test dipantau oleh seseorang ketika APU run up. Prosedur penggunaan audible test yaitu: 1. Switch battery di cockpit pada posisi ON. 2. Master switch APU ke posisi START, ± selama 3 detik. 3. Melepaskan master switch APU, secara otomatis master switch APU ke posisi iddle atau ON. 4. Mendengarkan suara yang dihasilkan pada proses starting APU. 5. APU ignition system bermasalah apabila: a) Suara ledakan saat pengapian atau penyalaan APU lemah. b) Suara yang dihasilkan terdapat noise yang berlebih atau suaranya kasar. c) Proses starting APU tidak normal. Maka perlu dilakukan inspection lebih lanjut dengan cara visual check. Visual Check Visual check yaitu pemeriksaan dengan cara melihat langsung komponen tersebut, apabila pada komponen terdapat aus, crack ataupun kerusakan lain yang menyebabkan komponen tidak berfungsi maka komponen tersebut harus diganti, agar dapat melaksanakan inspection terlebih dahulu dapat melakukan removal/installation komponen. a. Removal/Installation Mengetahui fungsi, lokasi dan cara kerja komponen, juga selain itu harus mengetahui bagaimana pelepasan dan pemasangannya kembali apabila diperlukan perbaikan atau penggantian komponen. b. Igniter Plug Removal 1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM). 2. Prosedur a) Memastikan semua switch di cockpit pada posisi off agar APU tidak beroperasi. b) Membuka APU cowl door. Membuka APU cowl door dengan menggerakkan latches (pengunci) keposisi open. c) Membuka lower shroud. Lower shroud terkunci oleh shroud latches, menekan kemudian membuka shroud latches tersebut. d) Membuka igniter plug yang ditunjukkan pada Gambar 7. (1) Membuka bolt dan washer pada igniter plug. (2) Melepaskan igniter plug dari combustion chamber cap. (3) Melepaskan gasket dan retainer dari igniter plug. Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

11 Gambar 7. Removal igniter plug (Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing /400/500) c. Ignition Unit Removal 1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM). 2. Prosedur a) Memastikan semua switch di cockpit pada posisi off agar APU tidak beroperasi. b) Membuka APU cowl door. Membuka APU cowl door dengan menggerakkan latches (pengunci) keposisi open. c) Membuka lower shroud. Lower shroud terkunci oleh shroud latches, menekan kemudian membuka shroud latches tersebut. d) Melepas ignition unit (1) Merilis voltage dari ignition unit: (a) Memastikan 5 menit telah berlalu sejak APU start terakhir. Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

12 (b) Disconnect igniter cable dari igniter plug. (c) Ground igniter cable terminal ke APU engine. (d) Menghubungkan kembali igniter cable ke igniter plug. (2) Membuka lock wire pada ignition unit (3) Disconnect electrical connector dan igniter cable dari ignition unit. (4) Melepas screws and washer yang menempelkan ignition unit ke support assembly. Melepas ignition unit, ignition unit removal ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8. Removal ignition unit (Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing /400/500) d. Igniter Cable Removal 1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM). 2. Prosedur a) Memastikan semua switch di cockpit pada posisi off agar APU tidak beroperasi. b) Membuka APU cowl door. Membuka APU cowl door dengan menggerakkan latches (pengunci) keposisi open. c) Membuka lower shroud. Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

13 Lower shroud terkunci oleh shroud latches, menekan kemudian membuka shroud latches tersebut. d) Melepas igniter cable dari APU, igniter cable removal ditunjukkan pada Gambar 9. (1) Membuka lock wire pada igniter cable. (2) Disconnect igniter cable dari ignition unit. (3) Melepaskan igniter cable (4) Memasang caps pada igniter cable untuk mencegah kotoran. Gambar 9. Removal igniter cable (Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing /400/500) e. Igniter Plug Inspection/Check 1. Mempersiapkan Alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM). 2. Prosedur a) Melepaskan igniter plug APU sesuai prosedur, b) Melakukan visual inspection dari igniter plug: Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

14 (1) Memeriksa bagian-bagian igniter plug dari cracks. Mengganti igniter plug jika terdapat cracks, damage atau corrosion. (2) Memeriksa electrode dan outer shell dari erosion. Mengganti igniter plug jika terdapat erosion yang melebihi limits yang ditunjukkan Gambar 10. (3) Memasang igniter plug APU sesuai prosedur. Gambar 10. Igniter plug erosion limit (Sumber: Aircraft Maintenance Manual Boeing /400/500) Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

15 f. Igniter Cable Installation 1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM). 2. Prosedur a) Installation igniter cable pada APU. (1) Melepas caps dari igniter cable. (2) Connect igniter cable ke ignition unit. (3) Memasang lockwire pada igniter cable dan ignition unit. (4) Connect igniter cable ke igniter plug pada combustion chamber caps. (5) Memasang lockwire antara igniter plug dan igniter cable. b) Memasang lower shroud. Menekan dan mengunci latches lower shroud. c) Memasang APU cowl door. Menutup APU cowl door, kemudian menekan dan mengunci APU cowl door. d) Memastikan semua pekerjaan selesai dan menguji kembali komponen. g. Ignition Unit Installing 1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM). 2. Prosedur a. Memasang ignition unit. 1) Meletakkan ignition unit sesuai dengan posisi support assembly. 2) Memasang screws dan washers untuk menempelkan ignition unit pada support assembly. 3) Connect electrical connector dan igniter cable. 4) Memasang lockwire pada electrical connector dan igniter cable. b. Memasang lower shroud. Menekan kemudian mengunci latches lower shroud. c. Memasang APU cowl door. Menutup APU cowl door, kemudian menekan dan mengunci latches APU cowl door. d. Memastikan semua pekerjaan selesai dan menguji kembali komponen. h. Igniter Plug Installing 1. Mempersiapkan alat meliputi tangga, tools dan Aircraft Maintenance Manual (AMM). 2. Prosedur a. Memasang igniter plug (1) Memasang gasket dan retainer yang baru pada igniter plug. (2) Memasang igniter plug pada combustion chamber cap dengan bolt dan washer. (3) Connect igniter cable ke igniter plug. (4) Memasang lockwire pada igniter cable dan igniter plug bolts. b. Memasang lower shroud. Menekan kemudian mengunci latches lower shroud. c. Memasang APU cowl door. Menutup APU cowl door, kemudian menekan dan mengunci latches APU cowl door. d. Memastikan semua pekerjaan selesai dan menguji kembali komponen. Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

16 Memasang kembali semua komponen ignition system, kemudian dilakukan kembali pengujian secara audible test APU ignition system, apabila semua beroperasi dengan baik dan normal maka penggantian komponen dinyatakan berhasil, namun apabila komponen ignition system belum bekerja dengan baik maka melakukan kembali inspection secara visual check hingga komponen APU ignition system bekerja dengan baik dan normal. Kesimpulan Ignition system berfungsi menciptakan percikan bunga api pada igniter plug sebagai pemicu terjadinya pembakaran campuran udara dan fuel pada combustion chamber. Ignition system di APU GTCP bekerja secara otomatis selama proses starting APU, ketika APU engine mencapai 10% atau sekitar ± rpm ignition system energize dan ignition system de-energize ketika APU engine mencapai 95% atau sekitar ± rpm. Inspection terhadap komponen ignition system perlu dilakukan agar tidak mengalami kegagalan saat starting APU, kegagalan ignition system dapat disebabkan karena kerusakan dari salah satu komponen ignition system tersebut, cara mengetahui kerusakan komponen ignition system dapat dilakukan dengan cara audible test dan visual check. Untuk penelitian selanjutnya mengenai ignition system dapat dikembangkan lebih mendalam terutama penelitian mengenai ignition system pada engine. Daftar Pustaka [1] O. Hanwar, Kajian Eksperimental Sistem Pengapian Konvensional Ditinjau Dari Aspek Perawatan Prediktif Terhadap Konsumsi Bahan Bakar, Politeknik Negeri Padang: Padang, 2009 [2] Fahrudin, Ignition Exciter Pada Engine CFM56-7 Pesawat Boeing /700/800/900, STTKD: Yogyakata, [3] B. Nugraha, Sistem Pengapian. UNY: Yogyakarta, [4] A. Eko, Kegagalan Starting Auxiliary Power Unit Pada Pesawat Boeing 737-series, STTKD: Yogyakarta, [5] Ruri, Sistem Pengapian, Ponpes Al Musaini: Sragen, [6] E. Septiawan, Sistem Operasional Air Cycle Machine Pada Air Conditioning Pesawat Boeing 737-Series, STTKD: Yogyakarta, [7] Aircraft Training Manual Boeing 7373-series, ATA 49, [8] S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta: Jakarta, [9] M. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia: Jakarta, [10] Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-series, Chapter 49, 2012 [11] Aviation Maintenance Technician Handbook-Powerplant Volume 1, Chapter 2. Federal Aviation Administration, Jurnal Teknika STTKD Vol.1 No. 2 Desember

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai Auxiliary Power Unit atau yang sering kita dengar dalam dunia penerbangan

Lebih terperinci

ANALISIS TERJADINYA APU AUTO SHUTDOWN Di PESAWAT AIRBUS A

ANALISIS TERJADINYA APU AUTO SHUTDOWN Di PESAWAT AIRBUS A ANALISIS TERJADINYA APU AUTO SHUTDOWN Di PESAWAT AIRBUS A320-200 Abyan Fadhil 1, H. Abu Bakar, MSAE 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI APU (Auxiliary

Lebih terperinci

Spark Ignition Engine

Spark Ignition Engine Spark Ignition Engine Fiqi Adhyaksa 0400020245 Gatot E. Pramono 0400020261 Gerry Ardian 040002027X Handoko Arimurti 0400020288 S. Ghani R. 0400020539 Transformasi Energi Pembakaran Siklus Termodinamik

Lebih terperinci

LUBRICATION SYSTEM PADA AUXILIARY POWER UNIT (APU) GTC P PESAWAT BOEING /400/500

LUBRICATION SYSTEM PADA AUXILIARY POWER UNIT (APU) GTC P PESAWAT BOEING /400/500 LUBRICATION SYSTEM PADA AUXILIARY POWER UNIT (APU) GTC P85-129 PESAWAT BOEING 737-300/400/500 Erwhin Irmawan 1), Ilham Putra Faturrachman 2) 1),2) Program StudiAeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Lebih terperinci

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada.

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada. SISTIM PENGAPIAN Pada motor bensin, campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan di dalam silinder harus untuk menghasilkan tenaga. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Nurdianto dan Ansori, (2015), meneliti pengaruh variasi tingkat panas busi terhadap performa mesin dan emisi gas buang sepeda motor 4 tak.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER DAN VARIASI JENIS BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MESIN PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010 Ilham Fahrudin, Husin Bugis, dan Ngatou Rohman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai engine atau mesin yang digunakan pada pesawat terbang, yaitu CFM56 5A. Kita

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor Yamaha Mio 4.1.1 Sistem Pengapian Yamaha Mio ( DC ) 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio Pada

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN KOMPETENSI 1. Menjelaskan prinsip kerja motor 2 tak dan motor 4 tak. 2. Menjelaskan proses pembakaran pada motor bensin 3. Menjelaskan dampak saat pengapian yang tidak

Lebih terperinci

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 4, No. 1, November 212 1 Pengaruh Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin Syahril Machmud 1, Untoro Budi Surono 2, Yokie Gendro Irawan 3 1, 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 25 BAB IV PENGUJIAN ALAT Pembuatan alat pengukur sudut derajat saat pengapian pada mobil bensin ini diharapkan nantinya bisa digunakan bagi para mekanik untuk mempermudah dalam pengecekan saat pengapian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Auxiliary Power Unit (APU) merupakan engine turbin gas cadangan yang terletak pada bagian ekor (tail section) pesawat. APU berfungsi sebagai penghasil cadangan daya

Lebih terperinci

OPTIMASI DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN TOYOTA SERI 5K MELALUI PENGGUNAAN PENGAPIAN BOOSTER

OPTIMASI DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN TOYOTA SERI 5K MELALUI PENGGUNAAN PENGAPIAN BOOSTER ISSN: 1410-2331 OPTIMASI DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN TOYOTA SERI 5K MELALUI PENGGUNAAN PENGAPIAN BOOSTER Mardani Ali Sera Program Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jl.

Lebih terperinci

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh penggantian koil pengapian sepeda motor dengan koil mobil dan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Honda Supra x tahun 2002 Oleh: Nuryanto K. 2599038 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor NAMA : MUHAMMAD ABID ALBAR KELAS : IX E Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor Sistem pengapian pada sepeda motor berfungsi untuk mengatur proses terjadinya pembakaran campuran udara dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR Bibid Sarifudin, Agung Nugroho Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT)

Lebih terperinci

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Penggerak Mula Materi Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Motor Bakar (Combustion Engine) Alat yang mengubah energi kimia yang ada pada bahan bakar menjadi energi mekanis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar merupakan salah satu alat (mesin) yang mengubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik, motor bakar umumnya terdapat dalam beberapa macam antara lain : mesin

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Sepeda motor merupakan produk otomotif yang banyak diminati saat ini. Salah satu komponennya adalah

Lebih terperinci

DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK

DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK Syahril Machmud 1, Yokie Gendro Irawan 2 1 Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta Alumni

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Di Susun Oleh: 1. VENDRO HARI SANDI 2013110057 2. YOFANDI AGUNG YULIO 2013110052 3. RANDA MARDEL YUSRA 2013110061 4. RAHMAT SURYADI 2013110063 5. SYAFLIWANUR

Lebih terperinci

ANALISA TERJADINYA STUCK OPEN PADA ENGINE AIR INTAKE ICE PROTECTION VALVE PESAWAT AIRBUS A PK GPK GIA DAN CARA PENANGGULANGANNYA

ANALISA TERJADINYA STUCK OPEN PADA ENGINE AIR INTAKE ICE PROTECTION VALVE PESAWAT AIRBUS A PK GPK GIA DAN CARA PENANGGULANGANNYA ANALISA TERJADINYA STUCK OPEN PADA ENGINE AIR INTAKE ICE PROTECTION VALVE PESAWAT AIRBUS A330-200 PK GPK GIA DAN CARA PENANGGULANGANNYA Arya Dian D 1, FX. Djamari 2 Program Studi Rangka Motor Terbang Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan transportasi mulai dirasakan setelah revolusi industri dan bangsa asing berdatangan ke Indonesia. Di Indonesia sepeda motor adalah salah satu alat transportasi

Lebih terperinci

K BAB I PENDAHULUAN

K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh variasi resistansi ballast resistor cdi dan variasi putaran mesin terhadap perubahan derajat pengapian pada sepeda motor honda astrea grand tahun 1997 Oleh: Wihardi K. 2599051 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS TIDAK BERFUNGSINYA FLAP PADA WAKTU DIGERAKKAN DARI 0 SAMPAI 25 UNIT PADA PESAWAT BOEING PK-CJT

ANALISIS TIDAK BERFUNGSINYA FLAP PADA WAKTU DIGERAKKAN DARI 0 SAMPAI 25 UNIT PADA PESAWAT BOEING PK-CJT ANALISIS TIDAK BERFUNGSINYA FLAP PADA WAKTU DIGERAKKAN DARI 0 SAMPAI 25 UNIT PADA PESAWAT BOEING 737-300 PK-CJT Achmad Kamil Fadilla 1, FX. Djamari 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start BAB III ANALISIS MASALAH A. Tinjauan masalah Umumnya, pengemudi akan menyadari bahwa pada sistem pengisian terjadi gangguan bila lampu tanda pengisian menyala. Sebagai tambahan, sering ditemukan sistem

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A

BAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A BAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A 3.1 Teori Dasar APU Auxiliary Power Unit (APU) merupakan mesin turbin gas yang berfungsi sebagai supporting engine pada pesawat. APU tergolong dalam jenis turboshaft,

Lebih terperinci

ANALISIS MODUS KEGAGALAN AUXILIARY POWER UNIT GTCP85-129H/J/K

ANALISIS MODUS KEGAGALAN AUXILIARY POWER UNIT GTCP85-129H/J/K ANALISIS MODUS KEGAGALAN AUXILIARY POWER UNIT GTCP85-129H/J/K Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Strata I disusun oleh : Boby Rochmiadi 04050014 JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN. Yamaha Mio di Laboratorium, Program Vokasi Universitas Muhammadiyah

BAB III METODE PELAKSANAAN. Yamaha Mio di Laboratorium, Program Vokasi Universitas Muhammadiyah BAB III METODE PELAKSANAAN 1.1 Tempat Pelaksanaan Dalam pelaksanaan serta pengujian tugas akhir ini, penulis melakukan pengerjaan merangkai dan menguji sistem pengapian dan pengisian sepeda motor Yamaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Motor Bakar Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diubah ke energi

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM)

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 30 BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 1. Dasar Pada motor bakar yang menggunakan bahan bakar bensin, yang masuk keruang bahan bakar adalah gas campuran udara dan bensin, sedangkan untuk pembakarannya

Lebih terperinci

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 Diagnosa Ignition Control Sistem Tujuan Umum : Peserta dapat mengidentifikasi fungsi, konstruksi, cara kerja sistem control ngine Peserta dapat mendiagnosa dan memperbaiki

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Ludfianto (2013), meneliti penggunaan twin spark ignition dengan konfigurasi berhadapan secara Horizontal pada Motor Yamaha F1ZR dua langkah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN 1997 Indra Joko Sumarjo 1, Agus Suprihadi 2, Muh. Nuryasin 3 DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram

Lebih terperinci

Oong Hanwar (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang

Oong Hanwar (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang KAJIAN EKSPERIMENTAL SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI ASPEK PERAWATAN PREDIKTIF TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA ENGINE TOYOTA KIJANG TYPE 5K. Oong Hanwar (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Pada penelitian ini, penulis menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengambilan data langsung di lapangan. Penulis juga menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BERKURANGNYA KINERJA AIR CONDITIONING SYSTEM PESAWAT AIRBUS A PK-AXU

BERKURANGNYA KINERJA AIR CONDITIONING SYSTEM PESAWAT AIRBUS A PK-AXU BERKURANGNYA KINERJA AIR CONDITIONING SYSTEM PESAWAT AIRBUS A320-200 PK-AXU Adhit Gyta Prasditya 1, Ir. Herry Hartopo., MT 2 Program Studi Rangka Pesawat Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi BAB II DASAR TEORI Pendekatan pemecahan masalah dapat digunakan untuk merekondisi sepeda motor Honda C86 tahun 1986. Salah satu hal yang menyangkut pendekatan pemecahan masalah adalah dasar teori. Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Air Metode penelitian merupakan suatu langkah-langkah sistematis yang akan manjadi acuan dalam penyelesaian (Sugiyono, 2004:28). Secara umum metodologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN

BAB III METODE PENGUJIAN BAB III METODE PENGUJIAN Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan pengaruh dari penggunaan Piston standard dan Piston Cavity pada mesin mobil mazda biante. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous Pendahuluan PLTG adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga yang dihasilkan oleh hasil pembakaran bahan bakar dan udara bertekanan tinggi.

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin

Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin Ma ruf Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian busi terhadap prestasi genset mesin bensin yang meliputi konsumsi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC

OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC Muhamad Nuryasin, Agus Suprihadi Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA. Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang

BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA. Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA 4.1. Analisa Data 4.1.1. Umum Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang berfungsi sebagai pengontrol dari tenaga hydraulic untuk aileron, rudder,

Lebih terperinci

PENGERTIAN KONVERSI ENERGI

PENGERTIAN KONVERSI ENERGI PENGERTIAN KONVERSI ENERGI Pengantar a. Energi Energi merupakan sesuatu pengertian yang tidak mudah didefinisikan dengan singkat dan tepat. Energi yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan, tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Motor Bakar Mesin Pembakaran Dalam pada umumnya dikenal dengan nama Motor Bakar. Dalam kelompok ini terdapat Motor Bakar Torak dan system turbin gas. Proses pembakaran

Lebih terperinci

Fakultas Teknik UNY. Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN. Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T.

Fakultas Teknik UNY. Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN. Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. KODE MODUL SPD. OTO 225-01 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4) Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Aliran Pengujian Proses pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 bagian yang dapat ditunjukan pada gambar gambar dibawah ini : A. Diagram

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Heru Setiyanto (2007), meneliti tentang pengaruh modifikasi katup buluh dan variasi bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin pada motor bensin dua langkah 110

Lebih terperinci

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah PENGERTIAN SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN UMUM Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja dari motor bakar bensin adalah perubahan dari energi thermal terjadi mekanis. Proses diawali

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 3 No. 1, April 2009 (87-92) Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor I Wayan Bandem Adnyana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 Kusnadi D-III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal. ABSTRAK Sistem pengapian merupakan sistem yang menghasilkan tegangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motor Bakar Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) A. Pengertian PLTG (Pembangkit listrik tenaga gas) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan gas untuk memutar turbin dan generator. Turbin dan generator adalah

Lebih terperinci

MAKALAH DASAR-DASAR mesin

MAKALAH DASAR-DASAR mesin MAKALAH DASAR-DASAR mesin Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Teknik Dasar Otomotif Disusun Oleh: B cex KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmatnya,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol., No., Oktober ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO cc Sachrul Ramdani Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS

MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS 1 MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS 2 DEFINISI PLTG Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit energi listrik yang menggunakan peralatan/mesin turbin gas sebagai penggerak generatornya.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai generator set dengan pengertian adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor Sistem pengisian adalah gabungan dari beberapa komponen pengisian seperti generator (alternator), regulator dan baterai

Lebih terperinci

D. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder

D. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder JOB SHEET DASAR TEKNOLOGI A. TUJUAN : Setelah menyelesaikan praktek ini diharapkan siswa dapat : 1. Dapat menjelaskan prosedur tune up 2. Dapat melakukan prosedur tune up dengan benar 3. Dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Tinjauan Pustaka Adita (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh pemakaian CDI standar dan racing serta busi standard an busi racing terhadap kinerja motor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang menggunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini masuk ke dalam ruang silinder terlebih dahulu terjadi percampuran bahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A: Skematik diagram APU GTCP85 (ref 2)

LAMPIRAN A: Skematik diagram APU GTCP85 (ref 2) DAFTAR PUSTAKA 1. Allied Signal, GTCP-85 Component Maintenance Manual.. Boeing Company, B 737-300/400/500 Aircraft Maintenance Manual: GTCP85-19 Series Engines. 3. Boeing Company, B 737-300/400/500 Illustrated

Lebih terperinci

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER Oleh : Rolando Sihombing, ST Dosen Universitas Simalungun, P. Siantar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pesawat terbang tidak hanya mengarah pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pesawat terbang tidak hanya mengarah pada BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi pesawat terbang tidak hanya mengarah pada aspek keselamatan tetapi juga pada segi kepraktisan dan efisiensi. Teknologi pada pesawat

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI DASAR KERJA GENERATOR SET

BAB III FUNGSI DASAR KERJA GENERATOR SET 26 BAB III FUNGSI DASAR KERJA GENERATOR SET 3.1 Generator set Genset adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilakan daya listrik. Disebut sebagai generator set dikarenakan ia adalah suatu set peralatan

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI Motor penggerak mula adalah suatu alat yang merubah tenaga primer menjadi tenaga sekunder, yang tidak diwujudkan dalam bentuk aslinya, tetapi diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya BAB II TEORI DASAR 2.1 Teori Dasar Pengapian Sistem pengapian pada kendaraan Honda Supra X 125 (NF-125 SD) menggunakan sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) yang merupakan penyempurnaan dari

Lebih terperinci

FUEL SYSTEM. Oleh: Muhammad Agung Prabowo, S.Pd Instructure of Aircraft Maintenance Engineer

FUEL SYSTEM. Oleh: Muhammad Agung Prabowo, S.Pd Instructure of Aircraft Maintenance Engineer FUEL SYSTEM Oleh: Muhammad Agung Prabowo, S.Pd Instructure of Aircraft Maintenance Engineer FUEL SYSTEM adalah sistem pengisian, penyimpanan dan pendistribusian fuel ke ssistem engine dan APU Pada normalnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3

ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3 ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3 ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3 Muhammad Takdir, Muhamad Jalu Purnomo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan

Lebih terperinci

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK B.7 TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK Edy Susilo Widodo 1 dan Eko Surjadi 2 1 Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Surakarta, Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL Didi Eryadi 1), Toni Dwi Putra 2), Indah Dwi Endayani 3) ABSTRAK Seiring dengan pertumbuhan dunia

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR Khabiburrahman 1, Supraptono 2, Dwi Widjanarko 3 123 Jurusan Teknik Otomotif, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Pengujian Proses pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi 3 bagian yang dapat ditunjukkan pada gambar-gambar di bawah ini : 1.1.1. Diagram

Lebih terperinci

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis.

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis. A. Sebenernya apa sih perbedaan antara mesin diesel dengan mesin bensin?? berikut ulasannya. Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) (simplenya

Lebih terperinci

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING 737-500 PK-GGF Eko Yuli Widianto 1, Herry Hartopo 2 Program Studi Motor Pesawat Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pembakaran yang lebih cepat dan mengurangi emisi gas buang yang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pembakaran yang lebih cepat dan mengurangi emisi gas buang yang di BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka Ismail Altin dan Atilla Bilgin (2009), melakukan penelitian mengenai perbandingan efisiensi performa motor menggunakan 1 busi dan 2 busi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepeda motor merupakan alat transportasi yang paling efektif untuk masyarakat Indonesia, selain harganya terjangkau sepeda motor dapat digunakan di berbagai

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR A. Yudi Eka Risano Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UNILA Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Telp. (0721)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada mesin Otto dengan penggunaan bahan bakar yang ditambahkan aditif dengan variasi komposisi

Lebih terperinci

REPAIR STATIONARY AIR SEAL PADA APU GTCP 131-9B DENGAN METODE PLASMA SPRAY

REPAIR STATIONARY AIR SEAL PADA APU GTCP 131-9B DENGAN METODE PLASMA SPRAY Abstrak REPAIR STATIONARY AIR SEAL PADA APU GTCP 131-9B DENGAN METODE PLASMA SPRAY Abdul Syukur A Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl Prof. Sudarto, S.H., Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Pembahasan FTA (Fault Tree Analysis) Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa dinyalakan. Dari beberapa penyebab yaitu: Test cell power lost

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Marlindo (2012) melakukan penelitian bahwa CDI Racing dan koil racing menghasilkan torsi dan daya lebih besar dari CDI dan Koil standar pada

Lebih terperinci