BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam"

Transkripsi

1 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai cakupan sangat luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam ruang, dengan pertanyaan-pertanyaan apa, kapan, di mana, mengapa, siapa dan bagaimana terjadinya aktivitas antara manusia dengan alam dan bagaimana aktivitas tersebut saling berhubungan (Bintarto, 1991). Dalam studi geografi tidak terlepas dari fenomena objek kajian geosfer (permukaan bumi) yang di dalamnya terdiri dari elemen-elemen lingkungan seperti biotic, abiotic, social, cultural, economic, political dan environmental elements yang terjadi di permukaan bumi. Hubungan timbal balik antara manusia dengan alam dalam objek kajian geografi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Bintarto (1991) menjelaskan bahwa objek material geografi adalah geosfer yang meliputi: litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer, pedosfer dan antroposfer, sedangkan objek formal adalah cara memandang atau sudut pandang terhadap suatu gejala di muka bumi, baik yang sifatnya sosial maupun fisik, yaitu sudut pandang dari pendekatan organisasi keruangan atau spatial setting. Yunus (2010) mengemukakan bahwa terdapat 3 (tiga) pendekatan dalam prespektif ilmu geografi untuk mengkaji fenomena permukaan bumi (geosfer) yaitu spatial approach (pendekatan keruangan), ecological approach (pendekatan ekologi), dan regional complex approach (pendekatan kompleks wilayah) yang menjadi jati diri keilmuan geografi dan sebagai ciri khas yang membedakan geografi dengan ilmu-ilmu lain. Selanjutnya menurut Goodall, 1987 (dalam Yunus, 2010) bahwa untuk memberi

2 2 kesan sebagai bentuk scientific dignity dalam bidang ilmu geografi apapun pendekatan baru yang diadopsi sebagai seorang geograf tetap berorientasi pada salah satu atau gabungan dari ketiga pendekatan utama geografi tersebut, sehingga fitrah geografi tidak hilang dan ini merupakan jati diri geografi. Evaluasi sumberdaya lahan merupakan bagian dari kajian geografi termasuk hubungan manusia dengan lingkungan yang menekankan pada pola-pola penggunaan lahan dan persebarannya. Ritohardoyo (2009) menjelaskan bahwa luasnya kajian geografi sehingga kajian tentang sumberdaya lahan menjadi kajian yang cukup kompleks. Penyajian data dan informasi tidak hanya terbatas pada inventarisasi dan pemetaan secara keruangan, akan tetapi hasilnya dapat dilakukan penilaian atau evaluasi lahan berdasarkan kemampuan maupun kesesuaiannya. Evaluasi lahan merupakan suatu proses penilaian potensi lahan untuk mengetahui potensi lahan bagi penggunaan tertentu yang berguna dalam membantu perencanaan penggunaan dan pengelolaan lahan. Evaluasi lahan meliputi interpretasi data fisik, kimia tanah, potensi penggunaan lahan sekarang dan sebelumnya, sedangkan evaluasi sumberdaya lahan menurut Sitorus (1985) merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. FAO (1976) mengatakan bahwa evaluasi sumberdaya lahan adalah proses penaksiran perilaku sumberdaya lahan apabila dipergunakan untuk maksud-maksud tertentu, termasuk pelaksanaan survei dan interpretasi serta studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim, beserta aspek-aspek lain untuk menentukan dan membantu suatu perbandingan terhadap kemungkinan berbagai penggunaan lahan yang dapat diterapkan untuk berbagai pilihan penggunaan tertentu.

3 3 Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah permukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Worosuprodjo (2007) mengemukakan bahwa sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang terbentuk dan berkembang oleh pengaruh geologi/geomorfologi, tanah, hidrologi, penggunaan lahan dan manusia. Selain faktor tersebut di atas keadaan flora dan fauna juga memilki peran yang sangat penting dalam proses perkembangan sumberdaya lahan. Peningkatan jumlah penduduk dan keragaman aktivitas dibarengi dengan pesatnya pembangunan di berbagai sektor yang berkepentingan dengan ruang sangat terkait dengan peningkatan kebutuhan terhadap lahan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian produktif ke penggunaan nonpertanian, sehingga dapat berdampak terhadap makin terbatasnya lahan-lahan potensial untuk pengembangan komoditas pertanian dan terjadinya perubahan ekologis yang dapat mengarah pada degradasi lingkungan dan penurunan daya dukung wilayah. Pemberdayaan pulau-pulau dengan karakteristik yang spesifik seperti pulau Ternate dalam pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Salah satu informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi pangan dan produk pertanian lainnya adalah data spasial (peta) potensi sumberdaya lahan yang dapat memberikan informasi berupa distribusi, luas, kesesuaian lahan, kemampuan lahan, faktor pembatas dan berbagai alternatif

4 4 teknologi yang dapat digunakan (Suryana dkk, 2005). Dengan tersediannya informasi potensi sumberdaya lahan untuk pengembangan suatu komoditas pertanian akan sangat membantu pemerintah daerah dan masyarakat untuk dapat meningkatkan produksi pertanian secara berkelanjutan. Kota Ternate mempunyai ciri sebagai daerah kepulauan yang terdiri dari delapan buah pulau, lima pulau diantaranya berukuran sedang yang dihuni penduduk yaitu pulau Ternate, pulau Moti, pulau Hiri, pulau Tifure dan pulau Batang Dua, sedangkan tiga pulau lainnya berukuran kecil dan hingga saat ini tidak berpenghuni adalah pulau Maka, pulau Mano dan pulau Gurida. Nama dan luas wilayah per Kecamatan berdasarkan hasil digitasi citra dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Ternate Tahun 2010 No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Data Digitasi Peta Citra ( % ) 1 Pulau Ternate 5.260,31 32,46 2 Moti 2.485,94 15,34 3 Batang Dua 2.957,15 18,25 4 Ternate Selatan 2.118,87 13,07 5 Ternate Tengah 1.728,98 10,67 6 Utara 991,72 6,12 7 Hiri 663,02 4,09 Jumlah ,99 100,00 Sumber : Bappeda Kota Ternate Hasil Digitasi Citra Tahun, Kecamatan Pulau Ternate merupakan salah satu Kecamatan di Kota Ternate yang rentan terhadap terjadinya degradasi lahan berupa longsor dan erosi. Secara makro Kecamatan Pulau Ternate dengan luas wilayah sebesar 5.260,31 Ha (32,46%) dan mempunyai 13 Kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa (BPS, 2010) memiliki morfologi sebagian besar bergunung dan berbukit serta berupa pulau dengan batuan volkanis, sehingga penurunan

5 5 permukaan tanah akibat proses erosi dan longsor dapat berjalan secara intensif. Meskipun Ternate sebagai kota namun sebagian besar masyarakat di Kecamatan Pulau Ternate adalah bermata pencaharian petani dan terbatasnya lahan pertanian sehingga masyarakat umumnya mengolah lahan pertanian pada lereng perbukitan. Cara pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian maupun non pertanian nampaknya masih kurang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup strategis karena selain hasilnya merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat juga sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Secara historis komoditi tanaman perkebunan terutama cengkeh dan pala di Kota Ternate sudah dikenal sejak zaman kolonial dan hingga saat ini masih menjadi bagian dari mata pencaharian masyarakat. Jenis tanaman perkebunan yang umumnya diusahakan oleh masyarakat adalah cengkeh, pala dan kelapa. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB cukup besar yaitu sebanyak juta atau sekitar 13,26% pada tahun 2011 dan menempati urutan keempat setelah sektor perdagangan, jasa dan pengangkutan atau komunikasi (BPS, 2012). Kondisi geomorfologis Kecamatan Pulau Ternate yang sebagian besar bergunung dan berupa perbukitan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian, sehingga sangat berdampak pada terjadinya degradasi lahan. Data dan informasi potensi sumberdaya lahan yang diperlukan untuk mendukung perencanaan program pembangunan pertanian dalam bentuk spasial di Kota Ternate sangat terbatas dan bahkan instansi pembuat peta belum terkoordinasi dengan baik. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya lahan secara terarah dan

6 6 efisien dalam menunjang keberhasilan program pembangunan pertanian suatu wilayah, khususnya dalam menyusun perencanaan pengembangan wilayah melalui pemilihan daerah-daerah yang berpotensi, diperlukan tersedianya data dan informasi potensi sumberdaya tanah/lahan (soil/land resources) yang memadai, maka penelitian melalui pendekatan evaluasi sumberdaya lahan untuk perencanaan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate penting untuk dilakukan. Deseein, 2002 (dalam FAO, 2007) menjelaskan bahwa sejumlah proyek pembangunan yang dilakukan telah gagal karena ketidaktahuan terhadap masalah sosial-ekonomi dan budaya tertentu seperti kepemilikan tanah, fungsi pasar, pengaruh kelembagaan serta faktor politik seperti kebijakan pertanian dan lingkungan dapat memiliki pengaruh yang kuat terhadap harga lahan dan penggunaannya. Terkait dengan hal tersebut, maka faktor budaya lokal adalah merupakan salah satu hal yang menarik untuk dipertimbangkan dalam pengelolaan lahan. Suatu tehnik pengelolaan lahan yang baik untuk pelestarian tanah pada suatu daerah belum tentu sesuai dengan budaya lokal. Evaluasi sumberdaya lahan sangat diperlukan dalam perencanaan penggunaan lahan karena perencanaan penggunan lahan yang baik harus didasarkan pada tingkat kesesuaian lahan dan kemampuannya. Manfaat mendasar yang diperoleh dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Sartohadi dan Putri (2008) menjelaskan bahwa penilaian kemampuan dan kesesuaian lahan suatu daerah dimaksudkan untuk mengetahui potensi suatu daerah dalam kegiatan pertanian

7 7 (arable atau non arable). Adanya pengetahuan tentang data dan informasi potensi sumberdaya lahan yang digambarkan dalam bentuk spasial (peta) sebagai dasar dalam menentukan daerah-daerah yang memiliki potensi sumberdaya lahan dan selanjutnya akan dapat digunakan dalam menganalisis kemampuan dan kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu serta dapat memberikan berbagai alternatif perencanaan penggunaan lahan yang rasional, sehingga lahan dapat digunakan secara optimal sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan pertanian berkelanjutan Perumusan Masalah Pola pemanfaatan lahan pada suatu wilayah merupakan manifestasi hubungan antara manusia dan lingkungan. Adanya polarisasi dan intensitas penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian di Kecamatan Pulau Ternate merupakan indikasi yang dapat mencerminkan adanya aktivitas dalam tingkat penguasaan teknologi oleh penduduk dalam mengekspolitasi sumberdaya lahan serta dapat menggambarkan karakteristik potensi wilayah tersebut. Sumberdaya lahan di Kecamatan Pulau Ternate dapat terlihat dari adanya kondisi tutupan lahan atau pemanfaatan lahan yang terbentuk dan pada dasarnya pola pemanfaatan lahan dapat dipengaruhi oleh faktor fisik lahan seperti letak geografis, struktur geologi, tanah, klimatologi wilayah dan kegiatan ekonomi masyarakat. Kondisi topografi Kecamatan Pulau Ternate adalah sebagian besar bergunung dan berupa perbukitan dengan adanya sebuah gunung berapi yang masih aktif dan terletak di tengah pulau Ternate. Sebagian besar masyarakat adalah bermata pencaharian petani sehingga meskipun kondisi topografi bergunung dan berbukit namun masyarakat tetap mengolah lahan dan

8 8 dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian seperti kelapa, cengkeh dan pala yang sekaligus komoditi ini menjadi produk unggulan daerah. Pola penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian maupun non pertanian oleh masyarakat nampak sangat berdampak pada terjadinya degradasi lahan karena masih kurang sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan pertanian berkelanjutan. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya data dan informasi berupa data spasial (peta) potensi sumberdaya lahan yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi bahan pangan dan produksi pertanian lainnya serta tindakan konservasi lahan bagi masyarakat. Selain itu permasalahan lain berupa sosial, politik, ekonomi, ketersediaan lahan serta budaya lokal perlu dipertimbangakan dalam pengelolaan lahan. Pengelolaan lahan yang baik untuk pelestarian lahan belum tentu sesuai dengan budaya lokal. Dengan demikian maka penelitian tentang evaluasi sumberdaya lahan untuk perencanaan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate penting untuk dilakukan. Berdasarkan permasalahan di atas, untuk mengetahui potensi sumberdaya lahan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara maka secara sistimatis dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) bagaimana potensi penggunaan lahan pertanian berdasarkan analisis kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara? 2) bagaimana rencana penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara? 3) bagaimana pola spasial pengembangan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara?

9 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengevaluasi potensi penggunaan lahan pertanian berdasarkan analisis kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. 2) menganalisis rencana penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. 3) menyusun suatu pola spasial pengembangan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk pemerintah daerah, investor dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai berikut: 1) pemerintah daerah, sebagai masukan dalam menyusun program dan perumusan kebijakan pengembangan pertanian berkelanjutan sesuai dengan potensi sumberdaya lahan dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah. 2) investor, sebagai basis data dalam pengelolaan pembangunan pertanian berkelanjutan. 3) pengembangan ilmu pengetahuan, memahami permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya lahan berbasis pembangunan pertanian berkelanjutan.

10 Keaslian Penelitian Berbagai hasil penelitian tentang evaluasi sumberdaya lahan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti; Herlambang (2000) melakukan penelitian untuk kesesuaian lahan jenis tanaman semusim non padi di Kecamatan Porwodadi Kabupaten Purworejo dan menggunakan analisis deskriptif dengan unit analisis satuan lahan. Nugraheni (2004) melakukan penelitian tentang evaluasi kesesuaian lahan tanaman nilam di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dengan unit analisis adalah unit lahan dan pengambilan sampling secara acak berstrata. Penelitian evaluasi penggunaan lahan untuk pemanfaatan ruang oleh Widyastuti (2005) di sebagian Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian menggunakan unit analisis adalah satuan lahan dan lebih fokus pada arahan tata guna lahan berdasarkan kemampuan lahan dibanding dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Penelitian untuk mengkaji kesesuaian lahan tanaman padi dan kelapa sawit oleh Bahrudin (2008) di Kabupaten Indragiri, Provinsi Riau dengan unit analisis adalah satuan lahan. Hadun (2008) melakukan penelitian di DAS Loano untuk mengetahui kemampuan dan kesesuaian lahan, tipe penggunaan lahan pertanian dengan menggunakan satuan lahan sebagai unit analisis. Peneliti mengangkat masalah evaluasi sumberdaya lahan untuk perencanaan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Penelitian lebih fokus pada evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh dan pala. Kemampuan lahan dan kesesuaian lahan merupakan komponen sangat penting dalam proses

11 11 perencanaan penggunaan lahan. Hasil dari evaluasi lahan akan dapat memberikan berbagai alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan serta tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat digunakan secara berkelanjutan sesuai dengan berbagai faktor pembatas yang ada. Analisis yang dilakukan terhadap kemampuan dan kesesuaian lahan adalah untuk mengevaluasi potensi penggunaan lahan serta menganalisis rencana penggunaan lahan untuk tanaman cengkeh dan pala. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian kesesuaian lahan sebelumnya adalah mengetahui kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Penelitian terdahulu umumnya menggunakan unit analisis adalah unit lahan sedangkan penelitian ini menggunakan bentuklahan sebagai unit analisis serta menyusun suatu pola spasial pengembangan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan. Beberapa penelitian evaluasi lahan yang telah dilakukan dan perbedaannya dengan penelitian ini secara ringkas seperti pada Tabel 1.2.

12 12 Tabel 1.2. Perbandingan antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilakukan Peneliti. No Peneliti, Tahun dan Judul Tujuan penelitian Metode penelitian Sumber data Hasil Penelitian 1 Herlambang, (2000). Evaluasi Sumberdaya Lahan Untuk Pertanian Daerah Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Penentuan Jenis Tanaman Semusim Non Padi di Kecamatan Purwodadi 1) metode sampling area 2) analisis deskriptif 3) satuan lahan sebagai unit 1) data sekunder 2) laboratorim peta kesesuaian lahan tanaman semusim non padi Nugraheni, (2004). Evaluasi Kesesuaian 2 Lahan Untuk Tanaman Nilam Di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta 3 Widyastuti, (2005). Evaluasi Penggunaan Lahan Untuk Pemanfaatan Ruang Di Sebagian Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tenggara. 4 Bahrudin, (2008). Pemanfaatan PJ dan SIG Untuk Pengembangan Komoditas Tanaman Padi Dan Kelapa Sawit Di Kabupaten Indragiri Provinsi Riau 5 Ramli, (2008). Pendekatan Evaluasi Lahan Untuk Arahan Pola PenggunaanLahan Pertanian Berkelanjutan di DAS Loano 6 Rusdin, (2013). Evaluasi Sumberdaya Lahan Untuk Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara evaluasi kesesuaian lahan dan produktivitas tanaman nilam 1) kemampuan lahan 2) penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan 3) arahan tata guna lahan 1) mengkaji tingkat kesesuaian lahan tanaman padi dan kelapa sawit 2) menyusun arahan pengembangan komoditas padi dan kelapa sawit 1) kemampuan dan evaluasi lahan 2) tipe penggunaan lahan 3) arahan pola penggunaan lahan pertanian 1) evaluasi potensi penggunaan lahan pertanian berdasarkan analisis kemampuan dan kesesuaian lahan 2) menganalisis rencana penggunaan lahan pertanian 3) menyusun suatu pola spasial penggunaan lahan pertanian berkelanjutan analisis 1) interpretasi FU, 2) metode survei, 3) sampling acak berstrata 4) satuan lahan 1) survei/evaluasi kemampuan lahan, 2) satuan lahan sebagai unit analisis 1) metode matching untuk menentukan kelas kesesuaian lahan 2) satuan lahan sebagai unit analisis 1) metode sampling 2) analisis kualitatif, kuantitatif dan keuangan 3) satuan lahan sebagai unit analisis 1) survei dan laboratorium 2) analisis kualitatif dan kuantitatif 3) pendekatan keruangan 4) bentuklahan sebagai satuan unit analisis 5) Matching dan LCLP 1) data sekunder 2) labotarium Citra Landsat ETM+ 1) Citra Landsat ETM+ 2) data sekunder 1) data sekunder 2) laboratorium 1) data sekunder 2) data primer 3) laboratorium 1) peta kesesuaian lahan 2) hubungan antara subkelas kesesuaian lahan dengan produktivitas 1) peta kemampuan lahan 2) peta ketidaksesuaian penggunaan lahan 3) arahan tata guna lahan 1) kelas kesesuaian lahan tanaman padi dan kelapa sawit 2) arahan pengembangan tanaman padi dan kelapa sawit 1) kelas kemampuan lahan 2) tingkat bahaya erosi 3) arahan pemanfaatan lahan 1) kelas kesesuaian dan kemampuan lahan 2) rencana penggunaan lahan 3) pola spasial penggunaan lahan pertanian berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah memiliki peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional. Pada masa Orde baru pembangunan nasional dikendalikan oleh pemerintah pusat, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan sebagai pusat permukiman dan sekaligus pusat pelayanan (jasa) terhadap penduduk kota ma 8upun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah pengaruhnya (hinterland)

Lebih terperinci

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd SMA N 3 UNGGULAN TENGGARONG PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2009 GEOGRAFI Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka

Lebih terperinci

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus KTSP & K-13 Kelas X geografi PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian geografi dan lingkungan

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013 PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013 NILUH RITA AYU ROSNITA A 351 09 044 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN KONSEP GEOGRAFI

PENDEKATAN DAN KONSEP GEOGRAFI www.bimbinganalumniui.com 1. Geografi is the mother of all sciences adalah pendapat yang dikemukakan oleh a. Preston E. James b. Bintarto c. Aristoteles d. Vidal de la Blace e. Huntington 2. Istilah geografi

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata Pada dasarnya pengembangan pariwisata adalah suatu proses yang berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

Lebih terperinci

67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan.

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLatihan Soal Objek studi geografi. Objek formal. Objek material.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLatihan Soal Objek studi geografi. Objek formal. Objek material. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLatihan Soal Objek studi geografi 1. Cara pandang atau metode untuk memecahkan permasalahan dalam persepsi geografi dapat digunakan pendekatan

Lebih terperinci

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD)

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD) PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD) SEMANGAT KEBANGSAAN; CINTA TANAH AIR; MENGHARGAI PRESTASI; BERSAHABAT/KOMUNIKATIF; CINTA DAMAI; SENANG MEMBACA; PEDULI SOSIAL; PEDULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Ilmu geografi memiliki dua aspek penting dalam penerapannya yaitu aspek ruang dan aspek waktu. Data spasial merupakan hasil dari kedua aspek yang dimiliki oleh geografi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.3. objek formal. objek material. aspek sosial.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.3. objek formal. objek material. aspek sosial. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.3 1. Cara pandang atau metode untuk memecahkan permasalahan dalam persepsi geografi dapat digunakan pendekatan yang tepat

Lebih terperinci

Paket 9 GEOGRAFI. Pendahuluan

Paket 9 GEOGRAFI. Pendahuluan Paket 9 GEOGRAFI Pendahuluan Paket 9 berfokus pada pembahasan geografi. Pembahasan geografi pada paket 9 ini ditekankan pada aspek pengertian, ruang lingkup, tujuan, konsepkonsep dasar dan penerapan geografi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota besar akan mengalami perkembangan, dimana perkembangan tersebut berdampak pada daerah disekitarnya. Salah satu dampak yang terjadi adalah munculnya istilah kota

Lebih terperinci

14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS

14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS 14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS 14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1. Daljoeni. R.Bintaro

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1. Daljoeni. R.Bintaro SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1 1. Ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala alam atau fenomena geosfer dengan sudut pandang keruangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus sesuai dengan kemampuannya agar tidak menurunkan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.2

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.2 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.2 1. Permukiman penduduk di pulau Kalimantan pada umumnya memanjang di sepanjang sungai. Konsep geografi yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar bagi pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepadatan penduduk di Kota Bandung yang telah mencapai 2,5 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni. Perumahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman durian merupakan salah satu tanaman buah yang dapat dibudidayakan dan termasuk dalam tanaman hortikultura. Definisi dari tanaman hortikultura itu sendiri menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang penting bagi kehidupan manusia sekarang ini. Lahan mempunyai beberapa fungsi penting bagi manusia diantaranya dapat

Lebih terperinci

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN berikut : FAO dalam Arsyad (2012:206) mengemukakan pengertian lahan sebagai Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 1 Fakultas Geografi Oleh : HERVID

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Diketahui bahwa Papua diberi anugerah Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah. Sumberdaya tersebut dapat berupa sumberdaya hayati dan sumberdaya non-hayati. Untuk sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hulu daerah aliran sungai (DAS) memiliki peranan penting dalam melindungi kawasan di bawahnya dari terjadinya kerusakan lingkungan. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS

14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS 14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Esti Sarjanti Pendidikan Geografi-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO.BOX. 202 Purwokerto

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DAS Biru yang mencakup Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Purwantoro berdasarkan peraturan daerah wonogiri termasuk dalam kawasan lindung, selain itu DAS Biru

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3 1. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan lahan akan digunakan untuk kegiatan pertanian, pemukiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia sekarang masih tergolong tinggi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 1,49 % per tahun, akibatnya diperlukan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin intensifnya aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Garang merupakan DAS yang terletak di Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo dan Garang, berhulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Longsorlahan Longsorlahan adalah salah satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk kedalam pertumbuhunan yang tinggi. Jumlah penduduk semakin tinggi menyebabkan Indonesia menjadi negara ke empat dengan jumlah

Lebih terperinci

HAKIKAT GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI : Re typed by Suwarno, S.Si SMA Negeri 2 Kotawarimgin Timur - 1 -

HAKIKAT GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI : Re typed by Suwarno, S.Si SMA Negeri 2 Kotawarimgin Timur - 1 - HAKIKAT GEOGRAFI A. Pengertian Geografi dan Perkembangan Ilmu Geografi Kata geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo dan graphein. Geo berarti bumi dan Graphein artinya tulisan. Secara umum geografi

Lebih terperinci

DOKUMEN KURIKULUM FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA H a l a m a n

DOKUMEN KURIKULUM FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA H a l a m a n DOKUMEN KURIKULUM FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 1 H a l a m a n SK REKTOR...... 2 H a l a m a n IDENTITAS PROGRAM STUDI Program Studi/Fakultas Jenjang : Geografi/ Geografi :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Lahan merupakan sumberdaya pembangunan yang memiliki karakteristik antara lain (1) luasan relatif tetap, dan (2) memiliki sifat fisik yang bersifat spesifik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Standar Kompetensi Guru (SKG) a b C D E 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan

KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Standar Kompetensi Guru (SKG) a b C D E 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI No Standar Guru (SKG) Inti Guru 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan mendidik Menggunakan media dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran

Lebih terperinci

BUKU AJAR GEOGRAFI EKONOMI

BUKU AJAR GEOGRAFI EKONOMI BUKU AJAR GEOGRAFI EKONOMI PENYUSUN DRA. SUNARPI RILANTO, MS PROGRAM STUDI GEOGRAFI MANUSIA FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004 PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

Lebih terperinci

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Oleh : ERINA WULANSARI [ ] MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi sehingga banyak masyarakat menyebutnya sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi

I. PENDAHULUAN. masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan bagian dari ekosistem alam sebagai assosiasi flora fauna yang didominasi oleh tumbuhan berkayu yang menempati areal yang sangat luas sehingga menciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Lampung yang selalu bertambah pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan otonomi daerah, serta pertambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi lahan kering untuk menunjang pembangunan pertanian di Indonesia sangat besar yaitu 148 juta ha (78%) dari total luas daratan Indonesia sebesar 188,20 juta ha

Lebih terperinci

بسم االله الرحمن الرحیم

بسم االله الرحمن الرحیم بسم االله الرحمن الرحیم PERANGKAT PEMBELAJARAN PEMETAAN SK, KD DAN ASPEK Mata Pelajaran : Geografi Program : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Satuan Pendidikan : MA Kelas/Semester : X / 1 Nama Guru : NIP/NIK

Lebih terperinci

Contoh Penelitian Geografi : -Judul Penelitian : b. Perumusan tujuan penelitian. c. Penyusunan hipotesa penelitian:

Contoh Penelitian Geografi : -Judul Penelitian : b. Perumusan tujuan penelitian. c. Penyusunan hipotesa penelitian: Contoh Penelitian Geografi : Konsep yang di gunakan dalam Penelitian Geografi tersebut! a... b... c... Prinsip Geografi yang di gunakan dalam Penelitian Geografi tersebut! a.. b.... c... Pendekatan Geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DANKOMPETENSI DASAR SERTA KISI-KISI SOAL OLIMPIADE GEOGRAFI 2011 UNTUK GURU/SEDERAJAT. Perkembangan Geografi

STANDAR KOMPETENSI DANKOMPETENSI DASAR SERTA KISI-KISI SOAL OLIMPIADE GEOGRAFI 2011 UNTUK GURU/SEDERAJAT. Perkembangan Geografi STANDAR KOMPETENSI DANKOMPETENSI DASAR SERTA KISI-KISI SOAL OLIMPIADE GEOGRAFI 2011 UNTUK GURU/SEDERAJAT No Mata kuliah Standar Kompetensi dasar Kisi-kisi soal kompetensi 1 2 Pengantar Memahami dan Perkembangan

Lebih terperinci

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian Disusun Oleh : Adhi Ginanjar Santoso (K3513002) Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas

Lebih terperinci

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Luas daratan Indonesia seluruhnya adalah 2000 juta hektar. Sekitar 168 juta hektar atau 81% tersebar di empat pulau besar selain di pulau Jawa, yaitu Sumatera, Kalimantan,

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI 1 2 3 4 PEDAGOSIS Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional, dan intelektual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas ketersediaannya. Seperti sumber daya alam lainnya, lahan merupakan salah satu objek pemenuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah harus dipandang sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya ruang agar sesuai dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No.5 Tahun 1960). Penataan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN MATERI. Ruang lingkup pengetahuan geografi. Konsep esensial geografi dan contoh terapannya

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN MATERI. Ruang lingkup pengetahuan geografi. Konsep esensial geografi dan contoh terapannya KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Geografi Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah Soal : Pilihan Ganda : 40 Soal Essay : 5 Soal 1 3.1 Memahami pengetahuan dasar geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Realitas dinamika kehidupan pada masa lalu, telah meninggalkan jejak dalam bentuk nama tempat yang menggambarkan tentang kondisi tempat berdasarkan sudut filosofi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit penginderaan jauh merupakan salah satu metode pendekatan penggambaran model permukaan bumi secara terintegrasi yang dapat digunakan sebagai data dasar

Lebih terperinci

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk 1 B A B I PE N D A H U L U A N A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tercatat pada tahun 2005,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KI DAN KD GEOGRAFI KURIKULUM 2013

LAMPIRAN 1 KI DAN KD GEOGRAFI KURIKULUM 2013 LAMPIRAN 1 KI DAN KD GEOGRAFI KURIKULUM 2013 108 109 Tabel 1. Kompetensi Dasar (KD) 3 dan 4 mata pelajaran Geografi Kelas X Kompetensi Dasar 3.1 Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI KURIKULUM 2013 GEOGRAFI Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 KI dan KD Geografi untuk Peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMA/MA 1 A. Pengertian Geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

KONSEP GEOGRAFI DALAM IPS. Konsep Geografi adalah pola abstrak yang berkenaan dengan gejala-gejala kongkret tentang geografi.

KONSEP GEOGRAFI DALAM IPS. Konsep Geografi adalah pola abstrak yang berkenaan dengan gejala-gejala kongkret tentang geografi. KONSEP GEOGRAFI DALAM IPS Konsep Geografi adalah pola abstrak yang berkenaan dengan gejala-gejala kongkret tentang geografi. (Nursid Sumaatmadj, 1998) Secara Denotatif : menjelaskan berbagai pengertian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU

STANDAR KOMPETENSI GURU No KISI-KISI SOAL UKG MAPEL GEOGRAFI PEDAGOGIK 2015 Kompetensi Utama STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI Indikator Esensial/ Indikator Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI

OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI SISTEM ANALISIS SISTEM MODEL PEMODELAN SIMULASI GEOGRAFI SISTEM 1. Proses yang rumit yang ditandai dengan banyak lintasan sebab akibat

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan tubuh alam yang menyelimuti permukaan bumi dan merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi makhluk hidup. Tanah mempunyai kemampuan untuk mendukung

Lebih terperinci

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115 o 45-116 o 40 BT dan 8 o 10-9 o 10 LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Degradasi tanah merupakan isu penting dalam AGENDA 21, hal ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Degradasi tanah merupakan isu penting dalam AGENDA 21, hal ini PENDAHULUAN Latar Belakang Degradasi tanah merupakan isu penting dalam AGENDA 21, hal ini terkait dengan aspek ketahanan pangan dan kualitas lingkungan. Degradasi tanah menyebabkan penurunan LQ (land quality

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

PERNCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH ( Bangwil)

PERNCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH ( Bangwil) PERNCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH ( Bangwil) Dosen pengampu: Prof. Dr. Ir Indayati Lanya, MS Dan Staf Dosen Lab. Manajemen Sumberdaya Lahan Indayati Lanya- 1 Visi MK. Bangwil Mendidik mahasiswa

Lebih terperinci