SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI"

Transkripsi

1 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI BAB I PENGETAHUAN DASAR DAN PENELITIAN GEOGRAFI Drs. Daryono, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

2 BAB I PENGETAHUAN DASAR DAN PENELITIAN GEOGRAFI Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti Kompetensi Dasar : Membedakan pendekatan-pendekatan geografi, : Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari. : Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek geografi : Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari : Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari : Mampu melakukan penelitian geografi A. Pengertian Geografi Usia geografi sudah sangat tua. Sebutan geografi pertama kali dikemukakan oleh Erastostenes ( SM) dalam buku hasil karyanya yang berjudul Geographika. Cakupan bidang kajian geografi sangat luas, sehingga tidak mudah untuk merumuskan bidang kajiannya. Luasnya bidang kajian geografi menyebabkan banyaknya difinisi geografi di dalamnya terdapat keanekaragaman pandangan yang menunjukkan adanya perbedaan penekanan perhatian dan pendekatan para ahli Geografi. Roger Minshull dalam Suharyono dan Amin (1994) mengutip sebagian dari sekian banyak definisi geografi, antara lain disebutkan sebagai studi tentang: 1) Tempat-tempat di muka bumi (James, Lukerman) 2) Ruang, khususnya pada muka bumi (Kant) 3) Efek-efek parsial ligkungan alami atas manusia (Houston, Martin) 4) Pola-pola kovariasi kedaerahan ( Lewthwaite) 5) Lokasi, distribusi, saling bergantungan sedunia dan interaksi dalam keteraturan (Lukerman). 6) Hubungan-hubungan dan pengaruh timbal balik daam skosistem (Morgan dan Moss) 2

3 7) Diferensiasi areal fenomena-fenomena yang bertautan di muka bumi dalam arti pentingnya bagi manusia (Hartshorne). Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu. Banyaknya definisi tentang geografi, menyebabkan orang awam sulit untuk memahami apa sebenarnya geografi itu. Guru geografi di sekolah menghadapi persoalan yang sama dalam pembelajaran. Mereka sulit menjelaskan kepada peserta didik untuk menjelaskan geografi itu apa. Hal ini di sadari oleh para pakar geografi di Indonesia. Untuk memantapkan kedudukan geografi, dan meningkatkan kualitas pembelajaran geografi di sekolah, pada pakar geografi yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI) mengadakan serangkaian pertemuan untuk merumuskan hal-hal penting terkait dengan perkembangan geografi di Indonesia. Salah satu dari serangkaian pertemuan tersebut adalah berupa seminar dan lokakarya (Semlok) yang diadakan di Semarang tahun 1988 di IKIP Semarang. Dalam Semiloka tersebut disepakati bahwa Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. B. Objek Studi Geografi Objek studi geografi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek formal. Objek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan objek formal berkaitan dengan cara pandang dan cara berfikir terhadap suau fenomena. Objek material syudi geografi adalah fenomena geosfer, sedangkan objek formalnya adalah cara pandang dan cara berfikir (pendekatan) yang digunakan dalam memahami fenomena geosfer tersebut. Objek material studi geografi adalah fenomena geosfer yang meliputi litosfer (termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat objek formal ini, cakupan objek studi geografi sangat luas, karena fenomena apapun di permukaan bumi bisa 3

4 dikaji oleh geografi. Objek material geografi bisa menjadi objek kajian ilmu-ilmu yang lain. Litosfer bisa menjadi objek kajian ilmu geologi, petrografi, atau mineralogy, hidrosfer bisa menjadi objek kajian hidrologi atau oceanografi, atmosfer bisa menjadi objek kajian klimatologi atau meterorologi, biosfer bisa menjadi objek kajian biologi atau ilmu pertanian, antroposfer bisa objek kajian sosiologi, ilmu ekonomi, dan lain-lain. Dari uraian di atas diketahui bahwa antara objek material geografi dan ilmu-ilmu yang lain bisa sama. Fenomena geosfer yang merupakan jenis flora yang tumbuh di suatu wilayah misalnya, bisa menjadi objek material geografi, namun objek yang sama juga bisa menjadi objek ilmu yang lain seperti biologi, pertanian, dan ekonomi. Terkait dengan hal ini, maka objek objek formal dari masing-masing ilmu tersebut yang membedakannya. Geografi memiliki objek formal atau pendekatan yang secara spesifik membedakannya dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan tersebut adalah pendekatan keruangan (spatial approach). Selain itu, dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach). C. Pendekatan Geografi Menurut Goodall, sebagaimana yang dikutip oleh Yunus (2007), menyatakan bahwa apapun pengayaan yang diadopsi dan apapun spesialisasi keilmuan yang dilakukan, kajian Geografi harus selalu mengacu pada pada tiga tema utama studi Geografi, yaitu (1) penekanan pada pendekatan keruangan dengan mengangkat ruang sebagai variable (spatial approach); (2) pendekatan pada interrelasi antara hubungan manusia dengan dengan lingkungannya (ecological approach), dan (3) penekanan pada sintesis antara pendekatan spasial dan pendekatan ecological (regional complex approach). Yunus (2007) menjelaskan pendekatan geografi sebagai berikut. 1. Pendekatan Keruangan Pendekatan keruangan adalah merupakan suatu metode analisis yang menekankan analisisnya pada eksistensi ruang (space) sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer. Oleh karena objek studi geografi adalah fenomena geosfer, maka segala sesuatu yang terkait dengan objek dalam ruang dapat disoroti dari berbagai matra, antara lain pola (pattern); 4

5 struktur (structure); proses (process); interaksi (interaction); organisasi dalam system keruangan (organization within the spatial system); asosiasi (association); tendensi atau kecenderungan (tendency or trends); pembendingan (comparation); dan sinergisme keruangan (spatial synergism). Dalam mengaplikasikan pendekatan keruangan, seseorang tidak cukup hanya menyebutnya saja, namun harus secara eksplisit dan jelas menyebutkan tema apa yang akan dianut serta penjelasan mengenai operasionalisasi pendekatannya. Aplikasi analsisis pendekatan keruangan, minimal meliputi sembilan macam dan apabila kesembilan macam tema analisis tersebut harus dilaksanakan maka akan menghabiskan waktu yang lama, tenaga yang banyak, biaya yang besar, penguasaan teknik analisis yang mendalam serta kemantapan keilmuan yang memadai. Masing-masing tema analisis mempunyai spesifikasi sendiri yang terkait dengan spesifikasi objek kajian yang akan dilaksanakan. Salah satu atau gabungan dari beberapa di antaranya sangat dimungkinkan untuk dilaksanakan tanpa mengurang kadar keilmuannya. Oleh karena alat indera manusia sangat terbatas kemampuannya, untuk mengamati kenampakan geografis di suatu wilayah atau di permukaan bumi, maka untuk maksud analisis keruangan seseorang memerlukan alat bantu. Disinilah peranan model visualisasi permukaan bumi diperlukan kehadirannya. Kehadiran peta, foto udara, maupun citra satelit sangat diperlukan dalam analisis. Namun demikian gambaran yang ditampilkan dalam peta, foto udara maupun citra satelit kadang-kadang masih sangat rumit dan kompleks sifatnya, sehingga kita dituntuk untuk mampu mengabstraksikannya dalam bentuk visualisasi yang sederhana, yaitu berupa symbol yang dapat berujut titik, garis maupun bidang. Sembilan tema analisis dalam pendekatan keruangan yang dikembangkan oleh disiplin geografi, yaitu sebagai berikut. a. Analisis pola (spatial pattern analysis) Penekanan utama dari analisis ini adalah pada sebaran elemen-elemen pembentuk ruang. Taraf awal adalah identifikasi mengenai aglomerasi sebarannya dan kemudian dikaitkan dengan upaya untuk menjawab pertanyaan geografi (geographic questionsi). Pertanyaan geografi adalah meliputi what, where, when, 5

6 why, who, and how atau terkenal dengan 5W dan 1H. Sebagai contoh dapat dikemukakan adanya sebaran kenampakan tertentu (misalnya permukiman) yang mengelompok pada bagian tertentu dan menyebar pada bagian lain. Dalam hal menjawab 5W1H, akan timbul pertanyaan yang utama, yaitu (1) fenomena apa yang akan diteliti (what), (2) dimana gejala tersebut terjadi (where), (3) kapan kenampakan gejala tersebut ada (when), (4) mengapa terjadi pengelompokan seperti itu (why), (5) siapa yang mendiami (who), dan (6) bagaimana proses pengelompokan tersebut dapat terjadi (how). Dalam konsep keruangan geografi, terdapat tujuh konsep yang esensial, yaitu (1) aglomerasi, (2) jarak, (3) letak, (4) keterjangkauan, (5) interaksi, (6) distribusi atau deferensiasi keruangan, (7) keterpaduan atau sintesis. (1) Aglomerasi Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan pada suatu kegiatan serupa, misalnya kegiatan pertanian, industri, dsitribusi penduduk, dan sebagainya. (2) Jarak Fenomena geografi dapat dijelaskan dengan jarak, misalnya lokasi industri akan mencari jarak yang dekat dengan pasar, bahan mentah, tenaga kerja dan lainlain. Jarak dapat bersifat absolute maupun relative. (3) Letak Letak sangat penting dalam menjelaskan fenomena geografi, sehingga dikenal ada istilah letak geografis, letak astronomis, letak administrative, dan sebagainya. (4) Keterjangkauan Keterjangkauan memiliki arti penting terhadap suatu fenomena geografi yang ada di suatu tempat. Keterjangkauan ini sangat erat kaitannya dengan jarak, baik jarak rekatif maupun absolute. (5) Interaksi 6

7 Fenomene geografi dapat dijelaskan dengan interaksi, terutama pada geografi manusia. (6) Distribusi/ deferensiasi Perbedaan tempat akan menyebabkan terjadinya perbedaan fenomena yang ada, dengan kata lain bahwa di permukaan bumi ini terdapat variasi keruangan. Terjadinya variasi keruangan inilah yang kemudian mendorong terjadinya interaksi inter wilayah. (7) Keterpaduan Pada dasarnya geografi merupakan sintesis dari berbagai fenomena di suatu daerah maupun keterpaduan antar daerah. b. Analisis struktur keruangan (spatial structure analysis) Analisis ini menekankan pada analisis susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa struktur elemen-elemen keruangan dapat dapat dikemukakan dari berbagai fenomena baik fenomena fisikal maupun non fisikal. Sebagai contoh, misalnya struktur ruang atas dasar komposisi bentuk pemanfaatan atau dari struktur mata pencaharian penduduk. Misalnya, dari pemanfaatan ruang tertentu terdiri dari 15 % hutan, 10 % permukiman, 67 % pertanian, 5 % industri, dan 3 % lain-lain. Selanjutnya dengan analisis struktur keruangan, tugas utama yang pertama adalah mengidentifikasi susunan keruangan yang ada baru kemudian dikaitkan dengan dengan upaya untuk menjawab pertanyaan geografi (5W 1H). Pertanyaan what, when, dan where merupakan pertanyaan yang bersifat deskriptif sedangkan pertanyaan why, who, dan how merupakan pertanyaan yang bersifat analitis. c. Analisis proses keruangan (spatial process analysis) Analisis ini menekankan pada proses keruangan yang biasanya divisualisasikan pada perubahan ruang. Perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dapat dikemukakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Setiap analisis perubahan tidak dapat dilaksanakan tanpa mengemukakan dimensi waktu, sehingga dimensi temporal mempunyai peranan utama dalam hal ini. Minimal diperlukan dua titik 7

8 waktu untuk mengenali perubahan. Misalnya perkembangan fisik Kota Sidoarjo tahun Dengan membandingkan dua buah peta, foto udara, atau citra yang dibuat pada kedua tahun tersebut, maka perubahan kota Sidoarjo secara fisik pada kurun waktu tersebut dapat diketahui. Pertanyaan analitis yang perlu dijawab adalah mengapa terjadi perubahan, bagaimana perubahan itu terjadi dan dampak apa saja yang mungkin timbul dari perubahan tersebut? d. Analisis interaksi keruangan (spatial interaction analysis) Analisis ini menekankan pada interaksi antar ruang. Hubungan timbal balik antara ruang yang satu dengan yang lain memiliki variasi yang sangat besar, sehingga upaya mengenali faktor-faktor pengontrol interaksi menjadi sedemikian penting. Tahap selanjutnya adalah menjawab mengapa terjadi interaksi dan bagaimana interaksi terjadi. e. Analisis organisasi dalam system keruangan (spatial organization analysis) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui elemen-elemen lingkungan mana yang berpengaruh terhadap terciptanya tatanan spesifik dari elemen-elemen pembentuk ruang. Penekanan utamanya pada keterkaitan antara kenampakan satu dengan yang lain secara individual. Analisis ini kebayakan diaplikasikan pada organisasi keruangan system kota-kota atau system permukiman disuatu daerah yang luas. f. Analisis asosiasi keruangan (spatial association analysis) Analisis ini bertujuan untuk mengungkapkan terjadinya asosiasi keruangan antara berbagai kenampakan pada suatu ruang. Apakah ada keterkaitan fungsional atas sebaran keruangan atau gejala tertentu dengan sebaran keruangan gejala yang lain? Apakah ada hubungan antara berkurangnya lahan pertanian dengan pertumbuhan penduduk di suatu wilayah? Apakah ada hubungan antara berkurangnya lahan hutan dengan banyaknya mata air di suatu wilayah? g. Analisis tendensi atau kecenderungan (spatial tendency/trend analysis) Analisis ini menekankan pada upaya kecenderungan perubahan suatu gejala. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan analisis yang berbasis ruang dan analisis yang berbasis waktu. Sebagai contoh adalah untuk mengetahui apakah Kota Sidoarjo 8

9 memiliki kecenderungan perkembangan ke arah tertentu? Faktor-faktor apa yang secara dominan berpengaruh, bagaimana proses terjadinya dan konsekuensi keruangan apa yang akan terjadi pada masa mendatang? h. Analisis pembandingan (spatial comparison analysis) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan atau kelebihan suatu ruang dibandingkan dengan ruang yang lain. Hal ini penting dilaksanakan sebagai dasar penentuan kebijakan pengembangan wilayah. i. Analisis sinergisme keruangan (spatial sunergism analysis) Analisis ini bertujuan untuk menganalisis sinergi antara suatu wilayah dengan yang lain. Hal ini diperlukan karena semakin majunya system transportasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya mobilitas orang, informasi, barang dan jasa semakin tinggi. Akibatnya dinamika keruangan juga semakin tinggi. Dalam era teknologi informasi yang mengglobal seperti saat ini, batas-batas wilayah dalam kegiatan manusia menjadi semakin kabur. 2. Pendekatan ekologikal Pendekatan ini mengacu pada kajian ecology, maka terlebih dahulu perlu dipahami makna dari ekologi tersebut. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya. Geografi adalah ilmu yang bersifat human oriented sehingga manusia dan kegiatan manusia selalu menjadi focus analisis dalam keterkaitannya dengan lingkungan biotic, abiotik, maupun lingkungan social, ekonomi, dan kulturalnya. Manusia dalam hal ini tidak diartikan sebagai makluk biologis semata, tetapi juga sebagai sosok yang dikaruniai daya cipta, rasa dan karya. Dengan demikian interelasi antara manusia dan lingkungannya akan menjadi tekanan analisis dalam pendekatan ekologi yang dikembangkan dalam disiplin geografi. Pendekatan ekologi dalam geografi mempunyai 4 tema analisis utama, yaitu sebagai berikut. a. Tema analisis interaksi antara perilaku manusia -- lingkungan. Sebagai fokus adalah perilaku manusia, baik perilaku sosial, ekonomi, kultural, dan perilaku politik yang dilakukan seseorang atau komunitas tertentu. Contohnya di suatu daerah tertentu terdapat sekelompok penduduk yang selalu menebangi kayu 9

10 pada hutan lindung. Untuk mencari jawaban mengenai latar belakang kejadian tersebut harus dicari unsur-unsur internal maupun eksternal yang terkait dengan perilaku tersebut. Apa latar belakangnya, bagaimana prosesnya, apa dampaknya serta apa dan bagaimana upaya mengatasinya menjadi bahasan sentral dari analisis ini. b. Tema analisis aktivitas manusia -- lingkungan. Analisis ini menekankan pada keterkaitan antara aktivitas manusia dengan lingkungan. Latar belakang perilaku bukan menjadi pembahasan sentral namun kegiatan manusianya yang menjadi sentral. Kegiatan terkait dengan tindakan mansia dalam menyelenggarakan kehidupannya sedangkan perilaku terkait dengan sikap batiniah dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap lingkungannya. Dalam hal ini dikenal sebagai kegiatan manusia dalam menyelenggarakan kehidupan antara lain kegiatan pertanian, pertambangan, perikanan, industri, pembangunan perumahan, dan sejenisnya. Contoh misalnya ada industri mebel di berbagai daerah. Di daerah yang satu berkembang dengan pesat sedangkan di tempat lain cenderung stagnan. Dalam hal seperti ini seseorang dituntut untuk mampu mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya, misalnya dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang merupakan elemen-elemen lingkungannya dan kemudian menganalisisnya, sehingga ditemukan faktor-faktor mana yang paling menentukan dan faktor-faktor mana yang tidak. c. Tema analisis keterkaitan antara kenampakan fisikan alami elemen-elemen lingkungan. Analisis ini menekankan pada keterkaitan antara kenampakan fisikal alami dengan elemen-elemen lingkungannya. Sebagai contoh misalnya sebuah danau alami yang menunjukkan gejala peningkatan polusi air dan kemudian menakibatkan banyaknya biota danau, khususnya ikan banyak yang mati. Gejala menurunnya kualitas air danau dapat ditelusuri dengan menganalisis keterkaitan antara faktorfaktor internal (danau itu sendiri) maupun faktor-faktor eksternal (lingkungan di sekitar danau) seperti curah hujan, tata guna lahan, kondisi hutan, cara membuang 10

11 limbah/sampah, permukiman yang ada di sekitar danau, dan sebagainya. Dengan meneliti keterkaitan faktor-faktor tersebut diharapkan akan dapat diperoleh jawaban, mengapa kualitas air danau mengalami penurunan. d. Tema analisis keterkaitan antara fisikal buatan lingkungan. Analisis ini memfokuskan pada keterkaitan antara kenampakan fisikal buatan dengan lingkungan. Sebagai contoh misalnya di daerah tertentu ada permukiman mengalami genangan yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Kompleks permukian adalah merupakan bentukan artifisial (buatan) yang bersifat fisikal. Dalam hal ini dapat bertitik tolak dari faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang diperkirakan memiliki keterkaitan erat dengan munculnya genangan. Variabelvariabel yang perlu diperhatikan antara lain perubahan iklim/curah hujan, alur-alur sungai atau saluran, kondisi laut, kerusakan hutan, kantong-kantong resapan air, kebijakan pembangunan, cara pembuangan limbah/sampah, dan sebagainya. Dengan meneliti keterkaitan variabel-variabel tersebut penyebab terjadinya genangan dapat dianalisis. 3. Pendekatan kompleks wilayah Pendekatan ini merupakan integrasi dari pendekatan keruangan dan pendekatan ekologis. Pengunaan istilah regional kompleks mengisyaratkan adanya adanya pemahaman yang mendalam tentang property yang ada di suatu wilayah yang bersangkutan dan merupakan kesatuan regional. Kompleksitas gejala menjadi dasar pemahaman utama dari eksistensi wilayah di samping efek internalitas dan eksternalitas dari padanya. Contoh untuk mengendalikan banjir tahunan di Jakarta tidak mungkin dapat ditangani secara internal di dalam kota Jakarta sendiri, tetapi juga harus dianalisis dalam kaitannya dengan daerah lain yang lebih luas. Karena banjir yang terdapat di Jakarta bukan semata-mata disebabkan oleh hal-hal yang terdapat di Jakarta itu sendiri, tetapi juga terkait dengan wilayah di sekitarnya, seperti misalnya Bogor. 11

12 D. Konsep Dasar Geografi Seperti halnya definisi geografi, konsep dasar yang menggambarkan struktur ilmu geografi juga bervariasi. Biddle memodifikasi gagasan Peter Greco, sebagaimana dikutip oleh Suharyono dan Amin ((1994), mengemukakan konsep-konsep dasar yang menggambarkan struktur disiplin geografi sebagai berikut. 1) adanya lokasi fenomena pada ruang dan waktu tertentu; 2) yang melalui observasi (secara langsung atau tidak langsung) akan menghasilkan fakta geografi; 3) yang dapat digambarkan pada peta untuk menunjukkan adanya persebaran keruangannya; 4) yang pada skala tertentu akan dapat diperoleh konsep atau pengertian asosiasi keruangan dan asosiasi kewilayahan hingga sampai pada pengertian region atau kawasan; 5) yang dengan demikian akan membantu pemahaman adanya hubungan manusia-alam dan juga adanya interaksi kewilayahan, dan diferensiasi kewilayahan. Daldjoeni (1982) mengemukakan konsep dasar geografi meliputi hal-hal sebagai berikut. 1) penghargaan budayawi atas bumi 2) konsep regional 3) pertautan wilayah 4) interaksi keruangan 5) lokalisasi 6) pentingnya arti skala 7) konsep perubahan Untuk kepentingan pembelajaran geografi di sekolah, dalam Seminar dan Lokakarya di IKIP Semarang tahun 1989 dan 1890 diusulkan 10 konsep dasar geografi, yaitu konsep lokasi, jarak, keterjangkauan, pola, morfologi, aglomerasi, keterkaitan, keruangan, defernsiasi areal, interaksi/interdependensi, dan kegunaan. 12

13 1. Konsep Lokasi Konsep lokasi merupakan ciri khusus ilmu geografi sejak awal pertumbuhannya. Dalam kajian geografi ada dua macam lokasi, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukkan letak suatu tempat/wilayah dipermukaan bumi yang secara eksak dapat dipastikan dan tidak berubah. Letak ini ditunjukkan oleh letak lintang dan bujur (letak astronomis). Letak lintang atau bujur (koordinat) suatu tempat/wilayah dapat dilihat atau dihitung pada peta. Dewasa ini koordinat suatu wilayah bisa langsung dibaca pada GPS. Letak lintang antara lain dapat digunakan untuk mengetahui iklim matahari yang berlaku di suatu wilayah, sedangkan letak bujur dapat digunakan untuk menentukan waktu yang berlaku di suatu wilayah tertentu. Letak relatif merupakan letak suatu tempat/wilayah dikaitkan dengan wilayah yang lain. Letak relatif ini memiliki arti yang cukup penting dalam pengembangan wilayah dan perencanaan pembangunan baik untuk kepentingan politik, pertahanan, maupun ekonomi. Berdasarkan letak ini dapat dianalisis daerah-daerah mana yang strategis untuk dikembangkan untuk pertahanan, seperti pangkalan militer, dikembangkan untuk kepentingan ekonomi seperti untuk untuk kawasan perdagangan, industri, dan lain-lain. 2. Konsep Jarak Suharyono dan Amien (1994) menjelaskan bahwa jarak sebagai konsep geografi mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial dan ekonomi. Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan (air, tanah subur, pelayanan), pengangkutan barang dan penumpang. Karena itu jarak tidak hanya dinyatakan dengan ukuran jarak secara lurus di udara yang mudah diukur di peta, tetapi dapat pula dinyatakan sebagai jarak tempuh baik yang dikaitkan dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun satuan biaya angkutan. Suhardjo (1988) menjelaskan Ada tiga demensi dalam ukuran jarak, yaitu (1) jarak fisik/ geometrik yang diukur dengan satuan panjang seperti kilometer, mil, yard dan lain-lain; 2) jarak waktu dengan satuan ukuran jam, menit, hari, dan sebagainya; (3) 13

14 jarak ekonomi yaitu dihitung dengan ongkos/biaya dalam rupiah yang diperlukan untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain. 3. Konsep Keterjangkauan Keterjangkauan memiliki arti penting peranannya dalam perkembangan suatu wilayah. Keterjangkauan tidak selalu identik dengan jarak. Konsep keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkait dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai. Suatu wilayah yang jaraknya dekat dengan wilayah yang lain, namun jika di terdapat rintangan alam, seperti relief yang kasar atau rawa-rawa menyebabkan wilayah tersebut sulit dijangkau. Keterjangkauan tidak saja ditentukan oleh kondisi alam, namun juga oleh perkembangan teknologi. Kemajuan dibidang transportasi dapat meningkatkan keterjangkauan suatu wilayah. Sebelum ada pesawat terbang, Wamena di Papua merupakan wilayah yang tingkat keterjangkauannya sangat rendah. Dengan adanya pesawat terbang, wilayah tersebut aksesibilasnya meningkat. Bintarto (1979) menyatakan bahwa aksesibilitas menunjuk adanya kemudahan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu wilayah yang erat sangkut pautnya dengan jarak. Hagerstrand dalam Moseley (1974) membedakan adanya dua jenis aksesibilitas, yaitu aksesibilitas sosial yang meliputi persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan dan aksesibilitas fisikal, yaitu jarak fisik yang harus ditempuh seseorang untuk mencapai pelayanan. 4. Konsep Pola Pola menggambarkan bentuk persebaran fenomena yang ada pada ruang di permukaan bumi, baik yang bersifat alamiah maupun hasil karya manusia. Fenomene yang berkaitan dengan fisik permukaan bumi antara lain berupa pola aliran sungai, persebaran gunung api, curah hujan, sedangkan yang terkait dengan hasilkarya manusia antara lain pola persebaran penduduk, penggunaan lahan, kawasan industri. 14

15 5. Konsep Morfologi Morfologi atau bentuk muka bumi memiliki peranan penting dalam mewarnai fenomena geografi di suatu tempat. Morfologi di suatu wilayah, antara lain akan berpengaruh terhadap pola persebaran penduduk, aktivitas penduduk penduduk dalam pengelolaan lahan, dan lain-lain. Penduduk yang tinggal di dataran rendah di Indonesia, sebagian besar memanfaatkan lahan untuk persawahan. Hal ini sesuai dengan karakteristik wilayahnya, yaitu kesesuaian iklim dan kemudahan untuk melakukan irigasi. Sementara penduduk yang tinggal di daerah pegunungan akan mengelola lahannya sebagai tanah tegalan yang menghasilkan palawija, sayuran, maupun tanaman perkebunan. 6. Konsep Aglomerasi Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu fenomena tertentu pada suatu wilayah. Hal ini didorong oleh adanya faktor-faktor yang menguntungkan dari adanya pengelompokan tersebut. Pengelompokan industri di suatu kawasan akan lebih menguntungkan daripada tersebar di berbagai tempat. Adanya aglomerasi industri dalam sebuah kawasan industri antara lain akan memudahkan penyediaan infrastruktu dan pengelolaan limbah yang dihasilkan Pengelompokan seringkali juga terjadi pada pemukiman penduduk. Dewasa ini bermunculan perumahan di berbagai wilayah di daerah perkotaan. Perumahanperumahan tersebut pada umumnya dihuni oleh masyarakat dengan strata sosial ekonomi yang setara. Di daerah pengelompokan penduduk terutama terjadi di daerahdaerah yang lahannya subur, sedangkan di daerah karst pengelompojan penduduk terjadi di sekitar mata air. 7. Konsep Nilai Kegunaan Nilai kegunaan berkaitan dengan manfaat fenomena atau sumber daya alam tertentu. Jenis sumber daya alam yang sama tidak selalu memberikan manfaat yang sama bagi penduduknya. Aliran sungai yang deras di suatu wilayah baru dapat dimanfaatkan untuk irigasi atau perikanan, sementara di wilayah lain yang lebih maju, 15

16 aliran tersebut disamping untuk keperluan yang sama dapat pula digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air. Nilai guna suatu sumberdaya alam kadang-kadang dipengaruhi aksesbilitas suatu wilayah. Batuan gamping di Gresik dengan tingkat aksesbilitasnya yang tinggi dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen yang pabriknya ada di kota tersebut. Sementara itu, batuan yang sama di Pacitan dengan aksesbilitas yang relatif rendah penggunaannya masih sangat terbatas, yaitu sebagai kapur tohor. 8. Konsep Interaksi/Interdependensi Tidak ada satu wilayah di permukaan bumi ini yang bisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Itulah sebabnya maka diperlukan interaksi bahkan interdependensi. Antara desa dan kota selalu terjadi interaksi. Desa menghasilkan bahan pangan, kota menghasilkan produk industri. Keduanya saling membutuhkan bahkan ada saling ketergantungan. Penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan yang tinggal di daerah pantai menggantungkan bahan makanan pokok seperti beras atau jagung, maupun sayuran yang dihasilkan oleh petani di daerah pedalaman. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan ikan, petani memperolehnya dari ikan yang ditangkap oleh nelayan yang tinggal di daerah pantai. 9. Konsep Diferensisi Areal Setiap wilayah memiki kharakteristik yang mebedakannya dengan wilayah yang lain. Karakteristik ini bisa berupa fisik, sosial budaya, maupun karakteristik sebagai hasil interaksi antara unsur alam dan manusia dalam suatu wilayah. Secara fisik, terdapat perbedaan-perbedaan seperti jenis iklim, jenis tanah, jenis batuan, keadaan hidrologi, potensi bahan tambang, atau sumberdaaya alam yang lain. Adanya perbedaan sumberdaya alam yang dimiliki akan menimbulkan perbedaan aktivitas penduduk dan jenis kebutuhan hidup yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Inilah maka, adanya diferensisi areal akan mendorong terjadinya interaksi antar wilayah. 16

17 10. Konsep Keterkaitan Keruangan Dalam suatu ruang tertentu terdapat keterkaitan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain. Keterkaitan tersebut bisa berupa fenomene yang bersifat alami atau sosial budaya. Keterkaitan antara fenomena alami, misalnya anatara ketinggian suatu tempat, suhu, dan jenis tumbuhan yang ada di suatu wilayah tertentu. E. Tema-tema Kajian Geografi Menurut Yunus (2007) ada delapan tema utama dalam kajian geografi, yaitu sebagai berikut. 1. Tema verifikasi Tema ini bertitik tolak dari dari keinginan untuk mengadakan verifikasi terhadap suatu teori yang sudah diuji di tempat tertentu apakah juga berlaku di tempat lain. 2. Tema inquiri Tema ini bertitik tolak dari adanya keingin tahuan terhadap gejala yang dianggap istimewa atau mencolok. 3. Tema eksplorasi Tema ini bertujuan untuk mencari kemunkinan-kemungkinan ditemukannya sesuatu yang diinginkan dan biasanya mempunyai nilai pembangnan atau nilai ilmu pengetahuan yang besar. 4. Tema evaluasi Tema ini bertitik tolak dari keinginan untuk mengetahui efektivitas dari suatu kebijakan tertentu, misalnya kebijakan pembangunan. 5. Tema Kesenjangan antara harapan dan kenyataan Tema ini bertitik tolak dari suatu realitas bahwa kenyataan di masyarakat sering terjadi bahwa kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan. 6. Tema solusi Tema ini didasarkan pada suatu upaya untuk mencari pemecahan atas suatu fenomena yang dianggap mengancam kesejahteraan manusia dalam lingkup yang lebih luas maupun jiwa manusia baik jangka pendek maupun jangka panjang. 17

18 7. Tema inovasi Tema ini didasarkan pada usaha untuk mencari bentuk baru dari pemanfaatan teknologi. 8. Tema rehabilitasi Tema ini didasarkan pada upaya untuk memperbaiki kinerja suatu hal agar memiliki kinerja yang lebih efektif dan efisien. F. Prinsip Geografi Prinsip merupakan dasar sebagai landasan untuk menjelaskan suatu fenomena, berfungsi sebagai pedoman untuk memahami fenomena tersebut. Terdapat 4 prinsip dalam geografi, yaitu prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi. 1. Prinsip Penyebaran Fenomena yang terdapat pada geosfer, baik terkait dengan unsur fisik maupun manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena tersebut tidak merata, masing-masih wilayah memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Sumberdaya alam, seperti kekayaan bahan tambang, kesuburan tanah, flora, fauna, dan fenomena-fenomena yang lain tersebar secara tidak merata di permukaan bumi. 2. Prinsip Interelasi Fenomena yang terjadi di permukaan bumi, baik terkait dengan unsur fisik maupun manusia terdapat keterkaitan antara satu dengan yang lain. Tidak ada suatu fenomena di permukaan bumi yang berdiri sendiri. Keterkaitan bisa antara unsur fisik satu dengan unsur fisik yang lain, unsur fisik dengan manusia atau antara manusia dengan manusia. Keterkaitan antara unsur fisik dengan fisik yang lain, misalnya terjadinya tanah longsor di suatu wilayah yang disebabkan oleh tingkat kemiringan lereng yang curam, terdapat lapisan tanah yang berada diatas batuan yang licin sebagai bidang luncur, dan terjadinya curah hujan yang deras dengan durasi waktu yang lama. Sementara itu terjadinya banjir di suatu wilayah dapat terjadi bukan hanya karena curah hujan yang tinggi, tetapi juga bisa disebabkan oleh ulah manusia yang menggunduli hutan di wilayah hulu. 18

19 3. Prinsip Deskripsi Fenomena geosfer yang tersebar di permukaan bumi dan adanya interelasi diantara fenomena-fenomena yang ada, geografi bertugas untuk mendeskripsikan halhal tersebut. Suatu fenomena dideskripsikan secara jelas melalui tulisan, tabel, gambar, peta, grafik, dan lain-lain dengan penjelasan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. 4. Prinsip Korologi Prinsip Korologi merupakan gabungan atau perpaduan dari ketiga prinsip diatas. Dalam prinsip ini gejala dan permasalahan geografi dianalisis persebarannya, interaksi dan interelasinya dari berbagai aspek yang mempengaruhinya. Prinsip korologi, merupakan prinsip geografi yang komprehensip, karena memadukan prinsip-prinsip lainnya. Prinsip ini merupakan ciri dari geografi modern. Prinsip korologi merupakan gabungan atau keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena geosfer dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dari berbagai aspek yang mempengaruhinya. Prinsip korologi merupakan prinsip yang komprehensif dalam menjelaskan fenomena geosfer di suatu wilayah. G. Penelitian Geografi Langkah-langkah dalam penelitian geografi sama dengan penelitian pada umumnya. Perbedaan antara penelitian geografi dengan penelitian ilmu yang lain adalah terletak pada objek formalnya. Seperti telah disampaikan di atas, Geografi memiliki objek formal atau pendekatan yang secara spesifik membedakannya dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan tersebut adalah pendekatan keruangan (spatial approach). Selain itu, dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach). Tema-tema penelitian yang relevan dikembangkan dalam geografi dapat dilihat kembali pada penjelasan yang telah diuraikan di bagian atas pada bab ini. Proses penelitian merupakan suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis, satu sama lain harus saling mendukung, dan secara keseluruhan 19

20 merupakan satu keterkaitan. Adapun langkah-langkah penelitian tersebut pada umumnya adalah sebagai berikut (Suryabrata, 1989). 1. Identikasi, pemilihan, dan perumusan masalah. 2. Penelaahan kepustakaan (teori, konsep, dan hasil penelitian). 3. Penyusunan hipotesis. 4. Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel. 5. Pemilihan, pengembangan alat pengambil data atau instrumen. 6. Penyusunan rancangan penelitian. 7. Penentuan sampel. 8. Pengumpulan data. 9. Pengolahan dan analisis data. 10. Interpretasi hasil analisis. 11. Penyusunan laporan. H. Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah 1. Masalah Penelitian diawali keinginan untuk memecahkan suatu masalah. Itulah sebabnya maka dalam usulan penelitian atau dalam laporan hasil penelitian selalu didahului oleh pernyataan mengenai latar belakang masalah. Masalah dapat diartikan sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan. 2. Perumusan Masalah Menurut Sumadi (1989), tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan masalah itu, namun dapat disarankan hal-hal berikut: 1. Masalah hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. 2. Rumusan ini hendaklah padat dan jelas. 3. Menautkan hubungan antara dua atau lebih variabel. 4. Rumusan itu hendaklah memberikan petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu. 20

21 3. Penelaahan Kepustakaan 1. Menemukan konsep-konsep yang relevan dengan pokok maslaah yang dibahas dalam penelitian. 2. Menggali teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian dan melakukan komparasi-komparasi. 3. Menelaah hasil-hasil penelitian yang lampau yang sangat erat kaitannya dengan pokok-pokok masalah yang akan dibahas. 4. Menyusun suatu kerangkan yang akan digunakan sebagai tumpuan semua kegiatan berikutnya. 5. Menyusun dugaan-dugaan (hipotesis) yang dapat memberikan arah yang jelas bagi pengumpulan data dan analisisnya (Sutrisno Hadi, 1991). Dari kajian pustaka dapat dihasilkan suatu kerangka berpikir baru yang dapat dijadikan landasan, baik untuk penyusunan hipotesis penelitian, cara-cara penelitian, maupun kegiatan-kegiatan penelitian lainnya. 4. Penyusunan Hipotesis Hipotesis dapat juga dipandang sebagai suatu kesimpulan yang sifatnya sementara. Sebagai kesimpulan, meskipun sifatnya masih sementara, tentu hipotesis tidak dibuat dengan sembarangan, tetapi atas dasar pengetahuan tertentu yang sebagian dapat diambil dari hasil-hasil penelitian terdahulu, dan teori-teori yang relevan. Menurut Mantra (2000), suatu hipotesis penelitian ilmiah harus memenuhi syarat-syarat tertentu, diantaranya yang sangat penting adalah sebagai berikut. 1. Hipotesis adalah hasil konstruksi dari gagasan-gagasan yang dapat diterangkan berdasarkan teori-teori atau hasil-hasil pengamatan tertentu. Hipotesis yang diciptakan dari gagasan-gagasan liar akan dianggap tidak sah. 2. Hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan, dan sama sekali tidak boleh merupakan kalimat pernyataan. I. Identifikasi, Klasifikasi, dan Pemberian Definisi Operasional Variabel-Variabel 1. Definisi Variabel 21

22 Variabel (ubahan) adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Misalnya, jenis kelamin adalah variabel karena terdiri dari dua atribut yaitu laki-laki dan perempuan. Jadi, variabel tidak lain adalah pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut (Hagul et al, 1989). 2. Sekala Variabel a. Variabel nominal ialah variabel yang ditetapakn berdasarkan atas proses penggolongan. Misalnya untuk variabel jenis kelamin. b. Variabel ordinal ialah variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut. Mislanya mengukur kelas ekonomi, diberi kode 1 untuk kelas ekonomi bawah, kode 2 untuk kelas ekonomi menengah, dan kode 3 untuk kelas ekonomi atas. c. Variabel interval (misalnya umur, pendapatan, indeks prestasi, dan lain-lain) adalah variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama. Sebagai contoh kita mengukur indeks prestasi (IP) lima orang mahasiswa dan mendapatkan bahwa mahasiswa A mempunyai IP=4; B=3,5; C=3; D=2,5; E=2. d. Variabel rasio adalah variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak. Karena ada titik nol, perbandingan rasio dapat ditentukan. Sebagai contoh, Balita A beratnya 3 kilogram, Balita B beratnya 6 kilogram, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Balita B 2 kali lebih berat daripada Balita A. 3. Pemilihan dan Pengembangan Alat Pengambil Data Dalam penelitian sosial, data dapat dikumpulkan melalui bermacam-macam cara dan alat seperti: wawancara (interview), pengamatan (observasi), kuisioner, dan skala penilaian (rating scale) (Sutrisno Hadi, 1991). 4. Penentuan Sampel (Cuplikan) Menurut Mantra (2000), ada tiga hal yang sangat menentukan tingkat representativitas sampel, yaitu (1) kecermatan kerangka sampel; (2) besarnya sampel; dan (3) teknik pengambilan sampel. 5. Pengumpulan Data 22

23 Seperti telah disebut di atas, kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurannya. Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah kualitas pengambil data. Data yang diambil dari sumber pertama disebut data primer. Disamping data primer tersebut, ada pula data sekunder yang terdapat pada instansiinstansi tertentu yang sudah berbentuk tabel-tabel ataupun dokumen-dokumen yang lain. 6. Analisis Data (Pengolahan Data) Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data itu diolah atau dianalisis setelah itu baru menjadi informasi. Sebelum diolah, data yang terkumpul perlu diseleksi terlebih dahulu atas dasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendah reliabilitas dan validitasnya digugurkan atau dilengkapi dengan substitusi. Data yang telah lulus dalam seleksi lalu diolah atau dianalisis merupakan suatu informasi yang siap untuk dievaluasi dan diinterpretasi. Setelah diolah data dapat berupa: a. Tabel frekuensi tunggal b. Rata-rata, median, modus, korelasi, regresi, dll c. Grafik d. Peta 7. Penyusunan Laporan Penulisan laporan merupakan tahap akhir dari suatu penelitian yang merupakan laporan hasil penelitian secara lengkap. Kerangka isi laporan penelitian pada umumnya berisi hal-hal sebagai berikut. 1) Judul 2) Nama Peneliti 3) Kata Pengantar 4) Abstrak 5) Daftar Isi 6) Daftar Tabel 7) Daftar Gambar 23

24 8) Daftar Lampiran 9) Bab I Pendahuluan 10) Bab II Telaah Pustaka dan Kerangka Teoritis 11) Bab III Metode Penelitian 12) Bab IV Hasil penelitian dan Pembahasan 13) Simpulan dan saran 14) Daftar Pustaka 15) Lampiran-lampiran 24

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus KTSP & K-13 Kelas X geografi PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian geografi dan lingkungan

Lebih terperinci

HAKIKAT GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI : Re typed by Suwarno, S.Si SMA Negeri 2 Kotawarimgin Timur - 1 -

HAKIKAT GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI : Re typed by Suwarno, S.Si SMA Negeri 2 Kotawarimgin Timur - 1 - HAKIKAT GEOGRAFI A. Pengertian Geografi dan Perkembangan Ilmu Geografi Kata geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo dan graphein. Geo berarti bumi dan Graphein artinya tulisan. Secara umum geografi

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.2

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.2 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.2 1. Permukiman penduduk di pulau Kalimantan pada umumnya memanjang di sepanjang sungai. Konsep geografi yang berkaitan

Lebih terperinci

HAKIKAT GEOGRAFI A. RUANG LINGKUP GEOGRAFI

HAKIKAT GEOGRAFI A. RUANG LINGKUP GEOGRAFI A. RUANG LINGKUP GEOGRAFI HAKIKAT GEOGRAFI Pengertian dan Batasan Geografi Menurut seorang ilmuwan kuno yang bernama Eratosthenes Geografi berasal dari bahasa Yunani Geographia yang terdiri dari dua kata,

Lebih terperinci

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd SMA N 3 UNGGULAN TENGGARONG PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2009 GEOGRAFI Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN KONSEP GEOGRAFI

PENDEKATAN DAN KONSEP GEOGRAFI www.bimbinganalumniui.com 1. Geografi is the mother of all sciences adalah pendapat yang dikemukakan oleh a. Preston E. James b. Bintarto c. Aristoteles d. Vidal de la Blace e. Huntington 2. Istilah geografi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi sehingga banyak masyarakat menyebutnya sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kelingkungan dan kompleks wilayah. Yeates (1968) dalam Bintarto dan. masih dalam Bintarto dan Surastopo Hadi Sumarmo (199 1: 9)

BAB II KAJIAN TEORI. kelingkungan dan kompleks wilayah. Yeates (1968) dalam Bintarto dan. masih dalam Bintarto dan Surastopo Hadi Sumarmo (199 1: 9) BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Kajian tentang Geografi a. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang keruangan, kelingkungan

Lebih terperinci

Paket 9 GEOGRAFI. Pendahuluan

Paket 9 GEOGRAFI. Pendahuluan Paket 9 GEOGRAFI Pendahuluan Paket 9 berfokus pada pembahasan geografi. Pembahasan geografi pada paket 9 ini ditekankan pada aspek pengertian, ruang lingkup, tujuan, konsepkonsep dasar dan penerapan geografi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1. Daljoeni. R.Bintaro

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1. Daljoeni. R.Bintaro SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1 1. Ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala alam atau fenomena geosfer dengan sudut pandang keruangan

Lebih terperinci

Contoh Penelitian Geografi : -Judul Penelitian : b. Perumusan tujuan penelitian. c. Penyusunan hipotesa penelitian:

Contoh Penelitian Geografi : -Judul Penelitian : b. Perumusan tujuan penelitian. c. Penyusunan hipotesa penelitian: Contoh Penelitian Geografi : Konsep yang di gunakan dalam Penelitian Geografi tersebut! a... b... c... Prinsip Geografi yang di gunakan dalam Penelitian Geografi tersebut! a.. b.... c... Pendekatan Geografi

Lebih terperinci

PENGERTIAN GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI

PENGERTIAN GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI Istilah Geografi berasal dari bahasa Yunani geo yang artinya bumi dan graphien yang artinya pencitraan. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan segala

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai cakupan sangat luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam ruang, dengan pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata Pada dasarnya pengembangan pariwisata adalah suatu proses yang berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI Setelah membaca kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat: 1. menjelaskan pengertian geografi; 2.

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI Setelah membaca kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat: 1. menjelaskan pengertian geografi; 2. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI Setelah membaca kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat: 1. menjelaskan pengertian geografi; 2. membedakan antara objek formal geografi dengan objek material geografi;

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 2. Penelitian GeografiLatihan Soal 2.1. Lanskap fisik. Kependudukan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 2. Penelitian GeografiLatihan Soal 2.1. Lanskap fisik. Kependudukan 1. Geografi manusia mempelajari tentang... SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 2. Penelitian GeografiLatihan Soal 2.1 Dinamika budaya Lanskap fisik Lanskap lingkungan Kependudukan Lanskap lingkungan

Lebih terperinci

Bab 1: Pengetahuan Dasar Geografi

Bab 1: Pengetahuan Dasar Geografi Bab 1: Pengetahuan Dasar Geografi a) PENGERTIAN GEOGRAFI Geografi berasal dari bahasa Yunani, geo dan graphein yang berarti bumi dan tulisan masing-masing. Jadi secara harfiah geografi berarti tulisan

Lebih terperinci

BAB 1 HAKIKAT GEOGRAFI

BAB 1 HAKIKAT GEOGRAFI BAB 1 HAKIKAT GEOGRAFI A. Ruang Lingkup Geografi 1. Gejala-gejala dibedakan Aspek fisik: gejala-gejala yang beraitan dengan menjadi 2 aspek, antara alam. lain: Aspek sosial: Antroposfer (manusia), hewan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta 1.1. Pengertian Peta Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24),

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24), BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kajian Geografi a. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejalagejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka

Lebih terperinci

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD)

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD) PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD) SEMANGAT KEBANGSAAN; CINTA TANAH AIR; MENGHARGAI PRESTASI; BERSAHABAT/KOMUNIKATIF; CINTA DAMAI; SENANG MEMBACA; PEDULI SOSIAL; PEDULI

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLatihan Soal Objek studi geografi. Objek formal. Objek material.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLatihan Soal Objek studi geografi. Objek formal. Objek material. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLatihan Soal Objek studi geografi 1. Cara pandang atau metode untuk memecahkan permasalahan dalam persepsi geografi dapat digunakan pendekatan

Lebih terperinci

BUKU AJAR GEOGRAFI EKONOMI

BUKU AJAR GEOGRAFI EKONOMI BUKU AJAR GEOGRAFI EKONOMI PENYUSUN DRA. SUNARPI RILANTO, MS PROGRAM STUDI GEOGRAFI MANUSIA FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004 PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

Lebih terperinci

Geografi Pertanian (PGF 253) Lesson 1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI PERTANIAN

Geografi Pertanian (PGF 253) Lesson 1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI PERTANIAN Geografi Pertanian (PGF 253) Lesson 1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI PERTANIAN Geografi (Seminar Geografi di Semarang tahun 1988) Mengkaji persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut

Lebih terperinci

KONSEP GEOGRAFI DALAM IPS. Konsep Geografi adalah pola abstrak yang berkenaan dengan gejala-gejala kongkret tentang geografi.

KONSEP GEOGRAFI DALAM IPS. Konsep Geografi adalah pola abstrak yang berkenaan dengan gejala-gejala kongkret tentang geografi. KONSEP GEOGRAFI DALAM IPS Konsep Geografi adalah pola abstrak yang berkenaan dengan gejala-gejala kongkret tentang geografi. (Nursid Sumaatmadj, 1998) Secara Denotatif : menjelaskan berbagai pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

Konsep konsep dasar Geografi apakah yang dapat menjelaskan Geografi Pariwisata?

Konsep konsep dasar Geografi apakah yang dapat menjelaskan Geografi Pariwisata? Konsep konsep dasar Geografi apakah yang dapat menjelaskan Geografi Pariwisata? 1.Lokasi 2.Jarak 3.Keterjangkauan 4.Interaksi 5.Gerakan 6.Keterkaitan dan Nilai Guna 1. LOKASI Menunjukkan posisi suatu tempat,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.3. objek formal. objek material. aspek sosial.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.3. objek formal. objek material. aspek sosial. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.3 1. Cara pandang atau metode untuk memecahkan permasalahan dalam persepsi geografi dapat digunakan pendekatan yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan penutup lahan adalah suatu fenomena yang sangat kompleks berdasarkan pada, pertama karena hubungan yang kompleks, interaksi antara kelas penutup lahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan sebagai pusat permukiman dan sekaligus pusat pelayanan (jasa) terhadap penduduk kota ma 8upun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah pengaruhnya (hinterland)

Lebih terperinci

METODE PENDEKATAN GEOGRAFI

METODE PENDEKATAN GEOGRAFI METODE PENDEKATAN GEOGRAFI Metode Pendekatan Geografi Ruang lingkup geografi dapat dikatakan sangat luas. Metode pendekatan yang dapat digunakan tidak lagi hanya dari aspek keruangannya saja, melainkan

Lebih terperinci

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, hampir sebagian kota di Indonesia berkembang semakin pesat, di tandai dengan laju pertumbuhan dan persebaran penduduknya lebih terpusat kepada kota

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH 01. Teknologi yang terkait dengan pengamatan permukaan bumi dalam jangkauan yang sangat luas untuk mendapatkan informasi tentang objek dipermukaan bumi tanpa bersentuhan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien,

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien, I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien, 1944:15), geografi adalah ilmu yang

Lebih terperinci

Bab 2 Langkah Penelitian Geografi

Bab 2 Langkah Penelitian Geografi Bab 2 Langkah Penelitian Geografi Kompetensi Dasar Menganalisis langkah-langkah penelitian geografi terhadap fenomena geosfera. Menyajikan contoh penerapan langkah-langkah penelitian geografi dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi permasalahan utama dalam masalah permukiman. Selain hal tersebut yang juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Bintarto dalam Trisnaningsih (1998:7) mendefinisikan bahwa geografi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Bintarto dalam Trisnaningsih (1998:7) mendefinisikan bahwa geografi II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk lebih terarahnya penelitian ini sebagai landasan teori akan penulis kemukakan tinjauan pustaka sebagai berikut: 1. Geografi Menurut Bintarto

Lebih terperinci

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 1 Fakultas Geografi Oleh : HERVID

Lebih terperinci

SILABUS. Bentuk Tagihan Tertulis. Jenis Tagihan Unjuk kerja. Tugas individu. Tes lisan. Portofolio. Ringkasan. Unjuk kerja. Tugas individu.

SILABUS. Bentuk Tagihan Tertulis. Jenis Tagihan Unjuk kerja. Tugas individu. Tes lisan. Portofolio. Ringkasan. Unjuk kerja. Tugas individu. SILABUS Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Kelas : X (sepuluh) Semester : 1 (satu) Standar Kompetensi : 1. Memahami konsep, pendekatan, prinsip, dan aspek Kompetensi Materi Pokok Indikator Kegiatan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun 1989, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena Geosfer dengan sudut

Lebih terperinci

بسم االله الرحمن الرحیم

بسم االله الرحمن الرحیم بسم االله الرحمن الرحیم PERANGKAT PEMBELAJARAN PEMETAAN SK, KD DAN ASPEK Mata Pelajaran : Geografi Program : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Satuan Pendidikan : MA Kelas/Semester : X / 1 Nama Guru : NIP/NIK

Lebih terperinci

Kondisi Geografis dan Penduduk

Kondisi Geografis dan Penduduk Kondisi Geografis dan Penduduk 1) Kondisi geograis suatu wilayah terdiri dari empat faktor utama yaitu: a) Litosfer (lapisan tanah), b) Atmosfer (lapisan udara), c) Hidrosfer (lapisan air), d) dan biosfer

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

Ciri Utama Disiplin Geografi (1) : Perspektif Spasial. Minggu ke-2 Pengantar Geografi Oleh : Hafid Setiadi

Ciri Utama Disiplin Geografi (1) : Perspektif Spasial. Minggu ke-2 Pengantar Geografi Oleh : Hafid Setiadi Ciri Utama Disiplin Geografi (1) : Perspektif Spasial Minggu ke-2 Pengantar Geografi Oleh : Hafid Setiadi Ruang Merupakan konsep dasar dalam kehidupan manusia Bagian dari kesadaran manusia yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI

PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I. HAKIKAT GEOGRAFI 1. Sejarah Perkembangan Geografi Perkembangan ilmu Geografi seiring dengan interaksi manusia dengan lingkungannya. Pemenuhan kebutuhan mendorong manusia melakukan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Geografi

Konsep Dasar Geografi Konsep Dasar Geografi Istilah Geografi pertama kali diperkenalkan Erastothenes abad ke 2 sebelum Masehi. Pada masa itu, geografi hanya didominasi oleh cerita- cerita tentang perjalanan dari berbaai penjuru

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI 1 2 3 4 PEDAGOSIS Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional, dan intelektual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun bertambah dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya keberadaannya relatif tetap. Pemaanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

A. Pengertian dan Konsep Geografi

A. Pengertian dan Konsep Geografi A. Pengertian dan Konsep Geografi A. Pilihan Ganda 1. Jawaban: e Geografi mencakup kajian keruangan dan kewilayahan sehingga mendorong seseorang untuk mempelajari ruang dan wilayah Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: HENDRA WIJAYA L2D 307 014 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 i ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN GEOGRAFI KD-1 PERTEMUAN-1

METODE PENELITIAN GEOGRAFI KD-1 PERTEMUAN-1 METODE PENELITIAN GEOGRAFI KD-1 PERTEMUAN-1 KARAKTERISTIK PENELITIAN Hakekat penelitian Penelitian merupakan penyelidikan dan pengujian yang kritis dan teliti guna menaggapi dan memecahkan masalah (Kartini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan pemukiman. Pada awalnya lingkungan mungkin hanyalah lahan kosong, rawarawa, atau bahkan hutan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP GEOGRAFI

RUANG LINGKUP GEOGRAFI RUANG LINGKUP GEOGRAFI Definisi menurut Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena Geosfera dengan sudut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. untuk mengarahkan pada penelitian ini maka akan dikemukakan definisi geografi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. untuk mengarahkan pada penelitian ini maka akan dikemukakan definisi geografi II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Banyak sekali ahli-ahli atau pakar geografi yang menafsirkan pengertian geografi, hal ini sesuai dengan arah dan tujuan perkembangan dari ilmu

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA G E O G R A F I PROGRAM STUDI IPS PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DANKOMPETENSI DASAR SERTA KISI-KISI SOAL OLIMPIADE GEOGRAFI 2011 UNTUK GURU/SEDERAJAT. Perkembangan Geografi

STANDAR KOMPETENSI DANKOMPETENSI DASAR SERTA KISI-KISI SOAL OLIMPIADE GEOGRAFI 2011 UNTUK GURU/SEDERAJAT. Perkembangan Geografi STANDAR KOMPETENSI DANKOMPETENSI DASAR SERTA KISI-KISI SOAL OLIMPIADE GEOGRAFI 2011 UNTUK GURU/SEDERAJAT No Mata kuliah Standar Kompetensi dasar Kisi-kisi soal kompetensi 1 2 Pengantar Memahami dan Perkembangan

Lebih terperinci

OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI

OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI SISTEM ANALISIS SISTEM MODEL PEMODELAN SIMULASI GEOGRAFI SISTEM 1. Proses yang rumit yang ditandai dengan banyak lintasan sebab akibat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dalam seminar dan lokakarya yang diadakan tahun 1988 / 1989 di Semarang, para ahli geografi Indonesia sepakat untuk

Lebih terperinci

HAKIKAT GEOGRAFI. b. Perubahan kesuburan tanah akibat dari proses erosi dan pelapukan yang

HAKIKAT GEOGRAFI. b. Perubahan kesuburan tanah akibat dari proses erosi dan pelapukan yang A. Pengertian Geografi HAKIKAT GEOGRAFI Istilah Geografi berasal dari bahasa Yunani geo yang artinya bumi dan graphien yang artinya pencitraan. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan segala

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Geografi Tanggal : 07 Juni 2009 Kode Soal : 130 www.onlineschools.name 48. Perbedaan yang mendasar antara cuaca dan iklim ditentukan oleh A. temperatur udara

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.4

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.4 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.4 1. Prinsip geografi yang meliputi seluruh aspek dan memiliki cakupan semua prinsip geografi disebut prinsip.... korologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepadatan penduduk di Kota Bandung yang telah mencapai 2,5 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni. Perumahan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.8

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.8 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.8 1. Berikut ini yang bukan merupakan manfaat dari mempelajari ilmu geografi adalah.... memetakan persebaran fenomena

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu kawasan (wilayah) akan selalu bertumbuh dan berkembang dinamis seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya. Perubahan(evolusi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat. Secara astronomis Kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:5) penelitian eksploratif adalah. Peneliti perlu mencari hubungan gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena permukiman salah satu kebutuhan pokok, tempat manusia tinggal, berinteraksi dan melakukan segala

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Kata geografi berasal berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Kata geografi berasal berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian dan Pendekatan Geografi Kata geografi berasal berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA Lampiran 1 Ringkasan Materi RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA 1 Pengertian Intepretasi Citra Inteprtasi Citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya

Lebih terperinci

PROSEDUR PENELITIAN GEOGRAFI REGIONAL

PROSEDUR PENELITIAN GEOGRAFI REGIONAL PROSEDUR PENELITIAN GEOGRAFI REGIONAL I. Analisis dan penilaian terhadap unsure-unsur lingkungan fisik, Faktor-faktor yang cocok untuk mendukung manusia Faktor-faktor yang tidak cocok untuk mendukung manusia

Lebih terperinci

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH 1. Tata Guna Lahan 2. Identifikasi Menggunakan Foto Udara/ Citra Identifikasi penggunaan lahan menggunakan foto udara/ citra dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Landasan teori merupakan suatu konsep mengenai cara yang akan digunakan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Landasan teori merupakan suatu konsep mengenai cara yang akan digunakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Landasan teori merupakan suatu konsep mengenai cara yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah yang diteliti. Agar penelitian lebih terarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural,

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan spasial kota yang tidak terkendali diyakini akan menjadi pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural, ekonomi pada masa yang

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERMUKIMAN DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2006

ANALISIS POLA PERMUKIMAN DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2006 ANALISIS POLA PERMUKIMAN DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2006 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : NURYANI NIM: 100

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Standar Kompetensi Guru (SKG) a b C D E 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan

KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Standar Kompetensi Guru (SKG) a b C D E 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI No Standar Guru (SKG) Inti Guru 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan mendidik Menggunakan media dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Geografi a. Pengertian Geografi Para pakar geografi dalam Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1998, telah merumuskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi sebuah kata yang tidak asing bagi kita semua. Geografi biasanya identik

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi sebuah kata yang tidak asing bagi kita semua. Geografi biasanya identik 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi sebuah kata yang tidak asing bagi kita semua. Geografi biasanya identik dengan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Padahal

Lebih terperinci

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA 1 OLEH : Kelompok V Muslim Rozaki (A 231 10 034) Melsian (A 231 10 090) Ni Luh Ari Yani (A 231 10 112) Rinanda Mutiaratih (A 231 11 006) Ismi Fisahri Ramadhani (A 231

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Erwindy, Jossy. Tesis Magister dengan judul Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai Masukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Erwindy, Jossy. Tesis Magister dengan judul Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai Masukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah dan pasti terjadi. Meskipun pertumbuhan tidak dapat dihindarkan, namun kecepatan pertumbuhan sangat bervariasi dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah memiliki peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional. Pada masa Orde baru pembangunan nasional dikendalikan oleh pemerintah pusat, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek yang dikaji dalam kajian Geografi terdiri atas dua, yakni aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek yang dikaji dalam kajian Geografi terdiri atas dua, yakni aspek fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek yang dikaji dalam kajian Geografi terdiri atas dua, yakni aspek fisik dan aspek sosial. Salah satu kajian dalam aspek geografi yang mengkaji mengenai aspek fisik

Lebih terperinci

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci