Kajian Perubahan Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode Space Syntax (Studi kasus Kawasan Kampung Kapitan Palembang)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Perubahan Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode Space Syntax (Studi kasus Kawasan Kampung Kapitan Palembang)"

Transkripsi

1 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota (Journal of Regional and City Planning) vol. 27, no. 2, pp , August 2016 DOI: /jrcp Kajian Perubahan Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode Space Syntax (Studi kasus Kawasan Kampung Kapitan Palembang) Johannes Adiyanto0F 1 [Diterima: 5 November 2015; disetujui dalam bentuk akhir: 11 Desember 2015] Abstrak. Dalam teori solid-void ruang kota, ruang terbuka tidak bisa diabaikan begitu saja. Ruang terbuka urban justru sebagai pengikat bangunan-bangunan yang ada. Pada ruang terbuka itu pulalah terjadi interaksi sosial antar anggota masyarakat penghuni bangunanbangunan di sekitarnya. Pada kawasan bersejarah, fungsi ruang terbuka urban sangatlah penting. Tidak hanya sebagai tempat bersosialisasi tapi juga mempunyai aspek ekologis dan spiritual. Kawasan Kampung Kapitan merupakan salah satu kawasan bersejarah di Kota Palembang. Namun perkembangan kawasan ini mengabaikan kepentingan konservasi kawasan bersejarah ini.dengan menggunakan teknik analisa space syntax yang dapat menilai perubahan konfigurasi ruang pada kawasan secara kualitatif, makalah ini membuktikan bahwa pelestarian sebuah kawasan cagar budaya tidak hanya terfokus pada bangunannya saja, tapi juga lingkungannya, salah satunya adalah ruang terbuka. Hal ini dimaksudkan agar keberlanjutan kawasan bersejarah tetap terjaga sesuai dengan amanat UU no 11 tahun Kata kunci. Ruang terbuka Urban, kampung Kapitan Palembang, analisa space syntax. [Received: 5 November 2015; accepted in final version: 11 December 2015] Abstract. The understanding of void in solid-void theory cannot be ignored since urban open space is, in fact, the connector between existing buildings. Here also social interaction takes place between people living around that urban open space. In historic areas urban open space is very important, not only as a place to socialize but also due to its ecological and spiritual meaning. The area of Kampung Kapitan is one of the historic areas in Palembang. However, developments in this area have ignored the aspect of conservation. By using space syntax analysis which can analyze changes in spatial configuration in a qualitative way, this paper proves that conservation of a heritage area not just focuses on its buildings, but also on the surrounding area, whih includes open space. This is signified so the sustainability of historic areas can be guarded in accordance with Law no. 11/2010. Keywords. Urban open space, Kampung Kapitan Palembang, space syntax analysis. 1 Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, johannesadiyanto@ yahoo.com. ISSN (print) (online) 2016 ITB, ASPI dan IAP

2 104 Johannes Adiyanto Pendahuluan Dalam pembahasan konfigurasi ruang kawasan/kota, kita tidak bisa lepas dari pola kota. Terdapat 2 (dua) pandangan pokok terhadap ruang kota, yaitu: (1) figure yang figuratif, yang memperhatikan konfigurasi figure, atau dengan kata lain konfigurasi massa atau blok dilihat secara figuratif dan (2) ground yang figuratif yang melihat konfigurasi ruang atau void sebagai suatu bentuk tersendiri. (Zahnd, 1999, hal ). Inilah yang kemudian menjadi cara analisa untuk menunjukkan massa dan ruang perkotaan (yang disebut dengan analisa Nolli-plan atau Nolli-map), yang selanjutnya berkembang menjadi analisa pembeda antara ruang luar dan ruang dalam sehingga mampu secara efektif menganalisa sebuah texture kawasan kota secara fungsional (Zahnd, 1999, hal. 94). Cara analisa Nolli-plan atau Nolli-map (Gambar 1) inilah yang kemudian berkembang menjadi pemahaman solid-void sebagai elemen perkotaan/kawasan. Dengan memperhatikan solid-void, maka dapat dianalisa tesktur kawasan berdasarkan: a) tingkat keteraturan; b) tingkat keseimbangan; c) tingkat kepadatan antara massa dan ruang. Gambar 1. Nolli Map Sumber : Dengan adanya pola dari solid-void kota/kawasan maka dapat tersusun hubungan sebuah kawasan dengan kawasan lain, yang terungkap dalam teori linkage. Dua teori di atas menjadi dasar untuk pemaknaan kawasan dan kota, yang kemudian dikembangkan menjadi teori citra kota yaitu gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakat (Zahnd, 1999, hal ). Teori tentang citra kota yang paling sering digunakan adalah teori dari Kevin Lynch yang memahami citra kota dengan penjabaran 5 (lima) elemen citra kota yaitu: path, endge, district, node dan landmark (Lynch, 1969). Pada makalah ini difokuskan pada elemen void sebagai fokus kajian. Terdapat empat elemen void yaitu (1) sistem tertutup yang linier; (2) sistem tertutup yang sentral; (3) sistem terbuka yang sentral; (4) sistem terbuka yang linier. Keempat elemen tersebut lebih sulit untuk dilihat karena semua bersifat abstrak dan kosong (spasial), tetapi karena empat elemen ini mempunyai kecenderungan untuk berfungsi sebagai sistem yang memiliki hubungan yang erat dengan massa, maka elemen-elemen void ini perlu diperhatikan dengan baik pula. (Zahnd, 1999, hal.

3 Kajian Perubahan Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode Space Syntax ). Void ini kemudian dikenal dengan sebutan ruang terbuka urban atau urban open space. Pemahaman ruang terbuka dapat ditinjau dari wujud fisiknya, suatu ruang baik di darat maupun diperairan yang tidak tertutup oleh bangunan atau apapun; namun juga bisa ditinjau dari penggunanya; atau bahkan kepemilikannya. (Woolley, 2003, hal. 3). Fungsi ruang terbuka pada kawasan tidak hanya sekedar fisik sebuah ruangan tidak terbangun, namun mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai sarana/tempat untuk melepas kepenatan warga sekitarnya. (Woolley, 2003, hal. 151). Ruang terbuka adalah salah satu aspek dalam lingkup urban yang mempunyai peran penting dalam kehidupan keseharian penghuni di kawasan tersebut. Seringkali keberadaan ruang terbuka urban dilupakan dalam perdebatan tentang arsitektur dan wilayah terbangun. (Woolley, 2003, hal. 2). Dalam makalah ini, ruang terbuka urban dikaitkan dengan perkembangan pemanfaatan ruang pada kawasan bersejarah, kawasan Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang. Permasalahan difokuskan pada perkembangan ruang terbuka urban tersebut pada Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang yang terkait dengan pemanfaatan, fungsi dan usaha pelestarian sebuah kawasan cagar budaya (Gambar 2). Tujuan makalah ini adalah membuktikan bahwa usaha pelestarian tidak hanya mencakup bangunan tua saja, tetapi ruang-ruang di sekitarnya, bahkan ruang terbuka sekalipun; serta mencakup sebuah kawasan yang cukup luas, agar usaha pelestarian dapat mencapai hasil yang maksimal. Gambar 2. Suasana Kampung Kapitan Sumber : koleksi pribadi, 2015 Tinjauan Kawasan Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang Dalam sebuah wawancara dengan Djohan Hanafiah, sejarawan Palembang, Alexey mencatat bahwa ada seseorang bernama Lioang Taow Ming yang mempunyai pengaruh kuat pada komunitas masyarakat China pada waktu itu, dan hal ini diperhitungkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Ketika kekuasaan kolonial menjadi lebih kuat atas Kesultanan Palembang Darussalam, Belanda mulai mengangkat perwira China untuk mengatur wilayah 7 Ulu dan sekitarnya. Perwira tersebut semula bertugas mengatur komunitas Cina saja, akan tetapi, seiring makin kuatnya Belanda, perwira Cina juga mulai memegang kendali atas masyarakat pribumi (dalam (Adiyanto, Juli 2006)). Widowati dalam tesisnya mencatat bahwa: Pimpinan Masyarakat China Palembang yang pertama masa pemerintahan Belanda adalah Tjoa Kie Tjuan yang mendapat gelar/ pangkat Mayor. Ia memegang jabatan sebagai pemimpin China dari tahun di Kawasan 7 Ulu, kemudian digantikan oleh putranya bernama Tjoa Ham Him dengan pangkat Kapten. Selain itu juga diangkat seorang Letnan yang bernama Tjia King Tjun, dan diangkat seorang

4 106 Johannes Adiyanto Mayor bernama Lim Hut Siang. Mayor, Kapiten atau Letnan ini diberi suatu kebebasan untuk mengatur pemerintahan di daerah sendiri dengan cara memberi upeti kepada Pemerintah Hindia Belanda (Widowati, 2007). Gambar 3. Batas Wilayah Kajian Sumber: Widowati, 2007 Tahun 2007, ketika Widowati mengadakan survey lapangan, permukiman di Kampung Kapitan dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu rumah rakit, rumah panggung dan rumah tanpa panggung (Gambar 3 dan Gambar 4). Gambar 4. Identifikasi Jenis Bangunan Sumber: Widowati, 2007 Namun perkembangan kota Palembang yang cukup pesat sejak adanya PON 2004 dan juga SEA Games tahun 2011 juga mempengaruhi perkembangan di Kawasan Kampung Kapitan. Salah satunya dengan adanya fasilitas restoran di tepian Sungai Musi di depan Kampung Kapitan dan pembangunan plaza di sepanjang tepian sungai Musi (Gambar 5).

5 Kajian Perubahan Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode Space Syntax 107 Sumber: Sumber: Google Earth Gambar 5. Fasilitas Restoran Kampung Kapitan Perkembangan yang pesat dalam jangka waktu singkat (sejak tahun 2004) dibandingkan dengan usia kampung Kapitan telah mengubah wajah keseluruhan kawasan ini. Perubahan wajah kawasan Kampung Kapitan tentu juga disertai dengan perubahan konfigurasi ruang di dalam kawasan tersebut. Makalah ini akan memfokuskan pada perkembangan konfigurasi ruang terbukanya. Sejauhmana perubahan wajah kawasan tersebut terkait dengan perubahan dan perkembangan ruang terbuka pada kawasan Kampung ini, adalah hal yang menjadi perhatian utama makalah ini. Bila kemudian dikaitkan dengan UU Cagar Budaya No 11 tahun 2010, maka Kampung Kapitan mempunyai potensi yang kuat untuk menjadi benda cagar budaya (Tabel 1). Status potensi karena sampai saat ini kota Palembang belum mempunyai daftar benda cagar budaya. Tabel 1. Perbandingan Kriteria Benda Cagar Budaya dengan Kondisi Kampung Kapitan No Kriteria Benda Cagar Budaya (Pasal 5 UU no. 11 tahun 2010) Kondisi Kampung Kapitan 1. Usia lebih dari 50 tahun atau lebih Diperkirakan sudah ada sejak akhir tahun 1890an atau awal tahun 1900an. 2. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun Gaya Bangunan Eklektik pada Rumah Abu (salah satu rumah di Kampung Kapitan ) 3. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan 4. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa Kampung Kapitan punya peranan penting bagi perkembangan kota Palembang. memiliki nilai budaya yang tinggi sebagai artefak perkembangan pendatang China. Dengan demikian usaha untuk mengembangkan kawasan Kampung Kapitan harusnya mengacu pada perundang-undangan pelestarian benda cagar budaya. Makalah ini juga sebagai salah satu usaha untuk melakukan kajian teoritik untuk mendukung proses pelestarian seperti yang diatur dalam Bab VII tentang pelestarian, pasal 53 ayat 1 UU no 11 tahun 2010.

6 108 Johannes Adiyanto Tinjauan Pustaka Telah dijabarkan pada bagian pendahuluan bahwa ruang terbuka urban mempunyai peran penting dalam aspek konfigurasi ruang secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi pada ruang terbuka juga mempunyai potensi untuk merombak struktur kawasan secara menyeluruh. (Tardin, 2013, hal. 1). Dalam menganalisa perubahan ruang terbuka, Tardin mengusulkan 3 tahapan yaitu : Pentingnya ruang terbuka dalam menstrukturkan unit teritorial, dalam lingkup perencanaan area kajian dan penghuni kawasan itu sendiri. Konsekuensi dari ruang terbuka untuk perluasan kawasan hunian dan masalah perluasan, dalam lingkup implementasi hunian dan infrastruktur jalan. Ruang terbuka eksisting dianalisa dan situasi teritorialnya yang terkait dengan elemen dan proses penghunian kawasan, dimana hal itu dimungkinan untuk mengetahui potensi dari ruang terbuka dalam struktur hunian kawsan dan keuntungan intergrasi kawasan, melalui proses alami dan visual. Hal itu dapat mendorong penjagaan ruang tersebut terbebas dari penghunian, atau penghuniannya di bawah kondisi dan sebagai referensi untuk penstrukturan hunian serta jalan. (Tardin, 2013, hal. 65). Dengan tahapan ini maka untuk memahami perubahan ruang terbuka pada kawasan Kampung Kapitan perlu ada 3 peta kawasan yang mampu memperlihatkan perubahan tersebut dari masa awal mula tumbuhnya kampung Kapitan; masa kedua adalah masa perkembangan kawasan tersebut dan masa ketiga adalah masa saat kini yang menunjukkan konsekuensi dari perubahan konfigurasi ruang terbuka pada kawasan. Hasil pendokumentasian didapatkan 3 peta/foto udara yang mampu mewakili masa-masa yang disarankan oleh Tardin di atas; yaitu: Kondisi pertama berdasarkan peta tahun (Diessen, 1998); yang menunjukkan kondisi pada masa kolonial Belanda berkuasa di Palembang (Gambar 6). Gambar 6. Kawasan Kampung Kapitan tahun Sumber : Diessen, 1998

7 Kajian Perubahan Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode Space Syntax 109 Kondisi kedua, berdasarkan foto udara tahun 1971; yang menunjukkan suasana kawasan pasca terbangunnya Jembatan Ampera (Gambar 7). Kondisi ketiga, berdasarkan foto satelit tahun 2014; yang menunjukkan kondisi terkini kawasan Kampung Kapitan (Gambar 8). Dengan dasar 3 kondisi inilah makalah ini melakukan kajian perubahan ruang terbukanya. Kampung Kapitan Kampung Kapitan Gambar 7. Foto Udara Kawasan Kampung Kapitan dan Sekitarnya tahun 1971 Sumber : Bappeda Kota Palembang Kampung Kapitan Gambar 8. Foto Udara Kawasan Kampung Kapitan tahun 2014 Sumber : Google Earth

8 110 Johannes Adiyanto Metodologi Tahapan penelitian terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu: 1. Tahapan pertama: pengumpulan data. Telah dijabarkan pada bagian tinjauan pustaka di atas bahwa peta/foto udara yang diperlukan sebagai data awal adalah kondisi pada tahun ; tahun 1971 dan kondisi terkini (kondisi tahun 2014). 2. Tahapan kedua: persiapan analisa. Tahapan ini melakukan penggambaran ulang dari peta/foto udara agar mampu terbaca dalam tahapan analisa. 3. Tahapan ketiga: analisa. Pada tahap ini digunakan teknik space syntax dengan bantuan software Depthmap X Teknik analisa space syntax dikembangkan berdasarkan teori the social logic of space (Hillier & Hanson, 1984). Teori ini kemudian dikembangkan ke dalam sebuah program komputer, sebagai sebuah alat analisa space syntax dengan presentasi grafik (Hillier, Space is The Machine, 2007, hal. 1). Teknik analisa ini berdasarkan pengamatan lingkungan permukiman dengan mengamati gerak langkah alami (natural movement), sebab gerakan itu berkaitan dengan proporsi gerak langkah pejalan kaki dalam berbagai bentuk tata letak kerangka garis (grid layout); sedangkan tata letak tersebut ditentukan oleh susunan dari kerangka garis (grid). Gerak langkah tersebut timbul karena berbagai faktor, salah satunya adalah daya tarik (attractors). Daya tarik inilah yang selanjutnya dilihat sebagai sesuatu yang menentukan gerak langkah para pejalan kaki (pedestrian movement). Dalam skala yang lebih besar (kawasan/kota), pola kerangka garis kota (urban grid) mempunyai arti penting, sebab kedalaman yang dimiliki tiap-tiap jalan dimungkinkan untuk dihitung. Ada perbedaan kedalaman antara satu kedalaman jalan dengan yang lain. Dalam peta hasil proses komputer keadaan ini ditampilkan sebagai garisgaris dalam spektrum warna dari merah sampai biru atau untuk tampilan hitam-putih dari warna hitam berangsur-angsur berubah kewarna yang lebih terang. Perubahan warna berbanding lurus dengan kondisi dan peranan jalan dalam menerima gerak. Warna merah atau tergelap dalam tampilan peta hitam-putih mengindikasikan jalan yang menerima gerak terbanyak dan banyak berpotongan dengan jalan yang lain (integrated lines). Sebaliknya tampilan warna biru atau yang tipis dalam peta hitam-putih memberikan petunjuk bahwa garis/jalan bersangkutan mempunyai kedudukan yang dalam di dalam sistim secara menyeluruh (segregated lines) dan mendapat gerak sedikit. (Darjosanjoto, Vol. 33 No.1 Desember 2005). Teknik analisa space syntax yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada dua analisa yaitu analisa peta axial dan analisa grafik visual. Peta axial adalah reprentasi dari struktur menerus terhadap ruang terbuka. Grafik visibility/visual menganalisa jangkauan suatu titik dalam ruang spasial mampu terlihat dari ruang lain. Saat suatu titik tidak langsung terlihat, pengukuran grafik terhadap titik matriks dapat terhitung untuk di uji seberapa banyak titik yang dibutuhkan untuk menghubungkan titik tersebut agar terlihat dengan ruang lainnya (Desyllas & Duxbury, 2001) 4. Tahapan keempat: interpretasi hasil analisa. Tahap ini melakukan perbandingan antara tiga hasil analisa tersebut dan melakukan kajian atas hasil tersebut. Pada tahapan ini digunakan metode analisa deskripsi komparatif. Metode analisa ini dilakukan dengan mendeskripsikan apa adanya hasil analisa tahap analisa, kemudian melakukan pembandingan dalam konteks ruang terbuka urban pada kawasan Kampung Kapitan ini.

9 Kajian Perubahan Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode Space Syntax 111 Analisa Kondisi tahun Tabel 2. Analisa Grafik Visual untuk Kondisi tahun Peta lokasi Analisa Grafik Visual Ruang terbuka antar bangunan memiliki nilai tinggi (warna kuning hingga merah), yang berarti ruang terbuka tersebut mudah dikenali; namun nilai R2 atau inteligibity (kejelasan ruang) sangat rendah (R2 = 0,198757), dikarenakan integrasi ruang terbuka sangat rendah. Dengan kata lain, masing-masing ruang terbuka jelas untuk hunian-hunian didekatnya tapi tidak tidak terkait dengan hunian-hunian di tempat lain. Tabel 3. Analisa Peta Axial untuk Kondisi tahun Peta lokasi Analisa Peta Axial Keterkaitan ruang terbuka yang tidak terintergrasi terbukti pada axial map. Ruang terbuka yang terkait hanya pada bagian depan rumah kapitan saja (lihat yang mempunyai warna). Akses tertinggi juga mengarah pada rumah Kapitan dengan jarak terpanjang mengarah ke sungai (garis merah tua); sedangkan jarak terpanjang berikutnya mengarah ke ruang terbuka di depan rumah kapitan (garis orange). Nilai integrasi (R 2 = 0,851808) nilai yang tinggi (Darjosanjoto, Vol. 33 No.1 Desember 2005), dan mempunyai kantong-kantong ruang terbuka yang saling terkait oleh sebuah jalan/lorong.

10 112 Johannes Adiyanto Interpretasi Kondisi Tahun Pada analisa visual graph (Tabel 2 dan Tabel 3) terbukti bahwa kawasan Kampung Kapitan mempunyai ruang terbuka yang mudah dikenali secara visual, pada bagian depan Rumah Kapitan. Ruang ini mempunyai akses yang cukup kuat terhadap sungai (hasil analisa axial map). Ruang terbuka ini bisa dikatakan sebagai ruang terbuka utama (warna merah pada visual graph), sebab menjadi sentral ruang-ruang terbuka lain dengan akses terhadap ruang-ruang lain yang juga kuat (garis merah hingga kuning pada analisa axial map). Kondisi Tahun 1971 Tabel 4. Analisa Grafik Visual untuk Kondisi tahun 1971 Peta Analisa Grafik Visual Pada tahun 1971, kawasan Kampung Kapitan sudah mulai padat oleh hunian. Ruang terbuka yang mudah dikenali mempunyai luasan yang tidak terlalu luas (warna merah hingga orange) dibandingkan dengan ruang terbuka yang sulit dikenali (warna hijau hingga biru tua). Namun potensi ruang terbuka yang cukup dikenali (warna kuning) tetap mendominasi. Nilai kejelasan ruang (R2= 0,621883) cukup tinggi, yang berarti bahwa ruang-ruang terbuka di kawasan ini terkoneksi secara visual secara jelas. Tabel 5. Analisa Peta Axial untuk Kondisi tahun 1971 Peta Analisa Peta Axial Akses ruang-ruang pada kondisi tahun 1971 didominasi warna kuning hingga hijau muda, yang artinya bahwa akses ruangruang mulai terbatas. Akses perjalanan natural (natural movement) terpanjang terjadi pada garis merah pada peta analisa, yang menghubungkan ruang di sebelah kiri hingga sebelah kanan sejajar dengan arah Sungai Musi. Namun jalur terpanjang ini tidak berkontribusi apapun terhadap intergrasi ruang terbuka ataupun hunian.

11 Kajian Perubahan Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode Space Syntax 113 Peta Analisa Peta Axial Nilai intergrasi ruang (R2= 0,757661) tergolong nilai tinggi, namun nilai tersebut didominasi warna kuning hingga hijau muda. Maknanya integrasi antar ruang masih mampu diakses tapi tidak kuat. Ruang-ruang yang tercipta antar ruang mempunyai potensi sebagai tempat berkumpul, bukan sebagai akses jalan. Pergerakan natural (natural movement) terpanjang justru terjadi di bagian sejajar dengan Sungai Musi, namun tidak mempunyai makna, karena tidak menghubungkan ruang terbuka atau hunian yang penting pada kampung kapitan tersebut. Interpretasi Kondisi Tahun 1971 Sedikitnya ruang terbuka yang dipahami secara visual juga didukung oleh akses ruang-ruang tersebut (Tabel 4 dan Tabel 5). Hal ini terjadi karena jumlah ruang hunian yang cukup banyak dan tidak mempunyai keteraturan, sehingga ruang-ruang terbuka tercipta karena berada di antara ruang-ruang hunian. Konsekuensinya muncul ruang-ruang yang tidak dikenali secara visual dan tidak mampu diakses. Koneksi hunian ke arah sungai baik visual maupun akses juga tidak terlalu kuat. Kondisi Tahun 2014 Tabel 6. Analisa Grafik Visual untuk Kondisi tahun 2014 Peta Analisa Grafik Visual Pada kondisi tahun 2014, Kampung Kapitan hanya mampu dipahami ruangnya (secara visibility) pada daerah depan rumah Mayor, yang menghadap ke Sungai Musi dan sangat tinggi nilainya (warna merah hingga oranye). Konsekuensinya fokus perhatian kawasan tertuju pada ruang tersebut, sehingga konsekuensinya ruang-ruang lain berubah menjadi tidak diperhatikan / tidak jelas secara visual. Munculnya taman di depan rumah Kapitan justru membuat kejelasan ruang tersebut secara visual menjadi tidak jelas (warna biru dan biru tua). Mayoritas kawasan kampung Kapitan secara visibility berada di nilai rendah (hijau hinga biru tua). Nilai kejelasan ruang (R2= 0,512561) merupakan nilai tengah. Namun seperti dijelaskan diatas hanya terpusat pada ruang didepan rumah mayor (warna orange hingga merah). Ini membawa akibat bahwa kampung Kapitan tidak lagi jelas konfigurasi ruangnya secara visibility.

12 114 Johannes Adiyanto Tabel 7. Analisa Peta Axial untuk Kondisi tahun 2014 Peta Analisa Peta Axial Nilai kejelasan ruang (R2=0,737777) termasuk nilai yang tinggi, yang berarti kejelasan ruang secara aksesibilitas tinggi. Maknanya konfigurasi ruang yang terjadi mampu diakses manusia secara pergerakan alami secara baik. Namun jika diperhatikan nilai tinggi (warna kuning hingga merah) tidak mencakup seluruh kawasan, akan tetapi hanya pada kawasan Kampung Kapitan bagian Timur. Kawasan bagian timur bukan kawasan utama dari kampung Kapitan. Dengan demikian inti kampung Kapitan tidak lagi dipahami, karena aksesbilitasnya tidak mengarah ke ruang tersebut. Kondisi tahun 2014 dengan adanya Restauran kampung Kapitan pada bagian sisi Sungai kawasan Kampung Kapitan membuat jalur akses cukup kuat di sisi dalam Restaurant tersebut. Hal ini makin dipertegas dengan tembok seng yang menutupi jalur akses ke Restaurant dari arah kampung Kapitan (Gambar 9). Gambar 9. Kondisi Jalur Sirkulasi Restaurant Kampung Kapitan dari sisi Kampung Kapitan Aksesibilitas ruang yang bernilai tinggi (warna kuning hingga orange pada Tabel 7) juga bergeser ke arah timur kampung Kapitan (kearah bawah jembatan Ampera), bukan lagi terpusat di sekitar rumah Kapitan. Dengan kata lain, Rumah Kapitan ditinggalkan karena akses tidak lagi penting dan jelas. Interpretasi Kondisi Tahun 2014 Kondisi kejelasan ruang secara visibilitas dan aksesibilitas pada kondisi tahun 2014 di Kampung Kapitan menunjukkan adanya pergeseran ke arah timur kampung (di bawah jembatan Ampera). Inti kampung mulai ditinggalkan dan dilupakan, karena secara visual sudah tidak memungkinkan dan susah dicapai karena aksesnya rendah (Tabel 6 dan Tabel 7).

13 Kajian Perubahan Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode Space Syntax 115 Diskusi Pembahasan di atas menunjukkan bahwa pada kondisi tahun , ruang terbuka di depan Rumah Kapitan mempunyai peranan penting yang dengan mudah dikenali (dalam analisa grafik visual) dan tempat pertemuan utama jalur-jalur pejalan kaki (dalam analisa peta axial). Pada masa itu ruang terbuka ini berfungsi sebagai taman tempat menanam tanaman hias yang dihiasi oleh 8 pot bunga besar di tepi ruang terbuka ini (Mulyadi, 2015). Seiring dengan perkembangan waktu, ruang-ruang terbuka yang mengarah ke sungai di depan Rumah Kapitan mulai dipenuhi oleh permukiman. Hal ini membawa dampak ditinggalkannya ruang terbuka lebar di depan rumah Kapitan (kondisi tahun 1971). Ini membuktikan bahwa ruang terbuka di depan rumah Kapitan mempunyai hubungan erat dengan ruang terbuka urban di kota Palembang yang berupa sungai Musi. Sungai Musi tidak hanya sekedar ruang terbuka urban secara fisik, akan tetapi jalur pergerakan manusia yang amat penting pada masa itu, serta bagi Rumah Kapitan mempunyai peranan penting secara spiritual (altar rumah abu, harus menghadap ke arah air) dan punya hubungan erat dengan ruang terbuka di depan rumah Kapitan. Kondisi tahun 2014 makin diperparah dengan keberadaan Restaurant Kampung Kapitan. Dalam analisa grafik visual dan analisa peta axial terlihat bahwa akses menuju ruang terbuka dari arah sungai tertutup oleh tembok dari besi gelombang. Hal ini kemudian diperparah dengan dibangunnya sebuah taman yang proporsinya justru menghalangi wujud bangunan Rumah Kapitan. Efek dari adanya taman ini, ternyata justru membawa bencana di kawasan Kampung Kapitan, yaitu banjir sebab posisi taman dengan perkerasan ini lebih tinggi dari jalan dan setara dengan lantai permukiman di sekitarnya. Banjir ini makin menjadi-jadi karena jalur pembuangan air hujan tidak lancar mengarah ke Sungai Musi karena terhalang dengan adanya pembangunan restaurant tersebut. Tabel 8. Perbandingan Kondisi Kampung Kapitan Kondisi tahun Kondisi Tahun 1971 Kondisi tahun 2014 A B A B C A C D B A: Kawasan Benteng Kuto Besak (Ilir kota) B: Kampung Kapitan (Ulu Kota) A: Kawasan Benteng Kuto Besak (Ilir kota). B: Kampung Kapitan (Ulu Kota). C: Jembatan Ampera A: Kawasan Benteng Kuto Besak (Ilir kota) B: Kampung Kapitan (Ulu Kota). C: Jembatan Ampera D: Restaurant Kampung Kapitan (Ulu Kota).

14 116 Johannes Adiyanto Diskusi di atas mengarah kepada diskusi internal, untuk mengungkap masalah internal kawasan. Diskusi berikut dikaitkan dengan pemahaman tentang citra kota, dengan mengacu pada pemikiran Lynch. Zahn menggunakan kasus Yogyakarta untuk menjabarkan pemahaman citra kota dari Lynch dan kemudian membuat kesimpulan bahwa lima elemen citra (path, edge, district, node dan landmark) di dalam kota tidak dapat terlihat secara terpisah karena keberadaannya satu dengan yang lain. Gambaran citra terhadap kota menjadi nyata dan benar jika memperhatikan interaksi antar ke lima elemen tersebut (Zahnd, 1999, hal. 161). Suryanto memperkuat pernyataan Zahnd bahwa tata kota Yogyakarta istimewa di banding tata kota ibu kota kerajaan lainnya (Majapahit, Demak, Pajang, Kota Gede, Kartasura hingga Surakarta) yaitu dengan pola poros yang menghubungkan antar landmark kawasan (Suryanto, Djunaedi, & Sudaryono, Vol. 26 No. 3, Desember 2015). Bagaimana dengan keberadaan Kampung Kapitan terhadap Kota Palembang dalam pemahaman Lynch? Hal ini yang akan didiskusikan secara singkat. Pada Tabel 8 terlihat perkembangan kawasan Kampung Kapitan terhadap daerah inti dari kota Palembang. Kondisi tahun terlihat bahwa ada Benteng Kuto Besak, yang menjadi pusat pemerintahan masa Kesultanan Palembang Darussalam hingga masa kolonial Belanda menjadi inti dari kota Palembang; dan posisi Kampung Kapitan berhadapan langsung dengan inti kota tersebut. Dalam pemahaman Lynch, Kampung Kapitan tidak hanya berfungsi sebagai edge tapi juga district. Edge karena kampung Kapitan adalah tepian dari inti kota Palembang. Kampung Kapitan juga sebuah district yang mempunyai kejelasan tampilan dan fungsi serta posisi yang jelas (Zahnd, 1999, hal. 158). Dalam konteks kota Palembang, path bukan berbentuk jalan darat tapi sirkulasi di sungai, yaitu Sungai Musi. Dengan keadaan seperti ini maka landmark adalah Benteng Kuto Besak, karena menjadi titik referensi dan elemen penting kota Palembang saat itu. Kondisi ini berubah ketika terbangunnya Jembata Ampera. Landmark kawasan bergeser ke arah Jembatan Ampera. Jembatan ini tidak hanya landmark akan tetapi juga berfungsi sebagai path yang menghubungkan sisi Ulu kota Palembang dengan sisi Ilir kota. Path ini berawal dari node disisi Ilir yaitu bundaran di depan Masjid Agung, namun tidak mempunyai akhiran di sisi Ulu Kota. Bagaimana fungsi Benteng Kuto Besak? Benteng Kuto Besak tidak lagi menjadi landmark, namun berubah menjadi edge kawasan Jembatan Ampera, yaitu tempat orang berkumpul untuk melihat keindahan Jembatan Ampera. Kondisi tahun 2014, ada penambahan edge disisi Ulu yaitu hadirnya restauran di depan kampung Kapitan. Kondisi ini membuat titik berkumpul baru, atau bisa dikatakan bahwa restauran dan pelataran Benteng Kuto Besak adalah node sekaligus edge dari landmark Jembatan Ampera. Dua tahapan diskusi di atas membuktikan bahwa baik secara mikro kawasan (fokus pada kampung Kapitan) maupun secara messo kawasan (kawasan Kampung Kapitan, Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak) telah terjadi penghilangan makna kawasan, akibat munculnya fasilitas baru. Penjabaran hal di atas membuktikan bahwa ruang terbuka adalah bagian penting dalam kawasan bersejarah, suatu elemen yang kuat dalam arsitektur dan bentuk estetika dari kota, memainkan peranan penting dalam pendidikan, juga mencakup masalah lingkungan.. (Woolley, 2003, hal. 9 ). Ruang terbuka bukanlah ruang tanpa makna yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat fasilitas baru yang tidak berkonteks, sebab bisa saja ruang terbuka itulah yang menjadi identitas kawasan dan bahkan wajah kota.

15 Kajian Perubahan Ruang Terbuka pada Kawasan Bersejarah dengan Metode Space Syntax 117 Kesimpulan Dengan kasus Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang, terbukti bahwa ruang terbuka urban tidaklah dipandang sebagai ruang tanpa makna dan arti bagi suatu kawasan, apalagi kawasan tersebut adalah kawasan bersejarah. Ruang terbuka urban yang berada di sekeliling sebuah benda cagar budaya (dalam hal ini bangunan) perlu dilestarikan juga, sebab baik ruang terbuka dan bangunan cagar budaya tersebut adalah satu kesatuan utuh. Kasus Kampung Kapitan membuktikan bahwa ruang terbuka di depan rumah kapitan tidak sekedar taman saja akan tetapi mempunyai koneksi yang kuat dengan ruang terbuka urban berupa Sungai Musi. Keterkaitannya tidak hanya pada aspek spiritual (kebutuhan koneksi langsung dari altar di Rumah abu ke arah sungai); tidak hanya pada aspek ekologis yaitu sebagai tempat resapan air dan pengaliran air ke arah Sungai; akan tetapi justru ruang terbuka di depan Rumah Kapitan mempunyai peranan sebagai perkuatan entitas Rumah Kapitan itu sendiri. Dengan adanya restaurant Kampung Kapitan dan ditutupnya akses visual kearah Sungai dan dibangunnya taman di ruang terbuka di depan Rumah Kapitan, justru mematikan keberadaan Rumah Kapitan itu sendiri (hasil analisa grafik analisa dan analisa peta axial pada kondisi tahun 2014). Dalam skala yang lebih luas, perkembangan fasilitas baru membuat landmark kawasan atau kota menjadi hilang/tersingkir. Fasilitas baru di ruang terbuka perlu dipikirkan lebih matang dan mendalam, sebab mungkin saja ruang terbuka itu justru menjadi landmark kawasan/ kota, karena ruang terbuka itu adalah identitasnya. Ruang terbuka urban janganlah dipandang sebagai ruang kosong tanpa makna dan dipandang berpontensi untuk dibangun sesuatu bangunan baru; namun ruang terbuka urban, apalagi yang berada di kawasan bersejarah mempunyai makna dan fungsi yang lebih luas terhadap kawasan itu dan pada skala kota. Hilangnya atau alih fungsinya ruang terbuka menjadi ruang terbangun menghilangkan makna dan fungsi sebuah ruang terbuka urban; yang tentu membawa konsekuensinya, yang terkadang justru membawa konsekuensi negatif dalam perkembangan kawasan tersebut. Daftar Pustaka Adiyanto, J. (Juli 2006) Kampung Kapitan: Interpretasi 'jejak' Perkembangan Permukiman dan Elemen Arsitektural. Dimensi Teknik Arsitektur 34(1), Darjosanjoto, E.T. (2005) Kembang Jepun: Jalan Dominan Kota Surabaya. Dimensi Teknik Arsitektur 33(1), Desyllas, J., dan E. Duxbury (2001) Axial Maps and Visibility Graph Analysis. 3rd International Space Syntax Symposium (hlm ). Atlanta : A.Alfred Taubman College of Architecture and Urban Planning, Universtiy of Michigan. Diessen, J.V. (1998) Stedenatlas Nederlands-Indie. Purmerend : Asia Maior. Hillier, B. (2007) Space is The Machine. London: Space Syntax. Hillier, B., dan J. Hanson (1984) The Social Logic of Space. New York: Cambridge Univerity Press. Lynch, K. (1969) The Image of The City. Cambridge: MIT Press. Mulyadi (2015, Juni 24) Fungsi Ruang Terbuka di Kawasan Kampung Kapitan. (J. Adiyanto, Pewawancara) Suryanto, Djunaedi, A., dan Sudaryono (2015) Aspek Budaya dalam Keistimewaan Tata Ruang Kota Yogyakarta. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 26(3), Tardin, R. (2013) System of Open Space. New York: Springer.

16 118 Johannes Adiyanto Widowati, I.R. (2007) Morfologi Tipologi Kampung Kapitan Cina 7 Ulu Palembang. Semarang: (tidak dipublikasikan) Program Magister Teknik Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Katolik Soegijapranata. Woolley, H. (2003) Urban Open Space. London: Spon Press. Zahnd, M. (1999) Perancangan Kota secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius.

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan 6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan Hasil dalam perubahan kawasan dapat dilihat berdasarkan teori-teori yang digunakan pada perencanaan ini. Dalam hal perancangan kawasan ini menggunakan teori yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas melakukan segala macam

Lebih terperinci

TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY

TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY D://Vero/Juta/Akademik/Bahankulia h/peranc.kota Teori Perancangan Kota (Urban Design) ( Roger Trancik ) TEORI PERANCANGAN KOTA 1. Teori Figure Ground 2. Teori

Lebih terperinci

Teori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground

Teori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground Teori Urban Desain Mata Kuliah Arsitektur Kota Figure ground 1 Teori Figure/ ground Teori ini dapat dipahami melalui pola perkotaan dengan hubungan antara bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang

Lebih terperinci

Desain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya

Desain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Desain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya Ririn Dina Mutfianti, F. Priyo Suprobo Perencanaan Dan Perancangan Kota, Program Studi

Lebih terperinci

TEORI PERANCANGAN KOTA. Pengantar Perancangan Perkotaan

TEORI PERANCANGAN KOTA. Pengantar Perancangan Perkotaan TEORI PERANCANGAN KOTA Pengantar Perancangan Perkotaan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila Cynthia Puspitasari 9 Mei 2017 Bahasan hari ini: 1. Urban spatial design theory 2. The Image

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai Kabanaran, dibagian timur sungai Premulung, terdapat sebuah pasar yang besar yang termasuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

Arsitektur Hijau pada Morfologi Permukiman Tepi Sungai Tallo

Arsitektur Hijau pada Morfologi Permukiman Tepi Sungai Tallo TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Arsitektur Hijau pada Morfologi Permukiman Tepi Sungai Tallo Edward Syarif (1), Nurmaida Amri (2) (1) Lab Perumahan dan Permukiman, Morfologi Permukiman, Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam mengkaji teori yang berkaitan dengan citra jalan, tentunya tidak lepas dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan dengan citra kawasan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN Kota akan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya. Perencanaan dan perancangan kota sebagai pengendali

Lebih terperinci

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri. PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Dalam memahami citra kota perlu diketahui mengenai pengertian citra kota, elemenelemen pembentuk citra kota, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan citra kota dan metode

Lebih terperinci

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi Aileen Kartiana Dewi aileen_kd@yahoo.com Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan

Lebih terperinci

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG Wienty Triyuly Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih km 32 Indralaya OI 30662 Email

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Terhadap 5 elemen Citra Kota Kevin Linch. a. Path (jalur)

BAB VI KESIMPULAN. Terhadap 5 elemen Citra Kota Kevin Linch. a. Path (jalur) BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan hasil temuan terhadap studi Citra Kota Maumere di Nusa Tenggara Timur, dapat disimpulkan sebagai berikut : V.1. Terhadap 5 elemen Citra Kota Kevin Linch

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN PASAR FESTIVAL Di Kawasan Waterfont Pusat Kota Pelembang

PUSAT PERBELANJAAN PASAR FESTIVAL Di Kawasan Waterfont Pusat Kota Pelembang LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT PERBELANJAAN PASAR FESTIVAL Di Kawasan Waterfont Pusat Kota Pelembang Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X G-48 Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya Fanny Florencia Cussoy, dan I Gusti Ngurah Antaryama

Lebih terperinci

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES Agustina Putri Ceria, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai TEMU ILMIAH IPLBI 0 Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai Binar T. Cesarin (), Chorina Ginting () () Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aksesibilitas merupakan hubungan kedekatan suatu tempat dengan tempat lain yang diindikasikan dengan kemudahan dalam mencapai tujuan dari lokasi asal (Simmonds, 2001).

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aksesibilitas merupakan sistem jaringan dari ruang kawasan baik dalam lingkungan perkotaan maupun pedesaan. Salah satu variabel untuk mengetahui tingkat aksesibilitas

Lebih terperinci

REVITALISASI KAWASAN PASAR IKAN SUNDA KELAPA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI DI JAKARTA

REVITALISASI KAWASAN PASAR IKAN SUNDA KELAPA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI DI JAKARTA REVITALISASI KAWASAN PASAR IKAN SUNDA KELAPA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI DI JAKARTA Sukoco Darmawan, Nina Nurdiani, Widya Katarina JurusanArsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No.

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan dari penelitian ini merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian berdasarkan hasil observasi, pemaparan, identifikasi, dan analisis

Lebih terperinci

Tipologi Bangunan Paikhong sebagai salah satu Elemen Dominan (Landmark) dalam Memperkuat Citra Kota Singkawang Kalimantan Barat.

Tipologi Bangunan Paikhong sebagai salah satu Elemen Dominan (Landmark) dalam Memperkuat Citra Kota Singkawang Kalimantan Barat. Tipologi Bangunan Paikhong sebagai salah satu Elemen Dominan (Landmark) dalam Memperkuat Citra Kota Singkawang Kalimantan Barat Dra. Cornellia Rimba, Lilis Widaningsih, SPd., M.T. The element of dominance,

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

5 elements IMAGES OF THE CITY ( KEVIN A. LYNCH )

5 elements IMAGES OF THE CITY ( KEVIN A. LYNCH ) IMAGES OF THE CITY ( KEVIN A. LYNCH ) Jalur (paths) Tepian (edges) Kawasan (district) Simpul (nodes) Tengaran (landmark) 5 elements paths, the streets, sidewalks, trails, and other channels in which people

Lebih terperinci

PEREMAJAAN KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH DENGAN IMPLEMENTASI TEORI KEVIN LYNCH DI KLENDER

PEREMAJAAN KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH DENGAN IMPLEMENTASI TEORI KEVIN LYNCH DI KLENDER PEREMAJAAN KAWASAN PEMKIMAN KMH DENGAN IMPLEMENTASI TEORI KEVIN LYNCH DI KLENDER Cynthia, Michael Tedja dan Indartoyo Jurusan Arsitektur, niversitas Bina Nusantara, Jalan K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan,

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN RUANG LUAR KAWASAN JALAN KI ASNAWI TANGGERANG SEBAGAI PUSAT KOMERSIAL YANG REKREATIF DENGAN PENDEKATAN KONSEP THE IMAGE OF THE CITY KEVIN

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Pertumbuhan Kawasan Kota dan Permasalahannya Kawasan perkotaan di Indonesia dewasa ini cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Dan Batasan Judul Permukiman Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perkampungan (document.tips,

Lebih terperinci

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN) KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN) Pembahasan Poin-poin yang akan dibahas pada kuliah ini: 1 KONSEP 2 PRESENTASI GAMBAR 3 CONTOH PROYEK 1. Berisi KONSEP pengertian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

TIPOMORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN PESISIR PANTAI PELABUHAN BAJOE KAB. BONE

TIPOMORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN PESISIR PANTAI PELABUHAN BAJOE KAB. BONE Tipomorfologi Kawasan Permukiman Nelayan Pesisir Pantai Pelabuhan Bajoe Kab. Bone Hamka TIPOMORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN PESISIR PANTAI PELABUHAN BAJOE KAB. BONE 1) Hamka 1) Dosen Prodi. Arsitektur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dayeuhkolot merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Bandung yang berada di sisi Sungai Citarum. Berdasarkan sejarah, Dayeuhkolot yang dalam bahasa sunda berarti kota

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakartaa memiliki empat kelompok kawasan permukiman yaitu lingkungan permukiman di kawasan cagar budaya, permukiman di kawasan kolonial, permukiman di kawasan

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR Oleh: RINA AFITA SARI L2D 306 021 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kota Kota merupakan suatu komponen yang rumit dan heterogen. Menurut Branch (1996: 2) kota diartikan sebagai tempat tinggal dari beberapa ribu atau lebih penduduk, sedangkan

Lebih terperinci

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997). Oleh: Zaflis Zaim * Disampaikan dalam acara Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Hotel Sapadia Pasir Pengaraian, 21 Desember 2011. (*) Dosen Teknik Planologi, Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Lebih terperinci

sampai sasaran keempat. Berikut ini merupakan kesimpulan dari konsep Konservasi; 1. Konsep pada kondisi tetap: Konsep Preservasi jaringan jalan (pola

sampai sasaran keempat. Berikut ini merupakan kesimpulan dari konsep Konservasi; 1. Konsep pada kondisi tetap: Konsep Preservasi jaringan jalan (pola BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Kawasan Cakranegara pada awalnya dirancang berdasarkan kosmologi Hindu-Bali, namun kenyataan yang ditemui pada kondisi eksisting adalah terjadi pergeseran nilai kosmologi

Lebih terperinci

Menelusuri Makna Ruang Publik pada Dermaga di Sungai Musi Palembang

Menelusuri Makna Ruang Publik pada Dermaga di Sungai Musi Palembang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Menelusuri Makna Ruang Publik pada Dermaga di Sungai Musi Palembang Studi Kasus: Dermaga Point BKB Arsyil Zahra Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

L I N K A G E. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Teori Urban Desain

L I N K A G E. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Teori Urban Desain Teori Urban Desain Mata Kuliah Arsitektur Kota ACTION MANNER OF LINKAGE OR BEING LINKED suatu hub dari gerakan /keragaman (oxford advanced learner s dictionery) Konteks Arsitektur kota lingkage menunjukan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Sekolah Islam Terpadu memiliki image tersendiri didalam perkembangan pendidikan di Indonesia, yang bertujuan memberikan sebuah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

Analisa Potensi Pariwisata pada KAMPUNG KAPITEN DI PALEMBANG

Analisa Potensi Pariwisata pada KAMPUNG KAPITEN DI PALEMBANG Analisa Potensi Pariwisata pada KAMPUNG KAPITEN DI PALEMBANG Oleh: Widya Fransiska Febriati 1 widyafrans76@yahoo.com Abstraksi Palembang sebagai kota yang dibelah oleh sungai Musi memiliki potensi wisata

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

area publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai

area publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai 2. BAB V KESIMPULAN Kesimpulan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan penelitian, sebagai berikut: a) Apakah yang dimaksud dengan makna eksistensi elemen vegetasi simbolik pada penelitian ini? b) Seperti

Lebih terperinci

Sekolah Fotografi di Kota Malang Dengan Pendekatan Analisa Space Syntax

Sekolah Fotografi di Kota Malang Dengan Pendekatan Analisa Space Syntax Sekolah Fotografi di Kota Malang Dengan Pendekatan Analisa Space Syntax Bayu Setyanugraha Rushadi 1, Tito Haripradianto 2, Herry Santosa 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION 3.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota ditandai dengan makin pesatnya pembangunan fisik berupa bangunanbangunan baru di pusat kota. Bangunan-bangunan baru tersebut dibangun

Lebih terperinci

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG) Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG) Kilas balik Komponen Rancangan Permen PU no 06/2007 tentang Pedoman Umum RTBL, dengan penyesuaian 1. Struktur peruntukan lahan ( bangunan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1324 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Arjuna terletak pada bagian Barat Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Bandung (RTRW Kota Bandung 2003-2013).

Lebih terperinci

Arahan Pengembangan Kota Palembang Sebagai Kota Pusaka

Arahan Pengembangan Kota Palembang Sebagai Kota Pusaka JUNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-212 Arahan Pengembangan Kota Sebagai Kota Pusaka Taufiq Ardhan dan Putu Gde Ariastita Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya C198 Pengaruh Penataan Bangunan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya Arimudin Nurtata Adjie Pamungkas Jurusan Perencanaan Wilayah Kota, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota Semarang sebelah utara, berbatasan

Lebih terperinci

Penggunaan Drone sebagai Media Digitasi Penggambaran 3 Dimensi Bangunan dan Pemetaan Kawasan

Penggunaan Drone sebagai Media Digitasi Penggambaran 3 Dimensi Bangunan dan Pemetaan Kawasan TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penggunaan Drone sebagai Media Digitasi Penggambaran 3 Dimensi Bangunan dan Pemetaan Kawasan Studi Kasus Digitasi Kawasan Heritage Kampung Assegaf Palembang Muhammad Fajri Romdhoni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemahaman judul. Untuk mengartikan judul Kajian pengaruh Pembangunan Jalan Layang Terhadap Perkembangan Tata Ruang Kawasan Janti, Desa Caturtunggal, Kabupaten Sleman kita perlu

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Menentukan Eksistensi Kampung Pekojan sebagai Kampung Kota di Kota Semarang

Faktor-faktor yang Menentukan Eksistensi Kampung Pekojan sebagai Kampung Kota di Kota Semarang 2014 Biro Penerbit Planologi Undip Volume 10 (1): 106-114 Maret 2014 Faktor-faktor yang Menentukan Eksistensi Kampung Pekojan sebagai Kampung Kota di Kota Semarang Wahjoerini1, Bambang Setioko2 Diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identitas kota merupakan salah satu unsur penting yang dapat menggambarkan jati diri dari suatu kota. Namun globalisasi turut memberikan dampak pada perkembangan kota

Lebih terperinci

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai

Lebih terperinci

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR Oleh : SEVINA MAHARDINI L2D 000 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

lib.archiplan.ugm.ac.id

lib.archiplan.ugm.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR BAGAN... xviii INTISARI... xix

Lebih terperinci

BAB II. Analisa yang Mewujudkan Art Deco. Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data

BAB II. Analisa yang Mewujudkan Art Deco. Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data BAB II Analisa yang Mewujudkan Art Deco Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data data yang telah lengkap dan akurat merupakan tahap tahap yang harus dilalui penulis sebelum

Lebih terperinci

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota pada Kawasan Padat, Studi Kasus di Wilayah Tegallega, Bandung

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota pada Kawasan Padat, Studi Kasus di Wilayah Tegallega, Bandung Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota pada Kawasan Padat, Studi Kasus di Wilayah Tegallega, Bandung Widyastri Atsary Rahmy (1), Budi Faisal (2), Agus R. Soeriaatmadja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan tua dalam suatu wilayah kota bukanlah lingkungan buatan manusia yang dibangun dalam waktu singkat, tetapi merupakan lingkungan terbangun yang dibentuk dalam

Lebih terperinci

KAMPUNG KAPITAN INTERPRETASI JEJAK PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN ELEMEN ARSITEKTURAL

KAMPUNG KAPITAN INTERPRETASI JEJAK PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN ELEMEN ARSITEKTURAL KAMPUNG KAPITAN INTERPRETASI JEJAK PERKEMBANGAN PERMUKIMAN (Johannes Adiyanto) KAMPUNG KAPITAN INTERPRETASI JEJAK PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN ELEMEN ARSITEKTURAL Johannes Adiyanto Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota pada perkembangannya memiliki dinamika yang tinggi sebagai akibat dari proses terjadinya pertemuan antara pelaku dan kepentingan dalam proses pembangunan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan saat ini menjadi salah satu kota tujuan di tanah air. Hal ini dikarenakan kondisi kota Palembang yang dalam

Lebih terperinci

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN...

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Mengacu pada diskusi pada bab sebelumnya, dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: Kesimpulan Pertama, Nilai-nilai sosio-kultural masyarakat Bugis secara umum tertuang

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR

KAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR TESIS KAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR JALAN KARANG LO KOTAGEDE, YOGYAKARTA Disusun oleh : Aulia Abrar (105401483/PS/MTA) MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Bentukan Dasar Bangunan Bentuk massa bangunan terdiri terdiri dari susunan kubus yang diletakan secara acak, bentukan ruang yang kotak menghemat dalam segi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Multi Layer Kampung Page 77

DAFTAR ISI. Multi Layer Kampung Page 77 DESIGN PREMIS Multi layer kampung adalah sebuah konsep yang penulis pakai untuk menanggulangi permasalahan berkurangnya komunikasi antar masyarakat ketika kampung tumbuh secara vertikal. Kampung tersebut

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JALUR PEJALAN KAKI DI KAWASAN WATERFRONT, SENG HIE, PONTIANAK

IDENTIFIKASI JALUR PEJALAN KAKI DI KAWASAN WATERFRONT, SENG HIE, PONTIANAK DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), Vol. 39, No. 2, December 2012, 77-82 ISSN 0126-219X IDENTIFIKASI JALUR PEJALAN KAKI DI KAWASAN WATERFRONT, SENG HIE, PONTIANAK GULTOM, Bontor Jumaylinda

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) Palembang

Sistem Informasi Geografis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) Palembang Sistem Informasi Geografis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) Palembang Andika 1, Leon Andretti Abdillah 2, Muhammad Ariandi 3 1,2,3 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan permukiman padat huni di tepian sungai perkotaan merupakan bagian dari struktur kota yang menjadi komponen penting kawasan. Menurunnya kualitas ruang sering

Lebih terperinci

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Sri Aliah Ekawati Prodi Pembangunan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci