BAB I PENDAHULUAN. Landasan ini mencakup penentuan judul dengan berbagai aspek sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Landasan ini mencakup penentuan judul dengan berbagai aspek sebagai"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang hal-hal yang melandasi dilaksanakanya penelitian. Landasan ini mencakup penentuan judul dengan berbagai aspek sebagai pertimbangannya. Adapun aspek tersebut meliputi aktualitas, orisinalitas, dan relevansi dengan jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. Kemudian terdapat pula latar gagasan yang memunculkan pertanyaan penelitian. Tentu dalam sebuah penelitian terdapat tujuan dan manfaat baik secara teoritis maupun praksis, hal ini jugalah yang dituangkan dalam bab ini. Selanjutnya terdapat tinjauan pustaka dan landasan teori yang semakin mempertajam arah pisau analisis penelitian ini. A. Judul Reposisi Peran Pendamping Menelisik Agency Pendamping Lapangan dalam Proses Corporate - Society Engagement (Studi Kasus Implementasi CSR JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi) B. Alasan Pemilihan Judul 1. Aktualitas Pada dasarnya CSR merupakan suatu pola yang menjadi garis tengah antara kepentingan perusahaan dan masyarakat. Keduanya memiliki relasi yang bersifat simbiosis mutualisme (saling menguntungkan). 1

2 Kehadiran pendamping lapangan dalam community development adalah salah satu cara untuk memaksimalkan sistem kerja dalam program-program CSR yang dijalankan. Selama ini belum ada kajian yang secara eksplisit mencoba melakukan penelitian terhadap posisi dan peran pendamping lapangan dalam corporate-society enggagement. Adapun kajian yang memiliki kaitan terhadap penelitian ini adalah mengenai proses pelaksanaan community development dari mulai perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi sebuah program CSR. Lebih dari itu keseluruhan pelaksanaan program CSR ini tentu melibatkan aktor yang berperan sebagai pendamping lapangan (fasilitator). Sehingga penting rasanya menelisik lebih lanjut terkait peran dan posisi pendamping lapangan baik dari sudut pandang perusahaan, masyarakat maupun pendamping itu sendiri. 2. Orisinalitas Riset ini dibangun dari ide dan gagasan asli penulis. Kajian tentang peran pendamping dalam kaitannya dengan program CSR perusahaan belum pernah dikaji sebelumnya. Penulis tidak menggunakan ide atau gagasan orang lain untuk melakukan riset ini. Oleh karena itu, penulis menegaskan bahwa karya ini asli (orisinil). 3. Relevansi dengan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan memiliki 3 (tiga) fokus kajian, dimana salah satunya ialah mengenai Corporate Social Responsibility (CSR). Kajian ini memproduksi segala ilmu pengetahuan 2

3 yang berkaitan dengan kehadiran perusahaan dalam melaksanakan peran sosial. Penelitian ini memiliki fokus kajian pada ranah CSR, dimana Community Development sebagai salah satu agenda penting dalam pelaksanaan program CSR menghendaki adanya pendamping lapangan. Seringkali kehadiran pendamping lapangan tidak begitu dihiraukan, padahal jika ditelusuri lebih lanjut pendamping lapangan ini memiliki peran yang sangat signifikan dalam melaksanakan program-program CSR. Pendamping lapangan bisa dikatakan sebagai eksekutor sebuah program CSR utamanya yang berkaitan dengan Community Development. Untuk itu penting rasanya melakukan penelitian lebih lanjut terkait peran pendamping lapangan dalam relasi masyarakat dan perusahaan. Pergeseran peran pendamping lapangan dalam mengakomodir kepentingan perusahaan dan masyarakat juga menarik untuk diteliti, karena hal ini berimplikasi pada output program CSR yang dilaksanakan. CSR sebagai salah satu upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat inilah yang coba ingin diteliti lebih lanjut dengan melihat dari sisi peran pendamping lapangan. Dengan demikian secara tidak langsung penelitian ini memiliki relasi yang erat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. C. Latar Gagasan Dewasa ini pembangunan tidak hanya bertumpu pada pemerintah, melainkan juga diperankan oleh multistakeholders. Berkembangnya konsep 3

4 welfare pluralism, meniscayakan negara tidak lagi menjadi aktor tunggal, tapi ada banyak aktor lain yang turut memperkokoh skema pembangunan. Spicker (1995) menyebut ada lima sektor penting dalam pembangunan: public sector, voluntary sector, mutual aid, dan informal sector. 1 Peran civil society semakin menguat dalam rancangan pembangunan yang dirancang oleh negara. Aktor lain yang memiliki kontribusi penting dalam pembangunan adalah perusahaan. Perusahaan sebagai entitas bisnis memiliki peran krusial dalam melakukan pembangunan. Adapun salah satu bentuk intervensi perusahaan dalam pembangunan tertuang dalam Corporate Social Responsibility (CSR). CSR merupakan suatu tindakan yang diambil pelaku melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab kepada masyarakat. Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, pelaku bisnis atau perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ketiga hal ini dilakukan secara berkesinambungan dan salah satu cara untuk mencegah krisis yang ditimbulkan oleh perusahaan secara berkelanjutan. Bagian dari pelaksaan tanggungjawab sosial ini juga terdapat upaya peningkatan reputasi atau image perusahaan sebagai identitas yang melekat dalam konsep bisnis (Utting and Marques, 2010). Corporate Social Responsibility (CSR) pada dasarnya telah mengalami perkembangan secara signifikan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Perkembangan ini terlihat pada pola 1 Bandingkan dengan Krisdyatmiko Kemitraan Pemerintah Swasta Masyarakat dalam Bingkai Forum Multi Stakeholders Corporate Sosial Responsibility (MSH-CSR) dalam Susetiawan (ed.). Corporate Social Responsibility: Komitmen untuk Memberdayakan Masyarakat. Yogyakarta: Azzagrafika, hlm

5 pelaksanaan kegiatan CSR itu sendiri yang pada awalnya bersifat sukarela (voluntary) menjadi sebuah kewajiban (obligation). Hal ini ditandai dengan munculnya konsep-konsep baru seperti yang diungkapkan oleh Srinivasan dalam Muruganantham (2010) dimana CSR bukan sekedar persoalan memberi dan menerima tanggungjawab sosial, lebih dari itu CSR menempatkan masyarakat sebagai mitra dalam merumuskan kebijakankebijakan dan menjalankan program CSR. CSR juga bukan hanya sekedar respon spontan dalam menyelesaikan permasalahan sosial, melainkan bagian dari komitmen perusahaan untuk menjalankan program yang berkaitan dengan masyarakat secara berkelanjutan. Bentuk obligasi CSR yang berkembang di Indonesia tertuang dalam regulasi pemerintah UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada pasal 74, di mana kegiatan CSR atau tanggung jawab sosial merupakan suatu kegiatan yang diwajibkan dan dilaksanakan berdasarkan pada kepatutan dan kewajaran sesuai dengan peraturan pemerintahan. Fokus utama dalam undang-undang tersebut terdapat pada pasal ke 74 yakni lebih mewajibkan pada suatu kegiatan usaha di bidang atau yang berkaitan dengan sumber daya alam untuk melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengembangan program CSR-pun terus digalakkan secara perlahan dari yang bersifat charity menuju program pemberdayaan masyarakat. Friedmann (1992) menawarkan konsep atau strategi pembangunan yang populer disebut dengan empowerment atau pemberdayaan. Konsep pemberdayaan ini adalah sebagai suatu konsep alternatif pembangunan yang pada intinya memberikan tekanan pada otonomi dalam mengambil keputusan 5

6 di suatu kelompok masyarakat yang dilandaskan pada sumberdaya pribadi, bersifat langsung, demokratis, dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. Pemberdayaan dalam pelaksanaan CSR dimaknai sebagai suatu proses mengatasi permasalahan sosial dan melibatkan masyarakat secara langsung (Alexander, 1998: 2-8). Hal ini dianggap lebih bersifat keberlanjutan, karena meniscayakan partisipasi masyarakat seluas-luasnya dalam proses pemberdayaan itu sendiri. Namun seringkali pola pelaksanaan pemberdayaan melalui program CSR selama ini masih bersifat top down, yang artinya masyarakat hanya dijadikan sebagai objek bagi pelaksanaan CSR. Sehingga program-program CSR yang dilakukan perusahaan umumnya masih bersifat voluntary dengan upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Biasanya, pelaksanaan program-program yang bersifat filantropis didasarkan atas pertimbangan beberapa hal yang bersifat insidental. Kedua pola ini dilakukan dalam rangka mengoptimalkan kerja CSR untuk memberikan keuntungan bagi perusahaan berupa citra dan konsistensi perusahaan, kemudian bagi masyarakat memberi manfaat langsung berupa solusi atas permasalahan sosial yang dihadapi. Umumnya, proses pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses yang dilakukan dalam rangka membuat suatu kondisi masyarakat yang belum berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan sebagai sebuah komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR ditandai dengan penempatan petugas yang bekerja untuk menjangkau masyarakat dalam proses ini. Petugas ini berperan sebagai fasilitator masyarakat yang mengakomodasi kepentingan masyarakat dan perusahaan. Dalam konteks CSR istilah fasilitator juga 6

7 disebut sebagai community worker atau pendamping. Paradigma CSR lama yang masih bersifat voluntary pada akhirnya menempatkan pendamping hanya sebagai mediator perusahaan kepada masyarakat dalam menjalankan program CSR. Padahal urgensi pengembangan kinerja fasilitator masyarakat sudah direspon baik oleh pemerintah seiring dengan berkembangnya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pelbagai stakeholders. Dimana terdapat Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang penetapan rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor jasa kemasyarakatan bidang pemberdayaan masyarakat untuk jabatan fasilitator pemberdayaan masyarakat menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Peraturan ini merupakan desain dalam mengkerangkai kinerja fasilitator masyarakat yang lebih profesional. Adapun SKKNI terbagi atas 3 (tiga) kelompok kompetensi, yaitu: kelompok kompetensi umum, kelompok kompetensi inti dan kelompok kompetensi khusus. Seluruh kompetensi ini diharapkan mampu dipertanggungjawabkan secara profesional dan memberikan manfaat bagi masyarakat, institusi pengguna jasa maupun fasilitator masyarakat itu sendiri. Selain itu, Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) selama ini juga konsen memasukan community development sabagai salah satu komponen penting dalam melihat kinerja perusahaan. Namun demikian PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) belum sepenuhnya mampu mendorong perusahaan untuk memberikan peran yang strategis terhadap pengembangan community 7

8 development. Berdasarkan cuplikan pidato Menteri Negara Lingkungan Hidup pada waktu peluncuran buku A Journey to Gold, 22 Agustus 2013 mengungkapkan bahwa jumlah perusahaan yang mencapai perusahaan (berdasarkan Data Badan Pusat Statistik tahun 2011), maka paling tidak diperlukan pengawas lingkungan hidup sebanyak orang untuk dapat memastikan pendekatan command & control ini berlangsung dengan baik. Saat ini baru ada kurang lebih 1825 Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di Indonesia. Sebanyak 82 % PPLH berada di Provinsi dan Kabupaten kota, tetapi hanya 30 % dari jumlah ini yang masih aktif, sisanya mutasi ke tempat lain atau pensiun. Dengan kata lain dapat dilihat selama ini CSR yang masuk ke dalam kerja Kementerian Lingkungan Hidup belum mampu mendorong pengawasan terhadap kinerja perusahaan termasuk kinerja community development yang ada di dalamnya. Sedangkan PROPER sendiri dalam aspek community development memiliki bobot penilaian terhadap pendamping masyarakat. Dimana perusahaan dituntut mempunyai bagian khusus yang menangani CD, dan bagian itu bekerjasama secara efektif dengan bagian lain yang terkait. Pentingnya kehadiran bidang community development dalam suatu intitusi bisnis ini yang coba didorong dengan adanya reward CSR melalui PROPER. Selain itu penerapan konsep CSR dalam pelaksanaan kerja sektor privat merupakan bentuk investasi sosial yang di petakan dalam 3P (people, planet, provit). Pentingnya kehadiran community development bukan semata sebagai pelengkap dalam berjalannya suatu institusi perusahaan, juga merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk berkontribusi terhadap 8

9 lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan selama menjalankan produksi usahanya. Aspek sustainability adalah bagian yang harus diwujudkan dalam pelaksanaan community development. Dimana suatu program community development tidak selalu mengenai kegiatan charity yang umumnya dilakukan perusahaan. Kegiatan charity ini dianggap lebih efisien dan praktis dilihat dari anggaran yang harus dikeluarkan lebih lanjut. Namun demikian sifatnya yang hanya top down tidak mampu memberikan implikasi yang nyata terhadap kemajuan suatu masyarakat yang menjadi sasaran program. Dengan demikian pemberdayaan adalah suatu agenda besar yang ingin coba ditekankan dalam PROPER. Pemberdayaan ini dianggap lebih menjamin terwujudnya suatu program yang berkelanjutan dan memberikan pengaruh pada suatu kondisi masyarakat kearah yang lebih baik. Penempatan divisi khusus yang menangani community development juga coba ditangkap oleh perusahaan Joint Operating Body (JOB) Pertamina- Medco E&P Tomori Sulawesi. Perusahaan ini berada dibawah pengawasan pemerintah dalam hal ini SKKMIGAS. Perusahaan JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi merupakan gabungan antar beberapa perusahaan yang tergabung dalam Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS). Adapun perusahaan tersebut mencakup Pertamina dan Medco, perusahaan ini kemudian melakukan kegiatan Explorasi dan Eksploitasi di lapangan Gas Senoro dan Lapangan Minyak Tiaka dan Grupa yang hasilnya dipergunakan sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat Indonesia. Lokasi eksplorasi dan eksploitasi sendiri berada di Kabupaten Luwuk (Banggai) Sulawesi Tengah. Daerah ini memiliki jumlah penduduk pada Tahun 2008 tercatat sebesar 9

10 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Dengan tingkat kepadatan mencapai 31 jiwa per-km. Kehadiran perusahaan MIGAS JOB Tomori memunculkan dampak bagi masyarakat Luwuk (Banggai) khususnya masyarakat sekitar eksploitasi MIGAS. Dampak ini berupa hal yang positif berupa kemajuan daerah dengan kehadiran tambang, terutama kemajuan infrastruktur seperti jalan. Namun disisi lain terdapat dampak negatif seperti munculnya konflik antara masyarakat dengan perusahaan. Salah satu pemicu konflik adalah banyaknya tuntutan masyarakat mengenai tenaga kerja dan distribusi pengembangan masyarakat. Setidaknya berdasarkan pengalaman penulis selama 1 (satu) bulan berada disana terdapat 2 (dua) kali kejadian, dimana masyarakat melakukan demo dengan memblokade jalan dan membatasi lintasan bagi kendaraan khususnya mobil ber-plat hitam yang biasanya disewa oleh perusahaan. Berlangsung juga pertemuan antara masyarakat dan pihak perusahaan yang didalamnya terdapat tuntutan masyarakat yang menginginkan penyamarataan distribusi pelaksanaan community development diwilayah sekitar tambang. Ironi juga muncul diwilayah ini dimana sering sekali terjadi kelangkaan pasokan minyak oleh Pertamina, padahal wilayah ini merupakan wilayah tambang minyak. Hal ini dikarenakan belum adanya perusahaan MIGAS yang melakukan produski secara langsung di Indonesia. Sehingga walaupun banyak perusahaan MIGAS di wilayah ini hanya sebatas melakukan eksplorasi dan eksploitasi yang sifatnya adalah produksi hulu. Hal ini pula yang belum banyak dipahami oleh masyarakat sehingga semakin menegaskan konflik sosial yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan. 10

11 Dibeberapa lokasi terdapat penjual minyak eceran yang berjejer dengan jarak tidak lebih dari 3 (tiga) meter tiap penjualnya seperti gambar dibawah ini. Gambar 01: Penjual BBM Eceran Sepanjang Jalan KM 5 Luwuk-Banggai Berbagai konflik sosial ini kemudian disadari betul oleh JOB Tomori sehingga komitmen perusahaan untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility tertuang dalam pembentukkan divisi khusus Community Development (ComDev). ComDev ini merupakan salah satu engagement terhadap masyarakat yang sifatnya investasi sosial yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga keselarasan dengan masyarakat, sehingga pelaksanaan produksi berjalan dengan lancar. Perusahaan berupaya untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan mekanisme pemberdayaan. Hal ini dirasa lebih efektif dibanding dengan hanya sebatas bantuan charity yang sifatnya mobile. Konsekuensi dalam menjalankan program pemberdayaan dalam pelaksanaan CSR adalah kehadiran pendamping lapangan. Dengan demikian JOB Tomori menempatkan 11

12 beberapa pekerja yang khusus melakukan community development disekitar wilayah eksplorasi dan eksploitasi MIGAS. Selama ini peran pendamping dalam Corporation-Society Engagement yang tertuang dalam program CSR hanya dipahami sebagai penyambung lidah perusahaan. Fenomena penempatan pendamping ditengah masyarakat juga menarik untuk dilihat, dimana masih terlihat bahwa penempatan orang yang bekerja dibidang ini adalah orang-orang yang dianggap tidak memiliki kompetensi. Padahal jika ditelaah lebih lanjut peran pendamping ini sangatlah krusial, dimana pendamping memiliki fungsi menentukan arah input maupun output program CSR yang dilaksanakan oleh sebuah perusahaan. Pergeseran konsep CSR saat ini, penempatan pendamping lapangan bukan hanya sebagai peran yang kondisional, namun lebih bersifat profesional. Dengan demikian penelitian ini mencoba melihat sejauhmana posisi dan peran pendamping dalam konteks corporate - society engagement. Dimana selama ini pekerjaan pendamping dekat dengan peran seperti; hanya sekedar menjalankan instruksi perusahaan, pendamping seolah tidak dapat mengintervensi kebijakan perusahaan, hanya sebagai broker perusahaan dan tidak memiliki agency yang kuat. Maka penelitian ini mencoba melihat posisi pendamping dalam corporate - society engagement. Selama ini relasi antara perusahaan dan masyarakat selalui diindentikkan dengan relasi subjek dan objek. Masyarakat seolah hanya menjadi proyek penyejahteraan dalam rangka memenuhi tuntutan legal yang menghimbau pelaksanaan CSR. Dalam membangun relasi yang berimbang antara perusahaan dan masyarakat, 12

13 pendamping haruslah memiliki nilai-nilai keagenan yang muncul dari kesadaran yang dibangun baik dari pengalaman maupun kompetensi akademik yang berkaitan dengan bidang pemberdayaan masyarakat. Dengan agency, pendamping mampu menempati posisi yang strategis untuk menjembatani kepentingan perusahaan dan masyarakat melalui program CSR. Dengan demikian perlu rasanya melihat sejauhmana reposisi yang dimiliki pendamping ini terjadi dalam implementasi CSR JOB Pertamina- Medco E&P Tomori Sulawesi. Reposisi yang dimaksud berkaitan dengan nilai-nilai keagenan yang dimiliki pendamping dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Dimana selama ini seolah-olah pendamping hanya menjalankan apa yang menjadi aturan kerja perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan melihat arah kebijakan perusahaan dalam memposisikan pendamping. Selain itu juga dalan rangka memperkuat hasil kajian mengenai peran pendamping dalam corporate - society engagement, perlu rasanya melihat secara konkret pelaksanaan pendampingan salahsatunya di Desa Sinorang dan tanggapan atau respon masyarakat akan keberadaan pendamping dalam proses implementasi program CSR JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka sebenarnya penelitian ini mencoba untuk menjawab pertanyaan berikut: Bagaimana posisi pendamping lapangan dalam proses corporate-society engagement di JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi? 13

14 Bagaimana pendamping lapangan memerankan agency dalam proses tersebut? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Dengan mendasarkan pada permasalahan yang telah dipaparkan maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui posisi dan peran pendamping dalam relasi corporate-society engagement yang dilakukan JOB Pertamia-Medco E&P Tomori Sulawesi 2. Mengidentifikasi dan mengkonfirmasi seberapa besar peran keagenan yang dimiliki oleh pendamping dalam implementasi program CSR dengan pendekatan corporate-society engagement. 3. Dapat menggambarkan relasi skematik antara perusahaan, pendamping, masyarakat dalam pelaksanaan program CSR dengan pendekatan CSE. 4. Mengetahui besaran indeks kepuasan masyarakat (IKM) terkait dengan program dan kinerja pendamping lapangan dalam pelaksanaan CSR yang dilakukan JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Manfaat Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 14

15 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi atau wawasan yang lebih konkrit bagi ranah akademisi dan pelaku ekonomi, khususnya yang terlibat langsung dalam pelaksanaan CSR yaitu perusahaan, masyarakat penerima program CSR dan pendamping masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai peran pendamping dalam corporation-society engagement. 2. Manfaat Praktis a. Dapat menjadi bahan prototype bagi perusahaan dalam menjalankan program CSR. Dimana peran pendamping tidak hanya sebagai pelengkap struktur dalam pelaksanaan CSR, lebih dari itu pemberdayaan sebagai agenda besar dalam pelaksanaan CSR menempatkan pendamping sebagai aktor yang krusial. Pendamping berada di ruang ketiga dalam relasi corporation-society engagement. Dimana perusahaan dan masyarakat bukanlah aktor yang terpisah secara kepentingan, justru keduanya memiliki keterkaitkan yang difasilitasi oleh pendamping. Dengan adanya reposisi peran pendamping dalam pelaksanaan CSR, harapannya mampu semakin memaksimalkan efektivitas program CSR dalam penyelesaian masalah sosial serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. b. Menjadi alat untuk menyadarkan perusahaan dan masyarakat, bahwa keduanya memiliki posisi yang setara. Relasi keduanya adalah relasi 15

16 intersubjektif, dimana perusahaan memposisikan masyarakat sebagai subjek yang aktif dalam menentukan kebijakan-kebijakan CSR oleh perusahaan maupun sebaliknya. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan semakin memperkuat relasi keduanya yang setara dan saling memberikan impact. F. Tinjauan Pustaka Adapun beberapa tinjauan pustaka yang menjadi rujukan dalam penelitian didasarkan pada temuan-temuan pada penelitian sebelumnya. Salah satu hasil penelitian tersebut mengenai persepsi masyarakat terhadap peran program community development PT. IPMOMI PAITON sebagai implementasi community relations dalam membina hubungan dengan komunitas oleh Arbuatin Nurrizqi Amelia Tahun Penelitian ini mencoba mengetahui persepsi dan kontribusi masyarakat terhadap implementasi program community development sehingga dapat diketahui bagaimana hubungan komunitas (masyarakat) dengan perusahaan. Selain itu juga terdapat penelitian yang dilakukan oleh Erwinton Simatupang tahun 2014 mengenai creating shared value (CSV) di perusahaan manufaktur dengan melihat perencanaan, implementasi, dan partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan petani kedelai hitam oleh Yayasan Unilever Indonesia (YUI). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam proses perencanaan program pemberdayaan kedelai hitam, YUI yang bermitra dengan UGM memainkan peran yang begitu dominan. Pada awalnya partisipasi para petani sangatlah minim, namun pasca dilakukannya kegiatan 16

17 percobaan penanaman, program pemberdayaan kedelai hitam mulai berjalan. Kegiatan sosialisasi, pelatihan, pendampingan, pelatihan serta monitoring dan evaluasi tetap dilakukan setiap tahunnya saat masa tanam kedelai hitam. Para petani kemudian dalam implementasi program tersebut berpartisipasi secara aktif. Dengan kata lain penelitian mampu mendeteksi sejauhmana creating shared value yang dilakukan perusahaan pada akhirnya mampu meningkatkan partisipasi masyarakat. Terdapat pula hasil penelitian oleh Ahmad Rokhoul Alamin tahun 2010 tentang analisis peran pendamping dalam Program Keluarga Harapan (PKH) pada suku Dinas Sosial Jakarta Utara. Dimana peran seorang pendamping yang menjadikan dirinya sebagai medioker, fasilitator, pendidik, pemungkin, sekaligus sebagai perwakilan bagi masyarakat yang mengupayakan agar masyarakat sebagai anggota/peserta PKH bida berdaya untuk membangun hidup mereka dari kemiskinan (problem) hidup secara mandiri. Pendamping juga dituntut tidak hanya menjadi manajer perubahan yang mengorganisasi kelompok masyarakat, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis dengan berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok (masyarakat),menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana. Sejauh yang diketahui penulis dari semua hasil penelitian yang dibahas di atas, belum ada yang secara eksplisit melakukan penelitian terkait peran pendamping lapangan dalam pelaksanaan CSR. Selain itu belum ada pendekatan corporate-society engagement yang menempatkan pendamping 17

18 tidak sekendar menjadi perantara, tapi sosok yang dianggap memiliki kapasitas dan agency dalam melaksanakan tugasnya. G. Landasan Teori 1. Pendamping: Fasilitator Dalam konteks masyarakat yang mengalami krisis, pendampingan sangat dibutuhkan untuk melakukan pemulihan. Pendamping menjadi fasilitator yang mengambil peran sebagai perantara atau katalisator yang mempercepat proses belajar dan peningkatan kesejahteraan (Sumpeno, 2009:3). Fasilitasi yang dilakukan pendamping meliputi: pertama, membina masyarakat yang mengalami krisis menjadi suatu kolektivitas yang berorientasi pada perbaikan kehidupan; kedua, sebagai pemandu, penghubung dan penggerak (dinamisator) dalam pembentukan kelompok masyarakat dan pembimbing pengembangan kegiatan kelompok. Peran fasilitasi ini penulis gunakan untuk menjelaskan kegiatan para pendamping JOB Tomori di Desa Sinorang. Para pendamping yang tergabung dalam divisi Community Development melakukan fasilitasi untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat, terutama dalam konteks implementasi program-program CSR. Pendampingan dan fasilitasi dilakukan untuk mendorong partisipasi aktif warga masyarakat yang berorientasi pada proses pemberdayaan dan sustainabilitas. Di sinilah peran pendamping dibedakan dari divisi humas (public relation) yang hanya menjadi juru bicara perusahaan, sementara ComDev lebih banyak terjung langsung ke masyarakat melalui program-program pemberdayaan. 18

19 Seorang fasilitator memiliki berbagai cara dalam menghadapi masyarakat dan perubahannya. Kecakapan dalam menghadapi pelbagai situasi ini membutuhkan etos kepemimpinan, termasuk kepemimpinan dalam mengatasi konflik yang terjadi di masyarakat. Ada beberapa model untuk menggambarkan karakter-karakter kepemimpinan fasilitator dalam masyarakat, di antaranya Diamond Model, karakter kepemimpinan transformatif dimana tindakan-tindakan fasilitator didasari oleh beberapa asumsi, yaitu: vision, courageness, reality, dan ethics. Keempat asumsi itu digunakan fasilitator dalam menghadapi perubahan situasi dan dinamika yang terjadi di masyarakat. Model ini mendorong kinerja tim dalam menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang ada. Pendampingan dan fasilitasi kadang berjalan secara parallel dalam bentuk dukungan berupa dana, tenaga, peralatan, dan metodologi dalam berbagai program pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Pendampingan dilakukan untuk menumbuhkan partisipasi dan kemandirian masyarakat. Oleh karena itu, pendamping dituntut memiliki keahlian dan kompetensi untuk mentransfer pengetahuan kepada masyarakat agar berdaya. Beberapa keahlian yang wajib dimiliki pendamping adalah kemampuan menggali potensi dan kebutuhan masyarakat, memecahkan masalah, mengajak masyarakat untuk berpikir, membangun jaringan kerja, mengajari kemandirian dan pengambilan keputusan, dapat menghayati kebutuhan masyarakat, menyadari kekuatan dan kelemahan diri, bekerja dengan penuh tanggung jawab, dan professional. Secara umum, ada enam karakter yang melekat pada seorang pendamping atau fasilitator (Sumpeno, 2009:55): pembelajar, fasilitator berperan dalam 19

20 membangun proses yang membuat parapihak yang berkonflik dapat mengidentifikasi dan menentukan preferensi dalam penyelesaian konflik serta menemukan aspek-aspek yang dijadikan pembelajaran; mediator, menjadi pihak ketiga yang netral dalam membangun suasana egaliter dan dialogis antarpihak; kreatif dan inovatif, menorong upaya menemukan formulasi penyelesaian konflik secara kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan keputusan yang bermanfaat bagi semua pihak; narasumber, menguasai sesuatu isu atau topic tertentu yang menjadi keahliannya yang digunakan sebagai masukan kepada parapihak untuk dipertimbangkan; perubah, mendorong pihak-pihak yang terlibat dalam permasalahan untuk membangun visi dan harapan masa depan yang lebih baik; negosiator, dapat mengajukan penawaran dan konsesi agar-agar masing-masing pihak yang ditengahi dapat menemukan titik sepakat dengan cara sharing dan distribusi sumber daya untuk penyelesaian permasalahan. 2. Dualitas Agen - Struktur Dalam Constitutions of Society:Outline of The Theory of Structuration, Anthony Giddens (1984) mengenalkan konsep dualitas dalam relasi agen struktur. Agen merujuk pada realitas di tingkat mikro (manusia individual) maupun kolektivitas (makro). Sementara struktur adalah aturan (rules) dan sumber daya (resources). Agen dicirikan sebagai pelaku atau subyek yang memiliki kemampuan reflektif dan stock of knowledge untuk memproduksi dan mereproduksi tindakan-tindakan mereka. Struktur diidentifikasi sebagai aturan dan sumber daya yang terbentuk dari praktek sosial yang terus mengalami keterulangan (rutinisasi). Konsep dualitas sendiri sebenarnya 20

21 merupakan kritik terhadap dualisme yang selama ini melekat pada bangunan teori-teori sosial. 2 Pembentukan struktur baru sebagai hasil dari dualitas agen struktur ini disebut sebagai strukturasi. Teori strukturasi mengidealkan adanya konsensus, suatu irisan antara agen dan struktur untuk kemudian membentuk struktur baru. Giddens mengungkapkan bahwa bidang dasar dalam ilmu sosial bukanlah pengalaman aktor individual atau bentuk-bentuk kesatuan sosial tertentu, melainkan praktik sosial yang diatur melintasi ruang dan waktu. Senada dengan Giddens, Bernstein (1989: 23) menguatkan bahwa tujuan fundamental teori strukturasi adalah menjelaskan hubungan dialektis antara agen dan struktur. Dalam konteks relasi ini, terjadi hubungan resiprokal antara agen dengan struktur. Struktur dalam pandangan Giddens berbeda dengan tatapan kaum strukturalis yang cenderung melakukan pembatasan an sich (constraining), tetapi juga membebaskan dan memberdayakan (enabling). Penulis menggunakan Teori Strukturasi untuk melihat peran pendamping (Divisi Community Development) dalam implementasi program CSR yang dilakukan oleh JOB Tomori terhadap masyarakat di Desa Sinorang, sebuah wilayah di kawasan sekitar perusahaan. Pendamping berada dalam relasi dua aktor utama, yaitu perusahaan dan masyarakat. Pendamping diposisikan sebagai mediator yang memungkinkan dualitas berlangsung untuk membangun konsensus antara perusahaan dan masyarakat. Bercermin pada kasus JOB Tomori, ada relasi yang kurang simpatik antara perusahaan dan masyarakat. Aksi protes yang mengarah pada konflik telah mengeras menjadi 2 Anthony Giddens. Constitutions of Society: Outline of The Theory of Structuration. London: polity Press,

22 sikap resistensi masyarakat terhadap perusahaan. Dalam situasi inilah peran pendamping dibutuhkan untuk melakukan mediasi. Sebagai mediator, pendamping sendiri terus bernegosiasi dengan norma dan aturan perusahaan (struktur) sekaligus aturan yang berlaku di masyarakat sehingga melahirkan aturan baru yang disepakati. Sebagaimana konsepsi dualitas yang dirumuskan Giddens, relasi pendamping sebagai aktor dan aturan yang berlaku, baik perusahaan maupun masyarakat, berlangsung terus menerus dan saling mempengaruhi membentuk praktik sosial. Di sini, praktik sosial dimaknai sebagai relasi keseharian antara aktor dan struktur. Menurut Giddens, relasi aktor struktur didasari oleh kesadaran diskursif (discursive consciousness) dan kesadaran praktis (practical consciousness) sang aktor. 3 Melalui kesadaran inilah aktor memiliki agency (keagenan), sebuah kemampuan untuk melakukan negosiasi dengan struktur. Kemampuan negosiasi ini menggambarkan otoritas yang dimiliki pendamping terhadap aturan-aturan yang diberlakukan perusahaan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Hubungan yang terjalin antara pendamping dan perusahaan serta masyarakat terbentuk karena dikerangkai oleh dua kesadaran tersebut. Kesadaran-kesadaran itu dapat diperoleh dari kemampuan melalui pendidikan 3 G i d d e n s m e m b a g i t i g a d i m e n s i k e s a d a r a n d a l a m d i r i a k t o r, y a i t u m o t i v a s i t a k s a d a r (unconscious motives ), k e s a d a r a n p r a k t i s ( practical consciousness ), d a n k e s a d a r a n d i s k u r s i f (discursive consciousness ). M o t i v a s i t a k s a d a r m e n y a n g k u t k e i n g i n a n a t a u k e b u t u h a n y a n g b e r p o t e n s i m e n g a r a h k a n t i n d a k a n, t e t a p i b u k a n t i n d a k a n i t u s e n d i r i. K e s a d a r a n p r a k t i s m e n u n j u k p a d a g u g u s p e n g e t a h u a n p r a k t i s y a n g t i d a k s e l a l u b i s a d i u r a i. K e s a d a r a n d i s k u r s i f m e n g a c u p a d a k a p a s i t a s m e r e f l e k s i k a n d a n m e m b e r i p e n j e l a s a n r i n c i s e r t a e k s p l i s i t a t a s t i n d a k a n ( l i h a t B. H e r r y P r i y o n o, : ). 22

23 (kompetensi) dan pengalaman yang dibentuk dalam konteks sosial tertentu. Penulis berasumsi, agency (keagenan) yang dimiliki aktor (pendamping) karena mereka memiliki kapasitas secara pengetahuan dan pengalaman sehingga meskipun mereka berada dalam struktur perusahaan, tetapi tetap memiliki otoritas dalam bertindak. Penelitian ini menunjukkan bagaimana pendamping memiliki ruang untuk berimprovisasi dalam menjalankan peran pendampingan. 3. Corporate-Society Engagement: Reorientasi CSR Peran multistakeholder dalam implementasi program CSR yang dicanangkan perusahaan menjadi komitmen yang terus dibangun. CSR adalah respons perusahaan terhadap kritik yang dilakukan masyarakat atas dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan (Susetiawan, 2012:3). Stateholder engagement dalam CSR, menurut David Grayson 4, merupakan cara untuk meminimalisasi dampak negatif dan memaksimalkan dampak sosial dan lingkungan secara positif. Dengan substansi yang sama, penulis menggunakan istilah corporate-society engagement (untuk selanjutnya disingkat CSE) untuk menggambarkan pertautan antara perusahaan dan masyarakat. Pertalian perusahaan dan masyarakat membantah konsep-konsep CSR yang lebih cenderung menjadi socially responsible of business (Utting dan Marques dalam Susetiawan, 2012). Namun demikian pada dasarnya (Carol dalam Jamali, D. 2008) telah mengidentifikasi bahwa tanggung jawab sosial perusahaan mencakup klasifikasi berikut: 1) Ekonomi, misalnya berkaitan /Stakeholder-Engagement-and-Corporate-Responsibility. Diunduh pada tanggal 22 Oktober 2014, pkl wib 23

24 dengan ROI (Return On Investment) pemegang saham, menciptakan pekerjaan dan pengupahan yang adil, menemukan sumberdaya baru, mempromosikan penggunaan teknologi berkelanjutan, inovasi dan menciptakan barang dan jasa yang baru. 2) Legal berkaitan dengan peran perusahaan memainkan peran sesuai dengan peraturan dan prosedur. 3) Ethical, diharapkan agar pelaku bisnis mempunyai moral, etika kerja dimana perusahaan berada. Etika ini harus sesuai dengan apa yang diatur dalam aturan formal, akan tetapi dapat memenuhi harapan masyarakat terhadap perusahaan. 4) Diskresionary berkaitan dengan penilaian, pilihan perusahaan dalam hal kegiatan yang diharapkan kembali kepada masyarakat. CSE menempatkan masyarakat (civil society) sebagai subjek utama dalam pembangunan. Dengan kata lain, CSR bukan kebijakan sepihak yang diskenariokan oleh perusahaan dengan distimulasi oleh pelbagai peraturan perundangan, tapi melibatkan masyarakat sekitar sebagai mitra yang didengar gagasannya serta diakomodasi kepentingannya. Masyarakat sendiri memiliki varian makna yang beragam. Setidaknya kita dapat membagi masyarakat ke dalam tiga bentuk, yaitu perkumpulan atau organisasi yang memiliki orientasi kepentingan ekonomi, organisasi yang basis urusannya berkait dengan pengaturan kepentingan-kepentingan individu dan layanan publik, dan paguyuban warga (Burgerliche gesellschaft) 5. Identifikasi dan pemetaan terhadap masyarakat penting dilakukan untuk menentukan arah kebijakan dan implementasi program-program CSR. Dengan begitu, program-program yang diselenggarakan tidak out of context dan tepat sasaran. 5 Susetiyawan. Implementasi CSR dalam Arena Civil Society dalam Susetiawan (ed.). Corporate Social Responsibility: Komitmen untuk Memberdayakan Masyarakat. Yogyakarta: Azzagrafika 24

25 Pada awal kelahirannya, CSR lebih cenderung sebagai kewajiban moral perusahaan. Akan tetapi, sebenarnya, CSR tidak muncul secara tiba-tiba. Ia menjadi komitmen universal dan mendapat persetujuan bersama secara global. Bahkan, sejarah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan terkait bisnis sudah dimulai sejak Mesopotamia kuno sekitar tahun 1700 SM (Suparjan, 2012: 31). Dalam perkembangannya, CSR dilekati konsep pemberdayaan dengan kesadaran untuk melakukan transformasi di bidang sosial-ekonomi masyarakat. Idealitas mewujudkan pemberdayaan seringkali terhambat oleh beberapa sebab, salah satunya adalah interfensi penguasa dalam penyelenggaraan CSR. Meskipun di sisi lain, peran negara menjadi penting karena memiliki kekuatan untuk menerbitkan aturan-aturan yang dapat mendorong perusahaan melaksanakan CSR sebagai bentuk pertanggunjawaban sosial. Agar sasaran program CSR dapat tercapai, perusahan membutuhkan kapasitas sumber daya manusia yang berperan dalam pelaksanaan programprogram CSR yang dapat diimplementasikan secara efektif. Ironisnya, banyak perusahaan yang belum mengembangkan secara serius untuk melaksanakan program-program CSR. Beberapa di antaranya hanya menempatkan lembaga di bawah kehumasan dan ditangani secara ad hoc. Belum banyak perusahaan yang menempatkan orang-orang dengan performa dan kinerja yang baik, yang secara khusus dan profesional menangani implementasi CSR. Kehadiran para pendamping, medioker, atapun fasilitator yang bertugas menjadi jembatan penghubung antara perusahaan dan masyarakat mutlak dibutuhkan. 25

BAB V PENUTUP. Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami. CSR di Desa Sinorang dapat terpetakan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami. CSR di Desa Sinorang dapat terpetakan sebagai berikut: BAB V PENUTUP Pendampingan program-program CSR yang dilakukan para pendamping di Desa Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami secara normatif. Penulis menemukan beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi adalah badan kerjasama operasi yang dibentuk berdasarkan Production Sharing Contract antara perusahaan PT. Pertamina Hulu Energi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR

Lebih terperinci

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009) ABSTRAK KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan yang mendasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan tersebut tentunya tidak hanya berdampak pada sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan dikembangkan. Citra pada dasarnya merupakan salah satu harapan yang ingin dicapai perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Namun, sebagai

Lebih terperinci

BAB V PE N U T U P A. Simpulan

BAB V PE N U T U P A. Simpulan BAB V PE N U T U P A. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan berikut ini: 1. Kebijakan pembangunan sarana air bersih menunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan paparan temuan dan analisa yang ada penelitian menyimpulkan bahwa PT. INCO mengimplementasikan praktek komunikasi berdasarkan strategi dialog yang berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai makhluk yang mutlak memerlukan aktifitas berkomunikasi demi terselenggaranya kelangsungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah

Lebih terperinci

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya. Nilai perusahaan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan Yogyakarta, 21-22 Juni 2010 MAKALAH Otda & Konflik Tata Ruang Publik Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM Otda & Konflik Tata Ruang Publik Wawan Mas udi JPP Fisipol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak. langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan

I. PENDAHULUAN. Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak. langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan masyarakat yang berada di sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjaga eksistensinya di dunia bisnis, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan harmonisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik yang sedang menjadi perhatian dunia adalah masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang berkaitan dengan etika dan tanggungjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk aktivitas tangggung jawab sosial perusahaan dengan cepat. 1

BAB I PENDAHULUAN. termasuk aktivitas tangggung jawab sosial perusahaan dengan cepat. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat dan informasi menjadi semakin mudah diakses. Dunia ekonomi semakin transparan. Era keterbukaan

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam industri telekomunikasi saat ini cenderung berada dalam kondisi pasar dengan tingkat kompetisi yang tinggi dan ke depan akan terus meningkat tekanannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. masih pada tahap pengembangan format yang utuh menuju suatu collaborative

BAB VII PENUTUP. masih pada tahap pengembangan format yang utuh menuju suatu collaborative BAB VII PENUTUP VII.A. Kesimpulan Praktek collaborative govenrance yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar, PT Unilever Indonesia, Media Fajar, Yayasan Peduli Negeri dan juga Forum Kampung Bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis usaha di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan suatu wacana yang sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana CSR tersebut digunakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, bahwa pembangunan yang dilaksanakan dengan pendekatan top-down dan sentralistis, belum berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Community development merupakan cikal bakal dari munculnya CSR. Community development (comdev) dengan berbagai istilah banyak dikenal dengan community empowerment developing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan diikuti oleh perkembangan perusahaan-perusahaan yang melakukan operasi bisnis dalam negara tersebut. Perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan public relations. Dalam pelaksanaan kegiatan community relations,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan public relations. Dalam pelaksanaan kegiatan community relations, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Community relations pada dasarnya merupakan salah satu bentuk dari kegiatan public relations. Dalam pelaksanaan kegiatan community relations, komunitas dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi saat ini sangat pesat, hal ini menyebabkan pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi saat ini sangat pesat, hal ini menyebabkan pelaporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan akuntansi saat ini sangat pesat, hal ini menyebabkan pelaporan akuntansi lebih sering digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian orang menganggap organisasi sebagai suatu objek yang menyenangkan dan menarik. Tujuan utama organisasi adalah untuk memahami organisasi dengan mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan arti keseimbangan antar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak perusahaan yang

Lebih terperinci

17 BAB 1 PENDAHULUAN

17 BAB 1 PENDAHULUAN 17 BAB 1 PENDAHULUAN 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikatnya setiap orang maupun organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Pada konteks perusahaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

lingkungan hidup. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas.

lingkungan hidup. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. 2 lingkungan hidup. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. Kegiatan CSR dilakukan sejak beberapa tahun belakangan ini, ini

Lebih terperinci

Otda & Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM. Disampaikan pada acara WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan, yang diselenggarakan oleh Pusham UII

Otda & Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM. Disampaikan pada acara WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan, yang diselenggarakan oleh Pusham UII Otda & Konflik Tata Ruang Publik Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM Disampaikan pada acara WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan, yang diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan NCHR Uuniversity

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori II.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan yang lain. Kehidupan manusia di bumi ini adalah suatu sistem, yang saling berkaitan satu sama lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin banyak dan semakin sulit. Pada tingkat

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Harus Menjadi Bagian dari Reformasi Tatakelola Korporasi

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Harus Menjadi Bagian dari Reformasi Tatakelola Korporasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Harus Menjadi Bagian dari Reformasi Tatakelola Korporasi Tanggapan BWI atas RUU Perseroan Terbatas Henry Heyneardhi Yanuar Nugroho Domi Savio Wermasubun The Business Watch

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 191 BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 6.1. KESIMPULAN ATAS MASALAH PENELITIAN Kontribusi utama dalam penelitian ini adalah memberikan bukti empiris bahwa CSR bukan hanya sebagai bentuk tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah perusahaan tentunya akan dibatasi oleh beberapa hal, salah satunya ialah kebijakan dan etika bisnis yang berlaku. Kebijakan yang dimaksud ialah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satu sumber daya utama. Tiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. satu sumber daya utama. Tiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modernisasi dan globalisasi saat ini, kebutuhan informasi dan teknologi semakin meningkat sejalan dengan persaingan semakin ketat pada setiap sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada saat ini semakin tumbuh dan berkembang, baik di dalam jumlah maupun jenis usaha yang dijalankan. Pada umumnya, tujuan

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan rasa kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sosial yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan rasa kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sosial yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perusahaan-perusahaan di Indonesia, idealnya disertai dengan peningkatan rasa kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sosial yang ada di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi dan keterbukaan pasar membuat perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. an. Hal ini ditunjang dengan perkembangan dunia teknologi yang. antar negara, maupun antar benua. Kemajuan teknologi ini melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. an. Hal ini ditunjang dengan perkembangan dunia teknologi yang. antar negara, maupun antar benua. Kemajuan teknologi ini melahirkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha dan ekonomi berkembang sangat pesat sejak awal tahun 1980- an. Hal ini ditunjang dengan perkembangan dunia teknologi yang memudahkan komunikasi diantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2017 PROGRAM BANTUAN DANA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STAIN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2017 A.

Lebih terperinci

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya. Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN Minggu ke 12 Pemberdayaan (empowerment) Power/daya Mampu Mempunyai kuasa membuat orang lain melakukan segala sesuatu yang diinginkan pemilik kekuasaan Makna Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam setiap aktivitasnya, komunikasi adalah suatu instrumen yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan adalah kegiatan yang bukan semata-mata melakukan penggalian bahan mineral/batubara saja, tetapi juga merupakan kegiatan pengembangan masyarakat/wilayah

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat dalam permasalahan lingkungan dan kesejahteraan.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat dalam permasalahan lingkungan dan kesejahteraan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perusahaan didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya, serta mencegah dan menekan kerugian seminimal mungkin. Sisi

Lebih terperinci

BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibat karakter perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan. Perusahaan saat ini menyadari bahwa stakeholders (pemangku

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan. Perusahaan saat ini menyadari bahwa stakeholders (pemangku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dengan tata kelola yang baik saat ini menjadi suatu acuan bagi Perusahaan. Perusahaan saat ini menyadari bahwa stakeholders (pemangku kepentingan)

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi isu global yang fenomenal di dunia usaha atau bisnis, bahkan saat ini pengambilan keputusan ekonomi tidak

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BAPPEDA KABUPATEN LAHAT Sumber daya Bappeda Kabupaten Lahat

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social

BAB IV ANALISIS DATA. Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan penelitian Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikategorikan untuk pelayanan pelanggan loyal yang sangat mengesankan para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 melandasi perekonomian Indonesia sekaligus pelaksanaan pembangunan sektor pertambangan, yaitu : (a) Perekonomian disusun sebagai usaha

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) banyak dibahas. Perusahaan di dunia maupun di Indonesia juga semakin banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini wacana tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini wacana tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini wacana tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate Social Responsibity (CSR) menjadi perhatian serius dari berbagai kalangan masyarakat luas,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan dapat dibuat. Pertama, hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemkab Sragen, dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berjalannya kegiatan usaha dari perusahaan di suatu negara akan melibatkan pihak-pihak atau lingkungan sekitarnya sebagai penunjang bergeraknya kegiatan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Kecenderungan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat, semakin tinggi harga

BAB I PENDAHULUAN. maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat, semakin tinggi harga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dalam dunia bisnis saat ini sangatlah pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan dengan berbagai keunggulannya masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan perekonomian dan masyarkat luas, sehingga suatu perusahaan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia masih perlu merealisasikan pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang lainnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh kesadaran perusahaan terhadap fakta tentang adanya jurang pemisah yang semakin lebar antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa.

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi menjadikan kebutuhan masyarakat semakin kompleks dan beragam serta mendorong pola pikir masyarakat untuk lebih kritis dan selektif dalam memilih

Lebih terperinci