Kata kunci: Nilam, Potyvirus, kultur meristem apikal, perlakuan air panas. Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci: Nilam, Potyvirus, kultur meristem apikal, perlakuan air panas. Abstract"

Transkripsi

1 53 VI. ELIMINASI TeMV PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN NILAM DENGAN KULTUR MERISTEM APIKAL DAN PERLAKUAN AIR PANAS *) (Elimination of TeMVCausing Mosaic Diseases in Patchouli Plants Using Apical Meristem Culture and Hot Water Treatment) Abstrak Minyak nilam merupakan salah satu bahan baku parfum multifungsi yang bernilai tinggi. Budidaya dan pengembangan tanaman nilam terkendala oleh infeksi Potyvirus (TeMV) yang menyebabkan penyakit mosaik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bibit nilam bebas virus dengan metode kultur meristem apikal dan perlakuan perendaman air panas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman nilam yang diperbanyak dari kultur meristem apikal (berukuran mm) menghasilkan % tanaman bebas virus. Namun, perendaman setek batang nilam didalam air panas bersuhu 50 60⁰C selama10 30 menit tidak dapat mengeliminasi TeMV yang menginfeksi tiga varietas nilam yang diuji. Berdasarkan daya tumbuh setek batang, nilam varietas Tapak Tuan dan Lhokseumawe lebih toleran terhadap perlakuan air panas dibandingkan Sidikalang, tetapi toleransinya semakin menurun seiring semakin lama waktu perendaman. Berdasarkan hasil penelitian ini, teknik kultur meristem apikal berpotensi untuk menghasilkan tanaman nilam bebas virus. Kata kunci: Nilam, Potyvirus, kultur meristem apikal, perlakuan air panas. Abstract Patchouli oil is one of high value multifunction perfume s raw materials. One important constraint during patchouli plant cultivation is infection of Potyvirus (TeMV) causing serious mosaic disease. This study was conducted to develop a technique for producing virus-free plants using apical meristem tissue culture and hot water treatment. The results showed that patchouli plants propagated from apical meristem (0.5 to 1.0 mm in size) culture were 33.3 to 90.9% virus-free. However, hot water treatment of stem cutting at 50-60⁰C for minutes were not able to eliminate TeMV from three patchouli varieties tested. Based on plant growth performance, Lhokseumawe and Tapak Tuan varieties were more tolerant to hot water treatment than Sidikalang, but its growing ability was decrease along with the increasing subimmersion time. Based on this research result, apical meristem culture technique had a good potential to produce virusfree patchouli plants. Key words: Patchouli, Potyvirus, apical meristem culture, hot water treatment. *) Telah dipublikasikan di Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 18 Nomor 1, ISSN:

2 54 Pendahuluan Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) telah dilaporkan dapat terinfeksi oleh beberapa jenis virus yaitu Patchouli mosaic virus (PaMV), Tobacco necrosis virus (TNV), Patchouli mild mosaic virus (PaMMV), Patchouli mottle virus (PaMoV), Patchouli virus X (PatVX) dan Peanut stripe virus (PStV) (Natsuaki et al. 1994, Meissner Filho et al. 2002, Hartono 2008, Singh et al. 2009). Di India, kejadian penyakit pada tanaman nilam mencapai 76% (Sastry dan Vasanthakumar 1981). Tiga varietas nilam yaitu Sidikalang, Lhokseumawe, dan Tapak Tuan dilaporkan juga telah terinfeksi oleh Potyvirus yang menginduksi gejala mosaik yaitu TeMV (Noveriza et al. 2012a). Potyvirus adalah kelompok virus yang secara alami dapat ditularkan dan disebarkan oleh kutudaun (Irwin 1999). Namun demikian, cara penyebaran utama yang terjadi di lapangan adalah melalui bahan tanaman yang terinfeksi. Hal ini menyebabkan tingginya kejadian penyakit mosaik pada tanaman nilam di daerahdaerah sentra produksi nilam di Indonesia (Hartono dan Subandiyah 2006, Noveriza et al. 2012a). Oleh sebab itu, penggunaan bibit yang sehat menjadi sangat penting dalam pengendalian virus pada tanaman nilam. Bila menggunakan bahan tanaman yang bebas dari infeksi virus sebagai sumber bibit, maka tanaman yang dibudidayakan diharapkan dapat berproduksi sesuai potensi genetiknya. Untuk mendapatkan tanaman bibit bebas virus maka perlu dilakukan usaha eliminasi virus dari tanaman terinfeksi. Pada berbagai jenis tanaman dilaporkan telah berhasil dilakukan eliminasi virus melalui beberapa metode, di antaranya kultur meristem (Golino et al. 1998), terapi pemanasan (Leonhardt et al. 1998), dan penggunaan antiviral sintetik (Budiarto et al. 2008). Pada metode kultur meristem dipilih bagian jaringan yang belum terinvasi patogen, yaitu bagian apikal dan ditumbuhkan menjadi tanaman lengkap yang sehat dalam media buatan. Teknik tersebut sudah berhasil diterapkan pada tanaman kentang untuk mengeliminasi virus (Quak 1972). Selain untuk mengeliminasi virus, metode tersebut juga dipakai dalam perbanyakan tanaman secara cepat (Goodwin et al. 1980). Meristem apikal yang masih bebas patogen umumnya berukuran sangat kecil untuk beberapa jenis tanaman sehingga teknik kultur meristem merupakan teknik yang relatif sulit dilakukan (Brown et al.1988). Upaya mengatasi hal tersebut dilakukan oleh Gunaeni dan Karjadi (2008) dengan menggabungkan teknik kultur meristem apikal dan penambahan bahan antivirus yaitu ribavirin (5 mg/liter) dan berhasil mengeliminasi Potato leaf roll virus (PLRV), Potato virus X (PVX), Potato virus Y (PVY) dan Potato virus S (PVS) dari tanaman kentang terinfeksi. Teknik eliminasi virus lain yang relatif lebih mudah dan murah dilakukan dibandingkan dengan teknik kultur meristem apikal adalah dengan perlakuan pemanasan. Metode pemanasan untuk tujuan eliminasi virus dapat diterapkan berdasarkan fakta bahwa multiplikasi virus sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terutama suhu yang tinggi. Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa laju multiplikasi virus mengalami penurunan pada kisaran suhu 35⁰-43⁰C (Converse dan Tanne 1984). Namun demikian, toleransi jaringan tanaman terhadap suhu tinggi akan menjadi faktor pembatas dalam aplikasi metode ini. Persentase tanaman hidup pasca terapi umumnya semakin kecil seiring dengan meningkatnya suhu pemanasan (Lozoya-Saldana dan Merlin-Lara 1984). Namun,

3 55 optimalisasi waktu, suhu atau perendaman, bisa membuat perlakuan air panas berguna untuk menghilangkan virus terutama untuk tanaman tahunan atau tanaman dengan perbanyakan vegetatif seperti tebu dan krisan (Damayanti et al. 2010). Hasil pengujian pendahuluan menggunakan tanaman nilam varietas Sidikalang menunjukkan bahwa setek batang nilam masih dapat tumbuh setelah direndam dalam suhu diatas 50⁰C tetapi tidak untuk setek pucuk (data tidak ditampilkan). Penelitian dilakukan untuk mendapat bibit nilam bebas virus dengan metode kultur meristem apikal dan perendaman air panas. Bahan dan Metode Penelitian dilakukan mulai Januari sampai Desember 2010 di Laboratorium Virologi Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor dan di Rumah Kaca, Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat di Bogor. Penelitian terdiri atas dua kegiatan yaitu : (1) Eliminasi TeMV pada setek nilam dengan kultur meristem apikal, dan (2) Eliminasi TeMV pada setek batang nilam dengan perendaman air panas. Eliminasi TeMV pada Tanaman Nilam dengan Kultur Meristem Apikal Eksplan yang digunakan adalah pucuk tanaman nilam varietas Sidikalang, Lhokseumawe, dan Tapak Tuan yang terinfeksi TeMV berdasarkan adanya gejala mosaik pada daun nilam. Potongan pucuk meristem apikal nilam berukuran 3-5 mm dibersihkan berturut-turut dengan air mengalir (30 menit), air sabun (10 menit), larutan fungisida (30 menit), dan beberapa kali dengan akuades. Sterilisasi permukaan dilakukan dengan merendam pucuk apikal tersebut berturut-turut dalam larutan 70% etanol selama 3 menit, 0.2% HgCl selama 1 menit, 1% sodium hipoklorida selama 1 menit, dan dibilas dengan akuades steril. Kultur Meristem Apikal Secara In Vitro Meristem apikal dikulturkan berdasarkan metode Sugimura et al. (1995). Isolasi meristem dilakukan secara aseptik di bawah mikroskop untuk memotong eksplan dengan ukuran mm. Regenerasi plantlet dari meristem apikal secara in vitro dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama inisiasi pucuk dengan menginkubasi eksplan pada media MS yang ditambahkan 0.5 mg/l 6- benzylaminopurine (BAP) selama 4 minggu (Hadipoentyanti et al. 2007). Tahapan proliferasi pucuk dilakukan dengan memindahkan kultur pada media MS yang ditambahkan 0.5 mg/l BAP, kemudian diinkubasi pada suhu 28ºC selama 8-10 minggu di bawah cahaya ( lux) secara terus-menerus. Bahan yang digunakan dalam perlakuan adalah 3 varietas nilam (Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan) dan 2 tipe eksplan (meristem apikal dan batang terminal). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 10 kali. Parameter yang diamati adalah persentase pertumbuhan tunas, waktu inisiasi tunas, tinggi tunas, warna tunas dan persentase tanaman yang terinfeksi Potyvirus. Untuk pertumbuhan akar, kultur dipindahkan pada media MS tanpa zat pengatur tumbuh dan diinkubasi selama 3 minggu di bawah cahaya ( lux) terus-menerus. Plantlet yang dihasilkan diaklimatisasi dalam pot yang berisi campuran sekam dan kompos [1:1

4 56 (v/v)] yang sudah disterilkan dan diinkubasi pada ruangan dengan kelembaban tinggi selama 3 minggu, kemudian dipindahkan ke polibeg selama 2 bulan. Tanaman nilam hasil kultur jaringan dikonfirmasi bebas Potyvirus dengan uji serologi enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Verifikasi Infeksi TeMV pada Tanaman Nilam Hasil Kultur Jaringan Deteksi TeMV pada sampel daun dari tanaman nilam hasil kultur jaringan dilakukan dengan Indirect-ELISA menggunakan antiserum Potyvirus mengikuti metode DSMZ (Clark dan Adams 1977). Pertama-tama disiapkan cairan ekstrak tanaman sakit dengan menggerus daun nilam (0.2 g) dalam 1 ml bufer coating yang mengandung 0.05 M DIECA. Sebanyak 100 µl cairan ekstrak diisikan pada lubang plat mikrotiter dan diinkubasi pada suhu 4 C selama semalam. Setelah dicuci dengan PBS-T (bufer fosfat ditambah Tween-20) sebanyak 5 kali, lubang plat selanjutnya diisi dengan 100 µl larutan 2% skim milk dalam PBS-T dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Selanjutnya lubang plat mikrotiter diisi 100 µl antiserum Potyvirus (DSMZ), dengan pengenceran 1/1 000 dalam bufer konjugat dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 2-4 jam. Setelah dicuci dengan PBS-T, lubang plat diisi dengan 100 µl konjugat RaM-AP, yang diencerkan 1/1 000 dalam bufer konjugat, dan diinkubasi selama 2 jam pada suhu 37⁰C. Setelah dicuci dengan PBS-T, lubang plat diisi dengan substrat p- nitrophenyl fosfat dan diinkubasi selama menit pada suhu ruang. Selanjutnya hasil ELISA diukur nilai absorbansinya menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 405 nm. Eliminasi TeMV pada Tanaman Nilam dengan Perlakuan Perendaman Air Panas Bahan tanaman adalah tanaman nilam (varietas Sidikalang, Lhokseumawe, dan Tapak Tuan) yang terinfeksi TeMV (diverifikasi dengan ELISA) yang diambil dari Kebun Cimanggu-Bogor. Sebagai bahan pengujian digunakan setek batang nilam berukuran ± 10 cm ( 1 buku) dan diameter batang ± 0.4 cm. Perlakuan air panas diuji dengan merendam setek nilam di dalam air panaspada 3 tingkat suhu (50ºC, 55ºC dan 60ºC) dan 3 tingkat waktu perendaman (10, 20, dan 30 menit). Sebagai pembanding adalah setek batang tanaman sakit tanpa perlakuan air panas. Setelah perlakuan, setek ditanam di dalam polibeg yang berisi campuran media tanah dan pupuk kandang [2:1 (v/v)]. Tanaman nilam dipelihara selama 8 minggu, dan pengamatan dilakukan setiap minggu terhadap pertumbuhan tinggi setek dan daun yang bergejala mosaik. Keberadaan TeMV dalam tanaman yang tidak bergejala mosaik dikonfirmasi dengan uji serologi menggunakan teknik Indirect ELISA seperti diuraikan sebelumnya.

5 57 Hasil dan Pembahasan Hasil Eliminasi TeMV pada Tanaman Nilam dengan Kultur Jaringan Meristem Apikal Kultur jaringan meristem apikal tanaman nilam varietas Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan berhasil dilakukan pada media MS yang ditambah BAP 0.5 mg/l. Dengan media ini, dalam waktu 21 hari, dapat terinduksi sekitar 40 tunas berwarna hijau. Keberhasilan pertumbuhan tunas kultur meristem apikal yang tertinggi terjadi pada varietas Tapak Tuan (90%), diikuti berturut-turut oleh varietas Sidikalang (71.43%) dan varietas Lhokseumawe (69.23%). Demikian pula, periode inisiasi tunas tercepat terjadi pada varietas Tapak Tuan (14 hari), diikuti berturut-turut oleh varietas Lhokseumawe (17 hari) dan Sidikalang (21 hari). Berdasarkan pengukuran tinggi tunas, terjadi perbedaan yang nyata antara varietas Tapak Tuan dengan kedua varietas lainnya (Tabel 6.1). Hasil yang berbeda diperoleh bila jenis eksplan yang digunakan berasal dari batang terminal (bukan meristem apikal). Pertumbuhan tunas hanya terjadi pada varietas Sidikalang sedangkan kedua varietas lainnya tidak tumbuh sama sekali (Tabel 6.1). Secara visual terlihat bahwa awalnya jaringan eksplan menjadi berwarna coklat, kemudian lama kelamaan membusuk dan akhirnya mati. Hal ini mengindikasikan bahwa kultur jaringan yang berasal dari batang terminal varietas Sidikalang lebih mudah tumbuh jika dibandingkan dengan kedua varietas lainnya, oleh karena itu perlu pengembangan teknik kultur jaringan menggunakan eksplan batang terminal agar dapat diterapkan untuk berbagai varietas tanaman nilam. Tabel 6.1 Kondisi pertumbuhan kultur jaringan nilam (varietas Sidikalang, Lhokseumawe, dan Tapak Tuan) asal meristem apikal dan batang terminal pada media MS yang ditambah BAP 0,5 mg/l. Jenis Eksplan Varietas Periode Persentase Tinggi Inisiasi Warna Pertumbuhan Tunas Tunas Tunas Tunas (cm) (hari) Meristem Sidikalang (10/14)* c** Hijau Apikal Lhokseumawe (9/13) c Hijau Tapak Tuan (18/20) b Hijau Batang Sidikalang (2/13) a Hijau Terminal Lhokseumawe 0.00 (0/10) 0 0 d Tapak Tuan 0.00 (0/10) 0 0 d *) Rasio antara jumlah eksplan bertunas dan jumlah eksplan yang ditumbuhkan. **) Angka yang dikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DNMRT 5%. Secara visual, pertumbuhan tunas dari eksplan meristem apikal pada varietas Tapak Tuan terlihat lebih cepat dan lebih baik dibandingkan kedua varietas lainnya (Gambar 6.1).

6 58 Gambar 6.1 Pertumbuhan tunas meristem apikal dan batang terminal nilam (9 minggu setelah transplan) pada media MS yang ditambah BAP 0.5 mg/l: A. varietas Sidikalang, B. varietas Lhokseumawe, C. varietas Tapak Tuan. Sebagai pembanding adalah varietas Sidikalang yang berasal dari eksplan batang terminal (D). Tanaman nilam hasil kultur jaringan dari eksplan meristem apikal yang berukuran mm, masih terinfeksi TeMV berkisar antara 9.0% sampai 66.7% (Tabel 6.2). Tabel 6.2 Persentase tanaman nilam hasil kultur jaringan meristem apikal yang bebas TeMV berdasarkan uji ELISA. Jenis Eksplan Varietas Persentase tanaman yang bereaksi negatif Meristem Apikal Sidikalang 66.7 (8/12)* Lhokseumawe 90.9 (10/11) Tapak Tuan 33.3 (9/27) Batang Terminal (Kontrol) Sidikalang 0.0 (0/7) *) Rasio antara jumlah sampel yang negatif dan jumlah sampel tanaman yang diuji. Plantlet yang diperoleh dari eksplan batang terminal (bukan meristem apikal) menunjukkan gejala mosaik dan berdasarkan hasil ELISA terbukti bahwa tanaman tersebut 100% terinfeksi TeMV. Hasil tersebut membuktikan bahwa infeksi TeMV pada tanaman nilam bersifat sistemik. Eliminasi TeMV pada Tanaman Nilam dengan Perlakuan Air Panas Pengujian pendahuluan menggunakan setek batang dan pucuk varietas Sidikalang yang diberi perlakuan air panas menunjukkan bahwa setek batang tersebut masih dapat tumbuh setelah direndam pada suhu diatas 50⁰C tetapi setek pucuk tidak dapat tumbuh (data tidak dipublikasikan). Pada penelitian ini digunakan setek batang nilam yang memperlihatkan gejala mosaik yang

7 59 disebabkan oleh TeMV. Setelah perlakuan air panas pada tiga tingkat suhu dan tiga tingkat waktu perendaman disimpulkan bahwa setek batang nilam varietas Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan yang terinfeksi oleh TeMV dapat bertahan hidup setelah direndam dalam air panas pada suhu 50⁰C, namun tidak mampu bertahan pada suhu yang lebih tinggi. Varietas Sidikalang tidak dapat tumbuh jika waktu perendaman di atas 10 menit, sedangkan kedua varietas lainnya masih dapat tumbuh setelah dilakukan perendaman pada suhu 50⁰C selama 20 menit dan 30 menit. Daya tumbuh setek nilam semakin menurun seiring semakin lamanya waktu perendaman (Gambar 6.2). Hal ini menunjukkan perbedaan tingkat toleransi tanaman terhadap suhu tinggi. Dari ketiga varietas nilam yang diuji, Sidikalang mempunyai tingkat toleransi yang lebih rendah. Varietas Sidikalang Daya tumbuh setek (%) Tinggi Setek (cm) K A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 Varietas Lhokseumawe K A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 Varietas Tapak Tuan K A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 Perlakuan air panas Gambar 6.2 Daya tumbuh dan tinggi setek batang nilam varietas Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan setelah perlakuan perendaman air panas pada tiga tingkat suhu (A= 50⁰C, B= 55⁰C, C= 60⁰C) dan tiga tingkat waktu perendaman (1= 10 menit, 2= 20 menit, 3= 30 menit). Sebagai pembanding adalah setek batang nilam tanpa perlakuan air panas (K).Pengukuran dilakukan 2 bulan setelah perlakuan air panas.

8 60 Perlakuan perendaman setek batang nilam varietas Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan yang terinfeksi oleh TeMV pada suhu 50⁰C selama 10 menit belum mampu mengeliminasi virus, tetapi dapat mempertahankan daya tumbuh (viabilitas) setek nilam % dan memperlambat munculnya gejala. Hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya gejala mosaik pada daun dari setek batang nilam sampai tanaman berumur 2 bulan setelah persemaian, tetapi munculnya gejala mosaik lebih lama dibandingkan setek batang pada tanpa perlakuam air panas. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan air panas mampu memperlambat munculnya gejala mosaik pada tanaman nilam. Jadi mungkin titik inaktivasi TeMV nilam lebih tinggi dari suhu 50⁰C. Pembahasan Hadipoentyanti et al. (2008) melaporkan bahwa media MS dengan penambahan BAP 0.5 mg/l merupakan media terbaik untuk induksi tunas nilam. BAP merupakan zat pengatur tumbuh sitokinin yang berpengaruh pada proses proliferasi tunas, pemecah dormansi, dapat meningkatkan pembelahan sel, tetapi menghambat terbentuknya akar (Tjandra 2000). Secara visual, pertumbuhan tunas dari eksplan meristem apikal pada varietas Tapak Tuan terlihat lebih cepat dan lebih baik dibandingkan kedua varietas lainnya (Gambar 6.1). Nuryani et al. (2003) dan Nuryani (2005) melaporkan bahwa pertumbuhan dan produktivitas tanaman nilam varietas Tapak Tuan di lapangan lebih tinggi bila dibandingkan dengan varietas Lhokseumawe dan Sidikalang. Selain itu, ketiga varietas tersebut mempunyai keunggulan yang berbeda-beda yaitu varietas Tapak Tuan unggul dalam hal produksi dan kadar patchouli alkohol, varietas Lhokseumawe mengandung kadar minyak tinggi, dan varietas Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda. Tanaman nilam hasil kultur jaringan dari eksplan meristem apikal yang berukuran mm, masih terinfeksi TeMV berkisar antara 9.0% sampai 66.7%. Hal ini menunjukkan bahwa teknik ini masih perlu ditingkatkan, antara lain dengan memperkecil ukuran eksplan meristem apikal untuk mendapatkan tanaman nilam hasil kultur meristem apikal yang 100% bebas virus. Visessuwan et al. (1988) menyatakan bahwa dengan ukuran meristem apikal tebu mm diperoleh 88% tanaman bebas virus. Langhans et al. (1977) menyarankan bahwa ukuran eksplan meristem apikal mm merupakan paling optimal dalam menghasilkan eskplan bebas virus pada tanaman krisan. Sugimura et al. (1995) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan nilam bebas PaMMV adalah dengan ukuran meristem apikal yang optimum yaitu mm, sedangkan menurut Singh et al. (2009), jaringan meristem berukuran mm yang paling baik untuk menghasilkan tanaman nilam bebas PStV. Walaupun begitu, teknik ini sudah dapat digunakan untuk mengembangkan tanaman nilam yang bebas virus dengan memanfaatkan tanaman nilam dari hasil kultur meristem apikal (terbukti bebas virus) sebagai tanaman induk atau sebagai tanaman sumber benih dan kemudian dapat diperbanyak. Tanaman nilam bebas virus yang sudah diperbanyak harusnya disimpan pada rumah kawat kedap serangga, karena berdasarkan hasil penelitian Noveriza et al. (2012b) bahwa Aphis gossypii terbukti efisien menularkan TeMV pada tanaman nilam secara non-persisten.

9 61 Virus menyebar di dalam tanaman dari sel ke sel melalui plasmodesmata (jarak pendek) dan melalui jaringan pembuluh floem (jarak panjang). Pada tanaman yang rentan, virus akan sangat cepat menyebar dari jaringan yang terinfeksi ke seluruh bagian tanaman melalui floem. Penggunaan metode kultur meristem apikal sangat potensial sebagai upaya untuk eliminasi virus yang menginfeksi secara sitemik karena proliferasi sel-sel meristem apikal lebih cepat dibandingkan penyebaran virus. Selain itu, pada sel-sel meristem apikal belum ada plasmodesmata (Nurhajati Matjjik, komunikasi pribadi). Menurut Barahima (2003) regenerasi tunas meristem apikal menghasilkan plantlet bebas virus dapat terjadi karena proliferasi sel-sel meristem tunas apikal lebih cepat dibandingkan dengan penyebaran partikel virus, sehingga setiap saat terdapat sel-sel yang belum terinvasi virus. Plantlet yang dihasilkan dari sel-sel yang tidak terinvasi virus menghasilkan planlet bebas virus. Sastry dan Vasanthakumar (1981) menyatakan bahwa setek berakar (rooted cutting) nilam (P. patchouli Pellet) kultivar Malaysia masih dapat bertahan hidup pada perlakuan air panas dengan suhu berkisar antara 40⁰-45⁰C, serta pada perlakuan udara panas 50⁰C. Menurut Lozoya-Saldana dan Merlin- Lara (1984), derajat toleransi tanaman terhadap suhu tinggi merupakan faktor pembatas dalam aplikasi metode perlakuan air panas. Meskipun demikian, perlakuan air panas sudah lama digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman. Perlakuan air panas (HWT) efektif menghilangkan patogen dari umbi, dan penyakit sereh dari tebu (Minket al.1998). Menurut Copes dan Blythe (2009), perendaman setek batang azalea (Rhododendron) pada air panas suhu 50⁰C selama 21 menit efektif untuk mengeliminasi Rhizoctonia AG P (anastomosis group P). Selain itu, perlakuan air panas pada suhu 50⁰C selama 30 menit efektif mengeliminasi cendawan patogen dan endofit pada jaringan setek anggur (Crous et al. 2001). Setelah buah anggur dicuci dengan larutan klorin dan direndam dalam air panas suhu 45⁰C selama 8 menit dapat mempertahankan kualitas anggur selama 4 minggu (Kou et al. 2009). Berdasarkan hasil penelitian Sutrawati (2009), perlakuan perendaman air panas pada suhu 58⁰C selama 40 menit dapat menginaktifkan Pineapple mealybug wiltassociated virus yang menginfeksi tanaman nanas dan daya tumbuh setek daun serta batang nanas masih dapat tetap dipertahankan (60%). Hal ini sesuai dengan penelitian Damayanti et al. (2010), titik inaktivasi suhu untuk Sugarcane streak mosaic virus (SCSMV) adalah antara 55ºC sampai 60ºC, dan lebih tinggi dari titik suhu kematian tanaman tebu. Semua perlakuan panas tidak sepenuhnya menghilangkan SCSMV, namun HWT pada suhu 53ºC selama 10 menit secara drastis mengurangi keparahan penyakit dan tetap menjaga viabilitas tanaman 100%. Menurut Balamuralikrishnan et al. (2003), panas juga bisa menyebabkan inaktivasi virus pada awal fase yang mengakibatkan penurunan titer Sugarcane mosaic virus (SCMV). Mungkin hal ini yang bisa menjelaskan kenapa HWT dapat memperlambat munculnya gejala mosaik pada nilam. Untuk melakukan teknik kultur jaringan meristem apikal tanaman nilam dengan ukuran yang lebih kecil dari 0.5 mm cukup sulit, oleh sebab itu pada penelitian selanjutnya mungkin dapat disarankan untuk menggabungkan teknik kultur jaringan dan perlakuan air panas pada suhu yang toleran untuk jaringan nilam. Bahan eksplan yang digunakan adalah batang terminal (bukan meristem apikal) dari tanaman sakit yang sudah disterilisasi dan diberi perlakuan

10 62 perendaman air panas dahulu pada 50⁰C selama 10 menit sebelum ditumbuhkan pada media MS yang telah ditambah BAP 0.5 mg/l. Menurut Balamuralikrishnan et al. (2003) bahwa HWT pada suhu 55ºC dengan lama waktu perendaman antara 20 sampai 30 menit mungkin perlakuan yang terbaik untuk mendapatkan sumber kultur meristem dengan keparahan terendah. El-Nasr et al. (1989) melaporkan bahwa SCMV bisa dihilangkan (dieliminasi) dengan HWT pada suhu 55ºC dan 57ºC yang kemudian diikuti dengan melakukan kultur meristem, sehingga seri HWT adalah efektif dalam eliminasi virus (Benda et al., 1989). Jadi penurunan awal dari titer virus dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan tanaman bebas virus dengan kultur meristem. Selain itu, HWT juga telah lama digunakan untuk mendapatkan tanaman hasil propagasi yang bebas patogen. Dengan menggunakan kombinasi antara teknik kultur jaringan dan kemoterafi dengan HWT efektif mengeliminasi hampir semua patogen (Mink et al. 1998). Kim et al. (2003) melaporkan bahwa HWT pada 75⁰C selama 72 jam dan pada 85⁰C selama 24 jam mampu mengnonaktifkan Cucumber green mottle mosaic virus (CGMMV) pada biji mentimun. Begitu juga dengan bawang putih yang ditumbuhkan pada suhu 36⁰C selama 30 dan 40 hari menghasilkan 51% dan 50% plantlet yang bebas Garlic yellow streak virus (GYSV), dan hampir semua plantlet tanaman bebas virus jika waktu pemanasan ditingkatkan menjadi 60 hari (Conci dan Nome, 1991). Simpulan Kultur jaringan meristem apikal berhasil digunakan untuk mengeliminasi TeMV pada tanaman nilam (varietas Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan).Tanaman nilam yang diperbanyak dari kultur meristem apikal berukuran mm menghasilkan % tanaman bebas virus. Perendaman setek batang nilam didalam air panas pada suhu 50 60⁰C dan lama waktu perendaman menit tidak dapat mengeliminasi TeMV yang menginfeksi ketiga varietas nilam yang diuji, tetapi dapat memperlambat munculnya gejala. Hasil ini mengindikasikan bahwa teknik kultur meristem apikal berpotensi untuk menghasilkan setek nilam yang bebas virus. Daftar Pustaka Balamuralikhrishnan M, Doraisamy S, Ganapathy T, Viswanathan R Impact of serial thermotherapy on Sugarcane mosaic virus titre and regeneration in sugarcane. Arch Phytopathol.and Plant Protect. 36: Barahima WP Eliminasi Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SPFMV) pada empat kultivar Ubijalar unggul local asal Papua melalui teknik kultur meristem. Bul. Agron. 31(3): Benda GTA, Mock RG, Gillaspie AG Control of sugarcane mosaic by serial heat treatment II. The pattern of cure at high temperature. Sugar Cane 2:6-10

11 Brown CR, Kwiatkowski S, MartinMV, Thomas PE Eradication of PVS from Potato Clones Through Excisions of Meristems from In Vitro, Heat Treated Shoot Tips. Am. Potato J. 65: Budiarto K, Sulyo Y, Rahardjo IB, Pramanik S Pengaruh Durasi Pemanasan terhadap Keberadaan Chrysanthemum Virus-B pada Tiga Varietas Hrisan Terinfeksi. J. Hort. 18(2): Clark MF, Adams AN Characteristics of the microplate method of enzymelinked immunosorbent assay for the detection of plant viruses. Journal of General Virology 34: Conci V, Nome SF Virus free garlic (Allium sativum L) plants obtained by thermotherapy and meristem tip culture. J. Phytopathology 132: Converse RH, Tanne E Heat Therapy and Stolon Apex Culture to Eliminate Mild Yellow-edge Virus from Hood Strawberry. Phytopathol. 74: Copes WE, Blythe EK Chemical and hot water treatments to control Rhizoctonia AG P infesting stem cuttings of azalea. Hort. Science 44(5): Crous PW, Swart L, Coertze S The effect of hot water treatment on fungi occurring in apparently healthy grapevine cuttings. Phytopathol. Mediterr. 40(S): Damayanti TA, Putra LK, Giyanto Hot water treatment of cutting cane infected with Sugarcane streak mosaic virus (SCSMV). J. ISSAAS 16(2): El-Nasr AMA, Fahmy FG, Fushdi MA Elimination of sugarcane mosaic disease by tissue culture and hot water treatment. Asian J. Agric. Sci. 20: Golino DA, Sim ST, Grzegorezyk W, Rowhani A Optimizing tissue culture protocols used for virus elimination in grapevines. American Journal of Ecology and Viticulture 49(4): Goodwin PB, Kim YC, Adisarwanto T Propagation of shoot tip culture and shoot multiplication. Potato Res. 23: Gunaeni N, Karjadi AK Kultur meristem dan antiviral ribavirin pada tanaman kentang. J. Agrivigor 7(2): Hadipoentyanti E, Amalia, Nursalam Effect of growth regulator 2,4 D and BAP to in vitro Callus and Shoots induce on Patchouli (Pogostemon cablin Benth) var. Sidikalang. Proceeding International Seminar on Essential Oil ISMECRI. Jakarta. hlm Hadipoentyanti E, Amalia, Sirait N, Hartati SY, Suhesti S Perakitan Varietas Tahan Nilam terhadap Penyakit Layu Bakteri.Prosiding Konferensi Minyak Atsiri. Surabaya. hlm Hartono S, Subandiyah S Pemurnian dan deteksi serologi Patchouli mottle virus pada tanaman nilam. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 12(2): HartonoS Karakterisasi virus mottle pada tanaman nilam di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pengendalian Terpadu Organisme Pengganggu Tanaman Jahe dan Nilam. Bogor-4 Nopember Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor. Tidak dipublikasi. 63

12 64 Irwin ME Implication of movement in developing and deploying integrated pest management strategies. Agricultural and Forest Meteorology 97: Kim SM, Nam SH, Lee JM, Yim KO, Kim KH Destruction of Cucumber green mottle mosaic virus by heat treatment and rapid detection of virus inactivation by RT-PCR. Molecules and cells 16: Kou L, Luo Y, Ding W, Liu X, Conway W Hot water treatment in combination with rachis removal and modified atmosphere packaging maintains quality of table grapes. HortScience 44(7): Langhans RW, Horst RK, Earle ED Diseases-free plants via tissue culture propogation. HortScince. 12: Leonhardt W, Wawrosch Ch, AuerA, Kopp B Monitoring of virus diseases in Austrian grapevine varieties and virus elimination using in vitro thermotherapy. Plant Cell Tissue and Organ Culture 52: Lozoya-Saldana H, Merlin-Lara O Thermotherapy and Tissue Culture for Elimination of Potato Virus X (PVX) in Mexican Potato Cultivars Resistant to Late Blight. Am. Potato J. 61: Meissner Filho PE, Resende R de O, Lima MI, Kitajima EW Patchouli virus X, a new potexvirus from Pogostemon cablin. Ann. Appl. Biol. 141: Mink GI, Wample R, Howell WE Heat treatment of perennial plants to eliminate phytoplasmas, viruses, and viroids while maintaining plant survival. In Plant Virus disease control, edited by Hadidi A, Khetarpal RK, Koganezawa H St.Paul (US): American Phytopatology Society Press Natsuaki KT, Tomaru K, Ushiku S, Ichikawa Y, Sugimura Y, Natsuaki T, Okuda S, Teranaka M Characteristic of two viruses isolated from patchouli in Japan. Plant Dis. 78: Noveriza R, Suastika G, Hidayat SH, Kartosuwondo U. 2012a. Identification of a Potyvirus associated with mosaic disease on patchouli plants in Indonesia. J. ISSAAS 18(1): Noveriza R, Suastika G, Hidayat SH, Kartosuwondo U. 2012b. Penularan Potyvirus penyebab penyakit mosaik pada tanaman nilam melalui vektor Aphis gossypii. Jurnal Fitopatologi Indonesia 8(3): Nuryani Y, Hobir, Syukur C Status pemuliaan tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.). Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat XV(2): Nuryani Y Pelepasan varietas unggul nilam. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 11 (1):1-3. Quak F The treatment and substances inhibity, virus multiplication in meristem culture to obtain virus free plant. Ad. Hort. Sci. : Sastry KS, Vasanthakumar T Yellow mosaic of patchouli (Pogostemon patchouli) in India. Current Science 50(17): Singh MK, Chandel V, Hallan V, Ram R, Zaid AA Occurrence of Peanut stripe virus on patchouli and raising of virus-free patchouli plants by meristem tip culture. Journal of Plant Diseases and Protection 116(1):2 6,

13 65 Sugimura Y, Padayhag BF, Ceniza MS, Kamata N, Eguchi S, Natsuaki T, Okuda S Essential oil production increased by using virus free patchouli plants derived from meristem-tip culture. Plant Pathology 44: Sutrawati M Eliminasi PMWaV (Pineapple mealybug wilt-associated virus) dari jaringan tanaman nanas melalui perlakuan air panas dan ribavirin. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tjandra A Pengaruh konsentrasi BAP dan Calsium pathothenate terhadap Calla lily (Zantedeschia rehmanii) secara in vitro dan presentase tumbuh planlet di lapangan. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Visessuwan R, Korpraditskul W, Attathom S, Klinkong S Production of Virus-Free Sugarcane by Tissue Culture. Kasetsart J. (Nat. Sci. Suppl.) 22:30-60.

ELIMINASI Potyvirus PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN NILAM DENGAN KULTUR MERISTEM APIKAL DAN PERLAKUAN AIR PANAS PADA SETEK BATANG

ELIMINASI Potyvirus PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN NILAM DENGAN KULTUR MERISTEM APIKAL DAN PERLAKUAN AIR PANAS PADA SETEK BATANG Jurnal Littri 18(3), September 2012 Hlm. 107-114 ISSN 0853-8212 RITA NOVERIZA et al. : Eliminasi Potyvirus penyebab penyakit mosaik pada tanaman nilam dengan kultur meristem apikal ELIMINASI Potyvirus

Lebih terperinci

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper, Kampus Dramaga Bogor 16680

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper, Kampus Dramaga Bogor 16680 PENGARUH INFEKSI VIRUS MOSAIK TERHADAP PRODUKSI DAN KADAR MINYAK TIGA VARIETAS NILAM Rita Noveriza 1), Gede Suastika 2), Sri Hendrastuti Hidayat 2) dan Utomo Kartosuwondo 2) 1) Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

EFISIENSI PENULARAN VIRUS MOSAIK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin. Benth) MELALUI SERANGGA Myzus persicae

EFISIENSI PENULARAN VIRUS MOSAIK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin. Benth) MELALUI SERANGGA Myzus persicae EFISIENSI PENULARAN VIRUS MOSAIK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin. Benth) MELALUI SERANGGA Myzus persicae NINING TRIANI THAMRIN Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Lebih terperinci

DETEKSI POTYVIRUS PADA NILAM (Pogostemon Cablin (BLANCO) BENTH) DENGAN TEKNIK ELISA DI SULAWESI TENGGARA

DETEKSI POTYVIRUS PADA NILAM (Pogostemon Cablin (BLANCO) BENTH) DENGAN TEKNIK ELISA DI SULAWESI TENGGARA JURNAL AGROTEKNOS Maret 2014 Vol. 4 No. 1. Hal 53-57 ISSN: 2087-7706 DETEKSI POTYVIRUS PADA NILAM (Pogostemon Cablin (BLANCO) BENTH) DENGAN TEKNIK ELISA DI SULAWESI TENGGARA Detection of Potyvirus on Patchouli

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Uji serologi ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian serta pembacaan nilai absorban

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Cikabayan dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Tentang Kultur Jaringan

Tentang Kultur Jaringan Tentang Kultur Jaringan Kontribusi dari Sani Wednesday, 13 June 2007 Terakhir diperbaharui Wednesday, 13 June 2007 Kultur Jaringan Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman

Lebih terperinci

STERILISASI ORGAN DAN JARINGAN TANAMAN

STERILISASI ORGAN DAN JARINGAN TANAMAN Laporan Pratikum Dasar-Dasar Bioteknologi Tanaman Topik 3 STERILISASI ORGAN DAN JARINGAN TANAMAN Oleh : Arya Widura Ritonga ( A2405682 ) Agronomi dan Hortikultura 20 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA KOMPONEN PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT MOSAIK BERGARIS (Sugarcane Streak Mosaic Virus) PADA TEBU

KAJIAN BEBERAPA KOMPONEN PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT MOSAIK BERGARIS (Sugarcane Streak Mosaic Virus) PADA TEBU KAJIAN BEBERAPA KOMPONEN PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT MOSAIK BERGARIS (Sugarcane Streak Mosaic Virus) PADA TEBU Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT ` ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP Anna Rufaida 1, Waeniaty 2, Muslimin 2, I Nengah Suwastika 1* 1 Lab.Bioteknologi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri dari 2 percobaan yaitu: 1. Pengaruh konsentrasi BA dan varietas pisang (Ambon Kuning dan Raja Bulu)

Lebih terperinci

OPTIMASI KOMBINASI NAA, BAP DAN GA 3 PADA PLANLET KENTANG SECARA IN VITRO

OPTIMASI KOMBINASI NAA, BAP DAN GA 3 PADA PLANLET KENTANG SECARA IN VITRO Jurnal Galung Tropika, September 01, hlmn. - OPTIMASI KOMBINASI NAA, BAP DAN GA PADA PLANLET KENTANG SECARA IN VITRO Siti Halimah Larekeng (sitihh_@yahoo.com) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman,

Lebih terperinci

Produksi Benih Sintetik Hasil Embrio Somatik Tebu (Saccharum officinarum) Unggul Bebas Virus

Produksi Benih Sintetik Hasil Embrio Somatik Tebu (Saccharum officinarum) Unggul Bebas Virus Produksi Benih Sintetik Hasil Embrio Somatik Tebu (Saccharum officinarum) Unggul Bebas Virus Peneliti : 1) Dr. Ir. Parawita Dewanti,MP 2) Prof. Dr. Ir. Bambang Sugiharto,M.Sc 3) Hardian Susilo Addy,S.P.,M.P.,Ph.D

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan sejak Februari 2011 sampai Agustus 2011. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Institut Pertanian Bogor di Cikabayan, Dramaga dan Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun Bogor dikenal sebagai salah satu daerah sentra pertanian khususnya tanaman hortikultura seperti buah-buahan, cabai, tomat, kacang panjang,

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN DALAM PERBANYAKAN TANAMAN BEBAS VIRUS

KAJIAN PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN DALAM PERBANYAKAN TANAMAN BEBAS VIRUS KAJIAN PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN DALAM PERBANYAKAN TANAMAN BEBAS VIRUS Arie Hapsani Hasan Basri Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan ABSTRACT Provision of plant seeds to production processes is

Lebih terperinci

AKLIMATISASI PLANLET TEBU PS 864 PASCA ENKAPSULASI ABSTRAK

AKLIMATISASI PLANLET TEBU PS 864 PASCA ENKAPSULASI ABSTRAK AKLIMATISASI PLANLET TEBU PS 864 PASCA ENKAPSULASI Martua Ferry Siburian 1, Fitri Damayanti 2 1,2 Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta email korespondensi: ferrysiburian79@gmail.com ABSTRAK Keberhasilan

Lebih terperinci

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4 Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4 1. Benih Kentang terdiri dari : (a) Benih dari biji (TPS) (b) Stek mikro (dalam botol kultur) (c) Umbi mikro (umbi kecil dalam botol kultur) (d) Stek

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Hama dan Penyakit dan rumah kaca Balai penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Bogor; pada bulan Oktober

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyakit Layu Nanas di Sentra Produksi Nanas Jawa Barat

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyakit Layu Nanas di Sentra Produksi Nanas Jawa Barat HASIL DAN PEMBAHASAN Penyakit Layu Nanas di Sentra Produksi Nanas Jawa Barat Pengamatan penyakit layu pada tanaman nanas telah dilakukan di sentra produksi nanas di Jawa Barat yaitu di Desa Bunihayu, Kec.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kisaran Inang Potyvirus Isolat Nilam Bogor Tanaman nilam sakit banyak terdapat di daerah Bogor yang memperlihatkan gejala mosaik dengan ciri-ciri hampir sama dengan yang pernah diutarakan

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 155 PENYAKIT BUDOK DAN PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth) Sukamto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Tanaman

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN NILAM DAN IDENTIFIKASI Telosma mosaic virus YANG BERASOSIASI SERTA PENGENDALIANNYA RITA NOVERIZA

PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN NILAM DAN IDENTIFIKASI Telosma mosaic virus YANG BERASOSIASI SERTA PENGENDALIANNYA RITA NOVERIZA PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN NILAM DAN IDENTIFIKASI Telosma mosaic virus YANG BERASOSIASI SERTA PENGENDALIANNYA RITA NOVERIZA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH PISANG dan STRAWBERI

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH PISANG dan STRAWBERI TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH PISANG dan STRAWBERI Definisi Kultur jaringan : teknik mengisolasi bagian tanaman (sel,jaringan, organ) dan menanamnya dalam media buatan dalam botol tertutup serta lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

PRODUKSI BIBIT JERUK KEPROK (Citrus reticulata) DAN JERUK SIAM (Citrus sinensis) SECARA IN-VITRO YANG BEBAS PENYAKIT CVPD DI SULAWESI TENGGARA

PRODUKSI BIBIT JERUK KEPROK (Citrus reticulata) DAN JERUK SIAM (Citrus sinensis) SECARA IN-VITRO YANG BEBAS PENYAKIT CVPD DI SULAWESI TENGGARA 136 PRODUKSI BIBIT JERUK KEPROK (Citrus reticulata) DAN JERUK SIAM (Citrus sinensis) SECARA IN-VITRO YANG BEBAS PENYAKIT CVPD DI SULAWESI TENGGARA Oleh: Teguh Wijayanto ABSTRACT Citrus Vein Phloem Degeneration

Lebih terperinci

Pengaruh Durasi Pemanasan terhadap Keberadaan Chrysanthemum Virus-B pada Tiga Varietas Krisan Terinfeksi

Pengaruh Durasi Pemanasan terhadap Keberadaan Chrysanthemum Virus-B pada Tiga Varietas Krisan Terinfeksi Budiarto, K. et al.: Pengaruh Durasi Pemanasan thd. Keberadaan Chrysanthemum Virus-B (CVB)... J. Hort. 18(2):185-192, 2008 Pengaruh Durasi Pemanasan terhadap Keberadaan Chrysanthemum Virus-B pada Tiga

Lebih terperinci

Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar Granola

Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar Granola J. Hort. 18(4):380-384, 2008 Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar Granola Karjadi, A.K. dan Buchory A. Balai Penelitian Tanaman Sayuran,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO Effect of IAA and BAP on Growth of Patchouli (Pogestemon cablin Benth) In Vitro Muhammad Hatta*, Mardhiah Hayati

Lebih terperinci

Perbanyakan Tunas Mikro Pisang Rajabulu (Musa AAB Group) dengan Eksplan Anakan dan Jantung

Perbanyakan Tunas Mikro Pisang Rajabulu (Musa AAB Group) dengan Eksplan Anakan dan Jantung Perbanyakan Tunas Mikro Pisang Rajabulu (Musa AAB Group) dengan Eksplan Anakan dan Jantung Micropropagation of Banana cv. Rajabulu (Musa AAB Group) by using Sucker and Inflorescense as Explants Andri Ernawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis sangat tinggi. Apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara (Subiyakto,

Lebih terperinci

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT ISSN 1411939 PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT Trias Novita Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor Kutudaun Aphis craccivora yang dipelihara dan diidentifikasi berasal dari pertanaman kacang panjang, sedangkan A. gossypii berasal dari pertanaman cabai.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 14 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai

Lebih terperinci

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1 Ilmu Pertanian Vol. 12 No.1, 2005 : 51-55 PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE Yekti Maryani 1, Zamroni 1 ABSTRACT The study on crisan s

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK ( Pogostemon cablin Benth) Oleh Agung Mahardhika, SP ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN PEMBAGIAN KULTUR JARINGAN Kultur organ (kultur meristem, pucuk, embrio) Kultur kalus Kultur suspensi sel Kultur protoplasma Kultur haploid ( kultur anther,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Virus Terbawa Benih Uji serologi menggunakan teknik deteksi I-ELISA terhadap delapan varietas benih kacang panjang yang telah berumur 4 MST menunjukkan bahwa tujuh varietas

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan 12 menjadi planlet/tanaman. Hormon NAA cenderung menginduksi embrio somatik secara langsung tanpa pembentukan kalus. Embrio somatik yang dihasilkan lebih normal dan mudah dikecambahkan menjadi planlet/tanaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B1 12 067 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perbanyakan tanaman cabai secara in vitro dapat dilakukan melalui organogenesis ataupun embriogenesis. Perbanyakan in vitro melalui organogenesis dilakukan dalam media MS dengan penambahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk Bahan tanam awal (eksplan) merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro. Eksplan yang baik untuk digunakan

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

TEKNIK PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN KENTANG (Solanum tubeosum L)

TEKNIK PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN KENTANG (Solanum tubeosum L) No. 014, Juni 2017 (Tanggal diunggah 6 Juni 2017) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar TEKNIK PERBANYAKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pengaruh Auksin (2,4 D) Dan Air Kelapa Terhadap Induksi Kalus Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Saat ini, manggis merupakan salah

Lebih terperinci

PENGARUH BAP TERHADAP PERTUMBUHAN JAHE EMPRIT (Zingiber officinale Rosc. var. amarun) DALAM KULTUR IN VITRO

PENGARUH BAP TERHADAP PERTUMBUHAN JAHE EMPRIT (Zingiber officinale Rosc. var. amarun) DALAM KULTUR IN VITRO ISSN 110-1939 PENGARUH BAP TERHADAP PERTUMBUHAN JAHE EMPRIT (Zingiber officinale Rosc. var. amarun) DALAM KULTUR IN VITRO [THE EFFECT OF BAP ON GROWTH OF GINGER (Zingiber officinale Rosc. var. amarun)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas atau Pineapple bukan tanaman asli Indonesia Penyebaran nanas di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pengisi di lahan pekarangan, lambat laun meluas

Lebih terperinci

KULTUR JARINGAN DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L)

KULTUR JARINGAN DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L) No. 008, Maret 2016 (Tanggal diunggah 11 Maret 2016) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikar di Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar KULTUR

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboraturium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

KULTUR MERISTEM PUCUK STROBERI (Fragaria chiloensis dan F. Vesca) DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH SKRIPSI OLEH:

KULTUR MERISTEM PUCUK STROBERI (Fragaria chiloensis dan F. Vesca) DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH SKRIPSI OLEH: KULTUR MERISTEM PUCUK STROBERI (Fragaria chiloensis dan F. Vesca) DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH SKRIPSI OLEH: LYDIA R SIRINGORINGO 060307026 BDP- PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI PEMULIAAN

Lebih terperinci

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010 No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010 Perakitan Varietas dan Teknologi Perbanyakan Benih secara Massal (dari 10 menjadi 1000 kali) serta Peningkatan Produktivitas Bawang merah (Umbi dan TSS) (12

Lebih terperinci

KULTUR JARINGAN TANAMAN

KULTUR JARINGAN TANAMAN KULTUR JARINGAN TANAMAN Oleh : Victoria Henuhili, MSi Jurdik Biologi victoria@uny.ac.id FAKULTAS MATEMATIKA DA/N ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 Kultur Jaringan Tanaman Pengertian

Lebih terperinci

Potensi Minyak Atsiri untuk Mengendalikan Potyvirus pada Tanaman Nilam. Potential of Essential Oil to Control Potyvirus on Patchouli Plant

Potensi Minyak Atsiri untuk Mengendalikan Potyvirus pada Tanaman Nilam. Potential of Essential Oil to Control Potyvirus on Patchouli Plant ISSN: 2339-2479 Volume 9, Nomor 2, April 2013 Halaman 53 58 DOI: 10.14692/jfi.9.2.53 Potensi Atsiri untuk Mengendalikan Potyvirus pada Tanaman Nilam Potential of Essential Oil to Control Potyvirus on Patchouli

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Perbanyakan P. citrophthora dan B. theobromae dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

Lebih terperinci

Sigti Fatimah Syahid dan Ika #ariska2) ABSTRACT

Sigti Fatimah Syahid dan Ika #ariska2) ABSTRACT Poster 6-385 KULTUR MARISTEM PADA TANW TEMBAKAU Sigti Fatimah Syahid dan Ika #ariska2) ABSTRACT Tobacco Mosaic Virus (TMV) is one of important diseases of tobacco which sould reduce the yield and qualitity

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Kondisi Umum Penelitian Eksplan buku yang membawa satu mata tunas aksilar yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tunas adventif yang berumur 8 MST. Tunas adventif disubkultur

Lebih terperinci

PENGUMBIAN IN VITRO KENTANG GRANOLA. In Vitro Propagation of Granola Potato (Solanum Tuberosum L.)

PENGUMBIAN IN VITRO KENTANG GRANOLA. In Vitro Propagation of Granola Potato (Solanum Tuberosum L.) Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXVIII Nomor 1 April 013 (33-38) P: ISSN 015-55 E: ISSN 59-7960 PENGUMBIAN IN VITRO KENTANG GRANOLA In Vitro Propagation of Granola Potato (Solanum Tuberosum L.) Elfiani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vanilla planifolia Andrews atau panili merupakan salah satu tanaman industri yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting peranannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor )

Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor ) Ir. Lilik Koesmihartono Putra, M.AgSt (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) Tahun-3 1. Konstruksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten. Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) The Effect of Explants Type and Growth Regulators Composition

Lebih terperinci

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc. PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc. PENDAHULUAN Metode kultur jaringan juga disebut dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

INDUKSI TUNAS PISANG ROTAN [Musa sp. ( AA Group.)] DARI EKSPLAN BONGGOL ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA SECARA IN VITRO

INDUKSI TUNAS PISANG ROTAN [Musa sp. ( AA Group.)] DARI EKSPLAN BONGGOL ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA SECARA IN VITRO SKRIPSI INDUKSI TUNAS PISANG ROTAN [Musa sp. ( AA Group.)] DARI EKSPLAN BONGGOL ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA SECARA IN VITRO Oleh: Erni Noviana 11082200690 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) G2 varietas

Lebih terperinci

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati SERANGGA HAMA Di lapang Di gudang Menyerang benih dengan kadar air masih tinggi Mampu menyerang benih berkadar air rendah Serangga hama di penyimpanan dibedakan

Lebih terperinci

Deteksi Molekuler dan Uji Penularan Fitoplasma Asal Rumput Bermuda

Deteksi Molekuler dan Uji Penularan Fitoplasma Asal Rumput Bermuda Hayati, Juni 2003, hlm. 66-70 ISSN 0854-8587 Vol. 10, No. 2 Deteksi Molekuler dan Uji Penularan Fitoplasma Asal Rumput Bermuda Molecular Detection and Transmission Studies of Phytoplasma Originated from

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE

PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE Agus Ruhnayat 1) dan Muhammad Syakir 2) 1) Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

Lebih terperinci

TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants I. PENDAHULUAN

TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants I. PENDAHULUAN TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants Endin Izudin Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta Jl. Palagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang merupakan salah satu jenis tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanaman pisang memiliki ciri spesifik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman Pisang merupakan tanaman berbatang basah, biasanya mempunyai batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Tanaman pisang berakar serabut, akar-akar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap III. BAHAN DAN METODE Penelitian ini terdiri atas 2 percobaan, yaitu: 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap multiplikasi tunas pisang Kepok Kuning (genom ABB) eksplan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SETEK BERAKAR TERHADAP PERTUMBUHAN NILAM(Pogostemon cablin Benth)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SETEK BERAKAR TERHADAP PERTUMBUHAN NILAM(Pogostemon cablin Benth) Jurnal Littri 12(4), Desember MELATI, et 2006. al. : Hlm. Pengaruh 135 lama 139 penyimpanan setek berakar terhadap pertumbuhan nilam (Pogostemon cablin Benth) ISSN 0853-8212 PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SETEK

Lebih terperinci

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT INFEKSI Fusarium sp. PENYEBAB PENYAKIT LAPUK BATANG DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET Eko Heri Purwanto, A. Mazid dan Nurhayati J urusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai Keriting (Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa Konsentrasi BAP dan IAA

Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai Keriting (Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa Konsentrasi BAP dan IAA Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai Keriting (Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa Konsentrasi BAP dan IAA Growth and Development of In Vitro Curly Pepper (Capsicum annuum L.) in some Concentration

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan mulai Maret 2013

Lebih terperinci

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Serpong, Tangerang. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ISBN 979-95627-8-3 Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Penyusun Deden Sukmadjaja Ika Mariska Penyunting Karden Mulya Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

Repositori FMIPA UNISMA

Repositori FMIPA UNISMA Studi Pemberian NAA dan 2,4-D pada Stek Batang Pohon Terompet Kuning (Tabebuia aurea) Ahmad Syafi'i 1, Ari Hayati 2 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang Abstrak Stek batang lebih menguntungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu

Lebih terperinci

OPTIMASI MASA INDUKSI AKAR PADA KULTUR EXVITRO JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

OPTIMASI MASA INDUKSI AKAR PADA KULTUR EXVITRO JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) OPTIMASI MASA INDUKSI AKAR PADA KULTUR EXVITRO JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Linda Novita, Teuku Tajuddin, dan Minaldi Balai Pengkajian Bioteknologi- BPPT, Tangerang ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turi adalah tanaman leguminosa yang umumnya dimanfaatkan sebagai makanan ternak (pakan ternak). Tanaman leguminosa memiliki kandungan protein yang tinggi, begitu juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan sekarang disebut sebagai stroberi modern (komersial)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci