BAB IV METODE PENELITIAN. dan objek utamanya adalah optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak di Subak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV METODE PENELITIAN. dan objek utamanya adalah optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak di Subak"

Transkripsi

1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan metode survei dan objek utamanya adalah optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak DI Kedewatan. Pencarian data dengan cara wawancara mendalam, wawancara terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif mempergunakan alat analisis program linier, sedangkan analisis kualitatif dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara deskriptif tentang pengelolaan fungsi sistem subak untuk melengkapi analisis kuantitatif. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah DI Kedewatan, Provinsi Bali. DI Kedewatan merupakan daerah irigasi yang operasi dan pemeliharaannya dilakukan melalui kerjasana antara pemerintah pusat dan subak, karena memiliki luas wilayah lebih besar dari ha, yaitu 3.012,63 ha. Di samping itu, DI Kedewatan mengairi subak terbanyak, yaitu 76 unit subak (Pengamat DI Kedewatan, 2012). Berdasarkan posisi subak dalam DI Kedewatan maka subak bagian hulu dipilih Subak Lodtunduh dan bagian hilir adalah Subak Padanggalak. Lokasi sampel subak dipilih secara sengaja. Alasan pemilihan tempat penelitian adalah kedua subak tersebut berada dalam satu aliran sungai, fungsi subak berjalan seperti biasanya, dan memiliki ketinggian tempat yang berbeda, yaitu Subak Lodtunduh 48

2 49 berada lebih kurang 325 m di atas permukaan laut dan Subak Padanggalak berada lebih kurang 40 m di atas permukaan laut (BBMKG, 2013). Untuk lebih jelas posisi Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak dapat dilihat pada Lampiran 1. Penelitian ini dilakukan mulai Januari 2013 sd Juni Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (Singarimbun dan Effendi, 1987). Populasi dalam penelitian ini terdiri atas anggota Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak DI Kedewatan. Populasi pada Subak Lodtunduh sebanyak 68 orang (Subak Lodtunduh, 2013) dan populasi pada Subak Padanggalak sebanyak 110 orang (Subak Padanggalak, 2013). Unit analisis dalam penelitian ini adalah subak. Fokus kajian adalah pencapaian produktivitas maksimal subak dengan mengalokasikan sumberdaya secara optimal. Pengambilan responden dilakukan secara random sampling, karena anggota subak homogen dalam konteks aktivitasnya pada sistem subak yang bersangkutan. Jumlah responden di masing-masing subak sampel adalah 30 orang. Menentukan jumlah sampel yang optimal dalam suatu penelitian adalah sangat sulit. Sampel sebanyak 30 sd 60 orang dianggap sudah efektif secara penuh dalam statistik. Di samping itu, jumlah sampel sebesar 1/10 dari populasi sudah bisa digunakan untuk menyatakan generalisasi (Champion, 1981). Menurut Sancheti dan Kapoor (1983), sampel sebanyak 30 orang atau lebih sudah dapat dianggap sangat mendekati distribusi normal.

3 50 Untuk mengoptimalkan hasil kajian maka informan diperluas dengan melibatkan dua orang pengurus subak dan tiga orang pakar subak yang ditentukan secara purposive sampling. Pemilihan informan berdasarkan pertimbangan pada kemampuannya dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian. 4.4 Jenis dan Sumber Data Jenis data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif dalam dua MT tahun 2012, yaitu MT1 mulai bulan Februari sd bulan Juni dan MT2 mulai bulan Juli sd bulan November. Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka antara lain jumlah dana, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan sawah, dan suplai air irigasi yang dapat disediakan oleh subak. Data kualitatif adalah data yang berupa pernyataan jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kuesioner, antara lain pernyataan-pernyataan yang terkait dengan fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; fungsi pemeliharaan fasilitas subak; fungsi pengelolaan sumberdaya; fungsi penyelesaian konflik; dan fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual Sumber data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung, seperti jumlah dana yang dapat disediakan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan sawah, dan suplai air irigasi yang dapat disediakan oleh subak; pernyataan-pernyataan yang terkait aktivitas subak; kondisi subak wilayah DI Kedewatan sesuai

4 51 dengan lingkup penelitian, permasalahan, dan prioritas masalah pengelolaan subak; kondisi lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi pengelolaan fungsi subak di DI Kedewatan. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau dari laporan penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, serta data dari instansi terkait. 4.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan metode survei, yaitu kombinasi antara metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah perekaman, dokumentasi, dan pencatatan. Secara terinci, pengambilan data primer dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut. 1. Observasi, melalui pengamatan langsung di lapangan tentang faktor-faktor strategis yang mempengaruhi pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak DI Kedewatan. 2. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara kepada responden dan wawancara mendalam kepada informan kunci. 3. Dokumentasi, yaitu pengambilan gambar di lapangan tentang kondisi fasilitas maupun aktivitas subak. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka atau penelusuran berbagai referensi, buku, dan laporan yang relevan dengan bahan penelitian.

5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain daftar pertanyaan terstruktur, pedoman wawancara, komputer, ph meter, kalkulator, alat perekam, dan kamera. 4.7 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian optimalisasi pengelolaan fungsi subak dapat dilihat pada Gambar 4.1. Identifikasi fungsi/aktivitas subak Identifikasi kendala subak Instrumen penelitian (kuesioner) Survei Tabulasi data Variabel keputusan dan koefisien teknis Analisis program linier Validasi pola Analisis sensitivitas/ simulasi pola Interpretasi hasil Gambar 4.1. Prosedur Penelitian Optimalisasi Pengelolaan Fungsi Sistem Subak

6 Analisis Data Sesuai dengan prosedur penelitian maka data yang telah dikumpulkan kemudian ditabulasi dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dipergunakan untuk melengkapi analisis kuantitatif. Untuk merancang pola pengelolaan fungsi subak yang optimal dengan kendala-kendala yang tersedia dilakukan analisis kuantitatif menggunakan program linier dengan bantuan software POM-QM for windows 3. Untuk mengetahui variabel keputusan dan koefisien dalam analisis program linier maka dilakukan (1) analisis usahatani dan (2) analisis kebutuhan air tanaman menggunakan bantuan software Cropwat 8.0 for windows. Software POM-QM versi windows dibuat oleh Yih-Long Chang dan Kiran Desai tahun 2003, kemudian dikembangkan antara lain oleh Howard J. Weiss pada tahun 2006 (Darmawan, 2013). Sementara itu, software Cropwat 8.0 for windows dikembangkan oleh FAO pada tahun 1990 (Smith, 1992). Sementara itu, analisis kebutuhan air tanaman juga dilakukan untuk mengetahui neraca air di lokasi penelitian. Suplai air irigasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80% dari debit air yang diberikan oleh Pengamat DI Kedewatan. Hal ini didasarkan pada tingkat efisiensi jaringan irigasi di saluran tersier adalah 80% (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986). Model program linier didasarkan atas hubungan input-output untuk setiap aktivitas dengan kendala ketersediaan sumberdaya (Standen, 1972). Hal ini sesuai dengan konsep optimasi, yaitu melalui penggunaan input (sumberdaya) yang tersedia akan menghasilkan keuntungan maksimal (Baumol, 1977;

7 54 Soekartawi, 1994). Variabel, indikator, parameter, dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1. Variabel, Indikator, Parameter, dan Pengukuran Optimalisasi Pengelolaan Fungsi Sistem Subak di DI Kedewatan, Provinsi Bali Variabel Indikator Parameter Pengukuran Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi Frekuensi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi Jumlah kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi kali Pemeliharaan fasilitas subak Frekuensi pemeliharaan fasilitas subak Jumlah kegiatan pemeliharaan fasilitas subak kali Pengelolaan sumberdaya subak Luas usahatani Pendapatan subak Penjualan Konsumsi Luas usahatani Penerimaan subak Biaya variabel Penjualan produk Konsumsi produk ha rp rp ton ton Penyelenggaraan kegiatan koperasi tani Jumlah kegiatan koperasi tani Jumlah kegiatan koperasi tani unit Penyelenggaraan penyelesaian konflik Frekuensi pertemuan untuk menyelesaikan konflik Jumlah pertemuan untuk menyelesaikan konflik kali Penyelenggaraan kegiatan ritual Jumlah kegiatan ritual Jumlah kegiatan ritual unit Analisis usahatani juga dilakukan untuk mengetahui efisiensi cabang usahatani yang dilakukan di lokasi penelitian. Efisiensi cabang usahatani dapat diketahui dari nisbah antara penerimaan usahatani (R) dengan biaya usahatani (C). Jika nisbah R/C > 1, artinya cabang usahatani efisien; nisbah R/C = 1, artinya cabang usahatani mencapai keadaan impas; dan nisbah R/C < 1, artinya cabang usahatani tidak efisien.

8 Definisi operasional variabel Operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pola pengelolaan fungsi subak yang optimal adalah pola pengelolaan fungsi subak yang menghasilkan produktivitas maksimal dengan penggunaan sumberdaya yang tersedia. Pola pengelolaan fungsi subak yang optimal ditunjukkan oleh nilai-nilai aktivitas subak yang optimal dan berada dalam interval konfiden atau pola tervalidasi. 2. Produktivitas dalam penelitian ini, merupakan fungsi tujuan yang dimaksimalkan yang diwujudkan dengan pendapatan total subak, yaitu dari usahatani dan bukan-usahatani dalam dua MT (rp). Pendapatan usahatani berupa gross margin dari setiap cabang usahatani. 3. Alokasi, distribusi dan pinjam air irigasi adalah aktivitas pengalokasian, pendistribusian, dan peminjaman air irigasi untuk mengairi lahan sawah anggota subak per MT (kali). Alokasi air irigasi adalah aktivitas memberikan hak pemanfaatan air irigasi yang tersedia kepada setiap anggota subak. Distribusi air irigasi adalah aktivitas menyalurkan hak air irigasi yang telah ditetapkan ke petak sawah setiap anggota subak. Pinjam air irigasi adalah aktivitas pinjam air antar kelompok tani atau petani melalui pemberian debit air irigasi lebih besar secara bergilir sesuai dengan kebutuhan. 4. Pemeliharaan fasilitas subak adalah aktivitas pemeliharaan fasilitas fisik subak per MT (kali).

9 56 5. Pengelolaan sumberdaya adalah aktivitas mobilisasi sumberdaya subak untuk semua kegiatan subak per MT. Kendala dalam analisis program linier adalah penjumlahan masing-masing sumberdaya dalam setiap MT. 6. Penyelenggaraan penyelesaian konflik adalah penyelenggaraan rapat anggota subak untuk penyelesaian konflik per MT (kali). 7. Penyelenggaraan kegiatan ritual adalah penyelenggaraan kegiatan ritual yang terkait kegiatan usahatani secara langsung maupun tidak langsung di subak per MT (unit). 8. Penyelenggaraan kegiatan koperasi tani adalah penyelenggaraan kegiatan koperasi tani per MT (unit) Spesifikasi model program linier Keterbatasan sumberdaya subak merupakan kendala dalam menjalankan fungsi subak. Sumberdaya subak meliputi (1) suplai air irigasi, (2) suplai dana, (3) suplai tenaga kerja keluarga, dan (4) suplai lahan sawah. Fungsi tujuan dalam program linier adalah memaksimalkan produktivitas subak, yang berupa pendapatan kotor subak selama dua MT pada tahun Periode analisis ditentukan dua MT pada tahun 2012, karena pada tahun tersebut suplai air irigasi dan kegiatan usahatani dalam keadaan normal. Model spesifik dalam optimalisasi pengelolaan fungsi subak dalam studi ini adalah sebagai berikut. Dimaksimalkan: z = c 1 x 1 + c 2 x c n x n dengan kendala: a va1 x 1 + a va2 x a van x n < suplai air irigasi a tk1 x 1 + a tk2 x a tkn x n < suplai tenaga kerja keluarga

10 57 di mana: a dn1 x 1 + a dn2 x a dnn x n = suplai dana a la1 x 1 + a la2 x a lan x n < suplai lahan sawah a m1 x 1 + a m2 x a mn x n < b m z : fungsi tujuan yang memaksimalkan produktivitas subak dari aktivitas subak dengan berbagai kendala yang dihadapi (c i x n ) x n : alternatif aktivitas dalam mengelola subak: a mn adalah penambahan (< 0) atau pengurangan (> 0) b m oleh setiap unit aktivitas x n. a va adalah suplai air irigasi dan a la adalah suplai lahan sawah. a va dan a la menurun (> 0) atau meningkat (< 0) akibat usahatani. a tk adalah suplai tenaga kerja dalam keluarga dan a dn adalah suplai dana. a tk dan a dn menurun (> 0) atau meningkat (< 0) akibat kegiatan usahatani; penjualan hasil produksi; aktivitas alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; aktivitas pemeliharaan fasilitas subak; aktivitas penyelenggaraan penyelesaian konflik; aktivitas penyelenggaraan kegiatan ritual, dan aktivitas penyelenggaraan koperasi tani. b m : semua kendala yang dihadapi dalam melaksanakan fungsi subak: kendala (<), persamaan (>) c j : penambahan (> 0) atau pengurangan (< 0) z oleh setiap aktivitas x n. Dalam programasi linier diperlukan adanya komponen-komponen seperti fungsi tujuan yang dimaksimalkan; alternatif aktivitas; dan kendala. Ketiga komponen tersebut diuraikan sebagai berikut. 1. Fungsi tujuan Fungsi tujuan dalam penelitian ini adalah memaksimalkan produktivitas subak selama dua MT pada tahun 2012 dengan kendala suplai air irigasi; suplai

11 58 lahan sawah; suplai tenaga kerja keluarga; dan suplai dana. Produktivitas subak diukur dengan pendapatan subak. 2. Aktivitas Rumusan aktivitas optimalisasi pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Rumusan Aktivitas di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak No Kode Keterangan Subak Lodtunduh Subak Padanggalak 1 UP1 Usahatani padi, MT1 ha ha 2 UP2 Usahatani padi, MT2 ha ha 3 UC1 Usahatani bunga pacar air, MT1 ha - 4 UC2 Usahatani bunga pacar air, MT2 ha - 5 UK1 Usahatani kangkung, MT1 ha - 6 UK2 Usahatani kangkung, MT2 ha - 7 ADPA1 Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi, MT1 kali kali 8 ADPA2 Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi, MT2 kali kali 9 PFS1 Pemeliharaan fasilitas subak, MT1 kali kali 10 PFS2 Pemeliharaan fasilitas subak, MT2 kali kali 11 PPK1 Penyelenggaraan penyelesaian konflik, MT1 kali kali 12 PPK2 Penyelenggaraan penyelesaian konflik, MT2 kali kali 13 PKR1 Penyelenggaraan kegiatan ritual, MT1 unit unit 14 PKR2 Penyelenggaraan kegiatan ritual, MT2 unit unit 15 JG1 Jual gabah, MT1 ton ton 16 JG2 Jual gabah, MT2 ton ton 17 JC1 Jual bunga pacar air, MT1 ton ton 18 JC2 Jual bunga pacar air, MT2 ton ton 19 JK1 Jual kangkung, MT1 ton ton 20 JK2 Jual kangkung, MT2 ton ton 21 KG1 Konsumsi gabah, MT1 ton ton 22 KG2 Konsumsi gabah, MT2 ton ton 23 KK1 Konsumsi kangkung, MT1 ton ton 24 KK2 Konsumsi kangkung, MT2 ton ton 25 PKK1 Penyelenggaraan kegiatan koperasi tani, MT1 unit unit 26 PKK2 Penyelenggaraan kegiatan koperasi tani, MT2 unit unit

12 59 Pada dasarnya aktivitas optimalisasi pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak terdiri atas lima aktivitas sesuai dengan jumlah fungsi subak. Namun dalam fungsi pengelolaan sumberdaya subak terdapat beberapa aktivitas, seperti kegiatan usahatani, penjualan produk, konsumsi produk, dan penyelenggaraan kegiatan koperasi tani. Berdasarkan Tabel 4.2, Lampiran 3, dan Lampiran 4 dapat dijelaskan secara ringkas aktivitas beserta koefisiennya di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak, sebagai berikut. UP1 (Usahatani padi MT1) Koefisien positif satu pada kolom UP1 dan baris SL1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya ketersediaan lahan seluas satu hektar. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom UP2 dan baris SL2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom UP1 dan baris SAI1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya suplai air irigasi yang tersedia. Suplai air irigasi dihitung dengan satuan meter kubik (m 3 ). Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom UP2 dan baris SAI2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom UP1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Jumlah tenaga kerja keluarga dihitung dengan satuan HOK (hari orang kerja). Demikian

13 60 pula untuk koefisien positif pada kolom UP2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien negatif pada kolom UP1 dan baris SG1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan bertambahnya stok gabah. Stok gabah dihitung dengan satuan ton. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom UP2 dan baris SG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien negatif pada kolom UP1 dan baris MKG1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan bertambahnya konsumsi gabah. Konsumsi gabah dihitung dengan satuan ton. Demikian pula, untuk koefisien positif pada kolom UP2 dan baris MKG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom UP1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap satu hektar aktivitas usahatani padi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia sebesar biaya tunai satu hektar usahatani padi. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom UP2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. UC1 (Usahatani bunga pacar air MT1) Penjelasan sama dengan UP1, tetapi untuk komoditi bunga pacar air. UK1 (Usahatani kangkung MT1) Penjelasan sama dengan UP1, tetapi untuk komoditi kangkung.

14 61 ADPA1 (Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi MT1) Koefisien positif satu pada kolom ADPA1 dan baris MKADA1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi sebanyak satu kali. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom ADPA2 dan baris MKADA2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom ADPA1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom ADPA2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom ADPA1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom ADPA2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. PFS1 (Pemeliharaan fasilitas subak MT1) Koefisien positif satu pada kolom PFS1 dan baris MKPFS1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas pemeliharaan fasilitas subak yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya maksimal kegiatan pemeliharaan fasilitas subak sebanyak satu kali. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom PFS2 dan baris MKPFS2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2.

15 62 Koefisien positif pada kolom PFS1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas pemeliharaan fasilitas subak yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PFS2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom PFS1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas pemeliharaan fasilitas subak yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PFS2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. PPK1 (Penyelenggaraan penyelesaian konflik MT1) Koefisien positif satu pada kolom PPK1 dan baris MPPK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan penyelesaian konflik yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya maksimal penyelenggaraan penyelesaian konflik sebanyak satu kali. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom PPK2 dan baris MPPK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom PPK1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan penyelesaian konflik yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PPK2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2.

16 63 Koefisien positif pada kolom PPK1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan penyelesaian konflik yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PPK2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. PKR1 (Penyelenggaraan kegiatan ritual MT1) Koefisien positif satu pada kolom PKR1 dan baris MPKR1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan ritual yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya maksimal penyelenggaraan kegiatan ritual sebanyak satu kali. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom PKR2 dan baris MPKR2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom PKR1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan ritual yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PKR2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom PKR1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan ritual yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PKR 2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2.

17 64 JG1 (Jual gabah MT1) Koefisien positif satu pada kolom JG1 dan baris SG1 menunjukkan bahwa setiap satu ton aktivitas penjualan gabah yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya stok gabah sebanyak satu ton. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom JG2 dan baris SG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien negatif pada kolom JG1 dan baris SD1 menunjukkan bahwa setiap satu ton aktivitas penjualan gabah yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan bertambahnya suplai dana tunai sebesar harga gabah satu ton. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom JG2 dan baris SG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. JC1 (Jual bunga pacar air MT1). Penjelasan sama dengan JG1, hanya komoditinya bunga pacar air. JK1 (Jual kangkung MT1) Penjelasan sama dengan JG1, hanya komoditinya kangkung. KG1 (Konsumsi gabah MT1) Koefisien positif satu pada kolom KG1 dan baris SG1 menunjukkan bahwa setiap aktivitas konsumsi gabah satu ton yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya stok gabah sebanyak satu ton. Koefisien positif satu pada kolom KG1 dan baris MKG1 menunjukkan bahwa setiap aktivitas konsumsi gabah satu ton yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya maksimal konsumsi gabah sebanyak satu ton. Demikian pula untuk koefisien

18 65 positif satu pada kolom JG2 dan baris SG2 serta kolom JG2 dan baris MKG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom KG1 dan baris DK1 menunjukkan bahwa setiap aktivitas konsumsi gabah satu ton yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dana tunai yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom KG2 dan baris DK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. KK1 (Konsumsi kangkung MT1) Penjelasan sama dengan KG1, hanya komoditinya kangkung. PKK1 (Penyelenggaraan kegiatan koperasi tani MT1) Koefisien positif satu pada kolom PKK1 dan baris MPKK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan koperasi tani yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya maksimal penyelenggaraan kegiatan koperasi tani satu kali. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom PKK2 dan baris MPKK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien positif pada kolom PKK1 dan baris STK1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan koperasi tani yang dilakukan pada MT1 akan mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia. Demikian pula untuk koefisien positif pada kolom PKK2 dan baris STK2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. Koefisien negatif pada kolom PKK1 dan baris SD1 menunjukkan bahwa setiap satu kali aktivitas penyelenggaraan kegiatan koperasi tani yang dilakukan

19 66 pada MT1 akan mengakibatkan bertambahnya suplai dana tunai. Demikian pula untuk koefisien positif satu pada kolom JG2 dan baris SG2, untuk aktivitas yang dilakukan pada MT2. AD1 (Alokasi dana MT1) Dalam penelitian ini sebagai fungsi z adalah produktivitas subak yang diwujudkan dalam pendapatan subak dari usahatani dan non usahatani. Pendapatan dari usahatani menggunakan gross margin, sehingga penerimaan usahatani dihitung berdasarkan penerimaan total usahatani. Produksi yang dikonsumsi dinilai dengan uang, sehingga AD1 menggambarkan penjumlahan aliran dana tunai pada MT1. Koefisien positif satu pada kolom AD1 dan baris SD1 menunjukkan bahwa dana digunakan sebesar Rp 1.000,00 untuk aktivitas. Koefisien negatif satu pada kolom AD1 dan baris DK1 menunjukkan tersedianya dana untuk aktivitas maupun kebutuhan lainnya. Demikian pula AD2 pada MT2. TD12 (Transfer dana MT1) Koefisien positif satu pada kolom TD12 dan baris DK1 menunjukkan bahwa penerimaan dana sebanyak Rp 1.000,00. Koefisien negatif satu pada kolom TD12 dan baris DK2 menunjukkan penerimaan dana MT1 telah ditransfer ke MT2. Koefisien positif satu pada kolom TD2 dan baris DK2 menunjukkan penerimaan dana pada MT1 dan MT2. Selain aktivitas-aktivitas maka dalam optimalisasi pengelolaan fungsi subak dirumuskan pula kendala-kendala pengelolaan fungsi subak di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak seperti disajikan pada Tabel 4.3.

20 67 Tabel 4.3. Rumusan Kendala Pola Pengelolaan Fungsi Subak di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak No Kode Keterangan Subak Lodtunduh Subak Padanggalak Satuan 1 SL1 Suplai lahan, MT1 25,00 112,00 ha 2 SL2 Suplai lahan, MT 2 25,00 112,00 ha 3 SLCK1 Suplai lahan untuk tanaman bunga pacar air dan kangkung, MT 1 2, SLCK2 Suplai lahan untuk tanaman bunga pacar air dan kangkung, MT 2 2, SLC1 Suplai lahan untuk tanaman bunga pacar air, MT 1 2, SLC2 Suplai lahan untuk tanaman bunga pacar air, MT 2 2, SLK1 Suplai lahan untuk tanaman kangkung, MT 1 2, SLK2 Suplai lahan untuk tanaman kangkung, MT 2 2, MKADA1 Maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi, MT1 = 1,00 = 1,00 kali 10 MKADA2 Maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi, MT2 = 1,00 = 1,00 kali 11 SAI1 Suplai air irigasi, MT , ,00 m 3 12 SAI2 Suplai air irigasi, MT , ,00 m 3 13 MKPFS1 Maksimal kegiatan pemeliharaan fasilitas subak, MT1 = 3,00 = 2,00 kali 14 MKPFS2 Maksimal kegiatan pemeliharaan fasilitas subak, MT2 = 3,00 = 2,00 kali 15 MPPK1 Maksimal penyelenggaraan penyelesaian konflik, MT1 = 3,00 = 2,00 kali 16 MPPK2 Maksimal penyelenggaraan penyelesaian konflik, MT2 = 3,00 = 2,00 kali 17 MPKR1 Maksimal penyelenggaraan kegiatan ritual, MT1 = 1,00 = 1,00 unit 18 MPKR2 Maksimal penyelenggaraan kegiatan ritual, MT2 = 1,00 = 1,00 unit 19 STK1 Suplai tenaga kerja keluarga, MT , ,00 HOK 20 STK2 Suplai tenaga kerja keluarga, MT , ,00 HOK 21 SG1 Suplai gabah, MT1 = 0,00 = 0,00 ton

21 22 SG2 Suplai gabah, MT2 = 0,00 = 0,00 ton 23 SC1 Suplai bunga pacar air, MT1 = 0, SC2 Suplai bunga pacar air, MT2 = 0, SK1 Suplai kangkung, MT1 = 0, SK2 Suplai kangkung, MT2 = 0, MKG1 Maksimal konsumsi gabah, MT1 = 0, MKG2 Maksimal konsumsi gabah, MT2 = 0, MKK1 Maksimal konsumsi kangkung, MT1 = 0, MKK2 Maksimal konsumsi kangkung, MT2 = 0, MPKK1 Maksimal penyelenggaraan kegiatan koperasi tani, MT1 = 1,00 = 1,00 unit 32 MPKK2 Maksimal penyelenggaraan kegiatan koperasi tani, MT2 = 1,00 = 1,00 unit 33 SD1 Suplai dana, MT1 = ,70 = ,83 Rp SD2 Suplai dana, MT2 = ,10 = ,83 Rp DK1 Dana keluar, MT1 = 0,00 = 0,00 Rp DK2 Dana keluar, MT2 = 0,00 = 0,00 Rp 000 Sumber: Kompilasi data hasil penelitian, Subak Lodtunduh (2013), Subak Padanggalak (2013), dan Pengamat DI Kedewatan (2012) 68

22 69 Penjelasan kendala pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak pada Tabel 4.3 adalah sebagai berikut. SL1 (Suplai lahan MT1) Luas lahan sawah yang tersedia di Subak Lodtunduh seluas 25 ha dan di Subak Padanggalak seluas 112 ha pada MT1. Kebijakan penggunaan lahan di Subak Lodtunduh adalah penggunaan lahan untuk selain padi adalah 10% dari luas lahan (2,50 ha). Berarti SLCK1 (suplai lahan untuk bunga pacar air dan kangkung MT1) seluas 2,50 ha; SLC1 (suplai lahan untuk bunga pacar air MT1) seluas 2,50 ha; SLK1 (suplai lahan untuk kangkung MT1) seluas 2,50 ha. Demikian pula untuk SL2, SLCK2, SLC2, dan SLK2, luas lahan sawah pada MT2. MKADA1 (Maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi MT1) Maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak masing-masing sebanyak satu kali. Demikian pula untuk MKADA2, maksimal kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi MT2. SAI1 (Suplai air irigasi MT1) Air irigasi yang tersedia pada MT1 di Subak Lodtunduh sebanyak ,60 m 3 dan di Subak Padanggalak sebanyak ,00 m 3. Nilai RHS bertanda (<), maksudnya jumlah air irigasi yang digunakan dalam usahatani pada MT1 tidak melebihi volume air irigasi yang tersedia. Suplai air irigasi MT2

23 70 (SAI2) adalah air irigasi yang tersedia pada MT2 di Subak Lodtunduh sebanyak ,30 m 3 dan di Subak Padanggalak sebanyak ,00 m 3. Dalam simulasi 1, suplai air irigasi yang digunakan dalam analisis pada MT1 (SAI1) adalah di Subak Lodtunduh sebanyak ,90 m 3 dan di Subak Padanggalak sebanyak ,47 m 3. SAI2 di Subak Lodtunduh sebanyak ,20 m 3 dan di Subak Padanggalak sebanyak ,86 m 3. SAI1 dan SAI2 dalam simulasi 1 adalah suplai air irigasi tahun 2012 dikurangi deviasi air irigasi yang sebanding dengan penurunan debit air di Bendung Kedewatan. Dalam simulasi 2, SAI1 dan SAI2 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak adalah 80% dari suplai air irigasi per 10 hari yang diberikan oleh Pengamat DI Kedewatan (2012) yang telah diolah dan disajikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. MKPFS1 (Maksimal kegiatan pemeliharaan fasilitas subak MT1) Maksimal kegiatan pemeliharaan fasilitas subak MT1 di Subak Lodtunduh sebanyak tiga kali dan Subak Padanggalak sebanyak dua kali. Nilai RHS bertanda (=), maksudnya jumlah kegiatan pemeliharaan fasilitas subak yang diperlukan pada MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak dapat direalisasikan. Demikian pula untuk MKPFS2, yaitu pada MT2. MPPK1 (Maksimal penyelenggaraan penyelesaian konflik MT1) Maksimal penyelenggaraan penyelesaian konflik MT1 di Subak Lodtunduh sebanyak tiga kali dan Subak Padanggalak sebanyak dua kali. Nilai RHS bertanda (=), maksudnya jumlah kegiatan penyelenggaraan penyelesaian

24 71 konflik yang diperlukan pada MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak dapat direalisasikan. Demikian pula untuk MPPK2, yaitu pada MT2. MPKR1 (Maksimal penyelenggaraan kegiatan ritual MT1) Maksimal penyelenggaraan kegiatan ritual MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak masing-masing sebanyak satu kali. Demikian pula untuk MKADA2, yaitu pada MT2. Nilai RHS bertanda (=), maksudnya jumlah penyelenggaraan kegiatan ritual yang diperlukan pada MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak dapat direalisasikan. STK1 (Suplai tenaga kerja keluarga MT1) Suplai tenaga kerja keluarga MT1 di Subak Lodtunduh sebanyak ,74 HOK dan Subak Padanggalak sebanyak HOK. Suplai tenaga kerja keluarga MT2 (STK2) di Subak Lodtunduh sebanyak ,89 HOK dan Subak Padanggalak sebanyak HOK. Nilai RHS bertanda (<), maksudnya jumlah tenaga kerja keluarga yang digunakan dalam usahatani pada MT1 tidak melebihi tenaga kerja keluarga yang tersedia. SG1 (Suplai gabah MT1) Jumlah gabah yang dijual dan yang dikonsumsi oleh keluarga petani pada MT1. Nilai RHS = 0, artinya gabah yang dijual dan yang dikonsumsi pada MT1 ketersediannya terpenuhi. Demikian pula untuk SG2 pada MT2. SC1 (Suplai bunga pacar air MT1) Jumlah bunga pacar air yang dijual pada MT1. Nilai RHS = 0, artinya bunga pacar air yang dijual pada MT1 ketersediannya terpenuhi. Demikian pula untuk SC2 pada MT2.

25 72 SK1 (Suplai kangkung MT1) Jumlah kangkung yang dijual dan yang dikonsumsi untuk pakan ternak pada MT1. Nilai RHS = 0, artinya kangkung yang dijual dan yang digunakan untuk pakan ternak pada MT1 ketersediannya terpenuhi. Demikian pula untuk SK2 pada MT2. MKG1 (Maksimal konsumsi gabah MT1) Jumlah gabah yang dikonsumsi oleh keluarga petani pada MT1. Nilai RHS = 0, artinya gabah yang dikonsumsi pada MT1 ketersediannya terpenuhi. Demikian pula untuk MKG2 pada MT2. MKK1 (Maksimal konsumsi kangkung MT1) Jumlah kangkung yang digunakan untuk pakan ternak pada MT1. Nilai RHS = 0, artinya kangkung yang digunakan untuk pakan ternak pada MT1 ketersediannya terpenuhi. Demikian pula untuk MKK2 pada MT2. MPKK1 (Maksimal penyelenggaraan kegiatan koperasi tani MT1) Maksimal penyelenggaraan kegiatan koperasi tani MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak masing-masing sebanyak satu kali. Demikian pula untuk MPKK 2, yaitu pada MT2. Nilai RHS bertanda (=), maksudnya jumlah penyelenggaraan kegiatan koperasi tani yang diperlukan pada MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak dapat direalisasikan. SD1 (Suplai dana MT1) Suplai dana MT1 di Subak Lodtunduh sebanyak Rp ,70 ribu dan Subak Padanggalak sebanyak Rp ,83 ribu. Suplai dana MT2 (SD2) di Subak Lodtunduh sebanyak Rp ,10 ribu dan Subak Padanggalak

26 73 sebanyak Rp ,83 ribu. Nilai RHS = 0, berarti dana tunai yang dibutuhkan pada MT1 terpenuhi. Demikian pula untuk SD2, yaitu pada MT2. DK1 (Dana keluar MT1) Dana tunai yang dikeluarkan dalam aktivitas subak selama MT1 di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak. Nilai RHS = 0, berarti dana tunai yang dikeluarkan untuk aktivias subak selama MT1, ketersediaannya terpenuhi. Demikian pula untuk DK2, yaitu pada MT Validasi pola Darmawan (2011) berpendapat bahwa tidak ada model (pola) optimasi yang sempurna untuk semua kondisi. Asumsi yang rasional mempengaruhi ketepatan model (pola) yang menghasilkan estimasi yang tepat. Oleh karena itu, pembuat model (pola) harus terus-menerus memantau dan mengawasi hasil-hasil simulasi model (pola) tervalidasi yang ditemukan. Dalam penelitian ini menggunakan interval konfidensi sebagai validasi pola. Jika semua nilai optimal masuk ke dalam interval konfidensi maka pola dianggap valid. Menurut Hartono (1983), untuk menilai kesesuaian hasil optimal dengan kondisi sebenarnya dapat menggunakan formulasi statistik (rentang kepercayaan 95%) sebagai berikut s n s x 1 u x 1 n N n n N di mana: x : rata-rata survei u : nilai mean murni s : standar deviasi sampel n : ukuran sampel N : ukuran populasi

27 Analisis sensitivitas Ketersediaan sumberdaya subak sangat dinamis. Hal ini dapat mempengaruhi solusi optimal pengelolaan fungsi subak. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis sensitivitas/simulasi pola. Analisis sensitivitas dapat digunakan untuk mendeterminasi pengaruh perubahan nilai koefisien input-output dan sumberdaya yang tersedia pada solusi optimal. Analisis sensitivitas terdiri atas dua bentuk, yaitu (1) perubahan biaya (variabel price programming) dan (2) perubahan faktor pembatas (variabel resource programming) (Heady dan Agrawal, 1972). Fungsi utama subak adalah pengelolaan air irigasi untuk memproduksi pangan (Sutawan, 2005). Dalam penelitian ini dilakukan dua simulasi terhadap pola pengelolaan fungsi subak optimal, yaitu simulasi 1 adalah jika terjadi penurunan suplai air irigasi sesuai deviasi debit air di Bendung Kedewatan, tetapi subak berperan dalam pengelolaan air irigasi, kemudian simulasi 2 adalah jika subak tidak berperan dalam pengelolaan air irigasi pada saat defisit air irigasi. Peran subak dalam pengelolaan air irigasi pada simulasi tersebut ditekankan pada pelaksanaan fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi oleh subak sesuai dengan prinsip harmoni dan kebersamaan. Simulasi ini untuk menjawab tujuan penelitian kedua dan ketiga.

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar, ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP 3.1 Kerangka Berpikir Subak sangat berperan dalam pembangunan pertanian beririgasi, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya air irigasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani.

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani. BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan data primer yang diperoleh dari 84 orang petani sampel, maka dapat dikemukakan karakteristik petani sampel, khususnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Indonesia. Usahatani padi dan kedelai merupakan salah satu usaha

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Indonesia. Usahatani padi dan kedelai merupakan salah satu usaha 24 BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Kerangka Pemikiran Pertanian merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Usahatani padi dan kedelai merupakan salah satu usaha pertanian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia (Syarief, 2011). Jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan menjadi 275 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di gabungan gelompok tani (Gapoktan) Desa Hasang, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Jawa Barat dan Daerah Irigasi Cihea yang mencakup tiga kecamatan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN Program ketahanan pangan diarahkan pada kemandirian masyarakat/petani yang berbasis sumberdaya lokal yang secara operasional dilakukan melalui program peningkatan produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Jasinga. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada umur, pengalaman

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada umur, pengalaman BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Karakteristik responden Unit analisis dalam penelitian ini adalah subak. Oleh karena itu, karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada

Lebih terperinci

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK 7.1. Pola Usahatani Pola usahatani yang dimasukkan dalam program linier sesuai kebiasaan petani adalah pola tanam padi-bera untuk lahan sawah satu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Sistem Integrasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pola pengadaan dan tingkat pengadaan pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu Kajian dilakukan terhadap usahatani beberapa petani sawah irigasi di desa Citarik kecamatan Tirta Mulya Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi terutama didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016.

BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016. Penelitian ini dilakukan di Desa Serdang, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara

BAB I PENDAHULUAN. Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara menyeluruh, terpadu, berwawasan lingkungan dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk menggali fakta- fakta di lapangan kemudian dianalisis dan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualititatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menggambarkan atau

Lebih terperinci

OPTIMASI POLA DAN TATA TANAM DALAM RANGKA EFISIENSI IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TANGGUL TIMUR SKRIPSI. Oleh DIAN DWI WURI UTAMI NIM

OPTIMASI POLA DAN TATA TANAM DALAM RANGKA EFISIENSI IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TANGGUL TIMUR SKRIPSI. Oleh DIAN DWI WURI UTAMI NIM OPTIMASI POLA DAN TATA TANAM DALAM RANGKA EFISIENSI IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TANGGUL TIMUR SKRIPSI Oleh DIAN DWI WURI UTAMI NIM 031710201034 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis adalah suatu alur berpikir yang digunakan oleh penulis berdasarkan teori maupun konsep yang telah ada sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu cara. dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa :

BAB III METODE PENELITIAN. Metode lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu cara. dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu cara pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel 37 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia mengimpor beras sebanyak 0,6 juta ton. Impor beras mengalami peningkatan pada tahun-tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting dalam pembangunan pertanian Indonesia masa depan mengingat pesatnya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Operation Research (OR) digunakan dalam penyelesaian masalahmasalah manajemen untuk meningkatkan produktivitas, atau efisiensi. Metode dalam Teknik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan

METODE PENELITIAN. dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa 3 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Zozozea, Ondorea Barat, Ndeturea, dan Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan yang dilakukan. Seperti halnya yang terjadi di Bali.

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan yang dilakukan. Seperti halnya yang terjadi di Bali. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya adalah bercocok tanam. Potensi pertanian Indonesia yang tinggi salah satunya disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010-2035. Proyeksi jumlah penduduk ini berdasarkan perhitungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 24 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif analitis. Metode deskriptif memusatkan perhatian pada pemecahan

Lebih terperinci

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO). 29 KERANGKA PEMIKIRAN Lahan dan air adalah sumberdaya alam yang merupakan faktor produksi utama selain input lainnya yang sangat mempengaruhi produktivitas usahatani padi sawah. Namun, seiring dengan semakin

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rinadya Yoghurt yang berlokasi di Bukit Asri Ciomas Blok A5 No. 9, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Diiringi dengan: 1. Jumlah penduduk semakin meningkat 2. Konversi lahan meningkat 3. Pemenuhan pangan yang masih dibawah pemenuhan gizi Pemantapan kemandirian pangan melalui pekarangan Persepsi masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA Abiyadun dan Ni Putu Sutami Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Dalam panca

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di 40 III. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di lapangan dan menggunakan kuisioner, dengan populasi petani kopi di Kabupaten Lampung Barat. Secara rinci

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi

Lebih terperinci

Optimalisasi Alokasi Sumberdaya Pada Sistem Usahatani Lahan Kering di Desa Kerta, Gianyar, Bali: Pendekatan Linear Programming

Optimalisasi Alokasi Sumberdaya Pada Sistem Usahatani Lahan Kering di Desa Kerta, Gianyar, Bali: Pendekatan Linear Programming JEKT Optimalisasi Alokasi Sumberdaya Pada Sistem Usahatani Lahan Kering di Desa Kerta, Gianyar, Bali: Pendekatan Linear Programming Made Antara *) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa Desa

IV. METODE PENELITIAN. penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa Desa IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung

Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung PRISMA (08) PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung Ulfasari Rafflesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil. 35 III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei. Metode survei merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan langsung terhadap gejala

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang. digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang. digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian kuantitatif dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan April Juni di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan April Juni di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan April Juni 2013 di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. B. Metode Penelitian Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA Eddy Makruf, Yulie Oktavia, Wawan Eka Putra, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) yang berlokasi di Jalan KH Abdul Hamid Km 3, Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan

Lebih terperinci

Pengumpulan, Pengolahan dan Estimasi Data Neraca Bahan Makanan, 2010

Pengumpulan, Pengolahan dan Estimasi Data Neraca Bahan Makanan, 2010 BADAN PUSAT STATISTIK Pengumpulan, Pengolahan dan Estimasi Data Neraca Bahan Makanan, 2010 ABSTRAKSI Latar belakang ; Dukungan informasi tentang situasi ketersediaan pangan sebagai bahan pertimbangan dalam

Lebih terperinci

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Disusun Oleh : Eliya Saidah H0402035 III. METODE PENELITIAN A. Metode

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya saing UMKM merupakan penelitian survai dengan tujuan explanatory. Metode survai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode 38 III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan bahan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO Kiki Diantoro 1, M. Sunarsih 2, Djoko Soejono 3 1) Alumni Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci