ANALISIS POLA PERMUKIMAN DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2006

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS POLA PERMUKIMAN DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2006"

Transkripsi

1 ANALISIS POLA PERMUKIMAN DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2006 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : NURYANI NIM: Kepada FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

2 2 BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi permasalahan utama dalam masalah permukiman. Selain hal tersebut yang juga merupakan suatu masalah yang mendapat perhatian nasional bagi Indonesia adalah cepatnya pertumbuhan penduduk di samping persebarannya yang tidak merata dan tidak seimbang, (Wiradisuria, 1976 dalam Nafiek Istiqomah 1999). Penduduk Indonesia yang berjumlah besar merupakan aset sumber daya manusia yang dapat digerakan dalam rangka pengelolaan sumber-sumber alam Indonesia yang beraneka ragam untuk kepentingan kesejahteraan penduduk itu sendiri. Kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas, sedangkan sumbersumber alam selalu terbatas adanya. Masalahnya adalah bagaimana untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas itu dengan sumber-sumber alam yang terbatas. Akibat berikutnya meluas pada masalah ekologi dimana banyaknya manusia menekan dengan begitu kuatnya pada lingkungan, terutama di lahan yang subur, dan terjadinya ketidak seimbangan antara penduduk dunia dengan sumber daya material yang ada, (Hammod 1985 dalam Dahroni, 1997)). Sayangnya semakin tingginya teknologi yang dikuasai manusia pemanfaatan lingkungan sebagai sumber daya dan sebagai ruang semakin intensif. Tentunya ini akan menimbulkan masalah jika tidak ada perencanaan yang baik. Penatagunaan lingkungan yang baik di bumi, yaitu pengaturan yang efektif dan efisien atas tata ruang bumi menurut konsep ekologi penting diusahakan. Doxiadis (1985 dalam Nafiek Istiqomah 1999), menyusun gagasan tentang tata ruang ekologi dengan dasar luas lahan yang diperlukan untuk hidup manusia. Menurut Doxiadis lingkungan dibedakan menjadi 4 lingkungan dasar yaitu: 1. Lingkungan alam (natural area)untuk melestarikan nilai alam (82 %)

3 3 2. Lingkungan pengusaha tanah(cultiverea) untuk pertanian dalam arti luas (10,5 %) 3. Lingkungan permukiman (antroparea) untuk permukiman (7,3 %) 4. Lingkungan industri berat (industrarea) untuk industri berat (0,2 %) Pada hakekatnya luas permukaan bumi tidak akan bertambah, bahkan secara relatif akan semakin bertambah sempit karena manusia yang menghuninya semakin bertambah. Mula-mula orang memilih ruang untuk permukimannya di wilayah-wilayah yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Manusia memilih tempat yang banyak air seperti tepi pantai atau sungai, tanah yang subur dan aman dari gangguan binatang buas. Tetapi akibat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat daerah-daerah yang kurang mendukungpun (habitable) dijadikan tempat tinggal mereka. Lahan yang tidak stabil, miring, kotor tidak sehat pun dijadikan bermukim. Akibat pertumbuhan dan perluasan permukiman yang tidak teratur dan tidak terencana, daerah yang tidak habitable dijadikan habitable (Dahroni, 1997). Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan meningkatnya aktifitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya lahan yang didorong oleh meningkatnya kebutuhan sandang, pangan dan perumahan. Nursid Sumaatmaja, (1982) mengatakan bahwa: Masalah yang berkenaan dengan permukiman tidak akan terpecahkan secara tuntas, mengingat pertumbuhan penduduk di permukaan bumi tidak akan berhenti. Beberapa kondisi tersebut di atas, yaitu penggunaan lahan terutama permukiman, secara jelas dipengaruhi oleh variasi penggunaan lahan, kondisi topografi, kondisi sosial penduduk maupun fasilitas sosial ekonomi dan faktor aksesibilitas daerah, yang dalam perkembangannya akan sangat mempengaruhi pola maupun persebaran permukiman di suatu daerah. Kecamatan Karanganyar mempunyai topografi datar hingga berombak dengan kemiringan lereng 3-15 %. Berdasarkan data monografi tahun 2006 kecamatan Karanganyar mempunyai jumlah penduduk jiwa dengan tingkat pertumbuhan 1,29 % dan mempunyai kepadatan penduduk 873 jiwa/km 2. Kecamatan Karanganyar mempunyai luas 43,03 km 2. Kondisi ini yang melatar

4 4 belakangi penulis untuk melakukan penelitian di daerah penelitian dan sekaligus ingin mengkaji apakah bervariasinya kondisi topografi, aksesibilitas serta kondisi sosial penduduk maupun fasilitas sosial berpengaruh terhadap pola permukiman di daerah penelitian. Berdasarkan latar belakang dan kondisi daerah penelitian tersebut, penulis mencoba mengadakan penelitian di Kecamatan Karanganyar dengan judul : ANALISIS POLA PERSEBARAN PEMUKIMAN DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pola permukiman di daerah penelitian? 2. Apakah faktor fisik (kemiringan lereng dan ketinggian tempat) dan faktor kependudukan (kepadatan penduduk, luas lahan dan jumlah penduduk) berpengaruh terhadap pola permukiman di daerah penelitian? 1.3. Tujuan Penelitia Penelitian ini bertujuan: 1. Mengetahui pola permukiman di daerah penelitian. 2. Mengetahui faktor fisik (kemiringan lereng, ketinggian tempat dan aksesibilitas) dan faktor penduduk ( kepadatan penduduk, jumlah penduduk dan luas lahan) yang berpengaruh terhadap pola permukiman di daerah penelitian Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat sarjana S-1 Fakultas Geografi Universitan Muhammadiyah Surakarta. 2. Memberikan sumbangan pemikiran terutama dalam perencanaan permukiman bagi pemerintah.

5 Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Geografi dalam studinya menggunakan tiga pendekatan, yaitu keruangan, ekologi dan kompleks wilayah. Dalam pendekatan ini, perpaduan elemen geografi merupakan ciri khas sehingga disebut sebagai geografi terpadu, (Bintarto dan surastopo H,1979). Menurut Bintarto, (1977) ada tiga hal dalam mempelajari obyek formal geografi, yaitu : (1) pola dan sebaran gejala tertentu di muka bumi, (2) keterkaitan atau hubungan antar gejala dan (3) perubahan atau perkembangan dari gejala yang ada. Permukiman adalah kelompok manusia berdasarkan satuan tempat tinggal atau kediaman, mencakup fasilitas-fasilitasnya seperti bangunan rumah serta jalur jalan yang melayani manusia tersebut. D. Van der zee, (1979) dalam bukunya Human Geographi of Rural Areas Settlement and Population mengatakan, The world settlement means : 1. The process where by people become sendentary within an areans ; 2. the result of this proces. Menurut definisi tersebut,arti kata settlement berarti : 1. Proses dengan cara apa orang bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah, 2. Hasil atau akibat dari proses tersebut. Dalam batasan ini terlihat adanya dua arti settlement yang berbeda namun saling berkaitan, dimana arti yang pertama mengacu kepermukiman yakni proses bagaimana orang bermukim atau bertempat tinggal, sedang yang kedua mengacu kepermukiman yakni tempat tinggal yang merupakan hasil dari proses orang menempati suatu wilayah. N. Daldjoeni, ( 1982 ) menyebutkan bahwa geografi sebagai relasi timbal balik manusia dengan alam. Dengan demikian yang dimaksud dengan kondisi geografis adalah suatu kondisi yang menggambarkan hubungan timbal balik antara manusia dengan alam yang dihuninya. Geografi memandang bumi sebagai habitat manusia dan habitat ini terdiri atas bingkai alami dan bingkai insani. Sebenarnya yang ditempati oleh manusia sebagai tempat tinggal di permukaan bumi itu hanyalah kulit bumi yang perbandingannya dengan bola bumi secara

6 6 relief lebih tipis dari pada kulit telur. Habitat manusia itu terbentuk oleh koeksistensi yaitu beradanya secara berdampingan berbagai unsur alam yaitu iklim, tanah, air, batu, tanaman, hewan serta interelasi unsur-unsur tersebut. Kondisi georafis mencerminkan suatu integrasi wilayah yaitu bagaimana wilayah-wilayah itu tersusun oleh gejala-gejala fisik dan sosial. Pengaruh bumi terhadap kehidupan manusia dapat dilihat dari kondisi-kondisi faktor geografisnya yang meliputi: relasi (lokasi, posisi, bentuk, luas dan jarak) atau topografi (tinggi rendahnya permukaan bumi), iklim (dengan permusimannya), jenis tanah (kapur. liat, pasir, gambut), flora dan fauna, air, tanah dan kondisi pembuangan air, sumber-sumber mineral dan relasi dengan laut. Faktor-faktor tersebut adalah jenis-jenis faktor alam dimana mempunyai pertalian langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan manusia dalam arti memberikan fasilitas fasilitas kepadanya untuk menghuni bumi sebagai wilayah. M.T. Arifin, (1990 dalam Dahroni,1997) mengemukakan pegertian istilah permukiman secara luas mempunyai arti tempat tinggal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal yang secara sempit dapat diartikan sebagai suatu daerah tempat tinggal atau bangunan tempat tinggal. Istilah permukiman mempunyai arti cara memukimkan, misalnya : upaya pemerintah memindahkan sekelompok penduduk di daerah tertentu ke daerah lain. Djemabut Blaang, (1977) menyebutkan permukiman adalah kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan. Pemukiman tersebut juga memberikan ruang gerak sumber daya dan pelayanan bagi peningkatan mutu kehidupan serta kecerdasan warga penghuni, yang berfungsi sebagai ajang kegiatan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Nursid Sumaatmaja, (1998) menjelaskan pemukiman pada konsep ini adalah bagian dari permukaan bumi yang dihuni manusia yang meliputi pula segala prasaran dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan.

7 7 Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, (1979)mengatakan bahwa pola permukiman dan agihan permukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Agihan permukiman membicarakan hal dimana terdapat permukiman, dan dimana tidak terdapat dalam suatu wilayah, atau dengan pernyataa lain agiha permukiman membicarakan tentang lokasi permukiman. Pola permukiman membicarakan sifat agihan permukiman, atau susunan agihan permukiman. Pola permukiman ini sangat berbeda dengan pengertian pola permukiman yang bertipe atau corak cara pemindahan penduduk dari suatu tempat daerah ke daerah lain, yang mencakup proses kegiatan penempatan penduduk atau pemindahan penduduk dari permukiman asal ke permukiman baru. Pola persebaran yang dilakukan seragam (uniform), acak (random), mengelompok (clustered) dan lain sebagainya dapat diberi ukuran yang bersifat kuantitatif. Dengan cara demikian maka perbandingan antara pola persebaran dapat dilakukan dengan baik, bukan saja dari segi waktu tetapi juga dapat segi ruang (space). Pendekatan ini disebut analisis tetangga terdekat. Analisis seperti ini memerlukan data tentang jarak antara satu obyek dengan obyek tetangganya yang terdekat. Pada hakekatnya analisis tetangga terdekat ini adalah sesuai untuk hambatan alamiah yang belum dapat teratasi. Pendekatan yang berkaitan dengan pengertian tersebut adalah pendekatan yang digunakan untuk mengkaji permukiman dari aspek geografi. Dalam hal ini memberikan dasar penelitian digunakan pendekatan yang menekankan pada analisis ekologis. Menurut Bintarto dan Surastopo (1979) mengemukakan bahwa pendekatan ekologis tidak hanya tertarik pada kajian tanggapan dan interaksi manusia dengan lingkungan fisiknya tetapi juga mengkaji tanggapan dan interaksi manusia dengan lingkungan manusia dalam ruang sosial. Disatu pihak dinamika yang terdapat pada lingkungan manusia dapat menimbulkan perubahan gagasan manusia sehingga dapat menimbulkan penyesuaian dan pembaharuan sikap serta tindakan terhadap lingkungan fisik dimana manusia itu hidup, dapat mengalami perubahan bentuk dan fungsi yang disebabkan campur tangan manusia.

8 Mengelompok Acak Seragam T = 0 T = 1 T = 2,15 Gambar 1. Jenis Pola Persebaran Dalam menggunakan analisis tetangga terdekat harus diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut : a) Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki b) Ubah pola persebaran obyek menjadi pola persebaran titik c) Berikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah analisis d) Ukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catat ukuran jarak ini e) Hitung besar parameter tetangga terdekat atau T dengan formula : ju T = Jh... (Sumber: Bintarto, 1979) Keterangan : T = Indeks penyebaran tetangga terdekat ju = Jarak rata rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat jh = Jarak rata rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random = 1 2 p P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi luas wilayah (A) Adhit Setiatmoko (2001) melakukan penelitian tentang Evaluasi Lahan Untuk Lokasi Permukiman Studi Kasus di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

9 9 Karanganyar Propinsi Jawa Tengah, bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai karakteristik lahan untuk lokasi permukiman dan mengklasifikasikan satuan lahan untuk permukiman. Penerapan geomorfologi dalam perencanaan lokasi permukiman terutama memperhatikan variabel relief, proses geomorfologi dan kondisi geografi. Metode yang digunakan adalah metode survei. Sedangkan metode pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk peta kesesuaian lahan untuk lokasi permukiman yang disertai dengan uraian dan analisisnya. Data yang digunakan meliputi, kemirinagan lereng, penggunaan lahan, tekstur, permeabilitas, daya dukung tanah, tinggi muka air tanah, tingkat erosi. Wahyudi Dwi Pramono ( 1986 ), dengan penelitianya yang berjudul Analisis Geomorfologi untuk Perluasan Permukiman di Kecamatan Semarang Selatan Kotamadya Semarang, bertujuan untuk menentukan satuan-satuan medan yang sesuai bagi peruntukan permukiman dalam rangka perluasan sarana fisik kota, yang ditinjau dari aspek geomorfologi. Data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. relief meliputi kemiringan dan besar lereng, 2. tanah meliputi daya dukung tanah, permeabilitas, tekstur, 3. proses geomorgologi, melipiti tingkat erosi, kenampakan gerak massa, kedalaman saluran, kerapatan aliran, 4. batuan meliputi tingkat pelapukan dan kekuatan batuan, 5. hidrologi meliputi kedalaman air tanah pada sumur galian, 6. klimatologi meliputi curah hujan, suhu udara,kelembapan udara relatif, kecepatan dan arah angin, 7. penggunaan lahan yakni untuk permukiman, 8. jaring-jaring jalan jembatan, saluran pembuangan dan drainase, dan 9. kependudukan dan sosial ekonomi. Metode penelitian meliputi interpretasi foto udara dan pemetaan geomorfologi, morfometri, morfologi, determinasi watak fisik dan kimia batuan ( penentuan dan sifak fisik batuan ).

10 10 Hasil penelitian menunjukkan variasi kesesuaian lahan untuk lokasi permukiman, yaitu dari sangat sesuai sampai dengan tidak sesuai ( kelas I IV ), dengan faktor penghambat erosi alur, erosi parit pelongsoran dari yang sedang sampai yang sangat berat. Hasil akhir dari penelitian ini adalah peta satuan medan, peta kesesuaian medan untuk lokasi permukiman dan uraian serta gambar untuk analisisnya. Nafiek Istiqomah (1999) dalam penelitiannya yang berjudul Pola Persebaran Permukiman Di Daerah Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Analisis Kuantitatif, bertujuan 1) mengetahui pola persebaran permukiman di Kabupaaten Gunung Kidul, 2) mengetahui faktorfaktor geografis apa yang mempengaruhi pola persebaran permukiman di Kabupaten Gunung Kidul dan seberapa jauh faktor-faktor itu berpengaruh. Metode yang digunakan adalah survei dan analisa data skunder. Hasil penelitian diketahui bahwa persebaran permukiman tiap Kecamatan di Kabupaten Gunumg Kidul cukup bervariasi yaitu pola mengelompok, mendekati acak hingga acak. Adapun perbandingan penelitian peneliti dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel Kerangka Pemikiran Kondisi atau faktor-faktor geografi suatu daerah akan berpengaruh terhadap distribusi atau persebaran permukiman. Kondisi atau faktor-faktor geografi tersebut dapat berupa keadaan fisik daerah maupun sosial ekonomi penduduk setempat. Faktor-faktor fisik daerah maupun sosial ekonomi penduduk tersebut dapat berpengaruh secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dan dalam intensitas yang berbeda-beda. Faktor-faktor fisik daerah yang berpengaruh terhadap distribusi atau persebaran tersebut adalah kemiringan lereng, ketinggian tempat, aksesibilitas, kondisi hidrologi, sedangkan faktor sosial ekonomi antara lain jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan fasilitas sosial ekonomi.

11 11 Faktor-faktor fisik dan sosial ekonomi suatu tempat juga sangat berpengaruh dalam menentukan pertumbuhan permukiman. Pertumbuhan permukiman selain dipengaruhi kondisi geografi yang telah ada juga dipengaruhi oleh perubahan faktor-faktor geografi yang mungkin terjadi. Akibat dari perubahan faktor-faktor geografi baik faktor fisik maupun sosial ekonomi tersebut pertumbuhan permukiman bisa tetap maupun mengalami perubahan ukuran, yaitu bertambah lebih besar atau luas. Begitu juga dengan pertumbuhan pola permukimannya bisa menyebar, acak maupun mengelompok. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan dengan analisa tetangga terdekat. Adapun untuk lebih jelasnya maka kerangka pemikiran ini disajikan pada gambar 1.1. Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya Peneliti Wahyudi D.P 1986 Adhit S Nafiek I Nuryani 2008 Judul Analisis Geomorfologi Untuk Perluasan Permukiman di Kecamatan Semarang Selatan Kotamadya Semarang Evaluasi Lahan Untuk Lokasi Permukiman Studi Kasus di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah Pola Persebaran Permukiman di Daerah Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Analisis Kuantitatif Analisis Pola Permukiman di Kecamatan Karanganyar Kabupateen Karanganyar Tujuan Menentukan satuansatuan medan yang sesuai bagi peruntukan permukiman dalam rangka perluasan sarana fisik kota, yang ditinjau dari aspek geomorfologi. Mengidentifikasi dan menilai karakteristik lahan untuk lokasi permukiman dan mengklasifikasikan satuan lahan untuk permukiman. Mengetahui pola persebaran permukiman dan mengetahui faktorfaktor geografis apa yang mempengaruhi pola persebaran permukiman di Kabupaten Gunung Kidul -Mengetahui pola permukiman di daerah penelitian. -Mengetahui faktor fisik (kemiringan lereng dan ketinggian tempat, aksesibilitas) dan faktor kependudukan ( kepadatan penduduk, luas lahan) yang berpengaruh terhadap pola permukiman di daera penelitian. Metode Interpretasi foto udara Survei Survei dan Analisa data skunder Observasi dan analisa data sekunder

12 12 Hasil Peta kesesuaian medan untuk perluasan permukiman kota Peta kesesuaian lahan untuk permukiman persebaran permukiman cukup bervariasi,pola mengelompok,mendeka ti acak hingga acak. (1) Distribusi pola permukiman di daerah penelitian adalah mengelompok hingga random dengan nilai T yaitu parameter tetangga terdekat adalah 0,13-1,25.(2) Faktor - fisik yang mempengaruhi pola permukiman adalah topografi yang terdiri dari kemiringan lereng, ketinggian tempat dan aksesibilitas dan faktorfaktor kependudukan yang berpengaruh terhadap pola permukiman adalah jumlah dan kepadatan penduduk yang ada di daerah penelitian. Gambar 1.1. Diagram Alir Penelitian Kondisi Geografis Faktor-faktor fisik: - Topografi: kemiringan lereng ketinggian tempat aksesibilitas Faktor-faktor sosial dan kependudukan: - kepadatan penduduk - jumlah penduduk - luas lahan Distribusi permukiman

13 13 Pola persebaran permukiman Mengelompok T = 0-1 Random = 1-2,15 Seragam > 2,15 Sumber: Penulis (2009) 1.7. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data skunder dan observasi lapangan. Analisis data sekunder terutama dilakukan untuk data data fisik terutama kemiringan dan ketinggian tempat dan sosial kependudukan seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk, luas lahan dan sarana transportasi dan untuk observasi lapangan dilakukan untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dan melengkapi informasi yang berkaitan dengan pola permukimannya Alasan pemilihan daerah Pemilihan daerah penelitian dengan menggunakan metode purposive sumpling, yaitu pemilihan daerah dengan menggunakan pertimbanganpertimbangan tertentu meliputi : a. Kecamatan Karanganyar mempunyai kondisi fisik dan sosial bervarisi. b. Kecamatan Karanganyar mempunyai pola permukiman yang bervariasi Data yang digunakan. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari: - kemiringan lereng dan, - ketinggian tempat, Sedangkan data sekunder terdiri dari: - aksesibilitas ( pajang jalan dan luas wilayah),

14 14 - data kependudukan terdiri dari: jumlah penduduk, kepadatan penduduk, - peta topografi lembar lembar Karanganyar skala 1 : dan, - peta penggunaan lahan kecamatan Karanganyar skala 1: Cara pengumpulan data Dalam pengumpulan data ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut: a. Pengumpulan data sekunder dengan membaca, dan mempelajari berbagai referensi yang berhubungan dengan obyek penelitian dan pengumpulan data statistik yang berhubungan dengan penelitian. b. Observasi, terdiri dari: - Pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang terkait dengan faktorfaktor geografi c. Analisis data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui distribusi pola permukiman digunakan analisis tetangga terdekat dengan formula sebagai berikut: ju T = Jh... (Sumber: Bintarto, 1979) Keterangan : T = Indeks penyebaran tetangga terdekat ju = Jarak rata rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat jh = Jarak rata rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random = 1 2 p

15 15 P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi luas wilayah (A) Dalam menggunakan analisis tetangga terdekat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut : 1. Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki 2. Mengubah pola persebaran obyek menjadi pola persebaran titik 3. Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah analisis 4. Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catat ukuran jarak ini 2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan permukiman dengan faktor fisik (kemiringan lereng, ketinggian tempat, aksesibilitas) dengan kompilasi data. Panjang jalan Aksesibilitas = Luas wilayah 3. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor(jumlah penduduk dan kepadatan serta luas lahan) juga dengan kompilasi data Batasan Operasional Permukiman adalah kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan (Djemambut Blaang, 1977). Pola persebaran adalah bentuk atau model suatu obyek yang ada di permukaan bumi (Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, 1979). Perumahan adalah suatu tempat dimana terdapat rumah-rumah tempat tinggal penduduk atau salah satu sarana hunian yang sangat erat kaitanya dengan tata kehidupan masyarakat (Pedoman Perencanaan Linkungan Perumahan 1979 dalam Dahroni, 1997).

16 16 Rumah adalah tempat perlindungan yang mempunyai dinding dan atap baik sementara maupun tetap digunakan untuk tempat tinggal atau bukan ( Sensus Penduduk,1980). Penduduk adalah orang dalam matranya sebagai diri pribadi anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitatif yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah, negara pada waktu tertentu (Hasan Shadily, 1980). Pemukiman adalah dalam arti yang luas diartikan sebagai bangunan-bangunan, jalan-jalan, pekarangan yang menjadi salah satu penghidupan penduduk, pemukiman disini merupakan fungsi yang tidak hanya sebagi atap berteduh dan hidup dalam jangka pendek melainkan suatu ruang untuk hidup turun temurun (Bintarto,1977). Topografi adalah konfigurasi permukaan bumi yang tercermin oleh tinggi rendahnya permukaan bumi. Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan dalam menjangkau suatu tempat yang didasarkan pada panjang jalan dibagi luas wilayah. Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah setiap satu kilo meter persegi (Ida Bagus Mantra, 1983). Pertumbuhan penduduk adalah besarnya jumlah peduduk yang dipengaruhi oleh besarnya kelahiran, kematian dan migrasi penduduk (Ida Bagus Mantra, 1983).

POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008

POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008 POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Disusun Oleh : MOCH.CHOIRURROZI

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi permasalahan utama dalam masalah permukiman. Selain hal tersebut yang juga merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Disribusi Layanan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Berdasarkan Pola Persebaran Permukiman di Kabupaten Magetan

Disribusi Layanan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Berdasarkan Pola Persebaran Permukiman di Kabupaten Magetan Disribusi Layanan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Berdasarkan Pola Persebaran Permukiman di Kabupaten Magetan Oleh: Muklis Khoirudin (Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kawedanan, Magetan) Abstrak:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi sehingga banyak masyarakat menyebutnya sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata Pada dasarnya pengembangan pariwisata adalah suatu proses yang berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta 1.1. Pengertian Peta Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan. 20 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan agar terarah, tergambar keinginan dan tujuan dalam penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan. Adapun metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan pemukiman. Pada awalnya lingkungan mungkin hanyalah lahan kosong, rawarawa, atau bahkan hutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Pengertian Persebaran Permukiaman Menurut N. Daldjoeni (1986:50), Pesebaran adalah menggerombol atau saling menjauhinya antara yang satu dengan yang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan dan proses proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses

Lebih terperinci

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui perbedaan antara pola-pola pesebaran

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui perbedaan antara pola-pola pesebaran AALISIS POLA PERSEBARA PEMUKIMA DI KABUPATE SRAGE PROPISI JAWA TEGAH Agus Dwi Martono dan Munawar Cholil Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos 1, Pabelan, Surakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena permukiman salah satu kebutuhan pokok, tempat manusia tinggal, berinteraksi dan melakukan segala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Bintarto dalam Trisnaningsih (1998:7) mendefinisikan bahwa geografi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Bintarto dalam Trisnaningsih (1998:7) mendefinisikan bahwa geografi II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk lebih terarahnya penelitian ini sebagai landasan teori akan penulis kemukakan tinjauan pustaka sebagai berikut: 1. Geografi Menurut Bintarto

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu 22 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:6), survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. untuk mengarahkan pada penelitian ini maka akan dikemukakan definisi geografi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. untuk mengarahkan pada penelitian ini maka akan dikemukakan definisi geografi II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Banyak sekali ahli-ahli atau pakar geografi yang menafsirkan pengertian geografi, hal ini sesuai dengan arah dan tujuan perkembangan dari ilmu

Lebih terperinci

PETA SATUAN MEDAN. TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan

PETA SATUAN MEDAN. TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan PETA SATUAN MEDAN TUJUAN 1. Membuat peta satuan medan ALAT DAN BAHAN 1. Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25.000 2. Peta Geologi skala 1 : 100.000 3. Peta tanah semi detil 4. Alat tulis dan gambar 5. alat hitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN KONSEP GEOGRAFI

PENDEKATAN DAN KONSEP GEOGRAFI www.bimbinganalumniui.com 1. Geografi is the mother of all sciences adalah pendapat yang dikemukakan oleh a. Preston E. James b. Bintarto c. Aristoteles d. Vidal de la Blace e. Huntington 2. Istilah geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : JUMIYATI NIRM: 5.6.16.91.5.15

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam

Lebih terperinci

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 1 Fakultas Geografi Oleh : HERVID

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karanganyar. Secara astronomi Kabupaten Karanganyar terletak antara 110 40 110 70

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Esti Sarjanti Pendidikan Geografi-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO.BOX. 202 Purwokerto

Lebih terperinci

KAJIAN PROSES GEOMORFOLOGI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG PROPINSI JAWA TENGAH

KAJIAN PROSES GEOMORFOLOGI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG PROPINSI JAWA TENGAH KAJIAN PROSES GEOMORFOLOGI DAN KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG PROPINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah latar belakang fomal, bagian kedua adalah latar belakang material. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Lingkup Kegiatan Penelitian Komponen Lingkungan Kerangka Alur Penelitian...

BAB II LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Lingkup Kegiatan Penelitian Komponen Lingkungan Kerangka Alur Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR PETA... ix INTISARI...

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk kedalam pertumbuhunan yang tinggi. Jumlah penduduk semakin tinggi menyebabkan Indonesia menjadi negara ke empat dengan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Kata geografi berasal berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Kata geografi berasal berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian dan Pendekatan Geografi Kata geografi berasal berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau

Lebih terperinci

ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL)

ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : RIKI ZAKARIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd SMA N 3 UNGGULAN TENGGARONG PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2009 GEOGRAFI Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN 2005-2014 (JURNAL) Oleh: INDARYONO 1113034039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat menggunakan

Lebih terperinci

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah 1. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga, yaitu: a. Kelayakan regional Kriteria yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien,

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien, I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien, 1944:15), geografi adalah ilmu yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:5) penelitian eksploratif adalah. Peneliti perlu mencari hubungan gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Longsorlahan Longsorlahan adalah salah satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan jumlah kota di Indonesia mengalami sejarah yang panjang. Jumlah kota terus bertambah begitu pula jumlah penduduknya. Pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN TAHUN 2006

ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN TAHUN 2006 0 ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN TAHUN 2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : GATOT SUHARDI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

Metode Analisis Kestabilan Lereng Cara Yang Dipakai Untuk Menambah Kestabilan Lereng Lingkup Daerah Penelitian...

Metode Analisis Kestabilan Lereng Cara Yang Dipakai Untuk Menambah Kestabilan Lereng Lingkup Daerah Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya permukiman menurut Daldjoeni (1986). dibandingkan pertimbangan- pertimbangan sosio ekonomik semata Knox (2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya permukiman menurut Daldjoeni (1986). dibandingkan pertimbangan- pertimbangan sosio ekonomik semata Knox (2004) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Definisi Permukiman Persebaran adalah menggerombol atau saling menjauhinya antara yang satu dengan yang lain, sedangkan permukiman berasal dari kata housing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana longsor lahan (landslide) merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Longsor lahan mengakibatkan berubahnya bentuk lahan juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Sugiyono (0:6) mengemukakan bahwa metode survei digunakan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan, bahwa penduduk perkotaan dari waktu ke waktu cenderung meningkat jumlah dan proporsinya. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan lahan saat ini semakin meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk tidak hanya dari dalam daerah, namun juga luar daerah

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan jumlah kepulauan terbesar didunia. Indonesia memiliki dua musim dalam setahunnya, yaitu musim

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016 ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016 Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Geografi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai cakupan sangat luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam ruang, dengan pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.2

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.2 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.2 1. Permukiman penduduk di pulau Kalimantan pada umumnya memanjang di sepanjang sungai. Konsep geografi yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan bisa berupa

Lebih terperinci

KAJIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TEMPEL KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TEMPEL KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TEMPEL KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Agung Dwi Sutrisno Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 2. Penelitian GeografiLatihan Soal 2.1. Lanskap fisik. Kependudukan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 2. Penelitian GeografiLatihan Soal 2.1. Lanskap fisik. Kependudukan 1. Geografi manusia mempelajari tentang... SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 2. Penelitian GeografiLatihan Soal 2.1 Dinamika budaya Lanskap fisik Lanskap lingkungan Kependudukan Lanskap lingkungan

Lebih terperinci

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD)

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD) PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD) SEMANGAT KEBANGSAAN; CINTA TANAH AIR; MENGHARGAI PRESTASI; BERSAHABAT/KOMUNIKATIF; CINTA DAMAI; SENANG MEMBACA; PEDULI SOSIAL; PEDULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun bertambah dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya keberadaannya relatif tetap. Pemaanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lahan permukiman dan perkembangan penduduk merupakan fenomena yang menarik perhatian pemerintah, dalam penyediaan dan penataan ruang untuk penggunaan lahan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berkembang dari masa ke masa, konsekuensinya kebutuhan primer semakin bertambah terutama pangan. Krisis pangan saat ini sedang dialami

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk 45 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk proses pengumpulan dan menampilkan data hasil penelitian yang dilakukan. Menurut

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN ANALISIS SEBARAN SPBU DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh I KADEK AGUS SETIAWAN

PEMETAAN DAN ANALISIS SEBARAN SPBU DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh I KADEK AGUS SETIAWAN 1 PEMETAAN DAN ANALISIS SEBARAN SPBU DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh I KADEK AGUS SETIAWAN 1113034037 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 The

Lebih terperinci

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus KTSP & K-13 Kelas X geografi PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian geografi dan lingkungan

Lebih terperinci

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir adalah matakuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Konsep konsep dasar Geografi apakah yang dapat menjelaskan Geografi Pariwisata?

Konsep konsep dasar Geografi apakah yang dapat menjelaskan Geografi Pariwisata? Konsep konsep dasar Geografi apakah yang dapat menjelaskan Geografi Pariwisata? 1.Lokasi 2.Jarak 3.Keterjangkauan 4.Interaksi 5.Gerakan 6.Keterkaitan dan Nilai Guna 1. LOKASI Menunjukkan posisi suatu tempat,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1. Daljoeni. R.Bintaro

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1. Daljoeni. R.Bintaro SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1 1. Ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala alam atau fenomena geosfer dengan sudut pandang keruangan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1 1. Hasil penginderaan jauh yang berupa citra memiliki karakteristik yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR PETA... ix INTISARI.... x ABSTRACT.... xi BAB I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3 1. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan data dipersiapkan dalam rangka upaya untuk mencapai tujuan dan ciri perjuangan nasional dengan mengkaji dan memperhitungkan implikasinya dalam berbagai

Lebih terperinci

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi Diajukan Oleh : YOGA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan seutuhnya yaitu tercapainya kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan tersebut dapat tercapai bila seluruh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengembangan perkotaan adalah suatu usaha yang dijalankan manusia untuk mengelola proses perubahan yang terjadi di dalam daerah perkotaan dan untuk mencapai suatu keseimbangan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh Trisnoto NIRM:

Lebih terperinci

HAKIKAT GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI : Re typed by Suwarno, S.Si SMA Negeri 2 Kotawarimgin Timur - 1 -

HAKIKAT GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI : Re typed by Suwarno, S.Si SMA Negeri 2 Kotawarimgin Timur - 1 - HAKIKAT GEOGRAFI A. Pengertian Geografi dan Perkembangan Ilmu Geografi Kata geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo dan graphein. Geo berarti bumi dan Graphein artinya tulisan. Secara umum geografi

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci