BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI Mieloma multipel termasuk dalam kelainan gamopati monoklonal karena berasal dari limfosit yang menghasilkan paraprotein (globulin gamma) yang bersifat monoklonal. Mieloma multipel adalah keganasan sel plasma dalam sumsum tulang khas disertai lesi osteolitik dan terdapat protein monoklonal dalam serum dan urine (Multiple Myeloma Research Foundation, 2012). Sumber : (International Myeloma Foundation, 2011) Gambar 2.1 Sel Multipel Mieloma 2.2 EPIDEMIOLOGI Angka kejadian mieloma multipel pada skala dunia, diperkirakan bahwa sekitar kasus insiden terjadi setiap tahun ( laki-laki dan perempuan). Sekitar orang dilaporkan meninggal karena penyakit ini setiap tahun ( laki-laki dan perempuan). Tingkat kejadian tahunan berjumlah 1,7 per orang pada laki-laki dan 1,2 per orang pada perempuan. Mieloma multipel merupakan 1% dari semua keganasan dan 10% dari tumor hematologi. Secara geografis, frekuensi sangat tidak merata di dunia 5

2 6 dengan insiden tertinggi di daerah industri seperti Australia, Selandia Baru, Eropa, dan Amerika Utara (Alexander DD, 2007; Syahrir, M. 2009). Perbandingan etnis dalam populasi Amerika Serikat menunjukkan kejadian mieloma multipel hampir dua kali lipat antara kulit hitam dibandingkan dengan orang kulit putih, sementara orang-orang asal Asia, terutama Cina dan Jepang, mengalami kejadian yang jauh lebih rendah. Kejadian tahunan mieloma multipel di Inggris adalah sekitar per juta penduduk (Alexander DD, 2007; Brown LM, 2008). Prevalensi kemungkinan akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya tingkat harapan hidup selama dekade terakhir (Brenner H, dkk, 2009). 2.3 FAKTOR RISIKO Menurut American Cancer Society (2015) beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita mieloma multipel: a. Usia, risiko mieloma multipel meningkat seiring dengan peningkatan usia seseorang. Kurang dari 1% dari kasus yang didiagnosis pada orang yang berusia di bawah 35 tahun. Kebanyakan didiagnosis dengan kanker pada usia 65 tahun. b. Jenis kelamin, pria lebih berisiko menderita mieloma multipel dari pada wanita. c. Ras, kejadian mieloma multipel dua kali lebih besar pada ras Afrika Amerika dari pada ras Amerika berkulit putih.

3 7 d. Riwayat keluarga, seseorang yang memiliki saudara kandung atau orang tua dengan mieloma multipel 4 kali lebih mungkin untuk menderita mutipel mieloma daripada yang tidak memiliki riwayat keluarga. e. Lingkungan dan pekerjaan, terutama eksposur pestisida, pelarut, terutama benzena, bahan kimia lainnya, dan pewarna rambut. f. Kegemukan, sebuah studi yang dilakukan oleh American Cancer Society menemukan bahwa kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko seseorang terkena multipel mieloma. g. Memiliki penyakit sel plasma lainnya, penderita monoklonal gammopathy (MGUS) atau plasmasitoma soliter akhirnya akan berkembang menjadi multipel mieloma. 2.4 ETIOLOGI Sampai saat ini belum terdapat penyebab pasti untuk multipel mieloma. Penyebab yang sampai saat ini ditemukan akibat mutasi gen yang terjadi dalam sel mieloma. Mutasi melibatkan molekul imunoglobulin dan protein yang penting untuk pertumbuhan sel, pematangan sel atau kematian sel. Ada kemungkinan bahwa semua faktor yang menimbulkan mutasi dapat berkontribusi pada perkembangan mieloma multipel seperti: a. Genetik, dalam beberapa penelitian dilaporkan peningkatan risiko pada keluarga tingkat pertama dengan diagnosis mieloma multipel atau hematopoietik keganasan lainnya. Peningkatan risiko tidak ditemukan di kerabat kedua atau ketiga.

4 8 b. Karsinogen kimiawi, karsinogen kimiawi dapat masuk ke dalam tubuh melalui kontak langsung dengan kulit, inhalasi udara serta melalui makanan dan minuman. Di dalam tubuh karsinogen akan teraktivasi di jalur metabolisme dan berkompetisi dengan proses detoksifikasi tubuh. Selanjutnya bila bahan kimia berhasil mengubah komposisi genetik DNA maka sel akan memasuki tahap inisisasi tumor. Contoh dari karsinogen kimiawi adalah benzene, etilen oksida dan lain sebagainya (Rasjidi I, 2013). c. Karsinogen nutrisi, makanan berperan sebagai pemicu dalam terjadinya kanker dalam tubuh. Pada pasien MM diduga makanan yang dapat meningkatkan hormonal seseorang. Namun, penelitian epidemiologi belum menemukan hubungan sebab-akibat definitive antara makanan dan kanker (Rasjidi I, 2013). d. Karsinogen fisik, energi radiasi dalam bentuk sinar UV, radiasi ionisasi dan radiasi partikel dapat menyebabkan transformasi sel baik secara in vivo maupun in vitro. Efek sinar UV dan radiasi ionisasi terhadap kerusakan DNA masing-masing memiliki mekanisme yang berbeda (Rasjidi I, 2013). 2.5 PATOFISIOLOGI Pertumbuhan mieloma multipel dalam sel plasma sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun perubahan tertentu dalam DNA dapat menyebabkan sel-sel plasma berubah menjadi kanker. DNA adalah bahan kimia yang membawa petunjuk pada hampir semua sel-sel dalam tubuh. Beberapa gen berisi instruksi untuk mengontrol ketika sel tumbuh dan membelah. Gen yang mengintrusikan

5 9 pembelahan sel disebut onkogen, sedangkan gen yang memperlambat pembelahan sel atau penyebab kematian sel pada waktu yang tepat disebut gen supresor tumor. Sumber : (National Comprehensive Cancer Network, 2016) Gambar 2.2 Pembelahan pada sel plasma normal dan pada sel mieloma multipel Kanker dapat disebabkan oleh kesalahan, atau kecacatan dalam mutasi DNA, yang mengaktifkan onkogen dan menghambat gen supresor tumor. Studi terbaru menemukan bahwa kelainan beberapa onkogen (seperti MYC) mengembangkan proses awal perjalanan tumor sel plasma. Perubahan onkogen lain (seperti gen RAS) yang lebih sering ditemukan pada sel-sel mieloma di sumsum tulang, dan perubahan dalam gen penekan tumor (seperti gen p53 ) berhubungan dengan penyebaran ke organ lain (American Cancer Society, 2015). Sel-sel mieloma juga menunjukkan kelainan pada kromosom. Dalam sel manusia, DNA dikemas dalam kromosom, meskipun sel-sel manusia normal mengandung 46 kromosom, namun kromosom sel kanker dapat berduplikasi atau mengalami delesi. Salah satu temuan umum di sel mieloma adalah bahwa kromosom nomor 13 mengalami delesi. Mekanisme delesi ini berguna untuk

6 10 menjadikan sel kanker lebih agresif dan resisten terhadap pengobatan. Para peneliti telah menemukan bahwa pasien dengan tumor sel plasma memiliki kelainan dalam sel-sel sumsum tulang dan kelainan ini juga dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan sel pada plasma. Sel tertentu di sumsum tulang yang disebut sel dendritik melepaskan hormon yang disebut interleukin-6 (IL-6), yang merangsang sel-sel plasma yang normal untuk tumbuh. Produksi berlebihan dari IL-6 ini dapat menjadi faktor penting dalam perkembangan tumor sel plasma (American Cancer Society, 2015; Syahrir, M. 2009). 2.6 MANIFESTASI KLINIS Meskipun beberapa pasien dengan mieloma multipel tidak memiliki gejala yang spesifik, berikut ini adalah gejala yang umum dari penyakit ini yaitu : (1) Nyeri tulang, gejala yang paling sering dijumpai terutama pada tulang punggung; (2) Terlihat lesu, lemah, letih pucat dan sesak nafas sebagai manifestasi dari anemia; (3) Gejala infeksi yang berulang terutama infeksi paru karena terjadi leukopenia; (4) Gejala gagal ginjal dan hiperkalsemia, seperti polidipsi, poliuri, anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan gangguan mental; (5) Perdarahan akibat trombositopenia; (6) Syndrome hiperviskositas, seperti gangguan pengelihatan, kesadaran menurun, atau payah jantung. (7) Fraktur patologik oleh karena adanya lesi osteolitik; (8) Gangguan saraf berupa parastesia atau paraplegia (National Comprehensive Cancer Network (NCCN), 2015).

7 DIAGNOSIS Diagnosis mieloma multipel dapat ditegakan dengan beberapa diagnosis salah satunya adalah menurut Durie dan Salmon adalah (International Myeloma Foundation, 2011): Kriteria mayor: a. Plasmasitoma pada biopsi jaringan b. Plasmasitoma pada sumsum tulang dengan plasma sel > 30 % c. Spike dari globulin monoklonal pada elektroforesis : 1. Ig G > 35 g/l 2. Ig A > 20 g/l 3. Ekspresi light chain urine > 1 g/24 jam tanpa adanya amiloidosis Kriteria minor : a. Plasmasitoma pada sumsum tulang dengan sel plasma 10-30% b. Terdapat spike globulin monoklonal, tetapi nilainya kurang dari nilai yang diatas c. Terdapat lesi osteolitik d. IgM normal < 0,5 g/l, Ig A < 1 g/l atau Ig G < 6 g/l Diagnosis mieloma multipel ditegakan apabila, terdapat 1 mayor dan 1 minor positif, atau 3 minor positif Tes Laboratorium Pada Pemeriksaan laboratorium mieloma multipel dapat ditemukan:

8 Tes darah a. Tes darah lengkap (DL) adalah tes yang mengukur jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit dalam darah. Pada pasien mieloma multipel terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Pada fase lanjut dapat dijumpai leukopenia dan trombositopenia (American Cancer Society, 2015). b. Free light chains, Tes ini mengukur jumlah light chain dalam darah yang menjadi tanda kemungkinan mieloma. Hal ini sangat membantu dalam kasus yang jarang terjadi dimana tidak ditemukannya M protein saat pemeriksaan SPEP (American Cancer Society, 2015). c. Beta-2 microglobulin adalah protein lain yang dihasilkan oleh sel-sel ganas. Jumlah protein Beta-2 microglobulin dapat menjadi indicator dalam menentukan prognosis pasien. Semakin tinggi jumlah protein dalam tubuh maka staging penyakit dan prognosis semakin buruk (American Cancer Society, 2015). d. C-reactive protein, dengan mengukur CRP secara tidak langsung dapat mengukur jumlah sel kanker (Mieloma multipel Research Foundation (MMRF), 2012). e. Elektroforesis protein serum (SPEP) adalah tes yang mengukur imunoglobulin dalam darah dan dapat menemukan imunoglobulin monoklonal. Menemukan imunoglobulin monoklonal dalam darah mungkin menjadi langkah pertama dalam mendiagnosis multipel mieloma. Protein yang abnormal ini dikenal dengan beberapa nama yang berbeda, termasuk imunoglobulin monoklonal, protein M, M

9 13 lonjakan, dan paraprotein. Protein urine ini dikenal sebagai protein Bence-Jones yang membentuk spike pada daerah gamma. Pada Imunoelektroforesis ditemukan jenis Ig G (59%), IgA (23%), IgD (1%), light chain (16%) dan tidak ada M protein. Tes yang digunakan untuk menemukan imunoglobulin monoklonal dalam urin disebut elektroforesis protein urin (UPEP) dan immunofixation urine. Ini dilakukan paling sering pada urin yang telah dikumpulkan selama periode 24-jam (American Cancer Society, 2015). f. Tes kimia darah digunakan untuk melihat jumlah nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin (Cr), albumin, kalsium, dan elektrolit lain. BUN dan Cr tingkat menunjukkan fungsi ginjal, jika jumlah meningkat dari normal mengindikasikan adanya gangguan fungsi pada ginjal. Albumin adalah protein yang ditemukan dalam darah, jumlahnya yang rendah menjadi tanda mieloma. Mieloma multipel menunjukan adalanya peningkatan kalsium maka pemeriksaan kadar kalsium dapat membantu diagnosis (American Cancer Society, 2015) Biopsi sumsum tulang Penderita mieloma multipel memiliki banyak sel plasma di sumsum tulang mereka. Biopsi sumsum tulang dapat membantu diagnosis, jika ditemukan lebih dari 10% sel plasma dalam sumsum tulang dengan malignant looking plasma cell (American Cancer Society, 2015).

10 Tes Urin Uji urin bisa digunakan untuk mendiagnosis mieloma multipel dengan melihat keadaan ginjal, melihat Bence Jones protein yang dikeluarkan melalui urine. Tipe tes urine yang dapat membantu mendiagnosis mieloma multipel adalah (Mieloma Multipel Research Foundation (MMRF), 2012 ; National Comprehensive Cancer Network (NCCN), 2015). a. Urine protein electrophoresis (UPEP) digunakan untuk mengukur protein bence jones dan M protein sebagai indikasi mieloma multipel. b. Urine Imunofixation electrophoresis (UIFE), tes untuk mengidentifikasi jenis M protein dalam urine. Hanya ligt chain, tidak heavy chain yang di temukan dalam urine Tes Radiologi Tes radiologi yang dapat dilakukan untuk membantu menentukan diagnosis serta pengobatan ialah: a. X-ray tulang dapat mendeteksi kerusakan tulang yang disebabkan oleh selsel mieloma (American Cancer Society, 2015). b. Computed tomography scan (CT scan) merupakan prosedur X-ray yang menghasilkan gambar penampang rinci tubuh Anda. CT scan memakan waktu lebih lama dari X-ray biasa, CT scan juga dapat digunakan untuk memandu jarum biopsi justru menjadi tumor yang dicurigai (American Cancer Society, 2015).

11 15 c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat bukan sinar-x. Energi dari gelombang radio yang diserap dan kemudian dirilis dalam pola yang dibentuk oleh jenis jaringan dan oleh penyakit tertentu. MRI scan sangat membantu dalam melihat tulang, otak, dan sumsum tulang belakang. Karena MRI dapat menemukan plasmasitoma yang tidak dapat terlihat pada X-ray biasa, MRI dapat membantu pasien yang mengalami nyeri di tulang tapi terlihat normal pada X-ray. MRI scan lebih nyaman daripada CT scan (American Cancer Society, 2015). d. Positron emission tomography scans bekerja dengan menyuntikan glukosa radioaktif (gula) ke pembuluh darah pasien untuk mencari sel-sel kanker. Karena kanker menggunakan glukosa dalam jumlah yang lebih besar dari jaringan normal, radioaktivitas akan cenderung berkonsentrasi di kanker. PET scan dapat menemukan plasmacytomas yang tidak dapat terlihat pada X-ray biasa, sehingga membantu jika pasien mengalami nyeri di tulang tetapi hasil X-ray negatif (American Cancer Society, 2015). 2.8 TERAPI Tujuan pengobatan ialah menghancurkan sel kanker, mencegah dampak yang akan ditimbulkan dengan mengontrol penyakit, mempertahankan kualitas hidup, menghilangkan gejala lain dan mencegah kekambuhan mieloma multipel (Mieloma Multipel Research Foundation (MMRF), 2012). Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk pasien MM adalah:

12 Kemoterapi Pengobatan kemoterapi bertujuan untuk membunuh langsung sel mieloma. Obat kemoterapi yang dapat digunakan untuk mengobati mieloma multipel ialah (American Cancer Society, 2015): Terapi standar (siklus diulang setiap 28 hari) : Melphalan 9 mg/m 2 oral, selama 4 hari, Prednisone 80 mg oral, selama 4 hari, Regimen VAD, Vincristine 0,4 mg/hari iv kontinu, selama 4 hari, Doxorubicin 9 mg/m 2 /hari iv kontinu, selama 4 hari, Deksametason 32 mg tds oral, selama 5 hari Selama pemberian VAD berikan ranitidine 150 mg dua kali sehari, kotrimoksasol 2 kali sehari untuk mencegah pneumositis. Untuk penderita yang akan dilakukan transplantasi, VAD merupakan regimen pilihan. Pemberian terapi standar antara melphalan dan prednisone memberikan hasil yang sama dengan regimen kemoterapi kombinasi dengan dosis tinggi lainnya. Obat kemoterapi lain yang juga dapat digunakan adalah Cyclophosphamide, Etoposide, Liposomal Doxorubicin, Bendamustine (American Cancer Society, 2015). Terdapat dua kontraindikasi dalam pemberian kemoterapi yaitu, kontraindikasi absolut dan kontraindikasi relatif. Kontraindikasi absolut meliputi pasien dengan stadium kanker terminal, hamil trimester pertama (kecuali akan digugurkan), septicemia, dan koma. Kontraindikasi relatif meliputi pasien usia lanjut (terutama penderita tumor yang lambat tumbuh dan kurang sensitif), gangguan berat fungsi organ vital, demensia, pasien

13 17 tidak mampu mengunjungi rumah sakit secara teratur, pasien tidak koopertatif, dan tidak terdapat fasilitas penunjang yang memadai Medikamentosa a. Kortikosteroid seperti deksametason dan prednison, merupakan bagian penting dari pengobatan multipel mieloma. Kortikosteroid dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan kemoterapi. Kortikosteroid juga digunakan untuk membantu mengurangi mual dan muntah kemoterapi. Ketika digunakan untuk waktu yang lama, kortikosteroid juga menekan sistem kekebalan tubuh, hal ini menyebabkan peningkatan risiko infeksi serius (American Cancer Society, 2015). b. Proteasome inhibitor bekerja dengan menghentikan kompleks enzim (proteasomes) dalam sel dari pemecahan protein untuk menjaga pembelahan agar tetap terkontrol (American Cancer Society, 2015). c. Bortezomib bekerja dalam mengobati pasien mieloma dengan masalah ginjal. Ini disuntikkan ke pembuluh darah (IV) atau di bawah kulit, sekali atau dua kali seminggu (American Cancer Society, 2015). d. Carfilzomib adalah jenis proteasome inhibitor baru yang dapat digunakan untuk mengobati mieloma multipel. Efek samping carfalizomib ialah kelelahan, mual dan muntah, diare, sesak napas, demam, dan masalah serius yang dapat timbul adalah pneumonia, masalah jantung, dan ginjal atau gagal hati (American Cancer Society, 2015).

14 Terapi radiasi Terapi radiasi merupakan modalitas penting dari pengobatan untuk mieloma. Terapi radiasi menggunakan energi tinggi sinar-x yang terfokus atau partikel yang menembus jaringan tubuh untuk mencapai dan menghancurkan sel-sel kanker. Radiasi efektif untuk pasien dengan masalah lokal yang parah seperti kerusakan tulang, tekanan pada saraf atau sumsum tulang belakang. Kerugian utama adalah terapi radiasi secara permanen merusak sumsum tulang sel-sel induk normal dalam bidang pengobatan. Radiasi merupakan pengobatan yang paling umum untuk plasmasitoma soliter. (American Cancer Society, 2015 ; Bird, J.M,, dkk, 2014) Bedah Operasi pada mieloma multipel dilakukan jika terjadi kompresi sumsum tulang belakang yang menyebabkan kelumpuhan, kelemahan otot yang parah, atau mati rasa. Non-darurat (elektif) operasi untuk melampirkan batang logam atau pelat dapat mengatasi kelemahan tulang dan mungkin diperlukan untuk mencegah atau mengobati patah tulang (American Cancer Society, 2015) Perawatan suportif Terapi suportif diberikan untuk mengatasi gejala atau komplikasi yang timbul, seperti: a. Bifosfonat, Sel-sel mieloma dapat melemahkan, dan mematahkan tulang. Obat bifosfonat seperti asam zoledronic dan pamidronat dapat membantu

15 19 tulang tetap kuat. Penelitian meta-analisis mengevaluasi peran bifosfonat dalam pengobatan penyakit tulang dibeberapa mieloma. Penelitian menyimpulkan bahwa efek menguntungkan dari bifosfonat adalah Pengurangan patah tulang belakang, mengurangi kesakitan, dan tidak ada efek langsung dari bifosfonat pada kelangsungan hidup secara keseluruhan. Pasien mieloma dengan pemberian pengobatan bifosfonat harus memantau fungsi ginjal sebelumnyaa. Pengobatan bisfosfonat memiliki efek samping serius yang disebut osteonekrosis rahang (ONJ) (American Cancer Society, 2015 ; Kyle Robert, dkk, 2007). b. Agen imunomodulator, bekerja dengan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Terapi imunmodulator seperti interferon masih dalam taraf penelitian. Obat agen imunnomodulator lain yang juga dapat membantu mengobati mieloma multipel adalah Imunoglobulin intravena (IVIG), pomalidomide, lenalidomide, thalidomide dan revlimid (American Cancer Society, 2015). Pada pertemuan tahunan ASH 2010 melaporkan, terapi suportif revlimid signifikan untuk meningkatkan survival rate pasien mieloma multipel (Durie B, dkk, 2012). c. Pengobatan Anemia, Anemia yang menyebabkan gejala dapat diobati dengan transfusi, atau pemberian obat Eritropoitin dan darbepoietin untuk mengurangi kebutuhan transfusi darah pada beberapa pasien yang mendapatkan kemoterapi (American Cancer Society, 2015). Eritropoitin diberikan untuk meningkatkan tingkat hemoglobin pada pasien yang mengalami anemia persisten. Namun, dibawah pedoman baru, eritropoitin seharusnya hanya digunakan dalam pengobatan aktif mieloma dan hanya

16 20 harus dilanjutkan pada pasien yang menunjukkan manfaat yang jelas (Durie B, dkk, 2012). d. Plasmaparesis dapat digunakan untuk menghilangkan protein mieloma dari darah yang menyebabkan hiperviskositas. Meskipun plasmaparesis menurunkan jumlah protein kanker dalam darah dan dapat meredakan gejala untuk sementara waktu, namun tidak dapat membunuh sel-sel mieloma. Maka plasmaparesis dikombinasikan dengan kemoterapi atau beberapa jenis obat lain untuk membunuh sel-sel yang membuat protein (American Cancer Society, 2015). e. Pengobatan hiperkalsemia, hiperkalsemia diatasi dengan pemberian cairan intravena yang adekuat, atau dengan pemberian furosemid dan kortikosteroid. Namun jika tidak berhasil berikan kalsitonin dan mithramycin atau bifosfonat intravena (American Cancer Society, 2015). f. Antibiotik, infeksi adalah masalah umum dan berulang pada pasien dengan mieloma. Diperlukan sebuah strategi yang cermat untuk manajemen infeksi seperti penggunaan antibiotik pencegahan atau profilaksis. Namun sebuah studi perbandingan baru-baru ini yang disajikan pada ASH 2010 menyimpulkan bahwa "penggunaan antibiotik profilaksis tidak menurunkan kejadian infeksi serius atau infeksi apapun dalam 2 bulan pertama pengobatan". Berdasarkan penelitian ini, perlu di pertimbangkan lagi pemberian antibiotik pada 2 bulan pertama dalam beberapa kasus karena dapat meningkatkan kemungkinan resistensi antibiotik. Penggunaan dosis tinggi gamma globulin diperlukan pada pasien dengan infeksi berulang akut dan parah. Seperti GM-CSF dapat membantu

17 21 meningkatkan jumlah sel darah putih dalam upaya untuk mengatasi komplikasi infeksi (Durie B, dkk, 2012). g. Antivirus, peningkatan kejadian herpes zoster telah diamati pada beberapa populasi pasien dengan mieloma multipel. Pasien mieloma diharapkan untuk menghindari vaksin herpes zoster, karena vaksin herpes merupakan virus hidup yang dapat menimbulkan risiko bagi pasien yang kekebalan tubuhnya menurun (Durie B, dkk, 2012). 2.9 KOMPLIKASI a. Patah Tulang Mieloma multipel dapat merusak sel normal tulang sehingga membentuk lesi pada tulang yang dapat menyebabkan rasa nyeri, kelemahan bahkan patah tulang. Nyeri tulang, umunya terjadi di punggung, pinggul, dan tengkorak. Patah tulang disebabkan hanya karena stres ringan atau cedera ringan akibat adanya lesi osteolitik pada tulang. Patah tulang umumnya terjadi pada tulang punggung (American Cancer Society, 2015). b. Hiperkalsemia Pasien mieloma multipel dengan hiperkalsemia mencapai 30% dari keseluruhan kasus. Tingginya kadar kalsium dalam darah dapat menyebabkan dehidrasi yang diikuti dengan peningkatan produksi urin, masalah pada ginjal dan bahkan gagal ginjal, sembelit, pankreatitis, perut terasa nyeri, nafsu makan menurun, lemah, rasa mengantuk, dan bingung (American Cancer Society, 2015).

18 22 c. Penekanan Spinal Cord Kompresi sumsum tulang belakang terjadi pada 5% pasien mieloma multipel selama perjalanan penyakitnya. Gambaran klinis tergantung pada sifat kompresi, tingkat tulang belakang, luasnya penyakit dan laju perkembangan kompresi, tetapi umumnya gejala yang ditimbulkan seperti kesakitan punggung yang parah, kelemahan otot dan anggota gerak sensorik yang umunya terjadi di kaki. Ini adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan diagnosis yang cepat dan pengobatan (American Cancer Society, 2015 ; Bird, J.M,, dkk, 2014). d. Hiperviskositas Sindrom hiperviskositas dapat berkembang pada pasien dengan kadar serum paraprotein tinggi, terutama dari IgA dan jenis IgG3. Pada beberapa pasien, sejumlah besar protein mieloma dapat menyebabkan peningkatan kekentalan darah. Hal ini dapat memperlambat aliran darah ke otak dan menyebabkan: kebingungan, pusing, perdarahan, dan gejala-gejala stroke, seperti kelemahan pada satu sisi tubuh dan bicara cadel (American Cancer Society, 2015 ; Bird, J.M, dkk, 2014). e. Masalah ginjal Gangguan ginjal adalah komplikasi umum dan berpotensi serius pada kasus mieloma multipel, terjadi hingga 20-25%, dan sampai dengan 50% selama perjalanan penyakit. Ginjal adalah organ yang menyaring darah dalam tubuh. Mieloma dapat merusak tulang, sehingga menyebabkan kalsium keluar

19 23 menuju saluran darah. Kalsium yang berlebihan dalam darah dapat merusak fungsi ginjal. Tanda-tanda kerusakan ginjal dapat dilihat pada tes darah atau tes urine. Ginjal mulai kehilangan kemampuan untuk membuang kelebihan garam, cairan, dan produk-produk limbah tubuh. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti, lemas, nafas pendek, pembengkakan pada kaki (American Cancer Society, 2015; National Comprehensive Cancer Network (NCCN), 2015) STADIUM DAN PROGNOSIS Stadium Prognosis mieloma multipel sangat bervariasi, sebagaian besar ditentukan oleh tingkat penyakit serta dampak pada organ. Terdapat klasifikasi CRAB untuk mengidentifikasi organ yang terkena, klasifikasi sebagai berikut (Durie B, dkk, 2012): a. C adalah Calcium Elevation (>10 mg/l) b. R adalah Renal Disfunction (creatinine >2 mg/dl) c. A adalah Anemia (hemoglobin <10 g/dl atau 2 g/dl) d. B adalah Bone Disease Durie dan Salmon membuat kriteria stadium berdasarkan tingkat keparahan penyakit sebagai berikut (International Myeloma Foundation, 2011):

20 24 1. Stadium I Memenuhi semua kriteria di bawah ini : a. Foto rontgen normal atau dijumpai lesi osteolitik soliter b. Laboratorium : 1. Kadar Hb > 10 g/dl 2. Kalsium serum 12 mg/dl 3. Ig G < 5 g/dl atau iga < 3 g/dl dalam serum atau rantai ringan dalam urine < 4 g/24 jam 2. Stadium II Terletak antara stadium I dan III, namun tidak memenuhi secara lengkap stadium I maupun Stadium III. 3. Stadium III Memenuhi satu atau lebih kriteria di bawah ini: a. Foto rontgen normal atau di jumpai lesi osteolitik luas b. Laboratorium: 1. Kadar Hb < 8.5 g/dl 2. Kalsium serum > 12 mg/dl 3. Ig G < 7 g/dl atau iga < 5 g/dl dalam serum atau rantai ringan dalam urine > 12 g/24 jam

21 25 Subklasifikasi : A: Jika kreatinin serum < 2 mg/dl B: Jika kreatinin serum > 2 mg/dl Tabel 2.1 International Staging Sistem (ISS) International Staging Sistem (ISS) Stadium Stadium 1 Nilai Serum β 2M < 3.5 mg/l Serum Albumin 3.5 g/dl Stadium 2 β 2M < 3.5 Serum Albumin < 3.5 or β 2M Stadium 3 Serum β 2M > 5.5 mg/l Sumber : Moreau, P., San Miguel, J., Ludwig, H., Schouten, H., Mohty, M., Dimopoulos, M. and Dreyling, M. (2013). pp.vi134.

22 Prognosis Tabel 2.2 Indikator Prognosis Mieloma Multipel Tes Kadar ß2-M Kadar Albumin Indikasi Semakin tinggi kadar ß2-M penyebaran kanker semakin luas serta fungsi ginjal semakin buruk Kadar albumin tingi mengindikasikan prognosis yang lebih baik Indikator risiko rendah <3.5 mg/ml 3.5 g/dl Kadar Lactate Dehydrogenase (LDH) Semakin tinggi kadar LDH penyebaran kanker semakin luas Usia <60 tahun: U/L Usia >60 tahun: U/L Analisi Jika terdapat gangguan yang spesifik Tidak terdapat kromosom mengindikasikan prognosis yang buruk gangguan Freelite serum free light chain assay Gene expression profiling Hasil yang abnormal mengindikasikan risiko perkembangan menuju MGUS dan Smoldering Myeloma (SMM) dan mengindikasikan prognosis yang buruk Adanya kelompok gen yang spesifik, kemungkinan relaps dapat diprediksi Rasio Free light chain MGUS: SMM: Mieloma: Risiko tergantung setiap individu Sumber : Multiple Myeloma Research Foundation pp : 2.

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Patogenesis Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Cytokine-mediated signaling pertumbuhan dan ketahanan sel

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN MIELOMA MULTIPEL DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN MIELOMA MULTIPEL DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN MIELOMA MULTIPEL DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2014-2015 Mieloma multipel adalah keganasan sel plasma dalam sumsum tulang khas disertai lesi osteolitik dan terdapat protein

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

REFERAT MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA

REFERAT MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA REFERAT MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA DI RUANG 27 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL. Disusun oleh :

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA DI RUANG 27 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL. Disusun oleh : LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA DI RUANG 27 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL Disusun oleh : Tri Wahyudi Arif B. 201420461011091 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA

KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA Penyakit Mieloproliferatif Suatu penyakit kronik, akibat proliferasi clone sel sumsum tulang,sehingga peningkatan produksi satu atau lebih seri hematopoisis. Terdiri

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

Kanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan

Kanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan Kanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan Apakah kanker Prostat itu? Kanker prostat berkembang di prostat seorang pria, kelenjar kenari berukuran tepat di bawah kandung kemih yang menghasilkan

Lebih terperinci

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010 THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang wanita di dunia dan

Lebih terperinci

Multiple Myeloma DEFINISI GEJALA. Penyebab & Faktor Risiko

Multiple Myeloma DEFINISI GEJALA. Penyebab & Faktor Risiko Multiple Myeloma DEFINISI Multiple myeloma adalah kanker yang terjadi pada sel plasma, jenis sel darah putih yang dihasilkan dari sumsum tulang. Sel plasma normalnya menghasilkan protein yang disebut antibodi

Lebih terperinci

Etiology dan Faktor Resiko

Etiology dan Faktor Resiko Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena

Lebih terperinci

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah. 1. Hipokalsemia HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dl darah. PENYEBAB Konsentrasi

Lebih terperinci

MULTIPLE MYELOMA ANATOMI

MULTIPLE MYELOMA ANATOMI MULTIPLE MYELOMA PENDAHULUAN Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah

Lebih terperinci

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN Penyakit Leukimia TUGAS 1 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah Editor : LUPIYANAH G1C015041 D4 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

MULTIPLE MYELOMA. Oleh : Andre Prasetyo Mahesya, S. Ked Assyifa Anindya, S. Ked Pembimbing : Dr. Juspeni Kartika, Sp.

MULTIPLE MYELOMA. Oleh : Andre Prasetyo Mahesya, S. Ked Assyifa Anindya, S. Ked Pembimbing : Dr. Juspeni Kartika, Sp. MULTIPLE MYELOMA Oleh : Andre Prasetyo Mahesya, S. Ked 1018011109 Assyifa Anindya, S. Ked 1018011043 Pembimbing : Dr. Juspeni Kartika, Sp.PD KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.H. ABDUL MOELOEK

Lebih terperinci

Kanker Testis. Seberapa tinggi kasus kanker testis dan bagaimana kelangsungan hidup pasiennya?

Kanker Testis. Seberapa tinggi kasus kanker testis dan bagaimana kelangsungan hidup pasiennya? Kanker Testis Apa yang dimaksud dengan kanker testis? Kanker testis merupakan tumor ganas pada jaringan testis. Kanker testis dibagi menjadi 2 jenis yaitu sel spermatogonium kanker dan sel spermatogonium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA A. DEFINISI Multiple myeloma dikenal juga dengan istilah Plasma cell myeloma, Plasma cell dyscrasia, Plasmacytoma, Plasmacytoma of bone, Plasma cell neoplasm, Extraosseous

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan bersifat menyebar pada organ tubuh yang lain

Lebih terperinci

INTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION

INTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION INTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION Yudha Haryono, dr., Sp. S Neurology Departement of Madical Faculty Airlangga University Dr. Soetomo General Hospital Surabaya JW MARRIOTT, CNE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak untuk hidup sehat telah ditetapkan secara internasional sebagai hak dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan hanya dalam

Lebih terperinci

Pendahuluan. Epidemiologi

Pendahuluan. Epidemiologi Pendahuluan Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI Hipoposphatasia merupakan penyakit herediter yang pertama kali ditemukan oleh Rathbun pada tahun 1948. 1,2,3 Penyakit ini dikarakteristikkan oleh gen autosomal resesif pada bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel maupun lobulusnya) dan

Lebih terperinci

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54 Leukemia adalah kondisi sel-sel darah putih yang lebih banyak daripada sel darah merah tapi sel-sel darah putih ini bersifat abnormal. Leukemia terjadi karena proses pembentukan sel darahnya tidak normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

MULTIPLE MYELOMA. Gambar 1. Anatomi tulang belakang dan sarafnya

MULTIPLE MYELOMA. Gambar 1. Anatomi tulang belakang dan sarafnya MULTIPLE MYELOMA A. ANATOMI Pemahaman dasar tentang anatomi dan fungsi tulang belakang sangat penting untuk pasien dengan gangguan tulang belakang. Kolumna vertebralis orang dewasa terdiri dari 33 vertebra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronik yang paling banyak ditemukan pada wanita dan ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Angka kematian akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang mempunyai spektrum sangat luas dan kompleks. Penyakit ini dimulai dari neoplasma ganas yang paling jinak sampai neoplasma

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan) Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan) Diabetes merupakan penyakit yang mempengaruhi kemampuan tubuh anda untuk memproduksi atau menggunakan insulin. Yaitu, hormon yang bekerja untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari

Lebih terperinci

Sri Mulatsih RSUP Dr Sardjito,Yogyakarta

Sri Mulatsih RSUP Dr Sardjito,Yogyakarta Sri Mulatsih RSUP Dr Sardjito,Yogyakarta GIVE CHILDREN WITH CANCER A CHANCE FOR A CURE. PEDIATRIC CANCER IS NOT PREVENTABLE, BUT IT CAN BE DETECTED AT EARLY STAGES. PARAMETER ANAK DEWASA Lokasi Jaringan

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

Gagal Ginjal Kronis. 1. Apa itu Gagal Ginjal Kronis?

Gagal Ginjal Kronis. 1. Apa itu Gagal Ginjal Kronis? Gagal Ginjal Kronis Banyak penyakit ginjal yang tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda gangguan pada kesehatan. Gagal ginjal mengganggu fungsi normal dari organ-organ tubuh lainnya. Penyakit ini bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah penyakit keganasan yang berasal dari sel epitel saluran napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari organ lain (tumor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh survei ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit (RS) di seluruh Indonesia, pada penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik adalah gangguan faal ginjal yang berjalan kronik dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal kronik

Lebih terperinci

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang MENIERE S DISEASE Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang dari vertigo yang berlangsung dari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang dapat menyerang dan menyebar ke tempat yang jauh dari tubuh. Kanker dapat menjadi penyakit yang parah,

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan National Kidney Foundation penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan dengan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

MODUL 3 SKENARIO 3 : HARUSKAH DIAMPUTASI?

MODUL 3 SKENARIO 3 : HARUSKAH DIAMPUTASI? MODUL 3 SKENARIO 3 : HARUSKAH DIAMPUTASI? Osta, 17 tahun, datang ke dokter bersama orang tuanya dengan keluhan timbul benjolan di lutut kanan sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya, Osta sering merasakan

Lebih terperinci

1. Epifisis Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder. DEFINISI

1. Epifisis Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder. DEFINISI DEFINISI Multipel mieloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sel plasma imatur dan matur yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan wawancara Riskesdas 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4% per 1000 penduduk, dengan prevalensi kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan kematian. Dewasa ini tehnologi telah berkembang pesat dalam mendiagnosis dan menangani penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembuluh darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang yang paling sering

Lebih terperinci

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tanya-Jawab seputar. Diabetes

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tanya-Jawab seputar. Diabetes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tanya-Jawab seputar Diabetes Diabetes adalah suatu kondisi di mana kadar gula (glukosa) dalam darah tinggi. Tubuh memproduksi insulin, suatu hormon yang dikeluarkan

Lebih terperinci

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT A.HIPERKALEMIA a. pengertian JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi b. penyebab 1.pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal misalnya spironolakton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini disebabkan oleh demam dimana terdapat kenaikan suhu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Leukemia Mieloid Akut (LMA) adalah salah satu kanker darah yang ditandai dengan transformasi ganas dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid. Bila

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia atau lebih dikenal kanker darah atau sumsum tulang merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak terkontrol (sel neoplasma) yang berasal dari mutasi sel normal.

Lebih terperinci

leukemia Kanker darah

leukemia Kanker darah leukemia Kanker darah Pendahuluan leukemia,asal kata dari bahasa yunani leukos-putih,haima-darah. leukemia terjadi ketika sel darah bersifat kanker yakni membelah tak terkontrol dan menggangu pembelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom nefrotik (SN, Nephrotic Syndrome) merupakan salah satu penyakit ginjal terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia. Kesehatan menjadi syarat utama agar individu bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini jumlah penderita kanker di seluruh dunia semakin meningkat. Dari kasus kanker baru yang jumlahnya diperkirakan sembilan juta setiap tahun lebih dari setengahnya

Lebih terperinci

TATA LAKSANA IMUNODEFISIENSI PRIMER: PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

TATA LAKSANA IMUNODEFISIENSI PRIMER: PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA IMUNODEFISIENSI PRIMER TATA LAKSANA IMUNODEFISIENSI PRIMER: PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TATA LAKSANA IMUNODEFISIENSI PRIMER: PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA 1 IMUNODEFISIENSI PRIMER Imunodefisiensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Nama : Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Mata Kuliah : Kep. Medikal Bedah Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker kolorektal adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan kanker kolorektal menyumbang 9% dari semua kejadian kanker

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kanker merupakan penyakit keganasan yang menjadi salah satu penyebab kematian terbesar. Penyakit kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Kanker

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah peristiwa kodrati bagi perempuan, seorang perempuan akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologi. Status gizi merupakan hal yang

Lebih terperinci

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi Pendahuluan Kanker mata adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis tumor yang terjadi di berbagai bagian mata. Hal ini terjadi ketika sel-sel dalam atau di sekitar mata berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal yang tumbuh secara terus-menerus dan tidak terkendali. Kasus kanker pada anak menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insiden karsinoma kolorektal masih cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari kematian karena kanker

Lebih terperinci