BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada umur, pengalaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada umur, pengalaman"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Karakteristik responden Unit analisis dalam penelitian ini adalah subak. Oleh karena itu, karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada umur, pengalaman berusahatani, mata pencaharian pokok, status dalam usahatani, dan tingkat pendidikan. Data hasil penelitian mengenai karakteristik petani sampel di wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Karakteristik Responden di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak Tahun 2012 No Uraian Subak Lodtunduh Subak Padanggalak 1 Umur (tahun) Umur produktif (%) Umur tidak produktif (%) 51,70 (26 sd 75) 86,67 13,33 56,17 (31 sd 80) 73,33 26,67 2 Pengalaman berusahatani 25,40 (5 sd 50) 30,37 (4 sd 60) (tahun) 3 Mata pencaharian pokok 96,67 56,67 sebagai petani (%) 4 Status dalam usahatani: Pemilik penggarap (%) Penyakap (%) 5 Tingkat pendidikan: Tidak sekolah (%) SD (%) SMP (%) SMA (%) Sarjana (%) 90,00 10,00 6,67 50,00 10,00 26,66 6,67 66,67 33,33 13,33 46,67 3,33 30,00 6,67 Berdasarkan data dalam Tabel 5.1 maka dapat diuraikan karakteristik responden di wilayah penelitian adalah sebagai berikut. 75

2 76 1. Umur responden Responden berada dalam dua kelompok usia, yaitu usia produktif dan usia tidak produktif. Rata-rata umur responden di Subak Lodtunduh (51,70 tahun) lebih muda dibandingkan dengan rata-rata umur responden di Subak Padanggalak (56,17 tahun). Umur responden di Subak Lodtunduh berkisar antara 26 sd 75 tahun, sedangkan umur responden di Subak Padanggalak berkisar antara 31 sd 80 tahun. Di Subak Lodtunduh, sebanyak 86,67% responden berada dalam usia produktif dan 13,33% responden dalam usia tidak produkstif. Sementara di Subak Padanggalak, jumlah responden yang berada dalam usia produktif sebanyak 73,33%. Sebaliknya, persentase responden yang berada dalam usia tidak produktif di Subak Padanggalak lebih tinggi dibandingkan di Subak Lodtunduh, yaitu 26,67%. 2. Pengalaman berusahatani Responden di daerah penelitian memiliki pengalaman berusahatani relatif lama. Pengalaman berusahatani di Subak Lodtunduh rata-rata selama 25,40 tahun. Waktu tersebut relatif lebih singkat dibandingkan dengan responden di Subak Padanggalak, yaitu 30,37 tahun. Hal ini sesuai dengan umur responden di Subak Lodtunduh lebih muda dibandingkan dengan di Subak Padanggalak. Pengalaman berusahatani dalam studi ini adalah lamanya petani melakukan kegiatan usahatani secara aktif di lahan sawah.

3 77 3. Mata pencaharian pokok Mata pencaharian pokok ditinjau berdasarkan jumlah waktu yang dicurahkan oleh petani dalam melakukan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup petani dan keluarganya. Hampir seluruh responden (96,67%) di Subak Lodtunduh memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani. Sementara itu, di Subak Padanggalak hanya 56,67% responden yang memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pada umumnya, responden di Subak Padanggalak bekerja sebagai buruh bangunan, berwirausaha, dan karyawan swasta. 4. Status petani Responden memiliki status yang berbeda, yaitu sebagai pemilik penggarap dan penyakap. Dalam kelompok penyakap terdapat penggarap berlahan sempit yang merangkap sebagai penyakap. Di Subak Lodtunduh, 90% responden sebagai pemilik penggarap, sedangkan jumlah pemilik penggarap di Subak Padanggalak hanya sebanyak 66,67%. Responden sebagai penyakap di Subak Padanggalak relatif besar (33,33%) dibandingkan dengan di Subak Lodtunduh. Pada umumnya penyakap di Subak Padanggalak berasal dari luar Subak Padanggalak, sedangkan penyakap di Subak Lodtunduh merupakan petani Subak Lodtunduh. 5. Tingkat pendidikan Dalam penelitian ini, yang dimaksud tingkat pendidikan responden adalah pendidikan formal. Tingkat pendidikan responden berkisar dari tidak sekolah hingga tamat pascasarjana. Di Subak Lodtunduh maupun di Subak Padanggalak, jumlah responden terbanyak memiliki tingkat pendidikan tamat SD, yaitu di

4 78 Subak Lodtunduh sebanyak 50,00% dan di Subak Padanggalak sebanyak 46,67%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan responden relatif masih rendah Deskripsi wilayah penelitian Deskripsi DI Kedewatan Penelitian ini dilakukan di DI Kedewatan. DI Kedewatan mengairi sawah di tiga kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, dan Kota Denpasar. DI Kedewatan merupakan satu dari dua daerah irigasi di Pulau Bali yang memiliki luas wilayah pada tahun 2012 seluas 3.012,63 ha (Pengamat DI Kedewatan, 2013). Pemeliharaan saluran irigasi di daerah irigasi yang memiliki luas lebih dari ha dilakukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah bertanggung jawab dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi utama (jaringan primer dan sekunder), sedangkan subak-subak dalam DI Kedewatan hanya bertanggung jawab dalam operasi dan pemeliharaan jaringan tersier. Menurut Sutawan (2008), sistem irigasi seperti ini disebut sistem irigasi dengan pengelolaan bersama, yaitu oleh pemerintah bersama-sama dengan subak ( jointly-managed irrigation system ). Jumlah subak dan jumlah penggarap di masing-masing kabupaten/kota di DI Kedewatan tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Jumlah Subak dan Luas Potensial Subak per Kabupaten/Kota di DI Kedewatan Tahun 2012 Nama kabupaten/kota Jumlah subak Luas potensial (ha) No (unit) 1 Kabupaten Badung ,07 2 Kota Denpasar ,84 3 Kabupaten Gianyar ,72 Jumlah ,63 Sumber: Pengamat DI Kedewatan (2012)

5 79 Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa DI Kedewatan mengairi 76 unit subak di tiga kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar. Jumlah subak terbanyak berada di Kabupaten Gianyar yaitu 51 unit subak dengan luas potensial sebesar 1.012,72 ha, sedangkan jumlah subak yang terendah adalah di Kota Denpasar yaitu sebanyak 11 unit dengan luas potensial sebesar 740,84 ha. Subak-subak tersebut tersebar dari hulu sampai hilir DI Kedewatan. Subak Lodtunduh (kotak berwarna hijau) berada di bagian hulu, sedangkan Subak Padanggalak (kotak berwarna kuning) berada di bagian hilir dalam DI Kedewatan (Gambar 5.1). Subak sebagai sebuah sistem memiliki jaringan irigasi atau fasilitas irigasi seperti bangunan dan saluran irigasi yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari sumber air sampai ke petak-petak sawah petani. Jaringan irigasi DI Kedewatan memiliki fasilitas sebagai berikut. 1. Saluran irigasi DI Kedewatan Saluran irigasi DI Kedewatan yang pengelolaannya menjadi wewenang pemerintah pusat meliputi saluran primer dan saluran sekunder. 2. Bangunan irigasi di DI Kedewatan Bangunan irigasi lainnya selain saluran irigasi di DI Kedewatan, terdiri atas: bendung, BB utama, dan BB sekunder. DI Kedewatan memperoleh air dari Bendung Kedewatan di Sungai Ayung. Skema jaringan irigasi DI Kedewatan disajikan pada Gambar 5.1.

6 80 Bendung Kedewatan Subak Lodtunduh Subak Padanggalak Gambar 5.1. Skema Jaringan Irigasi DI Kedewatan (Dinas PU Provinsi Bali, 2012)

7 81 Pada Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa Bendung Kedewatan merupakan sumber air di DI Kedewatan. Debit air di Bendung Kedewatan tahun 2001 sd 2012 berfluktuasi dalam setiap bulan dengan penurunan tertinggi pada MT1 (bulan Februari setengah bulan I) sebesar 42,50% dan MT2 (bulan September setengah bulan I) sebesar 47,15%. Debit air terendah terjadi pada tahun Di pihak lain, debit air setiap bulan yang tertinggi terjadi pada bulan Desember tahun 2001 sd 2012, kemudian urutan kedua adalah bulan Februari tahun 2001 sd Pada tahun 2011 dan 2012, debit air di Bendung Kedewatan setiap bulan relatif stabil. Perkembangan debit air di Bendung Kedewatan tahun 2001 sd 2012 hasil pencatatan Pengamat DI Kedewatan (2012) disajikan dalam bentuk gambar pada Gambar 5.2. Gambar 5.2. Debit Air di Bendung Kedewatan Tahun 2001 sd 2012 Pada Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa debit air pada tahun 2001 sd 2003 relatif tinggi dibandingkan tahun-tahun setelahnya. Sistem distribusi air irigasi di DI Kedewatan kepada subak-subak di wilayahnya dilakukan secara proporsional.

8 Deskripsi Subak Lodtunduh Subak Lodtunduh berada di wilayah Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, dengan batas wilayah: Sebelah Utara adalah Subak Gagalan, sebelah Timur adalah Subak Tebongkang, sebelah Selatan adalah Subak Kalangan Samu, dan sebelah Barat adalah Subak Bija. Di Kecamatan Ubud terdapat pos pencatatan curah hujan. Posisi pos ini adalah ' 19" S ' 42" E dengan ketinggian 325 m di atas permukaan laut. Pos ini merupakan pos pencatatan curah hujan yang terdekat dari Subak Lodtunduh, sehingga datanya dapat digunakan untuk mengetahui curah hujan di Subak Lodtunduh. Data BBMKG Wilayah III Denpasar (2013) tentang rata-rata curah hujan bulanan di wilayah Kecamatan Ubud tahun 2000 sd 2012 disajikan dalam bentuk gambar pada Gambar 5.3. Bulan Gambar 5.3. Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Wilayah Kecamatan Ubud Tahun 2000 sd 2012 (BBMKG Wilayah III Denpasar, 2013) Pada Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa rata-rata curah hujan relatif tinggi mulai bulan November dan tertinggi terjadi pada bulan Januari, kemudian yang

9 83 kedua adalah pada bulan Februari. Di pihak lain, curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus hingga mencapai di bawah 100 mm. Selain curah hujan, hal lain yang perlu diketahui adalah untuk kegiatan usahataninya, Subak Lodtunduh memperoleh air irigasi dari Sungai Yeh Lauh. Luas lahan Subak Lodtunduh sebesar 25 ha. Subak Lodtunduh tidak dibagi kedalam tempek atau munduk karena anggota dan luas lahan relatif kecil. Struktur organisasi Subak Lodtunduh sangat sederhana, seperti yang disajikan pada Gambar 5.4. Pekaseh Wakil Pekaseh Anggota Gambar 5.4. Struktur Organisasi Subak Lodtunduh (Subak Lodtunduh, 2013) Pembagian tugas di Subak Lodtunduh adalah sebagai berikut. 1. Pekaseh (kelian subak). Pekaseh bertugas memimpin kegiatan dalam subak. Tugas pekaseh berkaitan dengan lima fungsi subak, yaitu memimpin alokasi, pendistribusian, dan pinjam air irigasi; memimpin gotong royong pemeliharaan fasilitas subak khususnya saluran irigasi, mengelola penggunaan sumberdaya subak, menyelenggarakan penyelesaian konflik jika ada konflik, menyampaikan informasi dari pemerintah kepada anggota subak, memimpin penyelenggaraan kegiatan ritual, mengadakan koordinasi dengan lembaga lain.

10 84 2. Wakil pekaseh (petajuh). Wakil pekaseh bertugas mendampingi pekaseh dalam menjalankan tugasnya. Di Subak Lodtunduh, istri wakil pekaseh bertugas memimpin istri anggota subak dalam mempersiapkan sarana upacara di tingkat subak. Dalam penyelenggaraan kegiatan ritual, istri anggota subak mempersiapkan sesajen, sedangkan anggota subak mempersiapkan isi sesajen (terkait daging ternak atau jumlah ternak yang perlu disiapkan) di bawah pengawasan pekaseh dan wakil pekaseh. 3. Juru arah (kesinoman). Juru arah adalah anggota yang mendapat tugas menyampaikan pengumuman atau hasil keputusan pertemuan subak kepada semua anggota subak. Juru arah tidak berada dalam struktur organisasi Subak Lodtunduh. Juru arah dilakukan secara bergantian di antara anggota subak setiap 35 hari, yaitu pada hari Rabu Kliwon. 4. Anggota. Di Subak Lodtunduh terdapat tiga jenis keanggotaan, yaitu anggota aktif (krama pengayah), anggota pasif (krama pengoot), dan anggota khusus (krama leluputan). Jumlah anggota Subak Lodtunduh sebesar 68 orang, yang terdiri atas anggota aktif sejumlah 49 orang, anggota pasif dan anggota khusus sebanyak 19 orang. Penjelasan ketiga jenis anggota subak tersebut adalah sebagai berikut. (1) Anggota aktif adalah anggota subak yang terlibat dalam pelaksanaan semua fungsi subak. (2) Anggota pasif adalah anggota subak yang tidak terlibat dalam beberapa pelaksanaan fungsi subak. Anggota pasif yang disebabkan oleh anggota subak tersebut memiliki hak atas air irigasi lebih dari satu tektek maka

11 85 kelebihannya dikenakan konversi tenaga kerja. Setiap kelebihan satu tektek dikenakan pengoot sebesar 17 kg gabah sebagai konversi satu tenaga kerja dalam gotong royong distribusi air dan pemeliharaan saluran irigasi serta membayar amputan sebesar delapan kg beras sebagai konversi terhadap sarana upacara dalam penyelenggaraan kegiatan ritual. Amputan antara lain dikenakan kepada anggota yang memiliki lahan garapan melebihi satu tektek, anggota yang menggarap lahan milik banjar, dan anggota yang memangku jabatan khusus, seperti pemangku. Kewajiban membayar pengoot dan amputan berbeda tergantung atas hak perolehan air irigasi dan dibayar setelah panen. (3) Anggota khusus adalah anggota subak yang memegang jabatan tertentu, seperti pemangku dan anggota subak yang mengelola tanah milik banjar dibebaskan dari pengoot tetapi tetap membayar amputan. Subak Lodtunduh memiliki koperasi tani. Kegiatan koperasi tani meliputi pengadaan sarana produksi berupa pupuk dan benih padi. Petani membeli pupuk di koperasi secara kredit, kemudian pembayaran pupuk dan benih dilakukan setelah panen. Jumlah pupuk yang diperoleh sesuai dengan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) Deskripsi Subak Padanggalak Subak Padanggalak berada di wilayah Desa Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, dengan batas wilayah: Sebelah Utara adalah Jalan Gatot Subroto, sebelah Timur adalah Sungai Menguntur, sebelah Selatan adalah Sungai Ayung, dan sebelah Barat adalah Sungai Ayung.

12 86 Di Desa Sumerta terdapat pos pencatatan curah hujan. Posisi pos ini adalah ' 55" S ' 52" E dengan ketinggian adalah 40 m di atas permukaan laut. Pos ini merupakan pos pencatatan curah hujan yang terdekat dari Subak Padanggalak, sehingga datanya dapat digunakan untuk mengetahui curah hujan di Subak Padanggalak. Rata-rata curah hujan bulanan di wilayah Desa Sumerta tahun 2000 sd 2012 (BBMKG Wilayah III Denpasar, 2013) disajikan dalam bentuk gambar pada Gambar 5.5. Bulan Gambar 5.5. Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Wilayah Desa Sumerta Tahun 2000 sd 2012 ((BBMKG Wilayah III Denpasar, 2013) Pada Gambar 5.5 dapat dilihat bahwa rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, kemudian mulai menurun pada bulan Februari. Curah hujan di bawah 100 mm terjadi pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, dan September, di mana pada bulan Agustus memiliki curah hujan terendah. Untuk kegiatan usahataninya, Subak Padanggalak memperoleh air irigasi dari Sungai Yeh Lauh. Subak Padanggalak memiliki luas sebesar 112 ha. Subak ini memiliki empelan, Pura Bedugul, dan tujuh munduk. Subak Padanggalak merupakan subak natak tiyis. Maksudnya adalah sumber air Subak Padanggalak

13 87 berupa air tirisan dari subak-subak di bagian hulu, yang kemudian disadap di empang, sehingga menyerupai empelan. Munduk di Subak Padanggalak adalah bagian dari subak atau sub subak. Istilah munduk identik dengan tempek di subak lainnya. Struktur organisasi Subak Padanggalak tidak sama dengan Subak Lodtunduh. Hal ini menunjukkan bahwa subak selaku sistem irigasi bersifat location specific. Sutawan (2008) berpendapat bahwa subak selain bersifat location specific, juga sangat dipengaruhi oleh desa, kala, patra (tempat, waktu, dan keadaan). Pada Gambar 5.6 dapat dilihat bahwa Subak Padanggalak memiliki tujuh munduk. Dalam menjalankan tugasnya, pekaseh dibantu oleh bendahara, sekretaris, dan kelian munduk. Bendahara dan sekretaris tidak diberi imbalan, sehingga bendahara dan sekretaris di Subak Padanggalak dipilih dari kelian munduk. Kelian munduk dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh juru arah. Kelian munduk belum diberikan kewenangan mengelola keuangan sendiri. Pekaseh dan kelian munduk memperoleh imbalan dari Pemerintah Kota Denpasar. Struktur organisasi Subak Padanggalak dapat dilihat pada Gambar 5.6.

14 88 Pekaseh I Made Ruda Sekretaris I Made Badra Kelian Munduk Bendahara Ketut Lasen Munduk Batuaji I Made Sukra Munduk Pasekan I Wayan Nambing Munduk Kertasari I Wayan Mongol Munduk Gendang I Ketut Losen Munduk Tangtu I Made Kerta Munduk Delungung I Made Badra Munduk Biaung I Made Tegeg Juru Arah I I Wayan Lama Juru Arah II Nengah Lanus Juru Arah III I Nyoman Mongol Juru Arah IV I Wayan Senog Juru Arah V IB Made Mega Juru Arah VI I Ketut Karta Juru Arah VII I Nyoman Celebig Krama Subak Gambar 5.6. Struktur Organisasi Subak Padanggalak (Subak Padanggalak, 2013)

15 89 Pembagian tugas di Subak Padanggalak adalah sebagai berikut. 1. Pekaseh (kelian subak). Pekaseh bertugas memimpin kegiatan dalam subak. Tugas pekaseh berkaitan dengan lima fungsi subak, yaitu memimpin alokasi, pendistribusian, dan pinjam air irigasi; memimpin gotong royong pemeliharaan fasilitas subak khususnya saluran irigasi, mengelola penggunaan sumberdaya subak, menyelenggarakan penyelesaian konflik jika ada konflik, menyampaikan informasi dari pemerintah kepada anggota subak, memimpin penyelenggaraan kegiatan ritual, mengadakan koordinasi dengan lembaga lain. Di Subak Padanggalak, istri pekaseh beserta istri anggota subak membantu mempersiapkan sarana kegiatan ritual di subak. 2. Kelian munduk. Kelian munduk bertugas membantu pekaseh dalam menjalankan tugas internal subak di masing-masing munduk. 3. Juru arah (Kesinoman). Juru arah terdapat dalam setiap munduk, mendapat tugas membantu kelian munduk menyampaikan pengumuman atau hasil keputusan pertemuan subak kepada anggota subak di munduk tersebut. 4. Anggota. Semua anggota subak di Subak Padanggalak merupakan anggota aktif (krama pengayah). Anggota aktif adalah anggota subak yang terlibat dalam pelaksanaan semua fungsi subak. Subak Padanggalak juga memiliki koperasi tani. Kegiatan koperasi tani meliputi pengadaan sarana produksi berupa pupuk, benih padi, dan sarana produksi lainnya. Petani membeli pupuk di koperasi tani sebagian besar secara tunai. Bagi petani yang melakukan pembelian secara kredit maka pembayaran

16 90 pupuk dilakukan setelah panen. Jumlah pupuk yang diperoleh sesuai dengan RDKK yang diusulkan Kelayakan usahatani Komoditi utama yang diusahakan di daerah penelitian yaitu padi. Berdasarkan hasil penelitian, dalam dua MT tahun 2012, sebagian petani di Subak Lodtunduh melakukan diversifikasi tanaman padi dengan bunga pacar air dan atau kangkung. Sementara itu, pada dua MT yang sama petani di Subak Padanggalak mengusahakan tanaman padi. Kelayakan usahatani komoditi di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak ditinjau dari nilai R/C rasio (perbandingan antara penerimaan total terhadap biaya total) atau efisiensi cabang usahatani. Nilai R/C rasio di kedua subak tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Kelayakan Usahatani di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak Tahun Uraian Kelayakan usahatani (nilai R/C) Padi Bunga Pacar Air Kangkung 1. Subak Lodtunduh MT1 1,79 1,77 1,68 MT2 1,82 1,78 1,70 2. Subak Padanggalak MT1 1, MT2 1, Keterangan: R : Revenue C : Cost Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa R/C rasio untuk semua komoditi yang diusahakan dalam dua MT di kedua subak tersebut lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani komoditi yang diusahakan di kedua subak sudah

17 91 efisien sehingga layak untuk diusahakan. Di samping itu, nilai R/C rasio meningkat dari MT1 ke MT2. Di Subak Lodtunduh, usahatani padi memiliki R/C ratio tertinggi, sedangkan usahatani kangkung memiliki R/C ratio terendah. Sementara itu, R/C ratio usahatani padi di Subak Lodtunduh sedikit lebih rendah dibandingkan R/C ratio usahatani padi di Subak Padanggalak Pola pengelolaan fungsi subak di wilayah penelitian Subak memiliki hak otonom. Hal ini dapat dilihat dalam pengelolaan fungsi subak di Subak Lodtunduh yang luasnya relatif sempit dan terletak di bagian hulu DI Kedewatan dan di Subak Padanggalak yang luasnya relatif luas dan terletak di bagian hilir dalam daerah irigasi yang sama. Dalam upaya mencapai tujuannya, yaitu memberikan kesejahteran lahir batin (moksa artham jagathita) bagi anggotanya melalui usaha produksi pangan khususnya beras, Subak Lodtunduh maupun Subak Padanggalak melakukan berbagai kegiatan yang dilandasi oleh falsafah hidup THK. Selain aktivitas subak dapat dikelompokkan ke dalam tiga unsur THK (parhyangan, pawongan, dan palemahan), maka aktivitas subak dapat dikelompokkan juga ke dalam lima fungsi subak, yaitu (1) fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; (2) fungsi pemeliharaan fasilitas subak; (3) fungsi pengelolaan sumberdaya; (4) fungsi penyelenggarakan penyelesaian konflik; dan (5) fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual. Pola pengelolaan kelima fungsi subak di dua subak tersebut, diuraikan sebagai berikut.

18 Pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh 1. Fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi (1) Alokasi air irigasi Sumber air Subak Lodtunduh adalah Bendung Kedewatan di Sungai Yeh Lauh. Subak Lodtunduh terletak di bagian hulu DI Kedewatan. Alokasi hak air yang diberikan kepada anggota subak ditentukan berdasarkan kesepakatan seluruh anggota. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutawan (2008), bahwa pengalokasian air dianggap cukup adil sepanjang diterima oleh semua pihak. Di Subak Lodtunduh, pengalokasian air irigasi dilakukan secara relatif proporsional sesuai dengan luas lahan sawah yang diairi. Hal ini dapat dilihat pada lebar dan tinggi ambang bangunan bagi tersier (tembuku). Penentuan lebar dan tinggi ambang bangunan bagi tersier dilakukan oleh pekaseh dan anggota yang sawahnya diairi dari bangunan bagi tersier tersebut. Pengalokasian air irigasi di Subak Lodtunduh menggunakan ukuran tektek. Alokasi air satu tektek adalah air yang dialirkan melalui penampang yang lebarnya ditentukan secara proporsional. Satu tektek untuk mengairi satu bagian, yaitu luas lahan garapan >25< 40 are. Sistem pengalokasian air irigasi di Subak Lodtunduh disajikan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Sistem Pengalokasian Air Irigasi di Subak Lodtunduh No Luas lahan garapan (are) Hak atas air irigasi (tektek) 1 < 25 ½ 2 25 < < 48 1 ¼ 4 48 < 65 1 ½ 5 65 < 90 2 Sumber: Subak Lodtunduh (2013)

19 93 Pada Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa hak atas air irigasi beragam dan relatif proporsional terhadap luas lahan garapan. Pengalokasian air irigasi di Subak Lodtunduh dikatakan relatif proporsional karena ukuran tektek digunakan untuk suatu rentang luas garapan. Anggota subak yang memiliki lahan 25 are dan yang memiliki 39 are sama-sama memperoleh hak air satu tektek, atau anggota subakyang memiliki 65 are dan yang memiliki 89 are memperoleh hak air sebesar dua tektek. Hak atas air irigasi tidak terlepas dari kewajiban yang harus dipikul oleh anggota subak. Bagi anggota yang memperoleh hak atas air lebih dari satu tektek, berarti sekaligus memiliki kewajiban berupa kontribusi tenaga kerja (ayahan) lebih dari satu orang. (2) Distribusi air irigasi Distribusi air irigasi di Subak Lodtunduh menggunakan sistem terus menerus atau sistem pengaliran terus menerus secara serentak (continuous flow). Anggota subak menerima air irigasi sesuai dengan haknya, kemudian kelebihan air irigasi dialirkan ke saluran drainase (pembuangan). Pendistribusian air irigasi melalui metode one inlet dan one outlet. Distribusi air irigasi metode one inlet dan one outlet adalah setiap lahan anggota subak memiliki satu pintu air untuk memasukkan air irigasi ke lahan sawahnya dan satu pintu air untuk mengalirkan air kelebihannya ke saluran pembuangan. Pendistribusian air irigasi metode one inlet dan one outlet dengan sistem terus menerus dapat dilihat pada Lampiran 2. Jika anggota subak mendapat giliran mengolah tanah (menggunakan traktor) maka lahannya akan diprioritaskan memperoleh air irigasi supaya

20 94 pengolahan tanah lancar. Pada awalnya, yang mengatur jadual pengolahan tanah dengan menggunakan traktor adalah pekaseh. Sementara itu, petani yang mendapat giliran tanahnya diolah harus berada di sawah untuk mengontrol kecukupan airnya. Jika lahan sawah kurang air, maka pengolahan tanah dengan menggunakan traktor dapat dibatalkan. Permasalahan yang terjadi adalah kadangkadang ada petani yang tidak berada di sawah, sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengolahan tanah akibat kekurangan air. Untuk menghindari terjadi konflik, kemudian diadakan rapat untuk mencari solusi terbaik. Solusi yang dihasilkan adalah pengaturan jadual pengolahan tanah diserahkan kepada supir traktor di bawah pengawasan pekaseh. Oleh karena itu, peminjaman air untuk keperluan pengolahan tanah dilakukan oleh supir traktor. Alokasi dan distribusi air irigasi merupakan tugas pokok pekaseh. Pengontrolan distribusi air irigasi ada yang dilakukan oleh anggota atas inisiatif anggota dan ada pula yang dikoordinasi oleh pekaseh. Pengontrolan keadaan saluran irigasi dan kelancaran distribusi air di Subak Lodtunduh yang dikoordinir oleh pekaseh adalah berupa ronda setiap hari oleh satu orang anggota subak aktif secara bergiliran. Ronda dilakukan selama lebih kurang satu jam per hari. Jika ditemukan ada kerusakan oleh petugas ronda, kemudian temuan tersebut disampaikan kepada pekaseh dan dilakukan perbaikan secara gotong royong di bawah pimpinan pekaseh. Hal ini dilakukan di Subak Lodtunduh karena saluran tersier yang letaknya di sebelah sungai rawan longsor. Mekanisme giliran ronda dilakukan dengan cara menggantungkan tanda ronda di rumah salah seorang anggota subak aktif. Anggota yang rumahnya

21 95 dipasang tanda ronda yang terbuat dari kayu, artinya anggota tersebut mendapat giliran ronda pada keesokan harinya. Setelah anggota tersebut melaksanakan ronda, kemudian memindahkan tanda ronda ke rumah anggota aktif yang lain. Pengontrolan distribusi air irigasi yang berdasarkan inisiatif anggota biasanya dilakukan oleh anggota di bangunan bagi tersier yang terdekat dengan sawahnya, saluran kuarter, hingga ke inlet sawah garapannya. Pengontrolan distribusi air irigasi umumnya dilakukan dua kali, yaitu saat akan pengolahan tanah dan umur padi menjelang 70 hari (masa generative padi). Hal ini disebabkan pada saat pengolahan tanah diperlukan air yang cukup, sedangkan pada masa generatif padi diperlukan tanah yang tetap basah. Waktu yang diperlukan untuk mengontrol distribusi air irigasi lebih kurang empat jam per kegiatan atau delapan jam per MT per anggota. Selain itu, petani biasanya melakukan pengontrolan distribusi air saat akan bekerja di sawah sehari-hari. (3) Mekanisme pinjam air irigasi Sistem pinjam air irigasi di Subak Lodtunduh menggunakan Sistem Giliran (ririgan) perkelompok. Jumlah anggota dalam satu kelompok tidak sama tergantung luas hamparan sawah. Jika dalam kelompok yang meminjam masih kekurangan air, maka kelompok tersebut menunggu giliran berikutnya. Peminjaman air antar kelompok biasanya dilakukan dengan penutupan sebagian ambang di bangunan bagi (tembuku pengalapan) agar air yang mengalir ke sawah peminjam lebih besar. Saling pinjam air irigasi antar kelompok di Subak Lodtunduh umumnya terjadi pada musim kemarau, yaitu saat pengolahan tanah dan masa penggenangan setelah tanam. Penutupan ini biasanya ditandai dengan

22 96 sawen yang terbuat dari sepotong ranting kayu yang ujungnya digantungi sehelai daun pandan atau daun kelapa (janur), seperti disajikan pada Gambar 5.7. Gambar 5.7. Metode Penutupan Saluran Air Irigasi dalam Proses Peminjaman Air Irigasi antar Petani di Subak Lodtunduh Jika penutup saluran irigasi pada Gambar 5.7 sudah ada yang membuka, berarti air tersebut diperlukan oleh kelompok yang airnya dipinjam. Oleh karena itu, tidak perlu lagi bernegosiasi antara yang meminjam air dengan yang airnya akan dipinjam, baik antar subak maupun antar kelompok anggota subak. Artinya, telah terjadi saling pengertian antara yang meminjam air dengan yang meminjamkan air irigasinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan air irigasi di Subak Lodtunduh mencapai harmoni dan kebersamaan, atau telah menerapkan prinsip THK. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus pinjam air agar semua lahan sawah terairi adalah sekitar satu bulan.

23 97 2. Fungsi pemeliharaan fasilitas subak Pemeliharaan fasilitas subak khususnya prasarana irigasi harus dilakukan secara teratur dan kontinu supaya jaringan irigasi tidak mudah rusak dan dapat berfungsi dengan baik selama mungkin (Sutawan, 2008). Berikut ini dijelaskan beberapa hal terkait dengan fungsi pemeliharaan fasilitas subak, yaitu jenis fasilitas yang dimiliki Subak Lodtunduh; jenis dan penanggung jawab pemeliharaan saluran irigasi; penyebab kerusakan saluran irigasi; dan sumber dana pemeliharaan fasilitas subak. (1) Jenis fasilitas subak Saluran irigasi (tersier dan kuarter) di Subak Lodtunduh lebih kurang sepanjang m. Jenis fasilitas di Subak Lodtunduh adalah sebagai berikut. a. Saluran tersier (telabah pemaron cenik) adalah saluran pembawa air ke wilayah subak. b. Saluran kuarter (telabah pengalapan) adalah saluran pembawa air yang mengairi sawah milik petani. c. Saluran cacing (talikunda/samakunda) adalah saluran yang mendistribusikan air secara adil untuk setiap kecoran sawah. d. Saluran pembuangan/drainage (telabah pengutangan) adalah saluran untuk membuang air yang berlebih. e. Bangunan sadap (pasal 1 PP no 23/1982 tentang irigasi) adalah bangunan yang berfungsi untuk menyadap air dari saluran induk ataupun sekunder ke petak tersier. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi (petak tanah yang

24 98 memperoleh air irigasi) yang merupakan kesatuan dan mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama. f. Tembuku pemaron gede atau tembuku pemaron adalah BB sekunder yang letaknya di saluran sekunder (telabah pemaron), sebagai pusat pembagi air antara sub subak (tempek) atau antara kompleks sawah-sawah di lingkungan tempek yang airnya mengalir melalui telabah cenik (saluran tersier). g. Tembuku pemaron cenik (tembuku cenik/tembuku daanan) adalah BB tersier terletak di saluran tersier (telabah cenik) sebagai tempat beberapa kecoran sawah/sikut sawah mengambil air. Air dari bangunan ini mengalir menuju ke telabah pengalapan (saluran kuarter). h. Tembuku pengalapan adalah bangunan sadap yang langsung dimanfaatkan untuk mengairi sawah milik perorangan (individual water inlet). i. Bangunan pelimpah samping pada saluran irigasi (pekiyuh/pepiyuh), berfungsi sebagai penguras (pengoros) dilengkapi tempat yang relatif aman untuk menguras air yang tersisa (pengedendeng). j. Sanggah catu adalah tempat menyelenggarakan ritual bagi petani secara individu terkait dengan kegiatan bertanam padi. Tempat ini tidak selalu berupa bangunan khusus, melainkan ada yang berupa altar dibuat dari bambu atau semen, tumpukan tanah yang di atasnya diletakkan batu atau ditanami sebatang pohon kecil atau pohon bunga tertentu. Lokasinya di dekat telabah pengalapan yang merupakan petak sawah paling di hulu atau dekat dengan tembuku pengalapan (water inlet milik petani individual).

25 99 k. Pura Bedugul adalah bangunan suci yang dipakai sebagai tempat penyelenggaraan ritual secara kolektif di tingkat subak. l. Ulun empelan adalah altar yang relatif lebih besar dari ulun carik dan bertempat di dekat empelan. Ulun empelan adalah tempat penyelenggaraan upacara di tingkat subak. Pesertanya: pengurus subak atau seluruh anggota subak. m. Balai subak adalah bangunan sebagai tempat pertemuan atau rapat subak. n. Balai timbang adalah bangunan kecil ukuran 1,5 m x 2 m dilengkapi bangunan suci berupa tugu kecil. Balai timbang digunakan sebagai tempat diskusi pengurus subak dan istirahat petani setelah bekerja di sawah. Saluran irigasi di Subak Lodtunduh berdasarkan hasil pengamatan disajikan pada Gambar 5.8. Sungai Ayung Keterangan : 1. Bendung Kedewatan 2. Sungai Lauh ke Gianyar 3. Pura Laban 4. BB primer 5. Terowongan 6. Saluran sekunder 7. BB sekunder 8. Pura Bedugul 9. Saluran tersier 10. BB tersier 11. Saluran kuarter 12. Saluran 12. Saluran pembuangan pembuangan Gambar 5.8. Skema Saluran Irigasi Subak Lodtunduh

26 100 (2) Penyebab kerusakan saluran irigasi Kerusakan saluran irigasi di Subak Lodtunduh, antara lain disebabkan oleh faktor alam, seperti tanah longsor; faktor gangguan binatang, seperti kepiting sering melubangi dinding saluran irigasi dan pematang sawah; terdapat sampah yang menyumbat saluran air irigasi. (3) Tanggungjawab pemeliharaan saluran irigasi Kewajiban pemeliharaan saluran irigasi disesuaikan dengan strata saluran irigasi. Menurut pasal 28 PP no. 23/1982 tentang irigasi dijelaskan bahwa operasi dan pemeliharaan (OP) jaringan irigasi mulai bangunan pengambilan sampai kepada saluran sekunder sepanjang 50 m sesudah bangunan sadap menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah (Suarja, 1991). Subak memiliki kewajiban memelihara fasilitas irigasi di saluran tersier, saluran kuarter hingga ke saluran irigasi sekitar sawah anggota. Walaupun demikian, Dinas PU Kabupaten Gianyar kadang-kadang membantu melakukan perbaikan di saluran irigasi tersier. Pemeliharaan saluran tersier sebelum BB tersier hingga saluran kuarter dilakukan oleh anggota subak dalam kelompok yang sumber airnya berasal dari saluran tersier sebelum BB tersier tersebut. Di pihak lain, petani secara individu biasanya melakukan pembersihan saluran kuarter yang menuju inletnya serta saluran cacing di sekitar sawahnya. Pemeliharaan saluran kuarter hingga saluran cacing umumnya dilakukan petani empat kali per MT, yang memerlukan waktu rata-rata satu jam per kegiatan. Tiap-tiap anggota subak bertanggung jawab sepenuhnya dalam pemeliharaan dan perbaikan salurannya masing-masing, yaitu meliputi telabah,

27 101 pengalapan, dan talikunda. Pemeliharaan jaringan irigasi yang bersifat ringan adalah membersihkan saluran irigasi, memotong rumput yang tumbuh di sekitar saluran irigasi, memperdalam saluran irigasi, dan menambal saluran irigasi yang bocor menggunakan tanah liat atau jerami, tanpa ada perbaikan fisik yang memerlukan dana relatif besar. Frekuensi tiap anggota wajib turun ke lapangan untuk bergotong royong disesuaikan dengan beban ayahan masing-masing dan sifat pekerjaan (biasa atau sangat urgen) dan skala pekerjaan (besar atau kecil). Untuk membantu perbaikan tebing longsor atau pekerjaan peningkatan kualitas jalan subak yang dilakukan oleh Dinas PU, maka semua anggota (aktif maupun pasif) dikerahkan oleh subak. Kegiatan tersebut biasanya memerlukan tindakan segera dan tenaga kerja dalam jumlah banyak. Gotong royong ini dilakukan secara bergilir dan pengaturan jadual gotong royong dilakukan oleh pekaseh sesuai dengan keperluan. (4) Kegiatan pemeliharaan fasilitas subak Dalam menjaga kondisi fasilitas subak khususnya sarana dan prasarana irigasi, maka anggota Subak Lodtunduh melakukan berbagai tindakan, baik tindakan yang bersifat preventif maupun tindakan yang bersifat represif. Tindakan preventif yang berkaitan dengan kelancaran distribusi air irigasi di Subak Lodtunduh, antara lain pembersihan rutin prasarana dan sarana irigasi yang dilakukan anggota subak secara gotong royong setiap awal MT selama tiga hari, yaitu saat magpag toya dengan lama kegiatan lebih kurang dua jam per hari; pemeriksaan prasarana dan sarana air irigasi oleh petelik; dan peningkatan

28 102 kualitas fasilitas subak lainnya, antara lain pengerasan jalan subak menggunakan beton. Sementara itu, tindakan represif untuk mengatasi kerusakan yang terjadi di Subak Lodtunduh, antara lain membantu Dinas PU memperbaiki senderan saluran air yang longsor di saluran primer maupun sekunder; menangkap kepiting kemudian membakarnya; dan menguras bangunan sadap; membersihkan sampah dari sungai serta memasang penghalang sampah di bangungan sadap dan inlet menggunakan bambu; menutup dinding saluran air tersier yang bocor; memotong rumput di sekitar saluran irigasi. Menangkap kepiting dan membersihkan sampah dilakukan oleh petani setiap akan bekerja di sawah. Pada saat perbaikan senderan saluran irigasi yang dilakukan oleh Dinas PU Provinsi Bali, biasanya saluran irigasi ditutup secara berkala atau ditutup total jika diperlukan. Penutupan aliran air irigasi disesuaikan dengan kondisi tanaman padi, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan padi pada MT tersebut. Biasanya penutupan dilakukan saat tanaman padi telah masuk masa yang tidak memerlukan banyak air. Pada tahun 2012, di Subak Lodtunduh terdapat gotong royong yang bersifat insidental, yaitu membantu pembuatan jalan subak dan perbaikan senderan saluran irigasi. Perbaikan senderan saluran irigasi dilakukan oleh Dinas PU Provinsi Bali, kemudian anggota subak membantu membawakan material bangunan ke lokasi proyek. Selain itu, di Subak Lodtunduh dilakukan perbaikan jalan subak dengan menggunakan dana dari bantuan sosial (bansos) Provinsi Bali

29 103 sebesar Rp ,00. Dalam kegiatan ini, anggota subak juga membantu membawakan material bangunan ke lokasi proyek. (5) Sumber dana dan pemeliharaan fasilitas subak Dalam pemeliharaan fasilitas subak, Subak Lodtunduh memiliki sumber dana rutin berasal dari pengoot. Sementara itu, dana peningkatan kualitas fasilitas subak lainnya yang bersifat insidental berasal dari bansos Provinsi Bali. 3. Fungsi pengelolaan sumberdaya subak Subak sebagai organisasi petani pengelola air irigasi, pada umumnya memiliki sumberdaya berupa air irigasi, lahan, tenaga kerja keluarga, dan dana. Pengelolaan sumberdaya subak meliputi pengelolaan sumber dan penggunaan keempat sumberdaya tersebut untuk mencapai tujuan subak. Manajemen sumberdaya subak di Subak Lodtunduh tahun 2012 dijelaskan sebagai berikut. (1) Pengelolaan air irigasi Air irigasi di Subak Lodtunduh berasal dari Sungai Lauh. Air irigasi ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Kebutuhan air tanaman dianalisis dengan menggunakan program cropwat. Cropwat adalah program komputer yang menggunakan model FAO Penman-Monteith dalam menghitung evapotranspirasi tanaman acuan (Eto), kebutuhan air tanaman (Etm), serta kebutuhan air irigasi (Smith, 1992). Data dasar masing-masing komoditi menggunakan data FAO untuk kondisi tanah yang relatif sesuai dengan kondisi di Subak Lodtunduh. Di pihak lain, suplai air irigasi adalah data diolah dari data yang diberikan oleh Pengamat DI Kedewatan (2012). Data suplai dan kebutuhan air irigasi di Subak Lodtunduh tahun 2012 disajikan pada Gambar 5.9.

30 104 KAI Padi (m 3 /subak) (m 3 /subak) Keterangan: KAI : Kebutuhan air irigasi SAI : Suplai air irigasi Gambar 5.9. Kebutuhan dan Suplai Air Irigasi di Subak Lodtunduh Pada Gambar 5.9 dapat dilihat bahwa kebutuhan air irigasi untuk komoditi bunga pacar air dan kangkung dapat dipenuhi dari suplai air irigasi yang tersedia. Kebutuhan air irigasi untuk padi tertinggi adalah pada bulan Juli 10 hari III, sedangkan urutan yang kedua adalah bulan Februari 10 hari III. Kedua bulan tersebut adalah masa pengolahan tanah pada MT2 dan MT1. Dalam dua MT tahun 2012, di Subak Lodtunduh terdapat defisit air irigasi yang terjadi pada bulan Februari 10 hari III dalam MT1 dan bulan Juli 10 hari III dalam MT2. Suplai air irigasi pada bulan Februari 10 hari III dan bulan Juli 10 hari III masing-masing sebesar 45,42% dan 58,98% dari kebutuhan air irigasi. Walaupun terjadi kekurangan air pada kedua MT tersebut, anggota Subak Lodtunduh tetap menanam padi sebagai tanaman pokok setiap MT, selain bunga pacar air dan kangkung sebagai tanaman tambahan. (m 3 /subak) SAI subak (m 3 ) KAI Subak (m 3 ) Kekurangan air irigasi di Subak Lodtunduh diatasi dengan peminjaman air dan pengolahan tanah yang dilakukan secara bergilir. Distribusi dan peminjaman air irigasi dipimpin oleh pekaseh. Dalam pengaturan jadual pengolahan tanah,

31 105 walaupun dilakukan oleh supir traktor tetapi tetap diawasi oleh pekaseh. Pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang telah dilakukan menjadikan seluruh lahan sawah dapat diusahakan secara merata dalam dua MT tahun 2012, yaitu 50 ha selama dua MT. Petani mampu mengusahakan tanaman padi walaupun suplai air pada bulan Februari sepuluh hari III tahun 2012 sebanyak 45,42% dari kebutuhan. (2) Pengelolaan lahan sawah Tanah di Subak Lodtunduh memiliki tekstur lempung berdebu dan ph 5,4 (Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Udayana, 2013). Tekstur tanah di suatu wilayah dapat memberikan petunjuk tentang jenis tanaman yang cocok ditanam di wilayah tersebut. Tanaman yang banyak diusahakan di Subak Lodtunduh adalah tanaman pangan khususnya padi dan tanaman hortikultura, antara lain pacar air, kangkung. Pola penggunaan tanah di Subak Lodtunduh mengarah kepada diversifikasi tanaman dalam bentuk rotasi tanaman. Pola tanam tahun 2012 di Subak Lodtunduh adalah padi-padi, walaupun dalam beberapa bulan terdapat suplai air irigasi lebih rendah dibandingkan kebutuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan air irigasi yang dipimpin oleh pekaseh mampu mendistribusikan air irigasi secara merata, sehingga setiap MT semua petani dapat menanam padi. Di Subak Lodtunduh terdapat kesepakatan, yaitu luas lahan yang dapat ditanami komoditi selain padi seluas 10% dari luas milik. Artinya, luas lahan maksimal untuk komoditi selain padi adalah 2,50 ha. Selain menetapkan

32 106 penggunaan lahan sawah maka subak juga menetapkan jadual tanam padi. Jadual tanam padi di Subak Lodtunduh pada tahun 2012 dicantumkan pada Gambar MT I II Bulan Kegiatan Keterangan: masa pengolahan tanah, masa penanaman, masa pemeliharaan, masa panen, masa tenggang Gambar Jadual Tanam di Subak Lodtunduh Tahun 2012 Pada Gambar 5.10 dapat dicermati bahwa pengolahan tanah di Subak Lodtunduh dilakukan lebih kurang selama 25 hari. Waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan tanah di Subak Lodtunduh relatif lama. Hal ini disebabkan oleh jumlah traktor dan suplai air irigasi terbatas. Pengolahan tanah di Subak Lodtunduh menggunakan dua unit traktor setiap MT. Pada Gambar 5.10 dapat dilihat bahwa umur padi pada kedua MT tersebut relatif sama, yaitu 95 hari. Penentuan waktu tanam telah disepakati dalam rapat subak, sehingga saat panen juga sudah dapat diperkirakan. Petani tidak berani melakukan penanaman di luar waktu yang disepakati. Alasannya antara lain untuk menghindari serangan hama dan tidak kesulitan mencari penebas saat panen. Masa tenggang antara panen dengan pengolahan tanah pada MT berikutnya cukup lama, yaitu berkisar 30 hari. Masa tenggang ini diperlukan untuk memutus siklus hama dan membusukkan limbah tanaman padi. Selama masa tenggang, lahan garapan sawah biasanya dikontrakkan untuk pemeliharaan bebek (lelang bebek). Berarti, satu MT padi di Subak Lodtunduh memerlukan waktu lebih kurang lima bulan.

33 107 (3) Pengelolaan tenaga kerja Tenaga kerja di wilayah penelitian digunakan untuk kegiatan fungsi subak, kegiatan sosial, dan kegiatan mata pencaharian di luar sektor pertanian. Subak Lodtunduh membedakan anggota subak aktif dan anggota subak pasif. Pihak yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan jaringan irigasi yang bersifat ringan adalah anggota aktif saja. Anggota aktif bertanggung jawab dalam menyelesaikan pemeliharaan setiap ruas dari jaringan irigasi subak kecuali saluran yang dimanfaatkan oleh petani secara perorangan. Suplai dan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dalam fungsi subak di Subak Lodtunduh dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Suplai dan Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga (TKDK) dalam Aktivitas Subak Lodtunduh Uraian Jumlah TKDK MT1 Jumlah TKDK MT2 (HOK) (%) (HOK) (%) Suplai tenaga kerja keluarga ,74 100, ,89 100,00 Penggunaan tenaga kerja keluarga 1. Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi 2. Pemeliharaan fasilitas subak 3. Pengelolaan sumberdaya subak 4. Penyelesaian konflik 5. Penyelenggaraan kegiatan ritual Kelebihan TKDK Keterangan: TKDK: Tenaga kerja dalam keluarga HOK : Hari orang kerja 2.029,50 18,88 225, ,44 12,25 385, ,24 15,48 0,14 1,72 10,59 0,09 2,94 84, ,42 19,13 354, ,48 12,25 622, ,47 18,06 0,14 2,67 10,46 0,09 4,70 81,94 Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa TKDK yang digunakan dalam fungsi subak adalah 15,48% pada MT1 dan 18,06% pada MT2. Tenaga kerja keluarga tersebut paling banyak digunakan untuk pengelolaan sumberdaya subak

34 108 khususnya kegiatan usahatani, kemudian terbanyak kedua adalah untuk penyelenggaraan kegiatan ritual. Dalam mengatur pelaksanaan kerja para anggotanya, pekaseh sangat menekankan prinsip keadilan. Dalam arti bahwa setiap anggota aktif mendapatkan tugas untuk bergotong royong dalam kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi dan fasilitas subak lainnya dengan pembagian tanggung jawab yang telah ditentukan. Tenaga kerja keluarga Subak Lodtunduh yang dicurahkan dalam fungsi subak lebih rendah dibandingkan dengan di Subak Padanggalak. Hal ini disebabkan oleh luas lahan Subak Lodtunduh lebih kecil dan anggota subak sebagian besar berstatus pemilik penggarap. Umumnya, petani pemilik lebih sedikit mencurahkan tenaga kerja keluarga dibandingkan petani penyakap. Tenaga kerja keluarga yang dialokasikan dalam fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; fungsi pemeliharaan fasilitas subak; serta penyelenggaraan penyelesaian konflik relatif kecil. Walaupun demikian, kegiatan gotong royong berjalan lancar dan tidak ada konflik, sehingga anggota subak bisa mengusahakan semua lahannya setiap MT. Hal tersebut menunjukkan bahwa pekaseh telah mengelola tenaga kerja keluarga dalam fungsi subak dengan baik. Subak dalam mengatur pelaksanaan kerja para anggotanya sangat menekankan pada prinsip keadilan. Dalam arti bahwa setiap anggota aktif mendapatkan tugas bergotong royong dalam kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi dengan pembagian tanggung jawab yang telah ditentukan.

35 109 (4) Pengelolaan dana Subak sebagai organisasi petani pengelola air irigasi memerlukan dana untuk menjalankan fungsi subak secara optimal. Sumber dana yang digunakan oleh Subak Lodtunduh berasal dari internal dan eksternal subak. Sumber dana internal, antara lain: iuran yang dipungut secara insidentil; sumbangan sukarela anggota subak; iuran yang dipungut secara berkala, yaitu terdiri atas: pengoot, amputan, dan denda; kegiatan yang bersifat bisnis, yaitu terdiri atas: lelang bebek dan lelang lungsuran sehabis upacara di Pura Subak; keuntungan kegiatan koperasi tani. Di lain pihak, sumber dana eksternal, antara lain dari Kabupaten Gianyar dan Provinsi Bali. Dana dari internal subak digunakan untuk kegiatan ritual dan pemeliharaan fasilitas subak yang tidak memerlukan dana besar. Di pihak lain, dana eksternal dari bantuan sosial Provinsi Bali digunakan untuk peningkatan kualitas fasilitas subak yang memerlukan dana relatif besar, sedangkan bantuan dari Kabupaten Gianyar untuk penyelenggaraan kegiatan ritual. Dana di Subak Lodtunduh dikelompokkan ke dalam kas subak (anggota aktif) dan kas krama carik (kas semua anggota subak). Pengelompokan dana ini berdasarkan sumberdana dan penggunaan dana. Kas subak, meliputi: iuran yang dipungut secara insidentil, yaitu peturunan; iuran yang dipungut secara berkala, terdiri atas: pengampel/pengoot, amputan, dan dedosan/denda; kegiatan yang bersifat bisnis, terdiri atas: lelang bebek dan lelang surudan (lungsuran) sehabis upacara di Pura Subak; dan bantuan Kabupaten Gianyar untuk membantu penyelenggaraan kegiatan ritual di tingkat subak. Kas krama carik, meliputi

36 110 bantuan dari Provinsi Bali berupa bantuan sosial untuk peningkatan kualitas fasilitas subak, keuntungan pengadaan sarana produksi, dan bunga tunggakan pembayaran sarana produksi. Penjelasan masing-masing sumberdana tersebut, adalah sebagai berikut. a. Peturunan: iuran anggota subak yang dipungut secara insidental atau apabila diperlukan. Peturunan dapat berupa uang tunai maupun natura. Peturunan di Subak Lodtunduh biasanya dilakukan pada saat upacara di tingkat subak yang berskala besar. Semua anggota subak mengeluarkan tambahan bahanbahan upacara keagamaan, yang disebut peson-peson, yaitu berupa beras, buah-buahan, daun kelapa muda, dan lain-lain kurang lebih senilai Rp ,00. Di Subak Lodtunduh, pihak yang bertanggung jawab mengelola peturunan adalah istri petani di bawah koordinasi istri wakil pekaseh. b. Pengoot. Pengoot di Subak Lodtunduh senilai harga 17 kg gabah pada saat panen untuk satu tektek. Pengoot ini diserahkan dalam bentuk uang, kemudian dimasukkan ke dalam kas subak. c. Amputan. Amputan di Subak Lodtunduh senilai harga 10 kg beras pada saat panen untuk satu tektek. Amputan diserahkan dalam bentuk uang kepada pengurus subak, kemudian dimasukkan ke dalam kas subak. d. Pembayaran dedosan/denda terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota subak. e. Lelang bebek: kontrak lahan sawah setelah panen untuk pengembalaan bebek selama periode tertentu. f. Keuntungan dari pengadaan sarana produksi oleh koperasi tani.

37 111 g. Melelang surudan (lungsuran) sehabis upacara di Pura Subak h. Bantuan pemerintah. Subak Lodtunduh memperoleh dana bantuan sosial (bansos) dari Provinsi Bali Tahun 2012 sebesar Rp ,00 dan dari Kabupaten Gianyar sebesar Rp ,00. Dana bansos dari Provinsi Bali tahun 2012 digunakan untuk merenovasi Pura Subak, sedangkan dana dari Kabupaten Gianyar digunakan untuk membantu biaya penyelenggaraan kegiatan ritual di tingkat subak. Penggunaan dana Subak Lodtunduh sesuai dengan sumbernya, adalah sebagai berikut. (1) Kas subak, digunakan untuk membiayai: penyelenggaraan kegiatan ritual yang terkait dengan tahapan budidaya padi di tingkat subak. (2) Kas krama carik, dimanfaatkan untuk membiayai: perbaikan fasilitas subak; administrasi dan transportasi pekaseh dalam menghadiri undangan ataupun mengajukan proposal dan RDKK ke dinas terkait; pembelian pestisida yang digunakan secara masal di subak; penyelenggaraan kegiatan ritual tingkat subak yang tidak terkait langsung dengan tahapan budidaya padi, seperti Upacara di Pura Subak; dana talangan untuk pengadaan pupuk; peningkatan kualitas fasilitas subak. Sumber dana internal yang bersifat rutin dan terbesar di Subak Lodtunduh adalah pengoot dan amputan. Dana ini digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan ritual di tingkat subak yang terkait langsung dengan tahapan budidaya padi. Sementara itu, kas krama carik yang bersumber dari internal subak adalah keuntungan pengadaan pupuk dan bunga tunggakan pembayaran pupuk. Dana ini digunakan untuk kegiatan lainnya di subak, seperti administrasi, kegiatan ritual

38 112 yang tidak terkait langsung dengan tahapan budidaya padi. Tidak adanya denda yang dikenakan kepada anggota subak dalam dua MT tahun 2012 menunjukkan bahwa semua anggota mengikuti kegiatan gotong royong dan rapat anggota subak, serta tidak ada yang melanggar awig-awig. 4. Fungsi penyelesaian konflik Permasalahan air irigasi biasanya menjadi sumber konflik bagi organisasi petani pengelola air irigasi. Sebagai contoh, konflik dapat terjadi jika (1) penggarap sawah tidak hadir saat pengolahan tanahnya, di mana saat itu diperlukan cukup air untuk mengolah tanah; (2) anggota subak tidak hadir dalam gotong royong memelihara saluran irigasi; (3) pencurian air irigasi saat suplai air irigasi rendah; dan (4) terdapat sampah plastik di saluran irigasi yang menyebabkan aliran air irigasi terhambat. Walaupun suplai air irigasi berfluktuasi, pada tahun 2012 di Subak Lodtunduh tidak terjadi konflik. Subak Lodtunduh sudah memiliki sistem pengelolaan air irigasi serta awig-awig yang telah disepakati dalam rapat subak. Jika terjadi pencurian air maka pekaseh akan menegur anggota subak tersebut. Apabila teguran tidak diperhatikan maka kasus tersebut akan disampaikan dalam forum rapat anggota subak. Di Subak Lodtunduh, kepada pencuri air irigasi akan dikenakan denda sebesar Rp ,00 per hari, tetapi kasus tersebut tidak pernah terjadi di Subak Lodtunduh khususnya pada tahun Rapat anggota subak merupakan wadah untuk mencegah dan menyelesaikan konflik di subak. Pelaksanaan rapat anggota di Subak Lodtunduh

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia (Syarief, 2011). Jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan menjadi 275 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan objek utamanya adalah optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak di Subak

BAB IV METODE PENELITIAN. dan objek utamanya adalah optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak di Subak BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan metode survei dan objek utamanya adalah optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak di Subak

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP 3.1 Kerangka Berpikir Subak sangat berperan dalam pembangunan pertanian beririgasi, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya air irigasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Hita Karana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Hita Karana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi tradisional petani yang mengelola air irigasi dapat ditemui di berbagai belahan dunia, salah satunya adalah sistem irigasi subak di Bali. Subak merupakan

Lebih terperinci

Implementasi Enam Fungsi Subak di Perkotaan (Kasus Subak Padanggalak di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar)

Implementasi Enam Fungsi Subak di Perkotaan (Kasus Subak Padanggalak di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar) Implementasi Enam Fungsi Subak di Perkotaan (Kasus Subak Padanggalak di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar) SILFIA MARETA MAHMUDAH, I WAYAN WINDIA, WAYAN SUDARTA Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi I. Pendahuluan Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional dipusatkan dibidang pertanian. Salah satu sasaran pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk menggali fakta- fakta di lapangan kemudian dianalisis dan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara

BAB I PENDAHULUAN. Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara menyeluruh, terpadu, berwawasan lingkungan dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i No.640, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Irigasi. Komisi. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Penelitian Terdahulu Murtiningrum (2009), Kebutuhan Peningkatan Kemampuan Petugas Pengelolaan Irigasi Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan pembagian kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGELOLAAN FUNGSI SISTEM SUBAK DI DAERAH IRIGASI KEDEWATAN, PROVINSI BALI

OPTIMALISASI PENGELOLAAN FUNGSI SISTEM SUBAK DI DAERAH IRIGASI KEDEWATAN, PROVINSI BALI DISERTASI OPTIMALISASI PENGELOLAAN FUNGSI SISTEM SUBAK DI DAERAH IRIGASI KEDEWATAN, PROVINSI BALI RATNA KOMALA DEWI NIM 1090471012 PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI ILMU PERTANIAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen penting pendukung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air sangat penting bagi kehidupan manusia, hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purbolinggo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Timur.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purbolinggo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Timur. 57 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Luas dan Tata Guna Lahan Berdasarkan Purbolinggo dalam Angka (2011), diketahui bahwa Kecamatan Purbolinggo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting)

Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting) 21 Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting) Bulan Periode Luas Tanaman Golongan I ( 1199 Ha ) Golongan II ( 1401 Ha ) Golongan III ( 1338 Ha ) LPR Q lahan FPR FPR Padi Tebu Polowijo jumlah Padi Tebu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 54 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DI WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR RANCANGAN (Disempurnakan) BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa fungsi irigasi memegang peranan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Irigasi Indonesia adalah Negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian dengan makanan pokoknya bersumber dari beras, sagu, serta ubi hasil pertanian.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Air Pengelolaan air pada sistem irigasi adalah kunci keberhasilan pembangunan irigasi itu sendiri. Keadaan lingkungan air yang dipengaruhi evapotranspirasi yang harus

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai

Lebih terperinci

2.6.2 Subak sebagai sistem non fisik Kerangka Pemikiran...30 III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

2.6.2 Subak sebagai sistem non fisik Kerangka Pemikiran...30 III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM...i PERNYATAAN KEASLIAAN PENELITIAN...ii ABSTRACT...iii ABSTRAK...iv RINGKASAN...v HALAMAN PERSETUJUAN...vii TIM PENGUJI...viii RIWAYAT HIDUP...ix KATA PENGANTAR...x DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI 1 / 70 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BEKASI, 22 FEBRUARI 2011

BEKASI, 22 FEBRUARI 2011 BEKASI, 22 FEBRUARI 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR BALAI IRIGASI Jl. Cut Meutia, Kotak Pos 147 Telp.: (021) 8801365,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN...i KERANGAN PERBAIKAN/REVISI...ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR...iii ABSTRAK...iv UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang masyarakat.lebih dari 80% produksi beras nasional dihasilkan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 616 TAHUN : 2003 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang irigasi di Kabupaten Ciamis telah diatur dengan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS TIM PENYUSUN: SETIYO BUDI PURWANTO, SST JAJA SUDIRJA BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan yang dilakukan. Seperti halnya yang terjadi di Bali.

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan yang dilakukan. Seperti halnya yang terjadi di Bali. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya adalah bercocok tanam. Potensi pertanian Indonesia yang tinggi salah satunya disebabkan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI. Oleh: DAVID RIZAR NUGROHO & RETNO DEWI

JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI. Oleh: DAVID RIZAR NUGROHO & RETNO DEWI JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI Oleh: DAVID RIZAR NUGROHO & RETNO DEWI Komunikasi 1. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-

Lebih terperinci

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER RC14-1361 TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER SEJARAH IRIGASI Keberadaan sistem irigasi di Indonesia telah dikenal sejak zaman Hindu, pada zaman tersebut telah dilakukan usaha pembangunan prasarana irigasi sederhana.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen yang mendukung

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

PERANAN SUBAK AGUNG YEH HO DALAM MANAJEMEN IRIGASI DI DAERAH ALIRAN INDUK SUNGAI HO KABUPATEN TABANAN

PERANAN SUBAK AGUNG YEH HO DALAM MANAJEMEN IRIGASI DI DAERAH ALIRAN INDUK SUNGAI HO KABUPATEN TABANAN ABSTRAKSI GaneÇ Swara Vol. 6 No.2 September 2012 PERANAN SUBAK AGUNG YEH HO DALAM MANAJEMEN IRIGASI DI DAERAH ALIRAN INDUK SUNGAI HO KABUPATEN TABANAN KETUT MUDITA Universitas Dwijendra Denpasar Penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang Mengingat : : a. bahwa irigasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: BUPATI BOYOLALI, a. bahwa untuk mendukung produktivitas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR IRIGASI SISTEM SUBAK

PENGELOLAAN AIR IRIGASI SISTEM SUBAK dwijenagro Vol. 3 No. 2 : ISSN : 1979-3901 PENGELOLAAN AIR IRIGASI SISTEM SUBAK NI LUH MADE PRADNYAWATHI DAN GEDE MENAKA ADNYANA Staf Pengajar pada Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. DESKRIPSI KEGIATAN

I. DESKRIPSI KEGIATAN I. DESKRIPSI KEGIATAN 1.1 JUDUL KKN PPM Manggis. 1.2 TEMA Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Buah Manggis Sebagai Komoditas Ekspor Unggulan 1.3 LOKASI Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa peran sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk Indonesia yang cukup pesat menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan juga semakin banyak. Perkembangan tersebut terlihat pada semakin meningkatnya jenis

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 143, 2001 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Sungai ( Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3441 ); 10.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Sungai ( Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3441 ); 10. Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR :17 TAHUN 2004 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA bahwa dalam rangka meningkatkan produktivitas hasil pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLA IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci