KAJIAN TRANSFORMASI LOGARITMA UNTUK PENDUGA SPATIAL EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION PADA PENDUGAAN AREA KECIL HAZAN AZHARI ZAINUDDIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN TRANSFORMASI LOGARITMA UNTUK PENDUGA SPATIAL EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION PADA PENDUGAAN AREA KECIL HAZAN AZHARI ZAINUDDIN"

Transkripsi

1 KAJIAN TRANSFORMASI LOGARITMA UNTUK PENDUGA SPATIAL EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION PADA PENDUGAAN AREA KECIL HAZAN AZHARI ZAINUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Transformasi Logaritma untuk Penduga Spatial Empirical Best Linear Unbiased Prediction pada Pendugaan Area Kecil adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2016 Hazan Azhari Zainuddin NIM G

3 RINGKASAN HAZAN AZHARI ZAINUDDIN. Kajian Transformasi Logaritma untuk Penduga Spatial Empirical Best Linear Unbiased Prediction pada Pendugaan Area Kecil. Dibimbing oleh KHAIRIL ANWAR NOTODIPUTRO dan KUSMAN SADIK. Berbagai survei umumnya dirancang untuk menduga parameter populasi berskala nasional. Masalah akan timbul jika dari survei tersebut ingin diperoleh informasi untuk area yang lebih kecil, misalnya pada level propinsi,level kabupaten atau level kecematan. Ukuran contoh pada level area tersebut biasanya sangat kecil sehingga statistik yang diperoleh akan memiliki ragam yang besar. Guna mengatasi hal ini, dikembangkan sebuah metode pendugaan parameter yang dikenal metode pendugaan area kecil (small area estimation, SAE). Salah satu metode dalam pendugaan area kecil adalah Empirical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP). Metode Empirical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) telah banyak digunakan untuk Small Area Estimation. Beberapa tahun kemudian pendekatan EBLUP dikembangkan dengan memasukkan pengaruh spasial ke dalam model. Penduga EBLUP dengan memperhatikan pengaruh acak area yang berkorelasi spasial dikenal dengan istilah penduga Spatial Empirical Best Linear Unbiased Prediction (SEBLUP). Penduga SEBLUP maupun EBLUP menggunakan model campuran linier dalam pendugaannya. Model campuran linier memiliki asumsi distribusi normal sehingga data (peubah yang menjadi perhatian) yang digunakan pada penduga SEBLUP maupun EBLUP harus memilki distribusi normal. Pada kenyataanya, data yang ditemukan dilapangan memiliki distribusi tidak normal sehingga model yang digunakan untuk pendugaan akan memberikan hasil yang kurang baik. Salah satu dari metode untuk menangani masalah tersebut adalah dengan menggunakan transformasi logaritma pada peubah yang menjadi perhatian agar distribusinya mendekati distribusi normal. Pada kenyataannya, ada juga data yang memilki distribusi tidak normal sekaligus memilki pengaruh spasial sehingga diperlukan metode pendugaan yang tepat untuk menangani masalah tersebut. Pada penelitian ini, transformasi logaritma dilakukan pada metode SEBLUP. Penduga ini diharapkan dapat menghasilkan penduga dengan presisi dan akurasi yang lebih baik. Penduga transformasi logaritma SEBLUP juga diharapkan dapat mengatasi data yang memilki distribusi tidak normal sekaligus memiliki pengaruh spasial. Hasil dari kajian simulasi menunjukkan bahwa penduga transformasi logaritma SEBLUP memiliki nilai rata-rata BR dan nilai rata-rata AKTGR yang hampir sama jika dibandingkan dengan penduga transformasi logaritma EBLUP. Hasil simulasi ini sejalan dengan hasil studi kasus rata-rata pengeluaran per kapita tingkat kecamatan di kota atau kabupaten Bogor Sehingga dapat disimpulkan bahwa penduga transformasi logaritma SEBLUP dan penduga transformasi logaritma EBLUP sama baiknya. Kedua penduga tersebut memiliki performa yang sama dalam melakukan pendugaan area kecil. Kata kuci: EBLUP, SAE, SEBLUP

4 SUMMARY HAZAN AZHARI ZAINUDDIN. A Study of Logarithmic Transformation on Spatial Empirical Best Linear Unbiased Prediction Estimator in Small Area Estimation. Supervised by KHAIRIL ANWAR NOTODIPUTRO and KUSMAN SADIK. Various surveys have been generally designed to estimate population parameters in nationwide scale. Problems appear if any information for smaller areas from the survey needs to be obtained, for example at the provincial level, district level or sub district level. The sample size at the level of the area is usually very small the estimates have a large variances. To overcome this problem, a parameter estimation method called Small Area Estimation (SAE) has been developed. One of the methods in small area estimation is Empirical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP). Empirical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) method has been widely used for small area estimation. A few years later the EBLUP approach has been developed by incorporating spatial effect into the model. The estimator concerns with the random effect of the area which was spatially correlated known as Spatial Empirical Best Linear Unbiased Prediction (SEBLUP). EBLUP and SEBLUP estimators are basically obtained from linear mixed models. Linear mixed models have assume normal distribution assumption of the data. In fact, it is often that the data are not normally distributed. One of the methods to deal with the problem is to use a logarithm transformation on the variables of interest so that the distribution approaches a normal distribution. In fact, it is also often that the data is not normally distribut nor spatially independent. In this study, methods of logarithmic transformation on SEBLUP were discussed. The results of simulation studies showed that the logarithmic transformation on SEBLUP estimator produced an average relative bias (RB) and the average relative root mean square error (RRMSE) almost the same in each scenario of simulations when compared to logarithmic transformation on EBLUP estimator. The application of this method to estimate average per capita expenditure in the sub-district of Bogor in 2010 showed similar results with the simulation results. It can be concluded that the logarithmic transformation on SEBLUP estimator and the logarithmic transformation on EBLUP estimator have the same performance in small area estimation Keywords: EBLUP, SAE, SEBLUP

5 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

6

7 KAJIAN TRANSFORMASI LOGARITMA UNTUK PENDUGA SPATIAL EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION PADA PENDUGAAN AREA KECIL HAZAN AZHARI ZAINUDDIN Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Statistika SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Anang Kurnia,S.Si, M.Si 2

9 Judul Tesis : Kajian Transformasi Logaritma untuk Penduga Spatial Empirical Best Linear Unbiased Prediction pada Pendugaan Area Kecil Nama : Hazan Azhari Zainuddin NIM : G Disetujui oleh Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Ketua Dr. Ir. Kusman Sadik, MS Anggota Diketahui oleh Ketua program Studi Statistika Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Kusman Sadik, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr Tanggal Ujian : 21 Januari 2016 Tanggal Lulus :

10 4 PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Kajian Transformasi Logaritma untuk Penduga Spatial Empirical Best Linear Unbiased Prediction p ada Pendugaan Area Kecil.. Keberhasilan penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Kusman Sadik M,Si sebagai aggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta saran kepada penulis. Ungkapan terima kasih terkhusus penulis sampaikan kepada orang tua, serta seluruh keluarga atas do a, dukungan dan pengertiannya. Terima kasih pula kepada seluruh staf Jurusan Statistika, teman teman statistika (S2 dan S3) atas bantuannya dan kebersamaannya. Terima kasih tak lupa pula penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran, dan masukan sangat penulis harapkan demi terlaksananya penelitian yang absah dan benar. Semoga penelitian ini dapat segera terlaksana sehingga dapat menghasilkan karya ilmiah yang bermanfaat. Bogor, April 2016 Hazan Azhari Zainuddin

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Pendugaan Area Kecil (Small Area Estimation) 3 Pendugaan Langsung (Direct Estimation) 3 Pendugaan Tidak Langsung (Indirect Estimation) 3 Empirical Best Linear Unbiased Predictor (EBLUP) 4 Spatial Empirical Best Linear Unbiased Predictor (SEBLUP) 4 Matriks Contiguity 6 Transformasi Logaritma EBLUP 6 Transformasi Logaritma SEBLUP 7 3 METODE PENELITIAN 8 Kajian Simulasi 8 Penerapan 10 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 13 Kajian Simulasi 13 Penerapan 15 5 SIMPULAN DAN SARAN 20 Simpulan 20 Saran 20 DAFTAR PUSTAKA 21 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP 27

12 6 DAFTAR TABEL 1 Kombinasi simulasi 10 2 Nilai rata-rata bias relatif (BR) (%) 13 3 Nilai rata- rata AKTG (%) 14 4 Hasil Uji Autokorelasi Spasial dengan Indeks Moran 16 5 Jumlah desa dengan sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk adalah pertanian 16 6 Dugaan Area Kecil untuk rata-rata Pengeluaran Per Kapita Tingkat Kecamatan di Kabupaten dan Kota Bogor (Ribu Rupiah) Dugaan area kecil untuk selang kepercayaan 95% rata-rata Pengeluaran Per Kapita Tingkat Kecamatan di Kabupaten dan Kota Bogor (Ribu Rupiah) DAFTAR GAMBAR 1 Ilustrasi matriks Contiguity tipe rook (a), bishop (b), queen (c) 6 2 Peta simulasi 8 3 Diagram alir tahapan kajian simulasi 11 4 Diagram alir tahapan studi kasus 12 5 Normal quantile quantile plot (a) Y, pengeluaran per kapita per bulan (Rupiah) dan (b) bentuk transformasi logaritma peubah Y 15 DAFTAR LAMPIRAN 1 Keterangan komponen komponen pada penduga MSE SEBLUP 22 2 Peubah penyerta dari data PODES penduga RMSE untuk untuk rata-rata Pengeluaran Per Kapita SUSENAS 2010 Tingkat Kecamatan di Kabupaten dan Kota Bogor 24 4 Matriks pembobot spasial contiguity queen pada peta Kabupaten dan Kota Bogor 26

13 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai survei umumnya dirancang untuk menduga parameter populasi berskala nasional. Masalah akan timbul jika dari survei tersebut ingin diperoleh informasi untuk area yang lebih kecil, misalnya pada level propinsi,level kabupaten atau level kecamatan. Ukuran contoh pada level area tersebut biasanya sangat kecil sehingga statistik yang diperoleh akan memiliki ragam yang besar. Guna mengatasi hal ini, dikembangkan sebuah metode pendugaan parameter yang dikenal metode pendugaan area kecil (small area estimation, SAE). Statistik area kecil (small area statistics) saat ini telah menjadi perhatian para statistisi dunia secara sangat serius. Telah banyak penelitian yang dikembangkan baik untuk perbaikan teknik dan pengembangan metode maupun aplikasi dalam berbagai kasus dan persoalan nyata yang dihadapi. Fay dan Herriot merupakan peneliti pertama yang mengembangkan pendugaan area kecil berbasis model. Model yang dikembangkannya kemudian menjadi rujukan dalam pengembangan penelitian pendugaan area kecil lebih lanjut sampai dengan saat ini. Ada dua asumsi dasar dalam mengembangkan model SAE, yaitu keragaman di dalam sub populasi peubah respon dapat diterangkan seluruhnya oleh hubungan keragaman yang bersesuaian pada informasi tambahan yang disebut pengaruh tetap (fixed effect) dan asumsi keragaman spesifik sub populasi tidak dapat diterangkan oleh informasi tambahan dan merupakan pengaruh acak sub populasi (random effect). Gabungan dari kedua asumsi tersebut membentuk model pengaruh campuran (mixed model). Salah satu sifat menarik dari model linier campuran adalah kemampuannya dalam menduga kombinasi linear dari pengaruh tetap dan pengaruh acak. Salah satu metode penyelesaian model linier campuran yang sering digunakan adalah prediksi tak bias linier terbaik empiris (Empirical Best Linear Unbiased Prediction, EBLUP). Dalam metode ini dilakukan pendugaan komponen ragam terlebih dahulu dengan metode kemungkinan maksimum (maximum likelihood) atau kemungkinan maksimum terkendala (restricted maximum likelihood). Pada perkembangannya pendekatan EBLUP dikembangkan dengan memasukkan pengaruh spasial ke dalam model. Penduga EBLUP dengan memperhatikan pengaruh acak area yang berkorelasi spasial dikenal dengan istilah penduga SEBLUP (spatial empirical best linear unbiased prediction). Metode SEBLUP dapat memperbaiki struktur ragam dari model pendugaan area kecil yang memiliki korelasi spasial antar area. Model yang digunakan dalam metode SEBLUP berbasis area karena pemodelan spasial yang dimasukkan ke dalam model SAE adalah pemodelan tipe data spasial area. Penduga SEBLUP telah digunakan oleh Petrucci & Salvati (2004), Chandra, Salvati & Chambers (2007) dan Pratesi & Salvati (2007) dengan memasukkan matriks spasial pembobot spasial tetangga terdekat (nearest neighbors) ke dalam metode SEBLUP.

14 2 Penduga SEBLUP maupun EBLUP menggunakan model campuran linier dalam pendugaannya. Model campuran linier memiliki asumsi distribusi normal sehingga data (peubah yang menjadi perhatian) yang digunakan pada penduga SEBLUP maupun EBLUP harus memilki distribusi normal. Pada kenyataanya, data yang ditemukan dilapangan memiliki distribusi tidak normal sehingga model yang digunakan untuk pendugaan akan memberikan hasil yang kurang baik. Kurnia (2009) menemukan beberapa metode pendugaan area kecil ketika datanya memilki distribusi yang tidak normal. Salah satu dari metode tersebut menggunakan transformasi logaritma pada peubah yang menjadi perhatian agar distribusinya mendekati distribusi normal. Pada kenyataannya, ada juga data yang memilki distribusi tidak normal sekaligus memilki pengaruh spasial sehingga diperlukan metode pendugaan yang tepat untuk menangani masalah tersebut. Pada penelitian ini, transformasi logaritma dilakukan pada metode SEBLUP. Penduga ini diharapkan dapat menghasilkan penduga dengan presisi dan akurasi yang lebih baik. Penduga transformasi logaritma SEBLUP juga diharapkan dapat mengatasi data yang memilki distribusi tidak normal sekaligus memiliki pengaruh spasial. Tesis ini ditulis dalam lima bab. Bab 1 menjelaskan tentang motivasi dan tujuan dari penelitian ini. Bab 2 merupakan tinjauan atas literatur terkini yang terkait erat dengan topik penelitian ini. Bab ini juga memperjelas posisi penelitian ini di antara penelitian sejenis yang sudah pernah dilakukan. Bab 3 menjelaskan data dan metodologi yang digunakan di dalam tesis ini. Selanjutnya hasil simulasi beserta penerapan metode yang dikembangkan disajikan pada Bab 4. Tesis ini ditutup dengan kesimpulan dan saran yang dicantumkan pada Bab 5. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengembangkan metode pendugaan area kecil pada data yang memiliki distribusi tidak normal dan memilki pengaruh spasial 2. Mencari pendugaan area kecil terbaik melalui simulasi

15 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Pendugaan Area Kecil (Small Area Estimation) Menurut Rao (2003), suatu area dikatakan besar apabila ukuran contoh pada area tersebut mampu menghasilkan presisi pendugaan yang baik dengan penduga langsung. Sebaliknya, suatu area dikatakan kecil apabila ukuran contoh pada area tersebut tidak cukup untuk menunjang penduga langsung agar mampu menghasilkan presisi pendugaan yang baik. Pendekatan lain seringkali diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya adalah penduga tak langsung. Penduga tak langsung meminjam informasi dengan menggunakan nilai peubah dari contoh pada area lain yang terkait dengan area yang diamati. Pendugaan Langsung (Direct Estimation) Pelaksanaan survei ditujukan untuk menduga parameter populasi. Pendekatan klasik untuk menduga parameter populasi didasarkan pada aplikasi model disain penarikan contoh (design based) dan penduga yang dihasilkan dari pendekatan itu disebut penduga langsung (direct estimation). Data hasil survei ini dapat digunakan untuk mendapatkan penduga yang terpercaya dari total maupun rata-rata populasi suatu area atau domain dengan jumlah contoh yang besar. Namun, jika penduga langsung tersebut digunakan untuk suatu area yang kecil maka akan menimbulkan galat baku yang besar (Gosh & Rao, 1994). Pendugaan Tidak Langsung (Indirect estimation) Pada pendugaan area kecil terdapat dua jenis model dasar yang digunakan, yaitu model level area dan model level unit (Rao 2003). a) Model level area Model level area merupakan model yang didasarkan pada ketersediaan data pendukung yang hanya ada untuk level area tertentu, misalkan x i = (x i1, x i2,, x ip ) T dengan parameter yang akan diduga adalah θ i yang diasumsikan mempunyai hubungan dengan x i. Data pendukung tersebut digunakan untuk membangun model θ i = x T i β + z i v i, dengan i= 1,2,3,...,m dan v i ~ N(0, σ 2 v ),sebagai pengaruh acak yang menyebar normal. Kesimpulan mengenai θ i dapat diketahui dengan mengasumsikan bahwa model penduga langsung y i telah tersedia, yaitu y i = θ i + e i, dengan i= 1,2,3,...,m. dan sampling error e i ~N(0, σ 2 i ) dengan σ 2 i diketahui. Selanjutnya kedua model tersebut digabung sehingga diperoleh model gabungan : y i = x T i β + z i v i + e i dengan i=1,2,3,...,m. Model tersebut merupakan bentuk khusus dari model linier campuran. b) Model level unit Model level unit merupakan suatu model dengan data pendukung yang tersedia bersesuaian secara individu dengan data respon, misalnya x ij = (x ij1, x ij2,, x ijp ) T sehingga diperoleh suatu model regresi tersarang y ij = x ij T β + v i + e ij dengan i= 1,2,3,...,m. dan j=1,2,3,...n i, v i ~ N(0, σ v 2 ) dan e ij ~N(0, σ i 2 ).

16 4 Empirical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) Model berikut merupakan model tingkat area yaitu: θ i = x i T β + z i v i + e i untuk i= 1,2,..., m. (1) dengan x i adalah peubah penyerta tingkat area dan z i adalah matriks rancangan. Teknik penyelesaian model tersebut untuk memperoleh BLUP bagi θ i = x i T β + z i v i telah dikembangkan oleh Henderson (1953), dengan asumsi σ v 2 diketahui. Penduga BLUP dari θ i berdasarkan persamaan (1) adalah θ iblup = x i T β + γ i (θ i x i T β ) θ iblup = γ i θ i + (1 γ i ) x i T β (2) dengan γ i = σ 2 v (σ 2 v + σ 2 i ) dan β adalah koefisien regresi yang diduga dengan generalized least squares (GLS) yaitu, β = (X T V 1 X) 1 X T V 1 θ. Metode BLUP yang dikembangkan Henderson mengasumsikan diketahuinya komponen ragam pengaruh acak dalam model campuran linier, padahal pada kenyataannya komponen ragam ini tidak diketahui sebagai akibatnya, ragam pengaruh acaknya harus diduga. Harville (1977) dalam makalahnya menulis tentang pendugaan komponen ragam dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum (maximum likelihood, ML) dan metode kemungkinan maksimum terkendala 2 (restricted maximum likelihood, REML). Pendugaan σ v baik dengan metode ML maupun REML dilakukan dengan alogaritma Fisher scoring. Penduga EBLUP 2 dengan mengganti nilai σ v dengan penduganya σ ν2 dari penduga EBLUP (2) adalah sebagai berikut: θ ieblup = γ iθ i + (1 γ i) x i T β. (3) Spatial Empirical Best Linear Unbiased Prediction (SEBLUP) Misalkan didefinisikan vektor θ = (θ 1,, θ m) T, v = (v 1,, v m ) T dan e = (e 1,, e m ) T, dan matriks X = (x T 1,, x T m ) T dan Z= diag (z 1,, z m )Berdasarkan definisi vektor dan matriks tersebut, maka persamaan (4) dalam notasi matriks adalah : θ = Xβ + Zv + e. (4) Model pada persamaan (4) mengasumsikan bahwa terdapat pengaruh acak area, namun pengaruh tersebut saling bebas antar area. Pada kenyataannya, sangat beralasan untuk mengatakan bahwa ada korelasi antar area yang berdekatan. Korelasi tersebut akan semakin berkurang seiring dengan jarak yang bertambah. Hal ini sesuai dengan hukum pertama tentang geografi yang dikemukakan oleh Tobler (Tobler s first low of geography) dalam Schabenberger dan Gotway (2005) yang merupakan pilar kajian analisis data spasial, yaitu everything is related to everything else, but near things are more related then distant things. Segala sesuatu saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi sesuatu yang lebih dekat akan lebih berpengaruh daripada sesuatu yang jauh. Model SAE dengan memasukkan korelasi spasial antar area pertama kali diperkenalkan oleh Cressie (Cressie 1991), dengan mengasumsikan ketergantungan spasial mengikuti proses

17 5 Conditional Autoregressive (Autoregresif bersyarat, CAR). Model SAE ini kemudian dikembangkan lagi oleh beberapa peneliti, diantaranya salvati (2004), Candra, Salvati, dan Chambers (2007), Pratesi dan Salvati (2007), dengan mengasumsikan bahwa ketergantungan spatial yang dimasukkan kedalam komponen galat dari faktor acak mengikuti proses Simultaneous Autoregressive (Simultan otoregresif, SAR). Model SAR sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Anselin (Anselin 1992) dimana vektor pengaruh acak area v memenuhi : v= ρwv+ u (5) koefisien ρ dalam persamaan (5) adalah koefisien otoregresi spasial yang menunjukkan kekuatan dari hubungan spasial antar pengaruh acak. Nilai ρ berkisar antara -1 sampai 1. Nilai ρ > 0 menunjukkan bahwa suatu area dengan nilai parameter yang tinggi cenderung dikelilingi oleh area lain dengan nilai parameter yang tinggi pula dan sebuah area dengan nilai parameter yang rendah pula. Disisi lain, ρ < 0 menunjukkan bahwa suatu area dengan nilai parameter yang tinggi dikelilingi oleh area lain dengan nilai parameter yang rendah, atau sebaliknya (Savitz dan Raudenbush 2009). W adalah matriks pembobot spasial, v adalah pengaruh acak area dan u adalah vektor galat dari pengaruh acak area dengan ratarata sama dengan nol dan ragam σ u 2 Im Persamaan (5) dapat ditulis kembali sebagai berikut : v= ( I ρw) -1 u (6) dengan I adalah matriks identitas berukuran m m. Dari persamaan (6) terlihat bahwa rata-rata v adalah 0 dan matriks koragam v (G) adalah sebagai berikut : G = σ u 2 [(I ρw)(i - ρw T )] -1 (7) persamaan (6) disubtitusikan ke persamaan (4) menghasilkan : θ = Xβ + Z(I ρw) 1 u + e (8) matriks koragam dari θ dengan R = diag (σ i 2 ) adalah : V = R + ZGZ T = diag (σ 2 i ) + Zσ 2 u [(I ρw)(i ρw T )] 1 Z T. (9) Penduga Spasial BLUP untuk parameter θ i dengan σ u 2, σ i 2 dan ρ diketahui adalah: θ is (σ u 2, ρ) = x i T β + b i T {σ u 2 (I ρw)(i ρw T ) 1 }Z T {diag (σ i 2 ) + Zσ u 2 [(I ρw)(i ρw T )] 1 Z T } 1 (θ Xβ ) (10) dimana β = (X T V 1 X) 1 X T V 1 θ dan b T i adalah vektor berukuran 1 m (0, 0, 0, 1, 0,.0) dengan 1 menunjuk pada lokasi ke-i. Penduga Spasial BLUP tersebut diperoleh dengan memasukkan matriks koragam pada persamaan (7) ke dalam penduga BLUP. Spasial BLUP akan sama dengan BLUP jika ρ = 0. Seperti halnya dengan penduga EBLUP, penduga SEBLUP (θ is (σ u2, ρ )) diperoleh dari Spasial BLUP dengan mengganti nilai σ u 2, ρ dengan penduganya. Asumsi kenormalan dari pengaruh acak digunakan untuk menduga σ u 2 dan ρ dengan menggunakan prosedur baik ML maupun REML dengan fungsi log-likelihood.(candra, Salvati, Chambers 2007). Penduga tersebut dapat diperoleh secara iteratif

18 6 dengan menggunakan algoritma scoring. Hasil pendugaan tersebut kemudian digunakan untuk melakukan penduga terhadap SEBLUP, dengan rumus penduga EBLUP adalah : θ is (σ u2, ρ ) = x i T β + b i T {σ u2 (I ρ W)(I ρ W T ) 1 }Z T {diag (σ i 2 ) + Zσ u2 [(I ρ W)(I ρ W T )] 1 Z T } 1 (θ Xβ ) (11) penduga KTG untuk penduga SEBLUP adalah sebagai berikut: KTG[θ is, (σ u2, ρ )] g 1i (σ u2, ρ ) + g 2i (σ u2, ρ ) + 2g 3i (σ u2, ρ ) (12) dengan g 1i (σ u2, ρ ), g 2i (σ u2, ρ ) dan 2g 3i (σ u2, ρ ) dapat dilihat pada Lampiran 1. Matriks Contiguity Matriks contiguity (kedekatan) merupakan matriks pembobot spasial yang menunjukan hubungan spasial suatu lokasi dengan lokasi lainnya yang bertetangga. Pemberian nilai 1 diberikan jika lokasi-i bertetangga langsung dengan lokasi-j, sedangkan nilai 0 diberikan jika lokasi-i tidak bertetangga dengan lokasi-j. Ada beberapa jenis matriks contiguity antara lain sebagai berikut, yaitu Rook Contiguity, Bishop Contiguity dan Queen Contiguity (Dubin,2009). Rook Bishop Queen * * * * * * * I * i * i * * * * * * * (a) (b) (c) Gambar 1. Ilustrasi matriks Contiguity tipe rook (a), bishop (b), queen (c). Matriks contiguity tipe rook mendefinisikan suatu lokasi i bertetangga dengan lokasi j jika lokasi i bersinggungan sisi dengan lokasi j (Gambar 1(a)). Matriks contiguity tipe Bishop mendefinisikan suatu lokasi i bertetangga dengan lokasi j jika lokasi i bersinggungan sudut dengan lokasi j (Gambar 1(b)). Matriks contiguity tipe queen mendefinisikan suatu lokasi i bertetangga dengan lokasi j jika lokasi i bersinggungan sisi atau bersinggungan sudut dengan lokasi j (Gambar 1(c)). Pada bentuk peta yang sebenarnya terkadang kita menemukan kesulitan dalam mengidentifikasi kedekatan suatu lokasi apakah bersinggungan secara sudut saja atau bersinggungan secara sisi saja. Matriks contiguity tipe queen merupakan matriks yang efektif jika diterapkan pada peta sebenarnya karena matriks tersebut hanya melihat apakah suatu lokasi bersinggungan atau tidak. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan matriks contiguity tipe queen. Transformasi Logaritma EBLUP Didefinisikan suatu transformasi logaritma dalam model campuran linier sebagai berikut: θ il = x i T β + v i + e i (13)

19 7 dengan θ il = 1 n i j s(i) log (y ij ), galat penarikan contoh e i ~ N(0, σ 2 i ), pengaruh acak area v i ~ N(0, σ v 2 ) tetapi jika terdapat pengaruh spasial maka v = (v 1,, v m ) T menyebar MVN(0,G). Kurnia (2009) memaparkan bahwa dengan mengikuti teori EBLUP baku untuk model (13), yaitu EBLUP untuk nilai tengah dari log (y ij ), maka penduga bagi θ i dapat ditulis sebagai berikut θ ieblup = γ iθ il + (1 γ i) x i T β (14) dengan β diperoleh berdasarkan metode kuadrat terkecil terboboti untuk parameter regresi β dari model campuran linier, dimana γ i = σ ν2 (σ ν2 + σ i2 ). Karena yang diinginkan adalah suatu penduga aktual untuk nilai tengah pada setiap area ke-i, maka digunakan sifat sebaran lognormal untuk melakukan transformasi-balik dari model (14). Lebih lanjut, diasumsikan bahwa θ ieblup menyebar normal. Dengan demikian, peduga nilai aktual untuk nilai tengah atau penduga transformasi logaritma EBLUP ( θ itl EBLUP ) untuk area ke-i adalah θ itl EBLUP = exp (θ ieblup V ieblup ) (15) dengan V i(θ ieblup ) adalah penduga kuadrat tengah galat (KTG) dari θ ieblup. Kemudian penduga KTG bagi penduga nilai tengah pada persamaan (15) dapat didekati sebagai berikut: V i(θ itl EBLUP ) = e V i(θ ieblup ) (e V i(θ ieblup ) 1) e 2θ ieblup. (16) Transformasi Logaritma SEBLUP Dalam penelitian ini, akan diterapakan model campuran linier ke dalam metode SEBLUP yaitu SEBLUP untuk nilai tengah dari log (y ij ), maka penduga bagi θ i dapat ditulis sebagai berikut: θ iseblup = x i T β + b i T {σ u2 (I ρ W)(I ρ W T ) 1 }Z T {diag (σ i2 ) + Zσ u2 [(I ρ W)(I ρ W T )] 1 Z T } 1 (θ L Xβ ) (17) dengan, (θ L ) T : (θ 1L, θ 2L, θ 3L,.. θ ml ) dan θ il = 1 n j s(i) log (y ij ). sama halnya i dengan EBLUP, pada metode SEBLUP ini diinginkan juga penduga aktual untuk nilai tengah atau penduga transformasi logaritma EBLUP ( θ itl SEBLUP ) pada setiap area ke-i, sehingga dperoleh: θ itl SEBLUP = exp (θ iseblup V iseblup ) (18) dengan V i(θ iseblup ) adalah penduga MSE dari θ iseblup. Kemudian penduga MSE bagi penduga nilai tengah pada persamaan (18) dapat didekati sebagai berikut: V i(θ itl SEBLUP ) = e V i(θ iseblup ) (e V i(θ iseblup ) 1) e 2θ iseblup. (19)

20 8 3 METODE PENELITIAN Kajian Simulasi Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi kebaikan model yang dikembangkan. Proses simulasi dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut ini. 1. Membuat peta buatan berbentuk seperti berikut: Gambar 2. Peta simulasi Berdasarkan Gambar 2 maka jumlah area (m) dalam simulasi ini adalah Menentukan ukuran contoh di tiap area kecil. 3. Carilah matriks pembobot spasial contiguity Queen (W) berdasarkan peta yang telah dibuat. 4. Simulasi ini menggunakan satu peubah yang diperhatikan (y) dan satu peubah penyerta x. Model yang digunakan untuk memperoleh nilai logaritma peubah yang diperhatikan (log(y ij )). untuk area kecil ke-i dan unit ke-j adalah sebagai berikut: log(y ij ) = β 0 + β 1 x ij + v i + e ij, i = 1,2,,49, j = 1,2,, n i (20) Dimana x ij adalah peubah penyerta, v i adalah pengaruh acak area, dan e ij adalah galat penarikan contoh. a. Nilai x ij dibangkitkan dengan menyebar normal N(2,1). Nilai x ij yang diperoleh digunakan untuk seluruh skenario pada proses simulasi. b. Menetapkan β = (1, 1) T sehingga persamaan (20) menjadi : log(y ij ) = 1 + x ij + v i + e ij, i = 1,2,,49, j = 1,2,, n i. (21) c. Membangkitkan v i dengan cara: 1) Membangkitkan u i menyebar N(0, σ 2 u ) dengan σ 2 u = 0.5. Merupakan komponen error pada persamaan (6) 2) Menetapkan nilai ρ = ) Mencari nilai v i dengan memasukkan nilai u i dengan i = 1,2,,49 dan nilai ρ ke persamaan (6) d. membangkitkan e ij menyebar normal N(0, 0.3). e. Menentukan nilai log(y ij ) dengan memasukkan nilai x ij, v i dan e ij ke persamaan (21) f. Mencari nilai aktual y ij dengan y ij = e log(yij), sehingga dapat dikatakan y ij dibangkitkan dengan sebaran log-normal 5. Melakukan aggregasi di tiap area dengan cara:

21 9 a. Menghitung nilai tengah peubah yang diperhatikan untuk contoh di tiap area kecil sebagai penduga langsung θ i = 1 n i y n ij i j=1, untuk i = 1,2,,49,, j = 1,2,, n i b. Kemudian menghitung nilai tengah peubah penyerta contoh di tiap area kecil x i = 1 n i x n ij i j=1, untuk i = 1,2,,49,, j = 1,2,, n i c. Menghitung nilai tengah peubah yang diperhatikan berskala logaritma untuk contoh di tiap area kecil sebagai penduga langsung berskala logaritma θ il = 1 n i log (y n ij ), untuk i = 1,2,,49,, j = 1,2,, n i i j=1 6. Mencari nilai penduga EBLUP ( θ ieblup ) dengan memasukkan θ i ke persamaan (2) 7. Mencari nilai penduga SEBLUP (θ iseblup ) dengan memasukkan θ i ke persamaan (10) 8. Mencari nilai penduga transformasi logaritma EBLUP (θ itl EBLUP ) dengan memasukkan θ il ke persamaan (14). Setelah itu dilakukan transformasi balik sesuai persamaan (15) 9. Mencari nilai penduga transformasi logaritma SEBLUP (θ itl SEBLUP ) dengan memasukkan θ il ke persamaan (17). Setelah itu dilakukan transformasi balik sesuai persamaan (18) 10. Mengulangi langkah (4) sampai langkah (9) kecuali langkah (4a) sebanyak B = 1000 sehingga dapat dihitung nilai bias relatif (BR) tiap area, akar kuadrat tengah galat relatif (AKTGR), rata-rata bias relatif dan rata-rata akar kuadrat tengah galat relatif dari hasil pendugaan parameter sebagai berikut: B BR (i) = 1 B (θ il θ i ) 100% θ i l=1 AKTG (i) = 1 B B (θ il θ i ) 2 l=1 Rata- rata BR = 1 m Rata- rata AKTG = 1 m m i=1 BR (i) m i=1 AKTG (i) Keterangan: a. θ i adalah parameter pada area kecil ke-i b. θ il adalah penduga area kecil pada area kecil ke-i dan iterasi ke-l c. B adalah banyaknya iterasi, dalam penelitian ini B=1000 d. Bias adalah selisih antara nilai harapan dari penduga dengan parameter. Bias bertujuan untuk melihat seberapa jauh suatu penduga dengan parameternya (akurasi). Nilai bias yang mendekati nol menunjukkan bahwa penduga tersebut memilki akurasi yang baik. Dalam penelitian ini, biasnya tidak dimutlakkan dengan tujuan untuk melihat apakah penduganya bias ke bawah (underestimate) atau bias ke atas (overestimate).

22 10 e. Bias relatif (BR) adalah persentasi bias terhadap parameternya f. BR (i) adalah bias relatif pada area kecil ke i g. Rata-rata bias relatif (BR) adalah rata-rata bias relatif dari seluruh area h. Kuadrat tengah galat adalah nilai harapan dari kuadrat selisih antara penduga dengan parameternya. Secara formulasi, kuadrat tengah galat mengandung dua komponen, yakni ragam penduga dan bias. Ragam penduga untuk mengukur presisi. Presisi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah ukuran sejauh mana pengulangan suatu pendugaan akan memberikan hasil yang sama. Semakin kecil nilai dari kuadrat tengah galat maka kombinasi antara ragam penduga dan bias semakin kecil. Ragam penduga dan bias semakin kecil menunjukkan presisi dan akurasi dari suatu penduga semakin baik. i. AKTG (i) adalah akar kuadrat tengah galat pada area ke i j. Rata-rata akar kuadrat tengah galat (AKTG) adalah rata-rata akar kuadrat tengah galat dari seluruh area 11. Membandingkan nilai rata-rata bias relatif BR dan rata-rata akar kuadrat tengah galat (AKTG) antara penduga EBLUP, penduga transformasi logaritma EBLUP, penduga transformasi logaritma SEBLUP. 12. Mengulangi langkah (4) sampai langkah (11) kecuali langkah (4a) dengan nilai σ 2 u = 1, 2, 3 dan nilai ρ= 0.5, 0.25 sehingga banyaknya skenario dalam simulasi ini adalah 12. Autokorelasi spasial (ρ) Tabel 1 Kombinasi simulasi 2 σ u Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Simulasi Simulasi 5 Simulasi 6 Simulasi 7 Simulasi Simulasi 9 Simulasi 10 Simulasi 11 Simulasi 12 Penerapan Studi kasus pada penelitian ini menggunakan data SUSENAS tahun 2010 dan PODES tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk kecamatan di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Data yang tersedia pada SUSENAS tidak mendukung pendugaan langsung pada tingkat kecamatan. Hal ini dikarenakan contoh pada tingkat kecamatan berukuran kecil. Model yang dikembangkan pada penelitian ini digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pemodelan dilakukan dengan memanfaatkan informasi dari peubah yang dipilih dari data PODES sebagai peubah penyerta. Data PODES dan SUSENAS yang diperoleh akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Melakukan eksplorasi data, yaitu dengan memeriksa distribusi data pada data rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk kecamatan di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor SUSENAS 2010 kemudian memeriksa pengaruh spasialnya 2. Mencari matriks pembobot spasial wilayah Kota dan Kabupaten Bogor dengan menggunakan matriks contiguity queen

23 11 3. Memilih peubah peubah penyerta dari data PODES Menduga rata-rata pengeluaran per kapita per bulan setiap kecamatan di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor dengan pendugaan langsung dan teknikteknik pendugaan yang dilakukan pada kajian simulasi 5. Mengevaluasi hasil pendugaan dengan membandingkan penduga average root mean square error (ARMSE) m = 49 area Menentukan ukuran contoh di tiap area Contiguity queen (W ) log(y ij ) dan y ij θ i x i θ id θ ieblup θ iseblup θ itl EBLUP θ itl SEBLUP Mengulangi sebanyak B = 1000 BR dan AKTG Membandingkan hasil penduga Gambar 3 Diagram alir tahapan kajian simulasi

24 12 Memriksa distribusi peubah y Memriksa autokorelasi spasial peubah y Contiguity queen (W ) Memilih peubah penyerta x langsung θ i θ ieblup θ iseblup θ itl EBLUP θ itl SEBLUP Mengevaluasi penduga dengan penduga AKTG Gambar 4 Diagram alir tahapan studi kasus

25 13 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Simulasi Kajian simulasi ini dilakukan dengan empat penduga yaitu : (1) EBLUP dengan menggunakan θ i (EBLUP), (2) SEBLUP dengan menggunakan θ i (SEBLUP), (3) transfromasi balik EBLUP dengan menggunakan θ id (Transformasi Logaritma EBLUP), (4) transformasi balik SEBLUP dengan menggunakan θ id (Transformasi Logaritma SEBLUP) dan adapun hasilnya sebagai berikut: Tabel 2 Nilai rata-rata bias relatif (BR) (%) ρ=0,75 u i EBLUP SEBLUP Transformasi Logaritma EBLUP Transformasi Logaritma SEBLUP N(0, 0.5) N(0, 1) N(0, 2) N(0, 3) u i ρ=0.5 EBLUP SEBLUP Transformasi Logaritma EBLUP Transformasi Logaritma SEBLUP N(0, 0.5) N(0, 1) N(0, 2) N(0, 3) u i ρ=0.25 EBLUP SEBLUP Transformasi Logaritma EBLUP Transformasi Logaritma SEBLUP N(0, 0.5) N(0, 1) N(0, 2) N(0, 3) Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata BR dengan ρ=0.75 dan σ 2 u = 0.5 pada penduga transformasi logaritma EBLUP dan transformasi logaritma SEBLUP sekitar 15.2% dan untuk penduga EBLUP dan SEBLUP sekitar 61%. Perbedaan yang cukup besar antara penduga yang ditransformasi dengan penduga yang tanpa dilakukan transformasi dimana rata-rata BR pada penduga yang ditransformasi jauh lebih kecil. Ketika σ 2 u diganti dengan 1,2, dan 3, maka akan menghasilkan nilai rata-rata BR yang hampir sama dengan σ 2 u = 0.5. Kemudian, ketika nilai autokorelasinya (ρ) diganti dengan 0.5 atau 0,25, hasilnya juga akan hampir sama dengan ρ=0.75 untuk nilai rata-rata BR. Meskipun nilai rata-rata BR pada penduga yang dilakukan transformasi lebih kecil yakni sekitar 15.2 %, akan tetapi nilai 15.2 % masih berbias. Masalah bias tersebut belum diketahui penyebabnya oleh peneliti sampai saat ini. Untuk arah biasnya, penduga EBLUP

26 14 dan SEBLUP mengalami overestimate. Penduga transformasi logaritma EBLUP dan penduga transformasi logaritma SEBLUP menghasilkan penduga yang underestimate. Tabel 3 Nilai rata- rata AKTG ρ=0.75 u i EBLUP SEBLUP Transformasi Logaritma EBLUP Transformasi Logaritma SEBLUP N(0, 0.5) N(0, 1) N(0, 2) N(0, 3) u i ρ=0.5 EBLUP SEBLUP Transformasi Logaritma EBLUP Transformasi Logaritma SEBLUP N(0, 0.5) N(0, 1) N(0, 2) N(0, 3) u i ρ=0.25 EBLUP SEBLUP Transformasi Logaritma EBLUP Transformasi Logaritma SEBLUP N(0, 0.5) N(0, 1) N(0, 2) N(0, 3) Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai rata- rata AKTG dengan ρ=0.75 dan σ 2 u = 0.5 pada penduga transformasi logaritma EBLUP dan transformasi logaritma SEBLUP sekitar 6.6 dan untuk penduga EBLUP dan SEBLUP sekitar 23. Perbedaan yang cukup besar antara penduga yang ditransformasi dengan penduga yang tanpa dilakukan transformasi dimana rata- rata AKTG pada penduga yang ditransformasi jauh lebih kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa peubah yang diperhatikan yang memiliki distribusi tidak normal akan lebih baik jika dilakukan transformasi logaritma terlebih dahulu lalu. Langkah berikutnya adalah memasukkan hasil transformasi ke metode pendugaan area kecil lalu dilakukan transformasi balik. Dampak dari melakukan transformasi logaritma yaitu galat yang dihasilkan lebih kecil jika dibandingkan dengan metode yang tanpa dilakukan transformasi. Ketika σ 2 u diganti dengan 1,2, dan 3, maka akan menghasilkan nilai rata- rata AKTG yang hampir sama dengan σ 2 u = 0.5.Kemudian, ketika nilai autokorelasinya (ρ) diganti dengan 0.5 atau 0.25 maka hasilnya juga akan hampir sama dengan ρ=0.75 untuk nilai rata- rata AKTGR. Pada Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa nilai rata- rata AKTGR dengan ρ=0.75 dan σ 2 u = 0.5 pada penduga transformasi logaritma SEBLUP yaitu, Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan penduga transformasi logaritma EBLUP yang nilai rata- rata AKTG nya sebesar Hal yang serupa juga terjadi

27 15 ketika σ 2 u sama dengan 1,2, atau 3 dan nilai autokorelasinya (ρ) sama dengan 0.5 atau Akan tetapi khusus untuk σ 2 u = 2 dan ρ=0.25 nilai rata-rata AKTG antara penduga transformasi logaritma SEBLUP dan penduga transformasi logaritma EBLUP hampir sama yakni Meskipun nilai rata-rata AKTG pada penduga transformasi logaritma SEBLUP lebih kecil dibandingkan dengan penduga transformasi logaritma EBLUP tetapi selisihnya sangat kecil. Oleh karena itu, penduga transformasi logaritma SEBLUP dan penduga transformasi logaritma EBLUP memiliki presisi dan akurasi yang hampir sama baiknya. Penerapan Metode yang telah dikembangkan ini diterapkan pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2010 dan Potensi Desa (PODES) tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk kecamatan di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. (a) Gambar 5 Normal quantile quantile plot (a) Y, pengeluaran per kapita per bulan (Rupiah) dan (b) bentuk transformasi logaritma peubah Y Peubah pengeluaran per kapita pada data SUSENAS 2010 digunakan sebagai peubah yang diperhatikan (Y), yaitu rata-rata pengeluaran per kapita per bulan. Data SUSENAS 2010 mencakup 44 tersurvei kecamatan dan 111 desa/kelurahan di Kota dan Kabupaten Bogor. Berdasarkan plot, secara visual dapat terlihat pada Gambar 5(a) bahwa pada sebaran datanya banyak titik yang tidak berada pada persekitaran garis. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa asumsi kenormalan belum terpenuhi. Setelah dilakukan transformasi logaritma pada peubah Y maka asumsi kenormalan terpenuhi dan hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5(b), sebaran data berada disekitar garis. Selanjutnya pada peubah yang diperhatikan (Y) akan dilihat ketergantungan spasialnya atau dengan kata lain, apakah terdapat autokorelasi spasial atau tidak. Pengukuran autokorelasi spasial dapat dihitung menggunakan metode Moran s Index (Indeks Moran) yaitu: (b)

28 16 n n I = n i=1 j=1 w ij (y i y )(y j y ) n ( n i=1 j=1 w ij ) n i=1(y i y ) 2 Untuk mengidentifikasi adanya autokorelasi spasial atau tidak, dilakukan uji signifikansi indeks Moran. Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi Spasial dengan Indeks Moran Peubah Y Y = Log(Y) Indeks Moran Z(I) Uji signifikansi indeks Moran didekati dengan distribusi normal baku sehingga menghasilkan Z(I). Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa uji autokorelasi spasial dengan menggunakan Indeks Moran terhadap peubah yang diperhatikan (Y) menghasilkan nilai Z(I) = Nilai Z(I) = 3.51 > Z 1 α = sehingga pada taraf 5% dapat dikatakan bahwa data tersebut memiliki autokorelasi spasial. Kemudian untuk transformasi logaritma peubah yang diperhatikan (Y) menghasilkan Z(I) = Nilai Z(I) = 5.05 > Z 1 α = sehingga pada taraf 5% dapat dikatakan bahwa transformasi logaritma peubah yang diperhatikan (Y) memiliki autokorelasi spasial. Kemudian untuk pemilihan peubah penyerta pada penelitian ini, dipilih beberapa peubah yang relevan (Lampiran 2). Peubah tersebut dianggap bisa mempengaruhi transformasi logaritma dari rata-rata pengeluaran per kapita per bulan (rupiah) (Log Y). Lalu dilakukan seleksi lagi dengan menggunakan regresi stepwise pada peubah penyerta. Tujuannya untuk mencari model terbaik sehingga bisa dijadikan model yang tepat untuk melakukan pendugaan area kecil. Peubah penyerta yang terpilih adalah jumlah desa dengan sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk adalah pertanian (X1). Tabel 5 Jumlah desa dengan sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk adalah pertanian (X1) No. Kecamatan X1 No. Kecamatan X1 1 Nanggung Gunung Putri 0 2 Leuwiliang 7 24 Citeureup 3 3 Pamijahan Cibinong 0 4 Cibungbulang Bojong Gede 0 5 Ciampea 5 27 Tajur Halang 1 6 Dramaga 7 28 Kemang 6 7 Ciomas 1 29 Ranca Bungur 5 8 Tamansari 3 30 Parung 2 9 Cijeruk 8 31 Ciseeng Cigombong 7 32 Gunung Sindur 7 11 Caringin 8 33 Rumpin Ciawi 5 34 Cigudeg Cisarua 4 35 Sukajaya 9 14 Megamendung 7 36 Jasinga Sukaraja 6 37 Tenjo 7 16 Babakan Madang 4 38 Parung Panjang 3 17 Sukamakmur Bogor Selatan 3 18 Cariu 9 40 Bogor Timur 0 19 Tanjungsari Bogor Utara 0 20 Jonggol Bogor Tengah 0 21 Cileungsi 5 43 Bogor Barat 2 22 Kelapa Nunggal 6 44 Tanah Sereal 0

29 17 Setelah melalui proses eksplorasi data, pendugaan area kecil dilakukan dengan lima penduga yaitu : (1) Penduga Langsung, (2) EBLUP dengan menggunakan θ i (EBLUP), (3) SEBLUP dengan menggunakan θ i (SEBLUP), (4) transfromasi balik EBLUP dengan menggunakan θ id (Transformasi Logaritma EBLUP), (5) transformasi balik SEBLUP dengan menggunakan θ id (Transformasi Logaritma SEBLUP) dan adapun hasilnya sebagai berikut: Tabel 6 Dugaan Area Kecil untuk rata-rata Pengeluaran Per Kapita Tingkat Kecamatan di Kabupaten dan Kota Bogor (Ribu Rupiah) 2010 Penduga NO KEC Langsung EBLUP SEBLUP TL EBLUP TL SEBLUP 1 Nanggung Leuwiliang Pamijahan Cibungbulang Ciampea Dramaga Ciomas Tamansari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Megamendung Sukaraja Babakan madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Kelapa nunggal Gunung putri Citeureup Cibinong Bojong gede Tajur halang Kemang Ranca bungur Parung Ciseeng Gunung sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Parung panjang Bogor selatan Bogor timur Bogor utara Bogor tengah Bogor barat Tanah sereal

30 18 No. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa seluruh penduga memperlihatkan kecamatan Gunung Putri memiliki rata-rata pengeluaran per kapita tertinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Sedangkan, kecamatan yang diduga memilki rata-rata pengeluaran per kapita terendah adalah kecamatan Nanggung. Hal tersebut dikarenakan oleh pengaruh jumlah desa dengan sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk adalah pertanian pada kecamatan Nanggung cukup tinggi sedangkan pada kecamatan Gunung Putri jumlah desa untuk peubah tersebut adalah nol. Tabel 7 Dugaan area kecil untuk selang kepercayaan 95% rata-rata Pengeluaran Per Kapita Tingkat Kecamatan di Kabupaten dan Kota Bogor (Ribu Rupiah) 2010 Kec. Selang kepercayaan 95% Langsung EBLUP SEBLUP TL EBLUP TL SEBLUP BA BB BA BB BA BB BA BB BA BB 1 Nanggung Leuwiliang Pamijahan Cibungbulang Ciampea Dramaga Ciomas Tamansari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Megamendung Sukaraja Babakan Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Kelapa Nunggal Gunung Putri Citeureup Cibinong Bojong Gede Tajur Halang Kemang Ranca Bungur Parung Ciseeng Gunung Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Parung Panjang Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sereal

TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Jember Pengeluaran Per kapita

TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Jember Pengeluaran Per kapita TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Jember Berdasarkan data BPS (2009), Kabupaten Jember secara geografis terletak pada 113 0 30-113 0 45 Bujur Timur dan 8 0 00-8 0 30 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

(R.11) PENGGUNAAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL PADA MODEL SMALL AREA ESTIMATION DENGAN METODE SPATIAL EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION

(R.11) PENGGUNAAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL PADA MODEL SMALL AREA ESTIMATION DENGAN METODE SPATIAL EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION (R.11) PENGGUNAAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL PADA MODEL SMALL AREA ESTIMATION DENGAN METODE SPATIAL EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION Dariani Matualage (1), Asep Saefuddin (2), Aji Hamim Wigena (2)

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN INFORMASI GEROMBOL TERHADAP HASIL PREDIKSI AREA NIRCONTOH

KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN INFORMASI GEROMBOL TERHADAP HASIL PREDIKSI AREA NIRCONTOH KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN INFORMASI GEROMBOL TERHADAP HASIL PREDIKSI AREA NIRCONTOH (Studi Kasus Pengeluaran per Kapita Kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor) RAHMA ANISA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PREDIKSI TAK-BIAS LINEAR TERBAIK DAN BAYES BERHIRARKI UNTUK PENDUGAAN AREA KECIL BERDASARKAN MODEL STATE SPACE KUSMAN SADIK

METODE PREDIKSI TAK-BIAS LINEAR TERBAIK DAN BAYES BERHIRARKI UNTUK PENDUGAAN AREA KECIL BERDASARKAN MODEL STATE SPACE KUSMAN SADIK METODE PREDIKSI TAK-BIAS LINEAR TERBAIK DAN BAYES BERHIRARKI UNTUK PENDUGAAN AREA KECIL BERDASARKAN MODEL STATE SPACE KUSMAN SADIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIS SPASIAL PADA AREA KECIL UNTUK PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA

METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIS SPASIAL PADA AREA KECIL UNTUK PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIS SPASIAL PADA AREA KECIL UNTUK PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA (Studi Kasus : Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur) DARIANI MATUALAGE SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI Disusun Oleh: NANDANG FAHMI JALALUDIN MALIK NIM. J2E 009

Lebih terperinci

PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK DALAM PENDUGAAN AREA KECIL

PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK DALAM PENDUGAAN AREA KECIL PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK DALAM PENDUGAAN AREA KECIL (Studi Kasus Pendugaan Indeks Pembangunan Manusia Tingkat Kecamatan di Kabupaten Bogor) DEDY PEBRI YUSTISIANTO PRATAMA DEPARTEMEN STATISTIKA

Lebih terperinci

APROKSIMASI BOOTSTRAP PARAMETRIK PADA PENDUGAAN SELANG PREDIKSI STATISTIK AREA KECIL LA ODE ABDUL RAHMAN

APROKSIMASI BOOTSTRAP PARAMETRIK PADA PENDUGAAN SELANG PREDIKSI STATISTIK AREA KECIL LA ODE ABDUL RAHMAN APROKSIMASI BOOTSTRAP PARAMETRIK PADA PENDUGAAN SELANG PREDIKSI STATISTIK AREA KECIL LA ODE ABDUL RAHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PREDIKSI TERBAIK EMPIRIK UNTUK MODEL TRANSFORMASI LOGARITMA DI DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PENERAPAN PADA DATA SUSENAS ANANG KURNIA

PREDIKSI TERBAIK EMPIRIK UNTUK MODEL TRANSFORMASI LOGARITMA DI DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PENERAPAN PADA DATA SUSENAS ANANG KURNIA PREDIKSI TERBAIK EMPIRIK UNTUK MODEL TRANSFORMASI LOGARITMA DI DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PENERAPAN PADA DATA SUSENAS ANANG KURNIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL OPTIMUM DALAM PENDUGAAN AREA KECIL ASFAR

STUDI PENENTUAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL OPTIMUM DALAM PENDUGAAN AREA KECIL ASFAR STUDI PENENTUAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL OPTIMUM DALAM PENDUGAAN AREA KECIL ASFAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil pendugaan selang prediksi dari data simulasi yang menyebar Gamma dengan D i = 1 dan tanpa peubah penyerta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil pendugaan selang prediksi dari data simulasi yang menyebar Gamma dengan D i = 1 dan tanpa peubah penyerta 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Simulasi 4.1.1 Tanpa Peubah Penyerta Hasil simulasi untuk kasus data yang menyebar Gamma dan tanpa peubah penyerta diperoleh hasil nilai-nilai panjang selang prediksi (average

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. INJAUAN PUSAKA.1 Penduga Area Kecil Rao (003) mengemukakan bahwa suatu area disebut kecil apabila contoh yang diambil pada area tersebut tidak mencukupi untuk melakukan pendugaan langsung dengan hasil

Lebih terperinci

PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN BREBES

PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN BREBES PENERAPAN METODE EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION (EBLUP) PADA MODEL PENDUGA AREA KECIL DALAM PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN BREBES SKRIPSI Disusun Oleh : RAHAYU NINGTYAS 24010211130042

Lebih terperinci

APROKSIMASI BOOTSTRAP PARAMETRIK PADA PENDUGAAN SELANG PREDIKSI STATISTIK AREA KECIL LA ODE ABDUL RAHMAN

APROKSIMASI BOOTSTRAP PARAMETRIK PADA PENDUGAAN SELANG PREDIKSI STATISTIK AREA KECIL LA ODE ABDUL RAHMAN APROKSIMASI BOOTSTRAP PARAMETRIK PADA PENDUGAAN SELANG PREDIKSI STATISTIK AREA KECIL LA ODE ABDUL RAHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER

MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER Etis Sunandi 1), Khairil A Notodiputro 2), Anik Djuraidah 2) 1) Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu 2) Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU v PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

(DS.5) MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER

(DS.5) MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER (DS.5) MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER (Kasus : Pendugaan Proporsi Keluarga Miskin Di kabupaten Jember Jawa Timur) Etis Sunandi 1), Khairil A Notodiputro 2), Anik

Lebih terperinci

PEMBANDINGAN METODE ML DAN REML DALAM METODE SEBLUP UNTUK MENDUGA PROPORSI DENGAN MATRIKS QUEEN CONTIGUITY. (Skripsi) Oleh DELLA DESIYANA

PEMBANDINGAN METODE ML DAN REML DALAM METODE SEBLUP UNTUK MENDUGA PROPORSI DENGAN MATRIKS QUEEN CONTIGUITY. (Skripsi) Oleh DELLA DESIYANA PEMBANDINGAN METODE ML DAN REML DALAM METODE SEBLUP UNTUK MENDUGA PROPORSI DENGAN MATRIKS QUEEN CONTIGUITY (Skripsi Oleh DELLA DESIYANA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) Pada Pendugaan Area Kecil

Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) Pada Pendugaan Area Kecil Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased M. Adi Sidauruk, Dian Kurniasari, Widiarti Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Lampung E-mail:

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PENDUGAAN AREA KECIL (SMALL AREA ESTIMATION) PADA PENENTUAN PROPORSI RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN KLUNGKUNG

PENERAPAN METODE PENDUGAAN AREA KECIL (SMALL AREA ESTIMATION) PADA PENENTUAN PROPORSI RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN KLUNGKUNG E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.3, Agustus 2013, 35-39 ISSN: 2303-1751 PENERAPAN METODE PENDUGAAN AREA KECIL (SMALL AREA ESTIMATION) PADA PENENTUAN PROPORSI RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN KLUNGKUNG PUTU

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN KECAMATAN CIBINONG SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERAN KECAMATAN CIBINONG SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERAN KECAMATAN CIBINONG SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BOGOR Isnina Wahyuning Sapta Utami (isnina@ut.ac.id) Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka ABSTRACT The aims of this study

Lebih terperinci

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Arahan Pemanfaatan Daya Dukung Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor... (Kurniasari dkk.) ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR (Direction of Using Carrying Capacity Agricultural

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial Sumberdaya Manusia Data yang diperoleh dari Factor Score sebanyak 11 data. Ada 3 faktor yang terkait dengan tingkat pendidikan guru mengajar

Lebih terperinci

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun Data dan informasi perencanaan pembangunan daerah yang terkait dengan indikator kunci penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana yang diinstruksikan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pendugaan Pengeluaran Per Kapita

HASIL DAN PEMBAHASAN Pendugaan Pengeluaran Per Kapita HASIL DAN PEMBAHASAN Pendugaan Pengeluaran Per Kapita Kabupaten Jember terdiri dari 247 desa/kelurahan. 14.17% dari jumlah tersebut atau 35 desa/kelurahan terpilih sebagai contoh dalam susenas 2008, dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA

PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA PERBANDINGAN METODE MKT, LTS, WIN, DAN THEIL PADA PENDUGAAN PARAMETER REGRESI APABILA GALATNYA MENYEBAR EKSPONENSIAL HELGA ARINA PRAMUDITYA STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENDUGAAN AREA KECIL TERHADAP PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN PENDEKATAN KERNEL SKRIPSI

PENDUGAAN AREA KECIL TERHADAP PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN PENDEKATAN KERNEL SKRIPSI PENDUGAAN AREA KECIL TERHADAP PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN PENDEKATAN KERNEL SKRIPSI Disusun Oleh : BITORIA ROSA NIASHINTA 24010211120021 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi merupakan analisis untuk mendapatkan hubungan dan model matematis antara variabel dependen (Y) dan satu atau lebih variabel independen

Lebih terperinci

Kusman Sadik Departemen Statistika FMIPA Institut Pertanian Bogor ABSTRACT

Kusman Sadik Departemen Statistika FMIPA Institut Pertanian Bogor ABSTRACT Forum Statistika dan Komputasi, Vol. 14, No. 2, 2009 ISSN : 0853-8115 METODE PREDIKSI TAK-BIAS LINEAR TERBAIK DAN BAYES BERHIRARKI UNTUK PENDUGAAN AREA KECIL BERDASARKAN MODEL STATE SPACE (Best Linear

Lebih terperinci

PENDUGAAN AREA KECIL TERHADAP ANGKA MELEK HURUF DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN METODE EMPIRICAL BAYES BERBASIS MODEL BETA-BINOMIAL

PENDUGAAN AREA KECIL TERHADAP ANGKA MELEK HURUF DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN METODE EMPIRICAL BAYES BERBASIS MODEL BETA-BINOMIAL PENDUGAAN AREA KECIL TERHADAP ANGKA MELEK HURUF DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN METODE EMPIRICAL BAYES BERBASIS MODEL BETA-BINOMIAL Norlatifah 1), Gandhi Pawitan 2), Enny Supartini 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL DENGAN METODE RESTRICTED MAXIMUM LIKELIHOOD (REML) abang Semarang SKRIPSI.

ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL DENGAN METODE RESTRICTED MAXIMUM LIKELIHOOD (REML) abang Semarang SKRIPSI. ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL DENGAN METODE RESTRICTED MAXIMUM LIKELIHOOD (REML) abang Semarang PT Jasa Marga ro) C SKRIPSI Disusun Oleh : ISNI RAKHMI DIANTI J2E 006 018 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI 2-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Tingkat pendidikan Anak di Kabupaten Semarang)

PEMODELAN REGRESI 2-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Tingkat pendidikan Anak di Kabupaten Semarang) PEMODELAN REGRESI 2-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Tingkat pendidikan Anak di Kabupaten Semarang) SKRIPSI Oleh: DYAN ANGGUN KRISMALA NIM: J2E 009 040 JURUSAN

Lebih terperinci

BOOTSTRAP SPATIAL EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION UNTUK PEMETAAN KEMISKINAN TINGKAT DESA DI KABUPATEN PATI

BOOTSTRAP SPATIAL EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION UNTUK PEMETAAN KEMISKINAN TINGKAT DESA DI KABUPATEN PATI TESIS SS14 501 BOOTSTRAP SPATIAL EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION UNTUK PEMETAAN KEMISKINAN TINGKAT DESA DI KABUPATEN PATI DUTO SULISTIYONO NRP. 1314 01 710 DOSEN PEMBIMBING Dr. Dra. Ismaini Zain,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT TAHUN ANGGARAN 205 KODE PENDAPATAN DAERAH 2 3 4 5 = 4 3 URUSAN WAJIB 5,230,252,870,000 5,84,385,696,000 584,32,826,000 0 PENDIDIKAN 0 0 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN. Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2.

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN. Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2. ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2 1) Program Studi Statistika, FMIPA Universitas Diponegoro 2) Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB LANDASAN TEORI. Metode Kuadrat Terkecil Persamaan regresi linier yang biasa didefinisikan dengan menggunakan metode pendugaan parameter Ordinary Least Square (OLS), secara umum dapat dituliskan :

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Vol. 14, No. 1, 93-99, Juli 2017 Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Nurhasanah Abstrak Regresi berganda dengan peubah bebas saling berkorelasi (multikolinearitas)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu analisis regresi, analisis regresi multilevel, model regresi dua level, model regresi tiga

Lebih terperinci

PENGARUH PENDUGAAN RAGAM PENARIKAN CONTOH PADA SMALL AREA ESTIMATION

PENGARUH PENDUGAAN RAGAM PENARIKAN CONTOH PADA SMALL AREA ESTIMATION PENGARUH PENDUGAAN RAGAM PENARIKAN CONTOH PADA SMALL AREA ESTIMATION Anang Kurnia Khairil A. Notodiputro Departemen Statistika - IPB Center for Statistics and Public Opinions 1. Pendahuluan Otonomi daerah

Lebih terperinci

(DS.4) MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES UNTUK ANALISIS DATA KEMISKINAN

(DS.4) MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES UNTUK ANALISIS DATA KEMISKINAN (DS.4) MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES UNTUK ANALISIS DATA KEMISKINAN Safaat Yulianto 1, Anik Djuraidah 2, Aji Hamim Wigena 2 1Akademi Statistika Muhammadiyah Semarang 2Jurusan Statistika, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB PEMBENTUKAN MODEL SPASIAL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB (Studi Kasus : Kemiskinan di Jawa Tengah) SKRIPSI Disusun Oleh : IRAWATI TAMARA NIM. 24010212120002 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI

PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP PERAIRAN UMUM DARATAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI BERGANDA DAN MODEL DURBIN SPASIAL SKRIPSI Disusun Oleh : PUJI RETNOWATI 24010212130049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Statistik area kecil (small area statistics) saat ini telah menjadi perhatian para statistisi dunia secara sangat serius. Telah banyak penelitian yang dikembangkan

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, ahun 2015, Halaman 977-986 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENERAPAN MEODE EMPIRICAL BES LINEAR UNBIASED PREDICION (EBLUP)

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 101-110 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada tiga indikator kemiskinan yang digunakan, Pertama Head Count Index (HCI- P0) yaitu persentase penduduk yang dibawah garis

Lebih terperinci

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) 3.1 Data Spasial Data spasial memuat informasi tentang atribut dan informasi lokasi. Sedangkan data bukan spasial (aspatial data) hanya memuat informasi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GALAT SPASIAL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GALAT SPASIAL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GALAT SPASIAL SKRIPSI Oleh: OCTAFINNANDA UMMU FAIRUZDHIYA 24010210130057 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Regresi Spasial untuk Menentuan Faktorfaktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Regresi Spasial untuk Menentuan Faktorfaktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Statistika, Vol. 12 No. 1, 1 8 Mei 2012 Regresi Spasial untuk Menentuan Faktorfaktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Anik Djuraidah dan Aji Hamim Wigena Departemen Statistika FMIPA-IPB, Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 168 176 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN PENDUGA ORDINARY LEAST SQUARES (OLS) DAN GENERALIZED LEAST SQUARES (GLS) PADA MODEL REGRESI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Bogor, terdapat 80 desa yang tergolong pada desa tertinggal berdasarkan kriteria indeks desa tertinggal (IDT)

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENGARUH MIXED DISTRIBUTION PADA PENDEKATAN QUASI-LIKELIHOOD DALAM MODEL LINEAR 1)

PENGARUH MIXED DISTRIBUTION PADA PENDEKATAN QUASI-LIKELIHOOD DALAM MODEL LINEAR 1) PENGARUH MIXED DISTRIBUTION PADA PENDEKATAN QUASI-LIKELIHOOD DALAM MODEL LINEAR 1) Anang Kurnia Departemen Statistika FMIPA IPB Jl. Meranti, Wing 22 Level 4 Kampus IPB Darmaga, Bogor Email: anangk@ipb.ac.id

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada pembahasan kali ini akan diuraikan langkah-langkah dalam melakukan

BAB III PEMBAHASAN. Pada pembahasan kali ini akan diuraikan langkah-langkah dalam melakukan BAB III PEMBAHASAN Pada pembahasan kali ini akan diuraikan langkah-langkah dalam melakukan pemodelan menggunakan Spatial Autoregressive Model dan Matriks pembobot spasial Rook Contiguity. Langkah-langkah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: DBD, Efek Spasial, Spatial Autoregressive (SAR).

ABSTRAK. Kata kunci: DBD, Efek Spasial, Spatial Autoregressive (SAR). Judul Nama Pembimbing : Pemodelan Penyebaran Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Denpasar dengan Metode Spatial Autoregressive (SAR) : Ni Made Surya Jayanti : 1. I Wayan Sumarjaya, S.Si., M.Stats.

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 204.468 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 134 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2004 memiliki luas wilayah 2.301,95 kilometer persegi

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSFORMASI BOX COX UNTUK MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS DALAM MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA SKRIPSI DESRI KRISTINA S

ANALISIS TRANSFORMASI BOX COX UNTUK MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS DALAM MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA SKRIPSI DESRI KRISTINA S ANALISIS TRANSFORMASI BOX COX UNTUK MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS DALAM MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA SKRIPSI DESRI KRISTINA S 070803055 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Pelanggaran Asumsi Normalitas Model Multilevel Pada Galat Level yang Lebih Tinggi. Bertho Tantular 1)

Pelanggaran Asumsi Normalitas Model Multilevel Pada Galat Level yang Lebih Tinggi. Bertho Tantular 1) Pelanggaran Asumsi Normalitas Model Multilevel Pada Galat Level yang Lebih Tinggi S-28 Bertho Tantular 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Statistika FMIPA UNPAD berthotantular@gmail.com Abstrak Secara umum model

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

Kata kunci : LISA, Moran I, Spatial Autocorrelation. Abstract

Kata kunci : LISA, Moran I, Spatial Autocorrelation. Abstract Jurnal Edukasi, Volume 1 No.2, Oktober 2015 ISSN. 2443-0455 ANALISIS SPASIAL AUTOKORELASI PADA DATA PERSENTASE WANITA PERNAH KAWIN DAN TIDAK PERNAH MENGGUNAKAN ALAT / CARA KB DI PROVINSI LAMPUNG Risdiana

Lebih terperinci

SKRIPSI WANDA SURIANTO

SKRIPSI WANDA SURIANTO ANALISIS PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS PADA MODEL REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI WANDA SURIANTO 120803034 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENAKSIRAN PARAMETER µ DAN σ PADA DISTRIBUSI NORMAL MENGGUNAKAN METODE BAYES DAN MAKSIMUM LIKELIHOOD SKRIPSI SUNARTO URJOYO PURBA

PENAKSIRAN PARAMETER µ DAN σ PADA DISTRIBUSI NORMAL MENGGUNAKAN METODE BAYES DAN MAKSIMUM LIKELIHOOD SKRIPSI SUNARTO URJOYO PURBA PENAKSIRAN PARAMETER µ DAN σ PADA DISTRIBUSI NORMAL MENGGUNAKAN METODE BAYES DAN MAKSIMUM LIKELIHOOD SKRIPSI SUNARTO URJOYO PURBA 09083005 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

DESAIN SAMPLING UNTUK PEMODELAN SPATIAL. Bertho Tantular Departemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran

DESAIN SAMPLING UNTUK PEMODELAN SPATIAL. Bertho Tantular Departemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran ISBN : 978.62.36.2. DESAIN SAMPLING UNTUK PEMODELAN SPATIAL Bertho Tantular Departemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran berthotantular@gmail.com ABSTRAK. Desain sampling bergantung pada banyak

Lebih terperinci

PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN DATA PANEL UNTUK MENDUGA INDEKS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWAKARTA

PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN DATA PANEL UNTUK MENDUGA INDEKS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWAKARTA PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN DATA PANEL UNTUK MENDUGA INDEKS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWAKARTA FEBRIYANI EKA SUPRIATIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G651044054 SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur

BAB I PENDAHULUAN. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur yang digunakan dalam pengumpulan, penyajian, analisis dan interpretasi data. Statistika

Lebih terperinci

DATA DAN METODE PENELITIAN

DATA DAN METODE PENELITIAN 8 DATA DAN METODE PENELITIAN Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data yang dibangkitkan dari simulasi dan data riil yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik(BPS),

Lebih terperinci

Leuwiliang Leuwisadeng 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Tenjolaya 070 Ciomas 070 Ciomas

Leuwiliang Leuwisadeng 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Tenjolaya 070 Ciomas 070 Ciomas LAMPIRAN 16 Lampiran 1 Daftar Kecamatan yang mengalami pemecahan dan perubahan wilayah Tahun 1996 Tahun 1999 Tahun 2003 Tahun 2006 Kode Kecamatan Kode Kecamatan Kod Kecamatan Kode Kecamatan e 020 Leuwiliang

Lebih terperinci

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL ROOK CONTIGUITY UNTUK PEMODELAN GINI RATIO DI INDONESIA TAHUN 2014.

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL ROOK CONTIGUITY UNTUK PEMODELAN GINI RATIO DI INDONESIA TAHUN 2014. Spatial Autoregressive Model... (Lailatul Syaadah) 1 SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL ROOK CONTIGUITY UNTUK PEMODELAN GINI RATIO DI INDONESIA TAHUN 214 Jurnal Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

Teknik Ensemble dengan Additive Noise pada Estimasi Parameter Model Autoregressive Spasial

Teknik Ensemble dengan Additive Noise pada Estimasi Parameter Model Autoregressive Spasial SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Teknik Ensemble dengan Additive Noise pada Estimasi Parameter Model Autoregressive Spasial Sulistiyaningsih 1, Dewi Retno Sari Saputro 2, Purnami Widyaningsih

Lebih terperinci

MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS

MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS (Studi Kasus Produksi Jagung di Indonesia) Oleh VICTOR SATRIA SAPUTERA M0112089 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

Kata Kunci: Autokorelasi, Heteroskedastisitas, Metode Kuadrat Terkecil, Metode Newey West

Kata Kunci: Autokorelasi, Heteroskedastisitas, Metode Kuadrat Terkecil, Metode Newey West Judul : Penerapan Metode Newey West dalam Mengoreksi Standard Error ketika Terjadi Heteroskedastisitas dan Autokorelasi pada Analisis Regresi Nama : Zakiah Nurlaila NIM : 1208405019 Pembimbing : 1. Made

Lebih terperinci

PENDUGA RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI DAN KOEFISIEN KURTOSIS PADA PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA

PENDUGA RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI DAN KOEFISIEN KURTOSIS PADA PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA PENDUGA RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI DAN KOEFISIEN KURTOSIS PADA PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA oleh FATIMAH MUTIARA SARI M0111032 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI Oleh : IPA ROMIKA J2E004230 PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci