BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun bertambah dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya keberadaannya relatif tetap. Pemaanfaatan lahan untuk suatu penggunaan tertentu di suatu wilayah harus mempertimbangkan berbagai aspek. Hal tersebut dilakukan agar pemanfaatan lahan lebih tepat sehingga bisa mengguntungkan bagi semua pihak baik secara ekonomis maupun ekologis. Sebagaimana dikemukan oleh Sitorus (2004:34) : Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan lainya memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntukan dari sumberdaya lahan yang terbatas. Semakin meningkat taraf hidup dan terbukanya kesempatan untuk menciptakan peluang kerja, yang ditandai oleh semakin banyaknya investor ataupun masyarakat dan pemerintah dalam melakukan pembangunan, maka semakin meningkat pula keterbutuhan akan lahan untuk berbagai kegiatan pembangunan. Menurut Suma atmadja (1997:56) mengemukakan bahwa: Pergeseran fungsi tata guna lahan tanpa memperhatikan kondisi geografis yang meliputi segala faktor fisik dengan daya dukungnya dalam jangka panjang akan membawa negatif terhadap lahan dan lingkungan bersangkutan yang akhirnya pada kegiatan manusia itu sendiri. Seperti yang dikatakan menurut Suma atmadja, apabila terjadi pergeseran fungsi tata guna lahan tanpa memperhatikan kondisi geografis kenyataan ini dapat 1

2 2 mengakibatkan masalah penggunaan lahan, serta mengalami perkembangan pula sehingga mendorong perubahan penggunaan lahan, seperti penggunaan kawasan hutan untuk pertanian, dan penggunaan lahan pertanian berubah fungsi menjadi area kegiatan industri atau permukiman tidak terelakan, semua ini disebabkan berkembanganya kegiatan pembangunan di luar sektor pertanian. Seperti yang dikemukakan oleh Sitorus (1986:121), faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan ialah : 1. Faktor Fisik Faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan penggunaan lahan diantranya: a. Morfologi Kondisi suatu tempat akan sangat berpengaruh terhadap pengunaan lahan. Kondisi morfologi yang bermacam-macam seperti: pergunungan, perbukitan, bergelombang, landai dan datar akan menimbulkan pengunaan lahan yang berbeda-beda. Pada daerah yang memiliki kondisi morfologi yang berbentuk pengunungan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan hujan biasanya daerah ini ditumbuhi vegetasi yang masih alami atau juga masih bisa disebut dengan hutan. Pada daerah yang memiliki kondisi morfologi yang bergelombang mulai terlihat kegiatan manusia berupa industri. Sama halnya dengan pengunaan lahan didaerah yang morfologi datar. Pada daerah perbukitan yang lahannya berupa hutan lindung dan hutan produksi maka lereng tengah dan bawah biasanya digunakan untuk perkebunan dan persawahan serta pertanian lahan kering. Kondisi morfologi yang menguntungan, morfologi yang bervariasi dari daerah dataran sampai kepergunungan memungkinkan terbentuknya tata pengairan dan pertanian yang bervariasi. b. Iklim Iklim merupakan rata-rata cuaca yang terjadi dalam jangka waktu dan daerah yang luas, sedangkan cuaca itu sendiri pengertiannya lebih khusus dari pada iklim bila dilihat dari segi waktu dan ruang yang telah terbatas. Informasi mengenai iklim sangat dibutuhkan dalam kehidupan seluruh mahluk hidup secara umum bagi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Keanekaragaman kondisi iklim akan mempengaruhi pada pengunaan lahan. Perbedaa kondisi iklim ini dapat dilihat dari unsur-unsurnya seperti: curah hujan, suhu, kelembapan udara, dan penyinaran matahari. Sehinga dapat disimpulkan perbedaan kondisi fisik antara suatu daerah dengan daerah lainnya menyebabkan adanya perbedaan pengunaan lahan antara kedua daerah tersebut.

3 3 c. Tanah Keadaan tanah merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi pengunaan lahan disuatu daerah. Hal ini dapat dilihat dari kondisi batuan yang ada di daerah tersebut yang mempunyai bahan induk berupa endapan pasir kuarsa akan membentuk tanah mirip dengan tanah podosolik kuning. Jenis tanah ini biasanya cocok digunakan untuk berladang dan berkebun. Dan sebagainya tergatung dari jenis bahan induk batuan dan akan menghasilkan atau membentuk jenis tanah yang beragam. 2. Faktor Sosial Manusia sangat mempengaruhi pola penggunaan lahan di suatu daerah. Hal ini sangat bergantung pada tingkat pendidikan dan keahlian yang mereka miliki, mata pencaharian, teknologi, dan juga adat istiadat, selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keahlian penduduk. Pertumbuan penduduk di suatu daerah akan mempengaruhi jenis penggunaan lahan yang ada, lahan yang semula diperuntukkan untuk lahan pertanian, dapat berubah fungsi menjadi permukiman, industri, perekonomian dan fasilitas-fasilitas umum lainnya. Tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka penggunaan lahan yang diusahakan akan semakin efektif dan efisien. Sedangkan bila tingkat pendidikan mereka rendah maka penggunaan lahannya pun akan cenderung bersifat tradisional. Tingkat pendidikan dan keahlian penduduk menentukan pula jenis mata pencaharian yang mereka pilih. Alih fungsi lahan petanian secara besar-besaran telah menjadi fenomena yang tidak asing lagi di Indonesia. Ketika pembangunan ekonomi berjalan pesat (dalam periode ) total alih fungi lahan pertanian di Indonesia mencapai 1,58 juta hektar. (Sumber: Pada tahun 2005-an masih tersedia lahan pertanian seluas 25 juta hektar, namun terus mengalami penyusutan hingga tahun 2010 tersisa 13,2 juta hektar yang terdiri dari lahan basah 7,7 dan lahan kering 5,5 juta hektar. Penyusutan atau konversi lahan pertanian sangat intensif terjadi di Jawa, yang mencapai 79,3 persen atau 10,02 juta hektar. Berhubungan lebih dari 60 persen penduduk tinggal di jawa sedang luasnya tidak lebih dari 7 persen dari dataran indonesia. Tingkat

4 4 konversi tertinggi terjadi di Jawa Barat ( cetak/2010/ /10/0901.htm). Beras Cianjur merupakan salah satu produk khas yang memiliki keunggulan komparatif karena tidak bisa dihasilkan di daerah lain kecuali di kabupaten Cianjur. Wilayah di Kabupaten Cianjur yang tercatat sebagai sentra lahan varietas padi. Diantaranya, Kecamatan Warungkondang, Cibeber, Cianjur, Cugenang, Cilaku, dan Campaka. Agribisnis beras ini dipandang perlu untuk di lestarikan, ditingkatkan dan dikembangkan sehingga dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi petani, pelaku agribisnis maupun bagi pemerintah daerah. Fenomena Konversi lahan pun telah terjadi di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Dari tahun ketahun telah terjadi alih fungi lahan pertanian menjadi permukiman, akibat dinamika penduduknya. Sehingga lahan terbangun semakin meningkat yang kemudian lahan pertanian sawah semakin berkurang. Data Mengenai perubahan penggunaan lahan dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Penggunaan Lahan Tahun 2000 No Penggunaan Lahan F (Km 2) % 1 Permukiman 8, Sawah 18, Kebun 9, Ladang 3,9 8 5 Hutan 8, Jumlah 48, Sumber: Monografi Kec.Warungkondang Tahun 2000 Pada tahun 2000 luas daerah di Kecamatan Warungkondang di dominasi leh areal persawahan sebesar Km 2 atau sekitar 38% dari luas wilayahnya.

5 5 Selanjutnya jumlah areal kebun sebesar 9,2625 Km 2 atau sekitar 17% dari luas wilayah Kecamatan Warungkondang. Untuk luas areal permukiman di Kecamatan Warungkondang ini adalah 8,775 Km 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 1.1 di bawah ini: pemukiman 8% 17% 18% Sawah Kebun 19% 38% Tegalan/ladang Hutan Sumber: Monografi Kec.Warungkondang Tahun 2000 Gambar 1.1 Penggunaan Lahan di Kecamatan Warungkondang Terjadi perubahan penggunaan lahan yang cukup signifikan pada tahun 2000 dan 2010, untuk lebih jelasnya dapat di bandingkan pada tabel 1.2 di bawah ini: Tabel 1.2 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2010 No Penggunaan Lahan F (Km 2 ) Permukiman 12,675 Sawah 14,625 Kebun 10,2375 Ladang 4,387 Hutan 6,825 Jumlah 48,75 Sumber: Monografi Kec.Warungkondang tahun 2010 %

6 6 9% 14% 26 % pemukiman Sawah Kebun Tegalan/ladang 21% 30% Hutan Sumber: Monografi Kec.Warungkondang tahun 2010 Gambar 1.2 Penggunaan Lahan di Kecamatan Warungkondang Berdasarkan tabel dan grafik 1.1 dan 1.2 di atas, kita dapat mengetahui besaran perubahan penggunaan lahan antara tahun 2000 dengan membandingkan kedua grafik tersebut. Pada tahun 2000 luas penggunaan lahan di Kecamatan Warungkondang didominasi oleh sawah yang luasnya mencapai 38% dari luas daerah di Kecamatan Warungkondang, sedangkan pada tahun 2010 luas sawah tersebut berkurang sebanyak 8% menjadi 30% hal tersebut disebabkan oleh desakan mobilitas penduduk serta pertambahan jumlah penduduk yang menyebabkan keterbutuhan akan permukiman bertambah, menyebabkan luas areal permukiman di Kecamatan Warungkondang mengalami peningkatan. Dapat terlihat pada grafik tahun 2000 luasnya sekitar 18% sedangkan pada tahun 2010 luas areal permukiman ini mencapai 26%. Luas areal hutan pada tahun 2000 adalah 17%, luasnya berkurang pada tahun 2010 menjadi sekitar 14%. Luas hutan tersebut berkurang sebanyak 3% karena terjadi pembukaan ladang pertanian baru oleh petani. Pada mulanya luas areal ladang ini adalah 7% dan pada tahun 2010 luasnya meningkat sebanyak 2% menjadi 9%. Sedangkan luas penggunaan lahan

7 7 untuk kebun pada tahun 2000 sebanyak 19%, luasnya meningkat sebesar 3% pada tahun 2010 menjadi 22%. Perubahan fungsi lahan dari pertanian kepada permukiman tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat di Kecamatan Warungkondang tersebut. Dampak negatif dari alih fungsi lahan tersebut adalah berkurangnya luas lahan pertanian, sehingga lapangan kerja bagi petani kian menipis, akibatnnya sebagian petani mencari pekerjaan tambahan untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Sedangkan dampak positif dari alih fungsi lahan tersebut ialah, berkembangnya wilayah Kecamatan Warungkondang tersebut, dilihat dari tumbuhnya permukiman penduduk, tersebarnya pusat-pusat pemerintahan dan fasilitas-fasilitas umum yang lebih baik. Perubahan fungsi lahan yang berlansung tentunya akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi penduduk setempat. Selain itu, perubahan fungsi lahan akan memberi dampak pada nilai lahan, baik nilai lahan secara ekonomis maupun ekologis. Sisi ekonomis dan ekologis seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, karena keduanya merupakan bagian dari aspek yang harus di pertimbangkan dalam perubahan fungsi lahan. Dapat kita artikan juga perubahan fungsi lahan tidak hanya mengguntungkan secara ekonomis tetapi tetap harus menjaga nilai ekoogis tetap terjaga agar tidak menyebabkan kerusakan lingkungan. Seperti diungkapkan diatas, apabila ditinjau dari segi prospektif ekonomi, alih fungsi lahan tersebut menyebabkan nilai lahan di Kecamatan Warungkondang menjadi bertambah, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagaimana dikemukan oleh Soemarwoto (1985: ) bahwa :

8 8 Perubahan yang terjadi pada lingkungan sosial budaya masyarakat akan menimbulkan tekanan penduduk terhadap kebutuhan akan lahan. Tekanan penduduk yang besar terhadap lahan ini diperbesar oleh bertambahnya luasnya lahan pertanian yang digunakan untuk keperluan lain, misalnya permukiman, jalan dan pabrik. Akibat alih fungsi lahan pergeseran dari lahan pertanian sawah ke permukiman, mengakibatkan perubahan nilai lahan. Berdasarkan informasi yang telah diperoleh harga lahan pada tahun 2000 (sebelum terjadinya alih fungsi lahan) sekitar Rp sampai Rp (Rp/m 2 ), sedangkan setelah terjadinya alih fungsi lahan harha lahan mencapai Rp sampai (Rp/m 2 ) lebih. Hal tersebut bila dilihat secara sekilas tidak menimbulkan permasalahan yang cukup berarti penduduk merasa di untungkan secara finansial. Hasil penjualan lahan bisa saja hanya jangka pendek saja sedangkan dampak dari alih fungsi lahan yang terjadi mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar, serta dapat menimbulkan penurunan jumlah hasil dari pertanian sawah. Namun alih fungsi lahan memberikan dampak positif penduduk dengan berkembangannya wilayah tersebut dengan perbaikan fasilitas-fasilitas umum kearah lebih baik. Kondisi tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut tentang Dampak alih fungsi lahan sawah menjadi permukiman terhadap perubahan nilai lahan di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. B. Rumusan Masalah Latar belakang yang dikemukakan sebelumnya berkenaan dengan seberapa besar pengaruh perubahan lahan pertanian menjadi lahan permukiman terhadap nilai lahan. Permasalahan tersebut masih terlalu luas. Penulisan

9 9 membatasi permasalahan yang akan diteliti dalam beberapa rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pola alih fungsi lahan yang terjadi yang di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur? 2. Bagaimanakah perkembangan fasilitas umum sesudah terjadinya alih fungsi lahan pertanian sawah menjadi lahan permukiman di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur? 3. Bagaimanakah perkembangan nilai lahan di Kecamatan Warungkondang? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi pola alih fungsi lahan di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. 2. Mengidentifikasi perkembangan fasilitas umum sesudah terjadinya alih fungsi lahan pertanian sawah menjadi lahan permukiman di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. 3. Menganalisis perkembangan nilai lahan di daerah penelitian. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai sumber data bagi pemerintah setempat berkenaan konversi lahan yang telah terjadi di daerah penelitian. 2. Salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kebijakan tata ruang di Kabupaten Cianjur khususnya di daerah penelitian.

10 10 3. Membantu dalam pembelajaran geografi di sekolah, sehingga siswa bias lebih memahami mengenai salah satu fenomena geografis, khusnya yang berhubungan dengan fenomena konversi lahan. E. Definisi Operasional 1. Perubahan Fungsi Lahan Menurut Suma atmadja (1997:56) Pergeseran fungsi tata guna lahan tanpa memperhatikan kondisi geografis yang meliputi segala faktor fisik dengan daya dukungnya dalam jangka panjang akan membawa negatif terhadap lahan dan lingkungan bersangkutan yang akhirnya pada kegiatan manusia itu sendiri. Seperti yang telah di ungkapkan oleh Suma atmadja, jadi Perubahan fungsi lahan merupakan peralihan penggunaan lahan tertentu menjadi penggunaan lahan lainnya/ berubahnya lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain. Hal ini terjadi akibat dari terbatasnya luas lahan sehingga menyebabkan berkurangnya luas lahan lain. Perubahan fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai berubahnya fungsi sebagian/ seluruhnya kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain. Perubahan fungsi lahan yang di maksud disana adalah proses berubahnya penggunaan lahan dari lahan fungsi yang satu ke fungsi lainnya, yaitu dari lahan pertanian sawah menjadi lahan permukiman. Secara teknis perubahan fungsi lahan pertanian yang terjadi daerah penghasil beras yaitu di daerah Warungkondang, terjadi perubahan lahan dari lahan pertanian sawah menjadi permukiman, toko, rumah makan, bengkel atau bangunan lainnya.

11 11 2. Permukiman Menurut Daldjoeni (1978:17) berpendapat bahwa Permukiman adalah himpunan banyak rumah, tetapi bukanlah sekedar perumahan. Permukiman meliputi tiga hal, pertama suprastruktur yaitu berbagai komponen fisik tempat manusia mengaub. Kedua infrastruktur yaitu prasarana bagi gerak manusia, berhubungan dan komunikasi, sirkulasi tenaga dan manusia untuk kebutuhan jasmaninya. Yang ketiga pelayanan (Service), yaitu segala hal yang mencakup pendidikan, kesehatan, gizi, rekreasi dan kebudayaan. Jadi permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, berupa kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. 3. Pola permukiman Menurut Blaang (1986:28 ) pola permukiman adalah bentuk umum sebuah permukiman penduduk dan terlihat mengikuti pola tertentu. Penduduk memiliki pola permukiman sebagai berikut : a. Pola permukiman memanjang (linear) Perumahan yang tersusun dengan pola ini biasanya dapat dijumpai di sepanjang jalan, sepanjang sungai, dan sepanjang garis pantai. Bentuknya memanjang mengikuti bentuk jalan, sungai, atau garis pantai. b. Pola permukiman memusat Perumahan yang tersusun mengikuti pola ini biasanya berbentuk unit-unit kecil, dan biasanya terdapat di daerah pegunungan (bisa juga dataran tinggi yang berelief kasar) dan daerah-daerah yang terisolir. Permukiman penduduk memusat mendekat sumber-sumber penghidupan mereka, seperti permukiman di pegunungan mengitari/mendekati mata air. c. Pola permukiman menyebar Pada daerah-daerah yang kandungan sumber daya alamnya terbatas, sering dijumpai pola permukiman penduduk yang tersebar. Mata pencaharian penduduk umumnya berupa petani, peternak, dan sebagainya. Penduduk yang tersebar ini

12 12 biasanya juga membentuk unit-unit kecil. Unit-unit tersebut merupakan rumahrumah yang mengelompok dan terbentuk karena mendekati fasilitas kehidupan, adanya masalah keamanan, atau karena sikap masyarakat yang berjiwa sosial tinggi. 4. Nilai lahan Menurut pendapat Yunus (2006: 89) : Nilai lahan atau land value adalah suatu penilaian atas lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonominya. Harga lahan adalah penilaian atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan luas pada pasaran lahan. Jadi yang dimaksud nilai lahan suatu penilaian atas lahan yang didasarkan pada harga lahan secara ekonomis dalam hubungannya dan stategi ekonomis di daerah penelitian. Dalam penelian ini mencari nilai lahan setelah terjadi perubahan lahan pertanian sawah, serta pengaruh sebaran fasilitas umum terhadap nilai lahan sesudah terjadinya alih fungsi lahan di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu kawasan yang berada di permukaan bumi yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial yang salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus berkembang dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya bersifat tetap. Ita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan prioritas pada pembangunan sektor pertanian, karena sektor pertanian di Indonesia sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi dengan alam sekelilingnya atau lingkungannya. Seiring dengan perkembangan zaman,

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan citra resolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN berikut : FAO dalam Arsyad (2012:206) mengemukakan pengertian lahan sebagai Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai jenis tanah yang subur. Berdasarkan karakteristik geografisnya Indonesia selain disebut sebagai negara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan untuk pemukiman beserta sarananya juga untuk menopang kelangsungan hidup manusia terutama bagi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan pemukiman. Pada awalnya lingkungan mungkin hanyalah lahan kosong, rawarawa, atau bahkan hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena permukiman salah satu kebutuhan pokok, tempat manusia tinggal, berinteraksi dan melakukan segala

Lebih terperinci

berkurang. Kebutuhan akan lahan sangatlah penting bagi setiap makhluk hidup karena lahan

berkurang. Kebutuhan akan lahan sangatlah penting bagi setiap makhluk hidup karena lahan A. Pengertian Lahan Penduduk yang bertambah banyak secara otomatis akan membutuhkan lahan yang semakin meningkat, akan tetapi lahan sifatnya terbatas yakni tidak bertambah atau pun berkurang. Kebutuhan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAI{I]LUATI A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan setiap makhluk hidup khususnya manusia. Mulai dari sebagai sumber kehidupan manusia maupun sebagai

Lebih terperinci

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa 3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang Studi Kasus: Kota Manado Ingerid L. Moniaga (1), Esli D. Takumansang (2) (1) Laboratorium Bentang Alam, Arsitektur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Esti Sarjanti Pendidikan Geografi-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO.BOX. 202 Purwokerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, terutama bagi yang bermata pencaharian sebagai petani. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, terutama bagi yang bermata pencaharian sebagai petani. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan untuk pemukiman beserta sarananya juga untuk menopang kelangsungan hidup manusia, terutama bagi yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Dilihat dari peta Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak diantara dua pegunungan kendeng yang membujur dari arah ke timur dan berada

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN DESA - KOTA : 1 A. PENGERTIAN DESA a. Paul H. Landis Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi sehingga banyak masyarakat menyebutnya sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: HENDRA WIJAYA L2D 307 014 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 i ABSTRAK

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan dengan memperhatikan karakteristiknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur 69 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Lampung yang selalu bertambah pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan otonomi daerah, serta pertambahan

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang dihadapi pada saat ini. Masalah pertama yaitu kemampuan lahan pertanian kita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Disusun Oleh : Ridha Chairunissa 0606071733 Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Daerah Aliran Sungai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan 1. Perkembangan fisik Kota Taliwang tahun 2003-2010 Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan lahan dari rawa, rumput/tanah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk indonesia menunjukkan angka yang cukup tinggi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk indonesia menunjukkan angka yang cukup tinggi dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk indonesia menunjukkan angka yang cukup tinggi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ini memberikan dampak yang nyata dalam berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah akan mempengaruhi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan menjadi salah satu isu permasalahan penting pada skala global, apalagi jika dihubungkan dengan isu perubahan iklim yang secara langsung mengancam pola

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Pengertian Persebaran Permukiaman Menurut N. Daldjoeni (1986:50), Pesebaran adalah menggerombol atau saling menjauhinya antara yang satu dengan yang lain,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemukiman sebagai suatu kebutuhan dasar hidup manusia yang harus dipenuhi,

I. PENDAHULUAN. Pemukiman sebagai suatu kebutuhan dasar hidup manusia yang harus dipenuhi, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemukiman sebagai suatu kebutuhan dasar hidup manusia yang harus dipenuhi, hal ini akan mengakibatkan semakin luasnya lahan yang dijadikan pemukiman oleh masyarakat pada

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci