I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah merupakan lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, di mana pada lahan tersebut dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi. Pada lahan sawah, penggenangan tidak dilakukan terus-menerus tetapi mengalami masa pengeringan sehingga terjadi perbedaan lamanya penggenangan dan pengeringan (Pardosi et al. 2013). Adanya masa penggenangan dan pengeringan pada lahan sawah akan mempengaruhi sifat tanah yang merupakan indikator kualitas suatu tanah. Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikator kualitas tanah. Indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah (Partoyo 2005). Indikator kualitas tanah dapat dinilai dari kuantitas dan kualitas tanah. Penilaian kualitas tanah dikumpulkan melalui analisis tanah baik secara kimia, fisika, maupun biologi serta didukung dengan wawancara petani (Dang 2007). Kualitas tanah merupakan kemampuan tanah untuk dapat berfungsi di dalam ekosistemnya untuk mendukung produktivitas tanaman dan hewan, meningkatkan kualitas air dan udara serta mendukung kesehatan manusia dan lingkungan. Kualitas tanah pada suatu lahan dapat dipengaruhi oleh kandungan unsur-unsur hara dan bahan organik yang terdapat di dalam tanah (Ngo-Mbogba et al. 2015). Kandungan bahan organik yang tinggi di dalam tanah akan meningkatkan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah sehingga kualitas tanah juga akan semakin meningkat (Nugroho et al. 2011). Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati Tahun , luas lahan sawah di Kabupaten Pati kurang lebih Ha yag tersebar di beberapa kecamatan. Rata-rata produksi padi sawah di Kabupaten Pati dari tahun yaitu ton, sedangkan rata-rata produktivitas padi sawah dari tahun yaitu 5,6 ton/ha (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah 2014). Dalam Berita Resmi Statistik Kabupaten Pati Nomor 13/11/3318/Th.I, menyatakan bahwa 1

2 2 Angka Ramalan (ARAM) II produksi padi Kabupaten Pati tahun 2014 diperkirakan sebesar 498,48 ribu ton GKG, mengalami penurunan produksi sebanyak 85,79 ribu ton (14,68%) dibandingkan dengan produksi tahun Penurunan angka produksi ini dipengaruhi oleh luas panen yang cukup signifikan yaitu sebesar 11,35 ribu hektar (10,91%) dari 103,99 ribu hektar pada tahun 2013 menjadi 92,65 ribu hektar pada tahun Keadaan ini didukung dengan penurunan angka produktivitas padi di tahun 2014 dibanding tahun Adanya penurunan hasil padi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat disekitarnya, seperti kondisi tanah yang berhungan erat dengan kualitas tanah lahan padi tersebut. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai kualitas tanah sawah di Kabupaten Pati agar dapat mengetahui lebih lanjut tentang keadaan lahan di daerah tersebut. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah berdasarkan analisis kualitatif dan kuantitatif tanah sawah Kabupaten Pati? 2. Indikator fisika, kimia, dan biologi apa yang paling mempengaruhi kualitas tanah sawah di Kabupaten Pati? C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kualitas tanah sawah di Kabupaten Pati secara kualitatif dan kuantitatif. 2. Mengidentifikasi indikator yang tepat untuk menilai kualitas tanah sawah di Kabupaten Pati. D. Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian yang telah dilakukan adalah diperoleh data yang dapat digunakan untuk mengevaluasi perbaikan lahan sawah di Kabupaten Pati, sehingga dapat memberikan informasi yang berguna untuk menentukan tindakantindakan yang harus dilakukan pada kegiatan perbaikan lahan selanjutnya yang dapat mempengaruhi kualitas tanah sawah sehingga produktivitas padi meningkat.

3 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Tanah Tanah merupakan campuran berbagai partikel yang berbeda bentuk dan ukurannya, material hidup dan mati termasuk mikroorganisme, akar, sisa-sisa tanaman dan binatang, udara dan air. Di dalam tanah, reaksi fisik, kimiawi, dan biologi terjadi dan saling berhubungan. Bentuk fisik tanah memegang peranan penting dalam reaksi alami biologis dan kimia. Faktor tersebut berpengaruh terhadap kualitas tanah (Prihastanti 2010). Kualitas tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk berfungsi dalam berbagai batas ekosistem untuk mendukung produktivitas biologi, mempertahankan kualitas lingkungan dan meningkatkan kesehatan tanaman, hewan, dan manusia. Secara umum, terdapat tiga makna pokok dari definisi tersebut yakni: 1) produksi berkelanjutan yaitu kemampuan tanah untuk meningkatkan produksi dan tahan terhadap erosi, 2) mutu lingkungan yaitu tanah diharapkan mampu untuk mengurangi pencemaran air tanah, udara, penyakit, dan kerusakan sekitarnya, dan 3) kesehatan makhluk hidup (Suriadi dan Nazam 2005). Kualitas tanah merupakan kapasitas dari suatu tanah dalam suatu lahan untuk menyediakan fungsi-fungsi yang dibutuhkan manusia atau ekosistem alami. Kualitas tanah sebagai kapasitas tanah berfungsi dalam batas-batas ekosistem dan berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Batas-batas dan interaksi tanah dengan lingkungan tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas tanah yang berkaitan dengan pengelolaan tanah. Pengelolaan tanah seperti pengolahan tanah, pemupukan, rotasi tanaman, pengelolaan air, pengapuran, dan tanaman penutup secara signifikan mempengaruhi kualitas tanah (Karlen et al. 2004). Penentuan ciri-ciri kualitas tanah yang tinggi tergantung pada faktor yang melekat pada tanah, bentuk lahan, iklim, dan penggunaan lahan. Kualitas tanah dianggap tinggi apabila: 1) kandungan bahan organik dan aktivitas biologis tinggi, 2) tanah gembur dengan agregat yang stabil, 3) mudah ditembus oleh akar tanaman, 4) mudah diresapi air daripada air di atas permukaan, dan 5) sedikit 3

4 4 gulma dan penyakit (Lewandowski et al. 1999). Gunino et al. (2009) menyatakan bahwa karakteristik kualitas tanah meliputi tanah yang baik, kedalaman yang dapat ditembus akar untuk pertumbuhan, pasokan nutrisi yang cukup, populasi pathogen dan hama rendah, bebas dari bahan kimia dn beracun, tahan terhadap degradasi serta tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan. B. Indikator Kualitas Tanah Kualitas tanah adalah kombinasi dari sifat fisika, kimia, dan biologi tanah yang mudah berubah sebagai respon dari berbagai kondisi tanah (Marzaioli et al. 2010). Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikatorindikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah. Menurut Soil Quality Institute (2001), indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau proses fisika, kimia, dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah tersebut. Pemilihan indikator kualitas tanah yang sesuai dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak perubahan lahan dan megukur keberhasilan setiap praktik pertanian (Garcia-Ruiz 2008). Ada dua pendekatan umum untuk menilai kualitas tanah yaitu kualitatif dan kuantitatif tanah. Indikator kualitas tanah kualitatif dapat digambarkan melalui pengamatan langsung, artinya petani menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam mengkarakterisasi status dan mendiagnosa setiap perubahan kualitas tanah secara langsung. Pengamatan langsung yang dilakukan oleh petani biasanya menggambarkan sifat-sifat tanah berdasarkan tampilan, bau, dan tekstur. Untuk penilaian kualitas tanah kuantitatif dilakukan menggunakan prosedur yang lebih canggih yang melibatkan analisis data. Indikator kualitas tanah kuantitatif meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi tanah (Dang 2007). Menurut Rahmanipour et al. (2014) indikator kualitas tanah adalah beberapa sifat fisika, kimia, dan biologi tanah yang digunakan untuk menaksir kualitas tanah dan sifat-sifat tanah tersebut sensitif terhadap gangguan. Sifat kimia tanah dapat dipengaruhi oleh penambahan bahan organik, pemupukan, atau pengapuran, dan sifat fisik oleh pengaruh pengolahan tanah, pembalikan lapisan bawah permukaan, pembubunan atau drainase (Sitorus 2004).

5 5 Menurut hasil penelitian Nugroho et al. (2011), menyatakan bahwa sifat kimia tanah terutama ph merupakan faktor yang paling menentukan kualitas tanah. ph tanah atau dapat disebut dengan reaksi tanah merupakan faktor yang mempengaruhi kelarutan nutrisi. Hal ini juga berpengaruh pada aktivitas mikroorganisme yang bertanggungjawab dalam merombak bahan organik dan transformasi kimia dalam tanah (USDA Natural Resources Conservation Service 1998). ph tanah merupakan ukuran kemasaman atau kebasaan dari tanah yang mempengaruhi ketersediaan nutrisi tanaman, aktivitas mikroorganisme, dan kelarutan mineral tanah. Faktor utama yang mempengaruhi ph tanah adalah suhu dan curah hujan, yang mengontrol intensitas pencucian dan pelapukan tanah. Pada umumnya keasaman terkait dengan pencucian tanah. ph merupakan ukuran kemasaman tanah yang didefinisikan sebagai nilai negatif logaritma dari aktivitas ion H + dalam larutan dimana kemasaman tersebut merupakan parameter tanah yang penting karena dapat mempengaruhi kondisi dan mobilitas nutrisi tanaman serta penyerapannya oleh akar tanaman.pengukuran nilai ph tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H + ) di dalam tanah (USDA Natural Resources Conservation Service 1999). Makin tinggi kadar ion H + di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut (Soewandita 2008). ph tanah yang tinggi atau mendekati netral memiliki kandungan bahan organik rendah di dalam tanah. ph tanah dapat meningkat atau menurun tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik yang ditambahkan pada tanah (Nusantara et al. 2012). Sifat kimia tanah yang lainnya yang berpengaruh terhadap kualitas tanah yaitu kandungan C-organik di dalam tanah. Karbon (C) organik merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan kandungan bahan organik di dalam tanah. Kandungan bahan organik pada lahan pertanian berasal dari biomasa tanaman yang akan terangkut keluar bersamaan dengan produksi. Sistem pengolahan tanah yang dilakukan pada lahan pertanian dapat mempercepat pengurasan bahan organik. Pengolahan tanah yang intensif akan menyebabkan kandungan bahan organik semakin rendah (Arifin 2011). Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa fase perombakan oleh

6 6 mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik dapat berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba dalam penyediaan hara tanaman (Firdaus et al. 2013). Bahan organik mempunyai peranan penting sebagai bahan pemicu kesuburan tanah, baik secara langsung sebagai pemasok hara bagi tanaman (Subowo 2010). Bahan organik dapat memasok hampir separuh dari jumlah hara N dan P yang dibutuhkan tanaman (Hadisudarmo dan Supriyadi 2014). Kandungan bahan organik di tanah akan mempengaruhi beberapa sifat kimia tanah yang lain seperti ph tanah, tingkat ketersediaan hara, dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah. KTK menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation tukar dan mempertukarkan kation tersebut yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk penyediaan unsur hara. Tanah yang mempunyai KTK tinggi akan mempunyai kemampuan tinggi dalam menyimpan unsur hara (Yusanto 2009).KTK merupakan kemampuan tanah untuk menyuplai dan menyimpan unsur hara yang dipengaruhi oleh pengelolaan tanah (Yao et al. 2013). KTK merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daipada tanah dengan KTK rendah, karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air. Tanahtanah dengan kandungan bahan organik tinggi akan memiliki KTK yang tinggi (Soewandita2008). N merupakan unsur penting bagi pertumbuhan tanaman dan ditambahkan dalam pemupukan untuk merangsang produktivitas tanaman (Doole 2015). Ketersediaan unsur hara N bagi tanaman dihasilkan dari bahan organik sangat berguna bagi peningkatan jumlah anakan padi sehingga produktivitas tanaman padi dapat menigkat (Tambunan et al. 2013). P-tersedia sangat bergantung pada bentuk P di tanah yang kelarutannya dikendalikan oleh ph tanah (Amacher et al. 2007). Nilai ph tanah netral menyebabkan kandungan P-tersedia tanah menjadi tinggi (Arifin 2011). Unsur Kalium (K) merupakan unsur hara yang sangat mudah tercuci, akibatnya tanah akan sering kekurangan unsur kalium (Mujiyanti dan Supriyadi 2009). Pengembalian unsur kalium dari sisa tanaman merupakan

7 7 sumber yang penting dalam menjaga keseimbangan kadar kalium dalam tanah (Damanik et al. 2010). Menurut Arsyad (2006), tekstur tanah merupakan ukuran butir dan proporsi kelompok ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah. Butir-butir primer tanah terkelompok dalam liat (clay), debu (silt), dan pasir (sand). Pada tanah dengan unsur dominan liat ikatan antar partikel-partikel tanah tergolong kuat memantapkan agregat tanah sehingga tidak mudah tererosi (Butar 2013). Tingginya kandungan liat juga berpotensi tinggi untuk formasi agregat. Agregat makro akan melindungi bahan organik dari mineralisasi lebih lanjut (Supriyadi 2008). Kemantapan agregat juga dipengaruhi oleh kemiringan lereng. Kemiringan lereng merupakan unsur topografi yang berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Semakin curam lereng, erosi dan aliran permukaan yang terjadi semakin besar. Begitu juga dengan kandungan bahan organik, semakin curam lereng maka kandungan bahan organik semakin rendah (Refliaty 2010). Penurunan agregat tanah berkaitan dengan penurunan bahan organik tanah, aktivitas perakaran tanaman, dan mikroorganisme tanah. Penurunan ketiga agen pengikat agregat tanah tersebut selain menyebabkan agregat tanah relatif mudah pecah sehingga menjadi agregat atau partikel yang lebih kecil (Suprayogo et al. 2011). Agregat tanah dapat dipengaruhi oleh bobot volume (BV). Bobot volume (BV) merupakan petunjuk untuk kemampatan tanah, semakin padat suatu tanah maka makin tinggi berat volumenya, yang berarti semakin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman (Waluyaningsih 2008). Jika BV rendah maka tanah akan semakin gembur sehingga memudahkan penetrasi akar, sirkulasi udara, dan air dalam tanah menjadi lebih baik karena jumlah pori yang tersedia lebih memadai. Penurunan BV menyebabkan agregat tanah menjadi lebih baik (Mondal et al. 2015). C. Lahan Sawah dan Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman pangan utama yang dibudidayakan di Indonesia. Secara umum, tanaman padi ditanam dengan dua sistem yaitu dengan penanaman benih langsung (tabela) dan penanaman secara pindah tanam

8 8 (transplanting) (Izaniyah et al. 2013). Sebelum disemai, benih padi direndam air terlebih dahulu selama 2 x 24 jam untuk memecahkan dormansi. Menurut Priadi (2007) dalam percobaannya, perlakuan pemanasan pada suhu 50 o C dan perendaman dengan air selama 48 jam dapat menghilangkan pengaruh dormansi yang biasa terdapat pada jenis padi-padian. Bibit padi hasil persemaian yang siap dipindahtanam (transplanting) saat bibit berumur 3 4 minggu atau bibit memiliki minimal 4 daun (Purwanto dan Purnamawati 2007). Pada penanaman benih padi dengan sistem tanam benih langsung (tabela) dilakukan dengan cara tugal langsung di petak sawah. Mulsa singgang dan gulma yang berada di sekitar area tanam benih langsung (tabela) ini dapat diratakan atau dibenamkan dahuu sehingga benih padi dapat langsung kontak dengan tanah (Martodireso dan Suryanto 2001). Padi merupakan tanaman yang beradaptasi pada lingkungan tergenang (anaerob) karena pada akarnya terdapat saluran aerenchyma. Aerenchyma berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi daerah perakaran (Purwanto dan Purnamawati 2007). Pertumbuhan akar tanaman padi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, tekstur, jenis tanah, air, dan cara pengelolaan tanah. Keterbatasan air yang diserap oleh akar mempengaruhi pembelahan sel,pertumbuhan, dan hasil (Suardi 2002). Pengaruh suatu karakteristik lahan terhadap produktivitas dapat terlihat jelas pada kondisi di mana karakteristik lahan tersebut menjadi pembatas untuk penggunaan lahan sawah. Karakteristik lahan seperti jenis tanah, fisiografi, kemiringan lereng, elevasi, curah hujan, luas area garapan, dan aksesibilitas dapat mempengaruhi produktivitas padi sawah. Semakin besar pembatas dari karakteristik lahan tersebut, akan menyebabkan semakin rendah produktivitas pada lahan sawah tersebut (Yudarwati 2010).

9 9 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan November 2015 di lahan sawah Kabupaten Pati. Analisis indikator kualitas tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah, dan untuk analisis GIS (Geographic Information System) dilaksanakan di Laboratorium Pedologi dan Survei Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Bahan dan Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain perlengkapan analisis lapangan meliputi peta, cangkul, rol meter, altimeter, klinometer, GPS (Global Positioning System), belati, bor tanah, linggis, monolith, flakon, toples, cooling box, plastik, kuisioner; perlengkapan untuk analisis laboratorium meliputi botol timbang, erlenmeyer, flakon, tabung reaksi, oven, petridish, gelas ukur, tabung reaksi, mikropipet, tip, autoklaf, dan lain-lain. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel tanah dan khemikalia untuk analisis laboratorium yang meliputi aquadest, KOH, BaCl 2, indikator Mo, indikator PP, garam fisiologi, amonium asetat, alkohol, HCl 0,1 N, larutan Bray I, amonium molybdat, potato dextrose agar. C. Perancangan Penelitian Penelitian merupakan penelitian deskriptif eksploratif melalui survei lapangan. Metode penelitian deskriptif eksploratif yaitu metode penelitian yang berusaha menyampaikan atau menggambarkan keadaan apa adanya di lapang secara mendalam dengan mengambil sampel di lapang dan didukung dengan analisis di laboratorium. 9

10 10 D. Teknik Penentuan Sampel Penentuan titik sampel tanah dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Titik pengamatan, pengukuran dan pengambilan sampel tanah ditetapkan secara stratified random sampling berdasar pendekatan karakteristik kimia, fisika dan biologi yang terdapat dilahan sawah Kabupaten Pati yang memiliki kesamaan atau kemiripan: penggunaan lahan, curah hujan, kemiringan lereng, dan jenis tanah. 1. Penggunaan lahan, diidentifikasi dari peta penggunaan lahan. 2. Curah hujan, diidentifikasi dari peta curah hujan. 3. Kemiringan lereng, diidentifikasi dari peta kemiringan lereng. 4. Jenis tanah, diidentifikasi dari peta jenis tanah. Penentuan sampel yang dilakukan dengan mengoverlay keempat jenis peta tersebut di atas sehingga akan didapatkan titik-titik lokasi pengambilan sampel tanah sejumlah 12 titik sampel yaitu Wegil, Tayukulon, Karangkonang, Baleadi, Payang, Pohgading, Wonorejo, Pundenrejo, Trimulyo, Bumiayu, Tambakromo, dan Winong. Titik koordinat masing-masing titik sampel dapat dilihat pada hasil dan pembahasan (Halaman 14). E. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. 1. Data primer: pengamatan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah lahan sawah, serta wawancara secara lagsung kepada petani. 2. Data sekunder: kondisi wilayah dan aspek pengelolaan tanah yang meliputi: a. Curah hujan b. Kemiringan lereng c. Jenis tanah d. Penggunaan lahan

11 11 1. Data Primer F. Teknik Pengumpulan Data Indikator fisika, kimia, dan biologi tanah pada masing-masing titik sampel dianalisis di laboratorium dengan indikator fisika, kimia dan biologi tanah yang dianalisis yaitu: Tabel 1.Variabel pengamatan kualitas tanah No Indikator Metode Sifat Fisik Tanah Sifat Kimia Tanah Sifat Biologi Tanah Permeabilitas Tanah ph Tanah N-total Tanah P-tersedia Tanah K-tersedia Tanah Kapasitas Tukar Kation Bahan Organik Tanah Respirasi tanah Metode Tinggi Air Konstan/ Constant Head Method (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian 2006). Elektrometrik Kjeldal (Balai Penelitian Tanah 2005). Metode Bray I (Balai Penelitian Tanah 2005). Metode Flamefotometri (Balai Penelitian Tanah 2005). Metode Penjenuhan ammonium asetat (Rhoades 1982). Walkey dan Black (Walkey dan Black 1934). Soil Quality Institute (2004)

12 12 2. Data Sekunder Data sekunder yang diperlukan pada penelitian ini berupa data kondisi wilayah serta aspek pengelolaan tanah pada lahan sawah. Teknik pengumpulan data sekunder pada penelitian ini dengan mengumpulkan data dari beberapa instansi terkait. Tabel 2. Kondisi wilayah dan aspek pengelolaan tanah lahan sawah No. Data kondisi wilayah dan aspek pengelolaan tanah lahan sawah Sumber Data 1. Peta curah hujan abuzadan.staff.uns.ac.id 2. Peta kemiringan lereng erfan1977.wordpress.com 3. Peta jenis tanah erfan1977.wordpress.com 4. Peta penggunaan lahan erfan1977.wordpress.com G. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam menentukan indikator kualitas tanah (kimia, fisika dan biologi) ditetapkan berdasarkan sifat minimal yang paling berpengaruh dalam menentukan kualitas tanah atau dengan Minimum Data Set (MDS). Minimum Data Set (MDS) diperoleh dengan menggunakan perhitungan Principal Components Analysis (PCA) dengan menggunakan software Minitab 16. PCA (Principal Components Analysis) adalah suatu metode ekstraksi ciri atau pengkompresian data yang mampu mengidentifikasikan ciri tertentu yang merupakan karakteristik suatu citra. Metode PCA (Principal Components Analysis) digunakan untuk memilih indikator paling tepat yang akan menghasilkan data-data yang disebut principal component (PC) (Paz-Kagan et al. 2014; Navas et al. 2011). Analisis PC akan menghasilkan Minimum Data Set (MDS) (Supriyadi et al. 2014). PC yang digunakan sebagai MDS yaitu PC dengan nilai eigen>1 dan dalam setiap PC hanya dipilih satu faktor yang sangat berbobot (Li et al. 2013; Liu et al. 2015). Nilai dari indikator terpilih pada tiap PC ini dikalikan dengan skoring masing-masing indikator terpilih untuk menentukan nilai indeks kualitas tanah di setiap titik sampel pada lokasi penelitian. Indikator yang telah terpilih tersebut, selanjutnya digunakan untuk menghitung IKT (Indeks Kualitas Tanah). Liu et al. (2014) menyatakan bahwa IKT (Indeks Kualitas Tanah) dapat dihitung menggunakan rumus:

13 13 Keterangan: IKT = Indeks Kualitas Tanah Si = Skor indikator tanah terpilih dalam Minimum Data Set (MDS) N = Jumlah indikator dalam Minimum Data Set (MDS) Wi = Weight of each indicator (Indeks bobot) Nilai IKT (Indeks Kualitas Tanah) yang telah dianalisis tersebut kemudian dapat dikelaskan berdasarkan kelas kualitas tanah. Untuk dapat dikelaskan maka nilai IKT tersebut dilakukan perhitungan dengan rumus berikut: IKT = Kelas kualitas tanah terbagi menjadi lima kelas, berikut ini adala tabel kelas kualitas tanah (Cantu et al. 2007). Tabel 3. Kelas kualitas tanah Kualitas Tanah Skala Kelas Sangat Baik (SB) 0, Baik (B) 0,60 0,79 2 Sedang (S) 0,35 0,59 3 Rendah (R) 0,20 0,34 4 Sangat Rendah (SR) 0 0,19 5

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai November 2015. Penelitian dilaksanakan di beberapa titik sampel di lahan sawah Kabupaten

Lebih terperinci

H2O2 10%, HCl 2 N, KCNS, K4Fe(CN)6, H2O, KCl, K2Cr2O7, H2SO4,

H2O2 10%, HCl 2 N, KCNS, K4Fe(CN)6, H2O, KCl, K2Cr2O7, H2SO4, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai November 2015 di Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Pati terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa dan di bagian timur Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati terletak di antara 110º50ʹ

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. LokasiPenelitian Penelitian dilakukan di sub DAS Keduang Kabupaten Wonogiri. Analisis sifat fisika tanah dilakukan di Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kehilangan karbon di sektor pertanian disebabkan oleh cara praktik budidaya yang tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman primadona di Lampung. Salah satu perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation (GMP). Pengolahan

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri lainnya.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan kondisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal penggunaan dan pengelolaan suatu lahan, maka hal pokok yang perlu diperhatikan adalah tersedianya informasi faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman pangan. Pengolahan tanah adalah tindakan mekanis untuk menciptakan lingkungan yang baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh.

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan 22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus dan Neraca Nitrogen (N) Menurut Hanafiah (2005 :275) menjelaskan bahwa siklus N dimulai dari fiksasi N 2 -atmosfir secara fisik/kimiawi yang meyuplai tanah bersama

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Produksi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Produksi Tanaman 5 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Produksi Tanaman Kajian penting dalam ilmu agronomi untuk meningkatkan produksi tanaman melalui beberapa strategi, yaitu perbaikan kualitas benih, rekayasa genetika, aplikasi

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga Mei 2017 di Kecamatan Playen yang terletak di Kabupaten Gunungkidul serta Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergerakan air di dalam tanah merupakan salah satu aspek penting yang diperhitungkan dalam pengelolaan lahan diantaranya pada bidang pertanian, konstruksi bangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai sumber protein nabati untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut 29 TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber K Tanah Sumber hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rancangan tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman kedelai secara signifikan. Perbaikan sistem budidaya kedelai di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. tanaman kedelai secara signifikan. Perbaikan sistem budidaya kedelai di Indonesia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan utama dalam budidaya kedelai di Indonesia, khususnya Bali adalah gulma, hama penyakit dan rendahnya nutrisi dalam tanah pertanian akibat terjadinya degradasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas Tanah. dukungnya terhadap tanaman dan hewan, pencegahan erosi dan pengurangan akan

TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas Tanah. dukungnya terhadap tanaman dan hewan, pencegahan erosi dan pengurangan akan TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Tanah Secara umum kualitas tanah (soil quality) didefenisikan sebagai kapasitas tanah untuk berfungsi dalam suatu ekosistem dalam hubungannya dengan daya dukungnya terhadap tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah Desa Hilibadalu Kecamatan Sogaeadu Kabupaten Nias dengan luas 190 ha dan ketinggian tempat ± 18 m di atas permukaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 Nasih Widya Yuwono, Benito Heru Purwanto & Eko Hanudin Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Survei lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok dibudidayakan didaerah tropis. Tanaman ini berasal dari amerika selatan ( Brazilia). Tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( ) PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH Oleh: Arif Nugroho (10712004) PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei

TINJAUAN PUSTAKA. survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas Comosus) Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih kurang 1.200 meter diatas permukaan laut (dpl). Di daerah tropis Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya negara Brazil.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting sebagai penghasil gula. Lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 hingga bulan Maret 2016. Pengambilan sampel tanah untuk budidaya dilaksanakan di Desa Kemuning RT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Tanaman Kacang Hijau Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Tanaman yang termasuk dalam keluarga kacang-kacangan ini sudah lama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik 6 kelompok tani di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Faktor yang Mempengaruhinya. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di permukaan bumi yang telah dan akan mengalami perubahan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. PENDAHULUAN Latar Belakang Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. Pada perusahaan makanan dan minuman, melon digunakan sebagai bahan penyedap rasa dan memberikan aroma

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah untuk analisis laboratorium yaitu meliputi sampel tanah terusik dan sampel tanah tidak terusik. 2.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah untuk analisis laboratorium yaitu meliputi sampel tanah terusik dan sampel tanah tidak terusik. 2. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bagian timur Kabupaten Natuna, yaitu Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Tengah, Bunguran Selatan dan Bunguran Timur

Lebih terperinci