BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. lain untuk tetap bertahan hidup di perkotaan. Sektor informal menjadi pilihan masyarakat yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. lain untuk tetap bertahan hidup di perkotaan. Sektor informal menjadi pilihan masyarakat yang"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Sektor Informal Hart Keith (1971) pertama kali melontarkan istilah sektor informal dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada diluar pasar tenaga kerja yang terorganisasi. Masyarakat pendatang tanpa latar belakang pendidikan yang memadai tidak akan dapat masuk ke sektor formal dalam hal ini mereka akan mencari alternatif lain untuk tetap bertahan hidup di perkotaan. Sektor informal menjadi pilihan masyarakat yang tidak memiliki pendidikan yang memadai. Aktifitas aktifitas informal tersebut merupakan cara melakukan sesuatu yang ditandai dengan mudah untuk dimasuki bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri, operasinya dalam skala kecil, padat karya dan teknologi bersifat adaptif, keterampilan dapat diperoleh diluar sektor formal dan tidak terkena secara langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif. Menurut Hart Keith (1971) ada dua macam sektor sektor informal dilihat dari kesempatan memperoleh penghasilan yaitu : 1. Sah terdiri dari a. Kegiatan kegiatan primer dan sekunder yakni pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan dan lain lain. b. Usaha tersier dengan modal yang relatif besar yaitu perumahan, transportasi, usaha usaha untuk kepentingan umum dan lain lain. c. Distribusi kecil kecilan yaitu pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang asongan dan lain lain. d. Transaksi pribadi yaitu pinjam meminjam dan pengemis

2 e. Jasa yang lain antara lain pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah dan lain lain. 2. Tidak sah, terdiri dari : a. Jasa : kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya yaitu penadah barang barang curian, lintah darat, perdagangan gelap dan penyelundupan. b. Transaksi : pencurian kecil (pencopet), perampokan, pemalsuan uang dan perjudian. Landasan teori mengenai sektor informal banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Sihite Romany dalam Handayani (2000) sektor informal dicirikan oleh pola kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh oleh aturan aturan pemerintah, modal dan omset kecil dalam hitungan harian, tempat tidak tetap dan terikat dengan usaha usaha lain, tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, sedangkan umumnya memakai tenaga yang jumlahnya sedikit atau dari dalam keluarga dan tempat tinggal cukup tinggi. Sektor informal merupakan katup pengaman bagi perkembangan ketenagakerjaan di Indonesia. Hal ini dikarenakan kemampuan sektor informal menyerap tenaga kerja cukup banyak untuk bekerja di sektor informal tidak memerlukan persyaratan yang sulit. Kegiatan ekonomi sektor informal sebagai penyambung rangkaian kegiatan ekonomi yang belum atau tidak dapat dicapai di sektor formal misalnya pedagang pengecer yang menyalurkan barang barang produksi sektor formal (Handayani, 2000) Menurut Sumaryani (2005) sektor formal dan sektor informal dapat dibedakan dari ciri pekerjaan yang dilakukan beserta pola pengerahan tenaga kerja yang bisa juga didasarkan atas beberapa ciri ciri yakni unit produksi yang melakukan pekerjaan tersebut serta hubungan kerja eksternalnnya. Sektor formal adalah sektor yang dimana pekerjaan didasarkan atas kontrak yang jelas dan pengupahan diberikan secara tetap atau permanen. Sektor informal adalah sektor dimana seorang pekerja tidak didasarkan atas suatu kontrak atau tidak terikat pada kontrak

3 bahkan biasanya para pekerja tersebut bekerja untuk dirinya sendiri dan penghasilannya tidak tetap dan tidak permanen terus menerus. Sektor formal sangat susah untuk dimasuki karena memiliki beberapa persyaratan dan harus lulus kualifikasi, berbeda dengan sektor informal. Sektor informal dikatakan gampang untuk dimasuki itu karena persyaratan tidaklah ketat. Sektor formal dapat dikategorikan tenaga kerjanya terampil dan terdidik sedangkan pada sektor informal tenaga kerja yang dimiliki tidak terampil dan tidak berpendidikan. Menurut laporan International Labour Organization (ILO) (1993) ada beberapa ciri pokok dari sektor Informal antara lain : a. Kegatan usahanya tidak terorganisir secara baik karena timbulnya unit usaha yang tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal. b. Pola kegiatan usahanya tidak teratur baik dalam lokasinya maupun jam kerjanya c. Umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak menjangkau sampai sektor ini d. Unit usahanya mudah keluar masuk dari suatu sub sektor ke sektor yang lain e. Teknologi yang dipergunakan masih sangat minim f. Modal dan perputaran usahanya masih relatif kecil sehingga skala operasinya juga relatif kecil g. Umumnya unit usahanya termasuk golongan one-man-enter prises dan kalau tenaga kerjanya biasanya berasal dari keluarga h. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari uang sendiri atau tabungan bahkan dari meminjam i. Hasil produksinya biasanya dikonsumsi oleh golongan masyarakat berpenghasilan menengah

4 Badan Pusat Statistika (2008) mengkategorikan pekerjaan yang tergolong ke dalam sektor formal adalah penduduk yang bekerja dengan status berusaha dengan bantuan karyawan atau memiliki karyawan dengan kontrak yang sah, dan buruh. Fakta yang ada di lapangan bahwa sektor informal adalah sektor yang memiliki kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja yang tinggi bahkan hampir tidak memiliki titik jenuh. Sektor ini berperan cukup besar dalam menyangga sektor formal. Studi yang menunjukan bahwa 75 persen pekerja sektor formal di Jakarta bergantung pada keberadaan sektor informal baik untuk konsumsi sehari hari maupun pemukiman (pembantu rumah tangga) menurut Soepotra Y.Bintang (2009). Sektor Informal ditandai dengan karakteristik khas seperti aneka bidang kegiatan produksi barang dan jasa berskala kecil sebagian besar unit unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya) dan teknologi yang dilibatkan terhitung sederhana. Umumnya mereka tidak banyak memiliki pendidikan formal, tidak memiliki keterampilan khusus dan sangat kekurangan modal. Produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah dari tenaga kerja di sektor formal (Todaro, 1995). Menurut Manning dan Effendi (1985) yang mengemukakan istilah sektor informal sebagai suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di Negara Berkembang yang bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk memperoleh keuntungan. Sektor informal biasanya digunakan untuk menyatakan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Sektor Informal berskala kecil karena pada umumnya mereka berasal dari kalangan miskin, berpendidikan rendah, berketrampilan rendah dan kebanyakan dilakukan oleh para pendatang. Usaha usaha pada sektor informal dapat digambarkan bahwa dalam sektor ini berupaya menciptakan kesempatan kerja dan memperoleh pendapatan.

5 Ciri ciri sektor informal menurut Safaria (2003) adalah jumlah barang sedikit dengan mutu rendah, modal sangat terbatas, teknik operasinya masih tradisional, kesempatan kerja yang elastis dan terdapat banyak tenaga kerja yang tidak diberi upah. Menurut Wirosardjono dalam Budi (2006) yang mengartikan sektor informal sebagai sektor kegiatan ekonomi kecil kecilan yang mempunyai ciri sebagai berikut : 1.Pola kegiatan tidak teratur baik dalam arti waktu, permodalan, maupun penerimannya 2. Tidak tersentuh oleh ketentuan atau peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah 3. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun omset- omsetnya biasanya kecil dan atas dasar hitungan harian 4. Umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen 5. Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar 6. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah 7. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga dapat menyerap bermacam macam tingkat tenaga kerja 8. Tidak mengenal sistem perbankan 9. Umumnya setiap satuan usaha memperkerjakan tenaga kerja yang sedikit dan berasal dari lingkungan keluarga, kenalan atau dari daerah yang sama Pengertian Pedagang dan Usaha Ritel Pedagang yaitu orang yang melakukan kegiatan berdagang atau menjual barang dagangannya (baik barang buatannya sendiri maupun barang yang sudah jadi) sebagai mata pencaharian sehari hari dan penjual umumnya langsung kepada konsumen akhir (Ealyanti, 2010). Pedagang di sektor informal adalah pedagang yang memiliki sifat kerja yang fleksibel, waktu kerjanya tidak terstrukur serta modal yang digunakan relatif kecil. Rata rata pedagang

6 informal adalah pedagang pengecer yang termasuk pedagang kecil pada sektor informal contoh dari pedagang ini yaitu pedagang yang memilih berjualan di pinggiran jalan dan pedagang pedagang yang menempati kios kios sederhana. Usaha dagang atau ritel adalah semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan atau pembelian barang kepada konsumen untuk kepentingan konsumsi ataupun rumah tangga. Usaha eceran atau ritel tidak harus selalu memiliki toko. Usaha ritel yang berfokus pada penjualan barang sehari hari terbagi dua yaitu usaha ritel tradisional dan usaha ritel modern. Usaha ritel tradisional memiliki ciri ciri yaitu sederhana, tempatnya tidak terlalu luas, barang yang dijual tidak terlalu banyak jenisnya, sistem pengelolaan masih sederhana, tidak menawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses tawar menawar dengan pedagang serta produk yang dijual tidak di pajang secara terbuka sehingga pelanggan tidak mengetahui apakah usaha ritel tersebut memiliki barang yang dicari atau tidak. Usaha ritel modern adalah sebaliknya menawarkan tempat yang luas, barang yang dijual banyak jenisnya, sistem manajemen terkelola dengan baik, menawarkan kenyamanan berbelanja, harga jual sudah tetap sehingga tidak ada proses tawar menawar dan adanya sistem swalayan atau pelayanan mandiri, serta pemajangan produk pada rak terbuka sehingga pelanggan bisa melihat, memilih bahkan mencoba produk terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli. Faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ritel (Guswai, 2009) antara lain : a. Lokasi Usaha Faktor Utama yang diperhatikan dalam usaha ini adalah lokasi. b. Terlihat (visible)

7 Lokasi usaha ritel yang baik harus terlihat oleh banyak orang yang selalu lalu lalang di lokasi tersebut. c. Lalu lintas yang padat (heavy traffic) Semakin banyak lokasi usaha ritel dilalui orang maka semakin banyak orang yang tahu mengenai usaha ritel tersebut. d. Arah pulang ke rumah (direction to home) Pada umumnya pelanggan berbelanja di suatu toko ritel pada saat pulang ke rumah dan sangat jarang orang berbelanja pada saat akan berangkat bekerja. e. Fasilitas umum (public facilities) Lokasi usaha ritel yang baik adalah dekat dengan fasilitas umum seperti terminal umum, pasar maupun tempat pariwisata. f. Biaya akuisisi (acquisition cost) Biaya ini merupakan hal yang harus dipertimbangkan karena apakah pelaku usaha ini akan menyewa suatu lokasi maupun akan membeli lahan serta harus melihat dari sisi keuangan. g. Akses (acces) Akses merupakan jalan masuk dan keluar menuju lokasi. Akses yang baik haruslah memudahkan calon pembeli untuk sampai ke usaha ritel tersebut. Usaha ritel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya yaitu : 1) Ritel besar (modern) Perdagangan ritel berskala besar menyediakan satu jenis barang maupun berbagai jenis barang kepada pelanggannya dalam satu toko. Ritel berskala besar ini menyediakan

8 kenyamanan bagi pelanggan baik dari segi interior dan eksteriornya serta keramahan dari toko tersebut. 2) Ritel kecil (tradisional) Ragam produk yang ditawarkan biasanya tidak sebanding dengan ritel besar. Misalnya untuk produk pakaian, jenis pakaian yang ditawarkan tidak terlalu banyak. Usaha ritel kecil atau tradisional dibagi menjadi dua yaitu : a. Usaha ritel berpangkal (menetap) Usaha ritel ini memiliki lokasi tetap seperti warung atau kios. Lokasi kios ini biasanya memiliki luas yang tidak terlalu besar. b. Usaha ritel tidak berpangkal atau berpindah pindah Usaha ini tidak memiliki suatu lokasi yang khusus dalam melakukan kegiatan usahanya. Jenis usaha ini menggunakan alat dalam kegiatan usahanya, seperti roda dorong atau alat pikul Definisi Pariwisata Menurut arti katanya pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu Pari dan Wisata. Kata Pari berarti penuh, seluruh atau semua dan kata wisata berarti perjalanan. Menurut Wahab (1992) pariwisata mengandung tiga unsur yaitu manusia (sebagai pelaku), tempat (unsur yang tercakup oleh kegiatan itu sendiri) dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan di suatu tempat atau tujuan). Menurut Prof. Salah Wahab dalam Yoeti (2008) pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar negeri yang dapat meliputi kepuasan beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya. Pariwisata dapat di definisikan sebagai suatu industri yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi

9 dengan cepat dan dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan di dalam hal memberikan efek pada sektor industri lainnya salah satunya dalam hal penerimaan Negara. Pariwisata adalah suatu jasa dan pelayanan (Spillane, 1994). Berdasarkan Undang Undang Nomor 9 tahun 1990 usaha pariwisata dibagi dalam tiga kelompok utama yaitu usaha jasa pariwisata, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata dan usaha sarana pariwisata. Usaha adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan barang maupun jasa dalam satu lokasi atau tempat tertentu serta memiliki izin tersendiri dan yang bertanggung jawab dalam usaha tersebut. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan mengadakan jasa pariwisata, menyediakan, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang berhubungan dengan industri pariwisata. Menurut Undang Undang RI Nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan usaha pariwisata digolongkan dalam 3 yaitu: 1. Usaha Jasa Pariwisata, usaha ini ada karena berbagai macam keperluan dan kebutuhan bagi wisatawan yang akan mendorong tumbuhnya berbagai jenis usaha jasa pariwisata yang akan menyediakan keperluan bagi wisatawan dan bertujuan membantu perjalanan calon wisatawan. Contohnya yaitu jasa biro perjalanan, jasa agen perjalanan wisata, usaha jasa pramuwisata, usaha jasa konvensi perjalanan insentif dan pameran, jasa konsultasi pariwisata dan jasa informasi pariwisata. 2. Pengusahaan Obyek dan Daya tarik wisata yaitu: Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam merupakan usaha pemanfaatan sumberdaya alam dan tata lingkungan yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata. 3. Usaha Sarana Pariwisata yaitu:

10 Usaha Sarana Pariwisata ini biasanya yang umum ada yaitu adanya penyediaan akomodasi, penyediaan makanan dan minuman, penyediaan sarana wisata tirta dan penyediaan kawasan pariwisata. Jasa pariwisata merupakan sarana pendukung pengembangan pariwisata di suatu daerah. Tingginya jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke suatu obyek wisata dapat memberikan efek positif pada sektor sektor informal yang ada di obyek wisata tersebut. Semakin tinggi tingkat pelayanan dan kepuasan yang diberikan kepada wisatawan yang berkunjung maka akan menimbulkan dampak yang baik juga terhadap suatu obyek pariwisata sehingga dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung kembali ke tempat tersebut. Menurut Pendit (1990) menyatakan bahwa pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi karena dapat menyediakan lapangan kerja, menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan kontribusi secara langsung bagi kemajuan dalam usaha usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan proyek sarana budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar. Industri pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Industri pariwisata dituntut untuk berkembang ke arah yang maju dan menghasilkan produk yang dapat diunggulkan (Marpaung, 2004). Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah, tuan rumah serta masyarakat dalam proses menarik dan melayani wisatawan wisatawan serta para pengunjung lainnya (Pendit, 2003). Produk industri pariwisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan semenjak

11 wisatawan tersebut meninggalkan tempat tinggalnya dan selama berada di daerah tujuan wisata yang dikunjungi hingga wisatawan tersebut kembali pulang ke asalnya semula (Yoeti, 2002). Obyek wisata di suatu wilayah merupakan suatu kondisi yang menguntungkan. Obyek wisata tersebut dapat dimanfaatkan sebagai suatu wadah pembukaan lapangan pekerjaan dan usaha. Peluang bekerja dan berusaha yang muncul dengan adanya pengembangan obyek yang ada di daerah tersebut selain itu dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat sekitar melalui usaha atau penyerapan tenaga kerja yang biasanya bersifat informal Teori Pendapatan Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011) yang menyatakan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas norma entitas selama suatu periode dan arus masuk tersebut akan mengakibatkan kenaikan ekuitas tetapi tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan memiliki banyak nama seperti sales, fees, interest, devidends and royalties. Pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen yaitu pendapatan yang selalu dan pasti diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gajih dan upah. Pendapatan sementara yakni pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (Guritno Mangkoesoebroto, 1998). Pendapatan menunjukkan seluruh uang yang diterima seseorang dalam jangka waktu tertentu dalam suatu kegiatan ekonomi. Pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Pendapatan adalah uang yang diberikan kepada subyek ekonomi berdasarkan prestasi prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan (Mulyanto, 1982). Menurut Sukirno (2001)

12 pendapatan pada dasarnya merupakan pendapatan yang diterima semua rumah tangga dalam perekonomian (atau yang diterima satu keluarga) dari penggunaan faktor faktor produksi yang dimilikinya. Masing - masing faktor produksi tersebut yakni tanah dan harta tetap akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa gaji dan upah, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta keahlian keusahawan akan memperoleh balas jasa dalam bentuk keuntungan laba (Sukirno, 2001). Pemanfaatan tenaga kerja pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut dengan pendapatan tenaga kerja atau labor income dan pendapatan yang berasal dari balas jasa selain tenaga kerja disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja atau non labor income. Pendapatan transfer atau transfer income yaitu pendapatan yang bukan berasal dari balas jasa atas pemanfaatan faktor produksi dan tidak bersifat mengikat. Pendapatan transfer atau transfer income dapat berasal dari pemberian perorangan atau institusi misalnya dari pemerintah. Menurut Nanga (2005) membedakan pendapatan antara pendapatan tenaga kerja (labor income) dan pendapatan bukan tenaga kerja (non labor income) tidaklah selalu mudah dilakukan ini disebabkan karena nilai output tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor lain. Menghitung besar kecilnya pendapatan digunakan 3 pendekatan antara lain : 1. Pendekatan Produksi (Production Approach) Pendekatan ini untuk mengetahui besar kecilnya pendapatan yang dilakukan dengan menghitung nilai produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu. 2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

13 Pendekatan ini untuk mengetahui besar kecilnya pendapatan yang dilakukan dengan menghitung nilai keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor produksi dalam satu periode tertentu. 3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Pendekatan ini untuk menghitung besar kecilnya pendapatan dilakukan dengan menghitung pengeluaran konsumsi masyarakat. Menurut Simanjutak (1998) ada enam faktor yang mempengaruhi pendapatan seseorang, antara lain : 1. Pengalaman Kerja Pengalaman Kerja seseorang sangat mendukung keterampilan dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang. Semakin lama pengalaman kerja atau semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang maka semakin terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Jam Kerja Semakin banyak jam kerja seseorang yang dicurahkan maka jumlah barang yang dihasilkan semakin banyak sehingga cenderung semakin besar pendapat seseorang yang diterima. 3. Produktivitas Kerja Semakin cepat seseorang menyelesaikan tugasnya maka semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk bekerja. Semakin sedikit waktu yang diperlukan oleh seseorang untuk menyelesaikan tugasnya berarti orang tersebut dapat mengambil pekerjaan lain atau dapat meneyelesaikan tugasnya yang lain.

14 4. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga yang tinggi pada suatu rumah tangga tanpa dibarengi dengan peningkatan dari segi ekonomi akan mengharuskan anggota keluarga selain kepala keluarga untuk mencari nafkah dan tidak terkecuali wanita. 5. Modal Industri Modal Industri merupakan salah satu faktor juga yang mempengaruhi pendapatan pekerja. Modal industri yang lebih besar cenderung menggunakan modal yang lebih besar juga. Modal industri akan berpengaruh pada usaha usaha ekonomi produktif yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Modal perusahaan yang semakin besar maka semakin banyak pekerjaan yang dapat dilakukan yang pada akhirnya berpengaruh pada pendapatan yang diterima. 6. Kualitas dan Kemampuan Pekerja Kualitas dan kemampuan pekerja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan dan kemampuan fisik. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung dengan pelaksanaan tugas tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada untuk kelancaran pelaksanaan tugas. Pendidikan yang semakin tinggi maka semakin tinggi pula produktivitas kerja dan akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima Definisi Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Cecily dan Michael (2011) mengatakan biaya (cost) merupakan pengukuran moneter dari sumber daya yang dibelanjakan untuk mendapatkan sebuah tujuan seperti membuat

15 barang atau mengantarkan jasa. Menurut Mburu (2002) biaya transaksi dapat diartikan sebagai: 1) biaya pencarian informasi: 2) biaya negosiasi dan keputusan atau mengeksekusi kontrak: 3) biaya pengawasan, pemaksaan dan pemenuhan. Biaya merupakan dasar dalam adanya penentuan harga karena suatu tingkat harga yang tidak dapat menutupi biaya akan menimbulkan suatu kerugian dalam usaha dagang. Sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan pada usaha dagang tersebut. Biaya ada ada dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang berubah ubah atau tidak konstan yang disebabkan karena adanya perubahan jumlah hasil dalam penjualan. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah atau konstan yang dikeluarkan oleh pedagang tanpa adanya pengaruh naik turunnya volume penjualan. Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel (Swastha dan Sukojo,1997). Menurut Bickenbach,et.al. (1999) ada dua kondisi penting dalam transaksi yang menyebabkan kontrak berisiko yakni kurangnya atau keterbatasan informasi dan spesifitas aset. Keterbatasan informasi adalah suatu kondisi informasi yang tidak simetris (asymmetry information) salah satu pelaku yang melakukan kontrak mempunyai pengetahuan yang lebih banyak ketimbang pelaku yang lain. Faktor ketidakpastian perilaku oportunitis dan rasionalitas terbatas termasuk didalamnya menurut Wiliamson (1975) dalam Yustika (2013) sehingga jika kondisi ini diminimalkan maka besar kemungkinan biaya transaksi akan menurun dan tercapai efisiensi ekonomi. Menurut Petrovic dan Krstic (2011) tingginya tingkat biaya transaksi tidak hanya dibuktikan dengan fungsi pasar yang tidak sempurna tetapi akibat tidak adanya lembaga. Biaya transaksi sangat penting bagi suatu lembaga. Semakin tinggi biaya transaksi dapat diartikan bahwa permintaan yang lebih besar terhadap lembaga yang lebih efisien dalam sebuah perekonomian dan masyarakat. Sebuah lembaga bisa dikatakan efisien yang maksimal ketika

16 biaya transaksi sama dengan nol. Menurut Carter (2009) biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang totalnya meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktifitas Pengaruh Pariwisata Terhadap Pendapatan Sektor Informal Pariwisata memiliki peran yang penting dalam konteks pembangunan berkelanjutan karena pariwisata menawarkan potensi kepada sektor lain untuk memanfaatkan sumber daya di daerah tersebut agar mampu memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi masyarakat sekitar (Eagles, 2002). Menurut laporan WTO (2002) dalam ESCAP (2003) hal lain yang dipandang bahwa pariwisata relevan terhadap perekonomian masyarakat sekitarnya, karena : 1. Produk pariwisata dikonsumsi di destinasi wisata sehingga akan meningkatkan peluang masyarakat untuk menjual barang dan jasa lainnya 2. Pembatasan akses sektor yang bersifat tradisional terhadap pasar internasional tidak berlaku dalam transaksi pariwisata 3. Sumber daya alam dan budaya adalah potensi pariwisata dan merupakan asset yang dimiliki oleh masyarakat 4. Pariwisata merupakan sektor ekonomi yang padat karya 5. Pariwisata memberikan peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi karena adanya kaitan yang luas dengan sektor sektor lainnya Perkembangan pariwisata menyebabkan kesejahteraan masyarakat secara tidak langsung meningkat melalui kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi yang dihasilkan oleh perkembangan pariwisata. Melalui kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat semakin meningkat secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Spillane (1989) dan AVE (2006)

17 yang mengatakan bahwa pariwisata di samping memberikan dampak langsung juga memberikan dampak tidak langsung dan dampak ikutan (induced effect) terhadap perekonomian Efisiensi Efisiensi merupakan hasil perbandingan antara output fisik dan input fisik. Semakin tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat efisiensi yang dicapai. Efisiensi yang dijelaskan oleh Marhasan (2005) sebagai pencapaian output maksimum dari penggunaan sumber daya tertentu. Output yang dihasilkan lebih besar dari sumber daya yang digunakan maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi yang dicapai. Konsep efisiensi semakin diperjelas oleh Roger Lee Rey Miller dan Roger E Meiners (2000) yang membagi efisiensi menjadi dua jenis yaitu: 1. Efisiensi Teknis Efisiensi Teknis atau technical efisiensi mengharuskan adanya proses produksi yang dapat memanfaatkan input yang lebih sedikit demi menghasilkan output dalam jumlah yang sama. 2. Efisiensi Ekonomis Konsep yang digunakan dalam efisiensi ekonomi adalah meminimalkan biaya yang artinya suatu proses produksi akan efisien serta ekonomis pada suatu tingkatan output apabila tidak ada proses lain yang dapat dihasilkan output serupa dengan biaya yang lebih murah. Efisiensi merupakan rasio antara output, input dan perbandingan antara masukan dan keluaran. Secara sederhana menurut Nopirin (1997) efisiensi dapat berarti tidak adanya pemborosan. Penggunaan daya produksi dikatakan belum efisien apabila sumber daya tersebut masih mungkin digunakan untuk memperbaiki setidak tidaknya keadaan kegiatan yang satu

18 tanpa menyebabkan kegiatan yang lain menjadi lebih buruk. Sumber daya dikatakan efisien penggunaannya jika sumber daya tersebut tidak mungkin lagi digunakan untuk memperbaiki keadaan kegiatan yang satu tanpa menyebabkan kegiatan yang lain menjadi lebih buruk (Lipsey, 1992). Menurut Mubyarto (1986) efisiensi adalah suatu keadaan di mana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal. Untuk memperoleh sejumlah produk diperlukan bantuan atau kerjasama antara beberapa faktor produksi. Menurut Mardiasmo (2009) pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya oleh suatu unit organisasi (misalnya: upah, biaya administratif) dan keluaran yang dihasilkan. Indikator tersebut memberikan informasi konversi masukan menjadi keluaran (misalnya : efisiensi dari proses internal). Mengalokasikan sumber daya dalam proses produksi harus dilakukan secara efektif dan efesien. Hal ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba di waktu tertentu. Efektif terjadi ketika suatu kegiatan produksi mampu mengalokasikan sumber daya yang dimiliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumber daya tersebut mampu menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input (Soekartawi, 2003). Menurut Soedarsono (1983), efisiensi menggambarkan besarnya biaya atau pengorbanan yang harus dibayar atau ditanggung untuk menghasilkan produksi. Menurut Thandelilin (2010), menyatakan bahwa efisiensi merupakan kondisi dimana asset - aset yang ada teralokasikan secara optimal, penggunaan biaya produksi paling murah dan perusahaan mendapatkan keuntungan yang tinggi dengan menyesuaikan harga di pasar. Proses penyesuaian harga tidak harus berjalan dengan sempurna, tetapi yang dipentingkan adalah harga yang terbentuk tidak merugikan perusahaan. Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan masukan yang sekecil

19 kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar besarnya. Banyaknya ongkos yang digunakan untuk menambah penggunaan input sama dengan tambahan output yang diterima. Keuntungan maksimal terjadi saat nilai produk marginal sama dengan harga dari masing masing faktor produksi yang digunakan dalam usaha (Mubyarto, 1995). 2.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dugaan sementara yang kebenarannya masih harus dilakukan pengujian. Hipotesis disini untuk memberikan suatu arah bagi analisis penelitian (Marzuki, 2005). Berdasarkan dari uraian pokok permasalahan dan landasan teori maka dapat dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini antara lain : 1. Pedagang baju Bali menetap memiliki tingkat pendapatan yang tinggi dibandingkan pedagang semi menetap. 2. Pedagang baju Bali menetap memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dibandingkan pedagang semi menetap.

BAB I PENDAHULUAN. pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor informal digambarkan sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada di luar pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Sektor Informal Konsep sektor informal berawal dari prakarsa seorang ahli antropolog asal Inggris yaitu Keith Hart, melalui studinya setelah mengamati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Sektor Informal Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di kota Accra dan Nima, Ghana, ia mengemukakan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

PBAB II URAIAN TEORITIS

PBAB II URAIAN TEORITIS PBAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Endang Puspasari (1999) skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kecil di Pasar Pagi Wonosobo. Fakultas Ekonomi. Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pertumbuhan penduduk di negara berkembang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pertumbuhan penduduk di negara berkembang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya pertumbuhan penduduk di negara berkembang merupakan suatu masalah yang sangat krusial. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami masalah dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang terpenting setelah udara dan air, serta merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus segera terpenuhi untuk mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia merupakan negara berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata pariwisata berasal dari kata bahasa sangskerta yang terdiri atas dua kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata berarti

Lebih terperinci

KOTA DAN TRANSPORTASI ARIS MARTIANA SOSIOLOGI PERKOTAAN

KOTA DAN TRANSPORTASI ARIS MARTIANA SOSIOLOGI PERKOTAAN KOTA DAN TRANSPORTASI ARIS MARTIANA SOSIOLOGI PERKOTAAN PROBLEM : KEMACETAN KATEGORI PROBLEM INFRASTRUKTUR PRASARANA TRANSPORTASI DARAT Tidak imbangnya rasio pembangunan jalan dengan tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor-sektor yang dapat memperlihatkan tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor-sektor yang dapat memperlihatkan tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian suatu negara maupun daerah pada kenyataannya terdapat berbagai sektor-sektor yang dapat memperlihatkan tingkat pertumbuhan perekonomian yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai peningkatan penghasilan yang diperoleh perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Daerah No.10 Tahun 1998, pedagang di sektor informal adalah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Daerah No.10 Tahun 1998, pedagang di sektor informal adalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor dalam bidang ekonomi yang mendapat perhatian dari pemerintah sebagai titik berat dalam pengembangan usaha mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena tenaga kerja tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena tenaga kerja tersebut 17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori a. Ketenagakerjaan Dalam proses produksi sebagai suatu strutur dasar aktivitas perekonomian, tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan Produksi adalah upaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan ditujukan

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan diharapkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan diharapkan mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat. Hal ini disebabkan karena, perekonomian dunia bergerak ke arah perekonomian terbuka dan global.

Lebih terperinci

STRATEGI BISNIS WARUNG SOTO AYAM CAK SUEP PADA PERUMAHAN DELTA SARI INDAH DI WARU SIDOARJO SKRIPSI

STRATEGI BISNIS WARUNG SOTO AYAM CAK SUEP PADA PERUMAHAN DELTA SARI INDAH DI WARU SIDOARJO SKRIPSI STRATEGI BISNIS WARUNG SOTO AYAM CAK SUEP PADA PERUMAHAN DELTA SARI INDAH DI WARU SIDOARJO SKRIPSI Oleh : RHIZAL FERDIANSYAH C 0642010050 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang

II TINJAUAN PUSTAKA. Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang 13 II TINJAUAN PUSTAKA A. Sekolah Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012).

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). Penelitian yang berjudul Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan

Lebih terperinci

BAB 7. ASPEK EKONOMI & SOSIAL

BAB 7. ASPEK EKONOMI & SOSIAL BAB 7. ASPEK EKONOMI & SOSIAL A. PENGERTIAN ASPEK EKONOMI & SOSIAL Setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak positif dan negative. Dampak posittif dan negative ini akan dapat dirasakan

Lebih terperinci

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q II. TINJAUAN PUSTAKA Setiap pedagang berusaha untuk memaksimalkan laba usaha dagangnya. Untuk mencapai hal tersebut maka pedagang perlu menambah modal untuk memperbanyak jenis maupun jumlah dagangannya.

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi yang penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi yang penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sektor industri secara nasional diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek perubahan ekonomi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Undang-undang nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil dijelaskan

BAB II LANDASAN TEORI. Undang-undang nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil dijelaskan BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Usaha Kecil. Undang-undang nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya meningkatkan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan masyarakat demokratis yang berkeadilan dan sejahtera.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 10 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank Bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, yaitu Tuhan yang digambarkan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lokasi relatif suatu tempat atau wilayah berkenaan dengan hubungan tempat

I. PENDAHULUAN. Lokasi relatif suatu tempat atau wilayah berkenaan dengan hubungan tempat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lokasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan. Lokasi dapat dibedakan antara lokasi absolut dengan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu tempat atau

Lebih terperinci

POLA KEGIATAN PEREKONOMIAN

POLA KEGIATAN PEREKONOMIAN POLA KEGIATAN PEREKONOMIAN 1 Pola Kegiatan Perekonomian Definisi : Model/corak kegiatan suatu perekonomian suatu masyarakat/negara Pembahasannya meliputi : a. Uang, Perdagangan Dan Spesialisasi b. Pelaku

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan manfaat yang dapat kita peroleh dari sumber daya. Kenaikan manfaat itu dapat dicapai dengan menggunakan lebih banyak sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia Pariwisata yang ada di Indonesia berbagai macam cara mengembangkan dunia pariwisata adalah yang berhubungan dengan aspek budaya karena di Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan pembangunan di Indonesia membawa banyak kemajuan disegala sektor kehidupan, baik itu bidang sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian, teknologi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pasar Pasar merupakan suatu daerah dimana pembeli dan penjual saling berhubungan satu sama lainya, untuk melakukan pertukaran barang maupun jasa pada waktu-waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan kebiasaan berbelanja sebagai bentuk mencari suatu kesenangan adalah merupakan suatu motif berbelanja yang baru. Motivasi merupakan konsep yang dinamis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Referensi Utama: Utama, I Gusti Bagus Rai. (2015). Pengantar Industri Pariwisata. Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. Url http://www.deepublish.co.id/penerbit/buku/547/pengantar-industri-pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Putri Irene Kanny Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-4 Arus lingkar pendapatan dalam perekonomian tertutup dua sektor Arus lingkar pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi aset penting yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi aset penting yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat, hal ini mengakibatkan sebuah perusahaan diharapkan mampu menggunakan sumber daya manusia dengan baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang tinggi secara tepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan usaha agar sektor informal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa macam analisis, yaitu analisis angka pengganda, analisis keterkaitan antar sektor, dan analisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pengalaman Kerja Fagbenle (2012) menguraikan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan adalah berasal dari diri karyawannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan industri membawa dampak bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan industri membawa dampak bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan industri membawa dampak bagi kehidupan manusia terutama dunia usaha pada saat ini. Salah satunya yaitu industri pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendapatan dan Beban 1. Pengertian Pendapatan Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Wisatawan Sebagai Konsumen Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, mendefinisikan konsumen adalah setiap orang pemakai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

POLA KEGIATAN PEREKONOMIAN. Pengantar Ekonomi 1 1

POLA KEGIATAN PEREKONOMIAN. Pengantar Ekonomi 1 1 POLA KEGIATAN PEREKONOMIAN Pengantar Ekonomi 1 1 Pola Kegiatan Perekonomian Uang, perdagangan dan spesialisasi Pelaku kegiatan perekonomian Sirkulasi aliran pendapatan Masalah pokok perekonmian Batas kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai di sudut-sudut kota besar, selalu saja ada anak-anak yang mengerumuni mobil di persimpangan lampu

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

Aspek ekonomi dan sosial

Aspek ekonomi dan sosial Aspek ekonomi dan sosial Pengertian Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek ekonomi dan sosial merupakan pengaruh apa yang akan terjadi dengan adanya perusahaan, khususnya dibidang perekonomian masyarakat tempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata favorit di Indonesia. Keragaman budaya, kekayaan potensi alam, dan keramah-tamahan masyarakatnya dapat

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA Aris Baharuddin 1, Maya Kasmita 2, Rudi Salam 3 1 Politeknik Informatika Nasional Makassar 2,3 Universitas Negeri Makassar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu cara kebijakan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh adalah dengan adanya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk

KERANGKA PEMIKIRAN. diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk 43 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual yang dibangun pada penelitian ini didasari adanya anggapan bahwa rendahnya produktivitas yang dicapai petani tomat dan kentang diduga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. Perkembangan tingkat pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Sehingga lebih memilih bekerja di sektor informal.

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Sehingga lebih memilih bekerja di sektor informal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Negara yang sedang berkambang dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi taraf hidup rakatnya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, dunia pariwisata merupakan salah satu asset

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, dunia pariwisata merupakan salah satu asset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi seperti sekarang ini, dunia pariwisata merupakan salah satu asset terbesar di Indonesia yang dapat memajukan atau mengembangkan perekonomian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya tujuan sebuah bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang puas. Sejalan dengan itu berbagai upaya telah dilakukan untuk menyusun rangka teoritis untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Diversifikasi Siegler (1977) dalam Pakpahan (1989) menyebutkan bahwa diversifikasi berarti perluasan dari suatu produk yang diusahakan selama ini ke produk baru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. dan berapa input yang dibutuhkan untuk memproduksi input tersebut dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. dan berapa input yang dibutuhkan untuk memproduksi input tersebut dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 1.1 Landasan Teori 1.1.1 Definisi Produktivitas Produktivitas merupakan hubungan antar berapa output yang di hasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran (rumah makan) merupakan lapangan usaha yang sangat berperan terhadap perekonomian Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003:3) geografi ilmu pengetahuan

Lebih terperinci