BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 36 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perilaku Kelompok Penyimpangan Positif Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah untuk mendatangkan devisa dan menyedot lapangan kerja. Kegiatan penambangan merupakan suatu kegiatan yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/pemurnian dan pengangkutan mineral bahan tambang. Perusahaan tambang batu gamping dalam skala kecil maupun skala besar yang banyak ditemukan di Karst Citatah telah memperkerjakan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Ketersediaan bahan galian di Desa Gunung Masigit sangat beragam (Tabel 4). Keragaman tersebut disatu sisi akan meningkatkan sumber mata pencaharian bagi masyarakat, namun dari sisi lain, jika dilakukan eksploitasi secara berlebihan mengakibatkan terganggunya sumber mata air disekitar kawasan yang disebabkan karena kegiatan pertambangan batu gamping yang dilakukan dengan sistem terbuka. Tabel 4 Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian dan pertambangan di Desa Gunung Masigit Sektor Profesi Masyarakat Pertanian -Petani (323 orang) -Buruh tani (685 orang) Pertambangan dan bahan -Penambang galian C kerakyatan (6 orang) galian C -Pemilik usaha pertambangan skala kecil dan besar (3 orang) -Buruh usaha tambang (90 orang) Industri kecil -Tukang batu (24 orang) Industri menengah dan -Karyawan perusahaan swasta (1.780 orang) besar Sumber: Laporan Desa Gunung Masigit 2011 Tabel 4 menerangkan bahwa, sektor yang paling penting yang terdapat di Desa Gunung Masigit berupa pertanian dan pertambangan. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya pada lahan di Karst Citatah baik langsung ataupun tidak langsung seperti di sektor pertanian dan pertambangan. Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor tambang bisa lebih besar dari jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian karena, sektor pertambangan

2 37 22 mencakup buruh, pemilik tanah, sopir truk, karyawan perusahaan, sampai distributor. Data yang menyebutkan secara pasti mengenai jumlah masyarakat yang bekerja pada sektor tambang memang belum tercatat. Menurut Yunianto (2008), berdasarkan data dari Kecamatan Cipatat, jumlah penduduk sampai Juli 2008 berjumlah jiwa, dengan mata pencaharian sebagai petani orang, buruh tani orang, buruh pabrik orang, TNI/POLRI 91 orang, dan PNS 412 orang. Data penduduk yang bekerja sebagai penambang tidak tercatat, namun sudah termasuk dalam data buruh pabrik di atas. Kondisi tersebut menegaskan bahwa sektor tambang begitu penting bagi masyarakat dan telah menyerap tenaga kerja yang signifikan sehingga, perilaku masyarakat Desa Gunung Masigit terhadap Karst Ciatatah terbatas pada pemanfaatan sumberdaya batu gamping Citatah karena memberikan potensi yang besar terhadap perekonomian masyarakatnya. Sektor tambang sangat potensial dalam meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitarnya, namun terdapat beberapa individu yang tergabung dalam kelompok masyarakat melakukan tindakan-tindakan positif terhadap lingkungannya. Kelompok ini memiliki kemampuan memanfaatkan sumberdaya lain yang ada disekitar tempat tinggalnya untuk kepentingan hidupnya. Berikut beberapa bentuk kegiatan perlindungan yang dilakukan: Penanaman di Areal Bekas Pertambangan Kondisi topografi Desa Gunung Masigit yang sebagian besar merupakan perbukitan dan lereng gunung menyulitkan masyarakat untuk meningkatkan penghasilannya dari sektor pertanian sehingga mereka lebih banyak memanfaatkan potensi bahan tambangnya. Batu gamping merupakan sumberdaya alam yang tersedia dalam jumlah besar dan langsung dapat dimanfaatkan. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa, walaupun kegiatan penambangan tetap berlangsung, namun terdapat suatu kelompok yang melakukan kegiatan penanaman pada areal bekas pertambangan di sekitar Gunung Masigit dan Gunung Pawon sebagai upaya untuk mereklamasi kawasan yang pernah rusak oleh aktivitas penambangan. Kegiatan ini dilakukan oleh kelompok masyarakat

3 38 23 yang tergabung dalam kelompok tani, paguyuban dan pencinta alam. Jenis tanaman yang ditanam berupa jenis buah-buahan seperti jambu klutuk (Psidium guajava), nangka (Artocarpus heterophyllus) dan jagung (Zea mays). Sedangkan untuk jenis pepohonan seperti alba (Albaziaa falcatari), jati (Tectona grandis) ), dan mahoni (Swietenia mahagani) (Gambar 2). Kegiatan penanaman yang dilakukan menunjukkan perilaku kreatif dari kelompokk ini karenaa merupakan perilaku yang berbeda dari mayoritas individu dalam komunitas tersebut. Kelompok yang melakukan penanaman ini juga mampu berkoordinasi dengan pemerintah dan LSM sebagai pemberi bibit tanaman dan mereka sebagai penggerak teknisnya. Pohon-pohonn yang ditanam, secara simbolis dititipkan kepada kelompok ini untuk dirawat dan dipelihara. Apabila sudah bisa dimanfaatkan, baik buahnya maupun kayunya, masyarakat dipersilahkan memanfaatkannya, baik buah-buahan yang bisa dijual atau kayunya yang bisa dijadikan bahan baku kerajinan, tanpa lupa menanamm kembali bibit pohonnya. (a) (b) (c) Gambar 2 Perkebunan masyarakat meliputi: (a) Kebun jagung, pisang (b) cabe dan (c)

4 Pembersihan di Areal Situs Goa Pawon Goa Pawon merupakan situs budaya yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Bandung Barat, seperti yang terdapat dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi pasal 18 ayat 3. Selain itu Goa Pawon juga telah diatur dalam Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perlindungan Kawasan Situs Goa Pawon dan Lingkungannya (Gambar 3). Tujuan dari Perda ini adalah: d. Memanfaatkan kawasan Situs Goa Pawon sebagai kawasan benda cagar budaya dan situs sehingga perlu adanya perlindungan dan pemeliharaan dengan cara penyelamatan, pengamanan, perawatan, dan pemugaran e. Menjamin kelestarian sumberdaya alam, benda cagar budaya, keanekaragaman hayati dan tata ruang f. Menjamin ketersediaan dan keamanan sumberdaya alam, flora dan fauna baik untuk masa kini maupun di masa-masa yang akan datang. Sumber: Lampiran Perbup No. 7 tahun 2010 Gambar 3 Lokasi perlindungan Gunung Masigit dan Goa Pawon Kebijakan tentang keberadaan situs Goa Pawon sebagai benda cagar budaya dan objek wisata prasejarah dapat meningkatkan partisipasi kelompok masyarakat dalam menjaga dan melindungi lingkungan Goa Pawon. Kelompok ini

5 25 40 mengatakan, wisata Goa Pawon mampu memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar dengan berjualan dan menjadi pemandu wisata di area Goa Pawon. Oleh karena itu, setiap minggunya dilakukan kegiatan pembersihan yang dikoordinasi oleh Kepala Desa yang bertujuan untuk menjaga warisan prasejarah, juga dapat meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung yang datang Aksi Larangan Penambangan di Karst Citatah Kegiatan pro-konservasi lainnya yang ditunjukkan oleh kelompok ini adalah melakukan kegiatan penyematan pita berwarna merah dan putih sepanjang 750 meter dengan lebar 110 cm yang diletakkan di sekeliling puncak Gunung Masigit. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang telah ditutup dari praktik penambangan berdasarkan Pergub No. 20 tahun 2006 tentang Perlindungan Karst Jawa Barat, yang ditindak lanjuti dengan perbub No. 7 tahun 2010 tentang Pelestarian Cagar Budaya. Hal ini sebagai bentuk larangan dalam melakukan aktifitas penambangan batu gamping (Gambar 4). Kegiatan ini merupakan kerja sama dengan Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FP2KC), KRCB (Kelompok Riset Cekungan Bandung) dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang di hadiri oleh Gubernur Jawa Barat. Kegiatan ini menunjukkan bukti kepedulian masyarakat untuk kelestarian kawasan Karst Citatah terhadap kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan batu gamping Citatah. Gambar 4 Papan larangan penambangan Hasil wawancara dengan koordinator pelaksana kegiatan (komunikasi pribadi, Deden 39 tahun), dari 9 gunung batu di Karst Citatah, Gunung Masigit merupakan salah satu yang dihentikan kegiatan pertambangannya. Harapannya

6 26 41 semua gunung di Citatah tidak lagi ditambang secara sporadis. Deden menambahkan, dengan adanya larangan-larangan yang dilakukan oleh pihak pemerintah ataupun stakeholder yang didukung oleh masyarakat sekitar, harapannya bisa mengurangi kerusakan yang terjadi di Karst Citatah dan juga, agar pihak pemerintah cepat tanggap dalam memberikan alternatif perkerjaan kepada masyarakat yang memang menggantungkan hidupnya pada batu gamping untuk meningkatkan perekonomiannya. Tindakan-tindakan positif yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Desa Gunung Masigit menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan perilaku dimana kelompok minoritas ini melakukan tindakan-tindakan yang positif terhadap keberadaan Karst Citatah. Kelompok ini disebut dengan kelompok penyimpangan positif karena sesuai dengan pernyataan Dodge (1985), penyimpangan positif merupakan tindakan-tandakan yang dianggap unggul (superior) karena melebihi pengharapan yang umum dilakukan oleh suatu komunitas kearah yang positif. Dalam setiap masyarakat atau komunitas, ada individu-individu tertentu yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan dan perilaku-perilaku spesial atau tidak umum, memungkinkan mereka mempunyai cara-cara yang lebih baik untuk mengatasi masalah-masalah dibandingkan dengan tetangga-tetangga mereka yang memiliki sumber yang sama serta mengahadapi resiko yang serupa (Zuldesni 2009). 5.2 Sikap dan Persepsi Kelompok Penyimpangan Positif Pada dasarnya persepsi, sikap dan perilaku seseorang merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Gambar 5 menerangkan bahwa, persepsi seseorang mempengaruhi sikapnya. Meskipun sikap seseorang seharusnya mencerminkan perilakunya, namun karena adanya faktor eksternal yang berpengaruh, maka perilaku belum tentu mencerminkan sikap seseorang. Sikap adalah pola pikir pada seseorang setelah melihat sesuatu hal. Sikap sangat penting dalam kehidupan sosial, seperti tercermin dengan banyaknya tulisan dan penelitian tentang sikap masyarakat (Faturochman 2006). Sikap terbentuk karena keadaan yang pernah dialami. Masyarakat penambang di Desa Gunung Masigit pada umumnya memanfaatkan sumberdaya batu gamping untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Anggapan bahwa hanya batu gampinglah satu-satunya

7 27 42 sumberdaya yang tersedia (Gambar 6) yang bisa langsung memberikan nilai ekonomi didasarkan atas kemudahan untuk mendapatkan dan mengolahnya. Sikap kelompok masyarakat penambang ini berbeda dengan kelompok penyimpangan positif yang beranggapan bahwa masih banyak sumberdaya lain yang bisa dimanfaatkan sebagai alternatif profesi disektor non-tambang. PERSEPSI SIKAP PERILAKU Faktor eksternal (Sumber: Riendriasari 2007 dalam Sunkar 2007) Gambar 5 Hubungan antara persepsi, sikap dan perilaku Kelompok Penambang Kelompok Penyimpangan Positif Persepsi Anggapan bahwa hanya gamping yang ada di sekitar mereka Persepsi Anggapan bahwa tidak hanya gamping yang ada di sekitar mereka Sikap Hanya gamping yang bisa dimanfaatkan Sikap Tidak hanya gamping yang bisa dimanfaatkan Perilaku Menambang secara terus menerus Perilaku Melakukan kegiatan selain menambang Gambar 6 Persepsi, sikap dan perilaku masyarakat penambang dan kelompok penyimpangan positif Gambar 6 menunjukkan, adanya perbedaan persepsi, sikap dan perilaku kelompok masyarakat penambang dengan kelompok penyimpangan positif. Bagi kelompok penambang, hanya batu gamping sumberdaya yang ada di sekitar mereka yang bisa dimanfaatkan. Persepsi ini membentuk pola sikap yang tercermin dalam perilakunya yaitu memanfaatkan sumberdaya batu gamping secara terus menerus. Berdasarkan wawancara dengan kelompok penambang,

8 28 43 sebagian besar mereka sudah jenuh dengan pekerjaan sebagai penambang dan pengolah gamping dengan kata lain, mereka terpaksa melakukan aktifitas penambangan karenaa tuntutan kebutuhan hidup. Faktor lain yang mempengaruhi masyarakat penambang untuk tetap melakukan aktifitas penambangan adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakatnya yang tergolong rendah. Sudah menjadi anggapan umum bahwa seseorang yang tidak pernah mengenyamm bangku pendidikann akan memiliki pengetahuan yang rendah (Tabel 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikann formal masyarakat penambang dan kelompok penyimpangan positif tergolong rendah dengan persentase 62,86% dan 53,85% untuk tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD)/Sederajat, 37,14% dan 30,77% untuk SMP/Sederajat, serta 0% dan 11,54 untuk SMA/Sederajat. Untuk masyarakat non tambang, tingkat pendidikann tertinggi pada SMA/ Sederajat dengan persentase 25,71% dan 11,43%. Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal 70% 63% 60% 53.85% 50% 45.71% 37.14% 40% 30% 25.71% 20% % 11.54% 11.43% 10% % 0% SD SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi penambang non tambang alih profesi* keterangan *: Kelompok penyimpangan positif Dalam pengujian pengaruh perilaku masyarakat terhadap tingkat pendidikann dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis pada taraf nyata 0,05 diperoleh hasil α = 0,,05 < Asymp.Sig = 0,226. Maka H 0 diterima dengan kataa lain, pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat hubungan antara perilaku masyarakat dalam pemanfaatan Karst Citatah terhadap tingkat pendidikan. Walaupun tingkat pendidikan masyarakat penambang tergolong sama dengan kelompokk penyimpangan positif yaitu sama-sama memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah, namun kelompok penyimpangan positif melakukan tindakan perlindungan dan pelestarian terhadap Karst Citatah.

9 29 44 Perubahan perilaku kelompok penyimpangan positif merupakan keniscayaan yang mesti dilakukan dalam perubahan kehidupan manusia seiring dengan kebutuhan manusia itu sendiri menuju kehidupan yang lebih layak. Perubahan perilaku kelompok penyimpangan positif menuntut keterlibatan masyarakat sehingga kelestarian sumberdayanya akan tetap terjaga (Triadi 2008). 5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kelompok Penyimpangan Positif Perbuatan disebut menyimpang apabila perbuatan itu dianggap melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Penyimpangan bukanlah kualitas dari suatu tindakan yang dilakukan seseorang, melainkan konsekuensi dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh penentu kebijakan terhadap pelaku tindakan tersebut (Triadi 2008). Hasil wawancara mengindikasikan bahwa, kelompok penyimpangan positif di Karst Citatah terbentuk melalui interaksi sosial yang cukup tinggi antara individu-individu anggota masyarakatnya. Mereka pada akhirnya membentuk kelompok kecil dalam masyarakat untuk melakukan tindakan perlindungan terhadap Karst Citatah. Adanya kebijakan untuk menutup areal pertambangan dalam rangka perlindungan Karst Citatah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk beralih profesi. Ketika lahan tempat mereka biasa melakukan pengeboran, pembakaran maupun penggilingan batu gamping ditutup, maka kelompok penambang mencari lahan lain yang masih bisa dilakukan aktifitas penambangan. Sedangkan kelompok penyimpangan positif lebih memilih untuk berhenti sebagai penambang dan mencari alternatif pekerjaan lain yang tingkat resikonya jauh lebih rendah. Kelompok penyimpangan positif memenuhi kebutuhan hariannya dari pekerjaan di sektor non-tambang. Beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk beralih profesi serta melakukan kegiatan-kegiatan yang berdampak positif terhadap lingkungan Karst Citatah adalah umur, pengalaman, kepemilikan lahan, akses terhadap sumberdaya, faktor sosial dan faktor ekonomi.

10 Umur Tingkatan usia masyarakat penambang, non-tambang maupun penyimpangan positif berbeda-beda (Tabel 6). Persentase terbesar untuk masyarakat penambang pada usia tahun yaitu 25,71%, dan yang paling kecil pada usia 50 tahun yaitu 2,86%. Berbeda dengan masyarakat penyimpangan positif, persentase terbesar adalah pada kisaran usia tahun, sedangkann yang paling kecil pada usia tahun dan tahun yaitu 0% %. Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan tingkatan umur 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 30.77% 30.77% 22.86% 22.86% 20% 17.14% 15.38% %.54% 7.69% 3.85% 2.86% 2.86% 5.71% % % 2.86% 14.25% 8. 57% 17.14% 2.86% th th th th th th th >50 th Penambang Non tambang alih profesi* keterangan *: Kelompok penyimpangann positif Pengujian korelasi antara perilaku terhadap tingkat umur masyarakat dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis dengann taraf nyata α = 0,05 menunjukkan hasil bahwa, α = 0,05 > Asymp.Sig = 0,001. Maka ditolak dengan kata lain, terdapat hubungan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan Karst Citatah terhadap tingkat umur. Artinya, umur mempengaruhi masyarakat untuk beralih profesi. Adanya kecenderungan masyarakat untuk beralih profesi disebabkan karena tingkat kemampuan atau kondisi fisik masyarakat dalam menambang sudah tidak maksimal lagi. Hasil wawancara menunjukkan, 73,08% masyarakat tidak sanggup lagi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat seperti pengeboran, pembakaran dan lain-lain karena diyakinii memiliki tingkat kesulitan dalam mendapatkan batu gamping yang tinggi serta resiko yang besar. Selain itu, usia tersebut tidak produktif lagi dalam melakukan praktik penambangan. Dari tabel diatas dapat dilahat bahwa, rata-rata masyarakat beralih profesi pada rentang usia tahun (Tabel 7). Rahardjo (1999) menyatakan bahwa, rentang umur

11 46 31 mempengaruhi bidang pekerjaan, selain juga mempengaruhi persepsi seseorang terhadap lingkungannya. Tabel 7 Lama kelompok penyimpangan positif beralih profesi. Umur Lama Bekerja 1-2 th 3-4 th 5-6 th 7-8 th 9-10 th th th th 7,69% th 3,85% th 30,77% th 30,77% th 11,54% >50 th 15,38% Kelompok penyimpangan positif berasosiasi dengan lingkungan sekitar membutuhkan waktu yang cukup lama serta di pengaruhi oleh faktor objek/sasaran. Rata-rata kelompok penyimpangan positif beralih profesi ke profesi sekarang telah berlangsung selama 5-6 tahun. Mereka beranggapan, apabila tetap melakukan kegiatan penambangan dengan tingkat resiko yang besar akan menyebabkan gangguan terhadap kesehatannya, dan tidak akan meningkatkan pendapatannya karena faktor usia membuat pekerjaan mereka tidak maksimal. Lain hal nya dengan masyarakat penambang, mereka menganggap bahwa pengalaman dalam menambang akan bertambah dengan bertambahnya usia sehingga bisa meningkatkan pendapatan. Selain itu, tidak adanya pilihan pekerjaan lain dan tidak adanya sumberdaya lain yang dapat dimanfaatkan. Disamping itu, usia juga mempengaruhi kinerja bahwa semakin tua seseorang maka menganggap dirinya semakin berpengalaman dalam bekerja Kesehatan Kegiatan penambangan tidak selamanya menguntungkan tetapi juga dapat merugikan salah satunya mengganggu kesehatan. Kesehatan masyarakat Desa Gunung Masigit sedikit mengkhawatirkan karena banyak penyakit yang diderita masyarakat (Tabel 8).

12 47 32 Tabel 8 Jumlah dan jenis penyakit yang diderita masyarakat Jenis Penyakit Jumlah Penderita Perawatan Jantung 2 orang RS Lever 1 orang Rumah/RS/Puskesmas Paru-paru 56 orang Rumah/RS/Puskesmas Stroke 5 orang Rumah/RS Diabetes melitus 6 orang Rumah/RS/Puskesmas Ginjal 4 orang Rumah/RS/Puskesmas ISPA 26 orang Rumah/Puskesmas ASMA 27 orang Rumah/Puskesmas Sumber: Laporan Desa Gunung Masigit 2010 Data di atas menjelaskan bahwa, jumlah penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat Desa Gunung Masigit adalah paru-paru dan asma. Hal ini disebabkan karena udara yang terhirup telah tercemar oleh asap pembakaran batu gamping dan kendaraan operasional pengangkut batu gamping. Kondisi ini sama hal nya dengan masyarakat penambang batu gamping di kawasan Karst Gunung Sewu. Sesuai dengan pernyataan Ko (2004), banyak masyarakat menderita penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh debu yang dihasilkan dari pembakaran batu gamping Pengalaman Sehari-hari masyarakat yang tinggal di sekitar Karst Citatah merupakan bagian dari denyut aktivitas yang berlangsung di kawasan ini. Mereka secara otomatis menyaksikan apa yang terjadi di lingkungannya dan secara sadar atau tidak, merasakan dampak yang ditimbulkan dari aktifitas yang mereka lakukan. Pada saat penambang belum sebanyak sekarang, masyarakat beranggapan bahwa batu gamping bisa memberikan kehidupan tanpa mengganggu kelestarian. Lambat laun mereka semakin sadar bahwa, menambang tidak bisa dilakukan secara terus menerus karena dapat merusak lingkungan Karst Citatah sehingga, perilaku kelompok penambang dianggap negatif karena merusak sumberdaya batu gamping yang menyebabkan terjadinya perubahan kondisi Karst Citatah yang sangat signifikan (Gambar 7).

13 48 33 ( a) (b) 2011 Sumber: Distanbunhut Bandung Barat (c) Gambar 7 Perubahan Kondisi Lingkungan Karst Citatah (a) tahun 2003 (b) tahun 2005 dan (c) tahun Lain halnya bagi kelompok penyimpangan positif yang beranggapan bahwa kegiatan tambang tidak selamanya menguntungkan melainkan dapat merugikan salah satunya terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan oleh faktor pengalaman individu masyarakatnya dalam artian, adanya kejadian-kejadian masa lampau yang membuat mereka jera dalam melakukan kegiatan penambangan. Hasil wawancara dengan individu masyarakat (komunikasi pribadi) menyebutkan, ketika bekerja sebagai penambang, pernah terjadi kecelakaan yaitu terjatuh dari puncak bukit karst ketika mengambil batu gampingg yang menyebabkan patah tangan. Untuk itu, pengalamann masa lalu masyarakat Desa Gunung Masigit mempengaruhi perilakunya terhadap keberadaan Karst Citatah sesuai dengan pernyataann Umar (2009), perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengalaman individu terhadap lingkungannyaa dimasa lalu Faktor Aksess terhadap Sumberdaya Desa Gunung Masigit memilikii topografi yang berbukit-bukitt dan didominasi oleh persawahan dan beberapa tanaman palawija masyarakat serta semak belukar. Namun hal ini yang menjadi faktor penghambat masyarakat untuk

14 49 34 beralih profesi karena tidak semua masyarakat mempunyai lahan untuk dikelola sebagai alternatif profesi non tambang. Beberapa dari individu masyarakat yang mempunyai akses terhadap kawasan telah melakukan pengolahan lahan seperti lahan pertanian (Tabel 9). Kelompok penyimpangan positif yang merupakan individu kreatif menganggap tidak hanya batu gamping sebagai sumber penghasilan melainkan masih banyak sumberdaya non tambang yang bisa dimanfaatkan (Tabel 10). Tabel 9 Nilai komoditas tertinggi hasil SDA Desa Gunung Masigit Potensi Sumberdaya Luas Pemanfaatan Tanaman Pangan Padi ladang (131 ha) Jagung (130 ha) Buah-buahan 1,8 ha Jambu klutuk (4,1 ton/ha) Apotik hidup 5,5 ha jahe (2,75 ton/ha) Hasil hutan kayu Kayu jati (1.200 m 3 /tahun) Peternakan ayam kampung (2.854 ekor dari 474 orang pemilik) domba (2.110 dari 422 orang pemilik) Perikanan - Sumber: Laporan Desa Gunung Masigit 2010 Tabel 10 Potensi SDA Desa Gunung Masigit Potensi Non-tambang Luasan Persawahan 141,2 ha Perkebunan 100,6 ha Ladang 453,3 ha Hutan 26 ha (hutan produksi) Sumber: Laporan Desa Gunung Masigit 2010 Tabel 9 dan 10 menerangkan bahwa terdapat beberapa komoditas SDA selain tambang yang berpotensi untuk dikembangkan. Kegiatan pengolahan lahan dalam kaitannya dengan usaha pertanian, dilakukan kelompok penyimpangan positif di lahan yang teraliri sungai Ci Nyusuan dan Ci Bukur yang diolah sebagai lahan persawahan dengan memanfaatkan sumber mata air yang terdapat di kaki Gunung Pawon. Sedangkan hasil tanaman palawija yang menjadi andalan masyarakat Desa Gunung Masigit adalah jagung dan buah-buahan yang bisa dikembangkan lebih lanjut adalah jambu klutuk. Beberapa diantaranya sudah mulai mengusahakan pengolahan jambu biji menjadi dodol jambu biji. Dari sektor peternakanpun memperlihatkan potensi yang cukup baik dimana, ayam kampung dan domba merupakan hewan ternak primadona di desa tersebut. Peningkatan komoditas non-tambang akan merangsang masyarakat agar tidak selalu bergantung kepada bahan tambang. Namun sejauh ini pengelolaan

15 50 35 tersebut belum optimal. Salah satu kendalanya adalah tidak semua warga memilik lahan sendiri. Hasil wawancara, hasil dari kegiatannya belum bisa mencukupi dibandingkan dengan kegiatan tambang (buruh). Untuk itu perlu kerjasama antar kelompok tani lintas desa mulai dari segi pra-penanaman sampai pemasaran atau bahkan diciptakan industri rumah tangga kreatif untuk mengakomodir hasil tersebut Faktor Sosial Faktor sosial mempengaruhi perilaku masyarakat dalam melakukan suatu tindakan seperti pandangan humanistik yaitu perilaku yang ditentukan oleh aspek internal individu seperti faktor pengalaman turun-temurun (Umar 2009). Kelompok penyimpangan positif melakukan tindakan yang positif terhadap kawasan karena adanya dorongan dari orang lain dan juga karena kemauan sendiri. Menurut Ahimsa dkk. (2003), masyarakat seperti ini termasuk kedalam kelompok masyarakat yang sikap dan perilakunya dipengaruhi oleh lingkup hidupan sosialnya yang lebih luas. Adanya interaksi antara beberapa individu dari masyarakat yang melakukan tindakan-tindakan positif dengan anggota masyarakat lainnya akan memberikan dorongan untuk terlibat dalam kegiatan serupa. Ketika seseorang berhasil dalam melakukan suatu kegiatan-kegiatan yang dianggap positif terhadap lingkungan, maka akan menimbulkan ketertarikan individu lain untuk melakukan hal yang sama. Hal ini disebut sebagai pengaruh sosial dalam belajar perilaku (Social Cognitive Theory) dimana seorang individu menjadi acuan bagi individu lain dalam hal apapun yang dilakukannya Faktor Ekonomi Masyarakat Desa Gunung Masigit pada umumnya sangat mau dan ingin beralih dari profesi sebagai penambang. Profesi yang mereka inginkan pada umumnya adalah mencari pekerjaan yang bersih dalam artian, kondisi fisiknya tidak kotor-kotoran dan resiko yang ditimbulkan tidak besar serta gaji yang lebih besar dari sekarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat yang berprofesi sebagai penambang kurang dari Rp ,00/bulan dengan persentase sebesar 48,57% (Tabel 11). Sedangkan pendapatan masyarakat

16 36 51 non-tambang (PNS, wirausaha dan berdagang) sudah tergolong besar dengan pendapatan lebih dari ,-/bulan dengan persentasee 51,43%. Dan kelompokk penyimpangan positif, tingkat pendapatannya tergolongg sedang dengan persentasee 69,23%. Rendahnya tingkat pendapatan kelompok penambang dapat dipengaruhi oleh pekerjaan yang sebagian besar tidak tetap, lamaa masa kerjanya, serta hanya mengandalkan pada satu pekerjaan saja sebagaimana ditunjukkann oleh hasil penelitian Riendriasari (2007) pada masyarakat penambang di Karst Gombong Selatan. Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 69.23% 48.57% 31.43% 51.43% 28.57% 20% 20% 15.23% 15.38% penambang non tambang alih profesi kecil < sedang besa alih ar profesi* > keterangann * : Kelompok penyimpangan positif Pengujian Kruskal-Wallis untuk mengetahui pengaruh perilaku kelompok masyarakat terhadap tingkat pendapatann menunjukkan bahwa α = 0,05 > Asymp.Sig = 0,005. Maka ditolak dengan kata lain, pada tingkat kepercayaan 95% terdapat hubungan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan Karst Citatah terhadap tingkat pendapatan. Artinya, bagi masyarakat penambang, mereka sudah nyaman dengan profesi sebagai penambang karena tingkat pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya dan juga, belum tentu mereka cocok dan mempunyai keahlian diprofesi yang baru. Mereka tidak memperdulikan besarnya resiko yang mengancam apabila terus menambang, karena mereka menganggap itu sebuah resiko pekerjaan mereka sehari-hari. Hasil wawancara menunjukkan bahwa, 71,43% masyarakat penambang bersedia meninggalkan kegiatan penambangan asalkan diberii pekerjaan dan keterampilan lainnyaa yang dapat menghasilkan alternatif pendapatan. Sebelum

17 52 37 berprofesi sebagai penambang, sebagian masyarakat pernah bekerja sebagai pegawai restoran, sopir, penambang pasir dan jasa angkutan roda dua, yang diyakini bahwa penghasilan yang didapat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena rata-rata anggota keluarga masyarakat penambang berjumlah 4-6 orang. Sedangkan bagi kelompok penyimpangan positif, alasan mereka untuk beralih karena mempunyai profesi ganda misalnya menyediakan jasa angkutan roda dua (ojek) dan pendistribusian air minum sehingga tingkat pendapatannya lebih tinggi dari kelompok penambang.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

Lampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan

Lampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan LAMPIRAN 2 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permasalahan konservasi 1. Permasalahan internal 2. Permasalahan eksternal. Variasi kegiatan di Lampiran 2 Panduan wawancara pengelolaan 1. Apa saja kekuatan, kelemahan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Manusia perlu suplai udara, makanan, minuman, tempat untuk bernaung, tempat

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT 1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN SITUS GUA PAWON DAN LINGKUNGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN UMUM

Lebih terperinci

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Arahan Pemanfaatan Lahan Kritis Pasca Tambang Pasir di Desa Ranji Kulon Kecamatan Kasokandel Agar Dapat Mengembalikan Produktifitas dan Nilai Ekonomis

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya.

Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN UMUM

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki bentang alam yang beragam. Salah satu bentang alam (landscape) yang memiliki potensi dan nilai strategis adalah

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sub-sektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Kelima sub-sektor pertanian tersebut bila

Lebih terperinci

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT 6.1 Kelembagaan Pengurusan Hutan Rakyat Usaha kayu rakyat tidak menjadi mata pencaharian utama karena berbagai alasan antara lain usia panen yang lama, tidak dapat

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan lokasi penelitan berdasarkan pada keadaan topografi dan geografi, keadaan penduduk,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang semakin meningkat setelah masuknya pengusaha-pengusaha Cina dengan mendirikan Lio

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan jasajasa

BAB I PENDAHULUAN. Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan jasajasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan di dunia khususnya di Indonesia telah melampaui daya dukung bumi dalam

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Negeri Baru yang merupakan salah satu desa berpotensial dalam bidang perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

Lebih terperinci

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA PKMM-1-6-2 MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA Rahmat Hidayat, M Indriastuti, F Syafrina, SD Arismawati, Babo Sembodo Jurusan Pengelolaan Hutan dan Konservasi Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

BAB V SUMBER DAYA ALAM

BAB V SUMBER DAYA ALAM BAB V SUMBER DAYA ALAM A. Pertanian Kota Surakarta Sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah, mengalami pertumbuhan ekonomi dan penduduk karena migrasi yang cepat. Pertumbuhan ini mengakibatkan luas

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Direktorat Pembukaan Tanah (DPT) Jawatan Transmigrasi pada tahun Setelah

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Direktorat Pembukaan Tanah (DPT) Jawatan Transmigrasi pada tahun Setelah 40 IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Desa Sumber Bahagia Desa Sumber Bahagia merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Kata Pengantar Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas kehendaknya-lah penulisan makalah ini dalam tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO 1. Gambaran Umum a) Secara geografi Desa Banaran, Kecamatan Pulung terletak di lereng Gunung Wilis sebelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk bertani sayur guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk bertani sayur guna memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Sengi yang terletak di lereng Gunung Merapi memiliki banyak potensi sumber daya alam. Kesuburan tanah dan ketersediaan debit air yang melimpah dimanfaatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulaupulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulaupulau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kawasan karst yang sangat luas mencapai lebih dari 15,4 juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulaupulau

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pada umumnya setelah manusia berhasil menguasai sebidang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini dinilai efektif peranannya dalam menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan kebutuhan pariwisata,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM 6.1 Kelemahan Sumber Daya Manusia Dari hasil survei dapat digambarkan karakteristik responden sebagai berikut : anggota kelompok tani hutan (KTH)

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan bagi Indonesia dalam meningkatkan devisa negara. Potensi sumber daya alam Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Kondisi Kebun Buah Mangunan 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan Wilayah Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya alam terutama air dan tanah oleh masyarakat kian hari kian meningkat sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi BPPKP sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 52 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah merupakan modal dasar pembangunan nasional dalam hal pengembangan wisata alam dan devisa Negara dari sektor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup. Hutan memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. buruh timah. Dampak positif selalu disertai dampak negatif, hal tersebut berupa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. buruh timah. Dampak positif selalu disertai dampak negatif, hal tersebut berupa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Bangka merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Hampir mayoritas penduduk di sana bekerja sebagai penambang timah. Pada awalnya penambangan timah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Disampaikan oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala Bappeda Kutai Timur) Dalam rangka Seminar Internasional dengan tema Kawasan Cagar Alam dan Budaya Sangkulirang: Sebuah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada

Lebih terperinci