KERUGIAN SOSIAL EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN DI SEPANJANG JALAN CICURUG- PARUNGKUDA, KABUPATEN SUKABUMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERUGIAN SOSIAL EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN DI SEPANJANG JALAN CICURUG- PARUNGKUDA, KABUPATEN SUKABUMI"

Transkripsi

1 KERUGIAN SOSIAL EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN DI SEPANJANG JALAN CICURUG- PARUNGKUDA, KABUPATEN SUKABUMI NUZULIA FARHANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 KERUGIAN SOSIAL EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN DI SEPANJANG JALAN CICURUG-PARUNGKUDA, KABUPATEN SUKABUMI Oleh : NUZULIA FARHANI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kerugian Sosial Ekonomi dan Alternatif Kebijakan dalam Mengatasi Permasalahan Kemacetan di Sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Bogor, Desember 2011 Nuzulia Farhani H

4 RINGKASAN NUZULIA FARHANI. Kerugian Sosial Ekonomi dan Alternatif Kebijakan dalam Mengatasi Kemacetan di Sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI. Kabupaten Sukabumi bagian Utara merupakan lokasi yang strategis untuk dikembangkan menjadi lokasi industri. Pada tahun 2007, jumlah pabrik industri yang berdiri di Kabupaten Sukabumi mencapai 139 perusahaan besar yang terdiri dari 57 perusahaan pakaian jadi, 12 perusahaan pakaian rajutan, 6 perusahaan peci, 26 perusahaan elektronik, dan 38 perusahaan AMDK (Air Minum Dalam Kemasan). Daerah Cicurug-Parungkuda merupakan salah daerah yang terdapat di Kabupaten Sukabumi Bagian Utara. Pabrik industri yang berdiri di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda lebih banyak dibanding dengan daerah lain di Kabupaten Sukabumi Bagian Utara. Banyaknya aktivitas ekonomi yang terjadi di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda seperti pendistribusian barang, jasa serta mobilitas tenaga kerja tanpa diimbangi dengan kondisi prasarana jalan yang memadai menjadi penyebab utama adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug- Parungkuda. Peningkatan jumlah kendaraan di sepanjang jalan ini juga menjadi penyebab adanya kemacetan. Dinas Perhubungan Kabupaten Sukabumi menyatakan bahwa laju pertumbuhan kendaraan di Kabupaten Sukabumi mencapai 23,34 persen per tahun sedangkan laju pertumbuhan jalan mencapai kurang dari 1 persen per tahun. Kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan tersebut dapat mengurangi manfaat ekonomi yang seharusnya diterima oleh pengguna kendaraan bermotor. Kemacetan dapat menimbulkan berbagai kerugian seperti kerugian sosial dan ekonomi. Kebijakan pemerintah diperlukan agar kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda dapat diatasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengkaji kerugian secara sosial dan ekonomi yang dirasakan pengguna kendaraan bermotor Cicurug-Parungkuda saat terjebak kemacetan 2) Menganalisis besarnya kerugian ekonomi pengguna kendaraan bermotor dari adanya kemacetan 3) Menganalisis alternatif kebijakan pemerintah dalam mengatasi kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loss of Earnings (LoE) serta metode Analisis Hirarki Proses (AHP). Berdasarkan hasil penelitian, Kemacetan mengakibatkan pengguna kendaraan bermotor merasakan stress, lelah, menguras waktu, tidak disiplin, terlambat, berkurang jam kerja atau belajar, boros bensin, dan hilangnya penghasilan. Pengeluaran pembelian BBM saat lalu lintas normal untuk mobil adalah Rp ,65 dan Rp 5.259,09 untuk motor. Biaya tersebut meningkat apabila terjebak dalam kemacetan menjadi Rp ,58 untuk mobil dan Rp 7.740,91 untuk motor. Potensi ekonomi yang hilang akibat adanya kemacetan yaitu sebesar Rp ,10 per tahun. Selanjutnya, perhitungan penghasilan yang hilang akibat adanya kemacetan bagi responden yang berprofesi sebagai supir yaitu sebesar Rp 3.202,14 untuk satu kali perjalanan. sehingga ratarata penghasilan yang hilang per hari untuk masyarakat yang berprofesi sebagai supir yaitu sebesar Rp ,60. Total penghasilan yang hilang untuk supir dalam satu tahun yaitu sebesar Rp ,00.

5 Struktur hirarki pengambilan keputusan untuk alternatif kebijakan dalam rangka mengurangi kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda dengan AHP terdiri atas, kriteria (aspek ekonomi, aspek sosial budaya, dan aspek manajemen), aktor (Dinas PU, Dishub, Satlantas, dan Perusahaan), dan alternatif (Pengoptimalan jalur alternatif, pelebaran jalan, pembatasan jumlah kendaraan, pembuatan jalan layang, pengaturan jadwal keluar masuk kendaraaan operasional, dan jadwal keluar masuk buruh-buruh pabrik). Alternatif yang menjadi prioritas pertama yang dipilih oleh decision maker yaitu pengoptimalan jalur alternatif dengan nilai bobot 0,337.

6 Judul Skripsi : Kerugian Sosial Ekonomi dan Alternatif Kebijakan dalam Mengatasi Permasalahan Kemacetan di Sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi Nama NRP : Nuzulia Farhani : H Disetujui, Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si Dosen Pembimbing Diketahui, Dr. Ir. Aceng Hidayat,MT Ketua Departemen Tanggal Lulus :

7 UCAPAN TERIMA KASIH Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia Allah SWT selama penulis menyusun skripsi ini. Skripsi ini tidak akan pernah terwujud jika tidak ada orang-orang hebat di sekitar penulis, untuk itu penulis ingin memberikan ucapan terima kasih penulis yang ditujukan kepada: 1. Orangtua tersayang, Mama (Hj. Epon Juariah), Papap (H. Aep Saefullah), kakak-kakak ( Andi Mulyadi, SE, Medi Mulyana, Ria Herlina), Sepupusepupu (Dewi Kurnia, Novi Maulani), serta keponakan-keponakan (Fathir, Alicca, Arya) atas segala dukungan, perhatian, doa, pengorbanan, serta segala cinta dan kasih sayang terhadap penulis selama ini. 2. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan skripsi yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran, kritik, perhatian, dn motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 3. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si Selaku dosen penguji utama dan Hastuti, SP, MP selaku dosen penguji komisi pendidikan Departemen Ekonomi Sumbedaya dan Lingkungan yang telah memberikan saran. 4. Dosen-dosen dan staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi. 5. Sahabat-sahabatku selama di IPB (Arum, Wima, Nurul, Dinda, Rina, Rizki P.I.D, Rianah, Astrid Y.), teman satu bimbingan (Trifti, Lidya, Beph, Vidya, Heni, Aryo) serta teman-teman ESL 44 atas dukungan selama penulis menyelesaikan studi. Bogor, Desember 2011 Penulis

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul Kerugian Sosial Ekonomi dan Alternatif dalam Mengatasi Permasalahan Kemacetan di Sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan program Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas mengenai kerugian sosial ekonomi masyarakat, khususnya pengguna kendaraan bermotor di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda. Skripsi ini juga menghitung perubahan pengeluaran BBM pengguna kendaraan bermotor akibat terjadinya kemacetan serta menghitung penghasilan supir yang hilang. Skripsi ini juga bertujuan untuk mencari alternatif terbaik yang sesuai untuk mengatasi permasalahan kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda Kabupaten Sukabumi Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun terutama untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membacanya.

9 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat penelitian Ruang lingkup penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Transportasi Kemacetan Peranan Transportasi terhadap Sosial, Ekonomi, dan Pembangunan Daerah Transportasi terhadap Sosial Transportasi terhadap Ekonomi Transportasi terhadap Pembangunan Daerah Manajemen Lalu Lintas Penelitian Terdahulu yang Relevan III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Metode Penghasilan yang Hilang Analisis Hirarki Proses (AHP) Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Penentuan Jumlah Responden Metode Pengolahan dan Analisis Data Kerugian Sosial dan Ekonomi Kemacetan Analisis Kerugian Ekonomi Pengguna Kendaraan Bermotor Akibat Adanya Kemacetan Analisis Hirarki Proses (AHP) Perbedaan SWOT dengan AHP Klarifikasi dan Justifikasi setiap Peubah dalam AHP V. GAMBARAN UMUM LOKASI Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keadaan Umum Kecamatan Cicurug ix xi xii xiii viii

10 Keadaan Umum Kecamatan Parungkuda Transportasi dan Lalu Lintas di Sepanjang Jalan Cicurug- Parungkuda Volume Kendaraan di Sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda Kemacetan di Sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda Karakteristik Responden Jenis Kelamin Usia pendidikan Jenis Pekerjaan Tingkat Penghasilan Jenis Kendaraan Lama Macet VI. KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI SOSIAL PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN Kerugian Sosial Pengguna Kendaraan Bermotor Kerugian Ekonomi Pengguna Kendaraan Bermotor Perhitungan Pengeluaran Biaya BBM Pengguna Kendaraan Bermotor Perhitungan Besarnya Penghasilan yang Hilang Akibat Kemacetan VII ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen Faktor Analisis Posisi Elemen Aktor terhadap Aktor dalam Mengatasi Permasalahan Kemacetan Posisi dan Kekuatan Elemen Solusi terhadap Solusi Permasalahan Kemacetan Posisi Elemen Strategi terhadap Strategi dalam Mengatasi Permasalahan Kemacetan Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Strategi dalam Mencari Strategi Permasalahan Kemacetan VIII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah kendaraan bermotor tahun Jumlah BPKB Yang dikeluarkan Polres Kab. Sukabumi Tahun Volume Kendaraan Barang di Sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda menurut Waktu Penelitian Terdahulu yang Relevan Metode Pengolahan Data Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan KK Kondisi Volume Lalu Lintas di Sepanjang Jalan Cicurug- Parungkuda Persepsi Pengguna Jalan Mengenai Dampak Sosial Kemacetan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Persepsi Pengguna Jalan Mengenai Dampak Ekonomi Kemacetan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Perhitungan Rata-Rata Pengeluaran Responden untuk Pembelian BBM Perhitungan Penghasilan Supir yang Hilang Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan antar Elemen pada Tingkat Pertama Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar Elemen pada Tingkat Kedua Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar Elemen pada Tingkat Ketiga Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar Elemen pada Tingkat Keempat x

12 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Proses Multiplier Effect dari Transportasi Ilustrasi Model Hierarki AHP Diagram alur kerangka pemikiran Skema Hierarki AHP untuk Analisis Kemacetan di Sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Macet Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Strategi untuk Mencari Solusi Permasalahan Kemacetan xi

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Dampak Kemacetan Kuesioner AHP Perhitungan AHP Karakteristik Responden Hasil Pengolahan AHP dengan Menggunakan Expert Choice Dokumentasi Kemacetan di Sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda 97 xii

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sarana yang dapat menghubungkan manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Transportasi membuat hidup manusia lebih produktif karena dapat memobilisasi dari satu tempat dengan tempat lainnya dengan cepat dan mudah sehingga dapat mengefisienkan waktu. Transportasi merupakan urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Transportasi berperan sebagai sarana mempertinggi integritas bangsa serta meningkatkan standar kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Transportasi secara umum berfungsi sebagai sarana yang dapat mempercepat pencapaian tujuan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan sebagai pemersatu wilayah di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Transportasi yang terdiri dari transportasi darat, laut dan udara juga mengemban penting fungsi pelayanan publik dalam skala domestik maupun internasional. Salah satu bagian dari transportasi yaitu transportasi darat. Kendaraan bermotor merupakan sarana yang mutlak diperlukan dalam transportasi darat. Jumlah kendaraan bermotor semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi suatu indikasi bahwa masyarakat semakin membutuhkan sarana transportasi sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

15 Tabel 1. Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun di Indonesia Tahun Mobil Truk Bus Sepeda motor Total % , , , , ,90 Jumlah % 14,98 5,10 8,47 71,44 100,00 Sumber : Kementrian Perhubungan, 2010 Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan bermotor tertinggi terdapat pada kendaraan sepeda motor yaitu sebesar 71,44 persen dari jumlah keseluruhan kendaraan bermotor. Banyaknya jumlah sepeda motor ini disebabkan karena harga sepeda motor yang semakin terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Maraknya penawaran kredit sepeda motor oleh dealer sepeda motor semakin memudahkan peminat sepeda motor untuk memiliki kendaraan roda dua ini. Hal ini menyebabkan jumlah kendaraan sepeda motor semakin banyak dari tahun ke tahun. 1 Perkembangan otonomi daerah di Indonesia menyebabkan transportasi juga mutlak diperlukan di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Pemerintah mempunyai wewenang untuk membangun daerahnya masing-masing. Hal ini merupakan upaya pemerintah pusat memajukan perekonomian Indonesia. Peningkatan pembangunan ekonomi daerah telah meningkatkan peranan sektor transportasi untuk pencapaian tujuan pembangunan daerah. Daerah Cicurug-Parungkuda memiliki aktivitas ekonomi yang lebih tinggi dibanding daerah lain yang ada di Kabupaten Sukabumi. Banyaknya aktivitas 1 Diakses tanggal 2 April pukul WIB 2

16 ekonomi ini menjadi penyebab adanya kemacetan. Aktivitas ekonomi seperti pendirian pabrik industri mengharuskan terjadinya mobilitas tenaga kerja serta distribusi barang dan jasa. Aktivitas ekonomi tersebut tidak luput dari peranan sarana transportasi. Banyaknya aktivitas ekonomi ini tidak didukung oleh prasarana yang memadai. Hal ini yang menjadi penyebab utama adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda. Jalan utama yang cukup sempit sementara jumlah kendaraan bermotor yang melebihi kapasitas jalan (over carrying capacity) menjadi salah satu penyebab adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug sampai dengan Parungkuda. Dinas Perhubungan Kabupaten Sukabumi (2011) menyatakan bahwa laju kepemilikan kendaraan bermotor sebesar 23,34 persen ini tidak sebanding dengan laju pertumbuhan jalan yang hanya kurang dari 1 persen. Adapun jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor di Kabupaten Sukabumi tahun 2008 sampai 2010 berdasarkan pengeluaran BPKB dapat dilihat Tabel 2. Tabel 2. Jumlah BPKB yang Dikeluarkan Polres Kab. Sukabumi Tahun Tahun Mobil % Mobil % Bis % Sepeda % penumpang Beban Motor , , , , , , , , , , , ,22 Jumlah Sumber : Dinas Perhubungan, 2011 Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan mobil penumpang mengalami penurunan pada tahun 2009, namun pada tahun 2010, mobil penumpang mengalami peningkatan sebesar 7,34 persen dari tahun Selain mobil penumpang, mobil barang pun mengalami penurunan pada tahun 2009 namun meningkat kembali pada tahun 2010 sebesar 6,16 persen dari tahun Berbeda dengan mobil beban dan mobil penumpang, bis dan sepeda motor 3

17 mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai 2010 yaitu sebesar 33,68 persen untuk bis dan 13,05 persen untuk sepeda motor. Banyaknya jumlah kendaraan umum maupun kendaraan pribadi ini menjadi bagian dari adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda. Hal ini terbukti dengan adanya kepadatan lalu lintas yang menyebabkan kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda pada peak hour yaitu pukul WIB dengan jumlah seluruh kendaraan mencapai unit. Jumlah kendaraan pribadi yang melewati jalan tersebut lebih banyak dibanding dengan jenis kendaraan lain (kendaraan umum dan kendaraan barang) yaitu sebesar unit dimana sebagian besar dari jumlah tersebut merupakan kendaraan jenis roda dua dengan jumlah unit. Kendaraan besar seperti truk-truk yang mengangkut Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) menjadi penyebab adanya kemacetan. Banyaknya industri yang menggunakan kendaraan truk operasional serta menyerap banyak tenaga kerja juga berkontribusi terhadap kemacetan jalur tersebut. Adapun volume kendaraan barang yang melewati sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Volume Kendaraan Barang di Sepanjang Jalan Cicurug- Parungkuda menurut Waktu Tahun 2011 Waktu Truk Besar Truk Sedang Pick Up Jumlah Jumlah % 26,96 37,42 35, Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Sukabumi,

18 Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah truk yang melewati jalan Cicurug-Parungkuda yaitu sebesar unit dan sebanyak 37,42 persen diantaranya merupakan truk sedang. Jumlah truk besar yaitu sebesar 26,96 persen dimana jumlah tersebut lebih sedikit dibanding dengan pick up yaitu sebesar 35,62 persen. Peak hour untuk kendaraan barang yaitu pada pukul WIB dengan volume kendaraan sebanyak 322 unit. Banyaknya kendaraan barang yang melewati jalan Cicurug-Parungkuda ini menjadi salah satu penyebab adanya kemacetan karena kendaraan barang berjalan dengan rata-rata kecepatan di bawah kendaraan pada umumnya sehingga dapat menyebabkan adanya tumpukan kendaraan di ruas jalan tersebut. Kemacetan dapat mengurangi manfaat ekonomi dan dapat menambah biaya yang dikeluarkan. Kemacetan dapat menambah konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) karena pada saat macet kendaraan menyala lebih lama sehingga walaupun dalam keadaan diam bensin tetap akan berkurang sehingga pengguna jalan harus menambah biaya pembelian BBM. Kemacetan juga dapat menimbulkan kerugian sosial. Kemacetan dilihat dari dampak sosialnya dapat membuat seseorang stress, lelah, terlambat ke sekolah atau ke kantor, sampai menurunnya kualitas udara. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu mengkaji tentang besarnya dampak sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh pengguna kendaraan bermotor. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan keadaan saat lalu lintas berjalan normal dengan situasi dimana terjebak dalam kemacetan. Peneliti juga menganalisis alternatif kebijakan dalam mengatasi permasalahan. 5

19 1.2. Perumusan Masalah Pertambahan waktu memiliki hubungan positif dengan pertambahan jumlah penduduk dan sarana transportasi. Pertambahan waktu diiringi dengan bertambahnya jumlah penduduk sehingga kebutuhan untuk transportasi pun meningkat. Peningkatan alat transportasi baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum menjadi hal yang harus dipenuhi agar mobilitas penduduk dapat berjalan baik. Peningkatan jumlah alat transportasi dapat menjadi salah satu penyebab adanya kemacetan karena kepadatan alat transportasi dapat mengurangi jarak lintasan antar kendaraan. Sepanjang tahun , jumlah kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan. Sebanyak sepeda motor telah meramaikan lalu lintas di Indonesia. Jumlah ini hampir sama dengan jumlah penduduk di Indonesia. Jumlah mobil yang ada di Indonesia mencapai , sedangkan truk dan bus yaitu dan (Kementerian Perhubungan, 2010). Banyaknya pabrik industri yang terdapat di sepanjang jalan tersebut menjadi penyebab utama kemacetan karena banyaknya kendaraan operasional dan tenaga kerja yang keluar masuk pabrik sehingga dapat menghambat jalannya lalu lintas. Tercatat sampai tahun 2007, jumlah pabrik yang terdapat di Kabupaten Sukabumi tersebut adalah sebanyak 57 perusahaan pakaian jadi, 12 perusahaan pakaian rajutan, 6 perusahaan peci, 26 perusahaan elektronik, dan 38 perusahaan AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) Darticlepersen26idpersen3D131persen26Itemidpersen3D82/ diakses pada tanggal 2 Maret 2011 pukul WIB 6

20 Kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda bukan hanya terjadi karena banyaknya industri namun juga karena padatnya kendaraan dan sempitnya ruas jalan. Selain itu, kemacetan di Cicurug-Parungkuda juga dipengaruhi oleh kualitas jalan yang menyebabkan over carrying capacity. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada jalan. Jalanan yang rusak menyebabkan pengguna jalan lebih hati-hati dan lebih lambat dalam mengendarai kendaraannya yang akhirnya menyebabkan arus lalu lintas menjadi padat. Dilihat dari segi kondisi jalan aspal yang kondisinya baik dan sedang hanya sebesar 37,09 persen, sisanya 62,91 persen pada kondisi sedang rusak, rusak, dan rusak berat dengan lebar ruas jalan ukuran sekitar sepuluh meter dengan lebar efektif tujuh meter dan hambatan samping tiga meter. 3 Perilaku pengguna jalan yang tidak mentaati peraturan juga menjadi penyebab adanya kemacetan. Supir-supir kendaraan umum sering berhenti di jalan yang memiliki kepadatan lalu lintas tinggi untuk mencari penumpang, seperti di sekitar pabrik industri, pasar, dan lain-lain. Kendaraan operasional seperti container yang tidak layak jalan juga sering menjadi penyebab kemacetan karena kendaraan tersebut tetap beroperasi walaupun tidak memenuhi persyaratan bebas jalan. Kemacetan dapat menghilangkan manfaat yang seharusnya diterima bila lalu lintas berjalan lancar. Adanya biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pengguna kendaraan bermotor serta banyaknya waktu yang terbuang yang 3 diakses tanggal 29 desember 2010 pukul WIB. 7

21 seharusnya dapat digunakan untuk aktivitas lain merupakan sebagian manfaat yang hilang. Berdasarkan masalah yang dihadapi, penelitian ini lebih difokuskan untuk membahas kerugian sosial dan ekonomi akibat kemacetan lalu lintas sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda. Selain itu, penelitian ini juga membahas alternatif kebijakan yang dilakukan oleh decision maker terkait. Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apa saja kerugian sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh pengguna kendaraan bermotor Cicurug-Parungkuda saat terkena kemacetan? 2. Berapa besarnya pengeluaran BBM dan penghasilan yang hilang (loss of earnings) karena adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda? 3. Alternatif kebijakan apakah yang sesuai untuk mengatasi kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu : 1. Mengkaji kerugian secara sosial dan ekonomi yang dirasakan pengguna kendaraan bermotor Cicurug-Parungkuda saat terjebak kemacetan. 2. Menganalisis besarnya kerugian ekonomi masyarakat dari adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. 3. Menganalisis alternatif kebijakan pemerintah dalam mengatasi kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. 8

22 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Penulis. Penulis dapat mengetahui dampak-dampak yang terjadi akibat adanya kemacetan serta dapat menyusun hirarki pengambilan keputusan dalam memilih kebijakan. Penelitian ini juga dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah kemacetan. 2. Masyarakat. Masyarakat dapat secara langsung mengetahui kerugian ekonomi dalam nilai nominal akibat adanya kemacetan. 3. Pemerintah daerah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi dinas yang terkait dalam penyusunan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan transportasi, khususnya regulasi mengenai manajerial transportasi. 4. Perusahaan atau industri. Industri dapat membuat regulasi yang dapat mengurangi kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai kerugian dan alternatif kebijakan permasalahan kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini hanya dilakukan terhadap decision maker dan pengguna kendaraan bermotor di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, penumpang serta karakteristiknya tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. 2. Penelitian difokuskan pada identifikasi kerugian sosial dan ekonomi terhadap pengguna kendaraan bermotor dan analisis alternatif kebijakan dalam 9

23 mengatasi masalah kemacetan sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. 3. Kerugian ekonomi yang dihitung adalah kehilangan bahan bakar serta hilangnya penghasilan responden yang berprofesi sebagai supir akibat adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Industri tidak dihitung dalam penelitian ini karena banyaknya industri serta keterbatasan peneliti untuk mengakses pada sektor industri. 4. Penelitian mengasumsikan satu angkutan umum dikemudikan oleh satu supir. 5. Peak hour dalam penelitian ini merupakan jam dimana terdapat jumlah kendaraan bermotor terbanyak dalam satu hari kerja. 6. Dampak perubahan atau kerusakan lingkungan terhadap masyarakat seperti dampak terhadap kesehatan yang pada akhirnya terkait dengan biaya pengobatan terhadap pengguna kendaraan bermotor tidak diteliti. 7. Dalam penelitian ini, penghasilan supir sama dengan pendapatan bersih karena penghasilan yang diterima oleh supir hanya dari satu sektor pekerjaan dan tidak ada biaya dan pajak yang diperhitungkan. 10

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Pengertian transportasi menurut Morlok (1981) adalah memindahkan atau mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas (1987), transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem kontrol yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktifitas manusia. Transportasi dari suatu wilayah adalah sistem pergerakan manusia dan barang antara satu zona asal dan zona tujuan dalam wilayah yang bersangkutan. Pergerakan yang dimaksud dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana atau moda, dengan menggunakan berbagai sumber tenaga, dan dilakukan untuk suatu keperluan tertentu (Setijowarno dan Frasila, 2001). Transportasi dikatakan baik, apabila perjalanan cukup cepat, tidak mengalami kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman, bebas dari kemungkinan kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman. Kondisi transportasi yang ideal sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang menjadi komponen transportasi ini, yaitu kondisi prasarana (jalan), sistem jaringan jalan, kondisi sarana (kendaraan) dan sikap mental pemakai fasilitas transportasi tersebut (Sinulingga, 1999). Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Transportasi berperan strategis dalam pembangunan. Pentingnya transportasi dapat dilihat dari aspek mikro dan makro. Pada tingkat ekonomi makro, transportasi dan mobilitas berhubungan dengan keluaran 11

25 (output), pekerja dan pendapatan. Pada kasus beberapa negara maju, transportasi berpengaruh antara enam persen sampai 12 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Pada tingkat ekonomi mikro, transportasi berhubungan dengan produsen, konsumen dan biaya produksi Kemacetan Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat (Tamin, 2000). Dalam transportasi terdapat beberapa masalah yang sering dihadapi para pengguna jalan, salah satunya yaitu adanya kemacetan. Kemacetan suatu lalu lintas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Kondisi jalan dan lingkungan, berkaitan dengan waktu, biaya, dan jarak. Jalan yang buruk kondisinya (banyak berlubang, bergelombang, dan sebagainya) menyebabkan kecepatan kendaraan lambat sehingga waktu perjalanan bertambah. 2. Jenis kendaraan bermotor juga mempengaruhi pemilihan lintasan atau ruas jalan yang akan dilalui kendaraan tersebut. Hal ini dapat menimbulkan penumpukan lalu lintas pada suatu ruas jalan tertentu, yang berakibat timbulnya kemacetan lalu lintas. 3. Pengemudi atau penumpang kendaraan juga menentukan dalam pemilihan lintasan yang akan dilalui. Pada umumnya orang akan memilih jarak minimum, biaya perjalanan minimum dan waktu perjalanan yang minimum, 4 / diakses pada tanggal 24 Desember 2010 pukul WIB 12

26 atau ketiganya sekaligus. Ada pula kecenderungan memilih suatu ruas jalan tertentu karena kebiasaan. Apabila semua pengguna jalan berpendapat demikian, maka dapat terjadi penumpukan lalu lintas pada suatu ruas jalan, sedangkan pada ruas jalan yang lain lalu lintas kurang padat Peranan Transportasi terhadap Sosial, Ekonomi, dan Pembangunan Daerah Transportasi terhadap Sosial Transportasi juga menyentuh aspek sosial dengan manfaatnya seperti dengan pemukiman yang awalnya kecil, seiring berjalannya waktu, penduduknya menjadi bertambah. Bertambahnya jumlah penduduk membuat kebutuhan akan transportasi juga akan meningkat, sehingga wilayah menjadi ramai dan berkembang. Perkembangan ini dapat dilihat dari produktivitas penduduk yang semakin meningkat. Produktivitas penduduk juga meningkatkan daerah pemukiman untuk tempat tinggal mereka. Tempat pemukiman ini sangat erat hubungannya dengan transportasi. Sedikit pengaruh saja, dapat menimbulkan efek yang lebih besar. Seperti halnya perbaikan transportasi yang berpengaruh nyata sehingga penduduk dapat merasakan perubahan perbaikan akses ke suatu wilayah maupun perbaikan dari suatu kegiatan seperti pengangkutan dan pendidikan (Morlok dalam Pangaribuan, 2005) Transportasi terhadap Ekonomi Sektor transportasi merupakan bagian penting dari ekonomi yang mempunyai pengaruh dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Apabila sistem transportasi efisien, maka akan membuka peluang dan keuntungan secara ekonomi dan sosial. Sebaliknya ketika sistem transportasi tidak efisien, 13

27 maka bisa berakibat pada biaya ekonomi tinggi dan berkurangnya atau hilangnya peluang-peluang yang ada. Pada sisi lain, sektor transportasi juga mempunyai dampak sosial dan lingkungan yang tidak bisa dihindarkan (Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2007). Secara umum, dampak ekonomi dari sektor transportasi dapat dikategorikan ke dalam direct impacts dan indirect impacts. Direct impacts berkaitan dengan perubahan aksesibilitas dimana transportasi memungkinkan terjadinya perkembangan pasar dan penghematan waktu dan biaya. Indirect impacts berkaitan dengan multiplier effect dimana harga komoditas atau pelayanan turun dan variasinya meningkat. Untuk melihat proses multiplier effect dari transportasi lihat Gambar 1. Transportasi Sektor Ekonomi Direct Investment Indirect Investment Induced Investment Economic Simulation Investasi proyek/ Aktivitas Investasi oleh Supplier Belanja masyarakat Perluasan Bisnis dan Menarik bisnis baru Sumber : Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2007 Gambar 1. Proses Multiplier Effect dari transportasi 14

28 Pada gambar di atas dapat dijelaskan bahwa : Direct investment akan membuka lapangan kerja untuk mendukung proyek atau kegiatan yang direncanakan. Indirect investment, atau belanja yang dilakukan oleh suppliers penyedia barang dan jasa untuk proyek, juga menciptakan lapangan kerja. Direct dan indirect investment berdampak pada business revenue dan personal income. Income dibelanjakan oleh masyarakat (Induced investment) sehingga menghasilkan lapangan kerja. Akhirnya, direct, indirect, dan induced investment (multiplier effect) akan menstimulasi ekonomi yang mampu memperluas dunia usaha yang telah ada dan meningkatkan daya tarik untuk tumbuhnya dunia usaha yang baru. Mobilitas merupakan salah satu bagian yang fundamental dan merupakan karakteristik utama aktivitas ekonomi. Mobilitas menjamin terpenuhinya kebutuhan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain, baik bagi penumpang, barang, maupun informasi. Daerah dengan tingkat mobilitas tinggi umumnya mempunyai banyak peluang untuk membangun dibandingkan dengan daerah yang mempunyai mobilitas rendah. Mobilitas merupakan indikator pembangunan yang baik. Penurunan mobilitas berarti menghambat pembangunan dan sebaliknya meningkatkan mobilitas akan mendukung pembangunan. Mobilitas manusia dan barang hanya bisa dicapai dengan sistem transportasi yang baik. Mobilitas itu sendiri merupakan satu industri yang menawarkan pelayanan terhadap pelanggan, mempekerjakan orang dan membayar gaji, menginvestasikan modal, dan membangkitkan pendapatan. Oleh karena itu, manfaat transportasi 15

29 dalam pembangunan ekonomi dapat dilihat dari perspektif makroekonomi dan mikroekonomi Transportasi terhadap Pembangunan Daerah Dampak positif diberlakukan otonomi daerah adalah memberikan keleluasan bagi daerah untuk menentukan alokasi pembiayaan prasarana transportasi yang akan mereka rencanakan dan juga meningkatkan sumber penerimaan bagi pembiayaannya sehingga pemerintah mempunyai kewenangan untuk membangun daerahnya masing-masing. Di sisi lain, ekses dari kebijakan otonomi daerah yakni timbulnya ketidakpastian bagi para pelaku usaha dalam hal tumpang tindihnya peraturan daerah yang dapat menghambat tumbuhnya iklim usaha. Faktor-faktor kunci tata pemerintahan yang baik yaitu kemampuan teknis dan manajerial, kapasitas organisasi, kapasitas hukum, akuntabilitas, transportasi dan sistem informasi yang terbuka Manajemen Lalu Lintas Manajemen lalu lintas adalah suatu proses pengaturan pasokan (supply) dan kebutuhan (demand) sistem jalan raya yang ada untuk memenuhi suatu tujuan tertentu tanpa penambahan prasarana baru, melalui pengurangan dan pengaturan pergerakan lalu lintas. Manajemen lalu lintas biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah lalu lintas jangka pendek, atau yang bersifat sementara. Manajemen lalu lintas terbagi menjadi dua bagian yaitu optimasi supply dan pengendalian demand. Kelompok optimasi supply antara lain pembatasan parkir di badan jalan, jalan satu arah, reversible line, larangan belok kanan pada persimpangan, dan pemasangan lampu lalu lintas (Putranto, 2007). 5 diakses pada tanggal 25 Desember 2010 pukul WIB 16

30 Secara umum yang dimaksud dengan manajemen lalu lintas adalah memanfaatkan semaksimal mungkin sistem jaringan jalan yang ada. Manajemen lalu lintas juga mempunyai arti untuk menampung lalu lintas sebanyak mungkin, menampung penumpang sebanyak mungkin, memperhatikan keterbatasan lingkungan (kapasitas lingkungan), memberikan prioritas terhadap golongan atau kelompok yang sangat membutuhkan, melakukan penyesuaian kebutuhan terhadap pemakai jalan lainnya. Tujuan dilakukannya manajemen lalu lintas yang pertama yaitu untuk mendapatkan tingkat efisiensi dari pergerakan lalu lintas secara menyeluruh dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi dengan menyeimbangkan permintaan dengan sarana penunjang yang ada. Kedua, meningkatkan tingkat keselamatan dari pengguna yang dapat diterima oleh semua pihak dan dapat memperbaiki tingkat keselamatan tersebut sebaik mungkin. Ketiga, memperbaiki dan melindungi kondisi lingkungan dimana arus lalu lintas tersebut berada. Keempat, mempromosikan penggunaan energi secara efisien atau pengguna energi lain yang dampak negatifnya lebih kecil daripada energi yang ada. Sasaran dari manajemen lalu lintas berdasarkan tujuan di atas yang pertama yaitu mengatur dan menyederhanakan lalu lintas dengan melaksanakan pemisahan terhadap tipe, kecepatan dan pemakai jalan yang berbeda untuk meminimumkan gangguan terhadap lalu lintas. Kedua, mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dengan menaikkan kapasitas atau mengurangi volume pada suatu jalan. Menentukan optimasi ruas jalan dengan menentukan fungsi dari jalan dan kontrol terhadap aktivitas yang tidak cocok dengan fungsi jalan tersebut. 17

31 2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan Asriyanto (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Alternatif Pengelolaan Perikanan Lemuru di Selat Bali mengidentifikasi persepsi masyarakat dan pemerintah (responden) untuk mengetahui pendapat tentang kondisi perikanan lemuru, pendapat tentang alternatif pengelolaan yang mereka inginkan, serta tingkat peran dalam pengelolaan perikanan lemuru. Hasil menunjukkan bahwa persepsi masyarakat dan pemerintah terhadap kondisi perikanan lemuru mengalami penurunan (rata-rata masa kini lebih rendah daripada masa lalu : -3.53). Tingkat peran responden dalam bentuk konsultatif. Proses pengelolaan perikanan lemuru pada sel V (Matrik IE) yang berimplikasi kepada strategi bertahan dan terpelihara (hold and maintain) yang dilihat dari perspektif pemerintah sebagai alternatif difensif, sedang kuadran II (Analisis SWOT) yang menempatkan pada alternatif diversifikasi produk yang berarti alternatif yang mempertahankan produksi perikanan. Berdasarkan perhitungan AHP urutan prioritas kebijakan alternatif pengelolaan perikanan yang harus diambil pemerintah adalah penyempurnaan regulasi, penerapan MCS (Monitoring, Control, Surveillance), peningkatan ko-manajemen, pengalihan pola tangkap. Sapta (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas terhadap Sosial Ekonomi Pengguna Jalan dengan Contingent Valuation Method (CVM) menghitung besarnya kerugian ekonomi yang diterima oleh pengguna kendaraan bermotor berupa perhitungan pertambahan biaya pembelian BBM serta pendapatan yang hilang karena adanya kemacetan. 18

32 Besarnya pertambahan biaya pembelian BBM yang menjadi beban bagi pengguna kendaraan bermotor yaitu sebesar Rp 5.237,87 untuk setiap mobil sedangkan motor sebesar Rp 2.098,78, sehingga total kerugian BBM kendaraan bermotor akibat kemacetan adalah Rp 7.336,65. Pendapatan pengguna jalan yang hilang akibat adanya kemacetan yaitu sebesar Rp 6.301,49 untuk mobil Rp 2.800,58 untuk motor Rp 2.254,05 untuk penumpang angkutan umum. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marwan (2011) yang berjudul Analisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas dengan Pendekatan Willingness to Accept (WTA) adalah menghitung pertambahan biaya pembelian BBM akibat adanya kemacetan. Kerugian yang ditanggung pengguna jalan adalah selisih antara rata-rata pengeluaran BBM saat lalu lintas macet per kendaraan dengan rata-rata pengeluaran biaya BBM saat lalu lintas berjalan normal yaitu sebesar Rp ,09 untuk setiap mobil sedangkan motor sebesar Rp 6.905,41, sehingga total kerugian BBM kendaraan bermotor akibat kemacetan adalah Rp ,00. Deskripsi singkat dari penelitian terdahulu yang relevan dapat dilihat pada Tabel 4. 19

33 Tabel 4. Penelitian Terdahulu yang Relevan No Nama Judul Tulisan Deskripsi Alat analisis 1 Asriyanto (2005) Alternatif Pengelolaan Perikanan Temuru di Pulau Bali 2 Sapta (2009) Analisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas terhadap Sosial Ekonomi Pengguna Jalan dengan Contingent Valuation Method (CVM) 3 Marwan (2011) Analisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas dengan Pendekatan Willingness to Accept (WTA) Sumber : Penulis, 2011 Mengetahui strategi alternatif pengelolaan perikanan Temuru dengan menggunakan dua langkah yaitu SWOT dan AHP Menghitung biaya yang harus dikeluarkan dan menghitung pendapatan yang hilang akibat adanya kemacetan di daerah kota Bogor serta mengestimasi nilai WTA yang ada. Menghitung biaya yang harus dikeluarkan untuk penambahan biaya pembelian BBM serta mengestimasi nilai WTA di kecamatan Bogor Barat. SWOT dan AHP Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa penelitian terdahulu menggunakan dua alat analisis untuk mendapatkan strategi alternatif. Sapta (2009) dan Marwan (2011) menghitung kerugian ekonomi akibat adanya kemacetan. Keunggulan dari penelitian yang dilakukan penulis yaitu tidak hanya menghitung kerugian ekonomi yang diderita oleh pengguna kendaraan bermotor, namun juga mencari alternatif strategi (output) untuk mengatasi permasalahan kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda dengan satu langkah metode saja yaitu dengan menggunakan AHP. 20

34 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Metode Penghasilan yang Hilang (Loss of Earnings Methods) Menurut Hufscmidt, et al., (1992), Metode penghasilan yang hilang merupakan salah satu metode valuasi ekonomi untuk melakukan penilaian biaya lingkungan berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar. Penilaian manfaat dengan metode ini menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa (actual based market methods). Oleh karena itu, penggunaan metode ini mudah digunakan karena mengikuti harga pasar yang berlaku saat ini. Perhitungan Rata-Rata Contoh Perhitungan rata-rata contoh merupakan salah satu metode untuk menghitung penghasilan yang hilang. Rata-rata contoh sangat bermanfaat untuk melihat hal atau ciri-ciri data penting. Rata-rata merupakan suatu nilai pusat data bila data itu dijumlahkan kemudian dibagi dengan banyaknya sampel. Rata-rata contoh adalah sebagai berikut (Walpole, 1993): Keterangan : : Nilai tengah contoh (rata-rata) : Banyaknya contoh X i : Peubah bebas yang menjelaskan peubah tak bebas Y i : 1,2,3,.n yaitu banyaknya peubah bebas dalam fungsi Analisis Hirarki Proses (AHP) Analisis hirarki Proses (AHP) adalah suatu metode yang sering digunakan untuk menilai tindakan yang dikaitkan dengan perbandingan bobot kepentingan antara faktor serta perbandingan beberapa alternatif pilihan. AHP merupakan pendekatan dasar dalam pengambilan atau membuat keputusan. Tujuan dari AHP 21

35 ini adalah menyelesaikan masalah yang kompleks atau tidak berkerangka dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit, mengatasi antara nasionalitas dan intuisi, memilih yang terbaik dari sejumlah alternatif yang telah dievaluasi dengan memperhatikan beberapa kriteria (Saaty, 1980). Analisis Hirarki Proses (AHP) pada dasarnya memiliki tiga fungsi utama yaitu: 1. Structuring Complexity. AHP membantu dalam memecahkan masalahmasalah yang kompleks dengan menyusunnya menjadi hirarki yang lebih terstruktur. 2. Measurement on a Ratio Scale. Setiap elemen-elemen yang ada dalam hirarki memiliki prioritas yang diukur menggunakan skala rasio prioritas. 3. Syhthesis. Dalam membuat keputusan atas masalah dengan berbagai elemen pembentuknya, AHP dapat mengkombinasikannya. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat 4 aksiomaaksioma yang terkandung dalam model AHP yaitu: 1. Reciprocal Comparison artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1/x. 2. Homogenity artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Jika aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen- elemen yang 22

36 dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru. 3. Independence artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya 4. Expectation artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap. Selanjutnya Saaty (2001) menyatakan bahwa proses hirarki analitik (AHP) menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan efektif atas isu kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur ke dalam suatu komponenkomponennya. Artinya dengan menggunakan pendekatan AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan. Secara umum, Hirarki dapat dibagi menjadi dua jenis (Saaty, 1991): 1. Hirarki Struktural. Dalam hirarki ini masalah yang kompleks diuraikan menjadi komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat strukturalnya. Misalnya membagi-bagi objek menjadi sejumlah gugusan, sub gugusan dan gugusan yang lebih kecil. 23

37 2. Hirarki fungsional. Hirarki fungsional menguraikan masalah yang kompleks menjadi elemen-elemen pokoknya menurut hubungan esensial mereka. Setiap perangkat elemen dalam hirarki fungsional menduduki satu tingkat hirarki. Tingkat puncak disebut fokus, terdiri atas satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya luas. Tingkat-tingkat berikutnya masingmasing dapat memiliki beberapa elemen. Adapun ilustrasi model hirarki dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. Tujuan Kriteria Sub kriteria Alternatif Sumber : Saaty (1980) Gambar 2. Ilustrasi Model Hirarki AHP Analisis Hirarki Proses dalam penelitian ini memiliki beberapa tahapan dalam implementasinya. Tahapan-tahapan ini akan membuat pelaksanaan AHP lebih sistematis sehingga hasil yang didapat pun akan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun tahapan dalam metode AHP adalah sebagai berikut : 1. Mendifinisikan suatu kegiatan yang memerlukan pemilihan dalam pengambilan keputusannya. 2. Menentukan kriteria-kriteria dari pilihan-pilihan tersebut terhadap identitas kegiatan membuat hirarkinya. 24

38 3. Membuat matriks pairwise comparison berdasarkan kriteria fokus dengan memperhatikan comparative judgement. 4. Membuat matriks pairwise comparison dengan memperhatikan prinsipprinsip comparative judgement berdasarkan kriteria pada tingkat di atasnya Kerangka Pemikiran Operasional Daerah sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda merupakan wilayah yang memiliki kepadatan lalu lintas yang tinggi. Kemacetan lalu lintas merupakan konsekuensi yang tidak bisa dihindari lagi dengan banyaknya aktivitas ekonomi serta jumlah kendaraan bermotor sebanyak itu. Kemacetan memberikan dampak negatif terhadap masyarakat terutama pengguna kendaraan bermotor. Kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat tidaklah kecil. Berbagai kerugian yang diterima masyarakat seperti pencemaran udara, kebisingan, stress saat macet. Kerugian yang paling dirasakan yaitu terhadap aspek ekonomi pengguna kendaraan bermotor. Kerugian ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat pengguna kendaraan bermotor seperti pengeluaran yang meningkat untuk pengeluaran BBM, hilangnya penghasilan, dan banyak lagi. Mengingat besarnya kerugian yang diterima oleh masyarakat, maka diperlukan analisis mengenai kerugian ekonomi dari pengguna kendaraan bermotor. Perhitungan pengeluaran pengguna jalan difokuskan pada pengeluaran BBM yang digunakan. Perhitungan ini akan membandingkan pengeluaran BBM saat kendaraan terkena kemacetan dengan kendaraan yang tidak terkena kemacetan. Penghasilan yang hilang dihitung dengan melihat rata-rata penghasilan responden dibagi dengan durasi kemacetan. 25

TINJAUAN PUSTAKA. mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas

TINJAUAN PUSTAKA. mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Pengertian transportasi menurut Morlok (1981) adalah memindahkan atau mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas (1987), transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sarana yang dapat menghubungkan manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Metode Penghasilan yang Hilang (Loss of Earnings Methods) Menurut Hufscmidt, et al., (1992), Metode penghasilan yang hilang

KERANGKA PEMIKIRAN Metode Penghasilan yang Hilang (Loss of Earnings Methods) Menurut Hufscmidt, et al., (1992), Metode penghasilan yang hilang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Metode Penghasilan yang Hilang (Loss of Earnings Methods) Menurut Hufscmidt, et al., (1992), Metode penghasilan yang hilang merupakan salah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal

ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal VII. ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN 7.1. Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal 7.1.1. Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen Faktor Analisis

Lebih terperinci

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN VI. KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN Kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda sudah menjadi suatu kebiasaan umum bagi pengguna kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat) ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) (Studi Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat) RENDY DWI SAPTA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Transportasi di Perkotaan Menurut Abubakar, dkk (1995) salah satu ciri kota modern ialah tersedianya sarana transportasi yang memadai bagi warga kota. Fungsi, peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasian fasilitas transportasi yang ada (Wahyuni.R, 2008 ).

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasian fasilitas transportasi yang ada (Wahyuni.R, 2008 ). BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Kemacetan lalu lintas pada jalan perkotaan di kota-kota besar telah menjadi topik utama permasalahan di negara berkembang seperti Indonesia. Secara umum ada tiga faktor yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penataan ruang adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penataan ruang adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota 2.1.1 Pengertian Kota Menurut Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007, dinyatakan bahwa penataan ruang adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 14 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Umum Transportasi Kebutuhan akan transportasi timbul dari kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang memungkinkan perpindahan barang

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu melayani kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau daerah tertentu. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu komponen yang penting bagi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik dan mobilitas penduduk. Permasalahan transportasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian, untuk menuju keberlajutan angkutan umum memerlukan penanganan serius. Angkutan merupakan elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota negara dan sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Menurut Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi (2010), Jakarta mempunyai

Lebih terperinci

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) Tilaka Wasanta Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. TINJAUAN UMUM Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. Perkembangan tingkat pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan

BAB II KERANGKA TEORI. setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Teori Persepsi Manusia pada dasarnya merupakan mahkluk individu. Dalam melihat suatu masalah setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Transportasi merupakan fasilitas pendukung kegiatan manusia, transportasi tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek aktivitas manusia tersebut. Transportasi sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemukiman sering menjadi masalah bagi setiap individu karena individu membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan pemberi ketentraman hidup.

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya kota dan tingginya populasi penduduk berdampak meningkatnya aktivitas perkotaan yang menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada dibawah kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Salah satu permasalahan penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Kota Bandung adalah permasalahan transportasi. Transportasi adalah penunjang fungsi sosial ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare mengangkut atau membawa. Jadi pengertian transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan 144 BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan mobilitas warga, baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan perdagangan barang dan

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas angkutan barang dan jasa (orang) yang aman, nyaman, dan berdaya guna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi pada umumnya dan jasa angkutan umum di perkotaan pada khususnya merupakan hal yang sangat penting terutama berkaitan dengan kinerja (performance)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bandar Lampung telah terus berkembang dari sisi jumlah penduduk, kewilayahan dan ekonomi. Perkembangan ini menuntut penyediaan sarana angkutan umum yang sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Zona Selamat Sekolah Perkembangan teknologi otomotif khususnya kendaraan bermotor roda dua maupun kendaraan beroda empat, menjadikan anak-anak khususnya anak-anak Sekolah Dasar

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu kota didorong oleh lengkapnya dari sarana dan prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota dapat dicirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu rencana untuk mengurangi kemacetan di kota Yogyakarta adalah penerapan Electronic Road Pricing (ERP). (Pratama, 2012) kemacetan akan memberi dampak negatif, baik dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil merupakan suatu hal penting yang dianggap mampu membantu mempermudah hidup manusia. Untuk dapat dipergunakan sebagai mana fungsinya mobil menggunakan tenaga mesin

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta sering disebut sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta sering disebut sebagai kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau biasa disebut dengan nama DKI Jakarta, merupakan Ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta sering disebut sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan 3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan

Lebih terperinci

PENGANTAR TRANSPORTASI

PENGANTAR TRANSPORTASI PENGANTAR TRANSPORTASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Penyebab permasalahan transportasi

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang merupakan kajian ilmu geografi yang meliputi seluruh aspek darat, laut maupun udara. Alasan mengapa ruang menjadi kajian dari geografi, karena ruang merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah. fasilitas transportasi yang cukup memadai untuk membantu kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah. fasilitas transportasi yang cukup memadai untuk membantu kelancaran BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk di suatu daerah menyebabkan mobilitas orang dan barang ikut meningkat, sehingga dibutuhkan fasilitas transportasi yang

Lebih terperinci

: Analisis Pengukuran Kinerja Trans Sarbagita dalam Metode Balanced Scorecard Nama : I Gde Eggy Prasutha Wiguna NIM :

: Analisis Pengukuran Kinerja Trans Sarbagita dalam Metode Balanced Scorecard Nama : I Gde Eggy Prasutha Wiguna NIM : Judul : Analisis Pengukuran Kinerja Trans Sarbagita dalam Metode Balanced Scorecard Nama : I Gde Eggy Prasutha Wiguna NIM : 1306305182 Abstrak Perkotaan sebagai wilayah pusat bisnis dan kepadatan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perpindahan tempat yang dilakukan manusia ke tempat lainnya dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

perbaikan hidup berkeadilan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang di kawasan Asia Tenggara, bangsa Indonesia termasuk bangsa yang dikategoikan Negara dunia ketiga. Negara-negara

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 6 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Tujuan dasar perencanaan transportasi adalah memperkirakan jumlah serta kebutuhan akan transportasi pada masa mendatang atau pada tahun rencana yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan bagian integral dari masyarakat. Ia menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan tinggi sekalipun tetap terdapat orang yang membutuhkan dan menggunakan angkutan umum penumpang. Pada saat

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kota Semarang disamping sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah, telah berkembang menjadi kota metropolitan. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 15 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Transportasi Transportasi merupakan suatu proses pergerakan memindahkan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya pada suatu waktu. Pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada dasarnya adalah usaha untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan yaitu meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan 16. URUSAN PERHUBUNGAN Pembangunan infrastruktur jaringan transportasi mempunyai peran penting dalam pengembangan suatu wilayah serta mendukung pertumbuhan sektor-sektor lain. Ketersediaan aksesibilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi adalah suatu sistem yang terdiri dari sarana/prasarana dan sistem yang memungkinkan adanya pergerakan keseluruh wilayah sehingga terokomodasi mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi yang terjadi di dalam masyarakat yang memiliki angka mobilitas yang tinggi, kebutuhan transportasi menjadi hal yang penting bagi kelangsungan kegiatan. Perpindahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK U. Winda Dwi Septia 1) Abstrak Jalan-jalan yang ada di Kota Pontianak merupakan salah satu sarana perhubungan bagi distribusi arus lalu lintas, baik angkutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i SURAT PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D KONTRIBUSI TAMAN BERMAIN WONDERIA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SRIWIJAYA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D 301 321 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG SKRIPSI IMAM WAHYUDI H34066064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang yang telah berkembang sangat dinamis serta berperan di dalam menunjang

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN (Studi kasus Jalan Karapitan) PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menempuh program Sarjana (S-1) Oleh RIZKY ARIEF RAMADHAN

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta sangat cepat. Hal ini bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta sangat cepat. Hal ini bisa dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta sangat cepat. Hal ini bisa dilihat dari Kota Surakarta yang memiliki berbagai macam sarana seperti sekolah, rumah sakit, pusat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Umum Secara garis besar masalah lalulintas yang ada di kota Yogyakarta pada umumnya dan daerah studi kasus pada khususnya mempunyai kondisi sebagai berikut : a. Bercampurnya

Lebih terperinci

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM PADA BIAYA PERJALANAN TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MASYARAKAT DI DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Pedurungan dan Kecamatan

Lebih terperinci