Pengendalian penyakit hawar daun bakteri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengendalian penyakit hawar daun bakteri"

Transkripsi

1 SUDIR DAN SUPRIHANTO: PERUBAHAN VIRULENSI STRAIN XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE PADA PADI Perubahan Virulensi Strain Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Penyebab Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi Sudir dan Suprihanto Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 9 Sukamandi Subang, Jawa Barat ABSTRACT. Change in Virulence of Strain Xanthomonas oryzae pv oryzae, a Causal Pathogen of Bacterial Leaf Blight in Rice. The shift of strain of X. oryzae pv oryzae (Xoo) was evaluated in the screen field of Indonesian Center for Rice Research in Sukamandi during the dry season (DS) of 2004 and the wet season (WS) of 2004/2005. The experiment was arranged in a split-plot design with three replications. Five differential varieties were used as main plots and three levels of the virulences as subplots. Strains of Xoo representing high virulent (strain IV), medium virulent (strain VIII), and low virulent (strain III) were used as sub plots. Results indicated that differential rice varieties and virulency strain of Xoo significantly affected the severity of bacterial leaf blight (BB). The severity of BB was higher on differential variety of Kinmaze and lower on Java 14. Results of first inoculation indicated that all strains resulted in a similar reaction on 3 differential varieties (Kinmaze, Kogyoku, and Tetep). But in both resistant varieties of Wase Aikoku and Java 14, the low virulent strain resulted in a lower symptom length as compared to high virulent and medium virulent strains. These strains of Xoo were able to change theirvirulence only within two planting seasons. In the dry season of 2004, data indicated that low virulent strain increased to medium virulent, while high virulent strain (strain IV) decreased to medium virulent. In the wet season of 2004/2005, low and medium virulent strains increased to high virulent. Keywords: Xanthomonas oryzae pv. oryzae, strain, change ABSTRAK. Penelitian perubahan strain bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) dilakukan di Sukamandi pada MK 2004 dan MH 2004/2005 dalam rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Lima varietas diferensial adalah sebagai petak utama dan tiga tingkat virulensi bakteri Xoo sebagai anak petak. Tingkat virulensi bakteri Xoo yang diuji adalah tinggi (strain IV), sedang (strain VIII), dan rendah (strain III). Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kecepatan perubahan strain patogen Xoo penyebab penyakit hawar daun bakteri (HDB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas dan tingkat virulensi bakteri Xoo berpengaruh nyata terhadap keparahan HDB. Tingkat keparahan tertinggi terjadi pada varietas Kinmaze dan terendah pada varietas Java 14. Hasil inokulasi pertama dan kedua menunjukkan bahwa isolat dengan virulensi tinggi, sedang, dan rendah memberikan reaksi yang tidak berbeda nyata terhadap varietas Kinmaze, Kogyoku, dan Tetep. Namun terhadap varietas Wase Aikoku dan Java 14, isolat dengan virulensi rendah menghasilkan keparahan penyakit yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan isolat virulensi tinggi dan sedang. Perubahan strain bakteri Xoo dapat terjadi dalam jangka waktu dua musim tanam padi. Hasil inokulasi pertama dan kedua pada MK 2004 menunjukkan adanya perubahan virulensi isolat, yaitu virulensi tinggi (strain IV) dan rendah (III) berubah menjadi sedang (VIII). Pada MH 2004/2005, bakteri Xoo virulensi sedang dan rendah berubah menjadi virulensi tinggi. Kata kunci: Xanthomonas oryzae pv. oryzae, strain, perubahan Pengendalian penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) pada tanaman padi pada umumnya dengan cara penanaman varietas tahan dan pengaturan takaran pupuk N (Qi and Mew 1989). Efektivitas pengendalian dengan pengurangan takaran pupuk N sangat terbatas dan sering bersifat lokal, sehingga dihadapkan kepada kesulitan teknis yang relatif tinggi. Pengendalian dengan penanaman varietas tahan cukup efektif. Sejak dilepasnya varietas IR20 yang mengandung gen tahan terhadap hawar daun bakteri (HDB), perakitan varietas tahan HDB menjadi salah satu program penting pemuliaan tanaman padi (Mew et al. 1982). Berbagai varietas dan galur padi dengan berbagai tingkat ketahanan terhadap hawar daun bakteri telah dikembangkan. Namun kemudian diketahui varietas tahan hanya efektif terhadap strain tertentu di lokasi tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa patogen X. oryzae pv. oryzae dapat membentuk strain baru yang mampu mematahkan ketahanan suatu varietas. Beberapa tahun setelah dilepas pada tahun 1970, IR20 dilaporkan rentan terhadap strain Isabela di Filipina (Ou 1985; Mew 1989), sementara IR36 yang dilepas pada tahun 1979 dilaporkan rentan terhadap strain IV pada tahun 1982 (Suparyono 1982; Suparyono et al. 1982a). Hal ini mengisyaratkan bahwa ketahanan varietas padi terhadap HDB tidak hanya disebabkan oleh dominasi dan distribusi strain yang berbeda di berbagai daerah, tetapi juga terkait dengan kurun waktu pengembangan varietas tersebut. Periode ketahanan suatu varietas ditentukan oleh beberapa faktor, seperti kecepatan perubahan strain, komposisi dan dominasi strain, frekuensi penanaman, dan komposisi varietas dengan latar belakang gen berbeda yang ditanam dalam waktu dan hamparan tertentu (Ogawa 1993). Dilaporkan bahwa dominasi dan komposisi strain sangat dipengaruhi oleh stadia tumbuh tanaman padi. Dominasi dan komposisi strain menurut stadia tumbuh merupakan aspek penting dalam pengembangan varietas tahan HDB (Suparyono et al. 2003). Periode waktu perubahan strain patogen di suatu ekosistem padi perlu dikelola melalui pergiliran varietas 100

2 PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 25 NO tahan. Strategi ini memerlukan informasi tentang periode perubahan virulensi strain patogen pada varietas tahan. Oleh karena itu, penelitian untuk mengevaluasi periode ketahanan varietas menjadi penting. Informasi dari penelitian tersebut diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi pengendalian HDB melalui taktik gilir varietas tahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecepatan perubahan strain Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan mempelajari periode ketahanan varietas terhadap penyakit HDB. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di screen field Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi, pada MK 2004 dan MH 2004/ 2005, menggunakan rancangan acak terpisah dengan tiga ulangan. Lima varietas diferensial dengan latar belakang genetik berbeda ditanam sebagai petak utama (Tabel 1). Varietas-varietas tersebut akan berbeda reaksinya terhadap strain X. oryzae pv. oryzae (Xoo). Sebagai anak petak adalah tiga kelompok strain yang mewakili virulensi berbeda yang selanjutnya disebut sebagai virulensi awal, yaitu grup virulensi tinggi (strain IV), sedang ( strain VIII), dan rendah (strain III). Varietas-varietas uji ditanam dua kali dalam satu musim tanam dengan selang waktu sekitar 1 bulan. Setelah dikecambahkan, masing-masing varietas diferensial ditanam langsung di screen field pada petak percobaan berukuran 2 m x 2 m. Untuk mendorong perkembangan penyakit HDB, tanaman diberi pupuk N dengan takaran 250 kg urea/ha. Penyiangan dilakukan secara manual. Pengendalian hama menggunakan insektisida carbofuran 3 G dengan takaran 20 kg formulasi/ha. Tanaman diinokulasi dengan biakan murni X. oryzae pv. oryzae yang memiliki virulensi berbeda (tinggi, sedang, dan rendah) yang berasal dari koleksi Kelti Hama dan Penyakit Balitpa. Suspensi bakteri umur 48 jam dengan kepekatan 10 6 cfu/ml, diinokulasikan pada varietas diferensial berumur 40 hari setelah sebar dengan metode gunting. Ujung-ujung daun padi yang sudah dipotong sepanjang 10 cm dicelupkan ke dalam suspensi bakteri. Agar bakteri tidak dihadapkan pada suhu yang terlalu terik, inokulasi dilakukan menjelang sore, antara pukul Setelah timbul gejala penyakit, diambil sampel daun yang sakit untuk reisolasi bakteri Xoo di laboratorium dengan metode pengenceran. Sebanyak 10 g daun tertular HDB yang telah dipotong kecil (1 mm) dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi 90 ml air steril. Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil, kemudian digoyang dengan shaker (alat pengocok) selama 15 menit. Sebelum mengendap, suspensi yang diperoleh diambil 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lain yang berisi 90 ml air steril, sehingga diperoleh konsentrasi 10-2, kemudian dikocok. Seterusnya, dengan cara yang sama, diperoleh konsentrasi 10-5, 10-6, dan Dari tiap-tiap pengenceran diambil 1 ml, kemudian ditanam pada petridish berisi media PSA. Hasil reisolasi bakteri Xoo kemudian diinokulasikan pada varietas diferensial yang sama pada periode tanam berikutnya. Seterusnya dilakukan cara yang sama sampai empat periode tanam (dua periode tanam pada MK 2004 dan dua periode tanam pada MH 2004/2005). Pengamatan terhadap penyakit segera dilakukan setelah timbul gejala (3-7 hari), bakteri diisolasi untuk kemudian direinokulasi pada varietas diferensial yang sama pada periode tanam berikutnya. Tingkat virulensi diamati dengan mengukur panjang gejala pada 2, 4, dan 6 minggu setelah inokulasi (MSI). Data dikonversi dengan membandingkan antara panjang gejala dengan panjang daun dikalikan 100%. Untuk mengelompokkan tingkat virulensi digunakan angka penilaian pada pengamatan terakhir (6 MSI). Data disajikan dalam bentuk rata-rata. Pengaruh perlakuan dianalisis dengan metode sidik ragam (ANOVA). Perbedaan antarperlakuan diuji dengan metode least significant difference (LSD) pada taraf nyata 5%. Tabel 1. Reaksi varietas padi diferensial dengan latar belakang genetik berbeda terhadap patogen X. oryzae pv. oryzae (Xoo). Varietas Gen ketahanan Reaksi ketahanan terhadap bakteri Xoo Kinmaze Tidak ada R R R R R T R R Kogyoku Xa-1, Xa-kg T R R R T T R R Wase Aikoku Xa-3 (Xa-w) T T R R T R R R Tetep Xa-1, Xa-2 T T T R R T T R Java 14 Xa-1, Xa-2, dan Xa-kg T T T R T T R T Kelompok patotipe I I I I I IV V VI VII VIII T = tahan, keparahan penyakit < 11% R = rentan, keparahan penyakit > 11% Sumber: Suparyono et al

3 SUDIR DAN SUPRIHANTO: PERUBAHAN VIRULENSI STRAIN XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE PADA PADI HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis sidik ragam data percobaan MK 2004 menunjukkan bahwa varietas padi diferensial dan tingkat virulensi bakteri X. oryzae pv. oryzae (Xoo) berpengaruh nyata terhadap keparahan penyakit HDB (Tabel 2). Hasil inokulasi pada pertanaman tahap pertama menunjukkan bahwa pada 2 MSI, tingkat keparahan penyakit tertinggi (3,9%) dijumpai pada varietas Kogyoku, diikuti oleh Kinmaze, sedangkan terendah (0,8%) pada varietas Java 14. Pada 4 MSI tingkat keparahan HDB berkisar antara 2,6-16,9%, tertinggi pada Kinmaze dan terendah pada Java 14. Pada 6 MSI tingkat keparahan HDB pada varietas diferensial berkisar antara 6,9-79,3%, terendah pada Java 14 dan tertinggi pada Kinmaze. Sampai 6 MSI (sekitar 2 minggu sebelum panen), varietas Kinmaze, Kogyoku, Wase Aikoku, dan Tetep tergolong rentan terhadap isolat Xoo, sedangkan Java 14 tergolong tahan (Tabel 3). Berdasarkan tingkat keparahan HDB pada varietas diferensial diketahui bahwa patogen Xoo yang diuji pada pertanaman tahap pertama MK 2004 tergolong strain VIII. Reisolasi bakteri Xoo dilakukan dari gejala yang muncul pada pertanaman tahap pertama. Hasil reisolasi kemudian direinokulasi pada varietas yang sama pada periode tanam berikutnya. Pada pertanaman tahap kedua tingkat keparahan HDB lebih rendah dibandingkan dengan pertanaman tahap pertama. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi iklim yang terlalu kering pada pertanaman kedua (kemarau II), sehingga kurang mendukung perkembangan penyakit. Pada 6 MSI, tingkat keparahan HDB berkisar antara 0,3-53,2%, tertinggi pada varietas Kinmaze dan terendah pada Java 14 (Tabel 3). Kinmaze adalah varietas yang tidak memiliki gen tahan, sedangkan Java 14 memiliki tiga gen tahan terhadap Xoo (Suparyono 1984; Suparyono et al. 1982b). Seperti halnya pada pertanaman tahap pertama, patogen Xoo yang diuji pada pertanaman tahap kedua sampai 6 MSI juga termasuk strain VIII. Tabel 2. Analisis varians pengaruh varietas padi diferensial dan tingkat virulensi bakteri X. oryzae pv. oryzae (Xoo) terhadap keparahan penyakit hawar daun bakteri pada pertanaman I dan II. Sukamandi, MK Tingkat signifikansi Sumber ragam Derajat bebas Pertanaman I Pertanaman II Ulangan 2 tn tn tn tn * * Varietas diferensial 4 tn ** ** ** ** ** Galat Virulensi Xoo 2 ** ** ** * * * Varietas * virulensi 8 tn * * tn tn * Galat II Total R 2 0,83 0,88 0,99 0,90 0,80 0,89 Koefisien variasi 22,46 22,86 6,58 29,27 29,90 27,22 tn = tidak berbeda nyata, * = berbeda nyata, * * = berbeda sangat nyata pada taraf 0,05 LSD. HDBl, HDB2, dan HDB3 = berturut-turut keparahan hawar daun bakteri pada 2, 4, dan 6 minggu setelah inokulasi (MSI). Tabel 3. Rata-rata keparahan penyakit HDB pada lima varietas padi diferensial pada 2, 4, dan 6 MSI pertanaman I dan II. Sukamandi, MK Varietas diferensial Keparahan HDB (%) pertanaman I Keparahan HDB (%) pertanaman II Kinmaze 3,9 a 16,9 a 79,3 a 13,1 a 29,0 a 53,2 a Kogyoku 3,9 a 10,4 b 73,5 bc 1,3 b 14,0 bc 29,9 b Wase Aikoku 2,3 b 8,9 b 76,6 ab 2,3 b 9,9 c 20,0 b Tetep 1,4 bc 7,9 b 72,1 c 2,0 b 9,4 c 22,6 b Java 14 0,8 c 2,6 c 6,9 d 0,0 b 0,2 d 0,3 c LSD 0,05 1,5 4,8 4,1 3,0 8,7 10,2 HDB1, HDB2, dan HDB3 = berturut-turut keparahan hawar daun bakteri pada 2, 4, dan 6 MSI. 102

4 PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 25 NO Tingkat virulensi bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) berpengaruh nyata terhadap keparahan penyakit HDB. Tingkat keparahan tertinggi penyakit HDB pada pertanaman tahap pertama pada 6 MSI dijumpai pada pertanaman yang diinokulasi dengan Xoo virulensi tinggi dan terendah pada virulensi rendah. Tingkat keparahan penyakit pada pertanaman tahap pertama pada 6 MSI adalah 68,9%; 62,0%; dan 52,3%, berturutturut pada Xoo virulensi tinggi, sedang, dan rendah. Pada pertanaman tahap kedua, keparahan tertinggi pada 6 MSI dijumpai pada Xoo virulensi tinggi dan terendah pada virulensi rendah. Tingkat keparahan HDB pada 6 MSI pada Xoo virulensi tinggi, sedang, dan rendah berturut-turut adalah 30,5%; 26,1%; dan 18,5% (Tabel 4). Berdasarkan tingkat keparahan penyakit pada 6 MSI diketahui bahwa virulensi ketiga tingkat virulensi bakteri Xoo yang diuji dari pertanaman tahap pertama ke tahap kedua mengalami penurunan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi iklim pada pertanaman kedua (kemarau II) terlalu kering sehingga kurang mendukung perkembangan penyakit. Interaksi antara varietas diferensial dengan tingkat virulensi Xoo awal berpengaruh nyata terhadap keparahan HDB pada 6 MSI, baik pada pertanaman tahap pertama maupun kedua MK Hal ini menunjukkan keparahan penyakit selain dipengaruhi oleh varietas diferensial juga bergantung pada tingkat virulensi patogen Xoo. Hasil inokulasi pertama menunjukkan adanya perubahan virulensi dari tinggi (strain IV) dan rendah (strain lli) menjadi sedang (strain VllI). Hal ini diduga disebabkan oleh keadaan lingkungan yang kurang cocok untuk kelompok isolat virulensi tinggi sehingga virulensinya menurun. Sebaliknya terjadi untuk isolat kelompok viruensi rendah yang berubah menjadi virulensi sedang. Bakteri Xoo strain III, IV, dan VIII ditemukan di sentra produksi padi di Jawa (Suparyono et al. 2004). Reisolasi Xanthomonas oryzae pv. oryzae dilakukan dari gejala yang muncul pada pertanaman tahap pertama. Hasil reisolasi kemudian direinokulasi pada varietas yang sama pada pertanaman berikutnya. Hasil reinokulasi menunjukkan bahwa pada pengamatan 6 MSI, semua varietas uji bereaksi rentan terhadap semua isolat yang diuji (Tabel 5). Meski keparahan HDB pada pertanaman tahap kedua menunjukkan penurunan dibanding pertanaman tahap pertama, tetapi tidak terjadi perubahan kelompok strain. Semua strain yang muncul pada pertanaman tahap kedua adalah kelompok VIII. Tabel 4. Tingkat keparahan hawar daun bakteri patogen Xoo dengan tingkat virulensi berbeda pada 2, 4, dan 6 MSI pada pertanaman I dan II. Sukamandi, MK Virulensi awal Xoo Keparahan HDB (%) pertanaman I Keparahan HDB (%) pertanaman II Tinggi 2,8 b 10,6 b 68,9 a 3,8 ab 16,1 a 30,5 a Sedang 4,2 a 18,2 a 62,0 b 4,4 a 14,7 a 26,1 ab Rendah 0,5 c 4,0 c 52,3 c 2,1 b 7,7 b 18,5 b LSD 0,05 1,0 3,2 4,3 2,0 5,7 8,3 HDB1, HDB2, dan HDB3 = berturut-turut keparahan hawar daun bakteri pada 2, 4, dan 6 MSI. Tabel 5. Tingkat keparahan hawar daun bakteri pada lima varietas padi diferensial yang diinokulasi dengan patogen Xoo virulensi awal pada 6 MSI. Sukamandi, MK Varietas diferensial Keparahan HDB (%) pertanaman I Keparahan HDB (%) pertanaman II Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Kinmaze 87,7 79,6 70,6 50,9 55,6 53,2 Kogyoku 82,1 72,6 65,8 44,3 31,6 11,1 Wase Aikoku 85,1 76,7 68,0 20,6 26,6 12,8 Tetep 80,0 73,2 63,2 35,8 16,3 15,6 Java 14 9,8 6,8 4,1 0,7 0,2 0,1 FLSD 0,05 7,0 8,9 MSI = minggu setelah inokulasi FLSD = membandingkan interaksi antara varietas dengan virulensi Xoo. 103

5 SUDIR DAN SUPRIHANTO: PERUBAHAN VIRULENSI STRAIN XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE PADA PADI Tabel 6. Analisis varians pengaruh varietas padi diferensial dan tingkat virulensi awal bakteri Xoo terhadap keparahan HDB pada pertanaman I dan II. Sukamandi, MH 2004/05. Tingkat signifikansi Sumber ragam Derajat bebas Pertanaman I Pertanaman II Ulangan 2 tn * ** ** tn ts Varietas diferensial 4 tn ** ** ** ** ** Galat Virulensi Xoo 2 ** ** ** ** ** ** Varietas * virulensi 8 ** ** ** tn tn * Galat II Total R 2 0,89 0,96 0,96 0,79 0,89 0,96 Koefisien variasi 26,01 22,10 17,17 31,85 19,20 12,98 HDB1, HDB2, dan HDB3 = berturut-turut keparahan hawar daun bakteri pada 2, 4, dan 6 minggu setelah inokulasi. Tabel 7. Tingkat keparahan hawar daun bakteri pada lima varietas padi diferensial pada 2, 4, dan 6 MSI. Sukamandi, MH 2004/05. Varietas diferensial Keparahan HDB (%) pertanaman I Keparahan HDB (%) pertanaman II Kinmaze 15,3 a 59,3 a 78,0 a 17,0 a 53,8 a 87,8 a Kogyoku 13,8 a 55,1 a 71,1 ab 13,6 a 55,9 a 75,9 b Wase Aikoku 6,6 b 39,9 b 63,8 b 3,2 b 22,1 b 62,0 c Tetep 2,1 c 9,4 c 18,6 c 4,4 b 12,8 b 41,9 d Java 14 3,7 bc 12,5 c 17,7 c 3,3 b 11,4 b 29,5 e FLSD 0,05 3,6 7,7 8,4 6,7 12,0 7,6 HDB1, HDB2, dan HDB3 = berturut-turut keparahan hawar daun bakteri pada 2, 4, dan 6 minggu setelah inokulasi. FLSD = membandingkan interaksi antara varietas dengan tingkat virulensi bakteri Xoo. Keparahan penyakit yang tertinggi dari ketiga strain Xoo terjadi pada varietas Kinmaze dan paling rendah pada Java 14. Hal ini terjadi karena varietas Kinmaze tidak memiliki gen ketahanan terhadap patogen Xoo, sedangkan Java 14 memiliki tiga gen tahan sehingga bereaksi lebih tahan (Suparyono et al. 1982b). Analisis sidik ragam data percobaan MH 2004/2005 menunjukkan, seperti halnya pada MK 2004, varietas padi dan tingkat virulensi bakteri Xoo berpengaruh nyata terhadap keparahan penyakit HDB baik pada pertanaman tahap pertama maupun kedua. Interaksi antara varietas dengan tingkat virulensi bakteri nyata terhadap keparahan penyakit pada pertanaman pertama pada 2, 4, dan 6 MSI dan pada pertanaman kedua pada 6 MSI (Tabel 6). Hasil inokulasi pada pertanaman tahap pertama MH 2004/2005 menunjukkan bahwa tingkat keparahan HDB pada 2, 4, dan 6 MSI berturut-turut 3,3-15,3%; 9,4-59,3%; dan 17,7-78,0%. Keparahan tertinggi pada varietas Kinmaze dan terendah pada Java 14. Pada pertanaman tahap kedua MH 2004/2005, tingkat keparahan penyakit pada 2, 4, dan 6 MSI berkisar antara 3,2-17,0%; 11,4-55,9%; dan 29,5-87,8% (Tabel 7). Pada 2 MSI keparahan HDB tertinggi dijumpai pada varietas Kinmaze, diikuti Kogyuku, Wase Aikoku, dan Tetep, sedangkan terendah pada Java 14. Pada 4 MSI, keparahan HDB berkisar antara 11,4-55,9%, tertinggi pada Kogyoku dan terendah pada Java 14. Pada 6 MSI, keparahan terendah dijumpai pada varietas Java 14 dan tertinggi pada Kinmaze. Berdasarkan angka keparahan penyakit diketahui patogen Xoo yang diuji pada MH 2004/ 2005 tergolong strain IV. Dengan demikian, dari MK 2004 ke MH 2004/2005 terjadi perubahan virulensi bakteri Xoo dari sedang (strain VIII) menjadi tinggi (strain IV). Seperti halnya pada MK 2004, tingkat virulensi bakteri Xoo pada MH 2004/2005 juga berpengaruh nyata terhadap keparahan HDB. Keparahan tertinggi pada 6 MSI dijumpai pada pertanaman yang diinokulasi dengan Xoo virulensi tinggi dan terendah pada virulensi rendah, baik pada pertanaman pertama maupun kedua. Pada 6 MSI, 104

6 PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 25 NO keparahan tertinggi pada pertanaman tahap kedua dijumpai pada Xoo virulensi tinggi dan terendah pada virulensi rendah (Tabel 8). Tingkat keparahan penyakit pada pertanaman tahap pertama pada 6 MSI adalah 57,1%; 54,6%; dan 37,8%, berturut-turut pada Xoo virulensi sedang, tinggi, dan rendah, sedangkan pada pertanaman tahap kedua adalah 64,7%; 63,1%; dan 50,5%. Ketiga tingkat virulensi bakteri Xoo yang diuji dari pertanaman tahap pertama ke tahap kedua mengalami peningkatan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi musim hujan pada pertanaman kedua lebih mendukung perkembangan HDB. Interaksi antara varietas diferensial dengan tingkat virulensi Xoo berpengaruh nyata terhadap keparahan HDB pada 6 MSI, baik pada pertanaman tahap pertama maupun kedua MH 2004/2005. Hal ini menunjukkan bahwa keparahan penyakit selain dipengaruhi oleh varietas diferensial juga bergantung pada virulensi patogen Xoo. Hasil inokulasi pertama menunjukkan perubahan virulensi, yaitu dari sedang (strain VIII) dan rendah (strain III) ke tinggi (strain IV). Hal ini terkait dengan keadaan lingkungan yang cocok sehingga mengubah virulensi sedang dan rendah menjadi tinggi. Pada 6 MSI semua varietas diferensial bereaksi rentan terhadap semua tingkat virulensi bakteri yang diuji (Tabel 9). Keparahan HDB yang terjadi pada pertanaman tahap kedua menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan pertanaman tahap pertama, kecuali pada Wase Aikoku, namun tidak terjadi perubahan kelompok strain. Semua strain pada pertanaman tahap kedua termasuk ke dalam kelompok IV. Keparahan tertinggi penyakit dari ketiga strain Xoo terjadi pada varietas Kinmaze dan terendah pada Java 14. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada akhir stadia pertanaman padi MK 2004, baik periode tanam pertama maupun kedua, bakteri Xoo virulensi sedang tidak mengalami perubahan, virulensi tinggi (strain IV) berubah menjadi sedang (strain VIII), dan virulensi rendah (strain Ill) menjadi sedang. Pada MH 2004/2005, baik pada pertanaman periode pertama maupun kedua, semua strain bakteri Xoo berubah menjadi virulensi tinggi (strain IV). Suparyono et al. (2003) melaporkan bahwa dominasi strain Xoo III dari MK 2001 ke MH 2001/2002 menurun dari 42,7% menjadi 9%, sedangkan strain IV meningkat dari 15,3% menjadi 29%, dan strain VIII meningkat dari 42,0 menjadi 62%. Perubahan ini ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya kecepatan perubahan strain, frekuensi penanaman, dan komposisi varietas dengan latar belakang gen berbeda yang ditanam pada waktu dan hamparan tertentu (Ogawa 1993). Suzuki et Tabel 8. Tingkat keparahan hawar daun bakteri yang dihasilkan oleh patogen Xoo virulensi yang berbeda pada 2, 4, dan 6 MSI. Sukamandi, MH 2004/2005. Virulensi awal Xoo Keparahan HDB (%) pertanaman tahap I Keparahan HDB (%) pertanaman tahap II Tinggi 11,8 a 42,1 a 57,1 a 11,8 a 37,6 a 63,2 a Sedang 9,4 a 39,9 a 54,6 a 10,7 a 36,3 a 64,7 a Rendah 3,7 b 23,6 b 37,8 b 2,4 b 19,7 b 50,5 b LSD 0,05 2,9 5,9 5,9 5,2 9,3 5,9 HDB1, HDB2, dan HDB3 = berturut-turut keparahan hawar daun bakteri pada 2, 4, dan 6 minggu setelah inokulasi. Tabel 9. Tingkat keparahan hawar daun bakteri pada lima varietas padi diferensial yang diinokulasi dengan patogen Xoo virulensi awal berbeda pertanaman I dan II pada 6 MSI. Sukamandi, MH 2004/2005. Varietas diferensial Keparahan HDB (%) pertanaman I Keparahan HDB (%) pertanaman II Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Kinmaze 90,2 83,0 60,8 92,0 96,9 74,5 Kogyoku 87,1 83,6 42,6 82,5 88,2 57,0 Wase Aikoku 64,5 68,6 58,5 60,6 71,2 54,2 Tetep 23,0 18,1 14,8 47,3 38,0 40,5 Java 14 20,9 19,7 12,6 33,4 29,3 25,9 FLSD 0,05 16,2 18,0 MSI = minggu setelah inokulasi FLSD = membandingkan interaksi antara varietas dengan virulensi Xoo. 105

7 SUDIR DAN SUPRIHANTO: PERUBAHAN VIRULENSI STRAIN XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE PADA PADI Tabel 10. Tingkat keparahan hawar daun bakteri pada lima varietas padi diferensial pada 6 MSI patogen Xoo virulensi berbeda. Sukamandi, MK 2004 dan MH 2004/2005. Keparahan hawar daun bakteri (%) Varietas diferensial MK 2004 MH 2004/2005 Pertanaman I Pertanaman II Pertanaman I Pertanaman II Tg Sd Rd Tg Sd Rd Tg Sd Rd Tg Sd Rd Kinmaze 87,7 79,6 70,6 50,9 55,6 53,2 90,2 83,1 60,8 92,0 96,9 74,5 Kogyoku 82,1 72,6 65,8 44,3 31,6 11,1 87,1 83,6 42,6 82,5 88,2 57,0 Wase Aikoku 85,1 76,7 68,0 20,6 26,6 12,8 64,5 68,6 58,5 60,6 71,2 54,2 Tetep 80,0 73,2 63,2 35,8 16,3 15,6 23,0 18,1 14,8 74,3 38,0 40,5 Java 14 9,8 6,8 4,0 0,7 0,2 0,1 20,9 19,7 12,6 33,4 29,3 25,9 Strain VIII VIII VIII VIII VIII VIII IV IV IV IV IV IV Tg = virulensi awal tinggi (strain IV), Sd = virulensi awal sedang (strain VIII), Rd = virulensi awal rendah (strain III) al. (1992) melaporkan bahwa seleksi yang terjadi secara alami menyebabkan perubahan karakter pada organisme seperti yang terjadi pada inokulum tungro. Pada satu periode pertumbuhan tanaman padi dapat terjadi dua siklus inokulasi tungro. Dengan demikian besar kemungkinan terjadi perubahan virulensi dalam satu musim tanam apabila terjadi tekanan inokulasi. Tingkat keparahan HDB pada MH 2004/2005 lebih tinggi dibanding MK Varietas Java 14 yang pada tanam pertama dan kedua MK 2004 tergolong tahan, pada MH 2004 menjadi rentan dengan tingkat keparahan 12,6-33,4% (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa varietas Java 14 yang semula tahan berubah menjadi rentan setelah diinokulasi tiga kali secara beruntun. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada musim hujan, virulensi bakteri Xoo meningkat dibanding musim kemarau. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pada musim hujan, kelembaban relatif lebih tinggi dan sangat mendukung perkembangan patogen Xoo dibanding musim kemarau, sehingga virulensi bakteri Xoo meningkat. Bakteri Xoo berkembang dengan baik pada kondisi kelembaban di atas 90% dan suhu C (Ou 1985). KESIMPULAN Pada musim hujan terjadi perubahan strain Xoo ke arah yang lebih virulen. Pada pertanaman pertama MK 2004, kelompok virulensi tinggi (strain IV) dan rendah (strain III) berubah menjadi virulensi sedang (strain VllI). Pertanaman kedua tidak mengalami perubahan virulensi, semua isolat bakteri Xoo yang diuji yang berasal dari pertanaman pertama tetap tergolong virulensi sedang (strain VllI). Pada MH 2004/2005, pada pertanaman pertama terjadi perubahan dari virulensi sedang (strain VllI) yang berasal dari pertanaman kedua MK 2004 menjadi virulensi tinggi (strain IV). Pada pertanaman kedua tidak terjadi perubahan virulensi (strain IV). Perubahan ketahanan varietas terhadap Xoo dapat terjadi setelah inokulasi Xoo tiga kali secara beruntun, seperti yang ditunjukkan oleh varietas Java 14, tingkat ketahanannya berubah dari tahan menjadi rentan dengan tingkat keparahan penyakit 12,6-33,4%. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Suparyono dan Dr. I Nyoman Widiarta yang telah menelaah tulisan ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Sdr. Suwarji dan Umin Sumarlin atas bantuan pelaksanaan penelitian di lapang. DAFTAR PUSTAKA Mew, T.W., Vera Cruz, and R.C. Rayes Interaction of Xanthomonas campestris oryzae and resistance of rice cultivar. Phytopathology 72(7): Mew, T.W An overview of the world bacterial leaf blight situation. In: Bacterial blight of rice. p IRRI. Manila Philippines. Ogawa, T Methods and strategy for monitoring race distribution and identification of resistance genes to bacterial leaf blight (Xanthomonas campestris pv. oryzae) in rice. JARQ 27: Ou, S.H Rice diseases (2 nd ed) CMI Kew. 380 pp. 106

8 PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 25 NO Qi, Z. and T.W.Mew Types of resistance in rice to bacterial blight. In: Bacterial blight of rice. p IRRI. Manila Philippines. Suparyono Pathotype shifting of Xanthomonas campestris pv.oryzae, the cause of bacterial leaf blight in West Java. Indonesian J. of Crop Science. Suparyono, A.S. Suriamihardja, and T. Tjubaryat. 1982a. Rice bacterial patotype group which attacks the IR36 group of variety. llmu Pertanian 3(5). Suparyono, H.R. Hifni, and O. Horino. 1982b. The bacterial pathotype group which attacks the IR20 group of variety. Agric. Sci. 3(5): Suparyono Distribusi patotipe Xanthomonas campestris pv. oryzae penyebab penyakit hawar daun padi di Jawa Barat. FPS UGM. Thesis S2. 37p. Suparyono, Sudir, dan Suprihanto Komposisi patotipe patogen hawar daun bakteri pada tanaman padi stadium tumbuh berbeda. J. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 22(1): Suparyono, Sudir, dan Suprihanto Pathotype profile of Xanthomonas oryzae pv. oryzae Isolates from the rice ecosystem in Java. Indonesian Journal of Agricultural Science 5(2) 2004: Suzuki, Y., I.K.R. Widrawan. I.G.N Raga, Yasis, and Soeroto Field epidemiology and forcasting technology of rice tungro disease vectored by green leafhopper. JARQ 26:

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) (Xanthomnas

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) (Xanthomnas SUPARYONO ET AL.: PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN PADI Komposisi Patotipe Patogen Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi Stadium Tumbuh Berbeda Suparyono, Sudir, dan Suprihanto Balai Penelitian

Lebih terperinci

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 28 NO. 3 2009 Identifikasi Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Penyebab Penyakit Hawar Daun Bakteri di Sentra Produksi Padi di Jawa Sudir, Suprihanto, dan Triny

Lebih terperinci

Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu

Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu SUDIR DAN SUPRIHANTO: PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA PADI Hubungan antara Populasi Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae dengan Keparahan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Beberapa Varietas Padi Sudir

Lebih terperinci

Ketahanan Galur Isogenik IRBBN dan Galur Harapan Padi terhadap Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae Dominan pada Tanaman Padi di Indonesia

Ketahanan Galur Isogenik IRBBN dan Galur Harapan Padi terhadap Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae Dominan pada Tanaman Padi di Indonesia Bul. Plasma Nutfah 23(1):23 32 Ketahanan Galur Isogenik IRBBN dan Galur Harapan Padi terhadap Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae Dominan pada Tanaman Padi di Indonesia (The Resistance of IRBBN Isogenic

Lebih terperinci

PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV

PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV Wage Ratna Rohaeni dan Dini Yuliani Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya IX Sukamandi Subang 41256 Email: wagebbpadi@gmail.com/wa:

Lebih terperinci

Komposisi dan Dominasi Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae Penyebab Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi dengan Pola Tanam Tidak Serempak

Komposisi dan Dominasi Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae Penyebab Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi dengan Pola Tanam Tidak Serempak YULIANI ET AL.: HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN PADI Komposisi dan Dominasi Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae Penyebab Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi dengan Pola Tanam Tidak Serempak Composition

Lebih terperinci

PEMETAAN PATOTIPE PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (HDB) ENDEMIS SUBANG MAPPING PATOTIPE BACTERIAL LEAF BLIGHT (BLB) ENDEMIC SUBANG Gustiani Riva

PEMETAAN PATOTIPE PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (HDB) ENDEMIS SUBANG MAPPING PATOTIPE BACTERIAL LEAF BLIGHT (BLB) ENDEMIC SUBANG Gustiani Riva PEMETAAN PATOTIPE PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (HDB) ENDEMIS SUBANG MAPPING PATOTIPE BACTERIAL LEAF BLIGHT (BLB) ENDEMIC SUBANG Gustiani Riva ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Wildanya Hafiah, Abdul Latief Abadi, Luqman Qurata aini. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145

Wildanya Hafiah, Abdul Latief Abadi, Luqman Qurata aini. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145 Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015 ISSN : 2338-4336 KETAHANAN LIMA GALUR PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP DUA ISOLAT Xanthomonas oryzae pv. oryzae PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN PADI

Lebih terperinci

Reaksi Padi Hibrida Introduksi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Hubungannya dengan Hasil Gabah

Reaksi Padi Hibrida Introduksi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Hubungannya dengan Hasil Gabah Reaksi Padi Hibrida Introduksi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Hubungannya dengan Hasil Gabah Sudir 1 dan Bambang Sutaryo 2 1 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 9, Sukamandi, Subang,

Lebih terperinci

REAKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI KOMERSIAL TERHADAP PATOTIPE XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE ISOLAT SULAWESI TENGGARA

REAKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI KOMERSIAL TERHADAP PATOTIPE XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE ISOLAT SULAWESI TENGGARA Berkala PENELITIAN AGRONOMI Oktober 2012 Vol. 1 No. 2 Hal. 132-138 ISSN: 2089-9858 PS AGRONOMI PPs UNHALU REAKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI KOMERSIAL TERHADAP PATOTIPE XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE

Lebih terperinci

Pengelompokan Isolat Xanthomonas oryzae pv. oryzae dengan Menggunakan Galur Isogenik Padi IRRI

Pengelompokan Isolat Xanthomonas oryzae pv. oryzae dengan Menggunakan Galur Isogenik Padi IRRI Hayati, September 1998, him. 66-72 - ISSN 0854-8587 Pengelompokan Isolat Xanthomonas oryzae pv. oryzae dengan Menggunakan Galur Isogenik Padi IRRI (Grouping of Xanthomonas oryzae pv. oryzae Isolates Using

Lebih terperinci

Karakterisasi Sifat Morfologi dan Ketahanan terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Beberapa Varietas Padi

Karakterisasi Sifat Morfologi dan Ketahanan terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Beberapa Varietas Padi YULIANI ET AL.: MORFOLOGI DAN KETAHANAN HAWAR DAUN BAKTERI PADA PADI Karakterisasi Sifat Morfologi dan Ketahanan terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Beberapa Varietas Padi Morphological Characterization

Lebih terperinci

Komposisi dan Sebaran Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Penyakit pada Padi di Nusa Tenggara Barat

Komposisi dan Sebaran Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Penyakit pada Padi di Nusa Tenggara Barat SUDIR ET AL.: KOMPOSISI DAN SEBARAN PATOTIPE XANTHOMONAS ORYZAE PADA PADI Komposisi dan Sebaran Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Penyakit pada Padi di Nusa Tenggara Barat Composition and Distribution

Lebih terperinci

Ketahanan Genotipe Padi terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae Patotipe III, IV, dan VIII

Ketahanan Genotipe Padi terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae Patotipe III, IV, dan VIII Ketahanan Genotipe Padi terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae Patotipe III, IV, dan VIII Untung Susanto dan Sudir Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 9 Sukamandi Subang Email: untungsus2004@yahoo.com

Lebih terperinci

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae termasuk penyakit utama yang menyerang tanaman

Lebih terperinci

Komposisi dan Sebaran Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae di Sentra Produksi Padi di Sumatera Selatan

Komposisi dan Sebaran Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae di Sentra Produksi Padi di Sumatera Selatan Komposisi dan Sebaran Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae di Sentra Produksi Padi di Sumatera Selatan Sudir 1, Yoga A. Yogi 2, dan Syahri 2 1 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 9 Sukamandi,

Lebih terperinci

DOMINASI HAMA PENYAKIT UTAMA PADA USAHATANI PADI DI JAWA TIMUR

DOMINASI HAMA PENYAKIT UTAMA PADA USAHATANI PADI DI JAWA TIMUR DOMINASI HAMA PENYAKIT UTAMA PADA USAHATANI PADI DI JAWA TIMUR Moh. Cholil Mahfud, Sarwono dan G. Kustiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Banyaknya hama-penyakit pada tanaman padi,

Lebih terperinci

Epidemiologi, Patotipe, dan Strategi Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi

Epidemiologi, Patotipe, dan Strategi Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi Epidemiologi, Patotipe, dan Strategi Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi Sudir, B. Nuryanto, dan Triny S. Kadir Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya IX Sukamandi Subang E-mail:

Lebih terperinci

Ketahanan Lapangan Lima Genotipe Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri

Ketahanan Lapangan Lima Genotipe Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri ISSN: 0215-7950 Volume 11, Nomor 5, Oktober 2015 Halaman 159 165 DOI: 10.14692/jfi.11.5.159 Ketahanan Lapangan Lima Genotipe Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri Field Resistance of Five Rice Genotypes

Lebih terperinci

Uji Ketahanan Galur-galur Harapan Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) Ras III, IV, dan VIII

Uji Ketahanan Galur-galur Harapan Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) Ras III, IV, dan VIII Uji Ketahanan Galur-galur Harapan Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) Ras III, IV, dan VIII Siti Yuriyah*, Dwinita W. Utami, dan Ida Hanarida Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

Pengembangan padi gogo merupakan usaha. Hasil Padi Gogo dari Dua Sumber Benih yang Berbeda. Sri Wahyuni

Pengembangan padi gogo merupakan usaha. Hasil Padi Gogo dari Dua Sumber Benih yang Berbeda. Sri Wahyuni PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 27 NO. 3 2008 Hasil Padi Gogo dari Dua Sumber Benih yang Berbeda Sri Wahyuni Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 9 Sukamandi, Subang, Jawa Barat ABSTRACT.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Kata kunci: galur mandul jantan, sterilitas polen, wild abortive, kalinga, gambiaca, hawar daun bakteri, padi

Kata kunci: galur mandul jantan, sterilitas polen, wild abortive, kalinga, gambiaca, hawar daun bakteri, padi TRANSFER SIFAT MANDUL JANTAN DAN PEMBENTUKAN GALUR MANDUL JANTAN MELALUI SILANG BALIK Abstrak Sterilitas polen yang tinggi dan stabil sangat penting dalam pengembangan galur mandul jantan (GMJ) baru. Penelitian

Lebih terperinci

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan Mansur Loka Penelitian Penyakit Tungro Jl. Bulo no. 101 Lanrang, Sidrap, Sulsel E-mail : mansurtungro09@yahoo.co.id Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

Identifikasi Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae dari Tanaman Padi di Sulawesi Selatan

Identifikasi Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae dari Tanaman Padi di Sulawesi Selatan ISSN: 0215-7950 Volume 13, Nomor 3, Mei 2017 Halaman 73 80 DOI: 10.14692/jfi.13.3.73 Identifikasi Patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae dari Tanaman Padi di Sulawesi Selatan Pathotype Identification of

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN PENYEBARAN PATOTIPE Xanthomonas oryzae pv. oryzae, PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADI DI JAWA TIMUR

KOMPOSISI DAN PENYEBARAN PATOTIPE Xanthomonas oryzae pv. oryzae, PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADI DI JAWA TIMUR KOMPOSISI DAN PENYEBARAN PATOTIPE Xanthomonas oryzae pv. oryzae, PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADI DI JAWA TIMUR Sudir 1) dan Handoko 2) 1) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 12 Sukamandi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap Intensitas Penyakit dan Hasil Padi di Lahan Sawah Tadah Hujan

Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap Intensitas Penyakit dan Hasil Padi di Lahan Sawah Tadah Hujan Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap Intensitas Penyakit dan Hasil Padi di Lahan Sawah Tadah Hujan Sudir, Suprihanto, dan K. Pirngadi Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRACT.

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI Oleh: Edi Suwardiwijaya Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl. Raya Kaliasin. Tromol

Lebih terperinci

Institut Pertanian Bogor 2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Universitas Pattimura ABSTRAK

Institut Pertanian Bogor 2) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Universitas Pattimura ABSTRAK APLIKASI TEKNIK METAGENOM DALAM EKSPLORASI AGENS HAYATI DAN INDUKSI RESISTENSI TERHADAP PENYAKIT KRESEK YANG DISEBABKAN OLEH XANTHOMONAS ORYZAE PV. ORYZAE PADA TANAMAN PADI APPLICATION OF METAGENONOMIC

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN POPULASI WERENG HIJAU

PERKEMBANGAN POPULASI WERENG HIJAU 15 PERKEMBANGAN POPULASI WERENG HIJAU (Nephotettix sp.) PADA BEBERAPA VARIETAS PADI UNGGUL NASIONAL DI MUSIM HUJAN THE DEVELOPMENT OF GREEN LEAFHOPPER (Nephotettix sp.) ON SEVERAL NATIONAL SUPERIOR VARIETIES

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

Karakter Agronomi dan Ketahanan Beberapa Galur Pelestari Dihaploid terhadap Hawar Daun Bakteri

Karakter Agronomi dan Ketahanan Beberapa Galur Pelestari Dihaploid terhadap Hawar Daun Bakteri Karakter Agronomi dan Ketahanan Beberapa Galur Pelestari Dihaploid terhadap Hawar Daun Bakteri Iswari S. Dewi 1*, Indrastuti A. Rumanti 2, Bambang S. Purwoko 3, dan Triny S. Kadir 2 1 Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI AANB. Kamandalu dan S.A.N. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Uji daya hasil beberapa galur harapan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

KETAHANAN DUA PULUH SATU VARIETAS PADI TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI

KETAHANAN DUA PULUH SATU VARIETAS PADI TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI J. HPT Tropika. ISSN 1411-7525 168 J. HPT Tropika, 9(2) September 2009 Vol. 9, No. 2: 168 173, September 2009 KETAHANAN DUA PULUH SATU VARIETAS PADI TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI Heru Adi Djatmiko

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK

SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK UJI EFEKTIFITAS Corynebacterium DAN DOSIS PUPUK K TERHADAP SERANGAN PENYAKIT KRESEK (Xanthomonas campestris pv oryzae) PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK 050302018

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor serta di Laboratorium Bakteriologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun 17 III. BAHAN DAN MEODE 3.1 empat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit umbuhan dan ebun Percobaan di dalam kampus di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma

BAB III MATERI DAN METODE. melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma 19 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian mengenai pengendalian penyakit hawar daun pada kentang melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma harzianum telah

Lebih terperinci

Varietas Unggul Padi Tahan Hawar Daun Bakteri: Perakitan dan Penyebaran di Sentra Produksi

Varietas Unggul Padi Tahan Hawar Daun Bakteri: Perakitan dan Penyebaran di Sentra Produksi Wening et al.: Varietas Unggul Padi Tahan Hawar Daun Bakteri Varietas Unggul Padi Tahan Hawar Daun Bakteri: Perakitan dan Penyebaran di Sentra Produksi Developed Bacterial Leaf Blight Resistant Rice Variety:

Lebih terperinci

Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tiga Varietas Padi Sawah yang Diinokulasi pada Beberapa Fase Pertumbuhan

Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tiga Varietas Padi Sawah yang Diinokulasi pada Beberapa Fase Pertumbuhan ISSN: 0215-7950 Volume 10, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 119 125 DOI: 10.14692/jfi.10.4.119 Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tiga Varietas Padi Sawah yang Diinokulasi pada Beberapa Fase Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE IV DENGAN BAKTERI Paenibacillus polymyxa DAN Pseudomonas fluorescens PADA TANAMAN PADI.

PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE IV DENGAN BAKTERI Paenibacillus polymyxa DAN Pseudomonas fluorescens PADA TANAMAN PADI. PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE IV DENGAN BAKTERI Paenibacillus polymyxa DAN Pseudomonas fluorescens PADA TANAMAN PADI (Tesis) Oleh OVY ERFANDARI PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRONOMI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl SKRIPSI OLEH: DEWI MARSELA/ 070301040 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

Evaluasi Ketahanan Populasi Haploid Ganda Silangan IR64 dan Oryza rufipogon terhadap Hawar Daun Bakteri pada Stadia Bibit

Evaluasi Ketahanan Populasi Haploid Ganda Silangan IR64 dan Oryza rufipogon terhadap Hawar Daun Bakteri pada Stadia Bibit Evaluasi Ketahanan Populasi Haploid Ganda Silangan IR64 dan Oryza rufipogon terhadap Hawar Daun Bakteri pada Stadia Bibit Triny S. Kadir 1, I. Hanarida 2, D.W. Utami 2, S. Koerniati 2, A.D. Ambarwati 2,

Lebih terperinci

Kata kunci : padi, ketahanan, hawar daun bakteri, xanthomonas oryzae, pertumbuhan

Kata kunci : padi, ketahanan, hawar daun bakteri, xanthomonas oryzae, pertumbuhan Pertumbuhan, Hasil dan Ketahanan Enam varietas Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv oryzae) (Growth, Yield, and Resilience of Six Rice Varieties to Bacterial

Lebih terperinci

PERLAKUAN AGENS HAYATI UNTUK MENGENDALIKAN HAWAR DAUN BAKTERI, MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BENIH PADI AHMAD ZAMZAMI

PERLAKUAN AGENS HAYATI UNTUK MENGENDALIKAN HAWAR DAUN BAKTERI, MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BENIH PADI AHMAD ZAMZAMI PERLAKUAN AGENS HAYATI UNTUK MENGENDALIKAN HAWAR DAUN BAKTERI, MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BENIH PADI AHMAD ZAMZAMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Hama dan Penyakit dan rumah kaca Balai penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Bogor; pada bulan Oktober

Lebih terperinci

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT INFEKSI Fusarium sp. PENYEBAB PENYAKIT LAPUK BATANG DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET Eko Heri Purwanto, A. Mazid dan Nurhayati J urusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)

RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) JURNAL AGROTEKNOS Juli 2012 Vol.2. No.2. hal. 63-68 ISSN: 2087-7706 RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) Resistance Response of Tomato Varieties

Lebih terperinci

Bentuk khusus dari rancangan faktorial dimana kombinasi perlakuan tidak diacak secara sempurna terhadap unit-unit percobaan.

Bentuk khusus dari rancangan faktorial dimana kombinasi perlakuan tidak diacak secara sempurna terhadap unit-unit percobaan. RANCANGAN FAKTORIAL SPLIT PLOT Diyan Herdiyantoro, SP., MSi. Laboratorium Biologi Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2013 Bentuk khusus dari rancangan faktorial dimana

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 01 Februari 31 Juni 2011 di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai Sri G. Budiarti, Sutoro, Hadiatmi, dan Haeni Purwanti Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Varietas hibrida

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Rumah Kaca, University Farm,

Lebih terperinci

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh

Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh NAFISAH ET AL.: KETAHANAN TANAMAN PADI TERHADAP HAWAR DAUN BAKTERI Heritabilitas Karakter Ketahanan Hawar Daun Bakteri dari Tiga Populasi Tanaman Padi Hasil Seleksi Daur Siklus Pertama Nafisah, Aan A.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPT Pengembangan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen Biologi,

Lebih terperinci

komersial, pupuk SP 36, pupuk KCl, NaCl, Mannitol, K 2 HPO 4, MgSO 4.7H 2 O,

komersial, pupuk SP 36, pupuk KCl, NaCl, Mannitol, K 2 HPO 4, MgSO 4.7H 2 O, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 Februari 31 Juni 2011 di Laboratorium Mikrobiologi, Bioteknologi, Kultur Jaringan dan Rumah Kaca Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) tunggal, dengan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA 8 AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN 1979 5777 KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA (THE

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA SKRIPSI OLEH: RAFIKA HUSNA 110301021/AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM

Lebih terperinci

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA 100301019 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KIRANA NUGRAHAYU LIZANSARI

KIRANA NUGRAHAYU LIZANSARI 1 Perlakuan Benih dan Perendaman Akar Bibit dengan Agens Hayati untuk Mengendalikan Serangan Xanthomonas oryzae pv. oryzae serta Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Padi di Rumah Kaca KIRANA NUGRAHAYU LIZANSARI

Lebih terperinci

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA BIBIT TANAMAN Acacia crassicarpa

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA BIBIT TANAMAN Acacia crassicarpa 142 PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA BIBIT TANAMAN Acacia crassicarpa EFFECT OF RAINFALL ON DEVELOPMENT OF BACTERIAL LEAF BLIGHT DISEASE ON Acacia crassicarpa

Lebih terperinci

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali Rubiyo 1, Suprapto 1, dan Aan Darajat 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Bali 2 Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRACT Superior variety

Lebih terperinci

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Aek Sibundong Nomor pedigri : BP1924-1E-5-2rni Asal persilangan : Sitali/Way Apo Buru//2*Widas Golongan : Cere Umur tanaman : 108-125 hari Bentuk tanaman : Tegak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2

Lebih terperinci

Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Blas, dan Plasma Nutfah Jagung terhadap Penyakit Bulai

Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Blas, dan Plasma Nutfah Jagung terhadap Penyakit Bulai Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Blas, dan Plasma Nutfah Jagung terhadap Penyakit Bulai Hadiatmi, Tiur S. Silitonga, Sri A. Rais, dan Sri G. Budiarti ABSTRAK

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 1 Komposisi media tanam dan formula yang dengan dan tanpa bakteri X. campestris pv. acaciae pada masing-masing perlakuan.

HASIL. Tabel 1 Komposisi media tanam dan formula yang dengan dan tanpa bakteri X. campestris pv. acaciae pada masing-masing perlakuan. 12 Tabel 1 Komposisi media tanam dan formula yang dengan dan tanpa bakteri. campestris pv. acaciae pada masingmasing perlakuan. Perlakuan Tanah (gam) Pasir Kompos Formula MtsF 33 11 22 MtsF 33 11 22 MsF

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universtitas Lampung dari Desember

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI RUBEN PAHOTAN TAMBUNAN 060301023 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman

Lebih terperinci

Stabilitas dan Potensi Hasil Varietas Unggul Baru Padi Hibrida

Stabilitas dan Potensi Hasil Varietas Unggul Baru Padi Hibrida Stabilitas dan Potensi Hasil Varietas Unggul Baru Padi Hibrida Satoto, Made J. Mejaya, Y. Widyastuti, dan I. A. Rumanti Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 9 Sukamandi Subang, Jawa Barat Email:

Lebih terperinci

serum medium koloni Corynebacterium diphtheria tampak putih keabuabuan, spesimenklinis (Joklik WK, Willett HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988)

serum medium koloni Corynebacterium diphtheria tampak putih keabuabuan, spesimenklinis (Joklik WK, Willett HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988) anaerobic fakultatif. Meskipun demikian, Corynebacterium diphtheria tumbuh lebih bagus dalam keadaan aerobik. Pada Loeffler coagulated serum medium koloni Corynebacterium diphtheria tampak putih keabuabuan,

Lebih terperinci

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati Rice Organic Cultivation with Different Times of Manure Application and Biological Fertilizer Application

Lebih terperinci

KERAGAAN PENYAKIT PADI PADA VARIETAS UNGGUL BARU UNTUK AGROEKOSISTEM RAWA DAN LAHAN KERING

KERAGAAN PENYAKIT PADI PADA VARIETAS UNGGUL BARU UNTUK AGROEKOSISTEM RAWA DAN LAHAN KERING Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru Terhadap Wereng Hijau dan Penyakit Tungro (Sudarsono & Dini Yuliani) Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711

Lebih terperinci

Yulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2)

Yulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2) PENGEMBANGAN Streptomyces SEBAGAI AGEN PENGENDALI MIKROB PATOGEN TULAR TANAH Yulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2) 1) Institut Pertanian Bogor 2) Badan Litbang Pertanian LATAR BELAKANG Implementasi

Lebih terperinci

Respons ketahanan berbagai galur padi rawa terhadap wereng cokelat, penyakit blas, dan hawar daun bakteri

Respons ketahanan berbagai galur padi rawa terhadap wereng cokelat, penyakit blas, dan hawar daun bakteri PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 2, Nomor 1, Agustus 2016 ISSN: 2407-8050 Halaman: 85-92 DOI: 10.13057/psnmbi/m020117 Respons ketahanan berbagai galur padi rawa terhadap wereng cokelat, penyakit blas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman ini berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman ini berasal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman ini berasal dari benua Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Pertumbuhan tanaman padi dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus

Lebih terperinci

Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Padi pada Budidaya Ramah Lingkungan di Daerah Endemis Penyakit Kresek Kabupaten OKU Timur

Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Padi pada Budidaya Ramah Lingkungan di Daerah Endemis Penyakit Kresek Kabupaten OKU Timur Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Padi pada Budidaya Ramah Lingkungan di Daerah Endemis Penyakit Kresek Kabupaten OKU Timur Syahri 1*), Renny Utami Somantri 1 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI 19 RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI Oleh: KHAIRUNNISA 100301046 / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Tanaman Phalaenopsis pada setiap botol tidak digunakan seluruhnya, hanya 3-7 tanaman (disesuaikan dengan keadaan tanaman). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) Danti Sukmawati Ciptaningtyas 1, Didik Indradewa 2, dan Tohari 2 ABSTRACT In Indonesia, maize mostly planted

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dari bulan Maret sampai bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian dimulai dari September

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 - Oktober 2014 di Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Evaluasi Ketahanan Tanaman Padi Haploid Ganda Calon Tetua Padi Hibrida terhadap Wereng Batang Coklat dan Hawar Daun Bakteri

Evaluasi Ketahanan Tanaman Padi Haploid Ganda Calon Tetua Padi Hibrida terhadap Wereng Batang Coklat dan Hawar Daun Bakteri Evaluasi Ketahanan Tanaman Padi Haploid Ganda Calon Tetua Padi Hibrida terhadap Wereng Batang Coklat dan Hawar Daun Bakteri Resistance Evaluation of Doubled Haploid Plants Potential as Hybrid Rice Parental

Lebih terperinci