BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Myeloma Multipel adalah diskrasia sel plasma neoplasma berasal dari satu klon (monoclonal) sel plasma, manifestasinya adalah proliferasi sel plasma imatur dan matur dalam sumsum tulang. Konsekuensi klinis sel plasma abnormal mencakup kerusakan tulang dan penggantian unsur sumsum tulang normal, menyebabkan anemia, trombositopenia, dan leucopenia perubahan system imun, dengan resiko mendapat infeksi meningkat, abnormalitas hemostatik dengan manifestasi perdarahan dan kriglobunemia dan hiperviskositos yang terkait dengan protein plasma komponen M (Baldy, 2006). Multiple myeloma keganasan sel B dari sel plasma yang produksi protein immunoglobulin monoclonal. Hal ini ditandai dengan adanya proferasi clone dari sel plasma yang ganas pada sumsum tulang, protein monoclonal pada darah dan urin dan berkaitan disfungsi organ. Proliferasi berlebihan dalam sumsum tulang menyebabkan matriks tulang terdestruksi dan produksi imunoglobin abnormal dalam jumlah besar (Otto, 2005). Multiple myeloma merupakan keganasan sel plasma yang jarang terjadi hanya 1% dari seluruh keganasan hematogis. Penyakit ini menyerang pria dan wanita dan biasanya ditemukan pada usia diatas 40 tahun dan puncak insiden pada usia 60 tahun memiliki morbiditas dan mortilitas yang tinggi (Tadjoedin, 2011). 1

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA a. Anatomi dan Fisiologi Lokasi predominan multiple myeloma mencakup tulang-tulang seperti vertebra, costa, calvaria, pelvis, dan femur. Awal pembentukan tulang terjadi bagian tengah dari suatu tulang, bagian ini disebut pusat-pusat penulangan primer. Sesudah itu tampak pada satu atau kedua ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penulangan sekunder (Besa, 2011). Gambar 1. Anatomi tulang Bagian-bagian dari perkembangan tulang panjang adalah sebagai berikut: (guyton, 2009). 1. Diafisis Diafisis merupakan bagian dari tulang panjang dibentuk oleh pusat penulangan primer, dan merupakan korpus dari tulang 2. Metafisis Metafisis bagian tulang yang melebar didekat ujung akhir batang (diafisis) 3. Lempeng epifisis Lempengan epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak yang akan menghilang pada tulang dewasa. 4. Epifisis Epifis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder 2

3 Gambar 2. perkembangan tulang Dikutip dari (Baron, 2011) Secara Makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum), lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas kedalam kanakuli tulang kompak. Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang tersebut dikelompokan menjadi: 1. Ossa longa (tulang panjang) tulang yang ukurannya panjangnya terbesar, contohnya os humerus dan os femur 2. Ossa brevia (tulang pendek) tulang yang berukuran pendek, contoh ossa carpi 3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih) tulang yang ukurannya lebar contoh os scapula 4. Ossa irregular (tulang tak beraturan) contoh vertebrae 5. Ossa sesamoid contoh os patella (Guyton, 2009) BAB III 3

4 MULTIPEL MYELOMA a. Definisi Multiple myeloma adalah tumor sel plasma yang ditandai proliferasi salah salah satu jenis limfosit B dan sel-sel ini menyebar melalui sirkulasi dan mengendap terutama ditulang, menyebabkan tulang mengalami kerusakan, inflamasi dan nyeri. Lesi deskruktif akan mengikis tulang sehingga gerakan ringan pun dapat menyebabkan fraktur (Corwin 2009) b. Etiologi Penyebab multiple myeloma belum jelas paparan radiasi, benzene dan pelaru organik lainnya, berbeda dan insektisia mungkin memiliki peran. Faktor genetik juga mungkin berperan pada orang-orang yang rentan untuk terjadinya perubahan yang menghasilkan proliferasi sel plasma yang memproduksi protein M seperti pada MGUS. Dalam sel mana terjadi transformasi maligna tepatnya terjadi belum jelas. Dapat ditunjukan sel limfosit B yang dewasa yang termasuk klon sel maligna darah dan sumsum tulang, yang dapat menjadi dewasa menjadi sel plasma. Terjadinya onkogen yang paling penting diduga berlangsung dalam sel pendahulu yang mulai dewasa ini atau bahkan mungkin sel plasma sendiri, Beragam perubahan kromosom telah ditemukan pada pasien myeloma seperti delesi 13q14, delesi 17q13, dan predominan kelainan pada 11 q (Sudoyo, 2010). c. Patofisiologi Tahap patogenesis pertama pada perkembangan myeloma adalah munculnya sejumlah Sel plasma clonal yg secara klinis dikenal MGUS (monoclonal gammanopathy of undetermined significance). Pasien dengan MGUS tidak memiliki gejala atau bukti dari kerusakan organ, tetapi memiliki 1% resiko progresi menjadi myeloma atau penyakit keganasan yg berkaitan. Perkembangan sel plasma maligna ini mungkin merupakan suatu proses multi langkah, diawali dengan adanya serial perubahan gen yg mengakibatkan penumpukan sel plasma maligna adanya perkembangan perubahan di lingkungan mikro sumsum 4

5 tulang, dan adanya kegagalan sistem imun untuk mengontrol penyakit. Dalam proses multilangkah ini melibatkan di dalamnya aktivitas onkogen selular, hilangnya atau inaktivasi gen supresor tumor, dan gangguan regulasi gen sitokin. Keluhan dan gejala pada pasien MM berhubungan dengan ukuran massa tumor, kinetik pertumbuhan sel plasma dan efek fisikokimia imunologik dan humoral produk yg dibuat dan disekresi oleh sel plasma ini, seperti antara lain paraprotein dan paktor pengaktivasi osteoklastik (osteoclastik activating factor/oaf). Paraprotein dalam sirkulasi dapat memberi berbagai komplikasi, seperti hipervolema, hiperviskositas, diatesis hemoragik dan krioglobulinemia. Karena pengendapan rantai ringan, dalam bentuk almiloid atau sejenis, dapat terjadi terutama gangguan fungsi ginjal dan jantung. Faktor pengaktif osteoklas (OAF) seperti ILI-B, limfotoksin dan tumor necrosis faktor (TNF) bertanggung jawab atas osteolisis dan osteoporosis yang demikian khas untuk penyakit ini, Karena kelainan tersebut pada penyakit ini dapat terjadi faktur (mikro) yg menyebabkan nyeri tulang, hiperkalsemia dan hiperkalsiuria. Konsentrasi imunoglobulin normal dalam serum yg sering sangat menurun fungsi sumsum tulang yg menurun dan neutropenia yg kadang-kadang ada menyebabkan kenaikan kerentanan terhadap infeksi. Gagal ginjal pada MM disebabkan oleh karena hiperkalsemia, adanya deposit mieloid pada glomeulus, hiperurisemia, infeksi yg rekuren, infiltrasi sel plasma pada ginjal, dan kerusakan tubulus ginjal oleh karena infiltrasi rantai berat pergantian sumsum tulang dan inhibisi secara langsung terhadap proses hematopoesis, perubahan megaloblastik akan menurunkan produk vitamin B12 dan asam folat (Sudoyo, 2010). d. Patologi Anatomi Sel plasma berproliferasi didalam sumsum tulang, sel-sel plasma memiliki ukuran yang lebih besar 2-3 kali dari limfosit, dengan nucles eksentrik (bulat atau oval) pada kontur dan memiliki halo perinuklear sitoplasma bersifat basofik. 5

6 Gambar 3. Aspirasi sumsum tulang memperlihatkan sel-sel plasma Myeloma multiple. Tampak sitoplasma berwarna biru, nucleus eksentrik dan zona pucat perinuclear (halo) Dikutip dari (Besa, 2011). Gambar 4. Biopsi sumsum tulang menunjukan lembaran sel-sel plasma ganas pada myeloma multiple Dikutip dari (Besa, 2011). Kriteria Diagnosis Myeloma Multiple: Kriteria Mayor 1. plasmasitoma pada biopsy jaringan 2. sel plasma sumsum tulang > 30 % 3. M protein : IgG > 35 g/ dl, IgA > 20 g/dl, kappa atau lambda rantai ringan pada elektroforesis urin Kriteria Minor 1. sel plasma sumsum tulang % 2. M protein pada serum dan urin ( kadar lebih kecil dari poin nomor 3) 3. lesi litik pada tulang 4. normal residul IgG < 500 mg/l, IgA < 1g/L atau IgG < 6g/L 6

7 Diagnosis ditegakkan bila terdapat kriteria 1 mayor dan 1 minor atau 3 kriteria minor yang harus meliputi kombinasi A dan B. Kombinasi 1 dan A bukan merupakan myeloma multiple (Besa, 2011). Sistem Derajat Multipel Myeloma Saat ini ada dua derajat multiple yang digunakan yaitu Salmon Durie system yang telah digunakan sejak 1975 dan the International Staging System yang dikembangkan oleh the International Working Group dan diperkenalkan pada tahun 2005 (Sudoyo, 2010). Salmon Durie staging a). Stadium 1 Level hemoglobin lebih dari 10 g/dl Level kalsium kurang dari 12 mg/ dl Gambaran radiograf tulang normal atau plasmositoma soliter Protein M rendah (misal. IgG < 5 g dl, Costa < 3g/dL, urine < 4g/24 jam) b). Stadium II Gambaran yang sesuai tidak untuk stadium I maupun stadium III c). Stadium III Level hemoglobin kurang dari 8,5 g / dl Level kalsium lebih dari 12 g / dl Gambaran radiologi penyakit litik pada tulang Nilai protein M tinggi ( misal. IgG > 7g /dl, Costa > 5g dl / urine > 12 g 24 jam). d). Subklasifikasi A meliputi nilai kreatinin kurang dari 2 g/dl e). Subklasifikasi B meliputi nilai kreatinin kurang dari 2 g/dl International Staging System untuk Multiple Myeloma a).stadium 1 B 2 mikroglobulin < 3,5 g/dl dan albumin >3,5 g/ dl CPR > 4,0 mg/ dl Plasma cell labeling index < 1% Tidak ditemukan delesi kromosom 13 Serum II-6 reseptor rendah Durasi yang panjang dari awal fase laten 7

8 b).stadium II Beta-2 microglobulin level > 3,5 hingga < 5.5 g/dl atau Beta-2 microglobulin < 3.5 g/dl dan albumin < 3.5 g/dl c).stadium III Beta-2 microglobulin > 5.5 g/dl BAB IV PENEGAKAN DIAGNOSIS a. Anamnesis Pasien datang dengan keluhan seperti anemia, mual-mual, muntah, dehidrasi, infeksi dan mengeluh sering merasakan nyeri hebat yang terus menerus pada tulang tengkorak, vertebra, sternum, iga-iga, ileum, sacrum, pangkal sendi bahu atau panggul.nyeri bersifat hilang timbul, berpindah-pindah dan menyerupai reumatik, paling sering pada tulang punggung ( Syahrir, 2010). 8

9 Myeoloma dibagi menjadi asimtomatik myeoloma asimtomatik dan simtomatik atau myeoloma aktif bergantung pada ada atau tidaknya organ yang berhubungan dengan myeoloma atau disfungsi jaringan, termasuk hiperkalsemia, insufisiensi, renal, anemia, dan penyakit tulang. Gejala yang umum pada multiple myeloma adalah lemah, nyeri pada tulang dengan atau tanpa fraktur ataupun infeksi. Anemia terjadi pada sekitar 73% pasien yang terdiagnosis. Lesi tulang berkembang pada kebanyakan 80% pasien 58% pasien dengan mengalami nyeri tulang, kerusakan ginjal terjadi pada 20 sampai 40% (Plumbo, 2008 dan Durie, 2013). Fraktur patologis sering ditemukan pada multiple myeloma seperti Fraktur kompresi vertebra dan juga fraktur tulang panjang (contoh femur proksimal) Gejalagejala yang dapat dipertimbangkan kompresi vertebra berupa nyeri punggung, kelemahan, mati rasa, atau disestesia pada ekstermitas Imunitas humoral yang abnormal dan leucopenia dapat berdampak pada infeksi yang melibatkan infeksi seperti gram positive organism ( contoh Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus) dan Haemophilus influenza) (Ki yap, 2010). b. Pemeriksaan Fisik pada pemeriksaan fisik pasien memperlihat wajah yang pucat oleh anemia, ekimosis atau purpura tanda thrombositopeni, tulang yang lunak, dan terdapat massa jaringan.pasien dapat memiliki gejala neulogis yang berhubungan dengan neuropati dan kompresi tulang belakang. Ada pula gejala neurologis yang berupa sensori, lemah, enselopati hiperkalsemia yaitu bingung, delirium, atau koma, mual-mual, muntah dan dehidrasi. Pasien dengan amiloidosiskroglossia dan carpal tunnel syndrome, dapat ditemukan pasien dapat mempunyai lidah yang membesar, neuropati dan jantung kongestif dan gangguan fungsi organ visceral seperti ginjal, hati, otak, limpa akibat infiltrasi sel plasma (jarang). c. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium 1. Hitung jenis darah bias menemukan adanya anemia dan sel darah merah yang abnormal 1. Laju endap sel darah merah (eritrosit) biasanya tinggi 9

10 2. Kadar kalium tinggi karena perubahan tulang menyebabkan kalsium masuk kedalam aliran darah. 3. Pemeriksaan urin ditemukan adanya proteinuria bence jones. 4. Apus darah tepi didapatkan adanya formasi rouleaux b. Radiologi 1. Foto Polos X-Ray Gambaran foto x-ray dari multiple myeloma berupa lesi litik multiple berbatas tegas, puch out, dan bulat pada clavicula, vertebra dan pelvis. Lesi terdapat dalam ukuran yang hampir sama lesi local ini umumnya berawal di rongga medulla, mengikis tulang, dan secara progresif menghacurkan tulang kortikal. Sebagai tambahan tulang pada paseien myeloma dengan sedikit mengalami demineralisasi difus pada beberapa pasien ditemukan gambaran osteopenia difus pada pemeriksaan radiologi. Saat timbul gejala sekitar 80-90% diantaranya ditelah mengalami kelainan tulang, film polos memperlihatkan: Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabekula tulang terutama vertebra yang disebabkan oleh keterlibatan sumsumpada jaringan myeoloma hilangnya densitas vertebra mungkin merupakan tanda radiologis satu-satunya pada myeloma multiple.fraktur patologis dijumpai. Fraktur kompresi pada corpus vertebra tidak dapat dibedakan dengan osteoporosis senilis Lesi-lesi litik puch out lesion yang menyebar dengan batas yang jelas lesi berada didekat korteks menghasilka internal scalloping. Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks menghasilkan massa jaringan lemak. Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi ditemukan pada: kolumna vertebra, costa, calvaria, pelvis, femur, clavicula, dan scapula. 10

11 Gambar 5. Foto skull lateral yang menggambarkan sejumlah lesi yang litik pada myeloma.di kutip dari (Brant, 2007). Gambar 6. Foto lumbal lateral menggambarkan deformitas pada CV lumbal L4 pada plasmacytoma Dikutip dari (Berquist, 2007). 11

12 Gambar 7. Foto pelvis yang menunjukan focus litik kecil yang sangat banyak sepanjang tulang pelvis dan femur yang sesuai dengan gambaran multiple myeloma Dikutip dari (ki yap,2011). 2. CT Scan CT-scan pada gambaran foto tulang konvesional menggambarkan kebanyakan lesi yang CT-scan dapat dideteksi Gambar 8. CT-scan axial pada plenoid yang menggambarkan lesi berbatas tegas gambaran khas myeloma pada CT scan korteks tampak intak. Di kutip dari (Angtuaco, 2004). 12

13 3. MRI MRI potensial digunakan pada myeloma multiple karena modalitas ini baik untuk resolusi jaringan lunak.secara khusus, gambaran MRI pada deposit myeloma berupa suatu intensitas bulat sinyal rendah yang focus digambaran T I yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada sekuensi T2. Gambar 9. Foto potongan T 1 weighted MRI pada suatu lesi myeloma di humerus.gambaran ini menunjukan lesi dengan intensitas rendah batas korteks luar terkikis tetapi intak. Namun lesi telah melewati korteks bagian dalam. Di kutip dari (Brant, 2007). 4. Radiologi Nuklir Myeloma merupakan penyakit yang menyebabkan overaktifitas pada osteoklas. Scan tulang radiologi nuklir mengandalkan aktifitas osteoblastik (formasi tulang) pada penyakit dan belum digunakan rutin. Tingkat false negative skrintigrafi tulang untuk mendiagnosis Myeoloma multipel tinggi. Scan dapat positif pada radiograf normal, membutuhkan pemeriksaan lain untuk komfirmasi. 5. Angiografi Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona perifer dari peningkatan vascularisasi. Secara Umum, Teknik ini tidak digunakan untuk mendiagnosis Myeloma multipel. 13

14 c. Tatalaksana a. Thalidomide Mekanisme kerja: sebagai imunomodulator anti inflamasi dan anti angiogenik. Thalidomide ini mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung dalam mencegah adhesi dan proliferasi sel-sel myeloma diduga menghambat angiogenesis dengan cara mencegah pembentukan pembuluh darah kecil dengan menghambat pelepasan faktor-faktor pertumbuhan (hepatic growth factor vascular endothelial growth factor basic fibroblast growth factor) yang mana semuanya mempunyai peran penting dalam angiogenesis dari sel-sel plasma.pengaruh secara langsung merangsang apoptosis atau kematian G 1 selama siklus sel yang diaktifasi oleh sitotoxic T (CD8) dan NK sel menyebabkan lisisnya sel plasma, menghambat interaksi sel dan menghambat pelepasan IL-6 (yang merupakan pertumbuhan mayor yang menyebabkan proliferasi dan kelangsungan hidup sel plasma). Farmakokinetik: dosis awal diberikan 200 mg/hari dengan berkisaran dari mg perhari, diberikan malam hari menjelang tidur dan dapat ditingkatkan per 200mg/hari tiap minggu sampai mencapai dosis maksimum 800 perhari. Efek samping: nausea, kontipasi, ruam, fatigue, somnolen, neuropati perifer b. Bortezomid Mekanisme kerja: asam boronat dipeptida yang merupakan penghambat spesifik dari proteasome 26S yang reversible yang mempunyai aktifitas sebagai anti proliferative, proapoptotik yang berkaitan dengan aktifitas sebagai capspase-8/9 dan caspase 3), anti angiogenik anti tumor. Farmakodinamik: konsentrasi puncak 30 menit pemberian dosis 1,31 dan 0,7 mg/m2 terapeutik indeks sempit diberikan tiap 72jam.hampir 90% obat ini secara cepat masuk plasma.dengan dosis multiple akan meningkat (Area Under The Curve Consentrasi) tapi tidak menembus sawar otak. Penderita dengan gagal ginjal dan hemodialisis harus dimonitor hati-hati bila menggunakan bortezomid terutama bilacratinin clearance <30 ml/menit. Efek samping; gejala gastrointestinal (nausea, muntah, diare dan konstipasi). 14

15 c. Lenalidomid Mekanisme kerja: meskipun belum jelas lenalidomid mempunyai efek antiangogenik, menghambat sekresi sitokin pro inflamasi dan meningkatkan sekresi sitokin anti inflamasi dari sel sel mononuclear darah tepi menghambat proferasi sel menghambat ekspresi cyclooxigenase (COX-2) menyebabkan apoptosis dan menurunkan ikatan sel myeloma dengan sel-sel stroma dalam sumsum tulang meningkatkan efek sitotoksik melalui sel-sel Natural killer (NK). Efek samping: menyebabkan Venous Thrombo Embolism dan gastrointestinal (nausea, muntah, diare dan konstipasi) (Plambo, 2011). Pada umumnya pasien membutuhkan penatalaksanaan karena nyeri pada tulang atau gejala lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Regimen awal yang paling sering digunakan adalah kombinasi antara thalidomide dan dexamethasone. Kombinasi lain berupa agen nonkemoterapeutik bartezomib dan lenalidomide sedang diteliti. Bartezomib yang tersedia hanya dalam bentuk intravena merupakan inhibitor proteosom dan memiliki aktivitas yang bermakna pengobatan yang bias dilakukan antara lain: 1. Terapi untuk mengatasi nyeri antara lain biasa dengan terapi penyinaran pada tulang yang terkena 2. Penderita harus tetap aktif Tirah baring yang berkepanjanganbisa mempercepat terjadinya osteoporosis dan menyebabkan tulang mudah patah. Aktivitas yang dilakukan tidak boleh yang membebani seperti lari atau mengangkat beban berat karena tulang yang rapuh. 3. Mengatasi infeksi yang terjadi 4. Minum air dalam jumlah yang cukup Penderita yang memiliki protein Bence Jones didalam air kemihnya harus minum air yang cukup untuk mengecerkan air kemih dan mencegah dehidrasi yang bias menyebabkan terjadinya gagal ginjal 5. Transfuse darah,jika mengalami anemia berat 6. Kemoterapi bias dilakukan untuk memperlambat perkembangan penyakit dengan menghancurkan sel plasma yang abnormal karena itu sel darah perlu dipantau dan dosis kemoterapi disesuaikan jika jumlah sel darah putih dan trombosit terlalu banyak berkurang (Sudoyo, 2010) d. Diagnosis Banding 15

16 Diagnosis multiple myeloma seringkali jelas karena kebanyakan pasien memberikan gambaran klinis khas atau kelainan hasil laboratorium termasuk trias berikut ( Sudoyo, 2010). 1. Protein M serum atau urin ( 99 % kasus) 2. Peningkatan jumlah sel plasma sumsum tulang 3. Lesi Osteolitik dan kelainan abnormal lain pada tulang Keadaan yang dapat menjadi diagnosis banding multiple myeloma adalah malignant lymphoma, karsinoma metastasis, monoclonal gammopathies of uncertain origin, waldenstrom hypergammaglobulinemia dan amiloidosis ( Shah, 2013 dan Richardson 2008). Perbedaan pasien MGUS (benign monoclonal gammanophaty) dengan pasien yang mengalami MM sulit bila pada awalnya ditemukan protein M. Pada pasien asimtomatik, protein M <3g/dL, kurang dari 10% plasma sel sumsum tulang, tidak ditemukan lesi osteolitik, anemia, hiperkalsemia, atau gangguan ginjal ciri dari MGUS (Richardson, 2008). Pada pasien asimptomatik dengan nilai protein M lebih dari 3g/dL dan sel plasma sumsum tulang lebih dari 10% sesuai untuk diagnosis smoldering myeloma. Pada pasien asimptomatik dengan protein M lebih dari 3g/dl dan monoclonal light chain pada urine, MM lebih dipertimbangkan (Richardson 2008). Perbedaan antara amiloidosis dan MM sulit karena keduanya merupakan gangguan proliferative sel plasma dengan gejala-gejala berbeda tetapi gambaran yg tumpang tindih. Pada amiloidosis, proporsi sel plasma sumsum tulang biasanya kurang dari 20%, tidak ditemukan lesi osteolitik, dan jumlah protein bence johnson sedang (Richardson, 2008). Pada pasien tanpa komponen protein M dalam serum maupun urine, tetapi ditemukan lesi osteolitik, suatu metastase kanker seperti hipernefroma, sebaiknya diekslusi sebelum diagnosis nonsecretoty myeloma dipertimbangkan pada pasien dengan gejala konstitusional, lesi osteolitik yg terbesar, komponen protein M sedang, dan kurang dari 10% sel plasma sumsum tulang, metastase kanker dgn MGUS harus diekslusi (Richardson, 2008 ). Delapan puluh parsen penyebaran tumor ganas ke tulang disebabkan oleh kegagalan primer payudara, paru, prostat, ginjal dan kelenjar gondok. Penyebaran ini ternyata ditemukan lebih banyak di tulang skelet dari pada ekstremitas. Bone survery 16

17 atau pemeriksaan tulang-tulang secara radigrafik konvensional adalah pemeriksaan semua tulang-tulang yg paling sering dikenai lesi-lesi metastatik yaitu siku atau lutut. Bila ada lesi pada bagian tersebut harus dipikirkan kemungkinan multiple myeloma (Richhardson, 2008). Gambaran radiologik dari metastasis tulang terkadang bisa petunjuk dari mana asal tumor. Sebagian besar proses metastasis memberikan gambaran lytic yaitu bayangan radiolusen apda tulang. Sedangkan gambaran blastik adalah apabila kita temukan lesi dgn densitas yg lebih tinggi dari tulang sendiri. Keadaan yg lebih jarang ini kita temukan pada metastis dari tumor primer seperti prostat, payudara, lebih jarang pada karsinoma kolon, paru, pankreas. Sedangkan pada multiple myeloma ditemukan gambaran lesi litik multiple berbatas tegas, punch out, dan bulat. Selain gambaran radiologik, ditemukannya proteinuri Bence Jones pada pemeriksaan urin rutin dapat menyingkirkan adanya metastasis tumor ke tulang (Richardson 2008). e. Prognosa Multipel Myeloma Meskipun rata-rata Pasien multiple myeloma bertahan kira-kira 3tahun beberapa pasien yang mengidap multiple myeloma dapat bertahan hingga 10 tahun tergantung pada tingkatan penyakit ( Vickery, 2011). Bedasarkan derajat stadium menurut Salmon Durie System,angka rata-rata pasien bertahan hidup sebagai berikut (Besa, 2011). 1. Stadium 1> 60 bulan 2. Stadium II 41 bulan 3. Stadium III 23 bulan 4. Stadium B memiliki dampak yang lebih buruk Berdasarkan klasifikasi derajat penyakit menurut de International staging system maka rata-rata angka bertahan hidup pasien dengan multiple myeloma sebagai berikut (Besa, 2011). 1. Stadium I, 62 bulan 2. Stadium II 44 bulan 3. Stadium III 29 bulan DAFTAR PUSTAKA Angtuaco, Edgardo J.C M.D,et al. Multipel Myeloma: Clinical Review and Diagnostic Imaging. Departement of Radiology and the Myeloma Institute University 17

18 of Arkansas, {online} 2004 {cited 2011 april5}. Available from: http: // radiology.rsna.orrg/content/231/1/11.full.pdf+html Brant, William E, et al. Fundamentals of Diagnostic Radiology-2 nd Ed.Lippincott Williams & Wilkins Baldy, Catherina M Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Proses penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC Berquits, Thomas H. Musculoskeletal Imaging Companion.Lippincott Williams & Wilkins Baron, Rolland, DDS, PhD, Anatomy and Ultrastructure of Bone Histogenesis, Growth and Remodelling. Endotext- The most accesed source endocrinology for Medical Professionals, {online} {cited 2011 April 5} Available Corwin, J. Elizabeth Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11 Jakarta: EGC Kumar, Vinay, Ramzi S, Cotran Stanley R,Robbin 2008 Buku Ajar Patologi edisi 7. Jakarta: Penerbit Erlangga. Palumbo, Antonio M.D and Anderson, Kenneth M.D. Medical Progress Multipel Mieloma. The New England Journal of Medicine.(online) 2015:364: {cited 2015 juni 1 } Available from:http// Otto, E. Shirley Pocket Guide to Oncology. Jakata : EGC Richardson, Paul, Teru, Hildeshima Kenneth C Anderson. Multipel Myeloma and Related Disorders in: Clinical Oncology 3 ed Philadelpia : Elsevier Churcill Livingstone. 18

19 Ki yap, Dr. Multiple Myeloma Radiopaedia.org.{online} ( cited 2015 April 5).Available from: http//radiopaedia.org/articles/multiple-myeloma-1 Sudoyo, W Aru 2010 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna Publishing Syahrir, Mrdiarty 2010 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Ed. 5. Jakarta : Interna Publishing Tadjoedin, Hilman, dkk Multiple Myeloma in.jakarta: SMF Hematologi dan Onkologi RS Kanker Dharmais Sjahriar Rasad, Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta. FKUI 19

MULTIPLE MYELOMA ANATOMI

MULTIPLE MYELOMA ANATOMI MULTIPLE MYELOMA PENDAHULUAN Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah

Lebih terperinci

Multiple Myeloma DEFINISI GEJALA. Penyebab & Faktor Risiko

Multiple Myeloma DEFINISI GEJALA. Penyebab & Faktor Risiko Multiple Myeloma DEFINISI Multiple myeloma adalah kanker yang terjadi pada sel plasma, jenis sel darah putih yang dihasilkan dari sumsum tulang. Sel plasma normalnya menghasilkan protein yang disebut antibodi

Lebih terperinci

MULTIPLE MYELOMA. Oleh : Andre Prasetyo Mahesya, S. Ked Assyifa Anindya, S. Ked Pembimbing : Dr. Juspeni Kartika, Sp.

MULTIPLE MYELOMA. Oleh : Andre Prasetyo Mahesya, S. Ked Assyifa Anindya, S. Ked Pembimbing : Dr. Juspeni Kartika, Sp. MULTIPLE MYELOMA Oleh : Andre Prasetyo Mahesya, S. Ked 1018011109 Assyifa Anindya, S. Ked 1018011043 Pembimbing : Dr. Juspeni Kartika, Sp.PD KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.H. ABDUL MOELOEK

Lebih terperinci

1. Epifisis Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder. DEFINISI

1. Epifisis Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder. DEFINISI DEFINISI Multipel mieloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sel plasma imatur dan matur yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang

Lebih terperinci

INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA DI RUANG 27 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL. Disusun oleh :

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA DI RUANG 27 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL. Disusun oleh : LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA DI RUANG 27 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL Disusun oleh : Tri Wahyudi Arif B. 201420461011091 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Patogenesis Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Cytokine-mediated signaling pertumbuhan dan ketahanan sel

Lebih terperinci

MULTIPLE MYELOMA PENDAHULUAN

MULTIPLE MYELOMA PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA PENDAHULUAN Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah

Lebih terperinci

MYELOMA MULTIPEL. Oleh: Puga Sharaz Wangi, S. Ked I1A Pembimbing: Dr. dr. M. Darwin Prenggono, Sp. PD - KHOM

MYELOMA MULTIPEL. Oleh: Puga Sharaz Wangi, S. Ked I1A Pembimbing: Dr. dr. M. Darwin Prenggono, Sp. PD - KHOM Tinjauan Pustaka MYELOMA MULTIPEL Oleh: Puga Sharaz Wangi, S. Ked I1A009032 Pembimbing: Dr. dr. M. Darwin Prenggono, Sp. PD - KHOM BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembang biak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA A. DEFINISI Multiple myeloma dikenal juga dengan istilah Plasma cell myeloma, Plasma cell dyscrasia, Plasmacytoma, Plasmacytoma of bone, Plasma cell neoplasm, Extraosseous

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN REFERAT MULTIPEL MIELOMA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN REFERAT MULTIPEL MIELOMA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Multipel mieloma adalah keganasan pada sel plasma yang membentuk tumor pada sumsum tulang dan menghasilkan antibodi abnormal. Multipel mieloma terjadi 4 kasus per 100000 orang setiap

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan METASTATIC BONE DISEASE PADA VERTEBRAE Annisa Rahmawati Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Laporan Pendahuluan METASTATIC BONE DISEASE PADA VERTEBRAE Annisa Rahmawati Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Laporan Pendahuluan METASTATIC BONE DISEASE PADA VERTEBRAE Annisa Rahmawati- 1006672150 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia I. PENDAHULUAN Metastase tulang merupakan penyebaran sel

Lebih terperinci

MULTIPLE MYELOMA (MM)

MULTIPLE MYELOMA (MM) MULTIPLE MYELOMA (MM) PENDAHULUAN Mieloma Multiple atau Multiple Myeloma (MM) adalah penyakit yang timbul karena transformasi ganas bentuk terminal limfosit B, yaitu sel plasma. MM khas memproduksi paraprotein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Multiple mieloma (mielomatosis) adalah tumor sel plasma yang ditandai proliferasi salah satu jenis limfosit B dan sel sel plasma yang berasal dari limfosit tersebut.

Lebih terperinci

MULTIPLE MYELOMA. Gambar 1. Anatomi tulang belakang dan sarafnya

MULTIPLE MYELOMA. Gambar 1. Anatomi tulang belakang dan sarafnya MULTIPLE MYELOMA A. ANATOMI Pemahaman dasar tentang anatomi dan fungsi tulang belakang sangat penting untuk pasien dengan gangguan tulang belakang. Kolumna vertebralis orang dewasa terdiri dari 33 vertebra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI Mieloma multipel termasuk dalam kelainan gamopati monoklonal karena berasal dari limfosit yang menghasilkan paraprotein (globulin gamma) yang bersifat monoklonal. Mieloma

Lebih terperinci

KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA

KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA Penyakit Mieloproliferatif Suatu penyakit kronik, akibat proliferasi clone sel sumsum tulang,sehingga peningkatan produksi satu atau lebih seri hematopoisis. Terdiri

Lebih terperinci

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah. 1. Hipokalsemia HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dl darah. PENYEBAB Konsentrasi

Lebih terperinci

Pendahuluan. Epidemiologi

Pendahuluan. Epidemiologi Pendahuluan Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang

Lebih terperinci

REFERAT MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA

REFERAT MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA REFERAT MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Multipel mieloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Multipel mieloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh. BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma,

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Multiple mieloma (mielomatosis) adalah tumor sel plasma yang ditandai proliferasi salah satu jenis limfosit B dan sel sel plasma yang berasal dari limfosit tersebut.

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK ETIOLOGI Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dari

Lebih terperinci

OSTEOPOROSIS DEFINISI

OSTEOPOROSIS DEFINISI OSTEOPOROSIS DEFINISI Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit

Lebih terperinci

NEOPLASMA TULANG. Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma

NEOPLASMA TULANG. Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma NEOPLASMA TULANG Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma Ganas : Osteosarkoma, parosteal osteosarkoma Berasal dari Tulang rawan : Jinak : Kondroma, Osteokondroma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari

Lebih terperinci

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang IMUNOLOGI TUMOR INNATE IMMUNITY CELLULAR HUMORAL PHAGOCYTES NK CELLS COMPLEMENT CYTOKINES PHAGOCYTOSIS

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia atau lebih dikenal kanker darah atau sumsum tulang merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak terkontrol (sel neoplasma) yang berasal dari mutasi sel normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil dengan umur kehamilan 20 minggu

Lebih terperinci

Secondary Brain Tumor

Secondary Brain Tumor Secondary Brain Tumor Dr. Nurhayana Lubis Dr. Widi Widowati Dr. Semuel Wagio Dr. Teguh AR, SpS (K) Neuro-Onkologi Dept. Neurologi Mei 2006 Pendahuluan Lokasi yang berbeda dari otak mempunyai fungsi yang

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN MIELOMA MULTIPEL DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN MIELOMA MULTIPEL DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN MIELOMA MULTIPEL DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2014-2015 Mieloma multipel adalah keganasan sel plasma dalam sumsum tulang khas disertai lesi osteolitik dan terdapat protein

Lebih terperinci

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan tumor ganas yang terbentuk akibat pertumbuhan sel-sel yang cepat, berlebihan dan tidak beraturan. Salah satu kanker yang banyak menyerang wanita adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. OSTEOARTHRITIS 1. Definisi Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

Lebih terperinci

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010 THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronis dan kompleks. Penyakit ini dapat menyerang segala usia dan jenis kelamin. Lesi yang

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala Tinjauan Pustaka A. Pendahuluan Insiden dari metastasi tulang menempati urutan kedua setelah metastase ke paru-paru dan hati. Frekuensi paling sering pada tulang adalah metastase ke kolumna vertebra. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

MODUL 3 SKENARIO 3 : HARUSKAH DIAMPUTASI?

MODUL 3 SKENARIO 3 : HARUSKAH DIAMPUTASI? MODUL 3 SKENARIO 3 : HARUSKAH DIAMPUTASI? Osta, 17 tahun, datang ke dokter bersama orang tuanya dengan keluhan timbul benjolan di lutut kanan sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya, Osta sering merasakan

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah salah satu penyakit degeneratif pria yang sering dijumpai, berupa pembesaran dari kelenjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul dari permukaan dinding lateral nasofaring (Zeng and Zeng, 2010; Tulalamba and Janvilisri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan yang menyerang daerah kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum diketahui

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS TINJAUAN TEORI 1. Definisi Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Penyembuhan Fraktur Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Chronic myelogenous leukemia (CML) merupakan keganasan hematologi yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia, CML merupakan keganasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULAN MULTIPLE MYELOMA

LAPORAN PENDAHULAN MULTIPLE MYELOMA LAPORAN PENDAHULAN MULTIPLE MYELOMA I. PENGERTIAN. Multiple mieloma (mieloma sel plasma, plascytoma) adalah penyakit sel plasma maligna yang menginfiltrasi tulang dan jaringan jaringan yang lemah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Artritis Reumatoid Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun dengan karakteristik adanya inflamasi kronik pada sendi disertai dengan manifestasi sistemik seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PENDAHULUAN Alveolar soft part sarcoma merupakan neoplasma ganas

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma sel skuamosa. yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006; Wei, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma sel skuamosa. yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006; Wei, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma sel skuamosa yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006; Wei, 2006). Diperkirakan ada 10.000 kasus baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran : menerapkan ilmu kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DARAH Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai jaringan tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan pertumbuhan yang cepat dan abnormal pada sel, tidak terkontrol, dan tidak terlihat batasan yang jelas dengan jaringan yang sehat serta mempunyai sifat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari jaringan organ yang tidak mengalami diferensiasi membentuk .

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari jaringan organ  yang tidak mengalami diferensiasi membentuk  . I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang sering terjadi berasal dari jaringan organ email yang tidak mengalami diferensiasi membentuk email. Prosentase ameloblastoma

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah kesehatan gigi dewasa ini tidak hanya membahas gigi geligi saja, tetapi telah meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi

Lebih terperinci

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher rahim. Di Indonesia 96% tumor payudara justru dikenali oleh penderita itu sendiri sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi kronik memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya kanker. Salah satu penyakit inflamasi kronik adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang dipicu

Lebih terperinci