ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FADLI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FADLI"

Transkripsi

1 i ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FADLI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 i PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Fadli H

4 ABSTRAK FADLI. Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI. Diversifikasi sayuran merupakan salah satu bentuk solusi yang sangat baik diterapkan oleh petani sayuran untuk mengurangi risiko yang ada. Bentuk diversifikasi yang bisa diterapkan petani sayuran umumnya terdiri dari kombinasi pengusahaan antara berbagai jenis sayuran antara lain buncis, kacang panjang, tomat, cabai keriting, dan sawi. Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan yang memiliki petani anggota paling banyak mengusahakan komoditas sayuran tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi risiko yang dihadapi petani, menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan petani dalam upaya mengurangi risiko, mengetahui besarnya penurunan risiko setelah dilakukan usaha diversifikasi, dan menganalisis alternatif strategi yang dapat dilakukan petani untuk menangani risiko usaha sayuran. Pengambilan sampel petani pada penelitian ini menggunakan metode purpossive. Selanjutnya, teknik pengumpulan data meliputi wawancara dengan petani yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada quesioner, diskusi, dan observasi pada lahan petani. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel Sedangkan, ukuran risiko yang digunakan meliputi peluang, expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Alat analisis yang paling tepat digunakan untuk mengetahui besarnya risiko dari setiap return yang diperoleh petani yaitu menggunakan coefficient variation. Terdapat 2 kegiatan yang dihitung ukuran risikonya yaitu kegiatan spesialisasi dan kegiatan diversifikasi. Hasil analisis menunjukkan cabai keriting sangat baik jika diusahakan secara spesialisasi karena coefficient variation yang diperoleh paling kecil sebesar 0,259. Namun, untuk komoditi kacang panjang, buncis, tomat, dan sawi sangat baik jika diusahakan melalui kegiatan diversifikasi. Karena nilai coefficient variation yang diperoleh pada kegiatan spesialisasi dapat diturunkan besarnya melalui kegiatan diversifikasi. Kata kunci: spesialisasi, diversifikasi, peluang, expected return, variance, standard deviation, coefficient variation ABSTRACT FADLI. Risk Analysis of Diversification in Vegetables Business on Farmer Group of Rukun Tani, Ciawi District, Bogor Regency, West Java. Supervised by ANNA FARIYANTI. Vegetables diversification is one of the best form solution to applied by farmer to reduce existing risk. Form of diversification that can applied by vegetable farmer generally consist of combination cultivation among the various of vegetables such as peas, beans, tomatoes, curly chili and mustard. Gapoktan Rukun Tani is one gapoktan that have farmers at most cultivation the vegetables. The purpose of this research are risk identification that faced by farmers, to

5 iii analyze diversification business died by farmer in solution reduce of risk, to know magnitude of the risk decline after to do diversification business, and to analyze alternative strategy that can farmer doing to handle of risk vegetable business. Taking sample from farmer in this research use purpossive method. Furthermore, techniques of data collection include interview with farmer that appropriate with questions in questionnaire, discussions, and observation on farmer s field. its processing have done by using Microsoft Excel Whereas, risk measure used consists of opportunities, expected return, variance, standard deviation, and coefficien variation. There are two activities that calculated measure of risk are spesialisation and diversification activities. The result show curly chili the best cultivated spesialisation because the smallest coefficient variation earned by However, for commodity beans, chickpeas, tomatoes, and mustard are the best if cultivated with diversification activities. Because result value coefficient variation on the spesialisation activity can be reduced through diversification activities. Keywords : specialisation,diversification, opportunities, expected return, variance, standard deviation, and coefficient variation.

6

7 i Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

8

9 i ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FADLI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

10

11 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Risiko Usaha Diversiflkasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor lawabarat : Fadli : H Disetujui oleh Dr Ir Anna Fariyanti. MSi Dosen Pembimbing Diketahui oleh Tanggal Lulus: 3 0 JUL 2013

12 iii Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat : Fadli : H Disetujui oleh Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

13 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah Risiko, dengan Judul Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Sayuran pada Petani Gapoktan Rukun Tani di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing, Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator pada saat penulis kolokium, Dr Ir Nunung Kusnadi, MS sebagai dosen penguji utama dan Ir Harmini, MSi sebagai Komdik pada saat penulis ujian skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada H. Misbah sebagai ketua Gapoktan Rukun Tani, Bapak Jamil sebagai sekretaris Gapoktan Rukun Tani, serta para petani responden atas informasi yang diberikan untuk keperluan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (H. Basri), ibu (Hj. Rohyan), para pengurus Faster periode dan , para pengurus Forum Wacana Lembah Intelek (Mulyadi, Rudi, Maman, Hardi, Medi, Bayu, Muhsin, Ari, Zulfi, Fadel, dan Fadlon) serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2013 Fadli

14 v DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 7 Manfaat Penelitian 8 Ruang Lingkup Penelitian 8 TINJAUAN PUSTAKA 8 Peran dan Potensi Usahatani Sayuran 8 Analisis Sumber-Sumber Risiko Produksi 10 Strategi Mengurangi Risiko Produksi 11 KERANGKA PEMIKIRAN 12 Kerangka Pemikiran Teoritis 12 Kerangka Pemikiran Operasional 17 METODE PENELITIAN 19 Lokasi dan Waktu Penelitian 19 Jenis dan Sumber Data 19 Teknik Pengumpulan Data 19 Alat dan Prosedur Analisis Data 20 GAMBARAN UMUM GAPOKTAN 27 Sejarah dan Perkembangan Gapoktan Rukun Tani 27 Program PUAP di Gapoktan Rukun Tani 28 Potensi Wilayah Gapoktan Rukun Tani 29 Unit Usaha Gapoktan Rukun Tani 31 Aspek Sumber Daya Gapoktan Rukun Tani 31 Organisasi Gapoktan Rukun Tani 32 Pola Usahatani yang Diterapkan Gapoktan 32 Modal dan Fasilitas Usahatani yang Dimiliki Gapoktan 33 Biaya Produksi Usahatani Sayuran 34 HASIL DAN PEMBAHASAN 39 Analisis Risiko Usaha Sayuran 39 Strategi Penanganan Risiko Usaha Sayuran 55 SIMPULAN DAN SARAN 58 Simpulan 58 Saran 59 DAFTAR PUSTAKA 59 LAMPIRAN 62

15 DAFTAR TABEL 1 Produk Domestik Bruto di Indonesia Menurut Lapangan Usaha Tahun (persen) 1 2 Pertumbuhan Volume Ekspor Subsektor Pertanian 2 3 Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Yang Berlaku 2 4 Tingkat Konsumsi Perkapita Sayuran dan Buah 3 5 Tingkat Produksi Tanaman Hortikultura Tahun 2007 sampai Data Produktivitas Sayuran Pada Daerah Sentra Sayuran 4 7 Jenis Usaha Kelompoktani pada Gapoktan Rukun Tani 30 8 Sumber dan Jumlah Modal Usaha Gapoktan Rukun Tani 33 9 Fasilitas Usahatani yang dimiliki Gapoktan Rukun Tani Rata Rata Biaya Usahatani Cabai Keriting Rata Rata Biaya Usahatani Buncis Rata Rata Biaya Usahatani Kacang Panjang Rata Rata Biaya Usahatani Tomat Rata Rata Biaya Usahatani Sawi Rata-rata Produktivitas dan Pendapatan Sayuran Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produktivitas dan Pendapatan Penilaian Risiko berdasarkan Produktivitas Perhitungan Nilai Risiko Berdasarkan Pendapatan Perhitungan Nilai Fraction Expected Return pada Sayuran Cabai Keriting, Tomat, Kacang Panjang, Buncis, dan Sawi pada Kegiatan Portofolio di Gapoktan Rukun Tani Perhitungan Risiko Pendapatan pada Kombinasi Dua Komoditi Berdasarkan Pendapatan di Gapoktan Rukun Tani Perhitungan Risiko Pendapatan pada Kombinasi Tiga Komoditi Berdasarkan Pendapatan di Gapoktan Rukun Tani Perhitungan Risiko Pendapatan pada Kombinasi Empat Komoditi Perhitungan Risiko Pendapatan pada Kombinasi Lima Komoditi Perbandingan Risiko Pendapatan Pada Spesialisasi dan Diversifikasi 53 DAFTAR GAMBAR 1 Produktivitas Sayuran di Kabupaten Bogor 5 2 Produktivitas Petani Gapoktan 6 3 Harga-Harga Komoditi Sayuran 7 4 Rangkaian Kejadian Berisiko dengan Kejadian Tidak Pasti 12 5 Hubungan antara Return (Pendapatan) dengan Risiko 13 6 Kerangka Pemikiran Operasional 18 7 Pola Tanam Tanaman Pangan, Palawija dan Hortikultura 33 8 Grafik Rata-Rata Curah Hujan. 41

16 vii DAFTAR LAMPIRAN 1 Rekapitulasi Produksi Sayuran 62 2 Rekapitulasi Harga Sayuran 63 3 Data Curah Hujan 64 4 Jenis Usaha Gapoktan Rukun Tani 65 5 Struktur Kepengurusan Gapoktan Rukun Tani 66 6 Perhitungan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation 67 7 Kegiatan-Kegiatan Petani dan Kondisi Tanaman Petani 75 8 Riwayat Hidup 77

17

18 i

19

20 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki daratan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk terletak pada sektor pertanian. Pertanian menjadi sektor andalan yang memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan perekonomian bangsa. Berdasarkan data dari FAO (2011) bahwa luas lahan pertanian Indonesia sekitar ha atau 1.11 persen dari luas lahan pertanian dunia. Melihat luasnya lahan sektor pertanian di Indonesia sehingga sektor pertanian indonesia mampu mendominasi penyerapan tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2011 sebesar persen dari total tenaga kerja. Disamping itu, Indonesia sebagai penyumbang terhadap devisa negara 1. Sektor pertanian memiliki peran dalam menyediakan lapangan usaha dalam jumlah besar. Hal ini dapat dilihat pada peran dan pertumbuhan sektor pertanian Indonesia dalam kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menurut lapangan usaha pada Tabel 1. Tabel 1 Produk Domestik Bruto di Indonesia menurut lapangan usaha Tahun (persen) Lapangan Usaha Tahun PPertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Pertambangan dan Penggalian. Industri Pengolahan. Listrik Gas dan Air Bersih. Konstruksi. Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan. Jasa-jasa PDB Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 2 Berdasarkan Tabel 1 diatas, sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan mampu menyediakan lapangan usaha terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan. Lapangan usaha yang disediakan pada sektor tersebut pada tahun 2012 sekitar persen dari total PDB. Keberhasilan petani, peternak, nelayan, dan kehutanan dalam menyediakan lapangan usaha dan meningkatkan jumlah produksinya menjadi penentu utama sektor tersebut dalam memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan perekonomian bangsa. Sektor pertanian secara umum terdiri dari beberapa subsektor meliputi subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Salah satu 1 Data Badan Pusat Statistik (2011) 2 (diakses tanggal 26 April 2013)

21 2 subsektor pertanian yang memiliki kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) adalah subsektor hortikultura. Kontribusi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perdagangan internasional terutama terkait dengan pertumbuhan volume ekspor. Volume ekspor subsektor hortikultura mengalami peningkatan pada tahun Namun, pada tahun 2009 volume ekspor hortikultura mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena pada tahun 2009 terjadi krisis global. Krisis global berdampak terhadap naiknya nilai tukar dolar sehingga nilai rupiah menjadi terdepresiasi. Langkah terbaik yang diambil pemerintah ketika nilai rupiah terdepresiasi adalah menurunkan volume ekspor. Untuk mengetahui pertumbuhan volume ekspor subsektor hortikultura dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pertumbuhan volume ekspor subsektor hortikultura di Indonesia pada tahun Tahun Volume (Ton) Pertumbuhan (%) Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian (2010) Subsektor hortikultura terdiri dari empat kelompok komoditi yaitu buahbuahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias. Salah satu dari empat kelompok komoditi tersebut yang memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu kelompok komoditi sayuran. Kelompok komoditi sayuran dari tahun 2007 sampai dengan 2010 megalami peningkatan kontribusi PDB berdasarkan harga yang berlaku. Kontribusi kelompok komoditi sayuran pada tahun 2007 sebesar persen, tahun 2008 sebesar persen, tahun 2009 sebesar persen, dan tahun 2010 sebesar persen dari total nilai PDB. Untuk melihat lebih lanjut mengenai data nilai PDB sayuran berdasarkan harga berlaku dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kontribusi hortikultura terhadap PDB berdasarkan harga berlaku di Indonesia tahun No Kelompok Kontribusi PDB (%) Komoditi Buah-buahan Sayuran Tanaman Hias Biofarmaka Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Ditjen Hortikultura (2012) Sayuran di Indonesia memiliki tingkat konsumsi perkapita lebih banyak dibandingkan dengan tingkat konsumsi buah-buahan. Tahun 2002 tingkat konsumsi sayuran perkapita sebesar persen mengalami peningkatan menjadi persen pada tahun 2005 dan tahun 2008 menjadi persen. Namun, tingkat konsumsi buah-buahan perkapita lebih rendah dibandingkan konsumsi sayuran yaitu tahun 2002 sebesar persen mengalami penurunan pada tahun

22 menjadi persen dan tahun 2008 menjadi persen. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat konsumsi sayuran dan buah-buahan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Tingkat konsumsi perkapita sayuran dan buah di Indonesia Komoditas Konsumsi Perkapita (%) Sayuran Buah - Buahan Total Sumber : BPS, dalam Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) Tingkat konsumsi komoditas sayuran yang lebih besar dari konsumsi buahbuahan menjadi suatu peluang bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan usaha dibidang sayuran. Untuk itu, diperlukan peningkatan produksi sayuran dari tahun ke tahun agar permintaan terpenuhi. Pemerintah sebagai pihak yang membuat kebijakan harus terus berupaya mendukung dan membantu petani untuk terus meningkatkan produksi sayuran di Indonesia. Tabel 5 menunjukkan kontribusi produksi sayuran dari tahun 2007 sampai dengan 2009 terhadap total produksi hortikultura. Total produksi sayuran dari tahun 2007 sampai dengan 2009 paling rendah dibandingkan dengan kelompok komoditi yang lainnya termasuk kelompok komoditi buah-buahan. Produksi yang rendah dapat disebabkan karena petani yang menanam sayuran lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok komoditi yang lainnya dan bisa juga karena luas lahan untuk menanam sayuran lebih sempit dibandingkan dengan lahan untuk menanam kelompok komoditi yang lainnya. Lebih rendahnya produksi sayuran dibandingkan dengan produksi kelompok komoditi yang lainnya karena benih yang digunakan petani mungkin masih banyak menggunakan benih yang tidak bersertifikat. Tabel 5 Kontribusi produksi sayuran terhadap total produksi hortikultura antara tahun No Kelompok Komoditi Kontribusi Produksi (%) Sayuran Buah Tan.Hias Bunga Potong Biofarmaka Rimpang Total Sumber : Ditjen Hortikultura (diolah), 2011 Salah satu daerah yang menjadi sentra sayuran di Indonesia adalah Jawa Barat. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi sayuran di Jawa Barat antara lain Bogor, Karawang, Garut, dan lain-lain. Lima komoditas yang banyak ditanam oleh petani di daerah tersebut adalah cabai keriting, kacang panjang, buncis, tomat, dan sawi. Namun, produktivitas sayuran pada daerah tersebut dari tahun 2007 sampai tahun 2011 mengalami fluktuasi. Adanya fluktuasi tersebut mengindikasikan adanya risiko produksi yang sering dihadapi petani. Untuk

23 4 mengetahui data produktivitas sayuran pada beberapa daerah sentra produksi sayuran di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Produktivitas sayuran pada beberapa daerah sentra sayuran di Jawa Barat tahun Komoditi Kabupaten/ kota Produktivitas (Ton/ha) Bogor Kacang Panjang Sukabumi Karawang Bogor Cabai Sukabumi Besar Cianjur Bogor Tomat Bandung Garut Bogor Sawi Cianjur Bandung Bogor Buncis Cianjur Garut Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2012) 3 Kegiatan pemasaran produk sayuran terkendala pada mutu produk sayuran yang terkadang sulit diterima oleh konsumen. Produk sayuran yang dijual terkadang ada yang sudah busuk, layu, dan tidak segar lagi. Hal ini disebabkan karena sayuran terlalu lama disimpan dan tidak dipacking dengan baik. Sayuran secara umum memiliki keriteria yaitu mudah busuk, tidak tahan disimpan lama, dan mudah rusak. Penjelasan singkat tentang usaha komoditi sayuran tersebut dapat menggambarkan bahwa dalam usahatani sayuran memiliki kendala yang lebih besar dibandingkan dengan usahatani komoditi yang lainnya. Kendala yang dimaksud adalah tingginya tingkat risiko yang dihadapi, baik yang terkait dengan risiko produksi maupun pemasarannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan terhadap risiko produksi dan pendapatan petani. Upaya ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi petani dalam memperbaiki dan meningkatkan peluang keberhasilan dalam usahatani sayuran. Diversifikasi merupakan salah satu bentuk solusi yang sangat baik diterapkan oleh para petani untuk mengurangi risiko yang ada. Bentuk diversifikasi yang bisa diterapkan petani sayuran umumnya terdiri dari kombinasi pengusahaan antara berbagai jenis sayuran antara lain buncis, kacang panjang, cabai keriting, sawi dan tomat. Alternatif strategi pengelolaan risiko yang baik sangat diperlukan dalam usahatani sayuran terutama pada saat menghadapi risiko. Upaya ini diharapkan membantu petani dalam meminimalkan risiko yang dihadapi. Oleh karena itu, 3 Diperta.jabarprov.go.id [diakses tanggal 30 April 2013]

24 5 penting untuk dilakukan penelitian mengenai analisis risiko usaha diversifikasi sayuran di Gapoktan Rukun Tani. Perumusan Masalah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan yang salah satu usaha petaninya bergerak dalam bidang budidaya sayuran. Gapoktan yang berdiri sejak tahun 2007 ini memilih usaha sayuran karena kondisi tanah dan iklim yang cocok untuk budidaya sayuran dan juga ketua Gapoktan Rukun Tani merupakan seorang pengusaha sayuran yang mengetahui informasi pasar sehingga mempermudah petani dalam memasarkan produk sayuran tersebut. Gapoktan Rukun Tani terdiri dari 7 (tujuh) kelompoktani yaitu kelompoktani Pondok Menteng, Sukamaju, Bina Mandiri, Silih Asih, Sawah Lega, Tani Jaya, dan KWT Citapen Berkarya. Diantara 7 kelompoktani tersebut terdapat 2 kelompoktani yang membudidayakan sayuran yaitu kelompoktani Pondok Menteng dan kelompoktani Tani Jaya. Gapoktan Rukun Tani ini melalui dua kelompoktani tersebut memfokuskan pada budidaya sayuran yang dapat tumbuh dengan baik di desa Citapen dan memiliki prospek bisnis yang baik, seperti tomat, kacang panjang, buncis, cabai keriting, sawi, jagung manis, timun, jagung acar, cabai rawit, kapri, terong kecil, lenca, bawang daun, terong panjang, dan lain-lain. Namun, yang menjadi komoditi unggulan bagi para petani pada Gapoktan ini antara lain kacang panjang, tomat, buncis, sawi, dan cabai keriting karena produksi dan harga lima komiditi ini lebih baik dibandingkan dengan komoditi sayuran yang lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Produktivitas sayuran kacang panjang, buncis, cabai keriting, sawi, dan tomat yang diperoleh petani mengalami fluktuasi. Hal ini mengindikasikan adanya risiko produksi yang dialami oleh petani, seperti terlihat pada Gambar Produktivitas Ton/ha 10 5 Sawi/Cesin Kacang Panjang Buncis Tomat Cabe Keriting Tahun Gambar 1 Produktivitas Sayuran di Kabupaten Bogor. Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2012), diolah 4. Produktivitas kacang panjang, tomat, cabai keriting, buncis dan sawi di Kabupaten Bogor mengalami fluktuasi dari tahun 2007 sampai tahun Adanya fluktuasi produktivitas tersebut menunjukkan petani sayuran yang ada di Kabupaten Bogor menghadapi risiko produksi. Penyebab terjadinya fluktuasi 4 Diperta. Jabarprov.go.id

25 6 produktivitas dapat berasal dari kondisi cuaca yang tidak mendukung, serangan hama dan penyakit, kelalaian dari petani, dan lain-lain. Fluktuasi produktivitas yang dihadapi oleh petani akan berdampak terhadap ketidakstabilan pendapatan yang diperoleh petani. Petani sayuran yang ada di Gapoktan Rukun Tani juga menghadapi risiko produksi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya perbedaan produktivitas petani selama mengusahakan sayuran. Petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani menghadapi kejadian produktivitas yang tinggi, normal, dan rendah seperti terlihat pada Gambar 2 Produktivitas (Kg/Ha) Tertinggi Terendah Normal Kejadian Produktivitas Cabai Keriting Buncis Kacang Panjang Tomat Sawi Gambar 2 Produktivitas petani gapoktan rukun tani berdasarkan kejadian Sumber : Gabungan Kelompoktani Rukun Tani (2013) Kejadian produktivitas tertinggi, terendah, dan normal yang dialami petani seperti pada Gambar 2 menjadi salah satu gambaran adanya ketidakstabilan produktivitas yang diperoleh petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani. Menurut Saragih (2013), ketidakstabilan produktivitas yang dialami petani disebabkan karena terjadinya perubahan iklim (suhu udara yang meningkat dan pola curah hujan yang tidak menentu, komoditas benih yang ditanam tidak sesuai dengan kondisi iklim, tidak dilakukan pengendalian hama dengan baik, tidak dilakukan pemupukan yang baik, pemeliharaan tidak intensif, dan penanganan panen yang kurang tepat. Petani tidak hanya sering menghadapi fluktuasi produktivitas, tetapi juga sering mengadapi ketidakstabilan harga jual sayuran. Secara umum harga yang diterima petani setiap menjual sayuran tidak stabil. Begitu juga halnya dengan petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani juga sering mengalami ketidakstabilan harga jual sayuran. Hal ini mengindikasikan terdapatnya risiko harga yang dihadapi petani Gapoktan Rukun Tani. Harga beli yang ditetapkan oleh Gapoktan Rukun Tani sesuai dengan harga yang berlaku di pasar. Jika harga di pasar mahal, maka harga beli Gapoktan ke petani menjadi mahal. Sebaliknya, jika harga sayuran di pasar murah, maka harga beli ke petani murah. Seperti pada Gambar 3 menggambarkan ketidakstabilan harga sayuran sawi, cabai keriting, buncis, tomat, dan kacang panjang.

26 Harga Sayuran Rp/kg Sawi Cabai Keriting Tomat Buncis Kacang Panjang 0 Jan Feb Mar Apr Mei Gambar 3. Harga Harga komoditi sayuran setiap bulan pada tahun 2012 Sumber : Gabungan Kelompok tani Rukun Tani (2013) Jun Jul Agst Bulan Petani anggota Gapoktan Rukun Tani dalam mengusahakan komoditi sayuran dilakukan dengan dua cara yaitu secara spesialisasi dan diversifikasi. Kegiatan spesialisasi adalah kegiatan mengusahakan sayuran dilakukan secara spesifik untuk satu komoditi. Sedangkan diversifikasi adalah kegiatan mengusahakan sayuran lebih dari satu komoditi. Kegiatan Diversifikasi ini diharapkan dapat meminimalkan risiko usaha yang sering dihadapi oleh petani baik yang terkait dengan produksi maupun harga. Diversifikasi yang dilakukan petani dalam mengusahakan sayuran cabai keriting, kacang panjang, buncis, tomat, dan sawi bisa dalam bentuk monokultur dan bisa juga dengan tumpangsari. Penerapan diversifikasi dalam upaya meminimalisir risiko merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti karena melihat kondisi ketidakstabilan produktivitas yang dihadapi oleh petani Gapoktan Rukun Tani, tetapi masih tetap melanjutkan usahatani sayuran tersebut. Selain itu, dengan adanya kegiatan diversifikasi ini diharapkan ancaman perubahan iklim yang terjadi terhadap penurunan produktivitas tanaman sayuran dapat dihindari. Berdasarkan uraian, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah diversifikasi yang dilakukan oleh petani anggota dapat meminimalkan risiko? 2. Berapa penurunan risiko dengan penerapan diversifikasi? 3. Bagaimana alternatif strategi petani anggota Gapoktan Rukun Tani dalam menangani risiko usaha sayuran? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Melakukan identifikasi risiko yang dihadapi petani 2. Menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan petani dalam upaya mengurangi risiko 3. Mengetahui besarnya penurunan risiko setelah dilakukan usaha diversifikasi Sept Okt Nop Des

27 8 4. Menganalisis alternatif strategi yang dapat dilakukan petani anggota Gapoktan Rukun Tani dalam menangani risiko usaha sayuran. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi petani di Gapoktan Rukun Tani untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha sayuran. 2. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmuilmu yang telah diperoleh selama kuliah, serta melatih kemampuan analisis dalam pemecahan masalah. 3. Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan agar dapat mengembangkan dan mengaplikasikan penelitian ini serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan untuk mengadakan penelitianpenelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Diversifikasi usaha dalam penelitian ini meliputi beberapa jenis sayuran yaitu buncis, cabai keriting, tomat, kacang panjang dan sawi. 2. Harga yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga rata-rata pada masing-masing komoditi tahun , karena harga yang diterima petani setiap panen tidak sama. 3. Penelitian ini menggunakan data produksi musiman petani yang menjadi responden dan rekapitulasi data produksi sayuran di Gapoktan Rukun Tani dari tahun 2007 sampai tahun Sedangkan, untuk data harga jual menggunakan harga yang ditetapkan oleh Gapoktan Rukun Tani selama membeli Sayuran dari petani anggota. 4. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko diversifikasi usaha sayuran. TINJAUAN PUSTAKA Peran dan Potensi Usahatani Sayuran Peran Diversifikasi Usahatani Diversifikasi usahatani merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan petani dengan mengusahakan lebih dari satu komoditi tanaman dalam kegiatan usahatani. Diversifikasi usahatani menjadi salah satu langkah yang paling tepat diambil oleh petani dalam meningkatkan pendapatannya. Menurut Alibasyah (2009), diversikasi pertanian merupakan suatu kegiatan yang dinamis dan tidak monoton dalam upaya meningkatkan produksi hasil pertanian. Artinya tidak mono, kalau selama ini yang ditanam adalah padi saja, tetapi kalau diversifikasi tidak hanya satu tanaman, tetapi juga bisa dipadu dengan tanaman sayuran dan buah Diversifikasi Meningkatkan Taraf Hidup Petani (akses tanggal 30 Mei 2013)

28 9 Menghadapi tantangan gejolak iklim yang sulit sehingga diperlukan usaha serius dan kreatif untuk menyikapi banyak perubahan yang terjadi di sektor pertanian. Adanya gejolak iklim yang sulit dapat mengakibatkan kemerosotan produksi atau gagal panen. Upaya diversifikasi ini menjadi salah satu upaya untuk menyikapi adanya gejolak iklim yang sulit. Upaya diversifikasi menjadi salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan pada satu komoditas dan menjadi salah satu cara yang bijak untuk menyelamatkan usahatani para petani dan meningkatkan pendapatan petani. Menurut Saragih (2013) menyatakan banyak komoditi tanaman hortikultura yang tahan kekeringan tetapi secara keseluruhan nilai ekonomisnya rendah, sebaliknya banyak tanaman hortikultura yang kurang tahan terhadap perubahan iklim tetapi nilai ekonomisnya tinggi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan nilai ekonomis yang tinggi dan mengurangi kegagalan panen dapat dilakukan upaya diversifikasi antara tanaman ekonomis tinggi dengan ekonomis rendah. Potensi dan Karakteristik Usahatani Sayuran Sayuran merupakan salah satu sektor agribisnis yang memiliki peran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan dan membangun perekonomian negara terutama dalam kontribusinya terhadap PDB nasional. Produk Sayuran Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan ekspor, namun produk sayuran di Indonesia masih dibawah produk sayuran Australia, China, Taiwan dan Malaysia. Hal ini disebabkan produk sayuran Indonesia masih belum memberikan jaminan kesinambungan terkait dengan mutu produknya, jumlah pasokan minimumnya, dan ketepatan waktu penyampaiannya. Sayuran sebagai tanaman pertanian memiliki sifat-sifat tertentu yang membedakannya dengan tanaman pertanian lainnya. Menurut Rahardi (2000), sayuran memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1. Tidak tergantung musim Sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran musiman dan tahunan. Sayuran musiman yang paling banyak ditemukan oleh konsumen di pasar, namun sayuran yang sifatnya tahunan agak jarang ditemukan konsumen. Biasanya sayuran yang sifatnya tahunan tersebut memiliki harga yang relatif mahal. Sayuran dapat dibudidayakan kapan dan dimana saja asal syarat tumbuhnya terpenuhi. 2. Memiliki risiko yang tinggi Produk sayuran umumnya mudah rusak, mudah busuk, dan voluminous. Karena produk sayuran yang memiliki risiko yang tinggi, maka diperlukan penanganan yang baik ketika pascapanen sehingga sayuran tersebut tetap terlihat segar dan memiliki harga yang tinggi. Untuk itu, sebaiknya lokasi usaha sayuran dari produsen ke konsumen lebih dekat, karena keadaan ini sangat menguntungkan terutama dalam menghemat biaya pengangkutan. 3. Perputaran modalnya lebih cepat Perputaran modal untuk usaha sayuran relatif lebih cepat dibandingkan dengan usaha pada komoditas pertanian lainnya, walaupun usaha di bidang sayuran relatif memiliki risiko yang tinggi. Hal ini disebabkan karena umur tanaman sayuran relatif lebih singkat dan permintaannya terus meningkat. Lahan yang digunakan untuk menanam sayuran haruslah terkena panas matahari penuh sepanjang hari. Pada musim hujan, lahan tanaman sayuran perlu

29 10 dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang cukup, sehingga lahan tanaman sayuran tidak tergenangi air. Tetapi pada saat musim kemarau, saluran drainase tidak terlalu dibutuhkan 6. Sayuran dataran rendah adalah sayuran yang hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah. Begitu juga sebaliknya sayuran dataran tinggi dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah dataran tinggi. Menurut Kurnia (2004), pertumbuhan dan perkembangan tanaman sayuran tidak lepas dari pengaruh lingkungan seperti iklim dan topografi lingkungan lahan tanam. Secara umum, sentra produksi sayuran dataran tinggi terletak pada ketinggian m diatas permukaan laut (dpl), dengan suhu udara rata-rata sekitar 22ºC. Selain itu, curah hujan di sentra produksi sayuran dataran tinggi berkisar hingga mm/tahun dan merupakan daerah yang dipengaruhi oleh aktivitas gunung merapi baik statusnya masih aktif maupun yang sudah tidak aktif lagi. Analisis Risiko Produksi Kegiatan produksi pada sektor pertanian memiliki banyak risiko produksi yang akan dihadapi. Risiko produksi yang paling sering dihadapi oleh petani adalah terjadi gagal panen dan fluktuasi produksi. Menurut penelitian dari Safitri (2009), Purwanti (2011), Utami (2009), Wahyuningsih (2012), Situmeang (2011), Mandasari (2012) dan Tarigan (2009), bahwa sumber-sumber risiko produksi yang sering dihadapi oleh petani berasal dari faktor-faktor alam, seperti faktor hama dan penyakit, faktor cuaca dan iklim, dan kondisi kesuburan tanah. Namun, Purwanti (2011) menambahkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan risiko produksi yang lainnya adalah kerusakan sistem irigasi dan keterampilan tenaga kerja yang masih kurang. Ukuran analisis risiko diperlukan dalam menganalisis besarnya risiko produksi yang dihadapi petani. Berdasarkan penelitian Tarigan (2009), Mandasari (2012), Situmeang (2011), Utami (2009) menggunakan analisis risiko seperti variance, standard deviation, coefficient variation dalam menganalisis risiko produksi pada kegiatan usahatani, baik secara spesialisasi maupun diversifikasi. Penelitian Tarigan (2009) menjelaskan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting, diperoleh risiko yang paling tinggi terdapat pada bayam hijau sebesar Nilai artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar Risiko paling rendah adalah cabai keriting sebesar Nilai artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar Hal ini dikarenakan bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim hujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi pada cabai keriting sebesar Nilai 0.80 artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli sebesar Nilai 0.16 artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar Mandasari (2012) memaparkan lebih lanjut mengenai hasil penelitiannya yang dilakukan pada kegiatan spesialisasi baik berdasarkan produktivitas maupun 6 www. Forum Kerjasama Agribisnis Budidaya Sayuran Dataran Rendah.htm (diakses tanggal 6 Mei 2013)

30 11 berdasarkan pendapatan bersihnya bahwa risiko produksi tomat lebih tinggi dibandingkan dengan risiko produksi cabai merah. Hal ini dapat dilihat pada nilai coefficient variation dimana risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tomat sebesar 68.7 persen lebih tinggi dibandingkan cabai merah yang hanya 62.9 persen. Sedangkan, diversifikasi usahatani pada penelitiannya yaitu dengan menanam tomat dan cabai merah secara bersamaan dapat menurunkan risiko produksi menjadi 59.6 persen berdasarkan produktivitasnya dan 63.3 persen berdasarkan pendapatan bersihnya. Kegiatan diversifikasi ini dapat lebih rendah jika petani mengusahakan cabai merah dengan luas tanam yang lebih tinggi dibandingkan dengan luas tanam tomat yaitu 60 persen untuk luas tanam cabai merah dan 40 persen untuk luas tanam tomat. Hasil penelitian Utami (2009) menunjukkan hasil perhitungan nilai expected value dari produktivitas bawang merah sebesar kwintal per hektar. Sementara nilai standard deviation dari produktivitas bawang merah sebesar kwintal perhektar dengan nilai coefficient variation sebesar Dilihat dari sisi penerimaan usahatani, diperoleh nilai expected return sebesar Rp per hektar. Sementara risiko yang diterima oleh petani bawang merah di kabupaten Brebes sebesar persen dari nilai return yang diperoleh petani dengan standar deviasi rata-rata sebesar Rp per hektar. Dari nilai tersebut, maka jika dibandingkan dengan penghitungan risiko dari sisi produktivitas, nilai risiko yang dihitung dari sisi penerimaan atau return ternyata jauh lebih tinggi. Strategi Mengurangi Risiko Produksi Petani yang melakukan kegiatan usahatani tidak terlepas dari risiko produksi. Risiko produksi yang dialami petani terutama terkait dengan penurunan produksi maupun gagal panen. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu strategi yang tepat dalam mengurangi risiko produksi. Menurut Tarigan (2009), menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Penanganan risiko produksi dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Disamping itu, untuk mengurangi risiko produksi yaitu dengan melakukan kegiatan kemitraan produksi dengan petani sekitar yang memproduksi sayuran organik serta kemitraan dalam penggunaan input dan perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik. Menurut Fariyanti (2008), terdapat beberapa upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko produksi dan harga seperti melakukan kegiatan diversifikasi tanaman, menggunakan benih yang tahan terhadap penyakit dan kekeringan, serta penggunaan teknologi irigasi yang baik. Selain itu, dilakukan upaya penyediaan sarana dan prasarana penyimpanan secara berkelompok, melakukan sistem kontrak baik secara vertikal maupun horizontal, menciptakan kelembagaan pemasaran sebagai upaya untuk meminimalisir risiko harga yang dihadapi para petani, dan menerapkan sistem bagi hasil. Namun, pada penelitian Situmeang (2011) strategi diversifikasi tidak terlalu menguntungkan, sehingga strategi preventif dengan melakukan kegiatan perawatan secara rutin dan terencana mulai dari penyemaian sampai panen merupakan strategi yang paling tepat mengurangi risiko. Menurut Mandasari

31 12 (2012), alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko yaitu dengan melakukan perbaikan pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, serta pengolahan lahan ketika sebelum ditanami. Selain itu, alternatif lain yang dapat dilakukan dalam mengurangi kerugian akibat terjadinya risiko produksi yaitu dengan pengembangan kreativitas para ibu rumah tangga dengan menggunakan alat yang sudah ada. Menurut Utami (2009), beberapa hal yang dilakukan untuk mengurangi risiko adalah dengan pengaturan pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan pascapanen, menyimpan dan atau menjual hasil panen. Untuk itu dalam penelitian utami ini, strategi yang dilakukan untuk mengurangi risiko adalah dengan melakukan strategi preventif. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko dan Ketidakpastian Harwood et al. (1999) mengartikan risiko sebagai kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Jenis-jenis risiko yang sering ditemukan pada sektor pertanian antara lain: risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial. Menurut Debertin (1986), ketidakpastian lingkungan adalah kemungkinan hasil dan kemungkinan kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Sedangkan risiko adalah hasil dan kemungkinan dari suatu kejadian dapat diketahui. Peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur maka kejadian tersebut termasuk kedalam kategori ketidakpastian. Hal ini menunjukkan risiko dan ketidakpastian memiliki perbedaan dapat dilihat pada Gambar 4. Kejadian Berisiko Kejadian Tidak Pasti Probabilitas dan hasil diketahui Probabilitas dan hasil tidak diketahui Gambar 4 Rangkaian kejadian berisiko dengan kejadian tidak pasti Sumber : Debertin (1986) Gambar 4 menunjukkan bahwa pada sisi sebelah kiri menggambarkan kejadian berisiko memiliki peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Sedangkan pada sisi sebelah kanan menggambarkan kejadian tidak pasti memiliki peluang dan hasil dari suatu kejadian yang tidak diketahui oleh pengambil keputusan. Robison dan Barry (1987), menyatakan bahwa risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis. Sedangkan ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Peluang kejadian

32 13 yang tidak diketahui secara kuantitatif dikarenakan tidak ada informasi atau data pendukung untuk menghitung nilai peluangnya. Perilaku setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda satu sama lain. Terdapat tiga kategori individu dalam menghadapi risiko, yaitu Risk Averse, Risk Neutral, dan Risk Lover. Gambar 5 menunjukkan hubungan antara expected income dengan income variance. Expected Income Expected Income Income Variance Risk Averse Income Variance Risk Neutral Expected Income Risk Lover Income Variance Gambar 5 Hubungan antara income variance dan expected income Sumber : Debertin (1986) Gambar 5 menjelaskan hubungan antara income variance yang menjadi ukuran tingkat risiko yang dihadapi, dengan income yang diharapkan (expected income) yang menjadi ukuran tingkat pendapatan yang diharapkan oleh pembuat keputusan. Sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori sebagai berikut : 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (Risk Averse) menunjukkan perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan menghindari risiko. Kurva Risk Averse menunjukkan sikap pembuat keputusan yang takut terhadap risiko yaitu jika terjadi kenaikan ragam pendapatan (income variance) yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan menaikkan expected income. 2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) menunjukkan perilaku indivisu yang apabila terjadi kenaikan income variance yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi dengan menaikkan

33 14 income yang diharapkan. Artinya, semakin tinggi income variance, maka expected income akan tetap. 3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Taker/Lover) yaitu perilaku individu yang menyukai risiko. Sikap ini menunjukkan adanya kenaikan income variance akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediannya menerima income yang diharapkan lebih rendah. Risk Taker cenderung menganggap risiko sebagai suatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Sumber-Sumber Risiko Mengetahui penyebab dari suatu kejadian itu sangat penting, karena dengan mengetahui penyebab dari kejadian tersebut maka akan lebih mudah untuk melakukan strategi yang tepat untuk mengurangi atau mencegah dari kejadian tersebut. Beberapa sumber risiko yang sering dihadapi oleh para petani menurut Harwood et al.(1999), yaitu risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial. Sumber-sumber risiko tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi, meliputi gagal panen, penurunan produktivitas, kerusakan hasil produksi akibat serangan hama dan penyakit, perubahan cuaca, dan kelalaian sumberdaya manusia misalnya ketidaksesuaian dalam pemupukan. 2. Sumber risiko yang berasal dari risiko pasar, meliputi keru dsakan produk sehingga tidak memenuhi mutu pasar akibatnya tidak dapat dijual, permintaan terhadap produk rendah, fluktuasi harga input dan output, serta daya beli masyarakat menurun. 3. Sumber risiko yang berasal dari risiko kelembagaan adalah adanya aturan yang membuat anggota dari suatu organisasi menjadi kesulitan dalam memasarkan ataupun meningkatkan produksinya. 4. Sumber risiko yang berasal dari risiko kebijakan adalah adanya suatu kebijakan tertentu dari pemerintah yang mempengaruhi sektor pertanian dan dapat menghambat kemajuan bisnis. Contohnya kebijakan dari pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input dan kebijakan tarif ekspor. 5. Sumber risiko yang berasal dari risiko finansial adalah adanya piutang tidak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi terhambat, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi. Analisis Risiko Diversifikasi Menurut Harwood et al. (1999), menjelaskan teori diversifikasi merupakan manajemen strategi untuk menekan risiko dengan cara mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau aset. Sedangkan, Elton dan Gruber (1995) menyatakan bahwa risiko portofolio lebih kompleks dibandingkan dengan risiko pada aset individu, dimana diharapkan salah satu aset memiliki return yang baik ketika aset lain memiliki return yang menurun. Dengan demikian, Elton dan Gruber lebih menekankan untuk melakukan kombinasi dua aset atau lebih (portofolio). Menurut Dieter (2009), rumus expected return pada risiko portofolio adalah :

34 15 E rp = W a E ra + W b E rb + + W n E rn Dimana proporsi dari masing-masing aset adalah: W a + W b + + W n = 1 Perhitungan variance untuk risiko portofolio lebih dari dua aset dapat dirumuskan dengan : σ p 2 = Wa σ ra 2 + W b σ rb W n σ rn 2 + 2W a W b COV (ra,rb) + 2W a W c COV (ra,rc) + + 2W a W n COV (ra,rn) + 2W b W c COV (rb,rc) + 2W b W d COV (rb,rd) + + 2W b W n COV (rb,rn) Keterangan : E (rp) : expected return dari keseluruhan usaha diversifikasi (1,2,, n) W a, W b,, W n : fraction (proporsi) penggunaan masing-masing aset (1,2,,n) σ p 2 : variance portofolio untuk masing-masing investasi (1,2,, n) COV (ra,rb; ; ra,rn; rb,rc; ; rb,rn ) : Covariance antara masing- masing asset (ra,rb; ; ra,rn; rb,rc; ; rb,rn) Pemilik modal banyak yang melakukan diversifikasi karena ingin mengurangi risiko yang dihadapi dalam menjalankan bisnis. Akan tetapi, tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) dari masing-masing usaha yang membentuk portofolio dan standar deviasi lebih kecil dari rata-rata tertimbang sejauh koefisien korelasi antar usaha yang membentuk portofolio tersebut lebih kecil dari satu. Untuk itu, semakin kecil koefisien korelasi, maka semakin efektif penurunan standar deviasi. Nilai variance portofolio (σ 2 ij ) menunjukkan ukuran risiko portofolio yang dihadapi petani dalam mengkombinasikan beberapa kegiatan usahanya. Nilai variance portofolio sangat ditentukan oleh korelasi antara usaha i dan j. Nilai koefisien korelasi antara usaha i dan j dapat bernilai positif satu (+1) atau bernilai negative satu (-1). Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa kemungkinan korelasi yang terjadi pada kegiatan analisis portofolio antara lain : 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) berarti kombinasi dua usaha i dan j bergerak bersama. 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) berarti kombinasi dua usaha i dan j bergerak berlawanan arah. Indikator adanya risiko adalah variasi atau fluktuasi dari suatu yang diukur, seperti produksi, harga dan pendapatan. Apabila terjadi suatu fluktuasi maka pihak pembuat keputusan harus segera menganalisis penyebab terjadinya fluktuasi tersebut, kemudian dilakukan upaya pencegahan atau mitigasi dari risiko yang dihadapi. Risiko dari usaha yang sudah diidentifikasi oleh pembuat keputusan, selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap risiko tersebut. Tujuan dilakukannya pengukuran terhadap risiko adalah untuk mengetahui relatif tingkat pentingnya dari risiko tersebut, dan untuk memperoleh informasi yang akan membantu untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya.

35 16 Pengukuran Risiko Pengukuran risiko itu dilakukan untuk mengetahui relatif tingkat pentingnya dari pengukuran risiko itu dan untuk memperoleh informasi dalam menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Informasi yang diperlukan berkenaan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur, yaitu frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi dan tingkat kerugiannnya atau keparahan dari kerugian tersebut. Tiap-tiap dimensi yang ingin diketahui tersebut meliputi rata-rata nilainya dalam periode anggaran, variasi nilai dari satu periode anggaran ke periode sebelumnya dan sesudahnya, serta dampak keseluruhan dari kegiatan-kegiatan seandainya kerugian itu ditanggung sendiri. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai variasi (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation), dimana ketiga alat analisis ini saling berkaitan satu sama lain. Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standar deviasi yang menjadi ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Pengukuran dengan koefisien variasi adalah ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh baik berupa pendapatan, produksi atau harga. Strategi Pengelolaan Risiko Harwood et al (1999) menjelaskan beberapa strategi pilihan yang digunakan untuk penanganan risiko. Strategi-strategi yang digunakan dalam penanganan risiko antara lain : 1. Kegiatan Diversifikasi Kegiatan diversifikasi merupakan salah satu bentuk strategi penanganan risiko pada kegiatan usahatani tanaman pertanian dengan tidak terfokus pada satu jenis komoditi tanaman, tetapi dengan penganekaragaman jenis tanaman yang diusahakan. Tujuan dari kegiatan ini adalah apabila satu jenis komodti tanaman memiliki hasil yang rendah maka tanaman-tanaman lainnya akan memiliki hasil yang lebih tinggi. 2. Asuransi Pertanian Asuransi pertanian merupakan salah satu alternatif yang tepat dilakukan oleh petani dalam penanganan risiko. Penanganan risiko melalui alternatif asuransi sebagai bentuk upaya yang dilakukan petani untuk mengalihkan risiko usaha yang dihadapi ke pihak lain. Pengalihan risiko idealnya dilakukan oleh petani pada risiko yang tidak dapat dikendalikan. 3. Kontrak Produksi Kontrak produksi merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh petani dalam mengurangi risiko yang dihadapi melalui kerjasama produksi dengan petani lainnya dalam memenuhi permintaan dari konsumen. Adanya kontrak produksi ini petani dapat mengurangi risiko pendapatan, dapat mempermudah petani dalam memperoleh peningkatan modal usaha, dan akses pasar menjadi terjamin.

36 17 Kerangka Pemikiran Operasional Gapoktan Rukun Tani memiliki salah satu fokus usaha dalam kegiatan usahatani sayuran. Ada sekitar 15 jenis komoditi sayuran yang diproduksi di Gapoktan ini, lima diantaranya adalah buncis, cabai keriting, kacang panjang, tomat dan sawi. Jenis-jenis sayuran tersebut ini memiliki banyak permintaan, namun produksinya sering tidak sesuai dengan jumlah permintaan. Hal ini karena petani sering mengalami risiko produksi terutama gagal panen. Gagal panen petani dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi cuaca yang tidak menentu, hama dan penyakit menyerang sayuran tersebut, lahan yang menjadi tempat usaha sayuran kurang subur, serta benih yang ditanam tidak memiliki viabilitas yang baik. Sayuran yang sudah terserang penyakit tersebut akan berdampak terhadap menurunnya kualitas dan produksi. Sedangkan untuk risiko pasar yang sering dihadapi petani Gapoktan Rukun Tani adalah produk sayuran yang dijual tidak laku di pasar dan produk sayuran tersebut melebihi permintaan sehingga harga jual menjadi rendah. Hal ini dapat mengakibatkan fluktuasi penerimaan petani. Penerimaan petani yang fluktuatif dan biaya usahatani sayuran yang tidak stabil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan atau fluktuasi pendapatan yang diterima oleh petani. Pendapatan petani yang tidak stabil menjadi indikasi adanya risiko usaha yang dihadapi petani. Risiko usaha yang dihadapi petani bisa dalam bentuk risiko usaha spesialisasi dan risiko usaha diversifikasi. Risiko usaha spesialisasi berupa risiko usaha yang dihadapi petani pada kegiatan usaha pada satu jenis sayuran, sedangkan diversifikasi untuk beberapa jenis kombinasi sayuran. Petani yang mengalami kegagalan dalam kegiatan produksi sayuran perlu dilakukan analisis mengenai penyebab dari kegagalan tersebut, sehingga dapat dengan mudah memberikan masukan mengenai alternatif strategi yang tepat dalam mengatasi risiko yang dihadapi petani. Strategi penanganan risiko tersebut bisa dengan strategi menghindar, strategi mencegah, strategi mengurangi kerugian, strategi mengalihkan dan dengan strategi mendanai. Kerangka operasional yang terkait dengan analisis risiko usaha diversifikasi sayuran di Gapoktan Rukun Tani dapat dilihat pada Gambar 6.

37 18 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Sayuran : - Hama dan Penyakit - Cuaca - Benih - Tingkat Kesuburan Lahan Terjadi Fluktuasi Produksi Harga Sayuran Terjadi Fluktuasi Total Penerimaan Biaya Sayuran Terjadi Fluktuasi Pendapatan Risiko Usaha Sayuran : - Spesialisasi - Diversifikasi Membandingkan Nilai Risiko Usaha Sayuran Secara Spesialisasi dan Kombinasi Beberapa Jenis Sayuran (Diversifikasi) untuk Memperoleh Alternatif Strategi yang Tepat dalam Meminimalisir Risiko Gambar 6. Kerangka pemikiran operasional

38 19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Gapoktan Rukun Tani yang berlokasi di Pondok Menteng, desa Citapen, kecamatan Ciawi, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan yang membina dan membantu petani yang melakukan usahatani sayuran. Kegiatan pengambilan data terkait dengan produksi dan harga sayuran dimulai pada minggu ke 1 bulan Januari Akhir Januari Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang bentuknya berupa keterangan dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bukan angka (non numerik). Data kualitatif meliputi keterangan-keterangan mengenai perkembangan produksi sayuran yang meliputi buncis, cabai keriting, kacang panjang, tomat, dan sawi di Gapoktan Rukun Tani, kondisi usahatani, peralatan yang digunakan, teknis pelaksanaan kegiatan usahatani, dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian. Data kuantitatif adalah data angka atau numerik seperti omset Gapoktan dalam menjalankan kegiatan operasional usahataninya, jumlah produksi per periode, jumlah input, harga jual dan harga input. Berdasarkan sumber datanya, data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan melalui observasi dan wawancara dengan pihak Gapoktan baik dengan pengurus, maupun dengan petani anggota di Gapoktan Rukun Tani. Tujuannya adalah untuk mengetahui proses produksi sayuran, mengetahui risiko yang terjadi di Gapoktan Rukun Tani, dan penyebab risiko yang terjadi di Gapoktan tersebut terutama terkait dengan risiko produksi dan pendapatan. Data sekunder adalah data yang dipakai untuk menunjang data primer. Data sekunder diperoleh dari penelusuran melalui studi literatur, seperti jurnal, data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan bahan pustaka lainnya. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan subjek yang akan dijadikan sumber informasi. Terdapat beberapa bentuk teknik pengumpulan data, yaitu : 1. Wawancara dan diskusi. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung sesuai dengan kondisi kebenaran di lapangan. Teknik ini dilakukan terhadap para petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok Menteng dan Tani Jaya pada Gapoktan Rukun Tani 2. Observasi di lahan petani untuk melihat secara langsung mengenai kegiatan produksi sayuran. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive yaitu dengan memilih secara sengaja petani yang dijadikan sebagai responden. Petani yang

39 20 dipilih sebagai responden tanpa melalui proses random atau acak dan tanpa melihat daftar petani yang tergabung di Gapoktan Rukun Tani. Petani yang ditemukan datang membawa hasil panen sayuran ke Gapoktan Rukun Tani secara langsung dijadikan sebagai responden. Petani yang menjadi responden adalah petani yang melakukan kegiatan produksi sayuran terutama untuk jenis komoditi kacang panjang, cabai keriting, buncis, tomat dan sawi. Jumlah petani yang menjadi responden pada penelitian ini adalah 11 orang. Alat dan Prosedur Analisis Data Data yang berbentuk angka yang sudah diperoleh diolah menggunakan microsoft office excel Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis dengan pendekatan deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai keadaan umum Gapoktan dan manajemen risiko yang diterapkan oleh Gapoktan Rukun Tani. Sedangkan analisis kuantitatif meliputi analisis risiko yang menganalisis penjualan dan risiko pada kegiatan produksi pada Gapoktan Rukun Tani. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan Gapoktan Rukun Tani untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapinya. Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan yaitu berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di Gapoktan Rukun Tani secara subjektif yang dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko produksi. Pengelolaan risiko dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab adanya risiko produksi, kemudian dilakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko pada Gapoktan Rukun Tani. Analisis Risiko Analis risiko yang digunakan adalah ukuran untuk menilai penyimpangan. Penyimpangan diartikan sebagai selisih antara target atau harapan perusahaan dengan realita yang diterima. Bentuk-bentuk alat ukur yang digunakan terdiri dari ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coeficient variation). Namun, ukuran-ukuran simpangan ini juga dibantu oleh alat ukur lainnya yaitu perhitungan peluang dan expected return. Risiko yang dianalisis adalah risiko yang terkait dengan risiko pada kegiatan spesialisasi dan kegiatan diversifikasi. Karena kegiatan spesialisasi dan diversifikasi merupakan dua metode tanam sayuran yang banyak diterapkan oleh petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani. Analisis Risiko Spesialisasi Analisis risiko dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis risiko kuantitatif untuk risiko spesialisasi memiliki perhitungan yang berbeda dengan risiko diversifikasi. Namun, alat analisis yang digunakan untuk dua konsep tersebut sama yaitu peluang (probability), expected return, ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), koefisien variasi (coeficient variation).

40 21 1. Peluang (probability) Peluang adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau peristiwa dari serangkaian peristiwa yang mungkin terjadi. Peluang menunjukkan distribusi frekuensi terhadap suatu kejadian. Besar kecilnya nilai peluang suatu kejadian sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan internal dan eksternal. Peluang hanya suatu kemungkinan, nilai dari suatu peluang bukan merupakan nilai mutlak dalam suatu kondisi. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami Gapoktan Rukun Tani dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Nilai peluang ini ditentukan dengan melakukan observasi kejadian yang sudah terjadi. Peluang dari masingmasing kegiatan akan diperoleh pada setiap kondisi yaitu tertinggi, normal dan terendah. Pengukuran peluang diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama proses produksi, secara sistematis dapat dituliskan Peluang (P) = Keterangan : F = Banyaknya kejadian setiap kondisi (tertinggi, terendah, normal) T = Periode waktu selama proses produksi P ij menunjukkan nilai peluang dari suatu kejadian pada masing-masing kondisi. Peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pada pengalaman yang telah dialami pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha. Misalkan saja dalam menjalankan kegiatan produksi, pelaku bisnis mengahadapi produktivitas yang tinggi, rendah dan normal. Hal itu menunjukkan terdapat tiga kejadian yang dihadapi pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan bisnis. Masing-masing kejadian tersebut harus dihitung peluang kejadiannya. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut : N E (R j ) = Σ P ij. R ij i=1 Dimana : E(R j ) = Expected return P ij = Peluang dari suatu kejadian (i = sayuran tomat, buncis, cabai keriting, kacang panjang, dann sawi ; j = tertinggi, normal dan terendah) R ij = Return/nilai penjualan (i = sayuran tomat, buncis, cabai keriting, kacang panjang, dan sawi; j= tertinggi, normal dan terendah) N = Frekuaensi kejadian Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai ragam (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation), dimana ketiga alat analisis ini saling berkaitan satu sama lain.

41 22 1. Nilai Varian Pengukuran varian dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan pluang dari setiap kejadian. Untuk memperoleh nilai varian dapat diperoleh rumus varian dari return tersebut yang dapat dituliskan dengan rumus dibawah ini: (σ i ) 2 = Keterangan : (σ i ) 2 = varian dari return masing-masing kelompok sayuran (i = sayuran tomat, buncis, cabai keriting, kacang panjang, dan sawi) = peluang dari suatu kejadian (i= sayuran tomat, buncis, cabai keriting, P ij R ij kacang panjang, dan sawi; j= tertinggi, terendah, dan normal) = return/nilai penjualan (sayuran tomat, buncis, cabai keriting, kacang panjang, dan sawi; j= tertinggi, normal dan terendah) = expected return dari masing-masing kelompok sayuran (sayuran tomat, buncis, cabai keriting, kacang panjang, dan sawi) 2. Standar Deviasi Standar deviasi dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai varian. Standar deviasi menggambarkan rata-rata perbedaan penyimpangan. Makna dari ukuran standar deviasi seperti halnya varian, artinya semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Standar deviasi dirumuskan dengan : Keterangan : σ i 2 = varian dari masing-masing kelompok sayuran (i = sayuran tomat, buncis, cabai keriting, kacang panjang, dan sawi) σ i = standar deviasi dari masing-masing kelompok sayuran (i = sayuran tomat, buncis, cabai keriting, kacang panjang, dan sawi) 3. Koefisien Variasi Koefisien variasi diukur dari rasio diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai koefisien variasi maka semakin rendah risiko yang dihadapi. Secara matematis koefisien variasi (CV) dapat dituliskan sebagai berikut: CV= CVi = coeficient variaion dari masing-masing kelompok sayuran (i = sayuran tomat, buncis, cabai keriting, kacang panjang, dan sawi)

42 23 Analisis Risiko Pada Kegiatan Usaha Diversifikasi Kegiatan usahatani sayuran dapat dilakukan dengan dua bentuk kegiatan yaitu kegiatan spsesialisasi dan diversifikasi. Kegiatan spesialisasi dilakukan petani dalam mengusahakan sayuran secara monokultur dalam suatu hamparan. Sedangkan, kegiatan diversifikasi dapat dilakukan secara tumpangsari pada suatu hamparan lahan dan dapat juga dilakukan secara monokultur antara petakan yang satu dengan yang lainnya pada suatu hamparan lahan yang dimiliki petani. Menurut Elton dan Gruber (1995), kegiatan usaha diversifikasi adalah salah satu upaya untuk meminimalisasi risiko yang dihadapi. Risiko yang dihadapi disebut dengan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha. Diversifikasi yang dilakukan Gapoktan Rukun Tani adalah dengan cara diversifikasi berbagai kelompok tanaman sayuran yang terdiri dari komoditi cabai keriting, tomat, kacang panjang, sawi dan buncis. Varian gabungan dari beberapa usaha pada diversifikasi menggunakan fraction tertentu. Dalam penelitian ini, fraction diperoleh berdasarkan luas lahan yang digunakan untuk menanam cabai keriting, buncis, tomat, kacang panjang dan sawi. Hasil penelitian Cher (2011), fraction portofolio atau bobot komoditi yang diperoleh pada masing-masing komoditi ditentukan dari perbandingan luas lahan komoditi dengan total luas lahan yang diusahakan pada kegiatan portofolio tersebut. Total bobot dari beberapa kegiatan portofolio berjumlah satu. 1. Cara menghitung fraction pada kombinasi dua komoditi sebagai berikut : W 2 ( i ) = W 2 ( j ) = TerjadiFluktuasi Pendapatan Luas Lahan ( i ) + Luas Lahan ( j ) Luas Lahan ( j ) Luas Lahan ( i ) + Luas Lahan ( j ) 2. Cara mengitung fractiion pada kombinasi tiga komoditi sebagai berikut : W 3 ( i ) = W 3 ( j ) = W 3 ( k ) = Luas Lahan ( i ) Luas Lahan ( i ) + Luas Lahan ( j ) + Luas Lahan ( k ) Luas Lahan ( j ) Luas Lahan ( i ) + Luas Lahan ( j ) + Luas Lahan (k) Luas Lahan ( k ) Luas Lahan ( i ) + Luas Lahan ( j ) + Luas Lahan (k)

43 24 3. Cara menghitung fraction pada kombinasi empat komoditi W 4 ( i ) = W 4 ( j ) = W 4 ( k ) = W 4 ( l ) = Luas Lahan ( k ) Luas Lahan ( i + j + k + l ) Luas Lahan ( j ) Luas Lahan ( i + j + k + l ) Luas Lahan ( k ) Luas Lahan ( i + j + k + l ) Luas Lahan ( l ) Luas Lahan ( i + j + k + l) 4. Cara menghitung fraction pada kombinasi lima komoditi sebagai berikut : W 5 ( i ) = W 5 ( j ) = W 5 ( k ) = W 5 ( l ) = W 5 ( m ) = Luas Lahan ( i ) Luas Lahan ( i + j + k + l + m ) Luas Lahan ( j ) Luas Lahan ( i + j + k + l + m ) Luas Lahan ( k ) Luas Lahan ( i + j + k + l + m ) Luas Lahan ( l ) Luas Lahan ( i + j + k + l + m ) Luas Lahan ( k ) Luas Lahan ( i + j + k + l + m ) Keterangan : W 2 ( i ) = Fraction kombinasi dua komoditi i W 2 ( j ) = Fraction kombinasi dua komoditi j W 3 ( i ) = Fraction kombinasi tiga komoditi i W 3 ( j ) = Fraction kombinasi tiga komoditi j W 3 ( k ) = Fraction kombinasi tiga komoditi k W 4 ( i ) = Fraction kombinasi empat komoditi i W 4 ( j ) = Fraction kombinasi empat komoditi j W 4 ( k ) = Fraction kombinasi empat komoditi k W 4 ( l ) = Fraction kombinasi empat komoditi l W 5 ( i ) = Fraction kombinasi lima komoditi i W 5 ( j ) = Fraction kombinasi lima komoditi j

44 25 W 5 ( k ) = Fraction kombinasi lima komoditi k W 5 ( l ) = Fraction kombinasi lima komoditi l W 5 ( m ) = Fraction kombinasi lima komoditi m I = Komoditi sayuran buncis/cabai keriting/sawi/kacang panjang/tomat J = Komoditi sayuran buncis/cabai keriting/sawi/kacang panjang/tomat K = Komoditi sayuran buncis/cabai keriting/sawi/kacang panjang/tomat L = Komoditi sayuran buncis/cabai keriting/sawi/kacang panjang/tomat M = Komoditi sayuran buncis/cabai keriting/sawi/kacang panjang/tomat Apabila fraction kombinasi untuk lima komoditi telah ditemukan hasilnya, maka selanjutnya dilakukan perhitungan mengenai expected return portofolio pada beberapa komoditi. Perhitungan expected return portofolio dilakukan secara berurutan yang dimulai dari perhitungan untuk kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, empat komoditi, dan lima komoditi. 1. Rumus perhitungan expected return portofolio kombinasi dua komoditi sebagai berikut : E (R P ) 2 = [ E(R i ) x W 2 ( i ) ] + [ E (R j ) x W 2 ( j )] 2. Rumus perhitungan expected return portofolio kombinasi tiga komoditi sebagai berikut : E (R p ) 3 = [ E(R i ) x W 3 ( i ) ] + [ E(R j ) x W 3 ( j ) ] + [ E(R k ) x W 3 ( k ) ] 3. Rumus perhitungan expected return portofolio kombinasi empat komoditi sebagai berikut : E (R p ) 4 = [ E (R i ) x W 3 ( i ) ] + [ E (R j ) x W 3 ( j )] + [ E(R k ) x W 3 ( k )] + [E(R l ) x W 3 ( l )] 4. Rumus perhitungan expected return portofolio kombinasi lima komoditi sebagai berikut : E (R p ) 5 = [ E (R i ) x W 3 ( i ) ] + [ E (R j ) x W 3 ( j )] + [ E(R k ) x W 3 ( k ) ] + [E(R l ) x W 3 ( l )] + [E(R m ) x W 3 ( m ) ] Keterangan : E (Rp) 2 = Expected return portofolio kombinasi dua komoditi E (Rp) 3 = Expected return portofolio kombinasi tiga komoditi E (Rp) 4 = Expected return portofolio kombinasi empat komoditi E (Rp) 5 = Expected return portofolio kombinasi lima komoditi E (Ri) = Expected return komoditi i E (Rj) = Expected return komoditi j

45 26 E (Rk) = Expected return komoditi k E (Rl) = Expected return komoditi l E (Rm) = Expected return komoditi m W 2 ( i ) = Fraction kombinasi dua komoditi i W 2 ( j ) = Fraction kombinasi dua komoditi j W 2 ( k ) = Fraction kombinasi dua komoditi k W 2 ( l ) = Fraction kombinasi dua komoditi l W 2 ( m ) = Fraction kombinasi dua komoditi m W 3 ( i ) = Fraction kombinasi tiga komoditi i W 3 ( j ) = Fraction kombinasi tiga komoditi j W 3 ( m ) = Fraction kombinasi tiga komoditi m W 4 ( i ) = Fraction kombinasi empat komoditi i W 4 ( j ) = Fraction kombinasi empat komoditi j W 4 ( k ) = Fraction kombinasi empat komoditi k W 4 ( l ) = Fraction kombinasi empat komoditi l W 4 ( m ) = Fraction kombinasi empat komoditi m W 5 ( i ) = Fraction kombinasi lima komoditi i W 5 ( j ) = Fraction kombinasi empat komoditi j W 5 ( k ) = Fraction kombinasi empat komoditi k W 5 ( l ) = Fraction kombinasi empat komoditi l W 5 ( m ) = Fraction kombinasi lima komoditi m Langkah selanjutnya setelah nilai expected return portofolio setelah ditemukan, melakukan perhitungan terhadap nilai variance portofolio. Nilai fraction portofolio dimasukkan sebagai koefisien pada rumus variance. Menurut Elton dan Gruber (1995), menjelaskan rumus perhitungan variance portofolio untuk kombinasi beberap komoditi yaitu kombinasi dua komoditi, kombinasi tiga komoditi, kombinasi empat komoditi. 1. Rumus perhitungan variance portofolio kombinasi dua komoditi sebagai berikut : σ p 2 = W 2 ( i ) 2 σ i 2 + W 2 ( j ) 2 σ j W 2 ( i ) W 2 ( j ) ρ ij σ i σ j 2. Rumus perhitungan variance portofolio kombinasi tiga komoditi sebagai berikut : σ p 2 = W 2 ( i ) 2 σ i 2 + W 2 ( j ) 2 σ j 2 + W 2 ( k ) 2 σ k W 2 ( i ) W 2 ( j ) ρ ij σ i σ j + 2 W 2 ( i ) W 2 ( k ) ρ ik σ i σ k + 2 W 2 ( j ) W 2 ( k ) ρ jk σ j σ k 3. Rumus perhitungan variance portofolio kombinasi empat komoditi sebagai berikut : σ p 2 = W 2 ( i ) 2 σ i 2 + W 2 ( j ) 2 σ j 2 + W 2 ( k ) 2 σ k 2 + W 2 ( l ) 2 σ l 2 +2 W 2 ( i ) W 2 ( j ) ρ ij σ i σ j + 2 W 2 ( i ) W 2 ( k ) ρ ik σ i σ k + 2 W 2 ( i ) W 2 ( l ) ρ il σ i σ l + 2 W 2 ( j ) W 2 ( k ) ρ jk σ j σ k + 2 W 2 ( j ) W 2 ( l ) ρ jl σ j σ l + 2 W 2 ( k ) W 2 ( l ) ρ kl σ k σ l

46 27 4. Rumus perhitungan variance portofolio kombinasi lima komoditi sebagai berikut : σ p 2 = W 2 ( i ) 2 σ i 2 + W 2 ( j ) 2 σ j 2 + W 2 ( k ) 2 σ k 2 + W 2 ( l ) 2 σ l 2 + W 2 ( m ) 2 σ m 2 +2 W 2 ( i ) W 2 ( j ) ρ ij σ i σ j + 2 W 2 ( i ) W 2 ( k ) ρ ik σ i σ k + 2 W 2 ( i ) W 2 ( l ) ρ il σ i σ l + 2 W 2 ( i ) W 2 ( m ) ρ im σ i σ m + 2 W 2 ( j ) W 2 ( k ) ρ jk σ j σ k + 2 W 2 ( j ) W 2 ( l ) ρ jl σ j σ l + 2 W 2 ( j ) W 2 ( m ) ρ jm σ j σ m +2 W 2 ( k ) W 2 ( l ) ρ kl σ k σ l + 2 W 2 ( k ) W 2 ( m ) ρ km σ k σ m + 2 W 2 ( l ) W 2 (m) ρ lm σ l σ m Keterangan :,,,, σ m 2 = variance masing-masing komoditi,,, σ l, σ m = standard deviation masing-masing komoditi,,, ρ im,,, ρ jm,, ρ km = nilai koefisien korelasi diantara dua aset. Nilai varian portofolio ) menunjukkan ukuran risiko portofolio yang dihadapi petani dalam mengkombinasikan beberapa kegiatan usahanya. Nilai varian portofolio sangat ditentukan oleh korelasi antara usaha i dan j. Nilai koefisien korelasi usaha i dan j dapat bernilai (+1) atau negatif (-1). Kemungkinannya antara lain : 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) berarti kombinasi dua usaha i dan j bergerak bersama. 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) berarti kombinasi dua usaha i dan j bergerak berlawanan arah. Selanjutnya, dilakukan perhitungan nilai covariance dan standar deviasi yang memiliki perhitungan dan rumus yang sama seperti rumus pada konsep risiko spesialisasi. Dimana, covariance diperoleh dengan membagi nilai standar deviasi dengan expected return portofolio masing-masing kombinasi komoditi, sedangkan standar deviasi merupakan hasil pengakaran dari varian. GAMBARAN UMUM GAPOKTAN RUKUN TANI Sejarah dan Perkembangan Gapoktan Rukun Tani Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) telah dicanangkan oleh pemerintah sebagai salah satu dari Triple Track Strategy dari Kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan menjaga sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Arah RPPK adalah mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Untuk itu, diperlukan dukungan sumberdaya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian (tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan). Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan pembinaan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan kelompoktani menjadi kelompok yang kuat dan mandiri untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya.

47 28 Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) Rukun Tani dibentuk pada tahun Gapoktan ini dibangun atas dasar adanya kepentingan yang sama diantara para petani yang ada di desa Citapen, kecamatan Ciawi, kabupaten Bogor terutama dalam hal budidaya komoditi sayuran dan pemasaran hasil panennya. Atas usulan dan ide dari para petugas lapangan dari PT. TANINDO, sehingga terbentuklah satu kelompoktani yang bernama kelompoktani Pondok Menteng. Jumlah anggota kelompoktani ini pada saat itu adalah 25 orang. Melihat adanya kemajuan yang dialami petani yang tergabung dalam kelompoktani ini, sehingga para petani yang tergabung dalam beberapa unit usaha yaitu unit usaha tanaman pangan, unit usaha ternak dan unit usaha pengrajin olahan hasil pertanian, ingin bergabung dengan kelompoktani menteng dalam rangka menyatukan kepentingan yang sama untuk usaha agribisnis terpadu. Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam mengakses pasar dan permodalan. Hal ini yang mendasari untuk membentuk satu himpunan kelompoktani yang diberi nama Himpunan Rukun Tani. Himpunan Rukun Tani melalui bimbingan petugas penyuluh pertanian dikukuhkan melalui rapat pengukuhan Gapoktan yang disahkan oleh Kepala Desa dan Camat sehingga menjadi Gapoktan Rukun Tani pada tanggal 29 Juni Gapoktan Rukun Tani pada saat itu memiliki anggota sebanyak 105 orang. Pada tanggal 26 November 2008 Gapoktan Rukun Tani telah dikukuhkan dihadapan NOTARIS (Akta Notaris Miranti Tresnaning Timur, SH No. 14 tanggal 26 November 2008) sebagai legalitas dari Gapoktan. Tujuan dibentuknya Gapoktan Rukun Tani ini dituangkan dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) diantaranya adalah : 1. Mengembangkan kegiatan usaha anggota khususnya dan kemajuan lingkungan kerja pada umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat adil dan makmur. 2. Mengembangkan sikap wirausaha ke arah usaha yang professional, tangguh dan sehat dari anggota, untuk anggota dan oleh anggota. 3. Mendorong dan menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatan. 4. Menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat. 5. Memperkokoh dan memperkuat perekonomian di tingkat pedesaan, sehingga menjadi lembaga usaha (bisnis) yang tangguh, sehat serta mampu bersaing dengan pelaku usaha (bisnis) lainnya. 6. Mencari kemudahan dalam mengakses pasar, permodalan dan jaringan (networking) dalam rangka mengembangkan usaha agribisnis berbasis pedesaan. 7. Meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani. Program PUAP di Gapoktan Rukun Tani Pada tahun 2009 Gabungan Kelompok Tani Rukun Tani mendapat bantuan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dari kementerian pertanian. Kelompoktani yang tergabung terdiri dari 7 kelompoktani yaitu kelompoktani Pondok Menteng (104 anggota), kelompoktani Silih Asih (5 anggota), kelompoktani Sukamaju (20 anggota), kelompoktani Bina Mandiri (20 anggota), kelompoktani Tani Jaya (20 anggota), kelompoktani Sawah Lega (20 anggota), dan kelompoktani KWT Citapen Berkarya (20 anggota). Jenis usaha

48 29 produktif dan jumlah anggota penerima PUAP terdiri dari Usaha tanaman pangan berjumlah 41 orang (23 persen), usaha tanaman hortikultura berjumlah 73 orang (40 persen), usaha peternakan berjumlah 18 orang (10 persen), usaha pedagang bakulan berjumlah 42 orang (23 persen), dan industri pengolahan berjumlah 8 orang (4 persen). Persyaratan menjadi anggota atau nasabah BLM-PUAP sebagai berikut : a. Membayar simpanan pokok sebesar Rp ,00 sesuai AD/ART dan anggota berhak mendapatkan sisa hasil usaha b. Membayar simpanan wajib sebesar Rp 5.000,00 per bulan c. Petani terdaftar dalam keanggotaan kelompoktani yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Tani. d. Membuat Rencana Usaha Anggota (RUA) komoditi yang akan diusahakan. e. Mengisi formulir pengajuan pinjaman BLM-PUAP dilampiri fotocopy KTP dan kartu anggota. f. Sanggup membayar jasa sebesar 1.8 persen per bulan. g. Sanggup membayar cicilan pinjaman tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian pinjaman. h. Lama/jangka waktu pinjaman disesuaikan dengan jenis usaha yang dibiayai berdasarkan kesepakatan anggota dengan pemberi pinjaman (konvensional/syariah). i. Waktu pengembalian pinjaman maksimal 10 bulan. j. Pemberian pinjaman modal BLM-PUAP kepada petani padi sawah, sayuran/hortikultura, dan peternak kelinci atau domba/kambing, diberikan dalam bentuk uang tunai atau dalam bentuk natura saprodi dan bakalan induk ternak yang nominalnya sesuai dengan paket pinjaman yang telah disepakati. k. Bagi anggota yang mendapatkan musibah (bencana alam, wabah serangan hama dan penyakit, atau gagal panen) pinjaman tetap menjadi tanggung jawab nasabah/anggota dan tidak dikenakan jasa. l. Apabila nasabah/anggota mengalami keterlambatan dalam pembayaran angsuran yang sudah jatuh tempo selama 3 bulan berturut-turut, maka ketua kelompoktani sebagai penjamin berkewajiban melakukan penagihan secara langsung kepada anggota yang bersangkutan, dan apabila yang bersangkutan masih tidak membayar maka untuk selanjutnya tidak akan diberi pinjaman lagi. m. Bagi anggota yang melakukan pembayaran sangat lancar, Gapoktan melalui LKM akan memberikan penghargaan berupa meningkatkan jumlah pinjaman dan atau hadiah. n. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) akan dilakukan pada saat Rapat Anggota Tahunan (RAT) dengan ketentuan sebagai berikut : - 50 persen akan dibagikan ke anggota - 30 persen untuk pengembangan modal Gapoktan - 20 persen untuk pengurus Gapoktan dan LKM Potensi Wilayah Gapoktan Rukun Tani sekretariatnya berada di wilayah desa Citapen, kecamatan Ciawi, kabupaten Bogor. Jarak jangkauan ke kantor kecamatan sekitar ±10 km dan jarak ke ibu kota kabupaten sekitar ±25 km. Sedangkan jarak ke pasar

49 30 Teknik Umum (TU) Induk Kemang sekitar ±25 Km, jarak ke pasar Induk Jakarta sekitar ±60 km. Lokasi sekretariat Gapoktan Rukun Tani berada di pinggir jalan sehingga mudah untuk dijangkau. Wilayah Desa Citapen terdiri dari lahan sawah dan lahan darat. Berdasarkan data Gapoktan Rukun Tani (2010), lahan sawah yang terdapat di Desa Citapen seluas 153 Ha, sedangkan lahan darat seluas 240 Ha. Luas kedua jenis lahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut A. Lahan Sawah terdiri dari : 1. Pengairan Teknis = - Ha 2. Pengairan setengah teknis = - Ha 3. Pengairan Pedesaan = 115 Ha 4. Tadah Hujan = 38 Ha Jumlah = 153 Ha B. Lahan Darat terdiri dari : 1. Pekarangan dan perumahan = 65 Ha 2. Tegal/Kebun = 42 Ha 3. Kolam = 2 Ha 4. Hutan Rakyat = 18 Ha 5. Perkebunan = 102 Ha 6. Lain-lain = 11 Ha Jumlah = 240 Ha Gapoktan Rukun Tani terdiri dari 7 Kelompoktani yaitu Pondok Menteng, Sukamaju, Silih Asih, Sawah Lega, Tani Jaya dan KWT Citapen Berkarya. Jenisjenis usaha yang dikembangkan harus berkaitan dengan pengembangan usaha dibidang pertanian. Kemitraan dan pola kerjasama sudah dibentuk sesuai dengan kesepakatan dari para petani yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Tani ini. Tabel 7 menjelaskan mengenai pembagian kegiatan jenis usaha tani untuk setiap kelompoktani yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Tani. Tabel 7 Jenis usaha kelompoktani pada Gapoktan Rukun Tani. No Kelompoktani Jenis Usaha 1. Pondok Menteng Padi Sawah, Cabai, Buncis, Kacang Panjang, Terung, Jagung, Caisin 2. Bina Mandiri Kelinci 3. Sukamaju Domba, Sapi Potong dan Kambing 4. Silih Asih Sale Pisang, Keripik Pisang, dan Kerajinan Batik 5. Sawah Lega Padi Sawah, Bengkoang, dan Ubi Jalar 6. Tani Jaya Padi Sawah, Cabai, Jagung Manis, Terung, Buncis dan Caisin. 7. KWT Citapen Berkarya Keripik Pisang, Keripik Jamur dan Pangsit Sumber : Gapoktan Rukun Tani (2012) Iklim di wilayah desa Citapen tempat Gapoktan Rukun Tani adalah iklim tropis/basah dengan suhu rata-rata antara 20ºC sampai dengan 32ºC. Tingkat keasaman tanah (ph) antara 4.5 sampai 7. Jika dilihat dari kondisi tanah tersebut, maka lahan sawah dan darat bisa ditanami sepanjang tahun. Jenis tanah yang terdapat di desa Citapen yaitu tanah latosol, andosol, inseptisol. Kondisi drainase yang baik sehingga membuat tanah di desa Citapen cocok untuk ditanami

50 31 berbagai komoditi tanaman pangan, hortikultura, dan juga tempat untuk pemeliharaan ternak yang baik. Wilayah desa Citapen berada pada ketinggian antara 450 mdpl sampai dengan 800 mdpl. Ketinggian tempat pada desa Citapen sangat berhubungan dengan tingkat curah hujan pada daerah tersebut. Untuk lebih jelasnya, data curah hujan tahun dapat dilihat pada Lampiran 3. Unit Usaha Gapoktan Rukun Tani Unit usaha yang diberikan pada Gapoktan Rukun Tani terdiri dari unit usaha produksi, unit usaha saprodi, unit usaha pengolahan hasil, unit usaha permodalan, unit usaha pemasaran, dan unit usaha alsintan. Bidang unit usaha produksi, Gapoktan memberian pelayanan penyuluhan mengenai teknis produksi, pola tanam, rencana usaha kelompok dan upaya peningkatan produksi kepada anggota. Bidang unit usaha saprodi, Gapoktan memberikan bantuan pinjaman berupa saprodi kepada anggota, diantaranya benih, pupuk, pesisida, dll. Lahan yang diusahakan para anggota Gapoktan berupa lahan-lahan sawah dan lahan darat berstatus lahan hak milik atau garapan dengan luas penguasaan masing-masing anggota antara ha. Bidang unit usaha pengolahan hasil, sebagai upaya Gapoktan untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan memberdayakan wanita tani melalui Kelompok Wanita Tani (KWT). Bidang unit usaha permodalan ini dikelola oleh Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) yang memberikan bantuan pinjaman kepada anggota untuk modal usahatani. Bidang unit usaha pemasaran, Gapoktan Rukun Tani menampung hasil usahatani anggota dan di distribusikan ke pasar-pasar penampungan. Bidang unit usaha alsintan, Gapoktan menyewakan alat dan mesin pertanian kepada anggota melalui Unit Pengelolaan Jasa Alsintan (UPJA). Jenis usaha/komoditi yang diusahakan oleh anggota Gapoktan Rukun Tani dapat dilihat pada Lampiran 4. Aspek Sumber Daya Gapoktan Rukun Tani Gapoktan Rukun Tani pendanaannya bersumber dari swadaya, pinjaman dari bank dan bantuan dari pemerintah berupa Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Gapoktan Rukun Tani sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan operasional usaha, seperti memiliki sarana produksi atau usahatani, pemasaran dan administrasi. Fasilitas usahatani yang dimiliki meliputi hand traktor, cangkul, sabit, kored, ember, drum, pisau, pisau stainless, timbangan 600 kg, timbangan duduk 10 kg, keranjang 40 kg, foot sealer, gunting stainless, food handwraper, plastik wrapping, pompa air, dan lori angkut. Sedangkan sarana pemasaran yang dimiliki adalah 2 mobil pick up. Sarana administrasi yang dimiliki Gapoktan Rukun Tani yaitu memiliki ruang sekretariat, gudang, dan bengkel alsintan. Jumlah anggota Gapoktan Rukun Tani saat ini adalah 200 orang dengan skala pendidikan mulai dari tidak tamat SD sampai dengan tamat SMA. Namun, petani yang ada di Gapoktan ini mayoritas mereka hanya lulus Sekolah Dasar (SD). Luas lahan yang digarap oleh masing-masing anggota berkisar antara Ha.

51 32 Organisasi Gapoktan Rukun Tani Pada dasarnya semua Gapoktan memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi diperlukan agar pekerjaan dapat dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi dalam Gapoktan Rukun Tani atau sering diistilahkan dengan struktur kepengurusan Gapoktan Rukun Tani dapat dilihat pada Lampiran 5. Kepengurusan pada Gapoktan Rukun Tani terdiri dari ketua, sekretaris dan ketua masing-masing unit usaha. Pembagian kerja menurut jabatan meliputi : 1. Ketua, bertugas memimpin Gapoktan Rukun Tani untuk mencapai visi dan misi serta membantu para petani yang tergabung dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Ketua Gapoktan Rukun Tani adalah H. Misbah 2. Sekretaris, bertugas dan bertanggung jawab terutama terkait dengan administrasi Gapoktan Rukun Tani. Sekretaris Gapoktan Rukun Tani adalah Pak Jamil 3. Bendahara, bertugas dalam mengurusi bagian keuangan Gapoktan Rukun Tani. Setiap bulan bendahara wajib membuat laporan arus kas keuangan (cash flow) yang harus dipaparkan setiap bulan di hadapan para anggota. 4. Ketua masing-masing unit usaha, bertugas menjadi koordinator bagi anggota yang tergabung dalam satu unit usaha kelompoktani. Ketua masing-masing unit usaha ini sekaligus merangkap sebagai ketua masing-masing kelompoktani. Masing-masing kelompoktani memiliki kepengurusan tersendiri yang sering disebut pengurus setiap unit usaha. Perkembangan Gapoktan Rukun Tani ini kemungkinan berdampak terhadap bertambahnya jumlah anggota, karena pada saat ini Gapoktan Rukun Tani mendapatkan tambahan modal kegiatan dari Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Pola Usahatani yang Diterapkan Gapoktan Pola tanam komoditi tanaman pangan (padi sawah) yang biasanya dilaksanakan oleh anggota Gapoktan Rukun Tani adalah tiga kali tanam padi dalam satu tahun untuk lahan-lahan yang mempunyai jaringan irigasi cukup baik. Sedangkan pada lahan sawah tadah hujan penanaman hanya dilakukan satu kali tanam dan selanjutnya ditanami komoditi palawija dan hortikultura. Pola tanam padi sawah, palawija dan hortikultura dapat dilihat pada Gambar 7. Petani dalam membudidayakan sayuran, padi, dan palawija memiliki jadwal tanam yang sesuai dengan jadwal tanam yang telah ditetapkan oleh Gapoktan Rukun Tani. Petani menanam jenis sayuran, palawija dan padi secara bergilir antara petani yang satu dengan petani yang lainnya. Tujuannya adalah untuk memenuhi permintaan konsumen terhadap sayuran, palawija dan padi tersebut. Kelompoktani pada Gapoktan Rukun Tani yang menanam komoditi sayuran, palawija dan hortikultura hanya dua kelompoktani yaitu kelompoktani Pondok Menteng dan kelompoktani Tani Jaya.

52 33 LAHAN SAWAH Pola Tanam I Pola Tanam II Pola Tanam III PADI PADI PADI PADI PADI Palawija PADI PADI Sayuran LAHAN KERING Pola Tanam I Pola Tanam II Pola Tanam III Sayuran Sayuran Palawija Sayuran Sayuran Palawija Palawija Sayuran Bera Bulan Okt Nov Des Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sep Gambar 7 Pola tanam petani pada lahan sawah selama tiga periode musim tanam Sumber : Gapoktan Rukun Tani (2010) Pola tanam pada Gambar 7 diatas merupakan pola yang diterapkan oleh Gapoktan Rukun Tani untuk menjadwalkan waktu tanam petani. Petani yang jenis lahannya adalah lahan kering maka komoditi yang dianjurkan untuk ditanam adalah sayuran dan palawija. Tetapi pada lahan sawah yang memiliki drainase yang baik dan mengandalkan pengairannya dari irigasi maka komoditi yang banyak ditanam adalah komoditi padi dan sebagian kecil yang menanam palawija dan sayuran. Modal dan Fasilitas Usahatani yang Dimiliki Gapoktan Sumber modal usaha Gapoktan Rukun Tani berasal dari berbagai sumber dan jumlahnya cukup besar. Sumber modal usaha berasal dari swadaya, pinjaman dari bank, pinjaman dari pihak lain, dan bantuan dari pemerintah. Jumlah modal yang dimiliki Gapoktan Rukun Tani adalah Rp Tabel 8 merupakan rincian sumber dan jumlah modal usaha yang dimiliki Gapoktan Rukun Tani. Tabel 8 Sumber dan jumlah modal usaha Gapoktan Rukun Tani tahun 2010 No Sumber Modal Jumlah Modal (Rp 000) Pertanian Non Pertanian Keterangan 1 Swadaya Pinjaman dari Bank Pinjaman dari Pihak Lain Bantuan dari Pemerintah Kegiatan PUAP Jumlah Sumber : Gapoktan Rukun Tani (2010)

53 34 Fasilitas usaha yang dimiliki Gapoktan Rukun Tani dalam mendukung kegiatan pelaksanaan dan operasional usaha tersedia dengan lengkap. Semua fasilitas tersebut tersedia untuk memenuhi kebutuhan fasilitas petani yang menjadi anggota Gapoktan Rukun Tani. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Tabel 10 terkait dengan fasilitas usahatani yang dimiliki Gapoktan Rukun Tani. Tabel 9 Fasilitas usahatani yang dimiliki Gapoktan Rukun Tani tahun 2010 Fasilitas Jumlah (Unit) Sumber Kondisi Laboratorium/Bengkel Kerja Sekretariat 1 Swadaya Belum selesai Gedung 1 Swadaya Belum selesai Tempat alsintan Alat dan Mesin Pertanian Hand Traktor 2 Bantuan dan Swadaya Baik Cangkul 15 Swadaya Baik Sabit 10 Swadaya Baik Kored 10 Swadaya Baik Emrat 10 Swadaya Baik Drum 15 Swadaya Baik Pisau 20 Swadaya Baik Meja Kursi 1 Swadaya Baik Pisau Stainless 1 Bantuan Baik Timbangan 600 kg 1 Bantuan Baik Timbangan Duduk 10 Kg 1 Bantuan Baik Keranjang 40 Kg 140 Bantuan Baik Foot Sealer 1 Bantuan Baik Gunting Stainless 5 Bantuan Baik Food Handwraper 1 Bantuan Baik Torn Air 1 Bantuan Baik Plastik wrapping 1 Bantuan Baik Lori angkut 1 Bantuan Baik Pompa Air 1 Bantuan Baik Chopper 1 Bantuan Baik Mobil 2 Bantuan Baik Sumber : Gapoktan Rukun Tani (2010) Biaya Produksi Usahatani Sayuran Biaya produksi merupakan biaya yang digunakan untuk membeli input usahatani seperti benih, pupuk kandang kambing, pupuk kandang ayam, pupuk cair, pestisida, dan pembayaran lainnya seperti tenaga kerja, dan sewa lahan. Usahatani sayuran memerlukan input sebagai faktor utama untuk mencapai produktivitas maksimal. Penggunaan input pertanian ini biasanya mulai pada saat pembukaan lahan sampai dengan pemanenan. Input untuk usahatani yang digunakan pada tanaman sayuran kacang panjang, buncis, tomat, cabai keriting, dan sawi adalah benih, pupuk kandang, pupuk kimia (urea, ZA, TSP, NPK, KCL), kapur pertanian, obat-obatan, mulsa, dan tenaga kerja.

54 35 Tabel 10, 11, 12, 13, dan 14 menunjukkan rata-rata penggunaan input pada usahatani cabai keriting, tomat, buncis, kacang panjang, dan sawi yang dilakukan oleh petani responden. Menurut petani responden, setiap musim selama lima tahun terakhir penggunaan input hampir sama setiap musim. Namun, total biaya penggunaan input pada masing-masing komoditi tersebut berbeda-beda. Penggunaan jumlah input pada kegiatan usahatani masing-masing petani cenderung berbeda. Biaya rata-rata usahatani cabai keriting setiap musim dalam luas lahan satu hektar dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Rata-rata biaya produksi dalam satu hektar pada usahatani cabai keriting setiap musim tanam di Gapoktan Rukun. Uraian Satuan Jumlah Biaya Harga Produksi (Rp/satuan) (Rupiah) Benih Kg Pupuk Kandang Kambing Karung Pupuk Kandang Ayam Karung Pupuk Urea Kg Pupuk KCL Kg Pupuk NPK Kg Pupuk ZA Kg Pupuk TSP Kg Pupuk Cair Liter Tenaga Kerja Pria HKP Tenaga Kerja Wanita HKW Pestisida Rp Penyusutan Rp Sewa Lahan M Pengolahan Tanah M Berdasarkan Tabel 10, biaya produksi rata-rata yang paling besar nilainya yang dikeluarkan oleh petani ketika mengusahakan cabai keriting setiap musim tanam adalah tenaga kerja sebesar Rp yang terdiri dari tenaga kerja pria sebesar Rp dan tenaga kerja wanita sebesar Rp Biaya yang dikeluarkan petani untuk setiap orang tenaga kerja pria sebesar Rp selama satu hari, sedangkan biaya untuk setiap orang tenaga kerja wanita sebesar Rp selama satu hari. Sebagian besar petani responden menggunakan tenaga kerja pria lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja wanita. Tenaga kerja pria dipakai petani pada saat kegiatan penanaman, pemupukan, penyemprotan, penyiangan, dan pemanenan. Sedangkan tenaga kerja wanita dipakai petani pada saat penanaman dan pemanenan. Kebutuhan akan tenaga kerja pada cabai keriting relatif banyak karena banyaknya tenaga kerja yang digunakan petani akan berpengaruh terhadap hasil produksi sehingga kebutuhan akan tenaga kerja yang sesuai diharapkan mampu menghasilkan produksi yang maksimal. Sedangakan, biaya produksi rata-rata yang paling kecil nilainya setiap musim adalah biaya penyusutan sebesar Rp Nilai penyusutan ini kecil karena penggunaan perlatan produksi yang relatif sedikit dan bernilai kecil.

55 36 Tabel 11 Rata-rata biaya produksi dalam satu hektar pada usahatani buncis setiap musim di Gapoktan Rukun Tani Uraian Satuan Jumlah Biaya Harga Produksi (Rp/satuan) (Rupiah) Benih Kg Pupuk Kandang Kambing Karung Pupuk Kandang Ayam Karung Pupuk Urea Kg Pupuk KCL Kg Pupuk NPK Kg Pupuk ZA Kg Pupuk TSP Kg Pupuk Cair Liter Tenaga Kerja Pria HKP Tenaga Kerja Wanita HKW Pestisida Rp Sewa Lahan M Penyusutan Rp Pengolahan Tanah M Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat biaya tenaga kerja yang paling besar dikeluarkan petani yang menanam buncis setiap musim tanam yaitu sebesar Rp yang terdiri dari tenaga kerja pria sebesar Rp dan tenaga kerja wanita sebesar Rp Biaya tenaga kerja yang besar ini disebabkan oleh buncis diperlukan perawatan yang lebih intensif sehingga memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan usaha sayuran lainnya. Biaya yang paling kecil nilainya yang dikeluarkan petani setiap musim tanam yaitu biaya penyusutan sebesar Rp Biaya penyusutan pada petani buncis lebih besar karena penggunaan peralatan yang digunakan lebih banyak. Tabel 12 Rata-rata biaya produksi dalam satu hektar pada usahatani kacang panjang setiap musim di Gapoktan Rukun Tani Uraian Satuan Jumlah Harga Biaya Produksi (Rp/satuan) (Rupiah) Benih Kg Pupuk Kandang Kambing Karung Pupuk Kandang Ayam Karung Pupuk Urea Kg Pupuk KCL Kg Pupuk NPK Kg Pupuk ZA Kg Pupuk TSP Kg Pupuk Cair Liter Tenaga Kerja Pria HKP Tenaga Kerja Wanita HKW Pestisida Rp Sewa Lahan M Penyusutan Rp Pengolahan Tanah M

56 37 Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa biaya rata-rata produksi yang paling besar dikeluarkan oleh petani yang menanam kacang panjang adalah biaya tenaga kerja sebesar Rp yang terdiri dari tenaga kerja pria sebesar Rp dan tenaga kerja wanita sebesar Rp Biaya rata-rata produksi yang paling kecil dikeluarkan petani yang menanam kacang panjang adalah biaya penyusutan sebesar Rp Perbedaan yang mendasar adalah penggunaan pestisida yang lebih sedikit daripada sayuran lainnya, dimana besarnya biaya pestisida adalah Rp Hal ini disebabkan karena pada kacang panjang memiliki rhizobium yang mampu menyuburkan tanah dan meningkatkan unsur hara tanah, sehingga penggunaan pestisida maupun pupuk tidak terlalu banyak. Tabel 13. Rata-rata biaya produksi dalam satu hektar pada usahatani tomat setiap musim di Gapoktan Rukun Tani Uraian Satuan Jumlah Biaya Harga Produksi (Rp/satuan) (Rupiah) Benih Gram Pupuk Kandang Kambing Karung Pupuk Kandang Ayam Karung Pupuk Urea Kg Pupuk KCL Kg Pupuk NPK Kg Pupuk ZA Kg Pupuk TSP Kg Pupuk Cair Liter Tenaga Kerja Pria HKP Tenaga Kerja Wanita HKW Pestisida Rp Penyusutan Rp Pengolahan Tanah M Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa biaya rata-rata produksi tomat paling besar yang dikeluarkan petani setiap musim adalah tenaga kerja sebesar Rp yang terdiri dari tenaga kerja pria sebesar Rp dan tenaga kerja wanita sebesar Rp Biaya rata-rata produksi tomat yang paling kecil dikeluarkan petani setiap musim adalah biaya penyusutan sebesar Rp Hal yang paling mendasar perbedaan produksi tomat dengan sayuran lainnya adalah biaya untuk benih tomat yang lebih mahal dibandingkan sayuran lainya. Dimana, biaya untuk benih tomat adalah Rp , hal ini dikarenakan benih tomat yang digunakan adalah benih yang memiliki kualitas yang baik dan termasuk benih unggul. Serta penggunaan jumlah benih yang banyak sehingga, biaya benih yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan usaha sayuran lainnya. Umumnya petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani menggunakan benih berlabel dalam kegiatan usahatani cabai keriting, tomat, dan sawi. Benih yang berlabel tersebut sudah terjamin mutu fisik, fisiologi, dan mutu genetiknya. Benih untuk cabai keriting, tomat, dan sawi sudah disediakan oleh Gapoktan Rukun Tani untuk petani anggota yang ingin menanam cabai keriting tersebut.

57 38 Tabel 14 Rata-rata biaya produksi dalam satu hektar pada usahatani sawi setiap musim di Gapoktan Rukun Tani Uraian Satuan Jumlah Biaya Harga Produksi (Rp/satuan) (Rupiah) Benih Gram Pupuk Kandang Kambing Karung Pupuk Kandang Ayam Karung Pupuk Urea Kg Pupuk KCL Kg Pupuk NPK Kg Pupuk ZA Kg Pupuk TSP Kg Tenaga Kerja Pria HKP Tenaga Kerja Wanita HKW Pestisida Rp Penyusutan Rp Pengolahan Tanah M Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat biaya rata-rata produksi sawi yang paling besar dikeluarkan oleh petani setiap musim adalah tenaga kerja sebesar Rp yang terdiri dari tenaga kerja pria sebesar Rp dan tenaga kerja wanita sebesar Rp Biaya rata-rata produksi sawi yang paling kecil dikeluarkan petani adalah biaya pembelian benih, karena benih yang digunakan untuk menanam sawi relatif beratnya lebih ringan dan harganya relatif lebih murah. Pupuk yang digunakan petani responden terdiri dari pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat tersebut terdiri dari pupuk kimia dan pupuk kandang. Penggunaan pupuk kandang komposisinya lebih besar dibandingkan dengan pupuk kimia, karena petani menginginkan kegiatan usahatani sayurannya mengarah ke organik (semi organik). Pestisida digunakan petani responden untuk mengendalikan hama dan penyakit, pengendalian gulma, dan meningkatkan pembungaan pada sayuran. Jenis pestisida yang biasa digunakan petani antara lain antracol, winder, detane, curacron, matador, agrinex, kristalon, gandasil, dan supergo. Pestisida-pestisida tersebut digunakan apabila pada tanaman mulai ada gejala serangan hama dan penyakit. Sebelum menggunakan pestisida kimia, petani menggunakan pestisida nabati yang diproduksi oleh Gapoktan Rukun Tani. Komposisi penggunaan pestida nabati pada petani responden masih lebih kecil dibandingkan pupuk kimia. Petani yang menjadi responden pada penelitian ini sebagian besar dalam mengusahakan sayuran menggunakan lahan sendiri dan hanya sebagian kecil dari petani tersebut yang menggunakan lahan sewa. Lahan tersebut disewa oleh petani terhitung dalam 1 tahun. Lahan yang dimiliki petani tidak terlalu besar. Lahan yang memiliki irigasi yang baik digunakan petani untuk menanam padi, tetapi untuk lahan yang mengandalkan pengairan dari air hujan digunakan untuk menanam sayuran. Pengolahan tanah yang dilakukan petani biasanya dengan menggunakan traktor. Petani menggunakan traktor dengan tujuan agar tanah yang akan digunakan untuk menanam sayuran menjadi lebih gembur. Tanaman sayuran yang

58 39 ditanam di tempat yang gembur menjadi mudah untuk tumbuh dan berkembang sehingga produktivitas petani menjadi lebih tinggi. Fasilitas-fasilitas petani responden yang biasa digunakan terdiri dari cangkul, koret, karung, gentong, sprayer, dan terpal. Namun, untuk fasilitas gentong hanya sebagian kecil petani yang menggunakan fasilitas tersebut, karena untuk pengadukan pupuk bisa digunakan ember dan bak. Fasilitas-fasilitas ini biasanya digunakan oleh petani selama 5 tahun dan setiap tahun petani dapat menggunakannya selama 3 musim tanam. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Risiko Usaha Sayuran Risiko usaha sayuran dapat dilihat dari adanya risiko produktivitas dan pendapatan. Usaha sayuran melalui kegiatan spesialisasi bisa dilihat risiko usahanya dari sisi produktivitas dan pendapatan. Namun, untuk usaha sayuran melalui kegiatan diversifikasi risiko usahanya dilihat dari sisi pendapatan. Risiko produksi pada tanaman sayuran dapat dilihat dari adanya indikasi fluktuasi produktivitas dari tanaman sayuran yang diusahakan. Semakin berfluktuatif produktivitas tanaman sayuran tersebut, maka usahatani sayuran semakin berisiko. Petani yang mengalami risiko produktivitas akan menyebabkan pendapatannya menjadi flutuatif. Terkadang petani memperoleh produktivitas sayuran yang tinggi, rendah dan normal selama kegiatan usahatani sayuran dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Rata-rata produktivitas dan pendapatan sayuran pada Gapoktan Rukun Tani Komoditas Kejadian Peluang Produktivitas (Kg/ha) Pendapatan (Rp/ha) Tertinggi Cabai Keriting Terendah Kacang Panjang Buncis Tomat Sawi Normal Tertinggi Terendah Normal Tertinggi Terendah Normal Tertinggi Terendah Normal Tertinggi Terendah ( ) Normal Tabel 15 menunjukkan peluang yang terjadi pada setiap kondisi pada produksi sayuran cabai keriting, tomat, kacang panjang, buncis, dan sawi. Peluang tertinggi, terendah dan normal diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali petani pernah mencapai produktivitas tertinggi, terendah atau normal setiap kegiatan produksi sayuran. Petani yang membudidayakan sayuran tersebut sering

59 40 memperoleh produktivitas yang berubah-ubah, terkadang memperoleh produktivitas yang tertinggi, terendah atau normal tergantung dari waktu atau periode tanamnya. Hal ini terlihat adanya range yang berbeda-beda pada produktivitas kelima komoditas sayuran tersebut yaitu cabai keriting kg/ha sampai dengan kg/ha, tomat kg/ha sampai kg/ha, kacang panjang kg/ha sampai kg/ha, buncis kg/ha sampai kg/ha dan sawi kg/ha sampai kg/ha. Pendapatan rata-rata cabai keriting paling besar dibandingkan dengan komoditas yang lainnya (Tabel 16). Rata-rata pendapatan cabai keriting adalah Rp (kejadian tertinggi), Rp (kejadian terendah) dan Rp (kejadian normal). Sedangkan rata-rata pendapatan terendah diperoleh petani pada komoditas sawi yaitu Rp (kejadian tertinggi), Rp ( ) menjadi kejadian terendah, dan Rp (kejadian normal). Terjadinya perbedaan pendapatan pada masing-masing komoditas sayuran tersebut disebabkan karena terjadinya perbedaan harga dan produktivitas. Harga yang tinggi pada komoditas yang ditanam oleh petani dapat meningkatkan pendapatan, dan sebaliknya harga yang rendah dapat menurunkan tingkat pendapatan petani. Harga yang tinggi dan produktivitas yang tinggi membuat pendapatan petani menjadi sangat besar, namun harga yang rendah dan produktivitas yang tinggi dapat menurunkan pendapatan petani. Selanjutnya, pendapatan petani menjadi sangat rendah jika produktivitas rendah, harga rendah dan biaya yang dikeluarkan lebih besar. Hal ini juga dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Kejadian yang dialami petani pada Tabel 15 yaitu kejadian atau kondisi tertinggi, terendah dan normal mengandung makna tersendiri bagi peneliti. Kejadian tertinggi yaitu kejadian yang dialami oleh petani dalam kegiatan produksi sayuran, dimana petani memperoleh produktivitas yang paling tinggi dibandingkan dengan kejadian yang dialami pada periode lainnya. Kejadian terendah adalah kejadian yang dialami oleh petani dalam kegiatan produksi sayuran, dimana petani memperoleh produktivitas yang paling rendah dibandingkan dengan produktivitas yang diperoleh pada periode lainnya. Sedangkan, kejadian normal adalah kejadian yang dialami oleh petani dalam kegiatan produksi sayuran, dimana petani sering dan biasanya memperoleh produktivitas sayuran pada setiap periode produksi. Petani yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Tani sangat mengharapkan produktivitas yang tertinggi pada setiap kegiatan produksi, karena dapat meningkatkan pendapatan petani pada setiap kegiatan produksi. Kegiatan produksi sayuran (cabai keriting, tomat, buncis, kacang panjang, dan sawi) pada petani Gapoktan Rukun Tani tidak pernah terlepas dari risiko produksi. Risiko produksi yang dialami petani disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut : a. Cuaca Cuaca yang tidak mendukung menjadi faktor yang mempengaruhi menurunnya produksi petani. Cuaca yang dimaksud adalah curah hujan dan angin. Curah hujan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menimbulkan risiko produksi sayuran tomat, cabai keriting, sawi, kacang panjang, dan buncis. Curah hujan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan bunga tomat, cabai, buncis dan kacang panjang menjadi rontok, sehingga berdampak terhadap menurunnya jumlah produktivitas dari sayuran tersebut. Tingkat curah hujan di desa Citapen

60 41 dapat dilihat pada Lampiran 3. Lampiran 3 ini menunjukkan mengenai kondisi curah hujan dan hari hujan pada desa Citapen setiap tahunnya. Gambar 8 menunjukkan menganenai tingkat fluktuasi curah hujan dalam setiap tahunnya. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tanaman sayuran tersebut menjadi sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Curah hujan yang diharapkan oleh petani adalah curah hujan yang rendah, karena tanaman sayuran menjadi tidak rentan terhadap serangan hama dan penyakit, tetapi diperlukan irigasi yang baik ketika curah hujan rendah MM (Milimeter) HH (Hari Hujan) Tahun Gambar 8 Grafik rata-rata curah hujan di Desa Citapen Sumber : Stasiun Aklimatologi dan Geofisika Citeko Cisarua (2012) Berdasarkan informasi dari para petani dan pengurus Gapoktan Rukun Tani, curah hujan sangat sulit diprediksi. Namun, harus menggunakan strategi yang tepat terutama terkait dengan waktu yang biasanya curah hujan rendah dan dilakukan perawatan yang optimal agar memiliki produksi yang stabil. Ketika musim hujan biasanya harga sayuran itu lebih tinggi, sehingga pendapatan petani menjadi meningkat. Angin merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab menurunnya produksi sayuran petani. Adanya angin kencang berdampak terhadap robohnya tanaman sayuran tersebut, dan tanaman sayuran yang mengalami masa pembungaan akan mengalami kerontokan bunga dalam jumlah yang banyak sehingga berdampak terhadap menurunnya produksi. Petani mengalami kesulitan dalam mengatasi serangan angin kencang tersebut, karena bagi mereka hal tersebut merupakan faktor alam yang tidak bisa dihindari. Salah satu langkah yang dilakukan petani untuk mengantisipasi kejadian tersebut adalah dengan mengatur jadwal tanam komoditi, dimana ketika angin kencang komoditi masih kecil. b. Serangan Hama dan Penyakit Salah satu faktor yang menjadi penyebab dari risiko produksi sayuran pada Gapoktan Rukun Tani adalah serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman sayuran cabai keriting, buncis, kacang panjang, tomat, dan sawi berbeda-beda. Hama yang sering menyerang tanaman cabai keriting antara lain thrips sp, hama tungau, dan lalat buah. Sedangkan penyakit

61 42 yang menyerang tanaman cabai keriting antara lain penyakit busuk buah dan penyakit patek/antraknosa. Hama yang sering menyerang tanaman buncis antara lain kumbang daun, lalat kacang, penggerek daun, ulat penggulung daun, kutu daun, dan ulat jengkal. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman buncis antara lain penyakit antraknosa, penyakit bercak daun, penyakit embun tepung, penyakit ujung keriting, penyakit hawar daun, penyakit busuk lunak, penyakit karat, dan penyakit layu. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat antara lain ulat buah, kutu daun, penggerek daun, bercak kering, dan busuk daun. Hama dan penyakit yang menyerang kacang panjang adalah kutu Aphida Croccivora, ulat penggerek polong Maruca restualis, penyakit karat daun Uromyces sp, dan penyakit bercak daun Cescospora sp. Sedangkan, hama dan penyakit yang menyerang tanaman sawi adalah ulat ratus, kumbang kutu, ulat pangkas, ulat pluttela, reput lembtu, bintik daun, reput daun, siput dan penyakit busuk akar Pengendalian yang dilakukan petani terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai keriting, tomat, buncis, kacang panjang, dan sawi adalah menggunakan benih berlabel yang tahan terhadap hama dan penyakit, melakukan pengairan yang baik, menggunakan pestisida ( aman, mudah terurai, penggunaan pestisida yang tepat sesuai dengan jenis penyakit dan hama yang menyerang tanaman tersebut), penanganan dapat dilakukan secara manual yaitu membunuh hama dengan tangan dan mencabut tanaman yang terserang penyakit agar tidak tertular, serta melakukan rotasi tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman sayuran tersebut awalnya dikendalikan dengan memberikan pestisida nabati dan jika tidak bisa dikendalikan oleh petani selanjutnya diberikan pestisida kimiawi. c. Tingkat Kesuburan Lahan. Lahan yang digunakan untuk tanaman sayuran (cabai keriting, kacang panjang, buncis, tomat dan sawi ) adalah lahan yang sudah dibersihkan terlebih dahulu yang meliputi pencabutan rumput liar, gulma, alang-alang, tanaman keras atau bekas tanaman sebelumnya, dan selanjutnya dilakukan penggemburan tanah dan pemberian pupuk kandang kambing dan ayam. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan unsur hara tanah, meningkatkan respirasi tanah, dan meningkatkan kesuburan tanah tersebut sehingga dapat meningkatkan produksi sayuran tersebut. Namun, apabila tidak dilakukan pembersihan, penggemburan dan pemupukan terlebih dahulu, maka tingkat kesuburan tanah menjadi rendah karena unsur hara tanah kurang, sehingga pertumbuhan dan perekembangan tanaman menjadi terhambat dan produksi menjadi berkurang dibandingkan sebelumnya. Tingkat keasaman tanah di lahan produksi sayuran juga perlu diperhatikan, karena hal ini sangat berkaitan dengan tingkat kesuburan dari tanah tersebut. Dengan tingkat keasaman lahan yang tinggi dapat menunjukkan tingkat kesuburan lahan sangat rendah. Hal ini terjadi karena pada lahan yang bersifat asam, unsurunsur hara yang terdapat pada lahan hilang diserap tanaman atau terbawa aliran air ke lapisan lahan yang lebih bawah. d. Kualitas Benih Sayuran Salah satu faktor yang menjadi penyebab tinggi atau rendahnya produksi dari sayuran adalah tergantung dari kualitas benih yang digunakan. Apabila benih yang ditanam memiliki mutu fisik, genetik dan fisiologis yang baik dapat

62 43 membuat produksi sayuran menjadi tinggi. sebaliknya, apabila benih yang ditanam memiliki mutu fisik, genetik dan fisiologis yang kurang baik dapat menurunkan tingkat produksi sayuran. Benih yang bermutu akan menjadi tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta memiliki tingkat viabilitas dan vigor yang baik. Untuk itu, petani sebaiknya menggunakan benih yang bersertifikat karena benih tersebut memenuhi mutu fisik, fisiologis dan fisik yang baik. Petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani masih banyak yang menggunakan benih lokal terutama untuk jenis tanaman kacang-kacangan. Benih lokal yang digunakan petani masih belum teruji mengenai kualitas fisik, fisiologis, dan genetiknya karena benih tersebut diperoleh dari hasil panen peta ni sendiri. Kasus tersebut menjadi salah satu faktor penyebab tidak stabilnya produksi sayuran petani selama kegiatan usahatani. Analisis risiko produksi sayuran dapat diketahui dengan melihat mengenai risiko produktivitas dari tanaman sayuran yang menjadi objek kajian. Tahap pertama dalam analisis ini adalah menentukan besarnya peluang dari masingmasing komoditas sayuran tersebut. Harus ditentukan terlebih dahulu peluang komoditas cabai keriting, buncis, kacang panjang, toma dan sawi. Setiap komoditas tersebut ditentukan peluang kejadian ketika mengalami produktivitas tertinggi, terendah dan normal. Penentuan nilai peluang tertinggi, terendah, dan normal diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali petani pernah mencapai produktivitas tertinggi, terendah dan normal selama kegiatan produksi berlangsung. Setelah dilakukan pengukuran peluang kejadian, maka selanjutnya dilakukan perhitungan mengenai expected return. Perhitungan expected return ini merupakan salah satu langkah untuk penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko. Expected return dihitung berdasarkan produksi atau pendapatan yang diharapkan dengan menjumlahkan peluang masing-masing kejadian (tertinggi, terendah, dan normal) dan hasil sayuran cabai keriting, tomat, kacang panjang, buncis dan sawi dari setiap kejadian. Expected return merupakan nilai harapan yang dihasilkan setelah memperhitungkan risiko. Nilai expected return untuk kegiatan spesialisasi sayuran cabai keriting, tomat, kacang panjang, buncis dan sawi berdasarkan produktivitas dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perhitungan expected return berdasarkan produktivitas dan pendapatan pada sayuran kacang panjang, buncis, tomat, cabai keriting dan sawi. No Komoditas Sayuran Nilai Expected Return Produktivitas (Kg/ha) Pendapatan (Rp/ha) 1. Kacang Panjang Buncis Tomat Cabai Keriting Sawi Tabel 16 menunjukkan nilai expected return untuk komoditas sawi paling besar dibandingkan dengan komoditas yang lainnya jika dilihat dari nilai produktivitasnya yaitu sebesar kg/ha. Selanjutnya, komoditas cabai keriting memiliki nilai expected return yang paling rendah yaitu sebesar kg/ha. Berdasarkan nilai pendapatan menunjukkan komoditas cabai keriting

63 44 memiliki nilai expected return yang paling besar dibandingkan dengan komoditas yang lainnya yaitu sebesar Rp Selanjutnya, komoditas sawi memiliki nilai expected return yang paling rendah sebesar Rp Untuk memperoleh nilai expected return tersebut terlebih dahulu harus mengetahui mengenai produktivitas dan peluang sayuran pada kejadian tertinggi, terendah dan normal seperti pada Tabel 15. Untuk memperoleh nilai peluang kejadian tertinggi, terendah dan normal seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu proporsi frekuensi atau berapa kali perusahaan pernah mencapai produktivitas tertinggi, terendah atau normal selama produksi berlangsung. Nilai rata-rata produktivitas diperoleh dari jumlah total produktivitas petani sayuran dibagi dengan jumlah petani sayuran yang menjadi responden sebanyak 11 orang. Sedangkan nilai pendapatan diperoleh dengan mengurangi biaya dengan penerimaan yang diperoleh. Penerimaan diperoleh dengan mengalikan produktivitas sayuran dengan harga dari komoditas sayuran tersebut. Untuk meminimalkan risiko yang dihadapi oleh petani, maka petani dan semua pengurus Gapoktan Rukun Tani membuat perencanaan terhadap kegiatan produksi. Bentuk perencanaan produksi yang dilakukan oleh petani dan pengurus Gapoktan Rukun Tani untuk meminimalisir risiko yang dihadapi yaitu dengan melakukan kegiatan diversifikasi komoditi sayuran yang diusahakan. Maksud dari diversifikasi usaha sayuran tersebut adalah dengan mengusahakan atau memproduksi lebih dari satu komoditi sayuran dalam satu hamparan lahan produksi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani karena antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya saling mendukung. Jika salah satu tanaman masih belum dipanen, maka ada tanaman yang lainnya yang sudah dipanen. Petani akan memperoleh harga yang lebih tinggi jika petani bisa memprediksi waktu yang tepat untuk menanam tanaman sayuran tersebut. Perencanaan produksi di Gapoktan Rukun Tani sudah terlaksana dengan baik. Karena ketua Gapoktan Rukun Tani merupakan seorang pengusaha sayuran yang mengetahui waktu yang tepat harga sayuran tinggi atau rendah. Namun, menurutnya terkadang ketika harga sayuran dan permintaan sayuran tinggi, tetapi petani memperoleh hasil produksi yang lebih rendah dari permintaan dan kualitas yang dihasilkan tidak sesuai dengan permintaan. Sebaliknya, ketika produksi sayuran petani tinggi tetapi permintaan dan harga sayuran tersebut turun. Ketua Gapoktan Rukun Tani tetap membeli produk yang dihasilkan petani walaupun kualitasnya kurang bagus, dan terkadang sering dipakai buat makanan ternak jika sayuran tidak laku dijual. Produksi sayuran sering mengalami penurunan hasil atau gagal panen ketika musim hujan. Produksi sayuran pada Gapoktan Rukun Tani setiap kondisi dapat dilihat pada data produksi Tabel 15. Pada data tersebut menjelaskan mengenai produktivitas petani yang menjadi responden pada saat kejadian tertinggi, terendah dan normal yang diperoleh petani selama melakukan kegiatan usahatani sayuran. Adanya kondisi tersebut disebabkan karena adanya faktor iklim dan cuaca yang tidak menentu, serta faktor dari petani yang sulit untuk diarahkan sesuai dengan konsep yang diterapkan oleh Gapoktan Rukun Tani. Selanjutnya, uraian mengenai risiko produksi sayuran pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi dapat dilihat pada uraian di bawah. Usaha sayuran antara kegiatan spesialisasi dengan kegiatan diversifikasi memiliki risiko produksi yang berbedabeda besarnya

64 45 Penilaian Risiko Produksi dan Pendapatan Pada Kegiatan Spesialisasi Penilaian risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dapat dilihat berdasarkan produktivitas yang diperoleh dari tanaman sayuran kacang panjang, buncis, cabai keriting, tomat dan sawi. Penilaian risiko produksi dapat dihitung menggunakan penilaian variance, standard deviation, dan coefficient variation. Penilaian risiko berdasarkan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Penilaian risiko berdasarkan produktivitas (kg/ha) pada tanaman sayuran kacang panjang, cabai keriting, tomat, buncis, dan sawi. Komoditas Variance Standard Deviation Coefficient Variation Kacang Panjang Cabai Keriting Buncis Tomat Sawi Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan nilai variance dari lima komoditas sayuran tersebut berbanding lurus dengan nilai standard deviation. Semakin besar nilai variance maka nilai standard deviation juga akan semakin besar, sebaliknya semakin kecil nilai variance maka nilai nilai standard deviation juga semakin kecil. Seperti pada Tabel 17 tersebut, komoditas sawi memiliki nilai variance yang paling besar, maka dapat dilihat nilai standard deviation yang diperoleh juga paling besar dibanding yang lainnya. Begitu sebaliknya, nilai variance cabai keriting paling rendah dibandingkan dengan komoditas yang lainnya, sehingga nilai standard deviaton paling kecil. Penilaian risiko selanjutnya yaitu mengukur nilai coefficient variation. Nilai coefficient variation diperoleh dengan membagi nilai varience dengan nilai expected return. Nilai coefficient variation menunjukkan bahwa setiap satu satuan yang dihasilkan suatu komoditas, maka besarnya risiko yang diperoleh sebesar n satuan. Penilaian risiko melalui penilaian coefficient variation paling baik untuk menentukan apakah produksi komoditas tersebut berisiko atau tidak. Semakin besar nilai coefficient variation maka akan semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut, sebaliknya semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin kecil risiko yang dihadapi. Nilai coefficient variation untuk komoditas cabai keriting pada Tabel 17 yaitu Nilai tersebut jika dilihat pada tabel memiliki nilai yang paling rendah dibandingkan dengan 4 komoditas yang lainnya. Untuk itu, cabai keriting termasuk komoditas yang di Gapoktan Rukun Tani yang memiliki risiko yang paling kecil dibandingkan 4 komoditas lainnya yang menjadi objek kajian. Nilai coefficient variation sebesar 0.228, maksudnya adalah setiap 1 kg cabai keriting yang dihasilkan Gapoktan Rukun Tani, maka besarnya risiko yang dihadapi petani sebesar kg. Tabel 17 juga menunjukkan komoditas sawi memiliki nilai coefficient variation yang paling besar yaitu Karena nilai coefficient variation sawi memiliki nilai yang paling besar, sehingga sawi merupakan salah satu komoditas yang ada pada Gapoktan Rukun Tani yang memiliki risiko produksi yang paling besar dibandingkan dengan 4 komoditas lainnya. Nilai coefficient variation sebesar 0.323, maksudnya adalah setiap 1 kg sawi yang dihasilkan petani pada Gapoktan Rukun Tani, maka akan menghadapi risiko sebesar kg.

65 46 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara ke petani yang menjadi responden di Gapoktan Rukun Tani, komoditas sawi memiliki risiko yang besar karena sangat rentan terhadap perubahan cuaca, iklim serta hama dan penyakit. Ketika musim hujan, tanaman sawi mudah terserang penyakit busuk akar, reput daun dan bintik daun. Hama yang menyerang tanaman sawi yaitu ulat ratus, kumbang kutu, ulat pangkas, ulat pluttela, dan kumbang kutu. Adanya faktor-faktor yang menjadi sumber risiko tersebut, berdampak terhadap menurunnya produksi sawi pada Gapoktan Rukun Tani. Hal ini diperlukan pengendalian hama dan penyakit yang intensif dilakukan oleh petani Gapoktan Rukun Tani. Penilaian risiko spesialisasi sayuran tidak hanya dilihat dari nilai risiko produksi, tetapi juga dapat dilihat dari risiko pendapatan yang diterima petani Gapoktan Rukun Tani selama kegiatan usahatani sayuran. Nilai pendapatan diperoleh dengan mengurangi biaya dengan nilai penerimaan yang diperoleh, seperti terlihat pada Tabel terkait dengan nilai penerimaan dan pendapatan yang diperoleh. Selanjutnya, dilakukan perhitungan terhadap nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation pendapatan. Pada Tabel 18 dibawah, diperoleh hasil perhitungan nilai risiko pendapatan dilihat dari nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Tabel 18 Perhitungan nilai risiko pendapatan berdasarkan variance, standard deviation dan coefficient variation. Komoditas Variance Standard Coefficient Deviation Variation Cabai Keriting Tomat Kacang Panjang Buncis Sawi Berdasarkan Tabel 18, menunjukkan nilai varian dan standar deviasi pada cabai keriting paling besar dibandingkan dengan komoditas yang lainnya. Nilai varian dan standar deviasi yang tinggi pada cabai keriting menyebabkan nilai coefficient variation yang terdapat pada komoditas cabai keriting memiliki nilai yang paling kecil dibandingkan yang lainnya. Hal ini terlihat dengan nilai coefficient variation yang diperoleh sebesar Hal tersebut terjadi karena sangat tergantung dari nilai expected return yang diperoleh dari setiap kejadian usaha. Dengan ukuran coefficient variation, perbandingan diantara kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return. Nilai pada coefficient variation cabai keriting maksudnya adalah setiap pendapatan Rp 1 yang diperoleh petani dalam usahatani cabai keriting, maka risiko yang diperoleh sebesar Rp Sedangkan risiko pendapatan yang paling besar terdapat pada tanaman sawi. Coefficient variation diperoleh sebesar 0,895. Hal ini berarti setiap pendapatan Rp 1 yang diperoleh petani dalam usahatani sawi, maka risiko yang diperoleh sebesar Rp Risiko pendapatan paling rendah pada komoditas cabai keriting diperoleh petani disebabkan karena harga komoditas tersebut tergolong memiliki harga yang paling mahal dibandingkan dengan komoditas lainnya. Sedangkan pada

66 47 komoditas sawi memiliki risiko pendapatan paling besar karena harga sawi paling murah dibandingkan dengan harga komoditas yang lainnya. Penilaian Risiko Pendapatan Pada Kegiatan Diversifikasi Risiko pendapatan yang dihadapi petani pada Gapoktan Rukun Tani dikategorikan menjadi dua kegiatan. Risiko pendapatan yang dihadapi petani pada kegiatan usaha spesialisasi, yaitu risiko yang dihadapi oleh petani jika petani mengusahakan satu jenis sayuran pada satu hamparan lahan yang dimiliki. Risiko pendapatan yang dihadapi petani Gapoktan Rukun Tani jika menanam lebih dari satu jenis komoditas sayuran (diversifikasi) pada satu hamparan lahan yang dimiliki, maka risiko yang dihadapi petani pada pengusahaan tersebut adalah risiko portofolio atau risiko diversifikasi. Perbandingan risiko pendapatan spesialisasi dan portofolio dilakukan dengan pengukuran risiko menggunakan variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha dan pembobotan dari masing-masing komoditi. Pengukuran risiko pendapatan pada portofolio diawali dengan pengukuran fraction atau bobot portofolio. Mengenai cara perhitungannya sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Adapun komoditi yang dihiting bobot portofolionya terdiri dari lima komoditi yaitu cabai keriting, kacang panjang, buncis, tomat dan sawi. Kombinasi dari komoditi yang diukur bobot portofolionya terdiri dari kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, empat komoditi dan lima komoditi. Untuk mengetahui nilai bobot portofolio (fraction) diukur berdasarkan luas lahan pada masing-masing komoditi. Luas lahan untuk masing-masing komoditi yang akan diukur fraction portofolio adalah luas lahan komoditi cabai keriting ( m2), luas lahan buncis (3070 m 2 ), luas lahan kacang panjang ( m 2 ), luas lahan tomat ( m 2 ), dan luas lahan sawi ( m 2 ). Luas lahan setiap komoditi diperoleh dari luas lahan rata-rata petani yang menanam setiap komoditi tersebut. Luas lahan tersebut sangat mempengaruhi besarnya nilai fraction yang diperoleh. Fraction portofolio dari kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, empat komoditi dan lima komoditi yang diperolah memiliki nilai yang berbeda-beda. Tabel 19 menunjukkan bobot komoditi atau fraction pada kegiatan usaha diversifikasi. Nilai fraction atau bobot portofolio diatas diperoleh dengan membandingkan luas lahan suatu komoditi dengan jumlah luas lahan dari kombinasi dari komoditi tersebut. Misalnya, kombinasi dari sawi dan tomat, maka fraction dari sawi sebesar ( m 2 /( m ) = 0.475). Besar nilai fraction pada setiap kombinasi komoditi harus bernilai 1. Penggunaaan nilai fraction ini hanya berlaku untuk kegiatan usaha diversifikasi, sedangkan untuk kegiatan usaha spesialisasi tidak melibatkan nilai fraction. Nilai Fraction yang dihitung adalah nilai fraction pada kegiatan usaha diversifikasi yang melibatkan kombinasi usaha dua komoditi, tiga komoditi, empat komoditi, dan lima komoditi pada sayuran kacang panjang, buncis, tomat, cabai keriting, dan sawi. Nilai fraction yang diperoleh pada setiap kombinasi komoditi memiliki nilai yang berbeda-beda. Perbedaan nilai tersebut diperoleh karena luas lahan rata-rata untuk petani cabai keriting, buncis, tomat, sawi, dan kacang panjang memiliki luas yang berbeda-beda. Pada kasus ini, petani yang menanam tomat yang memiliki luas lahan yang paling besar, sedangkan luas lahan yang paling kecil terdapat pada komoditi buncis.

67 48 Tabel 19 Fraction atau bobot portofolio dari kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, empat komoditi, dan lima komoditi. Fraction/Bobot Portofolio (%) Kombinasi Komoditi Cabai Kacang Keriting Panjang Buncis Tomat Sawi Sawi-Tomat Sawi-Kacang Panjang Sawi-Buncis Sawi-Cabai Keriting Tomat-Kacang Panjang Tomat-Buncis Tomat-Cabai Keriting Kacang Panjang-Buncis Buncis-Cabai Keriting Cabai Keriting-Kacang Panjang Cabai Keriting-Buncis-Kacang Panjang Cabai Keriting-Buncis-Tomat Cabai Keriting-Buncis-Sawi Cabai Keriting-Kacang Panjang-Sawi Cabai Keriting-Tomat-Sawi Buncis-Kacang Panjang- Tomat Buncis-Kacang Panjang-Sawi Kacang Panjang-Tomat-Sawi Buncis-Tomat-Sawi Cabai Keriting-Kacang Panjang-Tomat Cabai Keriting-Buncis-Kacang Panjang-Tomat Buncis-Kacang Panjang- Tomat-Sawi Cabai Keriting-Kacang Panjang-Buncis-Sawi Cabai Keriting-Buncis-Tomat- Sawi Cabai Keriting-Kacang Panjang-Tomat-Sawi Cabai Keriting-Bunci-Kacang Panjang-Tomat Sawi Langkah pertama dalam perhitungan risiko pendapatan yaitu melakukan perhitungan terhadap expected return portofolio. Cara perhitungan expected return portofolio adalah mengalikan bobot portofolio dengan expected return pada spesialisasi untuk komoditi yang satu dan dijumlahkan dengan perhitungan untuk komoditi yang lainnya. Misalnya, kombinasi komoditi sawi dan tomat. Cara perhitungan expected return portofolio untuk kombinasi dua komoditi tersebut adalah bobot sawi dikalikan dengan expected return sawi pada spesialisasi dijumlahkan dengan bobot tomat dikalikan dengan expected return tomat

68 49 pada risiko spesialisasi. Tabel 20 menunjukkan hasil perhitungan expected return pada kegiatan usaha diversifikasi. Tabel 20 Expected return pada sayuran cabai keriting, tomat, kacang panjang, buncis, dan sawi pada kegiatan usaha diversifikasi di Gapoktan Rukun Tani. Komoditi Produktivitas Pendapatan (Kg/Ha) (Rp/ha) Sawi-Tomat Sawi-Kacang Panjang Sawi-Buncis Sawi-Cabai Keriting Tomat-Kacang Panjang Tomat-Buncis Tomat-Cabai Keriting Kacang Panjang-Buncis Buncis-Cabai Keriting 5.909, Cabai Keriting-Kacang Panjang Cabai Keriting-Buncis-Kacang Panjang Cabai Keriting-Buncis-Tomat Cabai Keriting-Buncis-Sawi Cabai Keriting-Kacang Panjang-Sawi Cabai Keriting-Kacang Panjang-Tomat Cabai Keriting-Tomat-Sawi Buncis-Kacang Panjang-Tomat Buncis-Kacang Panjang-Sawi Buncis-Tomat-Sawi Kacang Panjang-Tomat-Sawi Cabai Keriting-Buncis-Kacang Panjang-Tomat Buncis-Kacang Panjang-Tomat-Sawi Cabai Keriting-Kacang Panjang-Tomat-Sawi Cabai Keriting-Buncis-Tomat-Sawi Cabai Keriting-Buncis-Kacang Panjang-Sawi Cabai Keriting-Buncis-Kacang Panjang-Tomat Sawi Berdasarkan Tabel 20 menunjukkan nilai expected return tertinggi berdasarkan produktivitas pada kegiatan usaha diverasifikasi terdapat pada kombinasi tiga komoditi yaitu kacang panjang-tomat-sawi. Perolehan nilai expected return untuk kombinasi tiga komoditi tersebut adalah kg/ha. Nilai expected return yang paling rendah pada kegiatan diversifikasi terdapat pada kombinasi tiga komoditi yaitu kacang panjang-tomat-sawi. Perolehan nilai expected return untuk kombinasi tiga komoditi tersebut adalah kg /ha. Nilai expected return tersebut menunjukkan besarnya hasil atau produktivitas yang diharapkan oleh petani dalam kegiatan usahatani sayuran. Dilihat dari nilai expected return berdasarkan pendapatan pada Tabel 20 diperoleh nilai expected return pada kombinasi cabai keriting dan buncis paling besar dibandingkan dengan kombinasi komoditi yang lainnya. Nilai expected return diperoleh pada kombinasi tersebut adalah Rp Sedangkan nilai expected return paling rendah terdapat pada kombinasi dua komoditi yaitu sawi-tomat. Nilai expected return pada dua kombinasi tersebut adalah Rp 5 414

69 Nilai expected return berdasarkan pendapatan menunjukkan besarnya pendapatan yang diharapkan petani dalam kegiatan usahatani sayuran tersebut. Besar atau kecilnya nilai expected return bisa disebabkan oleh banyak faktor yaitu besarnya nilai peluang dan besarnya return dari setiap kejadian pada kegiatan usaha spesialisasi. Sedangkan pada kegiatan diversifikasi, besarnya nilai expected return tergantung dari besarnya fraction atau bobot portofolio dan nilai expected return pada kegiatan spesialisasi. Perhitungan expected return yang sudah dilakukan dilanjutkan dengan perhitungan nilai variance, coeficien variance dan standard deviation untuk kombinasi dua komoditi pada kegiatan diversifikasi atau portofolio berdasarkan pendapatan. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan portofolio ini adalah positif satu (+1) karena kombinasi - kombinasi aset dilakukan bersamaan atau bergerak bersama. Tabel 21 dibawah ini menunjukkan hasil perhitungan risiko pendapatan portofolio berdasarkan pendapatan pada kombinasi dua komoditi. Tabel 21 Perhitungan risiko pendapatan pada kombinasi dua komoditi berdasarkan pendapatan di Gapoktan Rukun Tani. Ukuran Kombinasi Komoditi Coefficient Variance St. Deviation variation Sawi-Tomat Sawi-Kacang Panjang Sawi-Buncis Sawi-Cabai Keriting Tomat-Kacang Panjang Tomat-Buncis Tomat-Cabai Keriting Kacang Panjang-Buncis Buncis-Cabai Keriting Cabai Keriting-Kacang Panjang Berdasarkan Tabel 21, menunjukkan perhitungan portofolio pada kombinasi dua komoditi berdasarkan pendapatan di Gapoktan Rukun Tani. Pada perhitungan tersebut diperoleh nilai coefficient variation kombinasi dua komoditi pada cabai keriting - kacang panjang memperoleh nilai yang paling rendah. Nilai coefficient variation yang diperoleh pada kombinasi dua komoditi tersebut adalah Nilai coefficient variation yang paling besar terdapat pada kombinasi dua komoditi tersebut adalah kombinasi sawi-tomat sebesar Nilai coefficient variation yang besar menunjukkan risiko yang dihadapi petani lebih besar jika mengusahakan komoditi tersebut dengan dua kombinasi. Petani yang ingin melakukan usaha sayuran dengan metode dua kombinasi tanaman, maka lebih baik jika memilih usaha yang risiko pendapatannya yang paling rendah. Berdasarkan analisis risiko pendapatan dua kombinasi, sebaiknya petani memilih usaha pada kombinasi cabai keriting-tomat. Setiap Rp 1 pendapatan yang diharapkan petani jika menjalankan usaha sayuran dengan kombinasi dua komoditi tersebut, maka risiko pendapatan yang diperoleh sebesar Rp Sehingga petani dapat memperoleh penerimaan sebesar Rp Nilai

70 51 perhitungan risiko pendapatan pada kombinasi tiga komoditi dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Perhitungan risiko pendapatan pada kombinasi tiga komoditi di Gapoktan Rukun Tani Ukuran Kombinasi Komoditi Standard Coefficient Variance Deviation variation Cabai Keriting Buncis - Kacang Panjang Cabai Keriting Buncis Tomat Cabai Keriting Buncis Sawi Cabai Keriting - Kacang Panjang Sawi Cabai Keriting Tomat Sawi Buncis - Kacang Panjang Tomat Buncis - Kacang Panjang Sawi Kacang Panjang Tomat Sawi Buncis - Tomat Sawi Cabai Keriting Kacang Panjang Tomat Perhitungan risiko pendapatan pada kombinasi dua komoditi yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap risiko pendapatan pada kombinasi tiga komoditi pada Tabel 22. Tabel 22 menunjukkan, risiko pendapatan yang paling rendah pada usaha sayuran pada kombinasi tiga komoditi terdapat pada kombinasi cabai keriting-kacang panjang-tomat. Nilai coefficient variation dari kombinasi tiga komoditi tersebut paling rendah dibandingkan dengan kombinasi tiga komoditi yang lainnya. Sedangakan, nilai coefficient variation yang paling besar terdapat pada kombinasi buncis-tomat-sawi. Nilai coefficient variation yang besar menunjukkan risiko pendapatan yang besar. Petani yang ingin mengusahakan sayuran dengan melakukan kombinasi dari tiga komoditi, maka sebaiknya memilih kombinasi dari cabai keriting-kacang panjang-tomat. Hasil analisis menunjukkan tiga kombinasi sayuran tersebut paling rendah. Setiap pendapatan Rp 1 yang diharapkan petani jika mengusahakan sayuran dengan kombinasi tiga komoditi tersebut, maka risiko pendapatan yang diperoleh sebesar Rp Penerimaan yang akan diperoleh petani setelah dikurangi dengan risiko pendapatan sebesar Rp dari setiap Rp 1 pendapatan yang diharapkan. Selanjutnya, Tabel 22 menunjukkan besar nilai coefficient variaton pada kombinasi buncis-tomat-sawi sebesar 0,707. Penerimaan petani yang diperoleh petani setelah dikurangi risiko pendapatan yaitu sebesar Rp dari setiap Rp 1 pendapatan yang diharapkan petani. Nilai perhitungan risiko pendapatan pada kombinasi empat komoditi dapat dilihat pada Tabel 23.

71 52 Tabel 23 Perhitungan risiko pendapatan portofolio pada kombinasi empat komoditi berdasarkan pendapatan di Gapoktan Rukun Tani Ukuran Kombinasi Komoditi Coefficient Variance St. Deviation Variation Cabai Keriting Buncis Kacang Panjang Tomat Buncis Kacang Panjang Tomat - Sawi Cabai Keriting Kacang Panjang Tomat Sawi Cabai Keriting Buncis Tomat Sawi Cabai Keriting Buncis Kacang Panjang - Sawi Perhitungan risiko pendapatan pada tiga komoditi yang sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan perhitungan risiko pendapatan pada kombinasi empat komoditi di Gapoktan Rukun Tani. Nilai perhitungan risiko pendapatan pada kombinasi empat komoditi dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 menunjukkan nilai risiko pendapatan pada kombinasi empat komoditi yang paling rendah terdapat pada kombinasi komoditi cabai keritingbuncis-kacang panjang-tomat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai coefficient variation pada kombinasi empat komoditi tersebut paling kecil dibandingkan dengan kombinasi empat komoditi yang lainnya. Sedangkan nilai coefficient variation yang paling besar terdapat pada kombinasi buncis-kacang panjangtomat-sawi, sehingga kombinasi empat komoditi tersebut memiliki risiko yang paling besar dibandingkan dengan kombinasi empat komoditi yang lainnya. Petani yang ingin melakukan usaha sayuran dengan metode kombinasi empat komoditi lebih tepat jika memilih kombinasi komoditi cabai keriting-buncis -kacang panjang-tomat. Setiap Rp 1 pendapatan yang diharapkan oleh petani maka risiko pendapatan yang diperoleh sebesar Rp Penerimaan petani setelah dikurangi risiko pendapatan tersebut sebesar Rp Perhitungan risiko pendapatan pada kombinasi empat komoditi yang sudah dilakukan, dilanjutkan dengan perhitungan risiko pendapatan pada kombinasi lima komoditi dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Perhitungan risiko pendapatan pada kombinasi lima komoditi di Gapoktan Rukun Tani Kombinasi Komoditi Ukuran Nilai Cabai Keriting-Kacang Panjang-Buncis-Cabai Keriting-Sawi Variance Standard Deviation Coefficient Variation Tabel 24 menunjukkan besarnya risiko pendapatan yang diperoleh petani jika mengusahakan sayuran melalui kombinasi lima komoditi yaitu Setiap Rp 1 pendapatan yang diharapkan petani jika mengusahakan sayuran dengan lima kombinasi maka risiko yang diperoleh sebesar Rp Penerimaan yang

72 53 diperoleh petani setelah dikurangi dengan nilai risiko pendapatan tersebut sebesar Rp Hasil perhitungan risiko pendapatan terutama untuk nilai coefficient variation masing-masing komoditi pada kegiatan spesialisasi dan masing-masing kombinasi komoditi pada kegiatan diversifikasi memiliki nilai yang berbeda-beda. Perhitungan risiko pendapatan pada kegiatan spesialisasi dilakukan pada komoditi cabai keriting, kacang panjang, buncis, sawi, dan tomat. Sedangkan, perhitungan risiko pendapatan pada kegiatan diversifikasi sayuran di Gapoktan Rukun Tani dilakukan dengan kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, empat komoditi, dan lima komoditi (Tabel 25) Tabel 25 Perbandingan risiko pendapatan pada kegiatan spesialisasi dan kegiatan diversifikasi di Gapoktan Rukun Tani. Skenario Perencanaan Produksi Coefficient Spesialisasi Variation Kacang Panjang Cabai Keriting Buncis Tomat Sawi Portofolio Sawi Tomat Sawi Kacang Panjang Sawi Buncis Sawi Cabai Keriting Tomat Kacang Panjang Tomat Buncis Tomat Cabai Keriting Kacang Panjang Buncis Buncis Cabai Keriting Cabai Keriting Kacang Panjang Cabai Keriting Buncis Kacang Panjang Cabai Keriting Buncis Tomat Cabai Keriting Buncis Sawi Cabai Keriting Kacang Panjang Sawi Cabai Keriting Tomat Sawi Buncis Kacang Panjang Tomat Buncis Kacang Panjang Sawi Kacang Panjang Tomat Sawi Buncis Tomat Sawi Cabai Keriting Kacang Panjang Tomat Cabai Keriting Kacang Panjang Buncis Sawi Cabai Keriting Buncis Kacang Panjang Tomat Cabai Keriting Kacang Panjang Tomat Sawi Buncis Kacang Panjang Tomat Sawi Cabai Keriting Buncis Tomat Sawi Cabai Keriting Buncis Kacang Panjang Tomat - Sawi 0.365

73 54 Tabel 25 menunjukkan perbandingan nilai risiko pendapatan jika melakukan usaha sayuran dengan metode spesialisasi dengan diversifikasi. Usaha sayuran dengan spesialisasi dan diversifikasi dapat diterapkan oleh petani dengan melihat nilai coefficient variation hasil analisis diatas. Usaha yang memiliki nilai coefficient variation yang rendah menunjukkan risiko pendapatan yang akan diperoleh juga rendah. Analisis diatas memberikan informasi usaha sayuran untuk komoditi cabai keriting, kacang panjang, buncis, tomat, dan sawi dapat lebih baik dilakukan dengan metode spesialisasi dan diversifikasi. Tidak semua jenis komoditi tersebut selalu lebih baik jika diusahakan dengan metode diversifikasi. Komoditas cabai keriting lebih diterapkan oleh petani menggunakan metode spesialisasi. Karena dari analisis perbandingan pada Tabel 25, cabai keriting yang diusahakan dengan metode spesialisasi memiliki risiko pendapatan yang paling rendah dibandingkan dengan komoditi lainnya yang diusahakan dengan spesialisasi maupun diversifikasi. Namun, untuk empat komoditi lainnya yaitu kacang panjang, buncis, tomat dan sawi besarnya risiko yang diperoleh dengan metode spesialisasi dapat diminimalkan risiko tersebut dengan metode diversifikasi. Berdasarkan Tabel 25 menunjukkan kombinasi pada dua komoditi yang memiliki risiko yang paling rendah dibandingkan kombinasi komoditi yang lainnya pada kegiatan diversifikasi. Kombinasi dua komoditi yang memiliki risiko yang paling rendah terdapat pada kombinasi komoditi cabai keriting-kacang panjang. Hal ini dapat dilihat dari nilai coefficient variation dari kombinasi dua komoditi tersebut memiliki nilai paling kecil dibandingkan dengan kombinasi komoditi yang lainnya. Selain itu, kecilnya nilai risiko pada kombinasi dua komoditi tersebut menjadi salah satu bukti bahwa diversifikasi dapat menurunkan risiko pada kegiatan spesialisasi. Namun, risiko tersebut tidak dapat diturunkan sampai sama dengan nol. Besarnya Penurunan Risiko Melalui Diversifikasi Risiko yang dialami petani ketika melakukan kegiatan usahatani dengan spesialisasi dapat diturunkan besarnya risiko tersebut melalui kegiatan diversifikasi. Kegiatan usahatani melalui diversifikasi dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa komoditi dalam setiap musim tanam. Hal ini dapat dilihat dibawah ini beberapa kombinasi komoditi yang dapat menurunkan risiko pendapatan pada kegiatan spesialisasi. 1. Pada kegiatan spesialisasi, kacang panjang memiliki risiko pendapatan sebesar Besarnya risiko tersebut dapat diturunkan ketika kacang panjang dikombinasikan dengan tanaman lain, seperti cabai keriting-kacang panjang (risiko pendapatannya turun sebesar 0.214), cabai keriting-bunciskacang panjang (risiko pendapatannya turun sebesar 0.184), cabai keritingkacang panjang-sawi (risiko pendapatanya turun sebesar 0.181), cabai keriting-kacang panjang-tomat (risiko pendapatannya turun sebesar 0.185), cabai keriting-kacang panjang-buncis-sawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.155), cabai keriting-kacang panjang-tomat-sawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.156), cabai keriting-buncis-kacang panjangtomat (risiko pendapatannya turun sebesar 0.159), buncis-kacang panjangtomat-sawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.023), dan cabai keriting-

74 buncis-kacang panjang-tomat-sawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.133). 2. Buncis memiliki risiko pendapatan sebesar Risiko pendapatan tersebut dapat diturunkan dengan kegiatan diversifikasi melalui kombinasi antara lain; kacang panjang-buncis (risiko pendapatannya turun sebesar 0.071), bunciscabai keriting (risiko pendapatannya turun sebesar 0.338), cabai keritingbuncis-kacang panjang (risiko pendapatannya turun sebesar 0.319), cabai keriting-buncis-tomat (risiko pendapatannya turun sebesar 0.309), cabai keriting-buncis-sawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.306), bunciskacang panjang-tomat (risiko pendapatannya turun sebesar 0.037), cabai keriting-kacang panjang-buncis-sawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.29), cabai keriting-buncis-tomat-sawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.281), dan cabai keriting-buncis-kacang panjang-tomat-sawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.268). 3. Risiko pendapatan tomat sebesar Risiko pendapatan tersebut dapat diturunkan dengan kegiatan diversifikasi melalui kombinasi antara lain; tomat-kacang panjang (risiko pendapatannya turun sebesar 0.094), tomatbuncis (risiko pendapatannya turun sebesar 0.017), tomat-cabai keriting (risiko pendapatannya turun sebesar 0.373), cabai keriting-buncis-tomat (risiko pendapatannya turun sebesar 0.342), cabai keriting-tomat-sawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.344), buncis-kacang panjang-tomat (risiko pendapatannya turun sebesar 0.07), kacang panjang-tomat-sawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.002), cabai keriting-kacang panjang-tomat (risiko pendapatannya turun sebesar ), buncis-kacang panjang-tomatsawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.023), cabai keriting-buncis-tomatsawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.314), cabai keriting-bunciskacang panjang-tomat (risiko pendapatannya turun sebesar 0.327) dan cabai keriting-buncis-kacang panjang-tomat-sawi (risiko pendapatannya turun sebesar 0.301). 4. Sawi risiko pendapatannya pada kegiatan spesialisasi sebesar Risiko pendapatan tersebut dapat diturunkan dengan kegiatan diversifikasi melalui kombinasi antara lain ; sawi-tomat (turun sebesar 0.134), sawi-kacang panjang (turun sebesar 0.256), sawi-buncis (turun sebesar 0.162), sawi-cabai keriting (turun sebesar 0.596), cabai keriting-buncis-sawi (turun sebesar 0.565), cabai keriting-kacang panjang-sawi (turun sebesar 0.575), cabai keriting-tomat-sawi (turun sebesar 0.570), buncis-kacang panjang-sawi (turun sebesar 0.257), kacang panjang-tomat-sawi (turun sebesar 0.246), buncistomat-sawi (turun sebesar 0.185), cabai keriting-kacang panjang-buncis-sawi (turun sebesar 0.549), cabai keriting-kacang panjang-tomat-sawi (turun sebesar 0.550), buncis-kacang panjang-tomat-sawi (turun sebesar 0.249), cabai keriting-buncis-tomat-sawi (turun sebesar 0.540), dan cabai keritingbuncis-kacang panjang-tomat-sawi (turun sebesar 0.527). Perhitungan yang lebih jelas mengenai risiko kegiatan spesialisasi dan diversifikasi dapat dilihat pada Lampiran 6. Untuk meminimalkan risiko produksi maupun pendapatan perlu dilakukan perawatan yang optimal terhadap tanaman yang diusahakan agar produktivitas yang dihasilkan tinggi dan berdampak terhadap meningkatnya pendapatan petani. 55

75 56 Strategi Penanganan Risiko Usaha Sayuran Strategi penanganan risiko merupakan siasat untuk melindungi aset dan kemampuan dalam memberikan hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari peristiwa yang tidak dapat dikendalikan. Strategi pengelolaan yang disiapkan secara rinci dan detail dapat membantu perusahaan atau lembaga dalam menekan dan meminimalisir besarnya risiko yang dihadapi. Hal ini dapat berdampak positif bagi perusahaan atau lembaga dengan bertambahnya produktivitas dan penerimaan yang akan diperoleh. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu menyusun strategi dalam mengendalikan risiko yang dihadapi, maka produksi dan penerimaan yang diperoleh akan menurun. Strategi penanganan risiko yang disusun merupakan bentuk kajian yang diambil berdasarkan kondisi sebenarnya yang terjadi pada petani di Gapoktan Rukun Tani. Petani memiliki usaha yang salah satunya fokus pada tanaman sayuran sebenarnya sudah menyadari akan adanya risiko pada kegiatan produksi maupun penjualan yang dihadapi. Namun, petani Gapoktan Rukun Tani sudah melakukan beberapa langkah penanganan risiko antara lain; pencegahan dan pengendalian serangan hama dan penyakit untuk mengurangi jumlah tanaman yang mati dan mengurangi buah atau bagian tanaman yang rusak atau terserang, menjadwalkan waktu penanaman yang tepat untuk beberapa komoditi sayuran melalui sistem penanaman sayuran bergilir bagi petani, penggunaan benih yang bersertifikat atau berlabel untuk beberapa komoditas sayuran, dan merespon dengan baik terhadap perubahan tren permintaan. Namun, langkah penanganan risiko tersebut ada yang efektif atau memiliki pengaruh dalam mengurangi risiko dan ada juga yang tidak efektif atau tidak memiliki pengaruh dalam mengurangi risiko. Petani Gapoktan Rukun Tani melakukan kegiatan usaha spesialisasi dan diversifikasi dalam pengusahaan sayuran. Petani mengalami kesulitan dalam penanganan risiko produksi pada musim hujan, karena diperlukan suatu pengendalian hama dan penyakit sayuran secara intensif. Tetapi, karena faktor curah hujan dan bebarapa komoditas benih sayuran yang masih sebagian petani menggunakan benih lokal sehingga daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit menjadi menurun. Hal ini menyebabkan terjadinya gagal panen dan penurunan produksi sayuran. Strategi penanganan risiko yang dapat diterapkan pada petani di Gapoktan Rukun Tani terkait dengan besaran risiko pendapatan yang dihadapi antara lain : 1. Penerapan Spesialisasi pada Komoditi Cabai Keriting Strategi penanganan risiko pendapatan untuk usahatani cabai keriting cukup efektif jika dilakukan secara spesialisasi. Dari analisis risiko pendapatan yang sudah penulis lakukan, menunjukkan usaha sayuran cabai keriting dengan metode spesialisasi memperoleh risiko pendapatan lebih rendah dibandingkan dengan metode diversifikasi. Cabai keriting yang yang dilakukan dengan spesialisasi dapat lebih fokus dalam melakukan perawatan tanaman, seperti dengan pemasangan mulsa dan pengendalian terhadap hama dan penyakit. 2. Pengembangan Diversifikasi Diversifikasi merupakan salah satu bentuk strategi penanganan risiko yang dikembangkan oleh perusahaan dengan mengusahakan beberapa komoditi. Tujuannya adalah apabila satu jenis komoditi memiliki hasil yang rendah maka

76 komoditi-komoditi yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi. Diversifikasi yang dilakukan petani harus sesuai dengan pola tanam yang diterapkan oleh Gapoktan Rukun Tani. Diversifikasi dapat dilakukan secara monokultur dan dapat juga dengan sistem tumpangsari dalam waktu yang sama. Tujuan dilakukan kegiatan tumpangsari tanaman sayuran adalah untuk mengefisienkan penggunaan lahan, dan untuk menutupi kegagalan pada kegiatan usahatani pada salah satu komoditi dan digantikan dengan komoditi yang lainnya. Untuk itu, petani Gapoktan Rukun Tani perlu memperhatikan jenis komoditi sayuran yang akan ditumpangsarikan agar risiko produksi yang sering dihadapi petani bisa diminimalisir. Petani pada Gapoktan Rukun Tani dalam melakukan kegiatan diversifikasi memperoleh banyak kelebihan atau manfaat. Kelebihan atau manfaat dari diversifikasi adalah dapat mengurangi risiko produksi, efektivitas penggunaan tenaga kerja, efektivitas pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan), dan dapat mengefisienkan penggunaan biaya. Oleh karena itu, diversifikasi usahatani sayuran merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk mengurangi atau meminimalisir risiko produksi petani sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani di Gapoktan Rukun Tani. 3. Kerjasama Pemasaran Kerjasama pemasaran merupakan suatu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Gapoktan Rukun Tani dengan pihak pasar dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Untuk bisa menjalin kerjasama tersebut dibutuhkan komitmen dari Gapoktan Rukun Tani untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas baik. Petani Gapoktan Rukun Tani perlu adanya pemilahan produk sayuran sesuai dengan gradenya, seperti grade A, B, C. Harga sayuran tersebut sesuai dengan gradenya. Dengan adanya grade tersebut Gapoktan Rukun Tani bisa melakukan kerjasama secara berkelanjutan dengan pasar-pasar yang lebih moderen, seperti giant, carrefour, dan lainnya. Adanya kerjasama tersebut dapat meningkatkan pendapatan petani dan petani akan menjadi lebih sejahtera. Produk sayuran petani tidak lagi ada kejadian yang tidak laku di pasar karena permintaan sedikit, tetapi supply melebihi permintaan sehingga produk tersebut dijadikan sebagai makanan ternak. Tindakan tersebut dapat membuat kerugian bagi petani dalam menjalankan usahataninya. 4. Manajemen Usahatani Manajemen usahatani yang dimaksud adalah pengaturan mengenai jadwal tanam yang tepat untuk suatu komoditi, pemberian dosis pestisida yang tepat, pengaturan terkait dengan jenis dan kebutuhan benih setiap periode tanam, jumlah tenaga kerja harus tepat, pengaturan irigasi, dan pengaturan waktu panen. Tujuan dari adanya manajemen usahatani ini adalah untuk membantu petani dalam melakukan usahatani agar biaya yang dikeluarkan lebih efisien dan hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Manajemen usahatani ini tidak bisa terlepas dari perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengelolaan (Actuating), dan pengontrolan (Controlling). Perencanaan yang dilakukan oleh Gapoktan Rukun Tani dimulai dari pembelian input, pembibitan, perawatan dan pemanenan. Disamping itu, perencanaan mengenai pencegahan hama dan penyakit perlu dilakukan terutama pada saat musim hujan dan cuaca tidak mendukung sehingga hama dan penyakit sangat banyak menyerang tanaman. Tujuannya adalah untuk memperoleh 57

77 58 produksi sayuran yang sesuai dengan target dan meningkatkan produktivitas. Namun, Gapoktan Rukun Tani tetap melakukan kegiatan penanaman pada saat musim hujan karena ingin memenuhi permintaa konsumen. Oleh karena itu, petani melakukan perawatan dan pengawasan tanaman secara intensif. Pengorganisasian terhadap petani yang menjadi anggota dan beberapa karyawan yang terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran sangat penting dilakukan, terutama terkait dengan pembagian tugas secara jelas dan rinci. Pengorganisasian bermanfaat untuk meningkatkan peran dari petani dan karyawan dalam pelaksanaan kegiatan produksi dan pemasaran agar produktivitas petani menjadi meningkat. Actuating atau pengelolaan dilakukan berupa pengarahan kepada petani anggota terkait dengan informasi mengenai pertanian. Pengarahan ini dilakukan di sekretariat Gapoktan Rukun Tani secara rutin setiap minggu. Disamping itu, dilakukan juga koordinasi mengenai pola tanam yang diterapkan petani sesuai atau tidak dengan ketentuan yang ditetapkan Gapoktan agar hasil yang diperoleh petani menjadi maksimal. Pengelolaan ini bertujuan untuk membantu petani dalam menentukan alternatif yang tepat dalam pengendalian terhadap risiko produksi yang dihadapi oleh petani. Controlling atau pengontrolan dilakukan dalam bentuk pengawasan terhadap kegiatan produksi petani agar sesuai dengan ketentuan dari Gapoktan Rukun Tani. Pengontrolan ini sering dilakukan oleh ketua dan sekretaris Gapoktan, serta dibantu oleh petugas penyuluh pertanian dari Dinas pertanian kabupaten Bogor. 5. Penggunaan Benih Bersertifikat dan Perawatan Sayuran secara Intensi Benih bersertifikat atau benih berlabel merupakan benih yang sudah teruji kualitas atau mutunya (fisik, fisiologis, dan genetik). Benih yang yang bersertifikat akan memiliki daya tumbuh atau viabilitas yang lebih besar dibandingkan dibandingkan dengan benih lokal. Benih yang bersertifikat memiliki daya tahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih lokal dalam menghadapi serangan terhadap hama dan penyakit. Namun, perawatan yang intensif terhadap tanaman sayuran juga diperlukan untuk meningkatkan produksi dan kualitas dari sayuran yang dihasilkan. Perawatan sayuran harus dilakukan secara teratur sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, terutama terkait dengan waktu untuk dilakukan pembersihan gulma, pemupukan, penyemprotan, serta pengairan. Hal ini menjadi salah satu upaya yang bisa diterapkan petani dalam meningkatkan produksi dan kualitas sayuran. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Petani dalam mengusahakan beberapa jenis komoditi sayuran sering menghadapi risiko produksi karena disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi sumber risiko. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah cuaca (curah hujan dan angin) yang sulit diprediksi, adanya serangan hama dan penyakit, tingkat kesuburan tanah yang kurang baik, dan benih yang digunakan tidak bersertifikat. Upaya petani di Gapoktan Rukun Tani dalam menurunkan risiko produksi salah satunya adalah melalui kegiatan diversifikasi.

78 59 Berdasarkan perbandingan risiko pendapatan pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi pada komoditi kacang panjang, buncis, tomat, cabai keriting, dan sawi, menunjukkan kegiatan diversifikasi dapat menurunkan risiko pendapatan. Namun, untuk komoditi cabai keriting tidak dapat diturunkan risiko pendapatannya melalui kegiatan diversifikasi, sehingga komoditi tersebut cocok diusahakan secara spesialisasi. Komoditi-komoditi yang dapat diturunkan risiko pendapatannya melalui kegiatan diversifikasi tidak membuat risiko pendapatannya tersebut menjadi nol. Hal ini dapat dilihat dari nilai coefficient variation pada kegiatan diversifikasi pada kombinasi komoditi-komoditi sayuran tersebut tidak sama dengan nol. Berdasarkan hasil perbandingan pada kegiatan diversifikasi terutama pada kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, empat komoditi, dan lima komoditi, diperoleh bahwa kombinasi pada dua komoditi memiliki risiko pendapatan yang paling rendah. Kombinasi komoditi yang paling rendah terdapat pada kombinasi komoditi cabai keriting-kacang panjang. Hasil analisis ini menunjukkan kegiatan diversifikasi dapat menurunkan risiko pendapatan yang sering dihadapi petani. Petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani dalam meminimalisasi risiko pendapatan dapat melakukan berbagai macam alternatif strategi antara lain melalui kegiatan spesialisasi, melalui pengembangan diversifikasi, kerjasama pemasaran, menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam usahatani, penggunaan benih yang bersertifikat, serta melakukan kegiatan perawatan tanaman sayuran secara optimal. Saran Petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani sebaiknya melakukan pengelolaan risiko dan menerapkan strategi yang tepat agar risiko pendapatan maupun produksi petani dapat diminimalisir. Strategi pengembangan diversifikasi merupakan salah strategi yang telah dikembangkan petani dalam meminimalisir risiko. Namun, untuk komoditi cabai keriting sangat baik jika dikembangkan secara spesialisasi karena risiko pendapatan petani paling rendah dan tidak dapat diturunkan risikonya melalui kegiatan diversifikasi. Bagi petani, apabila ingin melakukan usahatani melalui kegiatan diversifikasi sebaiknya melakukan kegiatan usahatani pada kombinasi tiga komoditi yaitu cabai keriting-kacang panjang-sawi. Karena melalui usaha sayuran pada kombinasi tiga kombinasi tersebut, petani memperoleh risiko pendapatan yang lebih kecil dibandingkan pada kombinasi komoditi sayuran yang lainnya. Setelah adanya penelitian ini, diharapkan ada penelitian lanjutan mengenai peran dari Gapoktan dalam meningkatkan produktivitas sayuran petani anggota dan pendapatnnya. Kajian tersebut dapat menjadi saran bagi petani yang ada di Gapoktan Rukun Tani dalam memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatannya

79 60 DAFTAR PUSTAKA Alibasyah R Protani : Diversifikasi, Meningkatkan Taraf Hidup Petani. Http: http :/ Diversifikasi, Meningkatkan Taraf Hidup Petani_Seuramoe Informasi Pemerintah Aceh. Htm [30 Mei 2013] Barron s Mengatur Keuangan. PT. Media Komputindo. Jakarta. [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Curah Hujan Bulanan di Desa Citapen Tahun BMKG Stasiun Klimatologi dan Geofisika Citeko Cisarua. Bogor. BPS Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha. Badan Pusat Statistik. Http : http// [26 April 2013]. Cher, P.A Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada PT. Masada Organik Indonesia [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Darmawi H Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara Debertin, D.L Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company, New York. Diether KB Mean Variance Analysis A Portofolio of Three Risk Assets. Fisher College of Bussiness. [Diperta] Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat Produksi Sayuran Provinsi Jawa Barat dalam Angka. Http : Htm [30 April 2013] [Diperta] Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat Produktivitas Sayuran Provinsi Jawa Barat dalam Angka. Http : Htm [30 April 2013] [Ditjen Hortikultura] Nilai PDB Berdasarkan Harga Berlaku. Jakarta : Ditjen Hortikultura. Fariyanti A Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung [Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Hardwood J, Heifner R, Coble K, Perry J, Somwaru A Managing Risk In Farming : Concepts, Research, And Analysis. US : Economic Research Service. Kurnia U Teknologi Konservasi Tanah Pada Lahan Kering Berlereng. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Mandasari J Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Octiasari Hubungan Penguasaan Lahan Sawah Dengan Pendapatan Usahatani Padi (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi). [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Panggabean Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium Pada Permata Anggrek Di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Purwanti Y Analisis Risiko Produksi Sayuran Hidroponik Pada PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm) Lembang, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.

80 [Pusat Data dan Informasi Pertanian] Volume Ekspor Komoditi Pertanian. Jakarta : Departemen Pertanian Rahardi, F Agribisnis Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. Redaksi Agromedia Panduan Lengkap Budi Daya & Bisnis Cabai. Jakarta : Agromedia Pustaka. Robison LJ, Barry PJ The Competitive Firm s Response to Risk. London : Macmillan Publisher. Safitri NA Analisis Risiko Produksi Daun Potong Di PT. Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Saragih I Langkah-Langkah Hadapi Perubahan Iklim untuk Tanaman Pangan dan Hortikultura. Vol.VII, No. 442 : Agroindonesia. Sari RM Risiko Harga Cbai Merah Keriting dan Cbai Merah Besar di Indonesia [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Situmeang H Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting Pada Kelompok Tani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Bogor [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Syukur M, Yunianti R, Dermawan R Sukses Panen Cabai Tiap Hari. Jakarta : Penebar Swadaya. Tarigan PES Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada Permata Hati Organic Farm Di Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Utami AD Risiko Produksi dan Perilaku Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Wahyuningsih I Analisis Risiko Produksi dan Perilaku Penawaran Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. 61

81 62 LAMPIRAN Lampiran 1 Rekapitulasi produksi sayuran di Gapiktan Rukun Tani (Kg) Komoditi Sayuran Cabe Keriting Jagung Manis Cesin/Sawi Timun Buncis Kacang Panjang Tomat Jagung Acar Cabe Rawit Kapri Terong Kecil Nangka Lenca Bawang Daun Terong Panjang

82 63 Lampiran 2 Rekapitulasi harga sayuran 1. Rekapitulasi harga sayuran tahun 2010 Komoditi Bulan Cesin/Sawi Timun Cabe Keriting Tomat Buncis Kacang Panjang Jagung Manis Rekapitulasi harga sayuran tahun 2011 Komoditi Bulan Cesin/Sawi Timun Cabe Keriting Tomat Buncis Kacang Panjang Jagung Manis

83 64 3. Rekapitulasi harga sayuran tahun 2012 Komoditi Bulan Cesin/Sawi Timun Cabe Keriting Tomat Buncis Kacang Panjang Jagung Manis Lampiran 3. Data Curah Hujan di Desa Citapen Tahun No Bulan Jumlah Rata-rata MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH 1. Januari , , , ,64 23,6 2. Februari 469, , , , ,56 23,8 3. Maret 319, , , , , ,04 25,2 4. April 124, , , , ,46 23,4 5. Mei 163, , , , ,1 17,8 6. Juni 237, , , , ,56 15,5 7. Juli 140, ,7 7 8, ,6 8. Agustus 206,1 11 6,6 4 73, , , ,68 9,4 9. September 202, ,5 3 62, , , Oktober 186, , ,62 16,4 11. November 256, , , , , Desember 232, , , , , ,08 25,8

84 65 Total , Rata-rata 270, , ,78 17,67 283,45 19,50 268,42 18, ,71 97, ,75 Sumber : Stasiun aklimatologi dan Geofisika Citeko Cisarua (2012) Lampiran 4 Jenis usaha/komoditi yang diusahakan oleh anggota Gapoktan Rukun Tani No Skala Usaha Produktivitas Produksi/Volume Jenis Usaha Pertahun Volume (Kw) Pertahun (Ton) (Ha) (Ton/Ekor) Lokasi Pemasaran Peluang Pertanian 1. Padi Sawah Pasar Lokal - 2. Jagung Manis Pasar TU Kemang Supermarket Cabai Keriting Pasar TU Kemang Supermarket Tomat Pasar TU Kemang Supermarket Buncis Pasar TU Kemang Kacang Panjang Pasar TU Kemang Timun Pasar TU Kemang Supermarket Pkcoy Pasar TU Kemang Supermarket Caisim Pasar TU Kemang Supermarket Terung Pasar TU Kemang Supermarket 2000 Peternakan 14. Sapi 25 ekor Dijual di tempat Kambing/Domba 300 ekor Dijual di tempat Kelinci 1000 ekor Dijual di tempat Luar Daerah 2007 Pengolahan Sale 17. Sale Pisang 6 ton 6 6 Dijual di tempat Sumber : Gapoktan Rukun Tani (2010) Lama Berusa ha

85 66 Lampiran 5 Struktur kepengurusan Gabungan Kelompoktani Rukun Tani Ketua H.Misbah Tim Pengarah Kades : H. Eman Sulaeman PPL : Indra S.W. Tokoh Masyarakat : H. Agus Bendahara H. Harun Arrasyid Sekretaris Jamil Unit Usaha Produksi Unit Usaha Saprodi Unit Usaha Pengolahan Unit Usaha Permodalan Unit Usaha Pemasaran Unit Usaha Alsintan Gapoktan Rukun Tani Poktan Pondok Menteng H. Misbah (Ketua) Poktan Sukamaju Samo (Ketua) Poktan Sili Asih H. Agus (Ketua) Poktan Bina Mandiri Yudi. S. (Ketua) Poktan Sawah Lega H.Tohiri (Ketua) Poktan Tani Jaya Dade (Ketua) KWT Citapen Berkarya Neng S (Ketua)

86 67 Lampiran 6 Perhitungan variance, standard deviation, dan coeficient variation pada kegiatan spesialisasi dan diversif ikasi 1. Kegiatan spesialisasi berdasarkan produktivitas 1a. Cabai Keriting Keterangan Probability (Pi) Produktivitas (Pi x Pr) (Pr) Tertinggi 0, , , Terendah 0, ,75 817, Normal 0, , , Expected return (ER) Variance Standard Deviation Coefficient Variation 5.332, Probability (Pi) (Pr-ER) (Pr-ER) 2 (Pi) x (Pr-ER) 0, , , ,4599 0, , , ,7383 0, , , , , , , b. Buncis Keterangan Probability (Pi) Produktivitas (Pi x Pr) (Pr) Tertinggi 0, , , Terendah 0, , , Normal 0, , ,12 Expected return (ER) Variance Standard Deviation Coefficient Variation 6.767, Probability (Pi) (Pr-ER) (Pr-ER) 2 (Pi) x (Pr-ER) 0, , , ,35 0,234 (3.062,941666) , ,126 0,534 79, , , , , ,

87 68 1c. Tomat Keterangan Probability (Pi) Produktivitas (Pi x Pr) (Pr) Tertinggi 0, , , Normal 0, , , Terendah 0, , , Expected return (ER) Variance Standard Deviation Coefficient Variation 6.828, Probability (Pi) (Pr-ER) (Pr-ER) 2 (Pi) x (Pr-ER) 0, , , ,029 0, (36,375661) 1.323, , , (2.633,597884) , , , , , d. Sawi Keterangan Probability (Pi) Produktivitas (Pr) Tertinggi 0, , , Terendah 0, , , Normal 0, , ,25926 Expected return (ER) Variance Standard Deviation Coefficient Variation 8.231, Probability (Pi) (Pr-ER) (Pr-ER) 2 (Pi) x (Pr-ER) 0, , , ,948 0, (4.666,666666) , ,805 0,5 (212,962962) , , , , ,

88 69 1e. Kacang Panjang Keterangan Probability (Pi) Produktivitas (Pr) Tertinggi 0, , , Normal 0, , , Terendah 0, , , Expected return (ER) Variance Standard Deviation Coefficient Variation 6.325, Probability (Pi) (Pr-ER) (Pr-ER) 2 (Pi) x (Pr-ER) 0, , , ,381 0, , , , , (2.659,22865) , , , , ,

89 70 2. Kegiatan spesialisasi berdasarkan pendapatan 2a. Cabai Keriting Keterangan Probability (Pi) Tertinggi 0,21125 Terendah 0, Normal 0, Expected return (ER) Variance Standard Deviation Coefficient Variation Total Penerimaan (TR) Total Biaya (TC) Pendapatan (TI) (Pi x TI) , , , (Pi) (TI-ER) (TI-ER) 2 (P i ) x(ti-er) 0, , ( ) , ,

90 71 2b. Buncis Keterangan Probability Total Penerimaan (TR) Total Biaya (TC) Pendapatan Tertinggi 0, , ,6 Normal 0, , ,568 Terendah 0, , ,186 Expected return Variance Standard Deviation Coefficient Variation (TI) (Pi) (TI-ER) (TI-ER) 2 (Pi) x (TI-ER) 0, , ,234 ( ) ,

91 72 2c. Kacang Panjang Keterangan Probability Tertinggi 0, Normal 0, Terendah 0, Expected return Variance Standard Deviation Coefficient Variation Total Penerimaan (TR) Total Biaya (TC) , , Pendapatan (TI) , , , (Pi) (TI-ER) (TI-ER) 2 (Pi) x (TI-ER) 0, , , ( ) ,

92 73 2d. Tomat Keterangan Probability Tertinggi 0, Normal 0, Terendah 0, Expected return Variance Standard Deviation Coefficient Variation Total Penerimaan (TR) Total Biaya (TC) , , , Pendapatan (TI) , , , (Pi) (TI-ER) (TI-ER) 2 (Pi) x (TI-ER) 0, , ( ) , ( ) ,

93 74 2e. Sawi Keterangan Probability Tertinggi 0, Normal 0,5 Terendah 0, Expected return Variance Standard Deviation Coefficient Variation Total Penerimaan (TR) Total Biaya (TC) , , , Pendapatan (TI) , ( ) ( ,1477) (Pi) (TI-ER) (TI-ER) 2 (Pi) x (TI-ER) 0, ,5 ( ) , ( ) ,

94 75 Lampiran 7 Kegiatan-Kegiatan Petani dan Kondisi Tanaman Petani Tanaman Tomat Secara Monokultur Tanaman Ceisin/Sawi Pemupukan Sistem Tugal Kegiatan Menanam Cabai Keriting Pemberian Pupuk Cair Pada Cabai Pembibitan Tanaman Cabai 1

95 76 Tanaman Tomat Pemberian Pupuk Kandang Kacang Panjang dan Singkong Tanaman Buncis

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI PUTRI ANNISA CHER H34070052 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

30% Pertanian 0% TAHUN

30% Pertanian 0% TAHUN PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR SKRIPSI HELENTINA SITUMEANG H34096040 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Yohanes Andika Tj. 2013110060 Al Faisal Mulk 2013110067 M. Ibnu Haris 2014110011 Abstrak Kebijakan asuransi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi sayuran organik ini dilaksanakan di PT Masada Organik Indonesia, Desa Ciburial, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI IRIANA WAHYUNINGSIH H34080045 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berkawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Memahami konsep risiko secara luas merupakan dasar yang sangat penting untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN 1 RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian memiki arti penting dalam pembangunan perekonomian bangsa. Pemerintah telah menetapkan pertanian sebagai prioritas utama pembangunan di masa mendatang. Sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

FLORENT ROSTRINA IDANI H

FLORENT ROSTRINA IDANI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN OPTIMALISASI POLA TANAM SAYURAN DI KELOMPOK TANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI FLORENT ROSTRINA IDANI H34104026 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan yang besar. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci