BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sukarno Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Polimer Polimer ialah makromolekul yang terbentuk dari perulangan satuan-satuan sederhana monomernya. Beberapa sistem polimer yang penting secara industri adalah karet, plastik, serat, pelapis sampai adhesif (Hartomo, 1996). Polimer dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian besar yaitu polimer alami dan polimer sintetis. Polimer alami dapat dibagi lagi meliputi protein, polinukleotida, polisakarida dan gum resin. Sedangkan polimer sintetis dibagi menjadi termoplastik dan elastromer. Polimer alami umumnya biasanya memiliki struktur yang lebih kompleks dibanding polimer sintetik. Istilah umum elastromer digunakan untuk menggambarkan material seperti karet, karena sekarang telah dikenal sejumlah produk sintetis, dimana strukturnya berbeda sangat mencolok dari produk alam termasuk karet, tetapi sifat elastiknya dapat dibandingkan dan kadang lebih baik dari produk asli polimer alami. Sejumlah besar polimer sintetik sekarang dikenal menempati barisan luas dari peralatan - peralatan. Polimer sintetik dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelas, plastik, serat dan elastromer, tetapi tidak ada pembagian batasan tetap antara kelompok polimer sintetik ini. Plastik kaku dan serat tahan terhadap deformasi dan di karakterisasi oleh modulus tinggi dan elongasi persentase rendah. Elastomer secara cepat mengalami deformasi dan menunjukkan elongasi besar reversible dibawah digunakaannya tekanan ( stress ) yang menunjukkan keelastisitasnya (Cowie, 1973 ). Adapun contoh dari plastik adalah polipropilena, polietilena, polivinilklorida, dan polistirena ( Oxtoby, 2001 ).
2 2.2. Polipropilena Polipropilena adalah polimer paling serbaguna karena sifat mekaniknya yang baik, densitas rendah dan harga yang terjangkau. Keuntungan utama penggunaan polipropilena ini adalah ketahanan tekannya pada suhu rendah. Untuk meningkatkan ketahanan tekannya, maka campuran dari EPDM dengan polipropilena pun dikembangkan saat ini. Bagaimanapun, jenis termoplastik elastomer olefinik ini memiliki morfologi yang tak stabil karena perpaduan dari dispersi partikel karet dan kompatibilitas yang rendah antara fase karet dan matriks plastik. Ketidakkompatibilitasan PP dengan EPDM disebabkan karena perbedaan kristalinitas kedua polimer (Ezzati, 2008). Karena keteraturan ruang polimer polipropilena, rantai dapat dikemas lebih terjejal sehingga menghasilkan plastik yang kuat dan tahan panas. Pada suhu ruang, beberapa sifat seperti daya renggang dan kekakuan, sama dengan sifat polietena bermassa jenis tinggi, tetapi sifat itu berubah pada suhu yang lebih tinggi. Sifat kelarutan poli(propena) sama dengan sifat kelarutan polietena, yakni tak larut dalam suhu ruang. Produk polipropena lebih tahan terhadap goresan daripada polietena bersesuaian ( Coed, 1991 ). Polipropilena merupakan jenis bahan baku karet plastik yang ringan, densitas 0,90-0,92 g/cm 3, memiliki kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi dan bersifat kurang stabil terhadap panas dikarenakan adanya hidrogen tersier. Penggunaan bahan pengisi dan penguat memungkinkan polipropilena memiliki mutu kimia yang baik sebagai bahan polimer dan tahan terhadap pemecahan karena tekanan (stress-cracking) walaupun pada temperatur tinggi ( Gachter, 1990 ). Polipropilena memiliki ketahanan yang sangat baik pada pelarut organik, zat pendegradasi dan serangan elektrolit. Polipropilena kuat, tahan panas, bahan semi-kaku, ideal untuk transfer panas cair atau gas. Polipropilena memiliki ketahanan terhadap asam dan alkali, tetapi kurang tahan terhadap pelarut aromatik, alifatik dan klorinasi. Polipropilena merupakan suatu komoditas yang menarik dari polimer termoplastik. Ketertarikan terhadap polipropilena ini ditimbulkan karena aplikasinya di bidang komposit, bioteknologi, teknologi serbuk, bidang elektronik, dan pendukung katalisasi untuk bioreaktor dan pada pengeringan air (Paik, 2007).
3 Struktur polipropilena dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini : n Gambar 2.1 Struktur Polipropilena 2.3. Karet Alam Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Karet alam merupakan suatu senyawa hidrokarbon alam yang memiliki rumus empiris ( C 5 H 8 ) n. Hidrokarbon ini membentuk lateks alam yang membentul globula globula kecil yang memiliki diameter sekitar 0,5 µ ( cm) yang tersuspensi di dalam medium air atau serum, dimana konsentrasi hidrokarbon adalah sekitar 35% dari total berat. Partikel hidrokarbon ini tentunya akan bersenyawa dan tidak menutupi konstituen non-karet, yang merupakan protein, dimana protein ini akan diadsorpsi pada permukaannya dan berfungsi untuk melindungi koloid. Dari lateks ini karet padat dapat diperoleh baik dengan pengeringan air maupun dengan pengendapan dengan menggunakan asam. Cara terakhir ini dapat digunakan dengan menghasilkan karet yang lebih murni, karena akan lebih banyak meninggalkan konstituen non-karet di dalam serum ( Treolar, 1958 ). Isoprena adalah produk dari destilasi destruktif karet, tetapi dapat juga disintetis dari material yang lebih sederhana. Hal tersebut mungkin menyebabkan polimerisasi menjadi senyawa seperti karet, dan tentu karet sintetis bernilai secara komersial saat ini sedang dikembangkan dengan polimerisasi butadiene itu sendiri dengan klorobutadiena ( Flint, 1938 ). Struktur isoprena dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini :
4 CH 2 = C - CH = CH 2 Gambar 2.2. Struktur Isoprena Karet merupakan polimer yang memperlihatkan resilensi (daya pegas), atau kemampuan meregang dan kembali kekeadaan semula dengan cepat. Sebagian besar memiliki struktur jaringan. Karet alam eksis dalam bentuk bentuk yang berbeda, tetapi sejauh ini yang paling penting adalah yang tersusun hampir seluruhnya dari cis- 1,4 poliisoprena. Bentuk utama dari karet alam yang terdiri dari 97% cis-1,4-poliisoprena, dikenal sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet yang diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari sekitar 32-25% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol, ester dan garam (Steven, 2001 ). Struktur cis-1,4-poliisoprena dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini : H 3 C H C = C H 2 C CH 2 n Gambar 2.3. Struktur Cis-1,4-Poliisoprena 2.4. Karet Sintetis Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi diproduksinya karet sintetik, yaitu : 1. Untuk mencapai kemandirian dalam membuat produk yang sampai sekarang sudah didapat hanya dari produk alam; 2. Untuk mencapai kemampuan yang lebih besar dengan meningkatnya permintaan 3. Untuk dapat memperoleh karet yang mana sifat yang dimilikinya tidak dimiliki oleh produk alam, seperti ketahanan menggembung dalam minyak, ketahanan
5 terhadap temperature ekstrim, dan ketahanan terhadap pengaruh buruk, lebihlebih ozon; dan 4. Rasa ingin tau yang tinggi ( Blackley, 1983 ) Mengenai alasan yang pertama berkaitan dengan kenyataan bahwa karet sintetik merupakan produk yang patut diciptakan, dimana keberadaan karet sintetis ini dapat meningkatkan keuntungan baik di bidang politik maupun ekonomi. Mengenai alasan yang kedua berkaitan dengan pengembangan industri karet yang sangat dekat dengan industri transportasi dimana diperkuat oleh mesin pembakaran internal yang kemungkinan membutuhkan bantuan karet sintetis. Mengenai alasan ketiga kekurangan dari karet alam dalam aplikasinya dalam keperluan alat-alat yang bersifat elastis yang berasal dari karet alam, mampu ditutupi dengan adanya karet sintetis. Meskipun permintaan karet alam memiliki sifat lebih baik untuk ban, karet sintetis ini menjadi meningkat kepentingannya misalnya untuk industri pesawat terbang. Mengenai alasan keempat yaitu pada scientist (Michael Faraday) yang tertarik dengan karet alam dan sifat mekanis yang dimilikinya ( Blackley, 1983 ) Keunggulan Karet Alam Dibandingkan dengan Karet Sintetik Keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun keunggulan keunggulan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah : 1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, 2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, 3. Mempunyai daya aus yang tinggi, 4. Tidak mudah panas (low heat build up), dan 5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance). Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bias dipertahankan supaya tetap stabil. Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku
6 minyak bumi. Biasanya tiap jenis memiliki sifat tersendiri yang khas. Ada yang tahan tehadap panas atau suhu tinggi, minyak, pengaruh udara, dan bahkan ada yang kedap gas ( Tim Penulis PS, 2004 ) EPDM (Ethylene-Propylene Diene Monomer) Karet ethylene-propylene monomer EPM diperkenalkan di United State dalam jumlah yang terbatas pada tahun Ada dua jenis karet ethylene propylene, EPM dan EPDM. Desain dari EPM meliputi kopolimer sederhana dari ethylene dan propylene ( E untuk etilena, P untuk propilena, dan P untuk polimetilena (- (CH 2 ) x -) jenis tulang belakang. Pada kasus EPDM, D adalah komonomer ketiga, suatu diena, yaitu molekul tak jenuh dalam molekul EPDM. EPDM adalah struktur tak jenuh EPM. Ketidakjenuhan ini ditandai dengan kopolimerisasi etilena dan propilena dengan komonomer ketiga, yaitu suatu diena nonkonjugasi. Diena terstruktur hanya pada satu ikatan rangkap yang akan terpolimerisasi dan ikatan rangkap tak bereaksi berperan sebagai sisi untuk ikat-silang sulfur ( Morton, 1987 ). EPDM memiliki sifat tidak mudah teroksidasi oleh udara, serta ketahanan terhadap ozon. EPDM juga memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibanding dengan karet alam. Tingkat ketahanannya dalam pelarut polar dan minyak sangat rendah (Li, 2008). Struktur karet sintetis EPDM dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini : Gambar 2.4. Struktur karet sintetis Ethylene Polypropilene Diene Monomer Polimer EPDM memiliki berat molekul yang tinggi dan merupakan elastromer padat. EPDM memiliki nilai viskositas larutan encer (Dilute Solution Viscosity/DSV) 1,6 2,5, yang diukur dengan 0,2 g EPDM per desiliter toluena pada temperatur 25ºC.
7 Karet EPDM memiliki nilai kekuatan tarik kira-kira psi (sekitar 5,51-12,40 MPa) dan kemuluran sebesar 600% (Batiuk, et al, 1976) Karet Ban Ban merupakan bagian dari suatu kendaraan yang merupakan produk karet yang paling penting dan diproduksi dalam jumlah yang dalam volume tinggi. Ban juga merupakan suatu bagian dari elemen terpenting dalam suatu kendaraan. Lebih dari setengah karet alam dan karet sintetik di dunia digunakan dalam industri ban (Hoffman, 1989 ). Beberapa jenis ban seperti ban radial walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet sintetis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar, yaitu dua kali lipat komponen karet alam untuk pembuatan ban non-radial. Jenis-jenis ban yang besar kurang baik apabila dibuat dari bahan karet jenis sintetis yang lebih banyak (Tim Penulis PS, 2004). Proses pembuatan ban radial dimulai dari berbagai macam bahan baku, zat warna, bahan kimia, 30 macam bahan karet, benang kawat, dan sebagainya. Proses dimulai dengan pencampuran dari bahan karet alam, minyak, bahan karbon, zat warna dan antioksidan, akselerator, dan bahan kimia lainnya, yang menghasilkan bahan yang disebut compound. Campuran tersebut dicampur dalam mesin Banbury (blender raksasa) yang dioperasikan pda suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Bahan campuran hitam, lembek dan panas tersebut diproses dalam blender raksasa secara berulang kali. Proses pembuatan ban terakhir adalah pemasakan atau vulkanisasi. Ban tersebut dimasak selama selama 8 sampai 25 menit dalam temperatur lebih dari 150ºC tergantung dari ukuran ban Pembuatan-Ban. Proses vulkanisasi adalah suatu proses pematangan karet mentah dengan menggunakan panas dan belerang (sulfur), disamping itu daya guna karet mentah akan bertambah sifat-sifat fisisnya akan menjadi lebih baik. Menurut Good Year yang disitasi oleh De Boer (1952) bahwa karet mentah bila dihangatkan dengan belerang akan dapat memperbaiki sifat-sifat fisis karet. Tujuan dari proses vulkanisasi adalah untuk mendapatkan karet jadi yang mempunyai sifat fisis yang baik sehingga menjadi
8 barang yang lebih berguna. Barron (1947) mengatakan bahwa penambahan belerang sebagai bahan pemvulkanisasi mempunyai pengaruh karet menjadi matang, tensile strength bertambah tinggi, sukar larut dalam pelarut, dan karet menjadi elastis (Anonim,2010). Struktur abu ban bekas dapat dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini : C H S H C C C Sx H S Gambar 2.5 Struktur abu ban Dimana Sx menunjukkan polisulfida (x 3) dan S menunjukkan monosulfida. Penggunaan abu ban bekas pada penelitian ini didasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh M. Awang dan H. Ismail (2008), dimana membandingkan sifat PP/abu ban bekas termodifikasi dengan PP/abu ban bekas tak termodifikasi. Awang memodifikasi abu ban bekas dengan lateks dan zat pemvulkanisasi sulfur. Hasil yang diperoleh adalah bahwa penggunaan abu ban bekas yang termodifikasi oleh lateks dan sulfur menunjukkan kekuatan tarik dan ketahanan terhadap minyak yang lebih tinggi dibandingkan dengan PP/abu ban bekas yang tak termodifikasi. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa penambahan abu ban bekas mempengaruhi sifat TPE yang dihasilkan. Sehingga peneliti menggunakan abu ban bekas pada pencampuran TPE antara PP/EPDM/abu ban bekas Dikumil Peroksida Beberapa jenis monomer, khususnya stirena dan metil metakrilat dan beberapa sikloalkana cincin teregang, mengalami polimerisasi oleh pemanasan tanpa adanya suatu inisiator radikal bebas tambahan. Tetapi sebagian monomer memerlukan beberapa jenis inisiator. Inisiator radikal bebas dikelompokkan menjadi empat tipe utama, yaitu : peroksida dan hidroperoksida, senyawa azo, inisiator redoks dan beberapa senyawa yang membentuk radikal bebas dengan adanya cahaya (fotoinisiator).
9 Diantara berbagai tipe inisiator, peroksida (ROOR) dan hidroperoksida (ROOH) merupakan jenis yang paling banyak digunakan. Jenis inisiator ini tidak stabil dengan panas dan terurai menjadi radikal radikal pada suatu suhu dan laju yang tergantung pada strukturnya. Suatu inisiator peroksida mestilah relatif stabil pada suhu pemrosesan polimer untuk menjamin laju reaksi yang layak (Stevens, 2001). Dekomposisi termal dapat diaplikasikan ke peroksida organik atau senyawaan azo, contohnya benzoil peroksida ketika dipanaskan mungkin membentuk dua fenil radikal dengan melepas CO 2 (Cowie, 1973). Adapun reaksi dekomposisi dari dikumil peroksida adalah sebagai berikut : C O O C pemanasan 2 C O dikumil peroksida radikal kumiloksi Gambar 2.6 Reaksi dekomposisi dikumil peroksida (Loganathan, 1998) Teknik crosslinking (ikat silang) karet dengan peroksida telah dikenal sejak lama. Keuntungan umum menggunakan peroksida sebagai zat ikat silang adalah ketahanannya baik pada suhu tinggi dalam waktu yang lama, keelastisannya yang baik, dan tidak ada penghilangan warna pada produk akhir. Dikumil peroksida adalah sumber radikal yang kuat, digunakan sebagai inisiator polimerisasi, katalis, dan zat pemvulkanisasi. Temperatur waktu paruh 61 o C (untuk 10 jam), 80 o C (untuk 1 jam) dan 179 o C (untuk 1 menit). Dikumil peroksida terdekomposisi dengan cepat, menyebabkan kebakaran dan ledakan, pada pemanasan dan dibawah pengaruh cahaya. DKP bereaksi keras dengan senyawa yang bertentangan (asam, basa, zat pereduksi, dan logam berat). Dikumil peroksida sebaiknya di simpan dalam keadaan kering dan dalam pendingin (< 27 o C atau maksimum 39 o C) dan untuk menjaga dari zat pereduksi dan senyawa yang bertentangan (incompatible). Beberapa contoh peroksida dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini :
10 Tabel 2.1 Beberapa Contoh Peroksida dan Karakteristik Umumnya Nama Kimia 2,5-dimetil-2,5-di(tertbutilperoksi)heksana-3 (DTBPHY) 2,5-dimetil-2,5-di(tertbutlperoksi)heksana (DTBPH) Di(tert-butilperoksiisopropil)benzena (DTBPIB) Dikumil peroksida (DKP) Nama Komersial Trigonox B 45% Trigonox B 40% Perkadox 14-40B 40% Perkadox BC- 40B 40% Suhu (ºC) t 1/2= 1menit Efisiensi Ikatsilang (%) (Thitithammawong, 2007) Dikumil peroksida digunakan karena suhu dekomposisinya mendekati suhu pemprosesan termoplastik elastromer. Dimana suhu yang digunakan dalam proses pembuatan TPE ini adalah 175ºC sedangkan suhu DKP pada waktu paruh 1 menit adalah 179ºC Divinilbenzena Divinilbenzena (DVB), (C 6 H 4 (CH=CH 2 ) 2, adalah suatu zat pengikat-silang yang menambah sifat polimer. DVB dibuat dengan cara dehidrogenasi campuran isomer dietilbenzena. Monomer komersial dari DVB adalah meta-dvb dan para-dvb. Berikut adalah sifat-sifat dari divinilbenzena. Tabel 2.2 Sifat-Sifat dari Divinilbenzena (DVB) Sifat Nilai Berat Molekul (g/mol) 130,91 Titik Didih, o C 195 Titik Beku, o C -45 Titik Nyala, o C 65,6 (Kroschwitz, 1990) Divinilbenzena tidak larut dalam air dan larut dalam etanol dan eter. Ketika bereaksi bersama-sama dengan stirena, divinil benzena dapat digunakan sebagai monomer reaktif dalam resin polyester (James, 2005). Divinilbenzena digunakan dalam berbagai industri. Sebagai contoh, divinilbenzena banyak digunakan pada pabrik adhesif, plastik, elastromer, keramik,
11 material biologis, mantel, katalis, membran, peralatan farmasi, khususnya polimer dan resin penukar ion. Adapun struktur dari DVB pada gambar 2.6 dibawah ini adalah: CH=CH 2 CH=CH 2 Gambar 2.7 Struktur divinilbenzena (DVB) (Mohamned, 1997). Poli(etilakrilat) merupakan suatu polimer dimana di proses dengan menggunakan DVB sebagai zat pengikat-silang. Reaksinya dapat dilihat gambar 2.7 dibawah ini : H H H H CH 2 - C - CH - CH 2 CH 2 - C C=CH 2 O=C C=O + C 2 H 5 - O O - C 2 H 5 C=CH 2 H CH 2 - C - CH - CH 2 O=C H C 2 H 5 - O Gambar 2.8 Polimerisasi Poli(etilakrilat) dengan DVB sebagai zat pengikat-silang (Sperling, 1986) Xilena Xilena atau dimetilbenzena, memiliki struktur orto-xilena,meta-xilena, dan paraxilena. Adapun struktur ketiganya sebagai berikut :
12 orto-xilena meta-xilena para-xilena Gambar 2.9 Struktur orto-xilena, meta-xilena, dan para-xilena Xilena diproduksi sama halnya dengan memproduksi benzena, toluena, dan etilbenzena dengan aromatisasi fraksi C 6 -C 8 dari nafta petroleum. Sebagai contoh, n- oktana dapat menghasilkan xilena, reaksi adalah sebagai berikut : CH 2 Pt/Al 2 O 3 (CH 2 ) o C/10-12 atm n-oktana Xilena Etilbenzena Gambar 2.10 Reaksi sintesis xilena dari n-oktana Xilena merupakan cairan tak berwarna yang memiliki sifat berbau. Titik didih untuk masing-masing xilena adalah o-xylena 144 o C, m-xilena 139 o C dan p-xilena 138 o C. Xilena mengalami subsitusi elektrofilik dalam cincin sama halnya dengan toluena. Xilena teroksidasi oleh KMnO 4 dan K 2 Cr 2 O 7, membentuk asam dikarboksilat (Bahl, 2000) Paduan Polimer ( Polymer Blend ) Suatu campuran fisis dari dua atau lebih polimer atau kopolimer berbeda yang tidak terikat melalui ikatan-ikatan kovalen merupakan suatu paduan polimer (polymer blend) atau polipaduan (poliblend). Konsep perpaduan polimer bukan merupakan hal baru, industri karet telah menggunakannya selama beberapa dekade. Namun, belakangan muncul kebutuhan dari plastik-plastik tehnik dan elastomer dan serat khusus.
13 Sejumlah teknologi telah diterapkan untuk membuat polipaduan ini. Sebagian besar polimer tidak kompatibel. Salah satu contoh polipaduan dapat campur mempunyai nilai komersial adalah plastik teknik Noryl (Generic Electric) yang terkomposisi dari polistirena, suatu polimer tidak mahal dan poli(oksi-2,6-dimetil-1,4- fenilena). Dimana sifat Noryl ini memiliki kekuatau tarik yang sangat sinergetik. Kumpulan-kumpulan blok-blok dua polimer tertentu terbentuk memberikan suatu derajat sifat elastik meskipun demikian kopolimer-kopolimer tersebut masih memperlihatkan sifat-sifat aliran bahan termoplastik. Bahan-bahan tersebut dinamakan dengan elastomer termoplastik (Stevens, 2001). Termoplastik elastomer (TPE) adalah bahan yang diproses melalui metode yang sama yaitu injeksi molding (molding injection) dan ekstruksi menggunakan termoplastik kaku yang diubah sehingga memiliki sifat dan tampilan yang secara normal seperti karet termoset. TPE merupakan bahan yang cukup penting karena range penggunaannya yang besar untuk berbagai aplikasi di beberapa bidang seperti otomotif, alat rumah tangga, peralatan elektronik, industri-industri, dan peralatan medis. TPE dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu : kopolimer blok dan campuran karet plastik (Nakason et al, 2008). Belakang ini TPE dibuat dengan campuran poliolefin termoplastik dan karet berkembang dengan pesat. TPE tersebut dikembangkan dalam dua jenis produk yang berbeda. Jenis yang pertama adalah blend sederhana yang disebut termoplastik elastomer olefin (TPO), didasarkan atas ASTM D5593. Jenis kedua adalah fase karet yang divulkanisasi dinamik, menghasilkan termoplastik vulkanisat (TPV), didasarkan pada ASTM D5046. Umumnya material poliolefin TPE yang sudah dikembangkan terbuat dari karet sintetik seperti EPDM, etilena-propilena-rubber (EPR) dan butadiene-akrilonitril-rubber (NBR) atau modifikasinya (Baharudin, 2007). Salah satu contoh TPE yang sangat populer saat ini adalah TPE polipropilena/epdm yang mempunyai beberapa keunggulan sifat, seperti tahan terhadap hantaman (impact resistance), stabilitas termal yang baik. Campuran kedua bahan ini menghasilkan produk-produk terutama dalam industri automobil seperti bumper, panel pintu, kibasan lumpur, dan bagian interior mobil (Halimatuddahliana, 2008).
14 2.12. Ikat-Silang (Crosslinking) Reaksi ikat-silang adalah suatu reaksi yang memicu pembentukan polimer tak larut dan terurai (infusible) dimana rantai dihubungkan bersama untuk membentuk suatu struktur jaringan tiga dimensi. Sebagai contoh reaksi dari ikat-silang adalah proses vulkanisasi. Proses vulkanisasi ini mampu membuat karet berguna dalam aplikasinya dengan kekuatan tarik yang sangat baik. Polimer yang melalui proses ikat-silang banyak dijumpai pada industri cat, tinta print, adhesif, serta komponen elektronik. Ikat-silang dapat dilakukan dengan penambahan zat pengikat-silang, suatu molekul yang memiliki dua atau lebih gugus reaktif yang dapat bereaksi dengan gugus fungsi pada rantai polimer. Polimer terikat-silang dapat disiapkan dengan polimerisasi dari monomer dengan rata-rata gugus fungsi lebih dari dua. Ikat-silang dapat mempengaruhi sifat fisik dari polimer yang diikat-silangkan. Umumnya, ikat silang ini meningkatkan sifat fisik dari polimer tersebut. Dengan compression set dan stress relaxation meningkat dengan adanya ikat-silang yang terjadi. Diantaranya, ekspansi panas dan kapasitas panas menurun,suhu distrosi panas, kekuatan tarik, dan indeks bias meningkat. Suhu transisi gelas meningkat seiring dengan bertambahnya densitas ikat-silang. Termoplastik polimer vinil (berat molekul 40 x ), seperti polipropilena, polietilena, polistirena, poliakrilat dan beberapa poli(vinil)klorida meningkat sifat fisik dan kimianya dengan pembentukan ikat-silang (Kroschwitz, 1990). Berbagai usaha telah dilakukan untuk menambah karet stirena-butadiena (SBR) dengan menambahkan sejumlah sedikit komonomer lainnya dalam sistem reaksi polimerisasi. Dalam beberapa penelitian untuk meningkatkan sifat dari bahan polimer, sejumlah divinilbenzena (DVB) telah ditambahkan dalam proses polimerisasi. Pengaruh DVB ini menyebabkan ikat silang permanen untuk membentuk molekul antara polimer dalam partikel individual lateks sebagai kopolimerisasi DVB dengan monomer lain. Molekul dalam SBR mengalami ikat silang dengan DVB dimana ikat silang ini menambah keunggulan sifat karet, karena ikat silang dibatasi dalam partikel lateks (Mohammed, 1997).
15 2.13. Karakterisasi Polimer Mengkarakterisasi polimer jauh lebih rumit daripada mengkarakterisasi senyawasenyawa dengan berat molekul rendah. Fokus utama yang dilakukan kimiawan untuk mengkarakterisasi senyawa polimer ditempatkan ke metode-metode spektroskopik dan termal karena paling sering dipakai oleh ilmuwan polimer. Disini juga akan menyinggung analisis permukaan maupun pengujian mekanik dan elektrik. Karakterisasi yang dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa campuran polimer. Karakterisasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan DSC (Differential Scanning Calorimetry), FT-IR (Faurier Transform Infrared Spectroscopy), SEM (Scanning Electron Microscopy) dan uji tarik FT-IR (Faurier Transform Infrared Spectroscopy) Dua variasi instrumental dari spektroskopi IR yaitu metode dispertif, dimana prisma atau kisi dipakai untuk mendispersikan radiasi IR dan metode Fourier Transform (FT) yang lebih akhir, menggunakan prinsip interferometri. Spektroskopi inframerah merupakan metode yang sangat luas digunakan untuk karakterisasi struktur molekul polimer, karena memberikan banyak informasi. Perbandingan posisi absorpsi dalam spektrum inframerah suatu sample polimer dengan daerah absorpsi karakteristik, menunjukkan identifikasi pada keberadaan ikatan dan gugus fungsi dalam polimer (Rabek, 1975). Spektroskopi inframerah dapat digunakan untuk mengkarakterisasi panjang rantai polimer karena gugus aktif inframerah, adanya rantai polimer, mengabsorbsi seperti jika masing-masing gugus ditempatkan dalam molekul sederhana. Identifikasi dari sampel polimer dapat dibuat dengan menggunakan daerah sidik jari, dimana identifikasi sampel pada akhirnya mungkin untuk satu polimer untuk mempertunjukkan spektrum yang sama persis seperti yang lain. Daerah ini terletak dalam jangka 6,67 sampai 12,50 µm (Cowie, 1973). Skala pada dasar spektra adalah bilangan gelombang, yang berkurang dari 4000 cm -1 ke sekitar 670 cm -1 atau lebih rendah. Panjang-panjang gelombang
16 dicantumkan pada bagian atas. Panjang gelombang atau frekuensi titik minimum suatu pita absorpsi, digunakan untuk mengidentifikasi tiap pita. Titik ini lebih dapat diperoleh-ulang (reproduksibel) daripada jarak suatu pita lebar, yang beraneka ragam menurut konsentrasi contoh maupun kepekaan instrument. Banyaknya gugus yang identik. dalam sebuah molekul mengubah kuat relatif pita absorpsinya dalam suatu spektrum (Fessenden, 1986). Kelebihan-kelebihan FT-IR mencakup persyaratan ukuran sample yang kecil, perkembangan spektrum yang cepat, dan karena instrumen ini memiliki system komputerisasi terdedikasi, kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi spektrum. FT-IR telah membawa tingkat kesebergunaan yang lebih besar ke penelitian-penelitian struktur polimer. Karena spektrum-spektrum bias di-scan, di simpan, dan ditransformasikan dalam hitungan detik, tehnik ini memudahkan penelitian reaksi-reaksi polimer seperti degradasi dan ikat silang (Stevens, 2001) SEM (Scanning Electron Microscopy) Skanning Elektron Miskroskopi (SEM) merupakan alat yang dapat membentuk bayangan permukaan. Struktur permukaan suatu benda uji dapat dipelajari dengan mikroskop elektron pancaran karena jauh lebih mudah mempelajari struktur permukaan itu secara langsung (Nur, 1997). Pada SEM suatu berkas elektron yang sangat halus di-scan menyilangi permukaan sampel dalam sinkronisasi dengan berkas tersebut dalam tabung sinar katoda. Elektron-elektron yang akan terhambur digunakan untuk memproduksi sinyal yang memodulasi berkas dalam tabung sinar katoda, yang memprodukasi suatu citra dengan kedalaman medan yang besar dan penampakan yang hampir tiga dimensi. SEM memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan dengan resolusi sekitar 100 Å. Aplikasi yang khas mencakup penelitian dispersi-dispersi pigmen dalam cat, pelepuhan atau peretakan koting, batas-batas fasa dalam polipaduan yang tak dapat bercampur, struktur sel busa-busa polimer, dan kerusakan bahan perekat (Stevens, 2001).
17 Uji Kekuatan Tarik Sifat mekanik biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekuatan tarik (σ t ) menggunakan alat pengukur tensometer dan dinamometer, bila terhadap bahan diberikan tegangan. Kekuatan tarik mengacu pada ketahanan terhadap tarikan. Kekuatan tarik diukur dengan menarik sekeping polimer dengan dimensi yang seragam. Kekuatan tarik diartikan diartikan sebagai besarnya beban maksimum (Fmaks) yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan, dibagi dengan luas penampang bahan. Karena selama di bawah pengaruh tegangan, spesimen mengalami perubahan bentuk (deformasi) maka definisi kekuatan tarik dinyatakan dengan luas penampang semula (Ao) (Wirjosentono, 1995). σ t = Fmaks A dalam satuan dyne per sentimeter kuadrat (CGS) atau Newton per meter kuadarat (MKS) (atau pound per inchi kuadrat, psi, dalam satuan Bristish) (Stevens,2001). Selama deformasi, dapat diasumsikan bahwa volume spesimen tidak berubah sehingga perbandingan luas penampang semula dengan penampang setiap saat. Kemuluran (ε) sebagai nisbah pertambahan panjang terhadap panjang spesimen semula. Tekanan tarik (tensile stress) sebagai rasio dari gaya observasi ke area perpotongan silang dari spesimen yang tidak meregang. Kemuluran dapat dihitung dengan persamaan : L Lo kemuluran (%) = x 100% Lo Dimana L merupakan panjang spesimen setelah diuji kemulurannya dan Lo merupakan panjang mula-mula spesimen sebelum dilakukan uji kemulurannya dengan satuan milimeter (mm). Kecepatan standar untuk uji-tegang dari karet mesin adalah 500 ± 50 mm (20 ± 2 inch) per menit. Kekuatan tarik dari karet alam, turun secara drastis pada suhu kristis antara 40 o C dan 130 o C. Hal ini dihubungkan ke ukuran dari retakan yang terjadi secara alami (Morton, 1987). Hasil pengamatan sifat kekuatan tarik ini dinya takan dalam bentuk kurva tegangan, yaitu grafik antara beban dengan luas penampang terhadap perpanjangan bahan (regangan), yang disebut kurva regangan-tegangan. Bentuk kurva regangan
18 tegangan ini merupakan karakteristik yang menunjukkan indikasi sifat mekanik bahan yang lunak, keras, kuat, lemah, rapuh atau liat (Wirjosentono, 1995). Beberapa sifat-sifat mekanik dari homopolimer umum dapat dilihat dari tabel 2.3 dibawah ini : Tabel 2.3 Sifat-sifat Mekanik Beberapa Homopolimer Umum Polimer Kekuatan Tarik (MPa) Sifat-sifat tarik patahan Modulus (MPa) Perpanjangan (%) LDPE (Low Density Polyethylene) 8, HDPE (High Density Polyethylene) Polipropilena Polistirena ,2-2,5 (Stevens, 2001) Derajat Ikat Silang Derajat ikat silang pada karet telah diukur setelah proses ekstraksi dalam sikloheksana selama 8 jam. Dimana sampel dikeringkan pada suhu 80ºC selama 30 menit dan ditimbang beratnya. Persentase kandungan gel dari campuran dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: % kandungan gel = Wg Wo x 100 % Dimana Wg dan Wo adalah berat sampel setelah dan sebelum ekstraksi (Halimatuddahliana, 2007).
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polietilena termasuk jenis polimer termoplastik, yaitu jenis plastik yang dapat didaur ulang dengan proses pemanasan. Keunggulan dari polietilena adalah tahan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Termoplastik Elastomer (TPE) adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang sederhana. Nama ini diturunkan dari bahasa yunani yaitu Poly, yang berarti banyak dan mer, yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Polimer tinggi (kadang-kadang disebut makromolekul) adalah molekul besar yang dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana. Kesatuan-kesatuan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Charles Goodyear menemukan karet yang tervulkanisasi dengan menggunakan sulfur, sudah timbul keinginan peneliti untuk proses ban karet bekas agar dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plastik Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat- sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri dari unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya
Lebih terperinciKIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan termoplastik elastomer berbasis NR berpotensi untuk meningkatkan sifat-sifat NR. Permasalahan utama blend PP dan NR adalah belum dapat dihasilkan blend
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Polipropilena Polipropilena merupakan plastik yang paling ringan, dengan densitas 0,905 g/cm 3. Kristalinitas yang tinggi memberi kekuatan tarik yang besar, kekakuan dan kekerasan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis merupakan polimer alam dengan monomer isoprena. Karet alam memiliki ikatan ganda dalam konfigurasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plastik Plastik merupakan senyawa polimer yang memiliki tingkat kekakuan struktur, dengan melakukan uji regangan diperoleh modulus sebesar 10 9 dynes/cm 2 atau lebih. Persyaratan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polietilena (PE) Berbagai jenis termoplastik telah banyak digunakan untuk mempersiapkan termpolastik elastomer kompatibilitas tinggi. Ini termasuk polipropilen, low-density
Lebih terperinciAnalisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi
Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah
Lebih terperinciSenyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti
Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan
Lebih terperincikimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran
K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah seperti tumpahan minyak merupakan salah satu bentuk polusi yang dapat merusak lingkungan. Dampak dari tumpahan minyak ini dapat merusak ekosistem lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks alam adalah subtansi yang diperoleh dari getah karet (Hevea Brasilliensis). Lateks alam tersusun dari hidrokarbon dan mengandung sejumlah kecil bagian bukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polistiren adalah salah satu contoh polimer adisi yang disintesis dari monomer stiren. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat dan dapat
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Polietilena Pengembangan polietilena telah dilakukan dengan mengembangkan pembentukkan material baru termoplastik elastomer (TPE), bahan tersebut berbeda fase, morfologi
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini infrastruktur jalan raya di Indonesia masih merupakan masalah besar karena sebahagian jalan raya ini perlu peremajaan/perbaikan setiap tahunnya dan ini sangat
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interpenetrasi Jaringan Polimer (IPN) telah berkembang sejak tahun 90-an. Telah banyak penelitian yang dipatenkan dalam bidang ini (Tamrin, 1997). Polimer Jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, pembuatan produk lateks karet alam dengan penambahan pengisi organik maupun anorganik telah menyita banyak perhatian peneliti karena menunjukkan adanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa.
TINJAUAN PUSTAKA Plastik Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri atas unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK
PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I- 1. I.1 Latar Belakang
I- 1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang semakin maju mendorong berbagai macam industri besar dunia untuk memenuhi permintaan konsumen. Dalam hal ini, industri carbon fiber semakin
Lebih terperinciDari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5
Latihan contoh soal dan jawaban soal polimer Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar! 1. Polimer berikut yang tidak termasuk polimer alam adalah. A. tetoron B.
Lebih terperinci2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Poliuretan memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai busa tempat tidur, sofa, asesoris mobil, serat, elastomer, dan pelapis (coating). Produk Poliuretan mempunyai bentuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : - Hot Plate Stirer Coming PC 400 D - Beaker Glass Pyrex - Hot Press Gotech - Neraca Analitik Radwag
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan
Lebih terperinciDevy Lestari ( )
Devy Lestari (0404517016) KOMPETENSI DASAR Menganalisis struktur, tata nama, sifat, penggolongan dan kegunaan polimer Mengintegrasikan kegunaan polimer dalam kehidupan sehari hari dengan struktur, tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lateks pekat sebagai bahan utama pada penelitian ini tetap berada dalam bentuk emulsi sebelum diolah menjadi bahan baku pada industri. Biasanya lateks pekat banyak
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel
Lebih terperinciAlkena dan Alkuna. Pertemuan 4
Alkena dan Alkuna Pertemuan 4 Alkena/Olefin hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap (C = C) Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap: alkadiena tiga ikatan rangkap: alkatriena,
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu rekayasa material menjadi suatu kajian yang sangat diminati akhir - akhir ini. Pemanfaatan material yang lebih dikembangkan saat ini adalah polimer. Polimer
Lebih terperinciGambar 7. Jenis-jenis serat alam.
III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengunaan material komposit mulai banyak dikembangakan dalam dunia industri manufaktur. Material komposit yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang kembali, merupakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Uji material plastik sangat penting di karenakan untuk mengetahui kekuatan sebuah material plastik. Ada beberapa pengujian plastik diantanya dengan menggunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 SIFAT MEKANIK PLASTIK Sifat mekanik plastik yang diteliti terdiri dari kuat tarik dan elongasi. Sifat mekanik diperlukan dalam melindungi produk dari faktor-faktor mekanis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material komposit merupakan suatu materi yang dibuat dari variasi penggunaan matrik polimer dengan suatu substrat yang dengan sengaja ditambahkan atau dicampurkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi hutan di Indonesia menunjukkan tingkat produktivitas yang menurun, padahal kebutuhan bahan baku kayu di lingkungan masyarakat dari tahun ke tahun semakin meningkat
Lebih terperinciPengantar Edisi Kedua
Pengantar Edisi Kedua Edisi pertama Chemistry of Petrochemical Processes (Ilmu Kimia Proses Petrokimia) ditulis dengan tujuan untuk mengenalkan kepada pembaca melalui pendekatan sederhana mengenai beragam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Polipropilena Polipropilena merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk ke dalam polimer termoplastik yang dapat diolah pada suhu tinggi. Polipropilena berasal dari monomer
Lebih terperinciAtom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2.
SENYAWA ORGANIK A. Sifat khas atom karbon Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2. Atom karbon mempunyai 4 elektron valensi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan produsen karet alam nomor dua di dunia setelah Thailand. Produksi karet alam Indonesia tahun 2007 mencapai 2,55 juta ton dengan luas lahan perkebunan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Perkembangan ilmu kimia polimer pada hakikatnya berkembang seiring dengan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan polimer dan komposit dewasa ini semakin meningkat di segala bidang. Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat yang membutuhkan material
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bagian ini menjelaskan mengenai landasan teori yang akan dijadikan panduan dalam pembuatan compound rubber. 2.2 PROSES VULKANISASI Proses vulkanisasi kompon
Lebih terperinciBAB 3 RANCANGAN PENELITIAN
BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.
Lebih terperinciIlmu Kimia Proses PETROKIMIA
Buku ini dipersembahkan sebagai kenang-kenangan bagi Professor Lewis Hatch (1912-1991), cendekiawan, pendidik, dan teman yang jujur. Ilmu Kimia Proses PETROKIMIA Edisi Ke-2 Sami Matar, Ph.D. Lewis F. Hatch,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. KARET ALAM DAN KARET ALAM PADAT (SIR 20) Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan melalui penggumpalan getah dari hasil penyadapan tanaman tertentu. Getah tersebut
Lebih terperinciPembahasan Materi #13
1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Definisi Pengelompokkan Polimer Homopolimer dan Kopolimer Polimer Buatan Kegunaan Polimer 6623 - Taufiqur Rachman 1 Definisi 3 Polimer (Polymer) merupakan molekul
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kayu Kelapa Sawit Kayu kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan limbah padat yang dihasilkan oleh industri perkebunan kelapa sawit. Tumbuhan dari orde Palmales, famili
Lebih terperinciStruktur atom, dan Tabel periodik unsur,
KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN 1. Bahan Bahan baku pembuatan pati terdiri atas tapioka dan pati sagu yang diperoleh dari pengolahan masyarakat secara tradisional dari daerah Cimahpar (Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sektor industri termasuk industri kimia di dalamnya, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik dari
Lebih terperinciHIDROKARBON AROMATIK
HIDROKARBON AROMATIK Benzena, toluena, xilena (BTX), dan etilbenzena adalah hidrokarbon aromatik dengan pemakaian sangat luas untuk produksi bahan petrokimia. Bahan aromatik ini sangat penting sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut
Lebih terperincibahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet siklo (CNR) merupakan material turunan dari karet alam yang menjadi produk unggulan industri hilir karet. Karet siklo merupakan salah satu hasil modifikasi karet
Lebih terperinciTIN107 Material Teknik. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d
1 TIN107 Material Teknik Definisi 2 Polimer (Polymer) merupakan molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia. Poly = banyak Mer = bagian
Lebih terperinci= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij
5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan karet alam untuk berbagai keperluan semakin meningkat seiring dengan kemajuan industri, di sisi lain menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran dimana
Lebih terperinciSTUDI MORPHOLOGY CAMPURAN PLASTIK PET DENGAN BAN BEKAS (RR), PLASTIK PET DENGAN KOMPON (NR) DAN BAN BEKAS (RR) DENGAN KOMPON (NR) DENGAN METODE HPHTS
TUGAS AKHIR STUDI MORPHOLOGY CAMPURAN PLASTIK PET DENGAN BAN BEKAS (RR), PLASTIK PET DENGAN KOMPON (NR) DAN BAN BEKAS (RR) DENGAN KOMPON (NR) DENGAN METODE HPHTS Disusun oleh : HERI PUJIASTONO D 200 040
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)
SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) Citra Mardatillah Taufik, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas
Lebih terperinciAPAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON?
APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON? Oleh: Didi S. Agustawijaya dan Feny Andriani Bapel BPLS I. Umum Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen
Lebih terperinciPenentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas
Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Abstrak Jurusan
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinciberupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).
HIDROKARBON Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena
36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Polimer Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit unit berulang sederhana. Nama ini diturunkan dari bahasa yunani poly, yang berarti banyak dan mer, yang berarti
Lebih terperinci2 mencapai ha. Dengan upaya ini diharapkan hidonesia dapat menempati posisi teratas produsen karet didimia pada tahun 2020 mendatang [Mentan, 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian mengenai campuran thermoplastic dengan kascexjelastomer untuk menghasilkan material thermoplastic-elastomer (TPE) sudah dimulai sejak tahun 1980-an. Pada
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari
Lebih terperinciPERANAN DIVINIL BENZENA TERHADAP KOMPATIBILITAS CAMPURAN LOW DENSITY POLYETHYLENE (LDPE) DAN ABU BAN BEKAS MENGGUNAKAN INISIATOR DIKUMIL PEROKSIDA
1 PERANAN DIVINIL BENZENA TERHADAP KOMPATIBILITAS CAMPURAN LOW DENSITY POLYETHYLENE (LDPE) DAN ABU BAN BEKAS MENGGUNAKAN INISIATOR DIKUMIL PEROKSIDA SKRIPSI DEWI ANJARSARI SINAGA 060802014 DEPARTEMEN KIMIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan banyak sekali produk turunan dari minyak sawit yang dapat menggantikan keberadaan minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal didefinisikan sebagai suatu cairan yang lekat atau berbentuk padat, yang terdiri dari hydrocarbons atau turunannya, terlarut dalam trichloro-ethylene dan bersifat
Lebih terperinci