PENAPISAN PLASMA NUTFAH KEDELAI TAHAN PENYAKIT HAWAR BAKTERI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENAPISAN PLASMA NUTFAH KEDELAI TAHAN PENYAKIT HAWAR BAKTERI"

Transkripsi

1 PENAPISAN PLASMA NUTFAH KEDELAI TAHAN PENYAKIT HAWAR BAKTERI Ace Suhendar Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian; Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111, Telp (0251) ; ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk memperoleh genotipe kedelai tahan penyakit hawar bakteri (Pseudomonas syringae pv. glycinea, PSG). Penelitian dilakukan di laboratorium, rumah kaca, dan lapangan pada bulan Mei November Penapisan lapangan dilakukan pada tiga lokasi di Jawa Barat, yaitu di Ciranjang (Cianjur, 287 m dpl), Cibadak (Cianjur, 1100 m dpl), dan Ciwidey (Bandung, 700 m dpl). Benih kedelai sebanyak 100 genotipe dan empat varietas pembanding ditanam pada petak percobaan berukuran 2,0 m x 0,8 m dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Infeksi alami dibuat dengan menanam kedelai rentan di sekitar petak percobaan sebagai sumber inokulum. Variabel pengamatan meliputi intensitas penyakit dan ketahanan genotipe. Pengamatan penyakit pada setiap genotipe kedelai dilakukan sejak fase vegetatif sampai menjelang panen (20 rumpun/petak). Percobaan di laboratorium dan rumah kaca dilakukan untuk mengkofirmasi ketahanan genotipe kedelai hasil uji di lapang. Konfirmasi ketahanan terhadap penyakit hawar bakteri di laboratorium menggunakan teknik uji kotiledon dan di rumah kaca dengan teknik inokulasi buatan. Hasil uji virulensi 12 isolat PSG di laboratorium dengan teknik uji kotiledon kedelai varietas Orba menunjukkan isolat PSG 11 memiliki virulensi tinggi, sehingga dipilih sebagai sumber inokulum. Hasil uji cepat untuk konfirmasi ketahanan genotipe kedelai dengan teknik uji kotiledon menunjukkan 33 genotipe bereaksi tahan, 16 genotipe agak tahan, 22 genotipe agak rentan, dan 29 genotipe rentan terhadap patogen PSG. Hasil uji di lapang menunjukkan 48 genotipe tahan, 31 agak tahan, 13 agak rentan, dan 8 rentan. Hasil uji ketahanan di laboratorium setara dengan di lapang, sehingga teknik bioesei dapat digunakan untuk penapisan awal ketahanan genotipe kedelai terhadap PSG. Kata kunci: penapisan, ketahanan, hawar bakteri, kedelai ABSTRACT Screening of soybean germplasm resistant to bacterial blight disease (Pseudomonas syringae pv.glycinea). The objectives of the study were to find out soybean germplasm resistant to bacterial blight disease (Pseudomonas syringae pv. glycinea, PSG). The experiment were conducted in laboratorium, screen house, and field from May to November Field screening were conducted at three different location in West Java, such as Ciranjang (Cianjur, 287 m asl), Cibadak- Pacet (Cianjur, 1100 m asl), and Ciwidey (Bandung, 700 m asl). One hundred of soybean seed and four checked varieties planted at a plot size 2,0 m x 0,8 m with spacing 40 cm x 20 cm, arranged in randomized block design with three replications. The susceptible plants were planted around the experimental area used as inoculum source without inoculation. The disease intensity were observed since the vegetative stage up to nearly mature stage of soybean. Laboratorium and screen house activities were done to confirm the resistance of soybean genotype from the field. The bio assay technique were done to confirm the soybean resistance to PSG in laboratorium, while an artfiicial inoculation technique using in screen house. The result of resistance confirmation using a quick technique with cotiledone test indicated that 33 genotypes were resistant, 16 genotypes were moderately resistant, 22 genotypes were moderately susceptible, and 29 genotypes were susceptible against PSG patogen. The average of disease intensity in the field test indicated that 48 genotypes were resistant, 31 genotypes were moderately resistant, 13 genotypes moderately susceptible, and genotypes were susceptible. The disease resistence in laboratorium and field test were equal, so that 256 Suhendar: Penapisan plasma nutfah kedelai tahan penyakit hawar bakteri

2 this bio assay technique can be used at initial screening technique of the soybean resistance test against PSG pathogen. Keywords: screening, resistance, bacterial blight, soybean PENDAHULUAN Usaha peningkatan produksi kedelai diantaranya masih menghadapi gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) atau hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kehilangan hasil. Di antara berbagai penyakit penting pada tanaman kedelai, penyakit virus SSV, hawar bakteri (HB) yang disebabkan Pseudomonas syringae pv. glycinea (PSG) dan bisul bakteri yang disebabkan Xanthomonas campestris pv. gycines (XCG) Syn: X. axonopodis pv. glycines seringkali menginfeksi pertanaman kedelai di Indonesia (Roechan 1992, Machmud dan Surachmat 1988, Machmud et al. 1992, Suryadi et al. 1995, Khaeruni 1998). Kerugian hasil yang diakibatkan hawar daun bakteri berkisar antara 11 20% (Schaad 1980, Sinclair 1983, Suryadi 1989). Fluktuasi intensitas penyakit di lapangan sangat dipengaruhi oleh perbedaan cara bercocok tanam, waktu tanam, kondisi lingkungan, dan jenis varietas (Habazar dan Rudolph 1996). Marmaini et al. (1996) melaporkan penyakit hawar daun bakteri terdistribusi luas di Sumatra Barat dengan kisaran penularan 1 18%; sementara Habazar dan Rudolph (1996) melaporkan hawar daun bakteri terdistribusi luas di pusat produksi kedelai di Sumatera Barat, Lampung, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Berbagai komponen pengendalian terpadu penyakit kedelai telah dikaji diantaranya (a) pengembangan varietas tahan; (b) penggunaan benih sehat; (c) pengendalian hayati; (d) pengendalian kimiawi, dan (e) kultur teknis. Mikroflora tanah/tanaman golongan bakteri yang efektif menekan penyakit HB adalah dari genus Pseudomonas (Suwanto et al. 1995). Sebagai contoh, aplikasi P. fluorescens B29 dan B39 pada bisul bakteri menunjukkan adanya efek kompetisi nutrisi maupun ruang terhadap XCG (Khaeruni 1998, Nawangsih 1997). Upaya pengendalian melalui penggunaan varietas tahan belum berhasil secara optimal. Untuk menunjang keberhasilan pengendalian penyakit diperlukan kajian ekologi patogen dan epidemiologi. Penanaman varietas tahan merupakan cara pengendalian penyakit kedelai yang efektif dan ekonomis. Penggunaan varietas tahan untuk mengendalikan masih terbatas karena munculnya variabilitas patogen yang berbeda antarmusim dan lokasi sehingga ketahanan tanaman terhadap patogen tidak dapat bertahan lama. Patogen penyebab penyakit hawar daun bakteri pada kedelai memiliki kemampuan yang sangat tinggi membentuk ras-ras baru untuk mempertahankan keberadaannya pada varietas dengan gen ketahanan yang berbeda. Masalah tersebut mendorong perlunya menggali potensi sumber daya genetik tanaman untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan varietas tahan yang dikombinasikan dengan cara bercocok tanam dan waktu penanaman yang tepat efektif mengendalikan penyakit pada daun kedelai. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh beberapa galur kedelai yang mempunyai gen ketahanan terhadap hawar daun bakteri di lapangan dan rumah kaca. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

3 BAHAN DAN METODE Penelitian di Laboratorium Penelitian di laboratorium meliputi: (1) seleksi dan uji virulensi isolat PSG, dan (2) uji ketahanan genotipe kedelai dengan teknik kotiledon. Seleksi dan uji virulensi isolat PSG Dua belas isolat bakteri PSG dari koleksi plasma nutfah patogen Kelti Biokimia dan beberapa isolat yang diperoleh dari isolasi contoh tanaman kedelai bergejala hawar dari lapang diuji virulensinya dengan menginokulasikan inokulum bakteri pada tanaman kedelai varietas Orba. Masing-masing isolat PSG dikeluarkan dari penyimpanan dalam ampul, ditumbuhkan pada cawan petri berisi medium King s B Agar (KBA) (Lelliot and Stead 1987). Isolat yang tumbuh dimurnikan dan diperbanyak kembali pada medium KBA. Pada uji kotiledon, tingkat virulensi isolat ditentukan berdasarkan kriteria diameter gejala/bercak. Uji Ketahanan Genotipe Kedelai dengan Teknik Kotiledon Pengujian dilakukan di laboratorium untuk mengkonfirmasi ketahanan 100 genotipe kedelai yang diuji di lapangan, menurut teknik Rukayadi (1995) dan Khaeruni et al. (2008). Penyediaan kotiledon 100 genotipe yang diuji dilakukan seperti pada uji virulensi isolat PSG. Kotiledon berumur tujuh hari dipisahkan dari kecambahnya, kemudian didisinfeksi menggunakan larutan NaOCl 0,5% dan air steril. Kotiledon diletakkan di cawan petri steril berisi kertas merang basah (10 kotiledon/petri/genotipe), kemudian diinokulasi dengan menusukkan jarum pentul yang telah disentuhkan pada inokulum PSG umur 48 jam di bagian tengah kotiledon. Kotiledon yang telah diinokulasi diinkubasi selama 5 7 hari pada suhu ruang. Pengamatan dilakukan terhadap diameter gejala klorotik pada bagian kotiledon yang telah dilukai tersebut. Ketahanan genotipe kedelai ditentukan berdasarkan kriteria: skor 0 = IP 0% (tahan); 1 = IP >0 20% (agak tahan); 2 = >20 40% (agak rentan); 3 = >40% (rentan). Penelitian di Rumah Kaca Penelitian untuk mengkonfirmasi ketahanan genotipe kedelai terhadap penyakit HB di lapangan. Benih masing-masing genotipe kedelai (100 nomor) dan empat varietas pembanding ditanam dalam kantong plastik (polibeg) berdiameter 20 cm yang berisi campuran tanah dan pupuk. Pada setiap kantong polibeg ditanam empat biji kedelai. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Tanaman dipelihara secukupnya. Isolat PSG 11 dari hasil seleksi yang memiliki virulensi tinggi digunakan sebagai sumber inokulum. Isolat PSG diperbanyak pada King s B Agar (KBA). Inoklulasi dilakukan dengan cara menyemprotkan inokulum bakteri umur 48 jam dengan kerapatan bakteri 10 8 cfu/ml ke seluruh permukaan daun yang sebelumnya telah diolesi dengan bubuk karborundum 600 mesh pada tanaman umur sebulan. Pengamatan terhadap penyakit dilakukan dua minggu setelah inokulasi sebanyak dua kali dengan selang satu minggu. Gejala hawar daun bakteri diamati menggunakan skoring: 1 = tidak tampak gejala, jumlah bercak hawar 0% 2 = jumlah bercak sedikit dan kecil, >0 5% dari luas daun; 3 = bercak coklat tersebar agak banyak dan besar, >5 10% dari luas daun; 4 = bercak coklat tua, tersebar, banyak dan agak rapat, >10 25% dari luas 258 Suhendar: Penapisan plasma nutfah kedelai tahan penyakit hawar bakteri

4 daun; 5 = bercak coklat tua, keriput dan rapat sekali, >25 60% dari luas daun; 6 = daun layu, bercak coklat, daun keriput dan koyak-koyak, >60% dari luas daun bercak. Intensitas penyakit HB dihitung menurut rumus I = nz/nz x 100%; di mana I = intensitas penyakit; n = jumlah daun untuk tiap kategori infeksi; v = nilai numerik kategori infeksi; N = jumlah daun yang diamati, dan Z = skor numerik untuk kategori infeksi tertinggi. Ketahanan genotipe kedelai ditentukan berdasarkan kriteria pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria intensitas penyakit dan ketahanan genotipe kedelai terhadap penyakit hawar bakteri. Intensitas penyakit (%) Reaksi (T-R) 0 <25 25 <50 50 <75 > T = Tahan; AT = Agak Tahan; AR = Agak Rentan; R = Rentan; SR = Sangat Rentan (modifikasi dari Muji Rahayu 2008). Penelitian Lapang Percobaan lapang dilaksanakan di Desa Cibadak, Cianjur (1100 m dpl.); Ciranjang, Cianjur (280 m dpl.), dan Ciwidey, Bandung (1000 m dpl.). Benih kedelai ditanam pada petak percobaan ukuran 2,0 m x 0,8 m dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas 100 genotipe kedelai dan empat varietas unggul (Lampobatang, Cikutray, Wilis, dan Lokon) sebagai pembanding. Pertanaman dipupuk N, P, dan K dengan dosis 60 kg Urea, 90 kg TSP, dan 50 kg KCl/ha. Penyemprotan insekstisida disesuaikan dengan kondisi infestasi serangga hama di lapang. Pertanaman tidak diinokulasi dengan inokulum bakteri PSG, karena intensitas awal penyakit HB di lokasi percobaan cukup tinggi, berkisar antara 20 30%. Pengamatan terhadap penyakit HB dilakukan setelah tanaman kedelai umur satu bulan dan dilanjutkan selang satu minggu hingga empat kali pengamatan. Perkembangan gejala penyakit HB diamati berdasarkan skor berikut: 0=tidak tampak gejala; 1=gejala hawar <1% luas daun; 3=gejala hawar 1 <1% luas daun; 5=gejala hawar meluas hingga 11<25% luas daun; 7=gejala hawar meluas dan saling bergabung mencapai 25 <50% luas daun; 8=gejala hawar daun meluas hingga >50% luas daun, muncul gejala klorosis, sebagian daun gugur. Intensitas penyakit HB dihitung dengan rumus I = nz/nz x 100%; di mana I = intensitas penyakit; n = jumlah daun untuk tiap kategori infeksi; v = nilai numerik kategori infeksi; N = jumlah daun yang diamati, dan Z = skor numerik untuk kategori infeksi tertinggi. Ketahanan genotipe kedelai ditentukan berdasarkan kriteria pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria intensitas penyakit dan ketahanan genotipe kedelai terhadap penyakit hawar bakteri. Intensitas penyakit (%) Reaksi (T-R) 0 <25 25 <50 50 <75 > T = Tahan; AT = Agak Tahan; AR = Agak Rentan; R = Rentan; SR = Sangat Rentan (modifikasi dari Muji Rahayu 2008). T AT AR R T AT AR R Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian di Laboratorium 1) Seleksi isolat Uji virulensi isolat menggunakan teknik bioesei pada kotiledon kedelai varietas Orba menghasilkan gejala yang beragam, mulai dari tidak ada gejala hingga gejala berupa bercak yang ukurannya bervariasi, mulai dari tidak ada bercak sama sekali hingga bercak kuning dengan ukuran yang berbeda. Berdasarkan intensitas bercak pada kotiledon yang dihitung berdasarkan persentase luas bercak per luas kotiledon (Tabel 3 dan Gambar 1), maka hasil uji virulensi 12 isolat PSG disajikan pada Tabel 4. Isolat PSG 11 memiliki virulensi tertinggi dengan skor 3. Isolat ini selanjutnya digunakan sebagai sumber inokulum untuk uji konfirmasi ketahanan genotipe kedelai di laboratiorium dan di rumah kaca. Machmud (1987) melaporkan bahwa virulensi isolat PSG pada varietas Wilis jiuga sangat beragam, mulai dari rendah sampai tinggi. Tabel 3. Kriteria virulensi berdasarkan intensitas bercak pada kotiledon Intensitas bercak (%) Skor Tingkat virulensi 0 >0 20 >20 40 > Tidak virulen Rendah Sedang Tinggi A B C D Gambar 1. Kriteria virulensi isolat PSG menurut skor gejala HB pada kotiledon kedelai (A = tidak virulen; B = rendah; C = sedang; D = tinggi). Konfirmasi ketahanan dengan teknik uji kotiledon Hasil pengujian secara cepat menggunakan teknik bioesei kotiledon terhadap 100 genotpe kedelai menunjukkan 33 genotipe bereaksi tahan, dan 16 genotipe agak tahan, 22 genotipe bereaksi agak rentan, dan 29 genotipe rentan terhadap patogen PSG (Tabel 5). Hasil uji di lapang menunjukkan 48 genotipe bereaksi tahan, 31 agak tahan, 13 agak rentan, dan 8 rentan. Hasil uji ketahanan di laboratorium dengan di lapang setara, sehingga teknik bioassay dapat digunakan sebagai teknik penapisan awal ketahanan geno- 260 Suhendar: Penapisan plasma nutfah kedelai tahan penyakit hawar bakteri

6 tipe kedelai terhadap PSG. Teknik biosesei kotiledon juga telah digunakan oleh Khaeruni et al. (2008) untuk uji ketahanan genotipe kedelai terhadap XAG. Tabel 4. Virulensi 12 isolat PSG pada kotiledon kedelai varietas Orba di laboratorium. Kode isolat Asal inang Asal lokasi Skor virulensi*) (0 3) Tingkat virulensi PSG 8807 kedelai Sukarami; ampul 0 Tidak virulen PSG 1 kedelai Pusakanagara, penelitian ini 0 Tidak virulen PSG 2 kedelai Pusakanagara, penelitiani ini 1 Rendah PSG 4 kedelai Pusakanagara, penelitian ini 1 Rendah PSG 5 kedelai Cimanggu Bogor; penelitian ini 1 Rendah PSG 6 kedelai Cimanggu Bogor; penelitian ini 1 Rendah PSG 8 kedelai Cimanggu Bogor; penelitian ini 0 Tidak virulen PSG 9 kedelai Cimanggu Bogor; penelitian ini 0 Tidak virulen PSG 11 kedelai Cimanggu Bogor; penelitian ini 3 Virulen PSG 12 kedelai Pacet; penelitian ini 0 Tidak virulen PSG 14 kedelai Pacet; penelitian ini 2 Sedang PSG 17 kedelai Pacet; penelitian ini 1 Rendah Tabel 5. Reaksi ketahanan genotipe kedelai terhadap hawan bakteri di laboratorium dan rumah kaca Reaksi Lokasi Jumlah T AT AR R Laboratorium Rumah kaca Rata-rata lapang Penelitian di Rumah Kaca Perkembangan penyakit di rumah kaca kurang baik karena lingkungan rumah kaca memiliki suhu tinggi dan kelembaban rendah, sehingga kurang kondusif untuk perkembangan hawan bakteri. Menurut Sinclair (1983), perkembangan hawan bakteri memerlukan kelembaban tinggi (>80%) dengan suhu optimum o C. Pada saat pengujian, suhu di rumah kaca berkisar antara 26 38,5 o C dengan rata-rata 32 o C, dan kelembaban udara 61 67%, berarti kisaran suhunya tinggi dan kelembaban relatif rendah. Intensitas penyakit pada varietas Orba yang merupakan pembanding rentan rendah, sehingga dikategorikan agak tahan. Oleh karena itu, hasil pengujian hanya menunjukkan dua kategori ketahanan, yaitu 67 genotipe tergolong tahan dan 33 genotipe agak tahan (Tabel 5). Dengan demikian, hasil percobaan di rumah kaca ini tidak dapat digunakan untuk konfirmasi hasil uji ketahanan di lapang. Pada pengujian rumah kaca, Habazar et al. (1996) mengevaluasi ketahanan 11 genotipe kedelai terhadap PSG dengan inokulasi buatan dan menyatakan varietas Lokon tahan terhadap PSG, sedangkan Wilis rentan. Budiman (1997) juga melaporkan hasil uji ketahanan 40 genotipe kedelai terhadap PSG, dua genotipe tergolong tahan, yaitu varietas Lokon dan galur MSC Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

7 Penelitian Lapang Gejala penyakit hawan bakteri dijumpai pada beberapa genotipe berupa lesio nekrotik dengan diameter bercak kira-kira 5 mm dikelilingi oleh tepi halo kekuningan. Hasil pengamatan terhadap keparahan penyakit hawar bakteri di lapangan menunjukkan tingkat penularan yang ringan sampai berat. Pada umumnya gejala penyakit hawan bakteri mulai terlihat pada fase generatif, terutama di Pacet. Tanaman kedelai yang terinfeksi PSG pada fase berbunga akan menghasilkan benih terinfeksi patogen yang tinggi (Machmud et al. 1995). Pada percobaan di Pacet, intensitas penyakit hawan bakteri pada genotipe di lapangan cukup baik, dengan kisaran 0 52,2% karena lingkungannya lebih kondusif untuk perkembangan penyakit ini. Di Ciwidey, perkembangan hawan bakteri juga cukup baik, walaupun intensitasnya lebih rendah daripada di Pacet, berkisar antara 0 38%. Di Ciranjang, suhu lebih tinggi dibanding Pacet dan Ciwidey, sehingga perkembangan penyakit kurang baik (0 10,6%). Kondisi tersebut mengakibatkan distribusi ketahanan genotipe pada masingmasing lokasi juga berbeda (Tabel 6). Tabel 6. Reaksi ketahanan genotipe kedelai terhadap hawan bakteri di lapang Reaksi Lokasi T AT AR R Jumlah Pacet Ciranjang Ciwidey Rata-rata Perbedaan ketahanan genotipe kedelai dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya intensitas penyakit dan starin (ras) patogen yang terdapat di suatu wilayah. Bakteri penyebab penyakit hawan bakteri memiliki kemampuan sangat tinggi untuk membentuk ras-ras baru guna mempertahankan keberadaannya pada varietas dengan gen ketahanan yang berbeda (Machmud 1987). Menurut Habazar dan Rudolf (1996), berdasarkan hasil uji berbagai isolat PSG dari Sumatera Barat pada tujuh varietas kedelai diferensial (Acme, Chippewa, Flambeau, Horosoy, Lindarin, Merit, dan Norchief) dijumpai tiga ras PSG yang berbeda, yaitu ras 4, ras 5, dan ras 9. Ras 4 merupakan ras yang paling dominan. Dominasi komposisi strain bakteri yang beragam dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu musim ke musim lain juga telah dilaporkan di beberapa negara (Mew 1987). Salah satu faktor yang berpengaruh adalah komposisi genotipe inang patogen. KESIMPULAN 1. Hasil uji cepat untuk konfirmasi ketahanan genotipe kedelai di lapang dengan teknik uji kotiledon menunjukkan 33 genotipe bereaksi tahan, 16 genotipe agak tahan, 22 genotipe agak rentan, dan 29 genotipe rentan terhadap patogen PSG. 2. Hasil uji rata-rata penyakit hawan bakteri di lapang menunjukkan 48 genotipe tahan, 31 agak tahan, 13 agak rentan, dan 8 rentan. Hasil uji ketahanan antara di laboratorium dengan di lapangan setara, sehingga teknik bioesei dapat digunakan dalam penapisan awal ketahanan genotipe kedelai terhadap PSG. 262 Suhendar: Penapisan plasma nutfah kedelai tahan penyakit hawar bakteri

8 DAFTAR PUSTAKA Budiman, A Reaksi ketahanan beberapa genotipe kedelai terhadap penyakit bakteri hawar (P. syringae pv. glycinea), pp In Parman (ed). Risalah Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah, Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI). Mataram, September Habazar, T. and K. Rudolph Isolation and characterization of bacterial diseases of soybean from different region in Indonesia. Paper presented in an Internat l. Conf. on Plant Pathogenc Bacteria. Madras, August Habazar, T., Nurbailis, dan P. Erlinda Reaksi beberapa varietas kedelai terhadap P. syringae pv. glycinea Ras A. Prosiding Kongres Nasional XIV dan Seminar Ilmiah PFI. Vol. II. Palembang, Oktober Khaeruni, A Pengaruh bakteri kitinolitik dan fotosintetik anoksigenik terhadap kemampuan P. fuorescens B29 sebagai biokontrol penyakit bisul bakteri pada kedelai. Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. Khaeruni, A., B. Tjahjono, A. Suwanto, dan M.S. Sinaga Virulensi sejumlah isolat X. axonopodis pv. glycines asal Edamame pada tiga varietas kedelai. J. HPT Tropika 8(1): Lelliot and Stead Identification of plant pathogenic bacteria. Academic Press, London. Machmud, M Pengamatan penyakit pustul dan hawar kedelai. Pp Proc. PFI VIII, Jakarta. Machmud, M Hubungan antara infeksi benih kedelai oleh bakteri hawar dan pustul dengan mutu benih dan hasil kedelai. Risalah Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Machmud, M., M. Jaeni, dan M.A. Suhendar Kajian hubungan infeksi benih kedelai oleh bakteri hawar, bakteri bisul, dan jamur antraknose dengan intensitas penyakit di lapangan serta hasil, mutu, dan kesehatan benih. Laporan Hasil Penelitian 1994/1995. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Machmud, M. dan Surachmat Current major diseases of important crops in Indonesia. p:41 61 In Rifai et al. (eds). Proc. of the symposium on crop athogens and nematodes. Biotrop Special Publications No. 34. Marmaini, F. Rifai, T. Habazar, dan G. Ismail Penyebaran Ras P. syringae. pv. glycinea, penyebab penyakit hawar pada kedelai di Sumatera Barat. Prosiding Kongres Nasional XIV dan Seminar Ilmiah PFI. Vol. II. Palembang, Oktober Mew, T.W An overview of the world bacterial blight situation. In Proc. of Intl. Workshop on Bacterial Blight of Rice. IRRI, Philippines. p Nawangsih, A.A Sintasan dan keefektifan bakteri filosfer B29 dan B39 dalam menekan X. campestris pv. glycines penyebab penyakit bisul bakteri pada kedelai di lapangan. Tesis. Program Pascasarjana. IPB Bogor. Roechan, M Penyakit-penyakit virus kedelai di Indonesia dan cara penanggulangannya. Disertasi Doktor. Universitas Pajajaran, Bandung Schaad, NW Laboratory guide for identification of plant pathogenic bacteria. Bacteriology Committee of American Phytopathol. Soc., St Paul Minn. 72 pp.. Sinclair, J.B Compendium of soybean diseases. Amer. Phytopathol. Soc. St Paul Minn.104 p. Suryadi, Y Pengaruh tingkat inokulum P. syringae pv glycinea pada perkembangan penyakit hawar kedelai. p: Proc. Kongres dan Seminar Ilmiah PFI X. Denpasar Suryadi, Y., Yulianto, dan S. Kartaatmadja Pengaruh kalium dan mulsa terhadap penyakit hawar daun bakteri (P. syringae pv. glycinea). Proc. Kongres dan Seminar Ilmiah PFI, Yogyakarta. Hal Suwanto, A., Mariani, B. Tjahyono, and S.E. Lindow Phyllosphere bacteria for biocontrol of X. campestris pv. glycines. Proc. 6 th Internat l. Symp. Microbiol. Aereal Plant Surfaces. Bandol, France. Rukayadi Y Analisis profil DNA genom sejumlah isolat X. campestris pv. glycines dengan menggunakan elektroforesis gel medan berpulsa (Pulses-filed gel electrophoresis). Thesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

KETAHANAN PLASMANUTFAH KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL BAKTERI PADA LOKASI BERBEDA

KETAHANAN PLASMANUTFAH KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL BAKTERI PADA LOKASI BERBEDA KETAHANAN PLASMANUTFAH KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL BAKTERI PADA LOKASI BERBEDA M. Ace Suhendar, Yadi Suryadi, dan Wawan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Lebih terperinci

VIRULENSI SEJUMLAH ISOLAT XANTHOMONAS AXONOPODIS PV GLYCINES ASAL EDAMAME PADA TIGA VARIETAS KEDELAI

VIRULENSI SEJUMLAH ISOLAT XANTHOMONAS AXONOPODIS PV GLYCINES ASAL EDAMAME PADA TIGA VARIETAS KEDELAI J. HPT Tropika. ISSN 1411-7525 39 Vol. 8, No. 1: 39 46, Maret 2008 VIRULENSI SEJUMLAH ISOLAT XANTHOMONAS AXONOPODIS PV GLYCINES ASAL EDAMAME PADA TIGA VARIETAS KEDELAI Andi Khaeruni R 1, Budi Tjahjono

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Hama dan Penyakit dan rumah kaca Balai penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Bogor; pada bulan Oktober

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Wildanya Hafiah, Abdul Latief Abadi, Luqman Qurata aini. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145

Wildanya Hafiah, Abdul Latief Abadi, Luqman Qurata aini. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145 Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015 ISSN : 2338-4336 KETAHANAN LIMA GALUR PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP DUA ISOLAT Xanthomonas oryzae pv. oryzae PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN PADI

Lebih terperinci

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT INFEKSI Fusarium sp. PENYEBAB PENYAKIT LAPUK BATANG DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET Eko Heri Purwanto, A. Mazid dan Nurhayati J urusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae termasuk penyakit utama yang menyerang tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor serta di Laboratorium Bakteriologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai Sri G. Budiarti, Sutoro, Hadiatmi, dan Haeni Purwanti Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Varietas hibrida

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) merupakan salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali digunakan sebagai bahan penyedap masakan

Lebih terperinci

Pengendalian penyakit hawar daun bakteri

Pengendalian penyakit hawar daun bakteri SUDIR DAN SUPRIHANTO: PERUBAHAN VIRULENSI STRAIN XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE PADA PADI Perubahan Virulensi Strain Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Penyebab Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi

Lebih terperinci

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM Soenartiningsih dan A. Haris Talanca Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros ABSTRAK Penyakit antraknosa yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman

Lebih terperinci

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Isolasi dan perbanyakan sumber inokulum E. carotovora dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Ketahanan Lapangan Lima Genotipe Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Ketahanan Lapangan Lima Genotipe Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri ISSN: 0215-7950 Volume 11, Nomor 5, Oktober 2015 Halaman 159 165 DOI: 10.14692/jfi.11.5.159 Ketahanan Lapangan Lima Genotipe Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri Field Resistance of Five Rice Genotypes

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Rumah Kaca, University Farm,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. 11 BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN TERHADAP COWPEA MILD MOTTLE VIRUS PADA SEMBILAN BELAS POPULASI F 1 TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) HASIL PERSILANGAN DIALEL

UJI KETAHANAN TERHADAP COWPEA MILD MOTTLE VIRUS PADA SEMBILAN BELAS POPULASI F 1 TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) HASIL PERSILANGAN DIALEL UJI KETAHANAN TERHADAP COWPEA MILD MOTTLE VIRUS PADA SEMBILAN BELAS POPULASI F 1 TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) HASIL PERSILANGAN DIALEL Maimun Barmawi, Setyo Dwi Utomo, Hasriadi Mat Akin, dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENGUJIAN KETAHANAN KOLEKSI GENOTIPE KEDELAI TERHADAP PENYAKIT BISUL BAKTERI') (Resistance of soybean genotype to pustule disease)

PENGUJIAN KETAHANAN KOLEKSI GENOTIPE KEDELAI TERHADAP PENYAKIT BISUL BAKTERI') (Resistance of soybean genotype to pustule disease) + -. Bul. Agron. 23(3) 14-19 (1995) PENGUJAN KETAHANAN KOLEKS GENOTPE KEDELA TERHADAP PENYAKT BSUL BAKTER') (Resistance of soybean genotype to pustule disease) Dyah Kusuma Anggraini2), Budi ~jahjono~)

Lebih terperinci

PENURUNAN INTENSITAS PENYAKIT PUSTUL BAKTERI KEDELAI MELALUI STRATEGI CARA TANAM TUMPANGSARI DAN PENGGUNAAN AGENSIA HAYATI

PENURUNAN INTENSITAS PENYAKIT PUSTUL BAKTERI KEDELAI MELALUI STRATEGI CARA TANAM TUMPANGSARI DAN PENGGUNAAN AGENSIA HAYATI PENURUNAN INTENSITAS PENYAKIT PUSTUL BAKTERI KEDELAI MELALUI STRATEGI CARA TANAM TUMPANGSARI DAN PENGGUNAAN AGENSIA HAYATI Oleh Suskandini Ratih Dirmawati 1) ABSTRACT To determine the effect of cultural

Lebih terperinci

REAKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI KOMERSIAL TERHADAP PATOTIPE XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE ISOLAT SULAWESI TENGGARA

REAKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI KOMERSIAL TERHADAP PATOTIPE XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE ISOLAT SULAWESI TENGGARA Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012 Vol. 1 No. 2 Hal. 132-138 ISSN: 2089-9858 PS AGRONOMI PPs UNHALU REAKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI KOMERSIAL TERHADAP PATOTIPE XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE

Lebih terperinci

Bioasai Tanaman Kacang Tanah Transgenik terhadap Virus Bilur Kacang Tanah (PStV)

Bioasai Tanaman Kacang Tanah Transgenik terhadap Virus Bilur Kacang Tanah (PStV) Bioasai Tanaman Kacang Tanah Transgenik terhadap Virus Bilur Kacang Tanah (PStV) Ifa Manzila, Jumanto, Asoko Wardoyo, dan Wawan Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Kegiatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Perbanyakan Propagul Agens Antagonis Perbanyakan Massal Bahan Pembawa Biopestisida

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Perbanyakan Propagul Agens Antagonis Perbanyakan Massal Bahan Pembawa Biopestisida 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO Pendahuluan Tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan yang strategis dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universtitas Lampung dari Desember

Lebih terperinci

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu) KOMPONEN OPT Hama adalah binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Patogen adalah jasad renik (mikroorganisme) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman Gulma (tumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penting bagi penduduk Indonesia. Departemen Pertanian (2002) menyatakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penting bagi penduduk Indonesia. Departemen Pertanian (2002) menyatakan PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glyczne max L. Merr.) merupakan sumber protein nabati yang penting bagi penduduk Indonesia. Departemen Pertanian (2002) menyatakan produksi kedelai di Indonesia tahun

Lebih terperinci

Ni Made Laksmi Ernawati Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Ni Made Laksmi Ernawati Fakultas Pertanian Universitas Mataram 177 POPULASI AWAL BAKTERI HAWAR DAUN Xanthomonas campestris pv. acaciae DI SEKITAR TANAMAN INANG INITIAL POPULATION OF BACTERIAL LEAF BLIGHT Xanthomonas campestris pv. acaciae AROUND ITS HOSTS Ni Made

Lebih terperinci

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA SKRIPSI OLEH: RAFIKA HUSNA 110301021/AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great 9 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great Giant Pineapple (GGP) Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan PT. Nusantara

Lebih terperinci

Aviva Aviolita Parama Putri, M. Martosudiro dan T. Hadiastono

Aviva Aviolita Parama Putri, M. Martosudiro dan T. Hadiastono Jurnal HPT Volume 1 Nomor 3 September 2013 ISSN : 2338-4336 1 PENGARUH PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR) TERHADAP INFEKSI SOYBEAN MOSAIC VIRUS (SMV), PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA TANAMAN KEDELAI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun 17 III. BAHAN DAN MEODE 3.1 empat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit umbuhan dan ebun Percobaan di dalam kampus di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 3

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 3 PO49 Studi Kerapatan Stomata Pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea l.) Varietas Peka dan Toleran Terhadap Serangan Jamur Karat Daun (Puccinia arachidis speg.) Hilmiyyah Yulianti 1, Dian Siswanto

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK

SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK UJI EFEKTIFITAS Corynebacterium DAN DOSIS PUPUK K TERHADAP SERANGAN PENYAKIT KRESEK (Xanthomonas campestris pv oryzae) PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK 050302018

Lebih terperinci

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit J. Hort. 18(2):155-159, 2008 Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit Sutapradja, H. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great Giant Pineapple (GGP) di Lampung Timur dan PT. Nusantara Tropical Farm, Lampung

Lebih terperinci

RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)

RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) JURNAL AGROTEKNOS Juli 2012 Vol.2. No.2. hal. 63-68 ISSN: 2087-7706 RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) Resistance Response of Tomato Varieties

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAHAN DAN METODE. Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan analisis sifat fisik

Lebih terperinci

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) (Xanthomnas

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) (Xanthomnas SUPARYONO ET AL.: PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN PADI Komposisi Patotipe Patogen Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi Stadium Tumbuh Berbeda Suparyono, Sudir, dan Suprihanto Balai Penelitian

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH SKRIPSI OLEH : INTAN PURNAMASARI 090301178 AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu

Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu SUDIR DAN SUPRIHANTO: PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA PADI Hubungan antara Populasi Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae dengan Keparahan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Beberapa Varietas Padi Sudir

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma

BAB III MATERI DAN METODE. melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma 19 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian mengenai pengendalian penyakit hawar daun pada kentang melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma harzianum telah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun Bogor dikenal sebagai salah satu daerah sentra pertanian khususnya tanaman hortikultura seperti buah-buahan, cabai, tomat, kacang panjang,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN EDAMAME DI JEMBER

KARAKTERISASI BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN EDAMAME DI JEMBER 10 Rachmi Masnilah et al., Karakteristik Bakteri Penyebab Penyakit Hawar... PERTANIAN KARAKTERISASI BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN EDAMAME DI JEMBER Characterization of Bacterial Blight Pathogen

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November

Lebih terperinci

KETAHANAN KLON KENTANG LIAR (Solanum chacoense) TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) SECARA IN VITRO DAN DI LAPANGAN AI ELY YULIATI

KETAHANAN KLON KENTANG LIAR (Solanum chacoense) TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) SECARA IN VITRO DAN DI LAPANGAN AI ELY YULIATI KETAHANAN KLON KENTANG LIAR (Solanum chacoense) TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) SECARA IN VITRO DAN DI LAPANGAN AI ELY YULIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Praktikum Teknologi Produksi Tanaman aspek HPT MATERI-1 Intensitas Penyakit dan Kerusakan Akibat OPT Anam Rifai Pengertian Hama adalah hewan/binatang, merusak tanaman budidaya, merugikan secara ekonomi

Lebih terperinci

Identifikasi Sumber Daya Genetik Kedelai Tahan Penyakit Virus Kerdil Kedelai

Identifikasi Sumber Daya Genetik Kedelai Tahan Penyakit Virus Kerdil Kedelai Identifikasi Sumber Daya Genetik Kedelai Tahan Penyakit Virus Kerdil Kedelai Asadi* dan Nurwita Dewi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jl. Tentara Pelajar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Perbanyakan isolat jamur B. bassiana dilaksanakan

Lebih terperinci

Karakterisasi dan Seleksi 139 Galur Kentang

Karakterisasi dan Seleksi 139 Galur Kentang Karakterisasi dan Seleksi 139 Galur Kentang Redy Gaswanto dan Kusmana Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang ABSTRACT Characterization and Selection of 139 Potato Lines. One of the ways of increasing

Lebih terperinci

PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV

PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV Wage Ratna Rohaeni dan Dini Yuliani Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya IX Sukamandi Subang 41256 Email: wagebbpadi@gmail.com/wa:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai

Lebih terperinci

Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA

Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA Oleh: Nurhayati (Dosen J urusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : DESMAN KARIAMAN TUMANGGER Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI OLEH : DESMAN KARIAMAN TUMANGGER Universitas Sumatera Utara PENGARUH KERAPATAN Trichoderma harzianum TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM (Fusarium oxysporum Schlecht. f.sp. cepae (Hanz.) Snyd. et Hans.) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) SKRIPSI OLEH

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 - Oktober 2014 di Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

DETEKSI ISOLAT PATOGEN HAWAR BAKTERI PADA KEDELAI ASAL JEMBER DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

DETEKSI ISOLAT PATOGEN HAWAR BAKTERI PADA KEDELAI ASAL JEMBER DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION DETEKSI ISOLAT PATOGEN HAWAR BAKTERI PADA KEDELAI ASAL JEMBER DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION SKRIPSI Oleh Moh. Miftah Farid NIM. 091510501141 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung adalah salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2

Lebih terperinci

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI Fitri Handayani 1, Nurbani 1, dan Ita Yustina 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur; 2 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB (PKBT-IPB) Pasir Kuda, Desa Ciomas, Bogor, dan Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan,

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui tingkat ketahanan galur dan varietas kedelai (G. max L.) berdasarkan karakter morfologi

Lebih terperinci

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan Mansur Loka Penelitian Penyakit Tungro Jl. Bulo no. 101 Lanrang, Sidrap, Sulsel E-mail : mansurtungro09@yahoo.co.id Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK INDUKSI KETAHANAN KULTUR JARINGAN PISANG TERHADAP LAYU FUSARIUM MENGGUNAKAN Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK Arif Wibowo, Aisyah Irmiyatiningsih, Suryanti, dan J. Widada Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Penghutanan kembali (reforestation) dengan menggunakan spesies tanaman yang tumbuh cepat (fast-growing) merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah menurunnya area hutan,

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGUJIAN ISOLAT VIRUS YANG DILEMAHKAN DENGAN PEMANASAN UNTUK MELINDUNGI KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI VIRUS MOSAIK

SKRIPSI PENGUJIAN ISOLAT VIRUS YANG DILEMAHKAN DENGAN PEMANASAN UNTUK MELINDUNGI KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI VIRUS MOSAIK SKRIPSI PENGUJIAN ISOLAT VIRUS YANG DILEMAHKAN DENGAN PEMANASAN UNTUK MELINDUNGI KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI VIRUS MOSAIK Oleh : Ismira Suryaningsih H0712103 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Yulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2)

Yulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2) PENGEMBANGAN Streptomyces SEBAGAI AGEN PENGENDALI MIKROB PATOGEN TULAR TANAH Yulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2) 1) Institut Pertanian Bogor 2) Badan Litbang Pertanian LATAR BELAKANG Implementasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen 14 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Juli 2012 di Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 01 Februari 31 Juni 2011 di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan

Lebih terperinci

Penyaringan Galur Kedelai terhadap Penyakit Karat Daun Isolat Arjasari di Rumah Kaca

Penyaringan Galur Kedelai terhadap Penyakit Karat Daun Isolat Arjasari di Rumah Kaca Penyaringan Galur Kedelai terhadap Penyakit Karat Daun Isolat Arjasari di Rumah Kaca Budi Santosa Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor 26 ABSTRACT So for, soybean inprovement

Lebih terperinci

STABILITAS DAN ADAPTABILITAS SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA DUA BELAS SERI PERCOBAAN DENGAN METODE PERKINS & JINKS

STABILITAS DAN ADAPTABILITAS SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA DUA BELAS SERI PERCOBAAN DENGAN METODE PERKINS & JINKS STABILITAS DAN ADAPTABILITAS SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA DUA BELAS SERI PERCOBAAN DENGAN METODE PERKINS & JINKS TESIS Oleh AGUS SULISTYONO NIM : 031520101002 PROGRAM STUDI AGRONOMI PROGRAM PASCA SARJANA

Lebih terperinci

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS/GALUR SORGUM TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA. Soenartiningsih dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS/GALUR SORGUM TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA. Soenartiningsih dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia KEAHANAN BEBEAPA VAIEAS/GALU SOGUM EHADAP PENYAKI ANAKNOSA Soenartiningsih dan ahmawati Balai Penelitian anaman Serealia ABSAK Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum sp merupakan salah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KALIUM TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA PEMBIBITAN KARET

PENGARUH PUPUK KALIUM TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA PEMBIBITAN KARET PENGARUH PUPUK KALIUM TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA PEMBIBITAN KARET The effect of Potassium Fertilizer to Corynespora Leaf Fall Disease At Rubbers Nurseries M. Idrus Aminuddin, Nurhayati,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah 18 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah gandum, jagung dan padi. Di Indonesia kentang merupakan komoditas hortikultura yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 01 Februari sampai 31 Mei 2011 di Laboratorium Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci