BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna terletak kurang lebih 100 M 2 dari
|
|
- Sucianty Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Keadaan Geografis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna terletak kurang lebih 100 M 2 dari jalan trans sulawesi. Wilayah Puskesmas Bintauna terdiri dari 14 desa, 1 Kelurahan. Secara geografis Kecamatan Bintauna sebagian besar merupakan dataran rendah dengan banyak persawahan sedangkan sisanya terdiri dari pegunungan. Puskesmas Bintauna terletak di desa Talaga Kecamatan Bintauna dengan batas-batas wilayah sebagai berikut. 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sangkub. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bolangitang Timur. Dari 14 desa dan 1 kelurahan yang ada, seluruhnya dapat di jangkau dengan kenderaan roda dua dan roda empat Luas Wilayah Luas wilayah Puskesmas Bintauna adalah 349,07 KM 2 terdiri dari 14 Desa 1 Kelurahan. Desa-desa yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Bintauna antara lain : Desa Bintauna Pantai, Desa Minanga, Desa Kopi, Desa Bunia, Desa Batulintik, Kelurahan Bintauna, Desa Pimpi, Desa Talaga, Desa Voa a, Desa Padang, Desa Padang Barat, Desa Kuhanga, Desa Bunong, Desa Mome, Desa Huntuk. 31
2 4.1.3 Iklim Iklim di Kecamatan Bintauna terdiri dari dua yaitu musim hujan dan musim kemarau, musim hujan terjadi pada sekitar bulan Mei-Juni dan musim kemarau terjadi sekitar bulan September dan Oktober. Perubahan iklim ini adakalanya bervariasi kadang terjadi curah hujan yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan banjir. Dari perubahan iklim ini dapat memberikan dampak pada angka morbiditas atau kesakitan seperti tingginya penyakit diare, ispa, dan malaria. Pada musim kemarau yang panjang biasa berdampak pada daerah pertanian yang terkadang tidak memberikan hasil yang baik bagi para petani, sehinga banyak para petani yang pendapatannya rendah. hal ini dapat berimbas terhadap status kesehatan masyarakat itu sendiri. 4.2 Hasil Penelitian Analisis Univariat Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan berupa analisis univariate, maka hasil penelitian tentang Gambaran Sanitasi Lingkungan Rumah pada Penderita Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Tahun 2012 adalah sebagai berikut : 32
3 Distribusi Responden Menurut Umur Penderita Kusta Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Umur (Tahun) Dari tabel 4.1 menunjukan bahwa distribusi responden menurut kelompok umur yang terbanyak adalah umur tahun yaitu sebanyak 9 atau (31%), sedangkan kelompok umur yang jumlahnya sedikit yaitu >55 tahun sebesar 1 atau 3%. Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi sampel menurut jenis kelamin yang terendah adalah laki-laki sebesar 13 atau 45% dan perempuan sebesar 16 atau 55%. 33
4 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Penderita Kusta Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Penderita Kusta Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Jenis Pekerjaan Siswa 9 31 IRT 7 25 Petani 2 6 Tidak Bekerja
5 Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa distribusi responden menurut pekerjaan yang paling banyak adalah Tidak bekerja sebanyak 11 orang atau 38% dan yang paling sedikit adalah Petani sebanyak 2 orang atau 6%. Berdasarkan distribusi tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa sampel terbanyak terdapat di desa Bunia yaitu sebanyak 8 sampel atau 28 %, dan yang terendah berasal dari desa Kopi dan Talaga yaitu sebanyak 1 orang atau 3% Distribusi Responden Menurut Tempat Tinggal Penderita Kusta Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Tempat Tinggal Menurut tempat tinggal (Desa) Bintauna Pantai 2 7 Minanga 3 10 Kopi 1 3 Bunia 8 28 Huntuk 3 10 Mome 4 15 Talaga 1 3 Voa a 2 7 Padang Barat
6 Kuhanga Distribusi Responden Menurut Type Rumah Penderita Kusta Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Type Rumah Type Rumah Permanen 7 24 Semi Permanen 5 17 Non Permanen Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi sampel menurut type rumah yang terbanyak adalah non permanen sebesar 17 atau 59% dan yang terendah adalah semi permanen sebesar 5 atau 17% Distribusi Variabel Berdasarkan Kepadatan Hunian Tabel 4.6 Distribusi Variabel Berdasarkan Kepadatan Penghuni Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Kepadatan hunian 36
7 Rumah Tidak Padat 0 0 Padat Berdasarkan distribusi tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa kepadatan hunian semua rumah penderita terbilang padat yaitu sebesar 100% Distribusi Variabel Berdasarkan Pencahayaan Alami Tabel 4.7 Distribusi Variabel Berdasarkan pencahayaan Rumah Pencahayaan Rumah Cahaya Masuk Cahaya Tidak Masuk Berdasarkan Tabel 4.7 bahwa dari hasil analisis didapatkan pencahayaan yang memenuhi syarat sebanyak 10 atau 34 %, dan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 19 atau 66%. 37
8 Berdasarkan Tabel 4.8 bahwa dari hasil analisis didapatkan Ventilasi yang memenuhi syarat sebanyak 5 atau 17 %, dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebanyak 24 atau 83% Distribusi Variabel Berdasarkan Ventilasi Tabel 4.8 Distribusi Variabel Berdasarkan Ventilasi Rumah Ventilasi Rumah Memenuhi Syarat 5 17 Tidak Memenuhi Syarat Berdasarkan Tabel 4.9 bahwa dari hasil analisis didapatkan Suhu yang memenuhi syarat sebanyak 2 atau 7 %, dan Suhu yang tidak memenuhi syarat sebanyak 27 atau 93% Distribusi Variabel Berdasarkan Suhu Tabel 4.9 Distribusi Variabel Berdasarkan Suhu Kamar 38
9 Suhu Memenuhi Syarat 2 7 Tidak Memenuhi Syarat Distribusi Variabel Berdasarkan Kelembaban Tabel 4.10 Distribusi Variabel Berdasarkan Kelembaban Kelembaban Memenuhi Syarat 0 0 Tidak Memenuhi Syarat Dari hasil analisis didapatkan bahwa Kelembaban yang memenuhi syarat sebanyak 0 atau 0 %, dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 29 atau 100% Distribusi Variabel Kepadatan Hunian Berdasarkan Pada Penderita Kusta 39
10 Penderita Kusta Kusta Type PB Kusta Type MB Berdasarkan Tabel 4.11 bahwa dari hasil analisis didapatkan Penderita Kusta yang lebih banyak Penderita Kusta Type PB sebesar 17 atau 59 %, dan Penderita Kusta Type MB sebesar 12 atau 41%. Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa jumlah Penderita Kusta baik Type PB maupun Type MB pada kepadatan hunian yang tidak padat (0%). Sedangkan jumlah penderita kusta Type PB Pada kepadatan hunian yang padat sebesar 58,6% lebih banyak dibandingkan jumlah penderita kusta Type MB pada kepadatan hunian yang padat sebesar 41.4% Distribusi Variabel Berdasarkan Kepadatan Hunian Pada Penderita Kusta Tabel 4.12 Distribusi Variabel Berdasarkan Kepadatan Hunian Penderita Kusta Penderita Kusta Kepadatan Type PB Type MB 40
11 Hunian N % Tidak Padat Padat 17 58, , , , Distribusi Variabel Berdasarkan Pencahayaan Pada Penderita Kusta Tabel 4.13 Distribusi Variabel Berdasarkan Pencahayaan Penderita Kusta Penderita Kusta Pencahayaan Type PB Type MB Cahaya Masuk 6 60,0 4 40, ,5 Cahaya Tidak Masuk 11 57,9 8 42, , , , Berdasarkan tabel 4.13 terlihat bahwa jumlah Penderita Kusta Type PB pada pencahayaan yang memenuhi syarat sebesar (60,0%) lebih banyak dari Type MB pada pencahayaan yang memenuhi syarat sebesar (40,0%). Sedangkan jumlah penderita kusta Type PB Pada pencahayaan yang tidak memenuhi syarat 41
12 sebesar 57,9% lebih banyak dibandingkan jumlah penderita kusta Type MB pada pencahayaan yang tidak memenuhi syarat sebesar 42.1%. Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa jumlah Penderita Kusta Type PB pada ventilasi yang memenuhi syarat sebesar (40,0%) lebih sedikit dari Type MB pada ventilasi yang memenuhi syarat sebesar (60,0%). Sedangkan jumlah penderita kusta Type PB Pada ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebesar 62,5% lebih banyak dibandingkan jumlah penderita kusta Type MB pada ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebesar 37,5% Distribusi Variabel Berdasarkan Ventilasi Pada Penderita Kusta Tabel 4.14 Distribusi Variabel Berdasarkan Ventilasi Penderita Kusta Penderita Kusta Ventilasi Type PB Type MB N % Memenuhi Syarat 2 40, Tidak Memenuhi Syarat 15 62,5 9 37, , , Distribusi Variabel Berdasarkan Suhu Pada Penderita Kusta Tabel 4.15 Distribusi Variabel Berdasarkan Suhu Penderita Kusta Penderita Kusta 42
13 Suhu Type PB Type MB N % Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat 15 55, , , , Berdasarkan tabel 4.15 terlihat bahwa jumlah Penderita Kusta Type PB pada suhu yang memenuhi syarat sebesar (100%) lebih sedikit dari Type MB pada suhu yang memenuhi syarat sebesar (0%). Sedangkan jumlah penderita kusta Type PB Pada suhu yang tidak memenuhi syarat sebesar 55,6% lebih banyak dibandingkan jumlah penderita kusta Type MB pada suhu yang tidak memenuhi syarat sebesar 44,4% Distribusi Variabel Berdasarkan Kelembaban Pada Penderita Kusta Tabel 4.16 Distribusi Variabel Berdasarkan Kelembaban Penderita Kusta Penderita Kusta Kelembaban Type PB Type MB N % Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat 17 58, , , ,
14 Berdasarkan tabel 4.16 terlihat bahwa jumlah Penderita Kusta Type PB pada kelembaban yang memenuhi syarat sebesar (0%) dan Type MB pada kelembaban yang memenuhi syarat sebesar (0%). Sedangkan jumlah penderita kusta Type PB Pada kelembaban yang tidak memenuhi syarat sebesar 58,6% lebih banyak dibandingkan jumlah penderita kusta Type MB pada kelembaban yang tidak memenuhi syarat sebesar 41,4%. 4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran sanitasi lingkungan rumah pada Penderita penyakit kusta di wilayah kerja puskesmas Bintauna, selanjutnya akan dibahas sesuai dengan variabel yang diteliti Kepadatan Hunian Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa untuk ketetapan luas rumah, jumlah, dan ukuran ruangan harus disesuaikan dengan jumlah orang yang akan menempati rumah tersebut agar tidak terjadi kelebihan jumlah penghuni rumah. Luas lantai bangunan rumah sehatharus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan penghuninya akan menyebabkan padat (over crowded). Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Bintauna yang tercantum pada tabel 4.6 bahwa kepadatan hunian pada rumah penderita kusta yaitu sebesar 100%, dan ratarata tempat tinggal penderita kusta rumahnya terbilang cukup sederhana dan penghuni di dalam rumah melebihi kententuan yang ada. Apabila kondisi rumah penderita padat maka Kuman Mycrobacterium leprae mudah menyebar pada keluarga yang tidak menderita kusta. Karena kepadatan hunian yang memenuhi syarat kesehatan yaitu 44
15 Apabila luas bangunan < 9 m 2 perorang. Hal ini menyebabkan pengaruh kepadatan hunian pada penderita kusta, sehingga pederita kusta mengalami kesulitan dalam melakukan proses pengobatan yang di anjurkan dari Puskesmas Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Pencahayaan Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya Kusta, TBC, ISPA. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Bintauna yang tercantum pada tabel 4.7 bahwa pencahayaan yang masuk di dalam rumah penderita sebagian besar (66%) tidak memenuhi syarat, karena rata-rata rumah penderita non permanen dan ventilasinya sebagian besar tidak memenuhi syarat, sehingga cahaya matahari susah masuk di dalam rumah. Hal ini menyebabkan pengaruh pada rumah penderita kusta, apabila cahaya matahari susah masuk di dalam rumah penderita maka tidak mudah untuk membunuh kuman Mycrobacterium leprae yang menyebar di dalam rumah penderita karena cahaya matahari merupakan salah satu cara yang dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dan kuman Mycrobacterium leprae. (Notoatmodjo, 2007). Sehingga proses pengobatan yang dilakukan oleh penderita cukup sulit sesuai yang di anjurkan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Bintauna Ventilasi Udara yang bersih merupakan komponen utama di dalam rumah dan sangat diperlukan oleh manusia untuk hidup secara sehat. Sirkulasi udara berkaitan dengan masalah keberadaan ventilasi. Ventilasi adalah suatu usaha untuk memelihara kondisi 45
16 atmosfir yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia (Harun, 2011). Untuk itu ventilasinya harus mencapai 10% dari luas lantai sesuai dengan syarat kesehatan. Ventilasi aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang barang besar, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain lain. Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Bintauna yang tercantum pada tabel 4.8 bahwa sebagian besar ventilasi rumah penderita tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar (83%). Dan ventilasi rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebesar (17%) akan tetapi ventilasinya ditutupi dengan koran bekas dan plastik. Apabila ventilasi rumah penderita kusta ditutupi dengan plastik ataupun koran bekas maka aliran udara dalam rumah tersebut tidak lancar sehingga mengakibatkan udara tidak dapat membawa kuman Mycrobacterium leprae keluar. Dan ada juga rumah penderita tidak memiliki ventilasi dan ukuruan jendelanya sangat kecil menyebabkan kuarangnya masuk cahaya matahari di rumah penderita sehingga menyebabkan terjadinya kelembaban udara di dalam rumah penderita. Hal ini menyebabkan ventilasi berpengaruh pada kondisi kesehatan penderita kusta Suhu Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan dengan satuan derajat tertentu. Secara umum, penilaian suhu kamar dengan menggunakan termometer ruangan. Berdasarkan indikator pengawasan perumahan, suhu kamar yang memenuhi syarat kesehatan adalah antara ºC, dan suhu rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 25ºC atau > 30 ºC. (Walton, 1991) Sesuai observasi pada saat melakukan penelitian di Puskesmas Bintauna yang tercantum pada tabel 4.9 bahwa sebagian besar rumah penderita kusta suhu kamarnya 46
17 tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar (93%). Apabila suhu kamar rumah penderita kusta naik turun dan tidak memenuhi syarat kesehatan maka tidak mudah untuk membunuh kuman Mycrobacterium leprae di dalam rumah penderita kusta. Hal ini menyebabkan suhu kamar berpengaruh terhadap kondisi kesehatan penderita kusta Kelembaban Kuman Mycobacterium leprae seperti halnya kuman lain, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air membentuk lebih dari 80 % volume sel kuman dan merupakan hal yang essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel kuman (Gould & Brooker, 2003). Selain itu menurut Notoatmodjo (2003), kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk kuman Mycobacterium leprae. Berdasarkan oservasi pada saat melakukan penelitian di Puskesmas Bintauna yang tercantum pada tabel 4.10 bahwa kelembaban udara pada rumah penderita sebesar 100%. Apabila rumah penderita kelembaban udaranya tinggi karena air membentuk lebih dari 80% volume, maka kuman Mycobacterium leprae akan tumbuh subur. Sehingga tidak mudah untuk memebunuh kuman Mycobacterium leprae karena kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman Mycobacterium leprae. Hal ini menyebabkan kelembaban berpengaruh pada kondisi kesehatan penderita kusta. 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow. a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tutuyan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil A. Gambaran Umum Lokasi Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan luas wilayah 337,80 KM 2, dengan batas wilayah: a. Sebelah Utara
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Mongondow Utara. Secara geografis kecamatan Bintauna berada pada 125 0
BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 2.1 Letak Geografis dan Topografi Kecamatan Bintauna merupakan bekas kerajaan yang sekarang termasuk salah satu dari enam kecamatan dikabupaten daerah tingkat II Bolaang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei sampai 2 Juni 2012.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada wilayah kerja Puskesmas Nuangan Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Kabila Bone merupakan salah satu puskesmas yang terletak di. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9 desa yaitu : Desa Bintalahe, Desa Botubarani, Desa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal april tahun Penelitian
36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11-16 april tahun 2013. Penelitian dilakukan secara bertahap yaitu tahap persiapan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Demografis Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi banyak terjadi di negara berkembang yang mempunyai kondisi sosial ekonomi rendah. Salah satu penyakit infeksi tersebut adalah penyakit kusta. Penyakit
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)
32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana
Lebih terperincimelebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Tuberkulosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit kusta disebut juga penyakit lepra atau Morbus Hansen merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. (1) Kusta adalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi,
41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Buhu Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo yaitu di wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah
Lebih terperinciRUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Kecamatan Pancoran Mas pada bulan Oktober 2008 April 2009 dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan
Lebih terperinciSUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012
SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 NURHAYATI WADJAH 811408078 ABSTRAK Di Indonesia TBC merupakan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah adalah tempat hunian atau berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan dan panas) serta merupakan tempat untuk beristirahat setelah melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang ditularkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, merupakan penyebab kematian terutama di negaranegara berkembang di seluruh
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tikupon. b) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tomini
36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Pagimana Merupakan pusat pelayanan kesehatan yang berada di Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai. Kecamatan Pagimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dapat menjadi media penularan penyakit. Terjadinya penyakit berbasis lingkungan disebabkan karena adanya interaksi antara manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TBC) saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya menderita TBC. Diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang utamanya menyerang saraf tepi, dan kulit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang telah lama di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, bakteri ini mampu
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit berbasis lingkungan merupakan penyakit yang proses kejadiannya atau fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan, berakar
Lebih terperinciFaktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis
IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang) Esty Kurniasih, Suhartono, Nurjazuli Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik,
Lebih terperinciRumah Sehat. edited by Ratna Farida
Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun
Lebih terperinciBAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis
BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. paru,tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman Mycobacterium
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis,yang sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru,tetapi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan
28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat obsevasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan
Lebih terperinciHUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT COMMON COLD PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO TAHUN 2012
HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT COMMON COLD PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Sri Zein Polumulo. Nim :811408107 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2012
HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 22 Melisah Pitri Siregar 1, Wirsal Hasan 2, Taufik Ashar 3 1 Program Sarjana Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit yang menyerang pada balita yang terjadi di saluran napas dan kebanyakan merupakan infeksi virus.
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI RUMAH SEHAT DENGAN FREKUENSI SESAK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK
HUBUNGAN KONDISI RUMAH SEHAT DENGAN FREKUENSI SESAK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK Abdul Muhith Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KONDISI RUMAH PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURIKALE DAN MANDAI KABUPATEN MAROS
KARAKTERISTIK KONDISI RUMAH PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURIKALE DAN MANDAI KABUPATEN MAROS CHARACTERISTIC OF THE HOUSE CONDITION OF LEPROSY PATIENTS IN THE WORK AREA OF TURIKALE AND MANDAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Untung Jawa berada pada posisi 05 0 58 45,21 Lintang Selatan dan 106 0 42 11,07 Bujur Timur. Wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa adalah salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Tuberculosa adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, makanya dikenal sebagai Batang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo.
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografi Wilayah kerja Puskesmas Kabila berada di wilayah Kecamatan Kabila yang wilayahnya terdiri dari 5 Kelurahan (Kelurahan Pauwo,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Desa Pempatan yang terletak pada ketinggian 600 1100 m, diatas permukaan laut dengan kemiringan 3-45 mengarah ke utara. Jumlah penduduk Desa Pempatan saat ini yang
Lebih terperinciHUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO
HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO Safrizal.SA Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar E-mail: friza.maulanaboet@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan judul Gambaran Praktik Pencegahan Penularan TB Paru di Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan telah dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.ispa menyebabkan hampir 4 juta orang meninggal setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan penyakit infeksi kronis menular yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama adalah batuk selama dua minggu atau lebih,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Syarat Rumah Sehat secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menyajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data lembar isian dengan judul Pengetahuan Masyarakat Tentang Syarat Rumah Sehat secara
Lebih terperinciKESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018
KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah
Lebih terperinciBAB 5 HASIL. Kelurahan Gandaria Selatan, Puskesmas Kelurahan Cipete Selatan, Puskesmas
BAB 5 HASIL 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Kecamatan Cilandak terletak di Kota Administrasi Jakarta Selatan Propinsi DKI Jakarta dengan memiliki 5 Puskesmas kelurahan yaitu: Puskesmas Kelurahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengujian
Lebih terperinciBUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 133 TAHUN 2012
- 1 - KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 133 TAHUN 2012 T E N T A N G SEKOLAH PENERIMA DANA ALOKASI KHUSUS UNTUK SEKOLAH DASAR/SEKOLAH DASAR LUAR BIASA DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BIDANG PENDIDIKAN
Lebih terperinciBUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 232 TAHUN 2012
- 1 - KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 232 TAHUN 2012 T E N T A N G SEKOLAH PENERIMA DANA ALOKASI KHUSUS UNTUK SEKOLAH DASAR/SEKOLAH DASAR LUAR BIASA DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BIDANG PENDIDIKAN
Lebih terperinciSummery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )
Summery ABSTRAK Nianastiti Modeong. 2012. Deskripsi Lingkungan Fisik Daerah Endemik Malaria di Desa Kotabunan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Lokasi kelurahan Kampung Sawah. beberapa keterangan penduduk kampung sawah yang berdomisili di Bandar
48 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Lokasi kelurahan Kampung Sawah 1. Sejarah Singkat Kelurahan Kampung Sawah Sejarah kelurahan kampung sawah disusun berdasarkan fakta yang ada, dan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan Nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Sistem
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Pneumonia 1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli) yang disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan
Lebih terperinciSummary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012
Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 ABSTRAK Likyanto Karim. 2012. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan
Lebih terperinciOLEH: IMA PUSPITA NIM:
FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU ORANG TUA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN ISPA DI RW 03 KELURAHAN WIJAYA KUSUMU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATANGROGOL PETAMBURAN
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori TB Paru Pengetahuan Sikap Tindakan 3.2 Kerangka Konsep 3.2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru BAB
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016
HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Lebih terperinciIII. KEADAAN UMUM LOKASI
III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi
29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo, yang terdiri dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama 10 hari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun
Lebih terperinciHUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DIWILAYAH PUSKESMAS YOSOMULYO KOTA METRO TAHUN 2014 ABSTRAK
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DIWILAYAH PUSKESMAS YOSOMULYO KOTA METRO TAHUN 2014 Ari Budianto 1) Khoidar Amirus 2) ABSTRAK Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran umum penyakit ISPA 1. Definisi ISPA Istilah ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut mengandung tiga unsur yaitu infeksi, Saluran Pernafasan dan Akut. Pengertian atau
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur
Lebih terperinciKONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat
26 KONDISI UMUM Keadaan Geografis Keadaan geografis Kota administrasi Jakarta Pusat yaitu terletak antara 106º.22.42 BT sampai dengan 106º.58.18 BT dan 5º19,12 LS sampai dengan 6º.23 54 LS. Permukaan tanahnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta atau disebut juga Morbus Hansen (MH) merupakan infeksi kronik pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit ini adalah saraf
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AMALIA KARTIKA SYAFRI J4113124 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancagan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian ekplanatory reseach dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu melalui pengujian hipotesa pada
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul terdiri dari 5 desa meliputi Desa Bantul, Desa Palbapang, Desa Trirenggo, Desa Sabdodadi, dan Desa
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Kecamatan Sayegan 1. Letak Geografis dan Topografi Seyegan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis. Mikrobakterium ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis ( mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang
Lebih terperinciPasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA MARINSOUW DAN PULISAN KABUPATEN MINAHASA UTARA. Marten Jeis Takoes*, Grace D. Kandou*, Paul
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control. Pendekatan case control adalah suatu penelitian non-eksperimental yang menyangkut bagaimana
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ENYAKIT ISA ADA BALITA (Suatu enelitian Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten ) SISKA RISTY YOLANDA ADAM DJAFAR NIM : 811409020
Lebih terperinciANALISIS KEPADATAN PENGHUNI, LUAS LANTAI DAN LUAS VENTILASI TERHADAP SUHU DAN KELEMBABAN DI RUMAH KOS PUTRI KAJOR, NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, DIY
ANALISIS KEPADATAN PENGHUNI, LUAS LANTAI DAN LUAS VENTILASI TERHADAP SUHU DAN KELEMBABAN DI RUMAH KOS PUTRI KAJOR, NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, DIY Nur Hasanah*, Achmad Husein**, Sigid Sudaryanto** * JKL
Lebih terperinciKAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG
KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja Puskesmas
Lebih terperinciSKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas
SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENDERITA TB PARU DAN KONDISI RUMAH TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN POTENSI PENULARAN TB PARU PADA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL. Universitas Indonesia
BAB 5 HASIL 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Pancoran Mas 5.1.1. Batas Wilayah Kecamatan Pancoran Mas terletak di sebelah timur Kota Depok, dengan batas wilayah : a. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Variable bebas
56 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variable bebas Intensitas Pencahayaan Luas Ventilasi JenisLantai Jenis dinding Kepadatan hunian Kelembaban Variabel Terikat Kejadian Kusta Suhu Frekwensi
Lebih terperinciES R K I R P I S P I S SI S S I TEM
69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi
Lebih terperinci