MODEL DINAMIK PERENCANAAN CADANGAN STRATEGIS BAHAN BAKAR MINYAK JENIS BENSIN (RON 88, RON 92, DAN RON 95) DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL DINAMIK PERENCANAAN CADANGAN STRATEGIS BAHAN BAKAR MINYAK JENIS BENSIN (RON 88, RON 92, DAN RON 95) DI INDONESIA"

Transkripsi

1 MODEL DINAMIK PERENCANAAN CADANGAN STRATEGIS BAHAN BAKAR MINYAK JENIS BENSIN (RON 88, RON 92, DAN RON 95) DI INDONESIA Ario Wicaksono Santosa, Andy Noorsaman Sommeng, Anondho Wijanarko Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI Depok, Depok ariowsr@gmail.com, sommeng@che.ui.ac.id, anondho@eng.ui.ac.id Abstrak Indonesia saat ini kurang mampu memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kebutuhan konsumsi BBM yang pesat namun kapasitas produksi BBM di Indonesia rendah, sehingga Indonesia mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi BBM. Ketergantungan Indonesia akan impor ini berbahaya karena berpotensi menimbulkan kelangkaan BBM apabila pasokan impor terhambat akibat krisis energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi besar Cadangan Strategis BBM untuk mengantisipasi terjadinya krisis energi dengan cara memproyeksikan keadaan cadangan BBM Nasional hingga tahun 225 menggunakan program berbasis sistem dinamik. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi RON 88 terlalu besar sehingga menyebabkan Indonesia sulit mencapai besar cadangan strategis yang diinginkan. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang dapat mengurangi konsumsi RON 88 seperti pengurangan subsidi maupun konversi ke arah energi alternatif. Abstract Indonesia is currently less able to meet the needs of domestic consumption. This is due to rapid increase of fuel consumption but low of fuel production capacity, so Indonesia relies on import to fulfiill needs of fuel consumption. Indonesia s dependency on import is potentially dangerous because fuel scarcity can happen if import supply was hampered due to energy crisis. This research aim to estimate strategic fuel reserves to anticipate energy crisis by means of projecting national fuel reserves until 225 using system dynamics based. Simulation results indicate that consumption needs of RON 88 too large causing Indonesia having difficulty to achieve the desired strategic reserves. Therefore, we need policies which can reduce the consumption of RON 88 such as reduction in subsidies and conversion towards alternative energy. Keywords: Strategic Fuel Reserves, Fuel Production in Indonesia, Fuel Consumption in Indonesia, Indonesia s Fuel Import, System Dynamics, RON Pendahuluan Indonesia saat ini kurang mampu memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak di dalam negeri. Hal ini tentunya dapat dilihat dari kelangkaan BBM yang saat ini sedang terjadi di empat provinsi di Kalimantan. Empat provinsi itu adalah Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur [1]. Di keempat provinsi tersebut terjadi antrian panjang di Stasiun-stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) akibat kelangkaan BBM. Hal-hal yang menyebabkan Indonesia kurang mampu memenuhi kebutuhan BBM nasional salah satunya adalah karena kecilnya kapasitas produksi BBM

2 dari kilang-kilang minyak yang ada di Indonesia sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri. Pada tahun 21, total BBM yang diproduksi oleh kilang-kilang minyak Indonesia adalah sebesar 37,8 juta kilo liter. Dengan kapasitas produksi sebesar ini, tentunya tidak dapat memenuhi kebutuhan BBM di Indonesia yang sudah mencapai 66,8 juta kilo liter, sehingga menyebabkan diperlukannya impor BBM dalam jumlah yang besar. Selain itu, terdapat masalah lain yakni produksi minyak mentah dalam negeri tidak dapat seluruhnya diserap oleh kilang minyak di Indonesia dikarenakan jenis atau spesifikasi minyak mentah yang diproduksi di dalam negeri tidak sesuai dengan spesifikasi kilang minyak di Indonesia. Hal ini menyebabkan sebagian produksi minyak mentah di Indonesia harus diekspor keluar negeri, dan sebagai gantinya harus ada aliran impor minyak mentah dengan spesifikasi yang sesuai kilang minyak di Indonesia [2]. Permasalahan infrastruktur kilang-kilang minyak di Indonesia ini menyebabkan Indonesia harus memenuhi kebutuhan konsumsi BBM masyarakat melalui impor, baik minyak mentah maupun BBM jadi. Ketergantungan Indonesia akan impor berbahaya karena berpotensi menimbulkan kelangkaan BBM apabila pasokan impor tersendat akibat adanya krisis energi. Oleh karena itu diperlukan adanya cadangan strategis yang dapat mengantisipasi krisis energi di masa depan. Saat ini Indonesia belum memiliki cadangan strategis BBM. Cadangan yang ada sekarang ini merupakan cadangan operasional BBM milik PT. Pertamina yang diperkirakan dapat bertahan untuk 23 hari konsumsi. Jumlah cadangan ini tentunya rendah apabila dibandingkan dengan negara lain seperti Jepang yang memiliki cadangan strategis minyak nasional untuk 164 hari (dipegang oleh pemerintah) dan 94 hari (dipegang oleh swasta) serta Korea Selatan yang memiliki cadangan strategis minyak nasional untuk 174 hari (dipegang oleh pemerintah) dan 84 hari (dipegang oleh swasta) [3]. Bahkan, bila dibandingkan dengan negara di kawasan Asia Tenggara, Indonesia juga sudah tertinggal. Negara di kawasan Asia Tenggara seperti Myanmar dan Singapura saat ini sudah memiliki cadangan strategis minyak nasional untuk 9 hari. Tentunya hal yang dapat dilakukan untuk menangani masalah ini adalah dengan membuat model proyeksi cadangan strategis BBM Nasional. Pada penelitian ini akan dibentuk permodelan proyeksi untuk mengestimasi besar cadangan strategis BBM Nasional yang dibutuhkan hingga tahun 225 dengan menimbang aspek-aspek seperti produksi minyak mentah di Indonesia, impor dan ekspor minyak mentah, impor BBM, produksi BBM, dan kebutuhan BBM di Indonesia. Permodelan ini akan dikembangkan berdasarkan konsep sistem dinamik supply chain dengan mengkombinasikan program Microsoft Excel dengan Powersim Studio 7. Microsoft Excel digunakan untuk mengolah data menggunakan metode regresi linier, dan kemudian data yang telah diolah tersebut akan dipergunakan di dalam permodelan yang dibangun di program Powersim Studio 7. Pada penelitian ini, proyeksi cadangan strategis BBM yang dibuat difokuskan ke BBM jenis bensin (RON 88, RON 92, dan RON 95) yang merupakan jenis BBM dengan konsumsi terbesar di Indonesia. Pada penelitian ini akan diperoleh besar cadangan strategis BBM Nasional yang ideal untuk memenuhi cakupan kebutuhan konsumsi BBM hingga tahun 225, dimana dari hasil tersebut peneliti akan dapat menyarankan sistem penyediaan BBM yang lebih optimal agar kedepannya pemerintah dapat memenuhi kebutuhan konsumi BBM di dalam negeri dengan baik. 2. Metode Penelitian Tahapan Penelitian dapat dilihat pada Diagram Alir Penelitian di Gambar 1. Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 2.1 Pengumpulan Data Melakukan pengumpulan data Melakukan studi literatur dan peraturan perundangan terkait Membuat diagram mekanisme dasar sistem Membuat proyeksi cadangan strategis BBM Nasional Melakukan validasi model proyeksi Melakukan simulasi dengan scenario tertentu Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil simulasi yang diperoleh untuk memperbaharui sistem penyediaan dan pendistribusian BBM Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh gambaran kondisi penyediaan dan kebutuhan konsumsi BBM jenis bensin di Indonesia. Data-data yang dibutuhkan ini diambil dari Handbook of Energy and Economic Statistics Indonesia tahun 211 yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan dari Badan Pusat Statistik (BPS) [4]. Data-data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut.

3 1. Konsumsi BBM jenis bensin (RON 88, RON 92, dan RON 95) pada sektor transportasi mulai tahun 27 hingga tahun Produk Domestik Bruto (PDB) dan laju pertumbuhannya. 3. Cadangan minyak (Oil Reserves) di Indonesia mulai tahun 27 hingga tahun Produksi minyak mentah di Indonesia mulai tahun 27 hingga tahun Ekspor minyak mentah produksi Indonesia ke luar negeri mulai tahun 27 hingga tahun Input minyak mentah ke kilang minyak mulai tahun 27 hingga tahun Produksi BBM jenis bensin (RON 88, RON 92, dan RON 95) mulai tahun 27 hingga tahun Impor BBM jenis bensin (RON 88, RON 92, dan RON 95) mulai tahun 27 hingga tahun Studi literatur dan Peraturan Perundangan Terkait Studi Literatur dan peraturan perundangan dilakukan agar mendapat gambaran dasar dari sistem yang nantinya akan dibuat model proyeksinya. 2.3 Diagram Mekanisme Dasar Sistem Diagram mekanisme dasar dari sistem yang digunakan berbentuk causal loop diagram yang berdasarkan pada konsep supply dan demand pada model inventory di Gambar 2. Orders Received S Orders S S Inventory Causal Loop Diagram S B1 Inventory Inventory Adjustemt O Gambar 2. Causal Loop Diagram 2.4 Membuat Proyeksi Cadangan Strategis BBM Nasional Proyeksi cadangan BBM jenis bensin dibuat dengan menggunakan dua program yaitu Microsoft Excel dan Powersim Studio 7. Mictosoft Excel digunakan untuk mengolah data yang diperoleh, S Average Shipment O S R1 R2 B2 S Desired Inventory Shipment S sedangkan Powersim Studio 7 digunakan untuk membuat permodelan berdasarkan causal loop diagram dan melakukan simulasi proyeksi cadangan BBM jenis bensin (RON 88, RON 92, dan RON 95) berdasarkan data yang telah diolah sebelumnya. 2.5 Validasi Model Proyeksi Validasi pada permodelan ini dilakukan dengan membandingkan tingkah laku model dengan sistem nyata (quantitative behavior pattern comparison) yaitu dengan uji MAPE (Mean Absolute Percentage Error). MAPE atau nilai tengah kesalahan persentase absolut adalah salah satu ukuran relatif yang menyangkut kesalahan persentase. Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian data hasil perkiraan dengan data aktual [5]. MAPE = X 1% (3.1) Keterangan: X m = data hasil simulasi X d = data aktual n = periode/banyaknya data 2.6 Simulasi dengan Skenario Tertentu Permodelan proyeksi cadangan strategis BBM jenis bensin untuk RON 88, RON 92, dan RON 95 disimulasikan berdasarkan tiga scenario. Skenario awal adalah skenario penghapusan subsidi BBM, kemudian scenario penurunan PDB akibat inflasi, dan yang terakhir adalah skenario ke arah energi alternatif. 2.7 Rekomendasi Berdasarkan Hasil Simulasi Rekomendasi merupakan tindakan yang sebaiknya diambil berdasarkan amalisa hasil simulasi yang ada sehingga dapat diperoleh sistem penyediaan dan pendistribusian BBM yang lebih baik. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bagian ini akan dijelaskan terlebih dahulu hasil simulasi proyeksi berdasarkan skenario awal penghapusan subsidi BBM. Kemudian pembahasan validasi model proyeksi. Lalu dilanjutkan dengan pembahasan simulasi proyeksi dengan scenario penurunan PDB akibat inflasi, dan skenario ke arah energi alternatif. Terakhir, akan dibahas mengenai rekomendasi yang diberikan berdasarkan analisa dan pembahasan simulasi proyeksi cadangan strategis BBM dengan skenario tersebut. 3.1 Hasil Proyeksi Cadangan Strategis RON 88, RON 92, RON 95 dengan Skenario Penghapusan Subsidi

4 Pada proyeksi ini, nilai awal cakupan (coverage) cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 adalah sebesar nol hari. Hal ini dikarenakan Indonesia sampai saat ini belum memiliki cadangan strategis nasional. Peningkatan coverage dimulai dari tahun 213 hingga tahun 218 sebesar 5 hari per tahunnya hingga mencapai coverage 3 hari. Skenario penambahan coverage menjadi 3 hari dimaksudkan untuk berjagajaga terhadap kemungkinan adanya krisis energi di masa depan. Pada skenario awal ini disimulasikan proyeksi cadangan dan kebutuhan konsumsi BBM bensin jenis RON 88, RON 92, dan RON 95 dengan adanya faktor pengurangan subsidi RON 88 (premium) secara bertahap. Dimana harga jual RON 88 yang semula Rp. 4.5/liter akan ditingkatkan menjadi Rp. 6/liter pada tahun 215, kemudian meningkat menjadi Rp. 75/liter pada tahun 218, dan kemudian mencapai harga jual non subsidi sebesar Rp. 8/liter pada 221. Pada skenario awal ini akan dilihat dampak yang ditimbulkan dari pengurangan subsidi secara bertahap pada besarnya nilai kebutuhan konsumsi dan cadangan strategis dari BBM bensin jenis RON 88, RON 92, dan RON 95. Hasil proyeksi kebutuhan konsumsi dan cadangan strategis RON 88 RON 92, dan RON 95 dapat dilihat pada Gambar 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, 4.6, dan 4.7. KiloLiter/yr 5,, 4,, RON 88 Demand (KiloLiter/yr) 3,, 2,, Gambar 3. RON 88 Demand Dapat dilihat pada grafik RON 88 demand di Gambar 3, secara umum terjadi peningkatan demand yang signifikan setiap tahunnya. Namun pada tahun 26 terjadi penurunan demand sebesar 68 ribu kilo liter. Hal ini diakibatkan adanya inflasi pada tahun 25 akibat melambungnya harga minyak dunia. Inflasi pada tahun 25 tercatat mencapai nilai 17,11%. Dampak inflasi ini menyebabkan penurunan konsumsi RON 88 pada tahun 26. Inflasi tahun 25 juga menyebabkan penurunan demand RON 92 dan RON 95 yang tajam masing-masing sebesar 238 ribu kilo liter dan 22 ribu kilo liter (Gambar 4 dan 5). Turunnya demand secara drastis ini disebabkan oleh dilepasnya harga RON 92 dan RON 95 mengikuti harga jual internasional yang sangat terpengaruh harga minyak dunia. Dimana pada tahun yang sama harga minyak dunia sedang melambung tinggi. Hal ini tentunya menyebabkan demand RON 92 dan RON 95 mengalami penurunan yang tajam. Pada tahun 28, demand RON 92 dan RON 95 kembali mengalami penurunan yang tajam masingmasing sebesar 174 ribu kilo liter dan 43 ribu kilo liter. Hal ini juga disebabkan adanya inflasi pada tahun 28 sebesar 11,6% yang diakibatkan melambungnya harga minyak dunia dan harga pangan. Pada tahun 28 ini, harga jual RON 92 dan RON 95 di Indonesia sempat mencapai kisaran diatas Rp. 1./liter. Harga jual yang tinggi ini tentunya menyebabkan demand RON 92 dan RON 95 mengalami penurunan yang tajam. Meski demikian, inflasi di tahun 28 tidak mempengaruhi besar demand RON 88 pada tahun tersebut. Hal ini disebabkan adanya subsidi harga pada BBM bensin jenis RON 88 (premium) sehingga harga jualnya tetap sebesar Rp. 4.5/liter dan tidak terpengaruhi oleh melambungnya harga minyak dunia.

5 KiloLiter/yr 2,, 1,5, RON 92 Demand (KiloLiter/yr) 1,, 5, Gambar 4. RON 92 Demand KiloLiter/yr 4, 3, RON 95 Demand (KiloLiter/yr) 2, 1, Gambar 5. RON 95 Demand Dalam simulasi ini, pada tahun 215 dan 218, demand RON 88 tidak mengalami peningkatan sebesar tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pada tahun 215 dan 218 terjadi pengurangan subsidi RON 88 yang cukup besar sehingga meningkatkan harga jual RON 88. Peningkatan harga jual ini tentunya menyebabkan masyarakat, terutama kalangan dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah yang biasa menggunakan RON 88, melakukan penghematan konsumsi RON 88. Sedangkan kalangan tingkat ekonomi atas akan cenderung berpindah untuk mengkonsumsi RON 92 dan RON 95 akibat disparitas harga jual yang semakin mengecil. Dampak peningkatan harga jual RON 88 di tahun 215 dan 218 juga mempengaruhi demand RON 92. Dimana demand RON 92 pada tahun 215 dan 218 hanya mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kalangan tingkat ekonomi menengah yang biasanya menggunakan RON 92, akan cenderung berhemat dalam

6 mengkonsumsi BBM atau bahkan beralih menggunakan RON 88. Sedangkan kalangan tingkat ekonomi atas yang biasa menggunakan RON 92 akan cenderung mempertahankan tingkat konsumsi BBM mereka karena pengaruh gaya hidup sehari-hari. Meski demikian, dampak peningkatan harga jual RON 88 di tahun 215 dan 218 hampir tidak mempengaruhi demand RON 95. Hal ini menunjukkan bahwa memang pengguna RON 95 didominasi oleh kalangan tingkat ekonomi atas. Dimana kalangan tersebut tidak terpengaruh oleh peningkatan harga jual BBM bersubsidi dan cenderung mempertahankan tingkat konsumsi BBM mereka karena pengaruh gaya hidup sehari-hari. Meski pada tahun 25, 28, 215, dan 218 secara umum terjadi penurunan demand RON 88, 92, dan 95 yang signifikan, masyarakat secara umum hanya melakukan penghematan konsumsi dalam jangka waktu pendek dan kemudian pada tahun berikutnya tingkat konsumsi BBM masyarakat akan kembali normal. Hal ini menunjukkan masyarakat Indonesia memiliki adaptabilitas yang tinggi terhadap perubahan harga BBM bersubsidi. Adaptabilitas yang tinggi ini dipicu oleh karena volume ekonomi Indonesia yang cukup besar sehingga terdapat fleksibilitas daya beli masyarakat yang tinggi sehingga dapat segera menyesuaikan terhadap perubahan harga yang signifikan. Fleksibilitas ini terlihat pula pada tahun 221, dimana pada tahun tersebut, harga jual RON 88 sudah mencapai Rp. 8/liter atau dengan kata lain subsidi BBM sudah dihapuskan. Peningkatan harga jual yang hanya sebesar Rp. 5/liter hampir tidak berdampak pada demand RON 88, 92, dan 95 pada tahun 221. Hal ini menunjukkan bahwa fleksibilitas daya beli masyarakat yang tinggi membuat peningkatan harga jual yang kecil hampir tidak berdampak pada kebutuhan konsumsi yang ada. Dari hasil simulasi diperoleh bahwa kebutuhan konsumsi RON 88 pada tahun 225 akan mencapai 56,2 juta kilo liter. Sedangkan kebutuhan konsumsi RON 92 dan RON 95 pada tahun 225 berturut-turut akan mencapai 2,4 juta kilo liter dan 467 ribu kilo liter. Hal ini tentunya menunjukkan betapa masih bergantungnya masyarakat Indonesia pada BBM bensin jenis RON 88, RON 92, dan RON 95 meskipun subsidi BBM telah dihapuskan. Dapat dilihat pula pada grafik di Gambar 6, 7, dan 8, bahwa desired storage baik untuk RON 88, RON 92, dan RON 95 bernilai nol hari dari tahun 23 hingga tahun 212 dikarenakan Indonesia belum memiliki cadangan strategis sama sekali. Pada tahun 213 hingga tahun 218 terjadi peningkatan desired storage RON 88, RON 92, dan RON 95 yang pesat. Hal ini tentunya dikarenakan skenario awal permodelan ini yang menginginkan pada tahun 218 Indonesia sudah harus memiliki cadangan strategis yang dapat memenuhi 3 hari konsumsi BBM. Sehingga pada tahun 213 Indonesia harus mulai menstok BBM untuk cadangan strategis dengan jumlah peningkatan coverage 5 hari konsumsi BBM setiap tahunnya. Kemudian peningkatan cadangan strategis dari tahun 219 hingga tahun 225 akan menyesuaikan dengan peningkatan demand setiap tahunnya dengan cakupan yang dapat memenuhi 3 hari konsumsi. KiloLiter 4,, 3,, 2,, RON 88 Desired Storage RON 88 Storage 1,, Gambar 6. RON 88 Storage & Desired Storage

7 KiloLiter 4,, 3,, 2,, RON 88 Desired Storage RON 88 Storage 1,, Gambar 7. RON 92 Storage & Desired Storage KiloLiter 4, 3, 2, RON 95 Desired Storage RON 95 Storage 1, Gambar 8. RON 95 Storage & Desired Storage Peningkatan desired storage setiap awal tahunnya berbentuk seperti anak tangga sama seperti demand RON 88, RON 92, dan RON 95. Hal ini memang dikarenakan desired storage dipengaruhi langsung oleh besar demand. Peningkatan demand berbentuk seperti anak tangga dikarenakan nilai demand merupakan nilai yang berdasar pada peramalan yang dilakukan oleh badan usaha seperti PT. Pertamina. Badan usaha meramalkan besarnya konsumsi yang kemungkinan akan terjadi pada tahun tertentu berdasarkan data yang diperoleh, dan menetapkan nilai kebutuhan konsumsi di awal tahun. Dengan menetapkannya di awal tahun, badan usaha dapat segera mempersiapkan suplai untuk memenuhi kebutuhan konsumsi BBM tersebut, dimana suplai ini bisa dalam bentuk impor BBM jadi maupun impor minyak mentah untuk produksi BBM di dalam negeri. Pada grafik di Gambar 6, 7, dan 8, dari tahun 23 hingga 212, besar cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 masih nol atau belum ada cadangan strategis sama sekali. Namun mulai tahun 213 hingga tahun 218, peningkatan rata-rata

8 cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 pertahunnya meningkat pesat berturut-turut menjadi sebesar 5 ribu kilo liter, 18,2 ribu kilo liter, dan 4,3 ribu kilo liter per tahun. Hal ini disebabkan karena pada tahun 213 hingga tahun 218 coverage cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 ditingkatkan dari yang awalnya nol menjadi 3 hari konsumsi BBM dengan peningkatan pertahunnya sebesar 5 hari konsumsi. Peningkatan coverage per tahun ini tentunya menyebabkan perlunya pasokan suplai RON 88, RON 92, dan RON 95 ke tempat penampungan cadangan RON 88, RON 92, dan RON 95 secara besar-besaran agar dapat tercapai coverage 3 hari konsumsi RON 88, RON 92, dan RON 95 pada tahun 218. Selanjutnya, dari tahun 218 hingga tahun 225 peningkatan ratarata cadangan RON 88, RON 92, dan RON 95 pertahunnya menurun berturut-turut menjadi sebesar 26,8 ribu kilo liter, 11 ribu kilo liter, dan 1,65 ribu kilo liter. Berdasarkan hasil simulasi, pada tahun 225, Indonesia harus memiliki cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 berturut-turut sebesar 4,6 juta kilo liter, 197 ribu kilo liter, dan 39 ribu kilo liter. 3.2 Validasi Model Proyeksi Cadangan Strategis RON 88, RON 92, dan RON 95. Validasi merupakan cara menguji apakah permodelan yang dibuat sudah akurat dan dapat merepresentasikan sistem yang sebenarnya atau tidak. Permodelan yang valid akan dapat merepresentasikan keadaan sistem baik di masa lalu, saat ini, maupun keadaan sistem di masa depan dengan akurat. Sebaliknya, permodelan yang tidak valid akan cenderung melenceng dari keadaan sistem yang sebenarnya. Validasi pada permodelan ini dilakukan dengan membandingkan tingkah laku model dengan sistem nyata melalui uji MAPE. Uji MAPE akan menunjukkan kevalidan permodelan dengan membandingkan kesesuaian data hasil proyeksi model dengan data riil atau aktual. Model yang valid akan memiliki nilai error atau kesalahan relatif yang rendah. Sebaliknya model yang tidak valid akan memiliki nilai error atau kesalahan relatif yang tinggi. Untuk validasi model proyeksi cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95, data yang akan diuji untuk memastikan kevalidan model adalah data demand hasil proyeksi dari masing-masing model cadangan BBM jenis bensin tersebut. Data demand digunakan untuk uji kevalidan permodelan karena demand merupakan variabel sentral atau utama di dalam permodelan yang dibuat. Data demand aktual tahun 28 tidak dipergunakan untuk uji validasi model karena nilainya melenceng (offset) akibat terpengaruh adanya faktor inflasi. Perhitungan uji validasi permodelan proyeksi cadangan RON 88, RON 92, dan RON 95 menggunakan uji MAPE dapat dilihat pada tabel 1, 2, dan 3. Tabel 1. Validasi Model Proyeksi Cadangan RON 88 Tahun Real RON 88 Proyeksi % error , , , , , , ,179 Rata-Rata 3,45 Tabel 2. Validasi Model Proyeksi Cadangan RON 92 Tahun Real RON 92 Proyeksi % error , , , , , , ,939 Rata-Rata 1,747 Tabel 3. Validasi Model Proyeksi Cadangan RON 95 Tahun Real RON 95 Proyeksi % error , , , , , , ,444 Rata-Rata 7,1 Dapat dilihat dari Tabel 1, persentase error dari model proyeksi cadangan RON 88 adalah sebesar 3,45%. Hal ini menunjukkan bahwa model proyeksi ini valid dan dapat menggambarkan keadaan sistem yang sebenarnya dengan baik. Begitu pula dengan persentase error dari model proyeksi cadangan strategis RON 92 dan RON 95 berturut-turut adalah sebesar 1,75% dan

9 7% yang menunjukkan bahwa model proyeksi cadangan strategis RON 92 dan RON 95 yang dibuat ini masih bisa menggambarkan keadaaan sistem yang sebenarnya dengan cukup baik. Hal ini tentunya juga menunjukkan bahwa memang terdapat korelasi yang besar antara kebutuhan konsumsi RON 88, RON 92, dan RON 95 dengan tingkat ekonomi atau daya beli masyarakat di Indonesia yang diwakili oleh PDB dan harga BBM bersubsidi. Meski demikian, hasil uji MAPE untuk model proyeksi cadangan strategis RON 92 dan RON 95 masih menunjukkan error yang cukup besar pada tahun 25. Dimana error uji MAPE untuk model proyeksi cadangan strategis RON 92 dan RON 95 pada tahun 25 masing-masing mencapai 33,7 % dan 15,1%. Hal ini tentunya menunjukkan masih ada faktor lain yang mempengaruhi naik turunnya demand RON 92 dan RON 95 salah satunya adalah faktor pola pengambilan keputusan oleh masyarakat. Faktor pola pengambilan keputusan ini adalah faktor yang menyebabkan mengapa masyarakat cenderung lebih memilih RON 88 ketimbang RON 92, dan RON 95, maupun sebaliknya. Saat ini, peneliti masih belum dapat memasukkan faktor pola pengambilan keputusan oleh masyarakat ini ke dalam model proyeksi cadangan BBM. Oleh karena itu, diperlukan adanya studi/ penelitian lebih lanjut mengenai pola pengambilan keputusan oleh masyarakat mengenai penggunaan RON 88, RON 92, dan RON Hasil Proyeksi Cadangan Strategis RON 88, RON 92, RON 95 dengan Skenario Penurunan PDB Akibat Inflasi Skenario penurunan PDB ini berbasis pada data historis inflasi yang terjadi di Indonesia. Inflasi yang terjadi di Indonesia terjadi secara periodik dalam jangka waktu 1 tahun sekali. Dimana inflasi di Indonesia pernah terjadi pada tahun 1998 dan inflasi ini kembali terjadi 1 tahun berikutnya yaitu pada tahun 28. Pada skenario ini disimulasikan apabila inflasi terjadi kembali pada tahun 218 yang menyebabkan tingkat ekonomi masyarakat yang diwakili nilai PDB menurun sebesar 2%. Hasil proyeksi kebutuhan konsumsi dan cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 dapat dilihat pada Gambar 9, 1, 11, 12, 13, dan 14. Berdasarkan hasil simulasi seperti terlihat pada grafik di Gambar 9, pada tahun 218, demand RON 88 mengalami penurunan yang sangat tajam. Penurunan yang tajam terjadi pula pada demand RON 92 dan RON 95 seperti terlihat pada grafik di Gambar 1 dan 11. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa terjadinya inflasi menyebabkan masyarakat cenderung untuk berhemat dalam mengkonsumsi BBM. Penghematan ini dilakukan akibat adanya peningkatan harga jual berbagai jenis barang, termasuk di dalamnya harga jual BBM, akibat tingkat inflasi yang tinggi. Penghematan yang dilakukan oleh masyarakat tentunya menyebabkan demand BBM pada tahun 218 mengalami penurunan yang drastis. KiloLiter/yr 5,, 4,, 3,, RON 88 Demand (KiloLiter/yr) 2,, Gambar 9. RON 88 Demand Dengan Skenario Penurunan PDB

10 KiloLiter/yr 2,, 1,5, RON 92 Demand (KiloLiter/yr) 1,, 5, Gambar 1. RON 92 Demand Dengan Skenario Penurunan PDB KiloLiter/yr 4, 3, RON 95 Demand (KiloLiter/yr) 2, 1, Gambar 11. RON 95 Demand Dengan Skenario Penurunan PDB Meski demikian, pada tahun 219, hasil simulasi menunjukkan bahwa demand RON 88, RON 92, dan RON 95 kembali kepada tingkatan yang normal. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa memang volume ekonomi yang dimiliki Indonesia cukup besar sehingga masyarakat memiliki fleksibilitas daya beli yang tinggi. Fleksibilitas daya beli yang tinggi ini menyebabkan ketika harga jual berbagai jenis barang kembali normal di tahun 219, termasuk di dalamnya harga jual BBM, maka masyarakat cenderung akan kembali ke tingkat konsumsinya yang semula. Sehingga demand RON 88, RON 92, dan RON 95 kembali meningkat mencapai tingkatan yang normal. Berdasarkan hasil simulasi, dapat dilihat pada grafik di Gambar 1, 11, dan 12, nilai cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 pada tahun 23 hingga tahun 212 bernilai nol dikarenakan belum ada cadangan strategis yang dimiliki Indonesia. Namun, pada tahun 213 hingga tahun 218 terjadi peningkatan cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 yang pesat. Hal ini dikarenakan pada tahun 213 Indonesia mulai menstok BBM untuk cadangan strategis dengan

11 peningkatan jumlah coverage 5 hari konsumsi setiap tahunnya hingga mencapai coverage 3 hari konsumsi pada tahun 218. Namun dapat dilihat pada grafik bahwa peningkatan cadangan strategis pada tahun 218 tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa penurunan konsumsi BBM bensin jenis RON 88, RON 92, dan RON 95 pada tahun 218 berdampak pada peningkatan besar cadangan strategis di tahun yang sama. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa memang besar cadangan strategis baik jenis RON 88, RON 92, ataupun RON 95 dipengaruhi langsung oleh besarnya demand konsumsi RON 88, RON 92, dan RON 95 setiap tahunnya. KiloLiter 4,, 3,, 2,, RON 88 Desired Storage RON 88 Storage 1,, Gambar 12. RON 88 Storage & Desired Storage Dengan Skenario Penurunan PDB KiloLiter 4,, 3,, 2,, RON 88 Desired Storage RON 88 Storage 1,, Gambar 13. RON92 Storage & Desired Storage Dengan Skenario Penurunan PDB

12 KiloLiter 3, 2, RON 95 Desired Storage RON 95 Storage 1, Gambar 14. RON95 Storage & Desired Storage Dengan Skenario Penurunan PDB 3.4 Hasil Proyeksi Cadangan Strategis RON 88, RON 92, RON 95 dengan Skenario Konversi ke Arah Energi Alternatif Skenario konversi demand BBM ke arah energi alternatif berbasis kepada blueprint pengelolaan energi nasional sesuai Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 26. Dimana menurut blueprint ini, konsumsi BBM di Indonesia saat ini mencapai 63% konsumsi energi total, sedangkan diharapkan pada tahun 225 konsumsi BBM di Indonesia akan menurun hingga hanya sebesar 2% konsumsi energi total. Untuk mencapai kondisi yang diharapkan tersebut, maka pada simulasi proyeksi kebutuhan konsumsi dan cadangan strategis BBM bensin jenis RON 88, RON 92, dan RON 95 akan dilakukan konversi demand ke arah energi alternatif dimulai pada tahun 213 dengan peningkatan konversi setiap tahunnya sebesar 5%. Sehingga pada tahun 225 akan dicapai besar konversi demand ke arah energi alternatif mencapai nilai 68%. Energi alternatif ini dapat berupa Bahan Bakar Gas (BBG), biofuel, batubara, panas bumi, dan energi terbarukan lainnya. Hasil proyeksi kebutuhan konsumsi dan cadangan strategis BBM bensin jenis RON 88, RON 92, dan RON 95 dapat dilihat pada gambar 15, 16, 17, 18, 19, 2. Berdasarkan hasil simulasi seperti terlihat pada grafik di Gambar 4.14, demand RON 88 mencapai nilai maksimum di tahun 216 yaitu sebesar 26 juta kilo liter sebelum kemudian nilai demand tersebut akan menurun setiap tahunnya hingga hanya sebesar 18 juta kilo liter pada tahun 225. Fenomena yang sama terjadi pula pada demand RON 92 dan RON 95. Dimana demand RON 92 mencapai nilai maksimum di tahun 216 yaitu sebesar 972 ribu kilo liter, sedangkan demand RON 95 mencapai nilai maksimum pada tahun 215 yaitu sebesar 22 ribu kilo liter sebelum kemudian nilai demand RON 92 dan RON 95 akan mengalami penurunan. Dimana pada tahun 225 demand RON 92 dan RON 95 berturut-turut adalah sebesar 758 ribu kilo liter dan 15 ribu kilo liter. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa konversi ke arah energi alternatif merupakan cara yang efektif untuk mengurangi ketergantungan masyarakat akan kebutuhan BBM. Dengan berkurangnya kebutuhan konsumsi masyarakat akan RON 88, RON 92, dan RON 95, tentunya ini menguntungkan pemerintah Indonesia. Selain besar BBM yang perlu dicadangkan untuk cadangan strategis berkurang, tentunya ketergantungan Indonesia akan impor BBM juga berkurang sehingga mengurangi resiko terjadinya kelangkaan BBM apabila di masa depan pasokan impor BBM tersendat akibat adanya krisis energi.

13 KiloLiter/yr 25,, 2,, RON 88 Demand (KiloLiter/yr) 15,, Gambar 15. RON 88 Demand Dengan Skenario Konversi Energi Alternatif KiloLiter/yr 8, 6, RON 92 Demand (KiloLiter/yr) 4, Gambar 16. RON92 Demand Dengan Skenario Konversi Energi Alternatif

14 KiloLiter/yr 2, 15, RON 95 Demand (KiloLiter/yr) 1, Gambar 17. RON95 Demand Dengan Skenario Konversi Energi Alternatif Berdasarkan hasil simulasi, dapat dilihat pada grafik di Gambar 18, 19, dan 2, nilai cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 pada tahun 23 hingga tahun 212 bernilai nol dikarenakan belum ada cadangan strategis yang dimiliki Indonesia. Namun, pada tahun 213 hingga tahun 218 terjadi peningkatan cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 yang pesat. Hal ini dikarenakan pada tahun 213 Indonesia mulai menstok BBM untuk cadangan strategis dengan peningkatan jumlah coverage 5 hari konsumsi setiap tahunnya hingga mencapai coverage 3 hari konsumsi pada tahun 218. Nilai cadangan strategis RON 88, dan RON 95 akan mencapai nilai maksimum pada tahun 218, sedangkan cadangan strategis RON 92 akan mencapai nilai maksimum pada tahun 22 sebelum akhirnya nilai cadangan strategis mulai menurun setiap tahunnya. Penurunan besar cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 tentunya menunjukkan bahwa sebagian besar demand RON 88, RON 92, dan RON 95 sudah terkonversi ke arah energi alternatif, sehingga besar nilai BBM yang perlu dicadangkan pun ikut menurun. Hal ini tentunya mempermudah badan usaha seperti PT. Pertamina karena jumlah BBM yang perlu dicadangkan jauh lebih kecil daripada skenario awal tanpa adanya konversi energi alternatif. KiloLiter 2,, 1,5, 1,, RON 88 Desired Storage RON 88 Storage 5, Gambar 18. RON88 Storage & Desired Storage Dengan Skenario Konversi Energi Alternatif

15 KiloLiter 8, 6, 4, RON 92 Desired Storage RON 92 Storage 2, Gambar 19. RON92 Storage & Desired Storage Dengan Skenario Konversi Energi Alternatif KiloLiter 2, 15, 1, RON 95 Desired Storage RON 95 Storage 5, Gambar 2. RON95 Storage & Desired Storage Dengan Skenario Konversi Energi Alternatif 3.5 Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan Simulasi Skenario Berdasarkan hasil simulasi skenario, kebijakan pengurangan subsidi BBM belum cukup untuk mengurangi kebutuhan konsumsi BBM oleh masyarakat, terutama jenis RON 88. Oleh karena itu perlu diambil kebijakan-kebijakan lain yang dapat mengurangi konsumsi BBM sehingga jumlah BBM yang perlu dicadangkan tidak terlalu besar. Kebijakankebijakan yang dapat dilakukan antara lain adalah: a. Masyarakat pemilik mobil pribadi dilarang untuk membeli BBM RON 88. Kebijakan ini mengasumsikan bahwa masyarakat yang memiliki mobil pribadi memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas dan mampu untuk membeli BBM non subsidi. b. BBM RON 88 tidak diperjual belikan lagi di kotakota besar di Indonesia. Kebijakan ini mengasumsikan bahwa masyarakat yang tinggal di

16 kota-kota besar di Indonesia berada di tingkat ekonomi menengah ke atas dan mampu untuk membeli BBM non subsidi. c. Beralih dari BBM ke energi Alternatif. Merupakan kebijakan yang paling baik untuk mengurangi ketergantungan masyarakat akan BBM. Energi alternatif ini dapat berupa Bahan Bakar Gas (BBG), biofuel, batubara, panas bumi, dan energi terbarukan lainnya. Batubara dan panas bumi dapat digunakan untuk mensubstitusi kebutuhan BBM di sektor Industri, sedangkan BBG dan biofuel dapat digunakan untuk mensubstitusi kebutuhan BBM di sektor transportasi. BBG merupakan jenis energi alternatif yang paling mungkin diterapkan untuk mensubstitusi kebutuhan BBM terutama di sektor transportasi. Selain karena melimpahnya stok gas alam di Indonesia, BBG juga memiliki harga jual yang terjangkau Dimana harga jual BBG saat ini adalah sebesar Rp. 31/liter dan lebih murah bila dibandingkan dengan harga jual BBM RON 88 yang disubsidi pemerintah. Meski demikian, perlu adanya gerakan untuk membangkitkan kembali penggunaan BBM di Indonesia. Gerakan ini berupa meningkatkan eksplorasi sumur-sumur potensial gas alam dan menemukan sumur-sumur alternatif, pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di sejumlah kota di Indonesia, sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai konversi BBM ke BBG, subsidi kepada masyarakat dalam hal pembelian dan pemasangan converter kit di kendaraan mereka, hingga mencanangkan gerakan konsumsi BBG nasional sebesar lebih dari 5% total konsumsi energi Indonesia. 4. Kesimpulan juta kilo liter, 2,4 juta kilo liter, dan 467 ribu kilo liter. 4. Cadangan strategis RON 88, RON 92, dan RON 95 yang perlu dipersiapkan oleh Indonesia pada tahun 225 berturut-turut mencapai 4,6 juta kilo liter, 197 ribu kilo liter, dan 39 ribu kilo liter. 5. Konversi ke arah energi alternatif merupakan cara yang efektif untuk mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia akan BBM. 6. Perlu diambil kebijakan untuk mengurangi kebutuhan konsumsi BBM bensin, terutama jenis RON 88. Daftar Acuan [1] Pratama, A. F. (212). Kelangkaan BBM di Kalimantan karena Pertumbuhan Ekonomi. n-bbm-di-kalimantan-karena-pertumbuhanekonomi [Diakses 4 Juni 212] [2] ESDM. (212). Statistik Minyak Bumi. /58-publikasi/24-statistik/341-statistik-minyakbumi.html [Diakses 3 Desember 212] [3] Astria, R. (212). Stok BBM: Cadangan Minyak 23 Hari, Pertamina Nilai Itu Masih Rendah. [Diakses 3 Desember 212] [4] Syahrial, et al. (211). Handbook of Energy & EconomicStatistics of Indonesia. Jakarta: Ministry of Energy and Mineral Resources [5] Somantri, A. S., & Thahir, R. (27). Analisis Sistem Dinamik Ketersediaan Beras di Merauke Dalam Rangka Menuju Lumbung Padi Bagi Kawasan Timur Indonesia. 1. Nilai cadangan strategis BBM bensin Jenis RON 88, RON 92, dan RON 95 pada tahun 23 hingga tahun 212 bernilai nol karena sampai saat ini Indonesia belum memiliki cadangan strategis BBM nasional. Selanjutnya mulai tahun 213 hingga tahun 225, nilai cadangan strategis BBM bensin Jenis RON 88, RON 92, dan RON 95 akan mengikuti besar kebutuhan konsumsi setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan nilai cadangan strategis BBM dipengaruhi langsung oleh kebutuhan konsumsi BBM yang meningkat setiap tahunnya. 2. Fleksibilitas daya beli masyarakat yang tinggi menyebabkan masyarakat mudah beradaptasi pada perubahan harga jual BBM yang signifikan. 3. Masyarakat Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap BBM. Hal ini terlihat dengan besarnya demand RON 88, RON 92, dan RON 95 pada tahun 225 yang berturut-turut mencapai 56,2

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat (demand) terus meningkat,

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN Energi merupakan penggerak utama roda perekonomian nasional. Konsumsi energi terus meningkat mengikuti permintaan berbagai sektor pembangunan

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR MINYAK MENUJU BAHAN BAKAR GAS MENGGUNAKAN PENGHAMPIRAN SISTEM DINAMIS

MODEL SIMULASI KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR MINYAK MENUJU BAHAN BAKAR GAS MENGGUNAKAN PENGHAMPIRAN SISTEM DINAMIS Muh. Khoirul Khakim Habibi 2508 100 046 MODEL SIMULASI KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR MINYAK MENUJU BAHAN BAKAR GAS MENGGUNAKAN PENGHAMPIRAN SISTEM DINAMIS 2 nd Place of Research Grant for Management Studies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gas alam merupakan salah satu sumber daya energi dunia yang sangat penting untuk saat ini. Sebagian besar gas alam yang dijual di pasaran berupa sales gas (gas pipa)

Lebih terperinci

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Akhir-akhir ini di berbagai media ramai dibicarakan bahwa â œindonesia sedang mengalami krisis energiâ atau â œindonesia sedang

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin tinggi. Salah satunya adalah dalam bidang sarana transportasi.sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR SEMINAR KONVERSI BBG UNTUK KENDARAAN BERMOTOR LEMBAGA PENGEMBANGAN INOVASI DAN KEWIRAUSAHAAN ITB Bandung, 23 Februari 2012 KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR Dr. Retno Gumilang

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Pola konsumsi energi di Indonesia ditinjau dari sumbernya

Gambar 1. 1 Pola konsumsi energi di Indonesia ditinjau dari sumbernya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah berkaitan mengenai pengurangan subsidi BBM, yang saat ini relatif meningkat perlu mendapatkan dukungan dari semua unsur masyarakat. Perilaku

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

Sembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan

Sembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan Sembuh Dari Penyakit Subsidi : Beberapa Alternatif Kebijakan Hanan Nugroho Penyakit subsidi yang cukup lama menggerogoti APBN/ ekonomi Indonesia sesungguhnya bisa disembuhkan. Penyakit ini terjadi karena

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013 Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 213 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: fitriana.ira@gmail.com, irafit_24@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan bakar minyak yang biasa digunakan pada kendaraan bermotor adalah bensin dan solar. Bahan bakar minyak itu diambil dari dalam tanah dan berasal dari fosil

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pesatnya kemajuan teknologi dan bertambahnya populasi penduduk dunia, kebutuhan energi dunia semakin meningkat. Sementara persediaan energi dari bahan bakar fosil yang

Lebih terperinci

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM

Lebih terperinci

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*)

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*) WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM Oleh: Nirwan Ristiyanto*) Abstrak Melalui Inpres Nomor 4 Tahun 2014, pemerintah mengambil kebijakan memotong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi kendaraan bermotor di negara-negara berkembang maupun di berbagai belahan dunia kian meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh mobilitas dan pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Oleh: Agus Sugiyono *) M. Sidik Boedoyo *) Abstrak Krisis ekonomi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ketergantungan industri dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Pada bagian ini dibahas efisiensi energi dalam perekonomian Indonesia, yang rinci menjadi efisiensi energi menurut sektor. Disamping itu,

Lebih terperinci

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI Andriani Rahayu 1 dan Maria Sri Pangestuti 2 1 Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 Indonesian Institute for

Lebih terperinci

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014 Energi di Indonesia Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi 3 Mei 2014 SUMBER ENERGI TERBARUKAN HULU HULU TRANS- FORMASI TRANSMISI / BULK TRANSPORTING TRANS- FORMASI DISTRIBUSI SUMBER

Lebih terperinci

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi A. Pendahuluan Volume konsumsi BBM bersubsidi dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2008 realisasi konsumsi BBM bersubsidi 1 menjadi

Lebih terperinci

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Indonesia mulai mengalami perubahan, dari yang semula sebagai negara pengekspor bahan bakar minyak (BBM) menjadi negara pengimpor minyak.

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik

Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 25796429 Surakarta, 89 Mei 2017 Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik Wiwik Budiawan *1), Ary Arvianto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi dan industri telah memacu pertumbuhan konsumsi enerji yang cukup tinggi selama beberapa dasawarsa terakhir di dunia, sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia modern, bahkan akan terus meningkat akibat semakin banyaknya populasi penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN PASOKAN ENERGI PRIMER DENGAN PENDEKATAN METODE FUZZY LINEAR REGRESSION (FLR)

MODEL PERAMALAN PASOKAN ENERGI PRIMER DENGAN PENDEKATAN METODE FUZZY LINEAR REGRESSION (FLR) JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012 SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERAMALAN PASOKAN ENERGI PRIMER DENGAN PENDEKATAN METODE FUZZY

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk melakukan kegiatan ekonomi di dalamnya. Kota Bandung juga memiliki jumlah penduduk yang banyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi yang terjadi di dalam masyarakat yang memiliki angka tingkat mobilitas yang tinggi, kebutuhan transportasi menjadi hal yang penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebagai Negara penghasil minyak bumi yang cukup besar, masa keemasan ekspor minyak Indonesia telah lewat. Dilihat dari kebutuhan bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi fosil. Jumlah konsumsi energi fosil tidak sebanding dengan penemuan

BAB I PENDAHULUAN. energi fosil. Jumlah konsumsi energi fosil tidak sebanding dengan penemuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin menipisnya cadangan energi fosil menjadi perhatian serius di tingkat nasional dan internasional. Bisa dikatakan dunia sudah menghadapi krisis energi fosil. Jumlah

Lebih terperinci

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014 Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 214 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: fitriana.ira@gmail.com, irafit_24@yahoo.com

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015 REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, posisi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan-batasan serta sistematika penulisan laporan yang digunakan dalam penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah mengurangi beban subsidi Pemerintah terhadap minyak tanah, mengalokasikan kembali minyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek, Subjek, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Agustus 2016 bertempat di Power Plant II, Utilities-Production, RU V Balikpapan,

Lebih terperinci

PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI

PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI 1. Permasalahan Penerapan aturan PBBKB yang baru merupakan kebijakan yang diperkirakan berdampak

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: irafit_2004@yahoo.com Abstract The industrial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hadirnya energi listrik ke dalam kehidupan manusia merupakan salah satu hal penting yang mendukung pesatnya perkembangan kemajuan kehidupan di dunia sekarang ini. Hampir setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

[diterima: 13 September 2016 disetujui: 18 Juli 2017 terbit daring: 5 Januari 2018]

[diterima: 13 September 2016 disetujui: 18 Juli 2017 terbit daring: 5 Januari 2018] 118 Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 17 No. 2 Januari 2017: 118 137 p-issn 1411-5212; e-issn 2406-9280 DOI: http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v17i2.661 Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 1 Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Lifting minyak tahun 2016 diprediksi sebesar 811 ribu barel per hari (bph). Perhitungan ini menggunakan model

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun

Lebih terperinci

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. BBM Jenis Tertentu. Perkebunan. Pertambangan. Pengendalian. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR

Lebih terperinci

Tatang H. Soerawidaja

Tatang H. Soerawidaja Tatang H. Soerawidaja!!! " # $ % &!" #$ ' % ( ) * # $ % & Ada 2 macam energi final yang dibutuhkan masyarakat : Listrik, dan Bahan-bahan bakar bermutu tinggi atau high quality fuels (untuk transportasi,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak. No.555, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan energi dalam jumlah yang cukup dan kontinu sangat penting dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai emerging country, perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh tinggi. Dalam laporannya, McKinsey memperkirakan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat digambarkan pada diagram alir berikut. Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Beberapa peranan strategis energi antara lain sumber penerimaan negara, bahan bakar dan bahan baku

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DATA SEKTOR ESDM

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DATA SEKTOR ESDM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DATA SEKTOR ESDM Jakarta, 17 Januari 2018 PUSAT DATA DAN TEKNOLOGI INFORMASI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1 KEGIATAN UTAMA BIDANG PENGELOLAAN DATA 2 I. KEGIATAN UTAMA BIDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah energi yang dimiliki Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor industri (47,9%), transportasi (40,6%), dan rumah tangga (11,4%)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro SIMULASI SEDERHANAA : PERHITUNGAN HARGA SUBSIDI BBM BERSUBSIDI Pendahuluan Definisi subsidi BBM adalah selisih harga keekonomian BBM dengan harga subsidi. Harga keekonomian dipengaruhi oleh besaran ICP

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditi utama bagi nelayan yang memiliki perahu bermotor untuk menjalankan usaha penangkapan ikan. BBM bersubsidi saat ini menjadi permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah gencar - gencarnya program pemerintah mengenai konversi energi, maka sumber energi alternatif sudah menjadi pilihan yang tidak terelakkan, tak terkecuali

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012 TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012 Pada periode 1993-2011 telah terjadi 13 (tiga belas) kali perubahan harga bersubsidi bahan bakar minyak (bensin

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dan banyak negara di dunia masih sangat bergantung dengan kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan akan minyak bumi terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia, sector transportasi khususnya kendaraan bermotor adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.

Lebih terperinci