BAB VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI"

Transkripsi

1 BAB VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Karakter suatu tempat berkaitan dengan identitasnya dimana terdapat tiga komponen yang meliputi aspek fisik, aspek fungsi dan aspek makna tempat. Untuk melihat kondisi kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang dari waktu ke waktu secara utuh maka dilakukan penelitian pada ketiga aspek tersebut. Pengamatan terhadap ketiga aspek pembentuk karakter dikerangkakan dalam elemen urban design yang meliputi pemanfaatan lahan, ruang-ruang terbuka dan tata bangunan dalam periodisasi penelitian pada periode kolonial, periode sekitar kemerdekaan RI ( ), periode 1970-an dan periode tahun Dari kerangka substansial dan kerangka waktu tersebut didapatkan identifikasi karakter kawasan di tiap periode, perubahan-perubahan yang terjadi serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan karakternya. Penelitian terhadap kawasan alun-alun ini menghasilkan beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Karakter kawasan di tiap periode amatan. Identifikasi karakter dari tiap periode amatan yaitu : Pada periode kolonial, karakter kawasan kuat sebagai pusat kota/pemerintahan dengan unsur-unsur konstelasi catur tunggal yang jelas & kuat. Kepadatan relatif rendah dengan kegiatan yang beragam di bangunan dan ruang terbuka (alun-alun). Pada saat ini bangunanbangunan kolonial (fungsi perkantoran dan lainnya) mulai 206

2 mengintervensi lahan alun-alun bagian utara menjadi simbol-simbol baru yang kuat. Pada periode sekitar kemerdekaan RI, karakter kawasan masih kuat sebagai pusat kota/pemerintahan dengan unsur-unsur konstelasi catur tunggal yang jelas & kuat setidaknya hingga tahun 1942 saat terjadi pemindahan kantor bupati ke luar kawasan. Kepadatan kawasan berubah/bertambah padat dengan Pasar Johar (1939) bermassa besar dan menjadi simbol baru yang sangat kuat. Kegiatan yang terjadi beragam di bangunan dan ruang terbuka (alun-alun). Pada masa ini, bangunan kolonial (fungsi perkantoran & lainnya) menjadi simbol yang kuat di bagian utara. Pada periode 1970-an, karakter kawasan sebagai pusat pemerintahan menurun/hilang dengan hilangnya Kanjengan (kantor bupati dipindahkan ke luar kawasan pada tahun 1942 dan bangunan Kanjengan dibongkar pada tahun 1970). Kepadatan kawasan semakin tinggi dengan pasar dan pertokoan yang mendesak ruang terbuka (alun-alun) dan lahan bekas Kanjengan menggantikan fungsi Kanjengan sebelumnya. Kegiatan di bangunan dan ruang terbuka (alun-alun) makin dipengaruhi fungsi komersial dan bangunan eks kolonial (fungsi perkantoran & lainnya) menjadi blok fungsi perkantoran pemerintah RI yang kuat di bagian utara. Pada saat ini, kawasan dikenal sebagai Kawasan Pasar Johar / Kawasan Pusat Perdagangan dengan kepadatan kawasan yang sangat tinggi. Eksistensi Alun-alun & Kanjengan hanya berupa toponim sementara peran Masjid Kauman makin lemah oleh himpitan 207

3 perkembangan bangunan dan aktivitas komersial di sekitarnya. Ragam kegiatan publik berkurang, tidak terwadahi dan terjadi di ruang jalan seperti tradisi dugderan yang meluber ke jalan-jalan raya serta tumbuhnya PKL di banyak koridor jalan di sekitar pasar. Blok fungsional yang ada terdiri dari perkantoran di utara, komersial/campuran di sebagian besar kawasan, masjid dan permukiman di belakang fungsifungsi komersial/campuran. b. Perubahan-perubahan karakter yang terjadi di kawasan dari masa ke masa. Perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan yaitu : Konstelasi catur tunggal merupakan pembentuk karakter dasar yang khas dan kuat menyisakan pada awalnya. Konstelasi ini telah berubah dan toponim unsur-unsurnya (Kanjengan & alun-alun), sementara Pasar Johar & Masjid mengalami degradasi fisik & perannya oleh himpitan dominasi komersial di sekitarnya. Bangunan-bangunan komersial baru dan aktivitasnya memperkuat makna baru kawasan dari kawasan pusat kota menjadi kawasan Pasar Johar / kawasan pusat perdagangan Kawasan semakin padat dengan KDB & KLB meningkat sementara luasan alun-alun dari waktu-ke waktu semakin kecil dan akhirnya hilang /menyisakan ruang terbuka kecil di depan Masjid Agung Semarang. Pola jalan utama (Jalan Pemuda, Jalan Agus Salim, Jalan Pedamaran) relatif tetap dan bertambah jalan-jalan baru di lahan alun-alun dengan 208

4 sejak tahun 1930-an dengan bahasa Belanda dan nama jalan alun-alun sejak tahun 1970-an. Orientasi bangunan berubah ke jalan didepannya seiring hilangnya alunalun dan gaya bangunan berubah dari dominasi gaya kolonial & indis ke arah moderen terutama sejak pembangunan Pasar Johar. Fungsi blok-blok dalam kawasan terus berubah kecuali blok masjid. Blok perkantoran di sebelah utara sejak jaman kolonial dan menjadi blok perkantoran pemerintah RI pada saat ini, fungsi komersial semakin mendominasi kawasan menggeser alun-alun (ruang terbuka) dan mempengaruhi hunian yang ada menjadi campuran antara hunian dengan komersial terutama di koridor-koridor kawasan. Keragaman kegiatan makin berkurang dan makin dipengaruhi kegiatan komersial. Aktivitas di alun-alun/ruang terbuka semakin tidak terwadahi dan terjadi di ruang jalan (tradisi dugderan yang meluber ke jalan-jalan raya) sementara aktivitas di bangunan makin ramai terutama terkait pasar dan pertokoan. c. Faktor yang mempengaruhi perubahan karakter. Dari berbagai perubahan yang saling berkaitan dan dalam hubungan sebbab-akibat, dapat dilihat faktor dasar yang mempengaruhi perubahan karakter yaitu adanya perubahan otoritas / kekuasaan atas kawasan yang berganti-ganti dari masa ke masa. Hal tersebut menjadi menjadi faktor kunci setiap perubahan yang berpengaruh pada aspek fisik, fungsi maupun makna yang terbentuk dalam kawasan secara keseluruhan. Hal tersebut dijabarkan sebagai berikut : 209

5 Pada masa kolonial, otoritas kawasan oleh Kanjengan (pemerintah pribumi) dan mulai terintervensi oleh pemerintah kolonial. Pada awal perkembangan kawasan sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Semarang, pola kawasan secara umum sama dengan prinsip catur tunggal dimana alun-alun menjadi central setting dimana terdapat Kanjengan (Pusat Pemerintahan Bupati Semarang), Masjid dan Pasar Johar. Pola blok-blok dalam kawasan berubah sejak intervensi kolonial pada lahan alun-alun (bagian utara dan timur) pada tahun 1900-an. Hal tersebut terus berlanjut dengan fungsi komersial berupa Pasar Johar sebagai fungsi yang sangat signifikan pada tahun 1939 Pada masa sekitar kemerdekaan RI ( ), otoritas kawasan oleh Kanjengan (pemerintah pribumi) hingga tahun 1942 dan pengaruh pemerintah kolonial hingga tahun Sejak dipindahkannya pusat pemerintahan bupati ke luar kawasan (tahun 1942), otoritas Kanjengan yang berperan utama terhadap kawasan menjadi hilang, menyebabkan alun-alun sebagai satu kesatuan dengan royal district berubah. Pada saat itu, Pasar Johar yang baru (1939) menjadi fungsi yang sangat kuat sebagai pasar terbesar di kawasan (hingga se-asia Tenggara). Pada masa 1970-an, otoritas kawasan secara tidak langsung ada pada kekuatan komersial (pasar dan pertokoan) dan sebagian oleh pemerintah RI dengan perkantorannya. Kawasan alun-alun pada masa ini semakin didominasi fungsi komersial dan semakin drastis sejak tahun 1970 seiring adanya pusat kota yang baru di Simpang Lima dan dengan dibongkarnya bangunan Pendopo Kanjengan. Lahan alun-alun 210

6 dimanfaatkan untuk pembangunan bangunan-bangunan komersial (pasar dan pertokoan) di bagian selatan hingga ke bekas komplek Kanjengan dan pertokoan baru serta perkantoran di bagian utara. Periode saat ini dominasi komersial menjadi otoritas terkuat di kawasan ini. Pola awal dengan konsepsi catur tunggal telah berubah dengan unsur-unsur yang tertinggal saat ini hanyalah Masjid Besar Kauman / Masjid Agung Semarang dan Pasar Johar dengan kondisi fisik bangunan yang terdegradasi oleh pembangunan baru di sekitarnya. Alun-alun telah hilang dipenuhi fungsi perkantoran dan komersial menyisakan ruang terbuka kecil di depan masjid seluas sekitar m2. Hal yang tertinggal lainnya adalah toponim nama kanjengan, alun-alun dan nama jalan alun-alun. Keterkaitan antara karakter kawasan di tiap periode masa, perubahanperubahan yang terjadi serta faktor yang mempengaruhinya dapat dicermati dalam tabel 7.1 pada halaman berikut. 211

7 212

8 7.2. Saran Dari kajian terhadap karakter Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang pada beberapa periode waktu menyangkut aspek fisik, fungsi dan maknanya, terdapat beberapa hal yang dapat disarankan yaitu antara lain : Kajian yang telah dilakukan bersifat kualitatif, maka penelitian ini dapat dilanjutkan dengan kajian-kajian yang lebih bersifat kuantitatif terutama pada daya dukung kawasan secara umum maupun kapasitas ruang dan bangunan yang ada. Penelitian yang lebih presisi terutama pada kapasitas bangunan pasar dan pertokoan yang saat ini terlihat overload perlu dilakukan sehingga penataan kawasan ke depan akan mewujud pada upaya keseimbangan fungsi kawasan yang tidak hanya sebagai kawasan komersial secara lebih terukur. Maksud penelitian ini adalah untuk melihat rekam jejak fisik kawasan secara morfologis maupun rekam jejak fungsi/aktivitas yang terjadi dimana kedua hal tersebut telah menciptakan makna tempat/kawasan yang terus berubah/berkembang hingga saat ini. Dengan rekam jejak yang telah teridentifikasi diharapkan melengkapi penelitian yang telah ada dan dapat menjadi salah satu catatan yang memperkuat dasar pengambilan kebijakan pada kawasan ini. Hal tersebut akan terkait dengan upaya penelitian, pengaturan maupun penataan kawasan lebih lanjut yang dilakukan oleh berbagai pihak terutama oleh penentu kebijakan dalam hal ini oleh Pemerintah Kota Semarang melalui dinas terkait seperti Bappeda atau Dinas Tata Kota. 213

9 7.3. Rekomendasi strategi pelestarian dan peningkatan karakter Kawasan Alun-Alun Lama Kota Semarang Berkaitan dengan strategi pelestarian dan penguatan karakter kawasan, dengan pencermatan data kondisi kawasan dari semua periode, perubahan yang terjadi serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahannya didapatkan potensi dan problem kawasan untuk selanjutnya dielaborasi menjadi prospek kawasan yang akan dikembangkan menjadi strategi dalam pelestarian dan penguatan karakter kawasan Potensi, problem dan prospek kawasan Dalam upaya melestarikan dan menguatan karakter kawasan yang mengalami perubahan pada saat ini, perlu dilihat kembali kondisi ideal yang dituju sebagai indikator tercapainya pelestaran dan penguatan karakter kawasan (tabel 2.6. dalam elaborasi kajian teoritik di Bab.2). Diagram hubungan antara kondisi saat ini dan yang akan datang digambarkan sebagai berikut : KONDISI SAAT INI KONDISI IDEAL (sebagai hasil proses perubahan sejak masa kolonial) yang dituju dalam pelestarian & penguatan karakter kawasan POTENSI PROBLEM PROSPEK Kawasan Gambar 7.1. Diagram hubungan kondisi saat ini dan kondisi ideal kawasan yang diharapkan Sumber : peneliti,

10 Tabel 7.2. Tabel kondisi ideal pelestarian dan penguatan karakter kawasan Elemen urban design ASPEK FISIK Pemanfaa tan lahan Ruangruang terbuka ASPEK MAKNA ASPEK FUNGSI Tata bangunan intensitas penggunaan lahan Kondisi ideal pelestarian/ penguatan karakter kawasan pengaturan kepadatan kawasan/prosentase luasan area terbangun dan tidak terbangun efisiensi penggunaan lahan, pengembangan vertikal jenis dan pola ruang terbuka kemudahan pergerakan (permeabilitas) dan aksesibilitas di ruang-ruang terbuka elemen fisik di ruangruang terbuka kelengkapan elemen fisik di ruang terbuka yang mendukung kebutuhan aktivitas Konfigurasi bangunan keterlingkupan ruang jalan/lapangan oleh bangunan Perawatan ragam tampilan bangunan & kemampuan fisik bangunan lama untuk adaptasi fungsi baru Tampilan bangunan Pemanfaa tan lahan fungsi lahan/blok Ruangruang terbuka aktivitas di ruangruang terbuka Tata bangunan aktivitas di bangunan Pemanfaa tan lahan pemanfaatan lahan / blok pembentuk makna tertentu Ruangruang terbuka ruang-ruang terbuka sebagai penanda tempat/makna tempat Tata bangunan bangunan-bangunan sebagai penanda tempat/makna tempat pengaturan pola pemanfaatan lahan/distribusi fungsi formal dan magnet-magnet kegiatan keragaman kegiatan di ruang-ruang terbuka vitalitas ruang-ruang terbuka (street life, events dan tradisi lokal yang terjadi dan jam hidup ruang publik) keragaman kegiatan di bangunan-bangunan vitalitas yang terbentuk oleh muka bangunan yang aktif (active frontage) makna signifikan yang terbentuk oleh pemanfaatan lahan/blok kemudahan kawasan untuk diingat (imageable & memorable) dengan keberadaan ruang-ruang terbuka kemudahan kawasan untuk dibaca/dimengerti/dipahami (legible) dengan keberadaan ruang-ruang terbuka kemudahan kawasan untuk diingat (imageable & memorable) dengan keberadaan bangunan-bangunan sebagai penanda kemudahan kawasan untuk dibaca/ dimengerti/dipahami (legible) dengan keberadaan bangunan-bangunan sebagai penanda Sumber : analisis peneliti, 2013 (diambil dari tabel 2.6) a. Potensi, problem dan prospek pada aspek fisik kawasan Dengan melihat data kondisi kawasan dari semua periode dan faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan karakter fisik kawasan, dapat diidentifikasi potensi, problem dan prospeknya sebagai berikut. 215

11 Potensi Hal-hal yang menjadi potensi fisik kawasan adalah sebagai berikut : Faktor efisiensi penggunaan lahan, dengan padatnya area terbangun menjadikan massa bangunan berkembang vertikal. Munculnya banyak bangunan baru sebagai simbol perekonomian baru (pertokoan, hotel dan lainnya). Namun di satu sisi, beberapa bangunan komersial tidak difungsikan optimal, yaitu antara lain bangunan 6 lantai bekas Shopping Center Johar (SCJ/Matahari Dept.Store) yang hanya dimanfaatkan di lantai 1 dan 2, eks Bioskop Kanjengan yang tidak dimanfaatkan Pasar Yaik di lantai 2 serta Pengembangan di sebelah barat Pasar Yaik berupa bangunan semi permanen yang potensial ditata kembali. Pola jalan dan lapangan (alun-alun) berubah seiring perubahan fungsi blok/bagian kawasan. Nama jalan di sekitar alun-alun masih bernama Jalan Alun-alun Barat, Tengah dan Timur serta nama blok Kanjengan Perkembangan tampilan bangunan, fungsi komersial memicu perubahan muka bangunan menjadi aktif (active frontage) Banyak bangunan lama yang berstatus Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang berkarakter kuat. Problem Hal-hal yang menjadi problem fisik kawasan adalah sebagai berikut : Hilangnya alun-alun sebagai pusat orientasi tatanan fisik bangunan,. Hilangya bangunan penanda, yaitu bangunan Kanjengan yang menjadi simbol pada masa lalu hilang, bangunan lama yang menjadi simbol pada masa lalu terhimpit dan terdegradasi oleh adanya bangunan baru 216

12 (Pasar Johar & Masjid). Tampilan bangunan lama dan bangunan baru banyak yang tidak terawat/kumuh. Kepadatan area terbangun dan munculnya bangunan PKL dan kios di ruang jalan (bahu jalan, badan jalan dan trotoar) menurunkan permeabilitas (kemudahan akses) kawasan Prospek Prospek yang ada dari potensi dan problem tersebut yaitu : Pembentukan struktur kawasan yang jelas dengan penataan area terbangun-tidak terbangun termasuk penataan ruang (pembukaan sebagian alun-alun dan ruang jalan) terbuka dan untuk menciptakan permeabilitas kawasan yang baik. Perlunya pembatasan area terbangun, mempertahankan KDB dan meningkatkan KLB dengan pembangunan vertikal. Penataan ruang terbuka jalan untuk kegiatan aktif (ruang pergerakan) dan pasif (PKL, tempat duduk, dll) Alih fungsi atau pembangunan baru pada bangunan komersial yg tidak berfungsi optimal serta arahan bangunan baru yang responsif terhadap bangunan lama dengan infill development, adaptive reuse dan perawatan/konservasi bangunan lama (BCB) b. Potensi, problem dan prospek pada aspek fungsi kawasan Dari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan karakter kawasan pada aspek fungsinya, dapat diidentifikasi potensi, problem dan prospeknya sebagai berikut. 217

13 Potensi Hal-hal yang menjadi potensi terkait fungsi dalam kawasan adalah sebagai berikut : Kawasan makin padat dengan beragam fungsi bangunan, yaitu komersial (pasar, pemerintah-swasta, pertokoan) hotel, dan fungsi kampus). lainnya Fungsi (perkantoran komersial yang mendominasi kawasan perlu ditata agar tidak menminggirkan fungsi lainnya. Kampung Kauman menjadi potensi pendukung kegiatan sosial kultural dan religius mengimbangi fungsi komersial. Fungsi komersial meningkatkan jam hidup kegiatan di bangunan dan ruang publik. Opening hours (jam hidup) bangunan & ruang terbuka potensial diperpanjang dengan bangkitan ragam kegiatan yang terjadi di ruang publik yang memadai. Eks Bioskop Kanjengan, pasar dan pertokoan yang tidak termanfaatkan secara optimal potensial untuk penataan fungsi vertikal untuk komersial dengan merawat/ mempertahankan toponim Kanjengan Problem Hal-hal yang menjadi problem terkait fungsi dalam kawasan adalah sebagai berikut : Keterbatasan ruang publik dan pengaruh fungsi komersial (pasar & pertokoan) menjadikan terjadinya percampuran kegiatan di ruang jalan, yaitu fungsi komersial memicu kegiatan sektor informal (PKL, kios) di ruang jalan serta hilangnya alun-alun menjadikan kegiatan publik terjadi di ruang jalan 218

14 Hilangnya fungsi pemerintahan (Kanjengan) merubah konstelasi fungsi catur tunggal, sementara hilangnya alun-alun mengakibatkan hilangnya pengikat (central setting) hubungan fungsional antar blok Tidak dimanfaatkannya Kali Semarang sebagai jalur transportasi menjadikan fungsi sungai hanya sebagai saluran air. Fungsi komersial menjadi magnet kegiatan kawasan yang homogen, keragaman kegiatan di bangunan dan ruang publik berkurang Prospek Prospek penataan kawasan berdasar pada potensi untuk menjawab problem yang ada tersebut antara lain : Pembukaan kembali sebagian alun-alun sebagai central setting kawasan dan menciptakan ruang kegiatan agar keseimbangan fungsi (komersial, sosial, religius) Penataan kembali blok-blok fungsional yang ada berdasar pada keseimbangan distribusi fungsi formal (fungsi publik, perkantoran, komersial dan lainnya) secara horisontal dan vertikal Penguatan active frontage bangunan untuk meningkatkan jam hidup kawasan c. Potensi, problem dan prospek pada aspek makna (meaning) kawasan Potensi, problem dan prospek terkait dengan makna kawasan yang ada terbentuk oleh aspek fisik dan fungsinya, yaitu sebagai berikut : 219

15 Potensi Hal-hal yang menjadi potensi terkait makna (meaning) dalam kawasan adalah sebagai berikut : Faktor toponim nama jalan & blok menyisakan memori kolektif masyarakat. Sementara itu, banyak bangunan kuno (BCB) dan bangunan baru berskala besar potensial dikuatkan kembali sebagai penanda tempat yang signifikan. Event rutin tahunan dugderan masih terus berlangsung hingga saat ini, potensial sebagai penanda kawasan yang kuat dan khas Koridor Kali Semarang menjadi ruang belakang yang tidak aktif, tidak menjadi orientasi bangunan/kegiatan sehingga menjadi tidak terawat/kumuh. Potensial ditata sebagai ruang pergerakan aktif dengan riverfront development. Problem Hal-hal yang menjadi problem terkait makna (meaning) dalam kawasan adalah sebagai berikut : Perubahan elemen konstelasi catur tunggal yang dimulai oleh hilangnya Kanjengan diikuti alun-alun menjadikan hilangnya makna kawasan pusat kota. Sementara itu, dominasi bangunan dengan fungsi komersial merubah makna baru kawasan secara menyeluruh sebagai kawasan pusat perdagangan Penurunan kemudahan makna lama kawasan sebagai kawasan pusat kota untuk diingat (imageable & memorable) dan kemudahan kawasan untuk dibaca/ dimengerti/dipahami (legible) dengan bangunan lama sebagai penanda 220

16 Perubahan makna ruang terbuka jalan dari ruang pergerakan (kendaraan & pejalan kaki) menjadi ruang kegiatan aktif (pergerakan) dan pasif (PKL, kios dan kegiatan sosial-religius dugderan ) Koridor Kali Semarang menjadi ruang belakang yang tidak aktif, tidak menjadi orientasi bangunan/kegiatan sehingga menjadi tidak terawat/kumuh Prospek Perlunya penataan blok fungsional, obyek fisik (bangunan dan ruang terbuka) serta aktivitas kawasan dengan mengacu pada konstelasi massa-ruang di masa lalu sebagai pusat kota Strategi pelestarian dan penguatan karakter kawasan Tatanan tempat yang baik yang merupakan tujuan dari pelestarian dan penguatan karakter kawasan. Hal tersebut menyangkut tiga aspek yang seharusnya seimbang yaitu aspek fisik, fungsi dan makna (meaning) kawasan. Makna yang terbentuk oleh tatanan fisik dan fungsi di keseluruhan kawasan telah bekembang dari waktu ke waktu, walaupun di satu sisi masih meninggalkan toponim nama tempat dan nama jalan selain masih adanya bangunan penanda yang potensial dikuatkan (Masjid dan Pasar Johar). Hal ini dapat menjadi langkah awal atau konsep dasar penataan secara menyeluruh yang akan terimplementasi pada arahan penataaan fisik dan fungsi di setiap bagian kawasan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka strategi yang dapat dilakukan dijabarkan dalam poin-poin berikut. 221

17 1. Konsep awal pola catur tunggal dimunculkan kembali sebagai pola dasar penataan kawasan yang khas. Pada awal mula konsepsi penataan ruang kawasan, konstelasi catur tunggal menjadi karakter dasar yang khas. Hal tersebut perlu menjadi acuan dasar dalam penataan blok fungsional kawasan, ruang-ruang tebuka dan bangunan serta aktivitasnya. Dengan penataan kawasan yang menekankan konteks lokal & historis untuk menyikapi perkembangan pesat kawasan, diharapkan akan terbentuk kawasan yang khas dan penuh makna ( placefulness ). Ruang terbuka yang memadai luasnya mutlak diperlukan sebagai langkah awal tercapainya keseimbangan fungsi antara fungsi komersial, sosial-kultural dan religius seperti pada awal konsepsi penataan kawasan. Hal itu terkait langsung dengan makna kawasan yang sangat penting dimana pada masa lalu (hingga tahun 1970-an) dimana ruang terbuka luas (alun-alun) menjadi central setting kawasan. Pembukaan sebagian alun-alun dan perawatan toponim yang masih ada (namanama jalan alun-alun dan Kanjengan) sebagai langkah pertama penataan kawasan. Masjid Perkantoran pemerintah ALUNALUN Pasar Perkantoran Masjid Masjid Toponim Pasar & ALUNALUN pertokoan Kanjengan Konstelasi catur tunggal menjadi karakter dasar yang khas TOPONIM Pasar ALUN-ALUN Ruang Terbuka Hijau Komersial Toponim Kanjenga n Kondisi saat ini Menjadi acuan dasar tatanan blok fungsi, ruang terbuka, bangunan dan aktivitas kawasan TOPONIM Kanjengan Kondisi mendatang Gambar 7.2. Konsep dasar arahan penataan kawasan Sumber : peneliti,

18 2. Penataan struktur kawasan (pola jalan, blok fungsional dan elemen fisik (bangunan/ruang terbuka) Kawasan yang pada awal perencanaan sebagai pusat kota dan pusat aktivitas masyarakat (kawasan historis) yang terus berkembang dan lebih dikenal menjadi kawasan pusat perdagangan/komersial Kota Semarang, dalam perkembangan ke depan diharapkan mampu terbentuk makna kawasan yang lebih positif yaitu sebagai kawasan kota yang terus berkembang moderen tetapi tetap berpijak pada settingnya pada kawasan historis bekas pusat kota. Kawasan ini pada masa sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Pasar Johar atau sebagai kawasan pusat perdagangan karena dominasi kegiatannya. Kegiatan sosial-religius yang ada di sekitar Masjid Agung Semarang dan sisa alun-alun semakin terbenam oleh kegiatan komersial. Sejak tahun tahun 1970-an, struktur kawasan makin tidak jelas, Alunalun tidak lagi sebagai central setting bersama dengan Kanjengan, juga konstelasinya bersama Masjid Kauman dan Pasar Johar. Area sekitar pasar (eks lahan alun-alun) semakin padat dan semakin tidak legible, bagian-bagian dalam kawasan maupun kawasan alun-alun secara keseluruhan sulit dibaca oleh pengunjung/pelintas karena dipenuhi bangunan (permanen & semi permanen). Dengan diabaikannya sejarah terbentuknya kawasan, maka terjadi penghilangan jejak secara kolektif yang akhirnya terbentuk kawasan yang tidak seimbang dengan dominasi kegiatan komersial sementara kegiatan lainnya terutama sosial-religius masih tetap eksis walaupun tidak memiliki tempat secara 223

19 fisik maupun peran secara sosial dalam kawasan. Dalam kaitan dengan hal itu, kebutuhan masyarakat pada ketersediaan ruang terbuka tidak terpenuhi. Berangkat dari kondisi saat ini, upaya untuk menciptakan kejelasan blok-blok dalam kawasan dalam rasio keseimbangan antara komersial dengan sosial-religius, perkantoran dan lainnya terkait dengan tatanan pemanfaatan lahan dan tatanan ruang terbuka serta bangunan. Hal tersebut akan membawa kejelasan tempat dengan penanda-penanda berupa ruang terbuka luas sebagai pusat kawasan, bangunan-bangunan signifikan sebagai penanda sehingga kemudahan membaca kawasan akan tercapai sehingga kawasan menjadi legible dan impresi baru akan terbentuk sehingga imageability masyarakat (yang tinggal ataupun pelintas/pengunjung) akan semakin kuat. Dalam gambar berikut ditampilkan impresi diagramatik yang ada pada saat ini (gambar 1, kondisi tahun 2012) dan impresi diagramatik yang diharapkan terbentuk pada masa selanjutnya (gambar 2). Pada gambar pertama, dominasi komersial terhadap lainnya, sementara ruang terbuka kecil yang tersisa diantara blok-blok lain tidak mampu menjadi pengikat/penyatu atau pusat orientasi. Pada gambar kedua, image kawasan menjadi mudah ditangkap dengan ruang terbuka sebagai pusat orientasi dan keseimbangan blok-blok dengan fungsinya masing-masing di sekitar pusat kawasan dan saling terhubung. 224

20 Bulevar & tugu KM Nol KOTA LAMA Perkantoran (Eks Perkantoran Kolonial) a. Komersial b. Pasar Johar Akses ke daerah selatan Masjid c. Hunian/kampung Kauman (pendukung masjid) d. e. Akses ke daerah Bubakan Komersial Komersial (eks Kanjengan) Hunian/kampun g f. Gambar 7.3. Impresi diagramatik Kawasan Alun-alun Semarang periode tahun 2012 dan pada masa selanjutnya yang diharapkan terbentuk Sumber : interpretasi peneliti dari berbagai sumber, 2013 Implementasi dari konsep penataan tersebut dijabarkan dalam strategi arahan penataan pemanfaatan lahan, ruang terbuka dan bangunan berikut ini, yaitu : a. Strategi penataan pemanfaatan lahan kawasan Dalam kaitannya dengan intensitas penggunaan lahan, penataan ulang area terbangun dan tidak terbangun menjadi krusial. Lahan bekas alunalun selatan (penamaan pada tahun 1970-an) hingga lahan bekas Kanjengan merupakan lahan milik Pemkot Semarang menjadi potensi yang baik untuk kemudahan pemanfaatannya. Bangunan-bangunan yang ada (Pasar Yaik Permai dan perluasan pasar ke barat) semuanya bukanlah bangunan cagar budaya dan sebagian besar bangunan semi permanen. Dengan pembukaan area ini untuk ruang terbuka, maka relokasi pasar yang ada dimungkinkan di lahan Kanjengan dan lahan di selatan Pasar 225

21 Johar dengan pembangunan vertikal. Dengan pengembalian area ini sebagai ruang terbuka, maka pusat orientasi kawasan menjadi jelas dimana Pasar Johar yang semula didesain menghadap ke barat, Masjid menghadap ke timur, Komplek Kanjengan menghadap ke utara dan hotel/pertokoan di utara menghadap ke selatan, semuanya berorientasi pada ruang terbuka ini. Area perkantoran dengan intensitas bangunan yang relatif tidak terlalu padat, diarahkan pembatasan KDB, pengembangan selanjutnya ke arah vertikal Area alun-alun yang tersisa hingga tahun 1970-an Pembukaan kembali sebagian alun-alun berupa ruang terbuka yang memadai sebagai ruang aktivitas publik (sosialreligius) sekaligus sebagai pusat orientasi kawasan Masjid Besar Kauman/Masjid Agung Semarang, BCB, dipertahankan Permukiman Kampung Kauman perlu dipertahankan sebagai pendukung kawasan, intensitas bangunan padat diarahkan pembatasan KDB, pengembangan selanjutnya ke arah vertikal Bangunan permanen 4 lantai perlu dipertahankan Eks Matahari dept.store (6 lantai, tidak aktif) potensial dipertahankan untuk pemanfaatan baru Area bekas alun-alun yang potensial dibuka kembali, relokasi bangunan dengan pembangunan vertikal BCB Pasar Johar, dipertahankan Eks Bioskop Kanjengan, pasar dan pertokoan potensial untuk penataan massa vertikal yang baru Gambar 7.4. Strategi penataan intensitas pemanfaatan lahan. Peta dasar : Peta figure ground kawasan pada tahun 2012 (Sumber : peneliti, 2013) Di sekitar pusat orientasi ini terdapat fungsi yang beragam. Di sebelah timur dan sebagian utara sebagai blok campuran perdagangan-jasa yang 226

22 dikembangkan secara vertikal sebagai konsekuensi pembukaan kembali alun-alun. Blok perdagangan & jasa yang potensial menghidupkan / mendukung blok perkantoran Bulevar di KM Nol sebagai ruang terbuka dan orientasi mikro blok perkantoran Blok perkantoran dan pendidikan, dipertahankan sebagai blok yang cenderung aktif hanya pada siang hari Fungsi campuran perdagangan & jasa di sisi timur ruang terbuka alun-alun, dengan mempertahankan Pasar Johar dan penataan zonasi secara vertikal di bangunanbangunan baru Ruang terbuka baru, pengembalian alun-alun dengan pemaknaan baru sebagai pusat orientasi kawasan Blok peribadatan dan perdagangan khusus (komersial-religius) bercampur dengan permukiman di layer pertama koridor utama Kampung Kauman, memperkuat peran fungsi religius dalam blok ini Blok permukiman dijaga agar tidak tergeser oleh fungsi komersial, sebagai pendukung aktivitas sosial-kultural dan religius dalam kawasan Gambar 7.5. Arahan penataan peruntukan lahan kawasan Sumber : peneliti, 2013 Fungsi campuran perdagangan & jasa pada layer pertama di koridor Pedamaran, fungsi campuran dengan permukiman di layer berikutnya, agar pemukiman tidak tergeser oleh komersial secara menyeluruh Lahan Kanjengan untuk penataan fungsi perdagangan dan jasa secara vertikal dengan merawat / mempertahankan toponim Kanjengan Perkantoran & Pendidikan (STIE BPD) Campuran Perdagangan & Jasa Campuran PerdaganganJasa-Permukiman Ruang Terbuka Hijau Peribadatan (Masjid), permukiman dan perdagangan khusus (komersial-religius) Permukiman Blok permukiman atau campuran permukiman dengan perdagangan berada di layer kedua koridor utama (Jalan Kauman dan Jalan Pedamaran) sehingga permukiman tidak terdesak atau tergantikan oleh fungsi komersial semata. 227

23 Selanjutnya, untuk mendapatkan kehidupan kawasan yang lebih baik, selain tersedianya kembali ruang terbuka yang memadai sebagai ruang kegiatan bersama, mixed use plan menjadi penting sehingga kawasan akan hidup sepanjang waktu. Fungsi-fungsi campuran seperti perdagangan dan jasa dengan permukiman dan perkantoran akan menghidupkan kawasan. Blok perdagangan (pasar dan pertokoan) bercampur dengan jasa pada penataan zonasi vertikal, sementara di blok perkantoran di sebelah utara kawasan, terdapat blok perdagangan-jasa yang perlu dihidupkan kembali sehingga aktivitas kawasan di sisi utara tidak hanya pada siang hari (perkantoran). Hal lain yang perlu digarisbawahi adalah keseimbangan distribusi fungsi yang saat ini didominasi oleh fungsi perdagangan. Fungsi sosial-kultural diharapkan akan meningkat kembali dengan tersedianya kembali ruang terbuka yang luas, namun demikian fungsi religius yang ditandai adanya masjid juga perlu untuk ditingkatkan. Posisi masjid saat ini semakin terbenam dalam fungsi perdagangan yang tumbuh dari permukiman di koridor-koridor utama. Untuk meningkatkan peran dan fungsi religius selain masjid, perlu ditekankan kejelasan fungsi perdagangan khusus (komersial-religius) pada koridor utama Kampung Kauman. Perdagangan khusus yang dimaksudkan adalah bahwa pertokoan yang ada di koridor ini menjual komoditi yang berhubungan dengan religiusitas muslim seperti baju atau asesoris muslim dan lainnya yang sesuai. Dengan penataan fungsi kawasan yang jelas, diharapkan kawasan tidak hanya dikenali sebagai pusat perdagangan atau Kawasan Pasar Johar 228

24 melainkan akan dikenali kembali sebagai Kawasan Pusat Kota Lama Semarang dengan berbagai fungsi yang kuat tidak hanya dari sisi perdagangan saja. b. Strategi penataan ruang terbuka dalam kawasan Ruang terbuka yang memadai sebagai representasi alun-alun menjadi central setting dan pusat orientasi dalam kawasan menjadi ruang terbuka utama. Selain ruang terbuka baru di antara masjid dan Pasar Johar saat ini, terdapat pula bulevar di area KM Nol di depan Kantor Pos Besar Semarang dan Gedung Papak. Ruang terbuka ini potensial diperkuat sebagai orientasi minor blok perkantoran. Selain kedua ruang terbuka tersebut, koridor-koridor jalan, terutama jalan-jalan utama juga merupakan ruang-ruang terbuka yang menghubungkan keduanya. Pembukaan sebagian lahan bekas alun-alun menjadi ruang terbuka bisa dalam beberapa alternatif (lihat gambar berikut). Alternatif pertama, keseluruhan lahan bekas alun-alun selatan (penamaan pada tahun 1970-an) dibebaskan dari bangunan permanen menjadi ruang terbuka seluas sekitar m2 di antara masjid-eks Kanjengan-pasar-pertokoan. Dengan ruang terbuka luas ini, maka fasade Pasar Johar yang memiliki pintu utama ke arah barat akan seluruhnya tampak. Demikian juga masjid dan pertokoan di sebelah barat dan utara. Komplek eks Kanjengan dan pertokoan di selatan juga berorientasi kuat ke ruang terbuka ini. Jika ruang terbuka seluas ini tidak dimungkinkan dengan alasan nilai ekonomis lahan yang sangat tinggi, dimungkinkan menggunakan alternatif ke dua. 229

25 Pada alternatif ke dua didapatkan bentuk L seluas sekitar m2 dengan koridor lebar (sekitar 35 m termasuk Jl. Alun-alun Barat) ke arah Jalan H. Agus Salim di utara. Fasade Pasar Johar nampak setengah di bagian selatan/di area pintu masuk utama. Bagian utara ruang terbuka terdapat dua blok massa bangunan yang terbelah oleh Jalan Alun-alun Tengah yang sebaiknya dipertahankan sesuai toponim nama jalan sejak periode 1970-an yang masih ada hingga kini. Pasar Johar Pasar Johar Masjid Masjid Ruang terbuka saat ini Ruang terbuka saat ini Eks Kanjengan ALTERNATIF 1 Pasar Yaik Eks Kanjengan ALTERNATIF 2 Eks Kanjengan Pasar Johar ALTERNATIF 1 masjid ruang terbuka EKSISTING Gambar 7.6. Alternatif pembukaan lahan bekas alun-alun lama Sumber : peneliti, 2013 ALTERNATIF 2 230

26 Kondisi saat ini (tahun 2013) ruang terbuka yang ada tidak ditata dengan baik, minimnya vegetasi peneduh, penerangan malam hari dan elemen-elemen fisik lain yang mendukung kenyamanan pengguna seperti bangku taman, tempat sampah dan lainnya. Hal tersebut menjadi prasyarat penting agar tatanan fisik yang baik pada ruang-ruang terbuka tersebut akan mendukung terciptanya kegiatan di ruang terbuka yang nyaman dan dalam jangka waktu yang panjang. Dengan demikian, tatanan fisik yang baik untuk mendapatkan ruang terbuka yang memadai dengan elemenelemen fisik pendukung kenyamanan akan berdampak pada keterwadahan kegiatan yang beragam dalam jangka waktu yang lama. Berkaitan dengan ruang jalan sebagai ruang terbuka dan ruang pergerakan. Strategi penataannya yaitu jaringan jalan yang telah terbentuk dengan baik dengan adanya Jl. Pemuda, Jl.A.Salim, jaringan jalan lainnya (Jl. Pedamaran, Jl. Kauman, Jalur Kali Semarang, dan lainnya) potensial dimaksimalkan perannya dengan penataan struktur kawasan yang diperjelas. Jalan Pemuda dengan bulevar di area KM Nol menjadi jalur terbesar dan dominan sementara yang lainnya tidak membentuk hirarki keterhubungan yang jelas. Terkait dengan fungsi publik dalam ruang terbuka, maka koridor jalan di sekitar ruang terbuka ini perlu diarahkan untuk jalur-jalur yang lebih berorientasi pada pejalan kaki dengan pembatasan kendaraan. Pembebasan ruang pergerakan ini dari kendaraan dalam jumlah besar membawa konsekuensi pengalihan jalur kendaraan terutama angkutan umum dan angkutan barang ke Jl. Pedamaran. Sub terminal angkutan umum, off street parking dan area bongkar muat barang sebaiknya 231

27 terintegrasi dengan pasar dan pertokoan melalui akses Jl. Pedamaran ini sehingga pergerakan kendaraan di sekitar ruang terbuka akan berkurang/tidak bercampur dengan aktivitas pasar yang sangat padat. Arahan penataan ruang terbuka (jalan & lapangan/square) seperti uraian di atas dapat dilihat dalam gambar berikut. Kali Semarang (17 m) dan jalan inspeksi (2x4m), strategi pemanfaatan untuk jalur transportasi air (misalnya taxiways), dengan penanganan terhadap sedimentasi yang ada Jalan pemuda (20 m termasuk bahu jalan) penghubung utama ke selatan (pusat kota) dan utara (Kota Lama) pembentuk akses psikologis kawasan yang kuat Penataan sebaran & ruang untuk activity support (PKL) di ruang pergerakan pejalan kaki yang hidup di beberapa titik dalam kawasan, keberadaan PKL ditata agar tidak mengganggu pergerakan pejalan kaki BULEVAR KM Nol Perlunya penataan sistem jaringan elemen fisik amenitas (peneduh, penerangan, tempat duduk) terutama di koridorkoridor pedestrian oriented Jl. Agus Salim potensial membentuk akses psikologis yang kuat ke arah timur RUANG TERBUKA BARU Koridor jalan Alun-alun Barat dan Jl. Kauman diarahkan untuk fungsi komersial khusus (religius) jalur pergerakan ke arah pedestrian oriented : pembatasan kendaraan umum (angkutan kota), perkerasan jalan dengan paving berpola, demikian juga dengan jalurjalur pedestrian oriented lain yang terhubung dengan ruang terbuka baru dan bulevar KM Nol. Gambar 7.7. Alternatif strategi penataan ruang terbuka (jalan dan lapangan) dalam kawasan Sumber : peneliti, 2013 Sub terminal angkutan kota dan loading-unloading terintegrasi dalam blok pasar/pertokoan dalam zonasi vertikal, mengurai kepadatan di Jalan Pedamaran. Parkir di luar gedung terutama sepeda motor di beberapa kantung parkir : di sebagian ruang terbuka dan di pinggir jalan dengan pembatasan sejajar/selapis Halte angkutan kota di beberapa titik kawasan, tempat naik-turun pengunjung di tempat-tempat utama kawasan dengan jarak jangkau pejalan kaki (+ 400 m) Jalur utama penghubung Kota Lama dengan pusat kota Jalur jalan penghubung ke luar kawasan Jalur jalan penghubung antar kampung Koridor dengan pembatasan kendaraan/penguatan jalur pedestrian, pedestrian oriented Halte angkutan umum Sub terminal angkutan kota, terintegrasi dengan Ioading-unloading dan gedung parkir Jalur angkutan internal pasar Jalur air (taxiways) di Kali Semarang Penataan PKL makanan-minuman 232

28 c. Strategi penataan bangunan dalam kawasan Dengan tutupan lahan oleh bangunan yang semakin tinggi (hampir 60%) dengan ketinggian rendah (KLB + 1,8) maka kawasan menjadi sangat padat di semua bagian kawasan bahkan setback bangunan di sekitar pasar menjorok ke badan jalan oleh kios semi permanen. Sementara itu, pembangunan baru (sejak 1970-an) menjadi berorientasi ke jalan-jalan yang ada dengan tidak ada pusat orientasi kawasan seiring hilangnya fungsi alun-alun. Untuk itu, terbentuknya kembali ruang terbuka sebagai orientasi utama bangunan-bangunan/pusat orientasi kawasan menjadi penting. Seperti dalam pembahasan sebelumnya, ruang terbuka baru yang dibuka di lahan bekas alun-alun menjadi orientasi utama, bulevar di area KM Nol menjadi orientasi mikro bangunan-bangunan perkantoran di utara dan koridor-koridor lainnya dalam kawasan menjadi orientasi bangunanbangunan yang lain. Koridor Kali Semarang dengan kedua jalan inspeksinya juga menjadi penting sebagai orientasi bangunan di sepanjang sisi sungai sehingga sungai tidak menjadi area belakang seperti kecenderungan yang terjadi di beberapa bagian saat ini. Berkaitan dengan tampilan bangunan (building appearance), terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian utama, yaitu antara lain : tampilan bangunan lama dan bangunan baru banyak yang tidak terawat/kumuh, bangunan baru yang muncul tidak diarahkan dengan baik terkait keberadaan bangunan lama (BCB) yang berkarakter kuat, dan utilitas kawasan yang buruk termasuk genangan rob yang memicu/mempercepat kerusakan bangunan. 233

29 Ruang terbuka baru, alternatif massa bangunan dengan tata massa mempertahankan jalan alun-alun dan bukaan di aksis pintu utama Pasar Johar dengan masjid Lantai 1-2 : pasar tradisional dan ritel Lantai 3-6 : pasar modern dan grosir Lantai 1-2 : sub terminal dan loading-unloading Lantai 3-6 : pasar modern dan grosir EKSISTING ARAHAN Massa bangunan baru 3 6 lantai Gambar 7.8. Alternatif arahan penataan bangunan dalam kawasan. (Sumber : peneliti, 2013) 234

30 Saat ini terdapat bangunan-bangunan lama/kuno termasuk 10 diantaranya yang masuk dalam daftar BCB (lihat tabel berikut), terdapat ALTERNATIF 1 pula bangunan-bangunan baru berskala kecil (rumah hingga pertokoan) maupun yang berskala besar (pasar, pertokoan modern, kantor, kampus dan lainnya). Bangunan-bangunan yang relatif baru/beberapa bangunan komersial tidak difungsikan optimal (eks SCJ/Matahari Dept.Store, eks Bioskop Kanjengan, Pasar Yaik di lantai 2) potensial dialihfungsikan/ditata ulang fungsinya atau digantikan dengan bangunan baru yang lebih kontekstual pada kawasannya. Sementara itu,alternatif bangunan-bangunan 2 kuno/lama (termasuk BCB) dengan kondisi fisik yang tidak terawat/rusak memerlukan intervensi konservasi sesuai kebutuhannya. Tabel 7.3. Daftar Bangunan Kuno dan BCB serta konservasi yang mungkin dilakukan No 1 Nama Bangunan Kantor telegraph & telex Alamat Jl. Letjen Soeprapto, Kantor Pos Besar Jl. Letjen Soeprapto, Masjid Kauman Jl. Alun-alun Barat No.11 4 Kantor Urusan Piutang Negara Kompleks Kota Lama (Dekat Kantor Pos) 5 Bank Exim Jl. Mpu Tantular No.19 6 Pasar Johar Komplek Pasar Johar 7 PT.PELNI Hotel Dibya Puri Bank Indonesia Djakarta Lloyd beberapa bangunan rumah tinggal beberapa bangunan pertokoan / rumah tinggal Klasifikasi dan jenis konservasi Jl. Mpu Tantular & Jl. Kutilang Jl. Pemuda, Semarang Jl. Letjen Soeprapto, Jl. Mpu Tantular Kampung Kauman dan Pecinan koridor-koridor utama dalam kawasan (Jl. Pedamaran, Jl. Wahid Hasyim) A, Preservasi B, Konsolidasi, Rehabilitasi atau conversion (adaptive re-use) B, Restoration : perlunya mengembalikan fasade bangunan yang tertutup bangunan baru tahun 1970-an, Konsolidasi, Rehabilitasi atau conversion (adaptive reuse) B, Konsolidasi, Rehabilitasi atau conversion (adaptive re-use) C, Conversion (adaptive re-use), Facadism, Demolition dan redevelopment belum ditetapkan, preservasi, Conversion (adaptive re-use), Facadism Sumber : peneliti, 2013 dan Lampiran 1 Kepwal Dati II Semarang Nomer : 646/50/

31 Model intervensi terhadap bangunan lama yang ada pada tabel di atas dijelaskan sebagai berikut : - Pencegahan kemerosotan (Feilden,1995), bisa dilakukan pada semua bangunan lama/kuno, yaitu berupa konservasi tidak langsung yang menitik beratkan pada pembersihan dan pengawetan bahan bangunan. - Pada bangunan dengan Klasifikasi A, yaitu bangunan-bangunan bersejarah atau bangunan-bangunan yang sangat tinggi nilai arsitekturnya. Bangunan-bangunan tersebut tidak boleh ditambah, diubah, dibongkar atau dibangun baru. Hal yang mungkin dilakukan adalah dengan metoda preservasi (Feilden,1995 dan Fitch (1990, hal.46) dalam Carmona, dkk (2010, hal.252) yaitu pemeliharaan suatu tempat sesuai kondisi aslinya atau merawat bangunan pada kondisi saat ini - Klasifikasi B, yaitu bangunan-bangunan yang bernilai atau mempunyai ciri tertentu dari suatu masa, dengan struktur yang masih baik yang sama-sama membentuk lingkungan yang serasi, tidak boleh diubah badan utama, struktur utama, atap maupun pola tampak depannya. Perubahan susunan ruang dalam, perubahan bagian belakang serta penggantian elemen-elemen yang rusak diperkenankan. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan Konsolidasi dan Rehabilitasi (Feilden,1995) atau refurbishment dan conversion (adaptive re-use) (Fitch (1990, hal.46) dalam Carmona, dkk (2010, hal.252) 236

32 - Klasifikasi C, yaitu bangunan-bangunan yang sudah banyak berubah atau bangunan-bangunan yang karena kondisinya sukar dipertahankan. Bangunan-bangunan tersebut boleh diubah atau dibangun baru, tetapi dalam perubahan/pembangunan tersebut harus disesuaikan dengan pola tampak bangunan disekitarnya, sehingga membentuk lingkungan yang baik dan serasi. Hal yang mungkin dilakukan sebisa mungkin adalah conversion (adaptive re-use) atau setidaknya mempertahankan tampilan dengan metoda facadism. Jika mengalami kesulitan dilakukan demolition dalam dan mempertahankannya, redevelopment maka dengan bisa tetap memperhatikan lingkungan di sekitarnya. - Bangunan lain yang belum ditetapkan, tetapi memiliki potensi sebagai BCB dari dasar usia bangunan (lebih dari 50 tahun) dan memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Bangunan yang masih asli dan dalam kondisi baik sebaiknya dipreservasi, kombinasi dengan fungsi baru dengan conversion (adaptive re-use) atau mempertahankan tampilannya dengan metoda facadism Dalam kaitannya dengan arahan tatanan fisik bangunan, baik itu bangunan lama yang dilakukan demolition dan redevelopment maupun bangunan baru yang dibangun di antara bangunan lama / BCB, perlu memperhatikan beberapa hal terkait strategi penambahan bangunan baru dalam konteks kawasan historis. Hadirnya bangunan baru dalam kawasan historis dengan cara infill atau urban infill, yaitu penyisipan bangunan pada lahan di suatu lingkungan yang berkarakter kuat dan berciri khas tertentu. 237

33 Selanjutnya, hubungan bangunan baru dengan bangunan eksisting dengan beberapa alternatif hubungan yang dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 7.4 Tabel hubungan bangunan baru dengan eksisting dalam infill development Tipe Elemen fasade Massa bangunan Matching Ornamen, bahan bangunan dan warna sama dengan eksisting menyesuaikan / sama dengan bangunan sekitarnya Contrasting Ornamen, bahan bangunan dan warna berbeda dengan eksisting tinggi, sempadan dan bentuk dasar massa bangunan berbeda dengan eksisting Compatible laras elemen fasade mirip, bahan bangunan sama/minimalisasi, warna senada tinggi, sempadan dan bentuk dasar massa bangunan menyesuaikan dengan eksisting Compatible kontras elemen fasade, bahan bangunan, warna berbeda, namun motif fasade sama dengan eksisting/ menyederhanakannya tinggi, sempadan dan bentuk dasar massa bangunan menyesuaikan/mirip dengan eksisting Sumber : peneliti 2013, diolah dari Ardiani, 1995 (hal.20-24) Secara khusus dalam konteks Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang, pemilihan metoda urban infill development adalah sebagai berikut : - Matching. Pendekatan ini dinilai tidak tepat karena bangunan lama dan baru bisa menjadi sama secara visual, tidak memperkuat karakter bangunan lama selain mengingat bahwa kawasan ini memiliki fungsi-fungsi yang beragam dan terus berubah/berkembang dari waktu ke waktu. - Contrasting. Pendekatan ini juga dinilai tidak tepat pada konteks kawasan historis dengan banyak BCB yang masih ada, jika berlebihan/mendominasi maka akan melemahkan karakter dasar kawasan yang ingin dibangun/diperkuat. - Compatible laras. Metode ini lebih tepat terutama diterapkan pada bangunan-bangunan pendefinisi ruang terbuka utama dan pada 238

34 koridor utama (Jl.pemuda,terutama di bulevar KM Nol). Bangunan baru di antara bangunan lama yang berkarakter kuat (BCB) diharapkan akan membentuk karakter yang kuat/khas di kedua bagian kawasan ini. - Dominasi compatible kontras. Yang dimaksudkan adalah metode infill development di area-area ini didominasi metode compatible kontras yang dikombinasikan dengan compatible laras. Metode ini menitikberatkan pada material dan warna yang akan memperkaya karakter visual kawasan dengan keterhubungan elemen fasade antar bangunan yang dijaga dengan baik. Dengan metoda yang ini diharapkan akan membedakan koridor-koridor dalam kawasan dengan karakter di ruang terbuka utama / alun-alun dan koridor utama (Jl.Pemuda) serta memperkuat kedua area ini. Bila ada bangunan lama di koridor (rumah tinggal/toko) maka bangunan lama tersebut akan menjadi beda dan kuat dengan karakter aslinya. Peta sebaran metode urban infill development pada masing-masing blok massa bangunan dapat dilihat dalam gambar 7.9. Terkait dengan salah satu parameter keberhasilan penguatan karakter sebagai upaya menghadirkan kawasan dengan fungsi aktif dalam jangka waktu yang panjang (siang atau malam hari), maka keragaman aktivitas di bangunan-bangunan yang ada perlu dikembangkan. Penguatan opening hours dan active frontage bangunan akan terkait langsung dengan aktivitas sosial-kultural di ruang-ruang terbuka, selain aktivitas komersial yang saat ini mendominasi 239

35 Compatible laras Dominasi compatible kontras Gambar 7.9. Alternatif arahan urban infill development. dalam kawasan. (Sumber : peneliti, 2013) Langkah-langkah untuk menghadirkan active building fronts (dasar teori : Bentley, dkk, 1985, halaman 65) yaitu : - menempatkan sebanyak mungkin pintu masuk pada posisi dimana orang keluar masuk bangunan terlihat langsung dari ruang publik 240

36 - sejauh mana kegiatan dalam bangunan dapat memberikan manfaat kegiatan ke ruang publik/berhubungan dengan ruang publik - menempatkan kegiatan yang berhubungan dengan ruang publik pada lantai pertama, jika kapasitas berlebih maka selanjutnya ditempatkan pada lantai kedua dan seterusnya - jika kegiatan tidak berhubungan dengan ruang publik, ruang-ruang depan bangunan sebaiknya untuk kegiatan yang akan menghidupkan ruang publik secara tidak langsung/terakses secara visual oleh ruang publik Di dalam Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang, koridor-koridor yang memungkinkan diarahkan menjadi active building fronts yang maksimal terutama adalah di sekitar ruang terbuka baru, yaitu di Jalan Alun-alun Barat berupa pertokoan komoditas religius atau kuliner khas dan lain sebagainya. Bangunan di utara Jl. Agus Salim yang menjadi batas utara ruang terbuka, pada lantai dasar diharapkan menjadi ruang aktif yang terlihat secara visual dari ruang terbuka dengan banyak akses yang memungkinkan terjadinya interaksi dengan ruang publik. Hal yang sama juga pada kios/pertokoan di selatan dan timur (Pasar Johar) yang semuanya mendefinisi ruang terbuka baru sebagai pusat kegiatan publik. Koridor-koridor lain seperti Jalan Kauman yang didesain sebagai koridor pedestrian oriented dan Jalan Pedamaran sebagai jalur kendaraan yang relatif padat juga diharapkan sebanyak mungkin memiliki fasade yang transparan (kegiatan terlihat dari ruang publik) sehingga interaksi bangunan dan ruang luarnya akan maksimal. 241

37 Area dengan fasade bangunan diarahkan menjadi active building fronts yang maksimal Area dengan fasade bangunan diarahkan menjadi active building fronts yang maksimal koridor pedestrian oriented, diharapkan sebanyak mungkin memiliki fasade yang transparan (kegiatan terlihat dari ruang publik) Contoh kasus : pengembalian fasade bangunan Pasar Johar. Dikembalikan ke fasade yang aktif dan terbuka Gambar Alternatif strategi penataan fasade bangunan yang aktif Sumber : analisis peneliti,

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota Semarang sebelah utara, berbatasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I - 1

Bab I Pendahuluan I - 1 Bab I Pendahuluan I.1 LATAR BELAKANG Upaya revitalisasi pusat kota seringkali menjadi permasalahan apabila kawasan revitalisasi tersebut memiliki bangunan cagar budaya, khususnya pada negara berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Arjuna terletak pada bagian Barat Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Bandung (RTRW Kota Bandung 2003-2013).

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : APIT KURNIAWAN L2D 099 404 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2003 ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : YUNIKE ELVIRA SARI L2D 002 444 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap karakteristik setting fisik dan non fisik (aktivitas) di kawasan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, pengertian Judul : Re-Desain Redesain berasal

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang merupakan wadah atau setting yang dapat mempengaruhi pelaku atau pengguna. Ruang sebagai salah satu komponen arsitektur menjadi sangat penting dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR Oleh: LAELABILKIS L2D 001 439 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota pada perkembangannya memiliki dinamika yang tinggi sebagai akibat dari proses terjadinya pertemuan antara pelaku dan kepentingan dalam proses pembangunan. Untuk

Lebih terperinci

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA KEDUDUKAN PERENCANAAN TATA RUANG DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan Orisinalitas... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi... iv Abstrak... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar...

Lebih terperinci

PERENCANAAN BLOK PLAN

PERENCANAAN BLOK PLAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MASTER PLAN SARANA DAN PERASARANA BAGIAN A PERENCANAAN BLOK PLAN 2015-2020 A-1 BAB I TINJAUAN UMUM KONTEKSTUALITAS PERENCANAAN 1.1. Tinjauan Konteks Tipologi Kawasan Unsrat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus Lanskap merupakan ruang di sekeliling manusia, tempat mereka melakukan aktivitas sehari-hari sehingga menjadi pengalaman yang terus menerus di sepanjang waktu. Simond (1983)

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION 3.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota ditandai dengan makin pesatnya pembangunan fisik berupa bangunanbangunan baru di pusat kota. Bangunan-bangunan baru tersebut dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini kita mengenal bahwa Yogyakarta adalah daerah yang terkenal sebagai kota pelajar, dari tahun ke tahun semakin bertambah jumlah penduduknya, terutama

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil

Lebih terperinci

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA MODEL JALUR PEDESTRIAN KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA Studi Kasus : Kawasan Alun - Alun Bandung ABSTRAK Perkembangan kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Terkait dengan pertanyaan penelitian akan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi walkability menjadi acuan dalam proses menganalisa dan pembahasan,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN PASAR DAN SEKITARNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.42, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 11/PERMEN/M/2008 TENTANG PEDOMAN KESERASIAN

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara yang merupaka satu rangkaian kegiatan dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Daruba, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

Morfologi Spasial Lingkungan di Kawasan Malabar-Merbabu Malang

Morfologi Spasial Lingkungan di Kawasan Malabar-Merbabu Malang Morfologi Spasial Lingkungan di Kawasan Malabar-Merbabu Malang Previa Sandyangsani 1, Sigmawan Tri Pamungkas 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Jurusan Arsitektur Fakultas/Teknik Universitas, Brawijaya Malang 2

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Koridor jalan Seturan Raya merupakan kawasan yang memiliki resiko tindakan kejahatan yang relatif tinggi, terutama pada malam hari.catatan dalam dua tahun terakhir

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah

Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah Faktor Internal Faktor Eksternal Opportunnity (O) 1. Adanya rencana Bappeko dalam pengembangan Kalimas sebagai kawasan berbasis waterfront city. (O1) 2. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu kota selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, aktivitas dan yang kebutuhan kelengkapan kota lainnya. Sejalan dengan waktu suatu kota dibangun dari

Lebih terperinci

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR Oleh: NDARU RISDANTI L2D 005 384 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : IKHSAN FITRIAN NOOR L2D 098 440 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i DAFTAR ISI Halaman Depan Halaman Pengesahan Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi... i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat Penelitian... 4

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN VI.1 KONSEP PERENCANAAN Konsep perencanaan rancangan yang akan dibangun adalah Revitalisasi Pasar Johar Semarang. Hal ini juga mendukung program pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API SOLO- BALAPAN DENGAN FASILITAS PENDUKUNG SHOPPING MALL DAN HOTEL BINTANG TIGA DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi budaya, kota-kota di Indonesia mulai marak dengan munculnya pusat-pusat perbelanjaan modern.

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ruang bersama/ ruang komunal/ ruang publik menyediakan fasilitas bagi masyarakat untuk beraktivitas secara personal maupun berkelompok. Ruang publik dapat berupa ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman Jalan merupakan salah satu ruang publik dalam suatu kawasan yang memiliki peran penting dalam

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi Gina Asharina, Agus S. Ekomadyo Program Studi Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG) Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG) Kilas balik Komponen Rancangan Permen PU no 06/2007 tentang Pedoman Umum RTBL, dengan penyesuaian 1. Struktur peruntukan lahan ( bangunan)

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pedestrian merupakan permukaan perkerasan jalan yang dibuat untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Di mana orang-orang dapat tetap berpindah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai

Lebih terperinci

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 Oleh : INDRA KUMALA SULISTIYANI L2D 303 292 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan fungsi baru untuk menunjang ragam aktivitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi lokasi alternatif dalam rangka pemindahan PKL di Koridor Fly Over Cimindi dapat ditarik kesimpulan dan diberikan rekomendasi yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Lembar Pengesahan Lembar Persembahan Kata Pengantar. Abstraksi. Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Pustaka

DAFTAR ISI. Halaman Judul Lembar Pengesahan Lembar Persembahan Kata Pengantar. Abstraksi. Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Pustaka DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar Pengesahan Lembar Persembahan Kata Pengantar Abstraksi Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Pustaka j jj iii jv vjj viii xii xiv xv xvi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR Oleh: KHAIRINRAHMAT L2D 605 197 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat tanpa diikuti oleh ketersediaan pembiayaan pembangunan yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya

Lebih terperinci

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung telah mengalami perkembangan pesat sebagai kota dengan berbagai aktivitas yang dapat menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang direncanakan menjadi pusat perdagangan dan industri yang berskala regional, nasional dan internasional. Kawasan Johar merupakan salah satu pusat perniagaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 11/ PERMEN/ M/ 2008 Tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman Dengan Rahmat Tuhan

Lebih terperinci