BAB I PENDAHULUAN. Adanya harmonisasi standar akuntansi yang akan diterapkan diseluruh Negara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Adanya harmonisasi standar akuntansi yang akan diterapkan diseluruh Negara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Formatted: Space After: 0 pt Formatted: Header distance from edge: 1.27 cm, Footer distance from edge: 1.27 cm, Different first page header I.1 Latar Belakang PermasalahanPenelitian Adanya harmonisasi standar akuntansi yang akan diterapkan diseluruh Negara yang mengacu kepada International Financial Reporting Standard (IFRS) membuat Formatted: Font: Not Italic Dewan Standar Akuntansi Keuangan melakukan penyesuaian atas standar akuntansi di Indonesia, yang sebelumnya mengacu kepada United States Generally Accepted Accounting Principles (US GAAP). Tujuan harmonisasi Standar ini adalah agar laporan keuangan di seluruh Negara dapat dibandingkan. dibandingkan dengan US GAAP yang adalah rule based standard, IFRS Formatted: Font: Not Italic merupakan standar yang bersifat principle based dan US GAAP merupakan standar yang berbasiskan aturan. Standar berbasiskan prinsip memungkinkan pembuat laporan keuangan menggunakan professional judgement-nya untuk lebih fokus dalam mencerminkan atau menggambarkan substansi transaksi dan kondisi ekonomi. Disisi lain standar berbasiskan aturan (rules-based standard) berdasarkan Nelson (2002:1) meliputi kriteria yang spesifik, bright line thresholds, contoh-contoh, pembatasan ruang lingkup, pengecualian, panduan penerapan, dan sebagainya. American Accounting Association (AAA) Financial Accounting Standard Committee (2003) juga memberikan ilustrasi standar yang more-rules dengan pernyataan annual deprectiation expense for all assets is to be 10 percent of the original cost of asset until the asset fully depreciated dan standar yang more principles dengan pernyataan depreciation expense for the reporting period should reflect the decline in economic value of the asset 1

2 over period. Mengacu pada konsep inilah dibentuk standar IFRS dengan tujuan meningkatkan relevansi dan reliabilitas. Salah satu standar yang berubah karena ada penyesuaian ke IFRS adalah pada standar akuntansi keuangan (SAK) nomor 22 mengenai kombinasi bisnis yang menghapuskan perlakuan amortisasi goodwill. SAK nomor 22 yang terdahulu (1994) mengatur agar goodwill di amortisasi setiap periode selama 5 sampai dengan 20 tahun, bergantung kepada kebijakan perusahaan. Perusahaan akan melaporkan nilai beban amortisasi goodwill yang konsisten setiap periode, dan akan mengurangi saldo goodwill dengan nilai yang sesuai dengan amortisasi-nya. Peraturan untuk melakukan amortisasi ini dihapuskan karena dianggap tidak dapat merefleksikan keadaan ekonomi dan substansi yang sebenarnya. SAK nomor 22 yang baru (2010) mengatur agar perusahaaan membukukan beban kerugian akibat penurunan nilai atau mengamortisasi hanya jika jumlah terpulihkan (recoverable amount) lebih kecil dari jumlah yang tercatat (carrying amount). Besarnya jumlah kerugian penurunan nilai dapat ditentukan dengan melakukan uji penurunan nilai paling tidak setahun sekali. Sehingga dengan berlakunya standar ini, tidak ada lagi beban amortisasi yang dilapokan perusahaan dalam laporan keuangannya. Untuk pengaturan mengenai penurunan nilai atas goodwill ini diatur dalam SAK nomor 48 mengenai penurunan nilai aset. Aturan untuk melakukan pengujian penurunan nilai muncul karena dianggap lebih baik dalam merefleksikan substansi transaksi dan kondisi ekonomi yang terjadi serta agar nilai aset yang disajikan di laporan posisi keuangan tetap mencerminkan kewajaran sumber daya ekonomik yang dikuasai oleh entitas sehingga informasi yang disajikan tidak menyesatkan (mislead) para pengguna laporan keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan. 2

3 Dalam melakukan uji penurunan nilai, setiap langkahnya, dibutuhkan sepenuhnya membutuhkan estiamsi atau diskresioner estimasi manajemen yang sangat besar. Diantaranya untuk menentukan UPK yang dialokasikan goodwill, seberapa goodwill yang dialokasikan dan menentukan besarnya jumlah terpulihkan. Jumlah terpulihkan yang digunakan sebagai pembanding jumlah tercatat adalah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan (fair value less cost to sell) atau nilai pakai (value in use). Kieso et al (2011) menyatakan karena sulitnya menentukan nilai wajar dari Unit Penghasil Kas (UPK) sebagai alat alokasi goodwill, maka manajemen biasanya menggunakan value in use untuk menentukan jumlah terpulihkan dari UPK. Sehingga, dengan hal ini, penentuan jumlah terpulihkan akan bergantung kepada estimasi manajemen dan bukan kepada pihak yang independen. Apabila nilai terpulihkan goodwill lebih kecil dibandingkan dengan nilai tercatatnya, nilai tercatat atas goodwill tersebut diturunkan sebesar nilai terpulihkan. Kerugian akibat penurunan nilai akan dilaporkan sebagai beban dalam laporan laba rugi dan akan mengurangi nilai goodwill yang dilaporkan dalam statement of financial position. Penurunan nilai goodwill yang terjadi sifatnya tetap dan tidak dapat dipulihkan nilainya atau dengan kata lain goodwill tidak dapat mengalami kenaikan, apabila telah mengalami penurunan nilai. Oleh karena sifat dari penentuan besarnyapengujian penurunan nilai yang membutuhkan estimasi atau diskresioner manajemen yang sangat besar, hal ini menjadi accounting choice bagi manajemen untuk menentukan seberapa besar nilai kerugian penurunan nilai goodwill. Accounting choice ini dapat menjadimembuka celah yang sangat lebar untuk melakukan manajemen laba bagi manajemen yang sifatnya oportunis (berusaha untuk mendapatkan keuntungan dalam suatu situasi). 3

4 Ada 3 insentif atau motivasi yang paling banyak menjadi alasan bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba menurut Healy dan Wahlen (1999:370) yaitu: penilaian dan harapan pasar modal seperti investor, kontrak yang didasarkan pada angka akuntansi seperti pemberian bonus, dan peraturan pemerintah. Alasan yang kedua terkait dengan teori keagenan. Teori keagenan menurut Godfrey et al (2010:56) yaitu adanya perbedaan kepentingan antara dua pihak, dalam hal ini manajemen dan pemegang saham. Pihak manajemen menginginkan agar diberikan kompensasi yang sebesarbesarnya yang didasarkan pada angka akuntansi. Sehingga untuk mencapai kompensasi yang diinginkan tersebut akan memotivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba. tik. Formatted: Space After: 0 pt Berdasarkan penelitian terdahulu dari Jordan dan Clark (2005) dengan perusahaan Fortune 100 di Amerika Serikat sebagai objek penelitian, di tahun adopsi standar goodwill yang baru perusahaan dengan laba operasi yang rendah akan memilih untuk membukukan kerugian penurunan nilai goodwill. Sehingga dari tindakan ini, perusahaan diindikasikan melakukan manajemen laba model big bathmelakukan penurunan nilai goodwill. Manajemen laba big bath dilakukan dengan tujuan dengan tujuan untuk menghindari beban di masa mendatang sehingga di peiode mendatang perusahaan dapat memperoleh laba yang lebih besar. Penemuan penelitian ini didukung penelitian Sevin dan Schroeder (2005) dengan perusahaan di Amerika Serikat sebagai objek (diambil secara acak). Temuan lain dari penelitian Sevin dan Schroeder yaitu perusahaan kecil (nilai aset kurang dari US$450 juta) akan cenderung untuk melakukan manajemen laba model big bath dibandingkan perusahaan besar. 4

5 Ada 3 insentif atau motivasi yang paling banyak menjadi alasan bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba menurut Healy dan Wahlen (1999:370) yaitu: penilaian dan harapan pasar modal seperti investor, kontrak yang didasarkan pada angka akuntansi seperti pemberian bonus, dan peraturan pemerintah. Manajemen cenderung akan memperbesar laba dan mengecilkan hutang untuk dua alasan yang pertama. Hal ini dilakukan karena laba merupakan indikator kinerja dari manajemen. Semakin tinggi angka laba yang dilaporkan, semakin baik kinerja dari perusahaan dan akan semakin besar bonus yang diperoleh manajemen. Untuk tujuan transparansi laporan keuangan, khususnya untuk account goodwill, SAK no. 48 mengatur bahwa perusahaan harus mengungkapkan setiap asumsi, ketentuan, metode pengukuran, dan hal-hal lain yang digunakan dalam melakukan uji penurunan nilai. Hal ini sesuai dengan tujuan IFRS untuk meningkatkan transparansi dan kualitas laporan keuangan khususnya goodwill serta representation faithfulness. Pengungkapan mengenai uji penurunan nilai goodwill tidak hanya sebagai pelaksanaan kepatuhan, tetapi juga sebagai komunikasi utama kepada investor. Pengungkapan atas faktor-faktor yang mempengaruhi kerugian menjadi hal yang sangat penting sebagai bahan pertimbangan investor (Ernst and Young, 2009:3). Atas dasar dari kedua penelitian ini dan latar belakang yang ada, penulis bermaksud untuk melakukan analisis serupa dengan menjadikan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek analisis. Diharapkan dari penelitian ini, penulis dapat mengungkap apakah terdapat indikasi manajemen laba model big bath yang dikaitkan dengan accounting choice atas penerapan PSAK 22 serta menguji tingkat kepatuhan perusahaan dalam mengungkapkan ketentuan perhitungan penurunan nilai atas goodwill. 5

6 Berikut ini merupakan rumusan masalah yang dikemukakan: 1. Bagaimana kualitas dan tingkat kepatuhan perusahaan dalam mengungkapkan Formatted: Space After: 0 pt pengujian penurunan nilai sebagaimana yang diatur oleh sstandar aakuntansi kkeuangan nomor 48? 2. Apakah perusahaan yang memiliki membukukan kerugian penurunan nilai goodwill adalah perusahaan dengan laba operasi yang sangat rendah sehingga mengindikasikan dilakukannya manajemen laba big bath? 2. melakukan manajemen laba model big bath charges di tahun adopsi standar Formatted: List Paragraph, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0 cm + Indent at: 0.63 cm Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt Formatted: Space After: 0 pt goodwill yang baru? Dengan latar belakang sebagaimana yang telah dijelaskan diatas serta perumusan masalah yang ada maka penelitian ini dibuat dengan judul : ACCOUNTING CHOICE ATAS PENERAPAN PSAK 22 (REVISI 2010) : ANALISIS KUALITAS PENGUNGKAPAN DAN MANAJEMEN LABA MODEL BIG BATH TERKAIT DENGAN PENURUNAN NILAI GOODWILL I.2 Ruang Lingkup Penelitian Untuk menentukan dengan jelas permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Goodwill yang dibahas disini adalah goodwill yang diperoleh dari kombinasi bisnis, dan bukan internally created goodwill. 2. Standar Akuntansi Keuangan yang terkait dengan penelitian ini adalah SAK nomor 22 paragraf 66dan SAK nomor 48, yang membahas mengenai perlakuan untuk goodwill dan uji penurunan nilai goodwill. 3. Pengungkapan yang dianalisis adalah pengungkapan yang terkait dengan dasar untuk menentukan atau menghitung penurunan nilai berdasarkan SAK No. 48 paragraf 129 6

7 Formatted: Space After: 0 pt I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dengan adanya penelitian ini yaitu: 1. Menganalisis tingkat kepatuhan perusahaan dalam mengungkapkan dasar perhitungan penurunan nilai goodwill Membandingkan kualitas pengungkapan dan tingkat kepatuhan perusahaan di Australia, New Zealand, dan Indonesia dalam mengungkapkan uji penurunan nilai goodwill 3. Menganalisis apakah perusahaan di Indonesia melakukan manajemen laba model big bath terkait dengan penerapan uji penurunan nilai goodwill Menganalisis apakah perusahaan yang membukukan kerugian penurunan nilai goodwill - sebagai upaya manajemen laba dalam bentuk income decreasing (penurunan laba) - adalah perusahaan dengan laba operasi yang rendah. Formatted: Font: Bold 2.4. Mengidentifikasi jenis manajemen laba yang dilakukan perusahaan yang membukukan kerugian penurunan nilai goodwill I.3.2 Manfaat Penelitian Formatted: Space After: 0 pt Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi literatur, penelitian ini diharapkan menjadi masukan mengenai adanya indikasi manajemen laba yang terkait dengan penerapan standar yang baru dan menambah referensi mengenai model manajemen laba yang dapat dilakukan manajemen terkait dengan penurunan nilai goodwill. 7

8 2. Bagi Regulator atau pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi mengenai tingkat kepatuhan perusahaan dalam mengungkapkan goodwill dan perhitungan penurunan nilai. serta kesiapan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam mengadopsi IFRS. 3. Bagi Investor, yaitu sebagai bahan masukan untuk menganalisis laporan keuangan terutama atas laba dan saldo goodwill yang dilaporkan perusahaan. Penelitian ini memberikan informasi kepada investor untuk melakukan analisis dengan lebih mendalam pada laba, yang mungkin saja mengindikasikan adanya abnormal profit serta memberikan informasi mengenai kemungkinan kesalahan pelaporan saldo goodwill, dimana karena goodwill adalah account yang menjadi indikator kinerja entitas anak perusahaan. I.4 Ringkasan Metodologi Penelitian 1. Jenis riset adalah riset pengujian hipotesis dan riset eksploratoria 2. Risetnya adalah riset deskriptif 3. Dimensi waktu risetnya adalah melibatkan satu waktu tertentu dan banyak sample (pooled data). Dalam hal ini laporan keuangan tahun 2011 dipakai sebagai objek analisis 4. Metode Pengumpulan datanya adalah tidak langsung, berupa data laporan keuangan 5. Lingkungan risetnya adalah lingkungan riil 6. Unit analisisnya adalah beberapa perusahaan di pasar modal Indonesia I.5 Sistematika Pembahasan 8

9 Penelitian ini akan terbagi dalam lima bab yang akan membahas secara sistematis mengenai tingkat kepatuhan perusahaan dalam mengungkapkan dasar penurunan nilai goodwill dan analisis manajemen laba terkait dengan penerapan standar akuntasi goodwill yang baru. Sistematika pembahasan penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan gambaran singkat mengenai latar belakang penelitian, permasalahan, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini merupakan kajian teoritis mengenai accounting choice, insentif pemilihan accounting choice, goodwill, SAK nomor 22 yang mengatur mengenai kombinasi bisnis, SAK nomor 48 (revisi 2009) yang mengatur mengenai penurunan nilai aset, definisi manajemen laba, cara-cara melakukan manajemen laba dan motivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN Bab ini menguraikan kriteria penentuan sampel, teknik pengumpulan data, daftar perusahaan yang dijadikan sampel, variabel yang digunakan untuk menganalisis dan metode analisis data. BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN 9

10 Bab ini terdiri atas 3 bagian besar yaitu analisis deskriptif mengenai objek penelitian, analisis kualitas pengungkapan penurunan nilai goodwilgoodwill, perbandingan antara kualitas pengungkapan perusahaan di Indonesia dan perusahaan di New Zealand dan Australial, dan analisis manajemen laba. model big bath. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang ringkasan dan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta masukan bagi penelitian selanjutnya 10

11 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Accounting choice Mengacu kepada definisi dari Fields et al. (2001:2) accounting choice secara luas adalah setiap keputusan atas sebuah pilihan, yang tujuan utama adalah untuk mempengaruhi (baik dalam bentuknya maupun isinya) output dalam bentuk laporan keuangan dari system akuntansi dengan cara tertentu, tidak hanya mencakup kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku tetapi juga terkait dengan 11

12 pelaporan pajak. Accounting choice dapat juga dalam beberapa hal misalnya pilihan untuk melakukan tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan, pilihan untuk membentuk suatu transaksi sehingga memenuhi syarat sebagai sewa operasi, ataupun pilihan atas waktu untuk mengadopsi standar yang baru, Accounting choice dapat diperluas menjadi beberapa dimensi. Yang pertama adalah dari segi nature of decision maker. Dalam dimensi ini accounting choice tidak hanya menjadi pilihan kepada para manajer tetapi juga kepada auditor dan komite audit misalnya bagaimana auditor memilih ketika diperhadapkan dengan pilihan atas transaksi akuntansi yang ambigu atau membingungkan. Yang kedua adalah dari segi nature of the choice. Dimensi ini mencakup: pilihan antara 2 peraturan yang seimbang antara 1 pilihan dengan pilihan lainnya misalnya atas pemilihan asumsi biaya metode FIFO atau average, judgement dan estimasi yang dibutuhkan untuk menerapkan standar akuntansi misalnya judgement atas uncollectible account receivable atau estimasi atas umur manfaat aset, dan dapat pula dalam bentuk keputusan untuk melakukan pengungkapan (seberapa banyak yang diungkap, apa yang harus diungkap) serta yang terakhir dalam definisi ini adalah keputusan untuk menetapkan waktu atas suatu peristiwa misalnya penerapan awal atas standar akuntansi yang baru atau penundaan penerapan. Dimensi yang ketiga adalah dalam pengaruhnya kepada laba perusahaan apakah atas accounting choice tersebut berpengaruh kepada laba secara langsung atau short term period-hanya dalam satu periode saja ataukah long-term period, misalnya pengklasifikasian biaya penjualan produk sebagai biaya produk hanya berakibat kepada laba pada satu periode saja. Berbeda halnya dengan penentuan umur ekonomis aset, kesalahan dalam penentuan umur ekonomis aset akan mempengaruhi laba perusahaan sepanjang umur aset tersebut. 12

13 Berdasarkan tiga kategori accounting choice diatas, maka atas standar goodwill yang baru maka manajemen diperhadapkan dengan pilihan diantaranya keputusan untuk melakukan penurunan nilai, membebankan kerugian akibat penurunan nilai, dan melaporkan kerugian akibat penurunan nilai. II.1.2 Motivasi Pemilihan Accounting Choice Motivasi manajemen untuk memilih suatu accounting choice menurut Field et al (2001:5) terbagi dalam 3 kategori yaitu : 1. Contracting. Adanya kelemahan pasar muncul dari adanya agency costs yaitu biaya yang dikeluarkan karena adanya masalah yang muncul seperti konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen. Shareholders menginginkan agar manajemen mengoperasikan perusahaan untuk meningkatkan nilai shareholder. Disisi yang lain, manajemen berupaya untuk menjalankan perusahaan dalam rangka memaksimalkan kekayaannya, yang mungkin tidak sejalan dengan kepentingan shareholders. Accounting choice diharapkan dapat mempengaruhi perjanjian kontraktual seperti kompensasi bagi manajemen eksekutif atau puncak dan perjanjian hutang. 2. Kategori yang kedua yaitu untuk mempengaruhi nilai aset. Hal ini timbul karena adanya ketidakseimbangan dalam informasi. Accounting choice memberikan mekanisme bagi pihak insiders, yang memiliki informasi lebih baik memberikan informasi yang tidak benar kepada pihak yang kurang memiliki informasi mengenai waktu, besaran atau tingkat serta resiko aliran arus kas masa depan 3. Mempengaruhi pihak eksternal, yaitu dengan adanya pemilihan accounting choice tertentu, laporan keuangan diharapkan dapat mempengaruhi keputusan pihak-pihak seperti bagian pajak, supplier, pesaing, dan lain-lain 13

14 II.1.3 Prinsip Full Disclosure Pelaporan kinerja perusahaan adalah suatu hal yang sangat penting dan merupakan bentuk tanggung jawab manajemen kepada para stakeholder-nya. Menurut Kieso et al (2011:1515) Pelaporan diperlukan karena: 1. Accounting digunakan sebagai alat pengendalian dan pengawasan Seorang analis menyatakan bahwa It s never a good sign when you reduce transparency... It s a sign of weakness. Pasar. Sehingga dengan alasan ini, pelaporan Formatted: Font: Not Bold, Italic Formatted: Font: Not Bold Formatted: Font: Not Bold Formatted: Font: Not Bold keuangan perusahaan adalah suatu hal yang mutlak harus dipatuhi. II.1.4 Earning Management Accounting choice dapat menjadi alat bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba, walaupun tidak semuanya seperti itu. Kesamaan keduanya adalah dapat dipakai oleh manajemen untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen laba didefinisikan sebagai penggunaan judgement dalam pelaporan keuangan dan pengaturan atau penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan mempengaruhi persepsi atau pemikiran stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan dan atau mempengaruhi hasil/outcome yang bergantung kepada angka laba yang dilaporkan, Healy and Wahlen (1999:368). Stock Exchange Commission (SEC) Chairman Levitt (1998) menyatakan bahwa bahkan dalam ruang lingkup standar akuntansi yang diperbolehkan manajemen laba berpotensi untuk terjadi. Keleluasaan untuk bergerak atau menentukan suatu akuntansi dapat menjaga suatu bisnis sejalan dengan inovasi yang ada. Pelanggaran dalam bentuk manajemen laba terjadi ketika penyusun laporan keuangan menyalahgunakan keleluasaan ini untuk mengelabui dan mengaburkan volatilitas dalam kinerja keuangan perusahaan. PCAOB (2003) menjelaskan bahwa manajemen laba mencakup seluruh tindakan manajerial yang sah 14

15 secara standar maupun yang tidak sah. Seringkali, manajemen laba diwujudkan dalam bentuk conservatism yang terlalu berlebihan atau optimism yang terlalu berlebihan. Riahi dan Belkaoui (2004:163) dalam bukunya Accounting Theory 5 th edition menyatakan bahwa manajemen laba adalah potensi penggunaan akrual manajemen dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Hubungan berikut ini dipakai untuk menjelaskan manajemen laba sebagai akrual manajemen. Total Akrual = Laba yang dilaporkan Arus kas dari hasil operasi Total Akrual = Non-discretionary accruals + Discretionary Accrual Laba seringkali dipakai sebagai ukuran untuk menilai kinerja perusahaan, atau ditilik lebih dalam menjadi ukuran kinerja manajer. Profitabilitas yang diukur dari laba perusahaan, mencerminkan bagaimana kemampuan suatu perusahaan beroperasi dan kemampuan perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan aset perusahaan untuk menciptakan pendapatan. Pentingnya pelaporan jumlah laba bagi perusahaan, menjadi insentif bagi penyusun laporan keuangan untuk mencapai angka laba tertentu. Subramanyam (1996) membagi laba menjadi 3 komponen yaitu : 1. Arus kas dari hasil operasi 2. Non-discretionary accrual, dan 3. Discretionary accrual Berdasarkan definisi dari Cambridge Business English Dictionary dalam websitenya discretion (noun) diartikan sebagai the right to choose something or to choose to do something, according to what seems most suitable in a particular situation. Sedangkan discretionary (adjective) diartikan sebagai allowed or decided according to what is considered suitable in a particular situation. Diterjemahkan dengan bebas pengertian kata discretion dan kata discretionary ini adalah 15

16 hak untuk memilih sesuatu, atau memilih untuk melakukan sesuatu, sesuai dengan apa yang terlihat paling sesuai dengan suatu kondisi tertentu. Dalam penjelasannya mengenai akrual,teoh et al. (1998) membagi akrual menjadi 2 kategori yaitu berdasarkan periode waktu dan kendali managerial. Akrual yang dikategorikan berdasarkan waktu terdiri atas : 1. Current accrual, yaitu penyesuaian yang melibatkan aset jangka pendek dan liabilitas yang menunjang kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Contohnya adalah dengan mempercepat pengakuan pendapatan dari penjualan kredit (sebelum kas diterima), atau dengan menunda pengakuan beban setelah ada pembayaran kas 2. Long-term Accrual, adalah penyesuaian yang melibatkan long-term net assets. Akrual jenis ini dapat dilakukan dengan misalnya memperlambat atau memperpanjang umur depresiasi aset, mengakui unrealized gain, atau menurunkan pajak yang ditangguhkan. Sedangkan akrual yang dikategorikan berdasarkan kendali managerial terdiri atas: 1. Discretionary accrual adalah akrual yang terbentuk atas perkiraan-perkiraan dan kebijakan manajemen. 2. Non-Discretionary accrual adalah perubahan yang terjadi diluar kendali manajemen. Akrual pada intinya adalah selisih kas dengan laba. Pada umumnya, akrual memiliki jumlah yang relatif tetap setiap tahunnya, karena akrual merupakan produk akuntansi yang terkait dengan kebijakan akuntansi yang tidak berubah. Sehingga, perubahan total akrual dianggap sebagai hal yang tidak normal. Sumber perubahan nilai total akrual berasal dari discretionary accrual 16

17 Teknik Manajemen Laba 5 teknik manajemen laba menurut Levitt (1998:14) yaitu: 1. Big bath charges Teori big bath menyatakan bahwa di tahun perusahaan memperoleh laba yang sangat rendah atau negatif, perusahaan justru akan membebankan beban yang lebih besar lagi ditahun tersebut agar laba semakin kecil. Tujuannya untuk mengurangi beban di masa mendatang. Manajemen laba model ini dilakukan karena investor akan memberikan respons yang sama ketika perusahaan mengalami kerugian yang besar ataupun kerugian yang kecil. 2. Creative acquisition accounting Beban untuk melakukan akuisisi perusahaan lain diakui sebagai beban in-process research and development sehingga disuatu waktu tertentu di masa mendatang, perusahaan dapat menghapuskan beban ini. 3. Cookie jar reserves Adalah teknik manajemen laba yang dilakukan dengan memperbesar jumlah retur penjualan atau beban garansi di tahun ketika perusahaan memperoleh laba yang besar dan kemudian menggunakan retur dan beban tersebut ketika perusahaan memperoleh laba yang kecil atau negatif. 4. Abusing Materiality concept Adalah tindakan yang dengan sengaja mencatat kesalahan atau mengabaikan kesalahan pada laporan keuangan dengan keyakinan bahwa kesalahan tersebut tidak mempengaruhi laporan keuangan dengan signifikan. 5. Improper revenue recognition 17

18 Hal ini dilakukan dengan mengakui pendapatan sebelum perusahaan memiliki hak untuk mengakui pendapatan tersebut. II.1.4 Metode manajemen laba Dalam melakukan manajemen laba, metode yang biasanya dilakukan oleh manajemen yaitu sebagai berikut : 1. Pemilihan metode akuntansi Pemilihan metode akuntansi akan mempengaruhi kapan perusahaan mengakui pendapatan atau beban. Misalnya, untuk perusahaan konstruksi perusahaan dapat menggunakan percentage of completion method atau cost recovery, yang didasarkan apakah perusahaan dapat mengestimasi dengan handal biaya yang akan dikeluarkan. Dengan percentage of completion method, perusahaan mengakui jumlah pendapatan dan laba kotor seiring dengan persentase selesainya, akan tetapi dengan cost recovery method, laba kotor hanya diakui ketika suatu proyek selesai dilaksanakan. Hal ini mempengaruhi jumlah yang akan diperoleh perusahaan. 2. Penerapan metode akuntansi Setelah memilih metode akuntansi dan menentukan nilai estimasi akuntansi sesuai dengan kepentingannya. Upaya ini bisa dilakukan dengan mengelola dan mengatur labanya agar lebih tinggi (income increasing), merendahkan laba dari laba yang sesungguhnya (income decreasing), dan mengatur labanya relatif merata selama beberapa periode (income smoothing) 3. Waktu penerapan metode akuntansi Manajer juga memiliki kebebasan untuk menentukan kebijakan kapan dan bagaimana suatu transaksi dan atau suatu peristiwa diakui sebagai transaksi akuntansi yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Seperti kebijakan kapan aset 18

19 yang rusak harus dihapus dalam pembukuan atau dengan cara mengubah transaksi penjualan dari metode FOB Destination ke metode FOB Shipping point yang akan membuat pendapatan lebih tinggi untuk periode yang bersangkutan. 4. Pemilihan waktu Manajer dapat memutuskan mempercepat atau memperlambat pengiriman barang dagangan kepada konsumen untuk mempengaruhi pendapatan terakhir dan manajer dapat memutuskan mengubah jadwal kompensasinya untuk mempengaruhi biaya kompensasi diakui sebagai laba. II.1.5 Motivasi/Insentif/Dorongan melakukan manajemen laba Berdasarkan Healy dan Wahlen (1999) beberapa dorongan untuk melakukan manajemen laba diantaranya adalah : 1. Ekspektasi atau penilaian pasar Penggunaan informasi akuntansi oleh investor atau analis keuangan untuk menentukan nilai saham perusahaan menjadi dorongan bagi perusahaan untuk mencapai tingkat laba tertentu. Tujuannya untuk mempengaruhi kinerja harga pasar saham jangka pendek. Selain itu insentif karena pasar dapat berupa adanya penawaran saham, pembelian saham oleh perusahaan, kompensasi manajemen berupa saham. 2. Adanya perjanjian untuk mencapai angka akuntansi tertentu Data akuntansi digunakan untuk mengawasi dan mengatur kontrak antara perusahaan dan stakeholders. Misalnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor dapat mendorong dilakukannya manajemen laba oleh manajemen. Atau dapat pula berupa pemberian bonus atau penghargaan kepada 19

20 manajemen puncak yang didasarkan pada angka laba yang dilaporkan atau ukuran kinerja akuntansi lainnya. II.1.6 Goodwill dan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 22 Beams, et al (2009:28) mendefinisikan goodwill sebagai the excess of the Formatted: Left, Indent: Left: 1.27 cm, Space After: 0 pt, Don't add space between paragraphs of the same style Formatted: Space After: 0 pt investment cost over the fair value of assets received. Secara teoritis, goodwill merupakan nilai sekarang dari laba masa depan yang di proyeksikan perusahaan yang bergabung (perusahaan yang mengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi). Mengestimasi goodwill membutuhkan spekulasi, sehingga jumlah yang dapat dikapitalisasi sebagai goodwill adalah porsi yang tersisa dari harga beli setelah seluruh aset dan liabilitas baik yang tangible maupun yang intangible telah dinilai. Kesalahan dalam penilaian nilai wajar aset maupun liabilitas akan berpengaruh kepada jumlah yang dikapitalisasi sebagai goodwill. Davis, M (1992) mereferensikan goodwill sebagai the most intangible of the intangibles. Accounting Standard Committee, dalam discussion paper nya Accounting for Goodwill menjelaskan bahwa, walaupun goodwill tersebut intangible, goodwill adalah nyata dan benar-benar ada dalam bisnis perusahaan, dapat dihitung dan dibeli hanya ketika ada kejadian akuisisi perusahaan. Penggolongan goodwill sebagai aset menjadi perdebatan dalam banyak pihak, akan tetapi Financial Accounting Standard Board (FASB) Concept Statement No.6 yang dikutip dari jurnal Johnson dan Petrone (1999:5) menjelaskan bahwa: Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a particular entity as a result of past transactions or events [paragraph 25, footnote reference omitted). Concept statement no. 6 kemudian menjelaskan bahwa aset terdiri atas 3 karakteristik: 20

21 (a) it embodies a probable future benefit that involves a capacity, singly or in combination with other assets, to contribute directly or indirectly to future net cash inflows, (b) a particular entity can obtain the benefit and control others access to it, and (c) the transaction or other event giving rise to the entity s right to or control of the benefit has already occurred. [paragraph 26] a. Future economic benefit (manfaat ekonomi masa depan) Seperti yang tertuang dalam concept statement no.6: Future economic benefit is the essence of an asset An asset has the capacity to serve the entity by being exchanged for something else of value to the entity, by being used to produce something of value to the entity, or by being used to settle its liabilities. Johnson dan Petrone (1999) menjelaskan bahwa, goodwill tidak dapat dipertukarkan dengan sesuatu yang ada nilainya kepada entitas atau digunakan untuk menyelesaikan liabilitas. Akan tetapi, goodwill dapat digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menghasilkan nilai kepada entitas, yaitu aliran kas masuk bersih masa depan. Walaupun kekurangan kapasitas singly (satu demi satu) untuk berkontribusi secara langsung kepada perusahaan, goodwill memiliki kapasitas dalam kombinasinya dengan aset-aset yang lain untuk berkontribusi secara tidak langsung b. Control (kendali) Kendali atas goodwill ditunjukkan dengan adanya kepemilikan pihak pengakuisisi atas kepemilikan kepentingan keuangan atas entitas yang diakuisisi (acquiree) c. Past transaction or event (peristiwa atau kejadian di masa lalu) Kejadian masa lampau yang menunjukkan adanya goodwill yaitu transaksi ketika adanya pemerolehan kepentingan keuangan oleh pihak pengakuisisi, yang disebut sebagai akuisisi. Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt SFAS 142 FASB menyatakan secara implisit bahwa dasar pengukuran yang baru untuk goodwill bertujuan untuk (1) memberikan penilaian goodwill yang lebih baik 21

22 dalam balance sheet (2) menghilangkan penentuan amortisasi yang sifatnya arbitrer (3) Memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pengguna laporan keuangan mengenai kinerja dari perusahaan yang diakuisisi sehingga kemampuan untuk memprediksikan kemampuan menciptakan laba perusahaan dan arus kas di masa depan lebih baik. Berikut adalah kutipan langsung dari Standar Akuntansi Keuangan nomor 22 paragraf 24 yang mengatur mengenai goodwill yang diperoleh sebelum 1 januari 2011: Entitas menerapkan pernyataan ini secara prospektif untuk goodwill yang diperoleh dari kombinasi bisnis yang tanggal akuisisinya sebelum 1 Januari Oleh karena itu, entitas a. menghentikan amortisasi goodwill sejak awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011; b. mengeliminasi jumlah tercatat yang terkait dengan akumulasi amortisasi sehubungan penurunan goodwill pada awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011 ; dan c. melakukan uji penurunan nilai atas goodwill sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset sejak awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari Dan untuk goodwill negatif yang diakui sebelumnya Pada awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011 yang berasal dari kombinasi bisnis yang tanggal akuisisinya sebelum 1 Januari 2011, jumlah tercatat goodwill negatif dihentikan pengakuannya dengan melakukan penyesuaian terhadap saldo laba awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari II.1.7 Standar Akuntansi Keuangan Nomor 48 (Revisi 2009) untuk: SAK nomor 48 paragraf mengatur mengenai pengujian penurunan nilai 80. Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis sejak tanggal akuisisi dialokasikan pada setiap unit penghasil kas pihak pengakuisisi, (atau kelompok unit penghasil kas) yang diharapkan memberikan manfaat dari sinergi kombinasi bisnis tersebut, terlepas apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang diakuisisi ditempat dalam unit atau kelompok unit tersebut. Setiap unit atau kelompok unit yang memperoleh alokasi goodwill: (a) Menunjukkan tingkat terendah dalam entitas yang goodwill-nya dipantau untuk tujuan manajemen internal (b) Tidak lebih besar dari segmen operasi yang ditentukan sesuai dengan PSAK 5 (revisi 2009): Segmen Operasi 22

23 81. Goodwill yang diakui dalam kombinasi bisnis merupakan aset yang mewakili manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset lain yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak teridentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah. Goodwill tidak menghasilkan arus kas secara independen dari aset atau kelompok aset lain, dan seringkali berkontribus kepada arus kas dari beragam unit penghasil kas. Segmen operasi berdasarkan SAK no. 5 (revisi 2009) adalah suatu komponen dari entitas: (a) Yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan menimbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari entitas yang sama); (b) Hasil operasinya dikaji ulang secara reguler oleh pengambil keputusan operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya; dan (c) Tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan. SAK nomor 48 mengatur hal-hal berikut yang harus diungkapkan mengenai penurunan nilai goodwill, terlepas dari goodwill tersebut mengalami penurunan nilai atau tidak: Estimasi yang Digunakan Untuk Mengukur Jumlah Terpulihkan Dari Unit Penghasil Kas Mengandung Goodwill Atau Aset Tidak Berwujud Dengan Masa Manfaat Tidak Terbatas 129. Entitas mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh (a)-(f) untuk setiap unit penghasil kas (kelompok dari unit) untuk mana jumlah tercatat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatasdialokasikan ke unit itu (kelompok unit) adalah signifikandibandingkan dengan total jumlah tercatat goodwill atau asset tidak berwujud dengan masa manfaat yang tidak terbatas dari entitas: 1. jumlah tercatat goodwill dialokasikan ke unit (kelompok dari unit). 2. jumlah tercatat aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas dialokasikan ke unit (kelompok dari unit). 3. dasar dari jumlah terpulihkan dari unit ditentukan (yaitu nilai pakai atau nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual). 4. jika jumlah terpulihkan dari unit (kelompok unit) didasarkan atas nilai pakai: i. suatu uraian dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen dalam proyeksi arus kasnya untuk periode yang dicakup oleh anggaran/prakiraan terkini. Asumsi utama adalah hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap jumlah terpulihkan unit (kelompok unit). ii. suatu gambaran pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama, apakah nilai-nilai tersebut menggambarkan pengalaman masa lalu, jika sesuai, konsisten dengan sumber informasi dari luar, dan, jika tidak, bagaimana dan mengapa hal tersebut berbeda dari pengalaman masa lalu atau sumber informasi dari luar. 23

24 iii. iv. periode yang mana manajemen telah memproyeksikan arus kas yang didasarkan pada anggaran/ramalan keuangan yang disetujui manajemen dan, ketika periode lebih dari lima tahun digunakan untuk suatu unit penghasil kas (kelompok dari unit), suatu penjelasan dibutuhkan mengapa periode yang lebih lama dijustifikasi. tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi proyeksi arus kas diluar periode yang dicakup oleh anggaran/prakiraan terkini, dan suatu justifikasi untuk menggunakan tingkat pertumbuhan yang melebihi tingkat pertumbuhan rata-rata jangka panjang untuk produk, industri, atau negara di tempat entitas beroperasi, atau untuk pasar dimana unit (kelompok unit) tersebut didedikasikan. 5. jika jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) didasarkan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, metodologi yang digunakan untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Jika nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual tidak ditentukan dengan menggunakan harga pasar yang dapat diobservasi untuk unit (kelompok dari unit), informasi berikut juga harus diungkapkan: i. Penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen dalam penentuan nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual. Asumsi utama adalah hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap jumlah terpulihkan unit (kelompok unit). ii. Penjelasan dari pendekatan manajemen dalam menetapkan nilai-nilai yang dipakai untuk setiap asumsi utama, apakah nilai-niai itu mencerminkan pengalaman masa lalu atau, jika sesuai, apakah konsisten dengan informasi yang bersumber dari luar, dan, jika tidak, bagaimana dan mengapa hal itu berbeda dari pengalaman masa lalu atau informasi yang bersumber dari luar. Jika nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual ditentukan dengan menggunakan proyeksi arus kas terdiskonto, informasi berikut juga diungkapkan: iii. iv. periode arus kas yang diproyeksikan manajemen tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi proyeksi arus kas v. tingkat diskonto yang diterapkan untuk proyeksi arus kas 6. jika suatu kemungkinan perubahan (yang beralasan) dalam asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen dalam penentuan jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) akan menyebabkan jumlah tercatat unit (kelompok unit) melebihi jumlah terpulihkan: i. jumlah yang mana dari jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) melebihi jumlah tercatatnya. ii. nilai yang dipergunakan dalam asumsi utama. iii. jumlah yang mana nilai yang ditetapkan ke asumsi utama harus berubah, setelah memperhitungkan setiap konsekuensi yang diakibatkan oleh perubahan itu pada variabel lain (yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan), 24

25 agar jumlah terpulihkan dari unit (kelompok unit) menjadi sama dengan jumlah tercatatnya. penelitian sebelumnya yang membahas mengenai kualitas pengungkapan penurunan nilai goodwill Formatted: Space After: 0 pt Formatted: Font: Not Bold Jordan dan Clark (2004) dalam jurnalnya Big Bath Earnings Management: The Case Of Goodwill Impairment Under SFAS No. 142 meneliti mengenai adanya manajemen laba model big bath yang terkait dengan penerapan uji penurunan nilai goodwill perusahaan Fortune 100 di Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan nilai return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) sebagai indikator perusahaan melakukan manajemen laba model big bath. Laba yang digunakan dalam perhitungan ROA dan ROE adalah laba dari hasil operasi (laba yang tidak termasuk kerugian akibat penurunan nilai goodwill dan beban atau pendapatan lainnya yang bukan dari kegiatan usaha). Hipotesanya adalah perusahaan dengan laba operasi yang rendah atau rugi di tahun 2002 (tahun adopsi standar goodwill yang baru) akan memilih untuk melakukan penurunan nilai atas goodwill. Akibatnya perusahaan akan mengalami kerugian yang lebih besar atau laba yang semakin rendah. Tindakan ini dilakukan untuk menghindari adanya beban yang muncul dari aset (goodwill) di masa mendatang. Penelitian ini menguji apakah terdapat perbedaaan yang signifikan dalam laba operasi antara perusahaan yang membukukan kerugian penurunan nilai goodwill dan perusahaan yang tidak. Hasil penelitian ini mendukung teori manajemen laba model big bath. Perusahaan yang memiliki laba operasi rendah atau negatif di tahun adopsi standar goodwill yang baru akan menggunakan kesempatan ini untuk mengecilkan laba dengan 25

26 membebankan kerugian penurunan nilai. Tindakan ini terlihat dari perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang melaporkan kerugian penurunan nilai dan yang tidak dalam laba operasinya. Sevin dan Schroeder (2005) melakukan penelitian yang serupa dan memperoleh hasil yang sama seperti penelitian Jordan dan Clark. Hasil penelitian ini menguatkan teori manajemen laba model big bath yang ada. Penelitian ini mengambil sampel secara acak perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat. Temuan lain dari penelitian ini yaitu perusahaan kecil (dengan nilai total aset kurang dari US$450 juta) akan lebih berpotensi untuk melakukan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan besar. Hal ini terjadi karena perusahaan kecil memiliki persentase goodwill per total aset yang lebih besar dibandingkan perusahaan besar. Sehingga, dampak dari kerugian penurunan nilai terhadap laba perusahaan akan sangat signifikan. Berbagai penelitian menemukan bahwa manajemen laba model big bath tidak hanya sekedar teori tetapi suatu praktek nyata yang dilakukan manajemen, diantaranya penelitian Walsh et al (1991). Penelitian ini berfokus pada extraordinary items pada perusahaan yang melaporkan laba atau rugi yang sangat besar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat antara discretionary loss yang dilaporkan sebagai extraordinary item dengan tingkat laba(rugi) yang diperoleh perusahaan. Perusahaan dengan laba yang rendah di suatu tahun operasi akan rentan untuk membebankan discretionary losses sebagai extraordinary items. Disisi yang lain, perusahaan dengan laba yang tinggi akan cenderung untuk mengakui discretionary gains yang besar sebagai extraordinary items. Ketika perusahaan memperoleh laba yang sangat rendah, perusahaan akan berupaya untuk membuat laba tersebut semakin rendah sampai ke titik maksimumnya. 26

27 Sedangkan apabila laba yang diperoleh tidak terlalu rendah perusahaan akan melakukan income smoothing (perataan laba). Hal ini merupakan hasil temuan dari Kirschenheiter dan Melumad (2002). II.2 Kerangka Pikir Penelitian dan Pengembangan Hipotesis II.2.1 Indikasi manajemen laba model big bath dengan adanya adopsi standar goodwill yang baru Mengacu kepada penelitian sebelumnya dari Jordan dan Clark (2004) serta Sevin dan Schroeder (2005) perusahaan yang membukukan kerugian penurunan nilai adalah perusahaan yang memiliki laba operasi yang rendah dan diharapkan berbeda signifikan dengan perusahaan yang tidak melaporkan kerugian penurunan nilai. Untuk itu diambil hipotesis sebagai berikut: H 01 : Return on asset perusahaan yang membebankan kerugian penurunan nilai goodwill tidak akan berbeda dengan perusahaan yang tidak membebankan kerugian penurunan nilai. H A1 : Return on asset perusahaan yang membebankan kerugian penurunan nilai goodwill akan berbeda signifikan dengan perusahaan yang tidak membebankan kerugian penurunan nilai. H 02 : Return on sales perusahaan yang membebankan kerugian penurunan nilai goodwill tidak akan berbeda dengan perusahaan yang tidak membebankan kerugian penurunan nilai. H A2 : : Return on sales perusahaan yang membebankan kerugian penurunan nilai goodwill akan berbeda signifikan dengan perusahaan yang tidak membebankan kerugian penurunan nilai. Formatted: Justified, Space After: 0 pt 27

28 Formatted: Space After: 0 pt Bab III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Formatted: Centered, Space After: 0 pt Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun dan melakukan konsolidasi laporan keuangan serta memiliki goodwill dalam laporan keuangannya III.2 Desain Penelitian III.2.1 Jenis dan Sumber Data Untuk mendapatkan data dan informasi yang terkait dengan penelitian ini, yaitu laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI, diperoleh dengan mengunduh dari situs internet terkait yaitu Penelitian ini berupa pooled data dengan cara mengumpulkan data dari banyak sampel pada periode waktu Berikut ini merupakan periode waktu yang digunakan dalam penelitian : Formatted: Space After: 0 pt III.2.2 Teknik Pengambilan Sampel Formatted: Centered, Space After: 0 pt Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu dengan menggunakan pendekatan purposive sampling yaitu sampe yang diambil dengan tujuan tertentu. Berikut kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel: 28

29 1. Laporan keuangan yang dipakai untuk perusahaan sampel maupun perusahaan kontrol adalah laporan keuangan konsolidasi. Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Add space between paragraphs of the same style, No bullets or numbering 2. Perusahaan harus memiliki goodwill di tahun 2010 sampai dengan tahun Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah dalam pelaporan keuangannya 4. Perusahaan sampel mempublikasikan laporan keuangannya dalam situs 5. Perusahaan harus terdaftar di BEI tahun 2010 dan tidak mengalami delisting sampai dengan tahun 2011 Berikut ini merupakan langkah pengambilan sampel dalam penelitian ini: Tabel III.1 Kriteria Pemilihan Sampel Formatted: Centered, Space After: 0 pt Formatted: Space After: 0 pt Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Line spacing: Double Formatted: Centered, Space After: 0 pt Berikut adalah daftar perusahaan yang dijadikan sebagai sampel penelitian: Tabel III.2 Daftar Perusahaan Sampel No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan 1 ABBA PT Mahaka Media Tbk 2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 AKRA PT AKR Corporindo Tbk 4 ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 5 ARTI PT Ratu Prabu Energy Tbk 6 ASGR PT Astra-Graphia Tbk 7 ASIA PT Asia Natural Reseources Tbk Formatted: Space After: 0 pt Formatted Table 29

30 8 ASII PT Astra Internasional Tbk 9 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 10 BIPI PT Benakat Petroleum Energy Tbk 11 BKSL PT Sentul City Tbk 12 BMSR PT Bintang Semesta Raya Tbk 13 BNBR PT Bakrie and Brothers Tbk 14 BORN PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk 15 BRAM PT Indo Kordsa Tbk 16 BRNA PT Berlina Tbk 17 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk 18 CENT PT Centrin Online Tbk 19 CITA PT Cita Mineral Investindo Tbk 20 COWL PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk 21 DILD PT Intiland Development Tbk 22 DKFT PT Central Omega Resources Tbk 23 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 24 EMDE PT Megapolitan Developments Tbk 25 EMTK PT Elang Mahkota Teknologi Tbk 26 ERAA PT Erajaya Swasembada Tbk 27 ETWA PT Eterindo Wahanatama Tbk 28 GREN PT Evergreen Invesco Tbk 29 GZCO PT Gozco Plantation Tbk 30 HERO PT Hero Supermarket Tbk 30

31 31 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 32 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 33 IGAR PT Champion Pasific Indonesia Tbk 34 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 35 INDY PT Indika Energy Tbk 36 ISAT PT Indosat Tbk 37 JKON PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk 38 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk 39 KLBF PT Kalbe Farma Tbk Tabel III.2 (lanjutan) Daftar Perusahaan Sampel Formatted: Line spacing: Double No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan 40 LPLI PT Star Pacific Tbk 41 MAPI PT Mitra Adiperkasa Tbk 42 MDRN PT Modern Internasional Tbk 43 OKAS PT Ancora Indonesia Resources Tbk 44 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 45 SCMA PT Surya Citra Media Tbk 46 SGRO PT Sampoerna Agro Tbk 47 SIMP PT Salim Ivomas Pratama Tbk 48 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 49 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 50 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya 31

32 51 TBIG PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 52 TGKA PT Tigaraksa Satria Tbk 53 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 54 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 55 UNSP PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk 56 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 57 VIVA PT Visi Media Asia Tbk Formatted: Centered, Space After: 0 pt Dalam pengambilan sampel, perusahaan dari sektor keuangan tidak dipakai oleh karena adanya pengungkapan yang berbeda dengan industri lainnya dan memiliki peraturan khusus. III.2.3 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, atau data yang telah diolah sebelumnya yang diambil dengan cara mengunduh dari situs serta klasifikasi industri berdasarkan JASICA. Selain itu, studi literatur dilakukan untuk mendapatkan teori yang relevan dengan penelitian. III.2.4 Metode Penyajian Data Penyajian data dilakukan secara deskriptif melalui penjabaran dan penjelasan dari hasil penelitian. Selain itu, untuk mempermudah dalam memahami penelitian, data disajikan dalam bentuk tabel dan gambar yang disertai keterangan yang diperlukan. III.2. Variabel dan Pengukurannya 32

33 Laba dari kegiatan operasi digunakan sebagai indikator untuk menganalisis apakah perusahaan melakukan manajemen laba big bath. Laba dari kegiatan operasi adalah laba sebelum adanya kerugian penurunan nilai dan pendapatan atau beban lain yang bukan dari kegiatan operasi, seperti keuntungan (kerugian) selisih kurs, beban (pendapatan) keuangan. Dalam penelitian ini digunakan return on asset (ROA) dan return on sales (ROS) atau profit margin sebagai variabelnya. Berikut ini merupakan penjelasan masing-masing variabel 1. Return on Sales atau Profit Margin dollar penjualan 2. (ROA)ROAROAReturn on Sales atau Profit Margin dollar penjualan Formatted: Normal, Centered, No bullets or numbering Formatted: Normal, Centered, Indent: Left: 0 cm Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Add space between paragraphs of the same style, No bullets or numbering Formatted: Centered, Indent: Left: 0 cm, Space After: 0 pt, Add space between paragraphs of the same style Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar III.2.5 Metode Analisis Data Formatted: Centered, Space After: 0 pt III Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data sampel. Dalam penelitian ini data sampel akan disajikan dalam bentuk tabel untuk setiap hasil perhitungan. Untuk melakukan analisis kualitas pengungkapan penurunan nilai goodwill, dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan tahun Catatan atas laporan keuangan yang dipakai adalah seluruh catatan yang memuat informasi goodwill maupun uji penurunan nilai goodwill. Penelitian ini menganalisis setiap asumsi dan metode yang digunakan untuk melakukan uji penurunan nilai goodwill di tahun 2011 Ketentuan untuk melakukan uji penurunan nilai atas goodwill mulai berlaku sejak 1 Januari 2011, sehingga laporan keuangan 33

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dari

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dari BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dari berbagai industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted

BAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia telah melakukan konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Goodwill dan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 22

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Goodwill dan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 22 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori II.1.1 Goodwill dan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 22 Beams, et al (2009:28) mendefinisikan goodwill sebagai the excess of the investment cost over the fair

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN. Pembahasan penelitian ini akan terbagi dalam dua bagian besar, dimulai dengan

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN. Pembahasan penelitian ini akan terbagi dalam dua bagian besar, dimulai dengan BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN IV.1 Mekanisme Pembahasan Pembahasan penelitian ini akan terbagi dalam dua bagian besar, dimulai dengan analisis deskriptif terhadap objek penelitian, karakteristik

Lebih terperinci

BAB II PENURUNAN NILAI GOODWILL DAN MANAJEMEN LABA

BAB II PENURUNAN NILAI GOODWILL DAN MANAJEMEN LABA BAB II PENURUNAN NILAI GOODWILL DAN MANAJEMEN LABA 2.1. Goodwill IAS 38 paragraf 11 menyatakan bahwa, The definition of an intangible asset requires an intangible asset to be identifiable to distinguish

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan dengan IFRS (International Financial Reporting Standard).

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN LABA MODEL BIG BATH TERKAIT DENGAN PENURUNAN NILAI GOODWILL (PSAK NO. 48 REVISI 2009)

ANALISIS MANAJEMEN LABA MODEL BIG BATH TERKAIT DENGAN PENURUNAN NILAI GOODWILL (PSAK NO. 48 REVISI 2009) ANALISIS MANAJEMEN LABA MODEL BIG BATH TERKAIT DENGAN PENURUNAN NILAI GOODWILL (PSAK NO. 48 REVISI 2009) Areta Retno Dewi Kusumawardhani Anna Purwaningsih Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN KONSTRUKSI PENGAMBILAN SAMPEL. Tabel 1. Konstruksi Sampel Berdasarkan Kriteria

LAMPIRAN KONSTRUKSI PENGAMBILAN SAMPEL. Tabel 1. Konstruksi Sampel Berdasarkan Kriteria LAMPIRAN Lampiran 1 KONSTRUKSI PENGAMBILAN SAMPEL Tabel 1 Konstruksi Sampel Berdasarkan Kriteria Konstruksi Sampel* Jumlah perusahaan terdaftar di BEI 492 (-) Industri keuangan 76 (-) data tidak memadai

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN LABA MODEL BIG BATH TERKAIT DENGAN PENURUNAN NILAI GOODWILL (PSAK NO. 48 REVISI 2009)

ANALISIS MANAJEMEN LABA MODEL BIG BATH TERKAIT DENGAN PENURUNAN NILAI GOODWILL (PSAK NO. 48 REVISI 2009) ANALISIS MANAJEMEN LABA MODEL BIG BATH TERKAIT DENGAN PENURUNAN NILAI GOODWILL (PSAK NO. 48 REVISI 2009) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi (S1) Pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data kuantitatif atas semua transaksi yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam periode tertentu.

Lebih terperinci

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT)

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT) PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT) Dalam sejarah perkembangan akuntansi, penurunan nilai merupakan metode pelengkap depresiasi yang digunakan dalam model biaya (historical cost model). Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi. Investasi pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi. Investasi pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu aset atau lebih selama jangka waktu tertentu dengan harapan memperoleh pendapatan atau peningkatan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam menyusun laporan keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam perlakuan, metode,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian Kerugian penurunan nilai aset (asset impairment) terjadi ketika nilai tercatat (carrying amount) suatu aset melebihi nilai terpulihkannya (recoverable

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah sebuah aktifitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sebuah jembatan yang dapat menghubungkan keperluan bisnis. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Adanya globalisasi dan persaingan bebas menuntut setiap perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi agar dapat bertahan hidup, berkembang dan berdaya saing. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan output dari proses akuntansi yang menjadi sarana komunikasi atas hasil pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan output dari proses akuntansi yang menjadi sarana komunikasi atas hasil pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan digunakan untuk menilai kinerja sebuah perusahaan. Laporan keuangan merupakan output dari proses akuntansi yang menjadi sarana komunikasi atas hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan praktisi maupun akademisi, khususnya peneliti akuntansi karena berhubungan dengan

Lebih terperinci

RECASTING LAPORAN KEUANGAN. Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

RECASTING LAPORAN KEUANGAN. Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia RECASTING LAPORAN KEUANGAN Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Recasting Recasting adalah proses untuk menyesuaikan atau menyusun ulang laporan keuangan. Kegiatan ini dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan 8 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan referensi yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN...

PERNYATAAN KEASLIAN... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat pada kasus Enron Corporation di Amerika Serikat (Isnaeni, 2015) perusahaan agar saham tetap diminati investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat pada kasus Enron Corporation di Amerika Serikat (Isnaeni, 2015) perusahaan agar saham tetap diminati investor. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manajemen laba merupakan upaya yang dilakukan pihak manajemen untuk melakukan intervensi dalam penyusunan laporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi yang sering digunakan dan diakses oleh pihak eksternal perusahaan dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Setiap tahun perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihakpihak eksternal seperti : investor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi Laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan manajemen kepada pihak luar perusahaan. Informasi yang

Lebih terperinci

PT SIWANI MAKMUR Tbk

PT SIWANI MAKMUR Tbk Laporan Keuangan Interim Untuk Periode Yang Berakhir Pada Tanggal dan 31 Desember 2013 Untuk Periode Sembilan Bulan yang Berakhir Pada Tanggal (Dengan Angka Perbandingan Untuk Periode Sembilan Bulan yang

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Modul ke: 02 Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Pendahuluan Apa yang yang dimaksud Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengakuan, pengukuran, dan pelaporan laba perusahaan serta komponennya dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan informasi yang relevan bagi para pemakai informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi

BAB I PENDAHULUAN. modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Pasar modal di Indonesia merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari peningkatan pasar modalnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir bergerak menuju ke arah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media yang digunakan perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga merupakan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas bisnis harus melaporkan aktivitas yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Laporan tersebut merupakan sebuah laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian laporan keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi.

BAB I PENDAHULUAN. batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hubungan antar negara di dunia saat ini dapat dikatakan tidak memiliki batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi. Globalisasi telah

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya disajikan dalam laporan keuangan

Lebih terperinci

Akuntansi untuk investasi dengan metode ekuitas ilustrasi

Akuntansi untuk investasi dengan metode ekuitas ilustrasi Akuntansi untuk investasi dengan metode ekuitas ilustrasi PT Investor mengakuisisi 40% saham biasa (ordinary share) PT Asosiasi pada tanggal 1 Januari 20x2. PT Investor dianggap memiliki pengaruh signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi (identifiable assets and

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi (identifiable assets and BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penggabungan badan usaha adalah suatu upaya untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomi, sebagai upaya

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENURUNAN NILAI AKTIVA Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan informasi yang relevan dan reliabel merupakan hal yang penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial Reporting Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang cukup bagi pengguna laporan keuangan agar mampu membuat keputusan. Untuk itu, laporan keuangan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus lebih memperhatikan keputusan-keputusan yang di ambil seperti keputusan

BAB I PENDAHULUAN. harus lebih memperhatikan keputusan-keputusan yang di ambil seperti keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu mengharapkan pertumbuhan usaha yang baik bagi kelangsungan hidup usahanya dan sekaligus dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen atau penyedia laporan keuangan dengan meningkatkan atau

BAB I PENDAHULUAN. manajemen atau penyedia laporan keuangan dengan meningkatkan atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen laba atau earnings management adalah penyajian yang tidak tepat atas proforma ekonomis pada laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen atau

Lebih terperinci

Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011

Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011 36 LAMPIRAN 1 Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011 No. Nama Emiten Frekuensi Jumlah Kode Nama Perusahaan November 10 Januari 11 Februari Juli 11 Agustus 11 Januari 12 1. AALI Astra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan bertujuan menyediakan

Lebih terperinci

6/4/2012. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Lingkup PSAK 48

6/4/2012. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Lingkup PSAK 48 Tujuan dan Ruang Lingkup (revisi 2009) - Penurunan Nilai Aset IAS 36: Impairment Tujuan : Menetapan prosedur agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya impairment. Aset dikatakan k melebihi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan standar yang digunakan perusahaan di Indonesia untuk menyusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Chan (2001 : 10) mengatakan bahwa: EVA is equivalent to. negative EVA is said to be a value destroyer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Chan (2001 : 10) mengatakan bahwa: EVA is equivalent to. negative EVA is said to be a value destroyer. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1. Nilai Tambah Ekonomis (EVA) Chan (2001 : 10) mengatakan bahwa: EVA is equivalent to economic profits. It is residual income of a company by charging

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini perusahaan-perusahaan pada sektor manufaktur

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini perusahaan-perusahaan pada sektor manufaktur BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini perusahaan-perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2011. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aturan, standar, dan prinsip yang mengatur penyajian laporan keuangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. aturan, standar, dan prinsip yang mengatur penyajian laporan keuangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh investor dan para stakeholder lainnya dalam menilai kondisi keuangan perusahaan. Banyak aturan, standar,

Lebih terperinci

Formatted: Bottom: 1.6" Formatted: Tab stops: 6.69", Left

Formatted: Bottom: 1.6 Formatted: Tab stops: 6.69, Left Formatted: Bottom: 1.6" Formatted: Tab stops: 6.69", Left Formatted: Font: 5 pt, Not Bold, Font color: Auto Formatted: Left, None, Indent: Left: 0", First line: 0", Space Before: 0 pt, Don't keep with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasca adopsi penuh International Financial Reporting Standards (IFRS) di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pasca adopsi penuh International Financial Reporting Standards (IFRS) di tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca adopsi penuh International Financial Reporting Standards (IFRS) di tahun 2012, standar akuntansi keuangan direvisi secara berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Kondisi financial distress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha yang semakin ketat dan kompetitif perlu diiringi dengan suatu pemikiran yang kritis dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan di sektor real estate dan properti merupakan salah satu sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh globalisasi saat ini telah menghilangkan batasan-batasan geografis dalam kegiatan perekonomian dan menuntut adanya suatu sistem akuntansi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dengan tujuan mengembangkan perusahaannya. Perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun dengan tujuan mengembangkan perusahaannya. Perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan dana yang cukup bagi industri memegang peranan yang penting dalam kelangsungan hidup perusahaan karena dana merupakan motor penggerak industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gajayana No. 50 Malang Penelitian ini meneliti indeks saham Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Gajayana No. 50 Malang Penelitian ini meneliti indeks saham Jakarta BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk kepada beberapa penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media penghubung antara manajemen perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari laporan keuangan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa perdebatan di dalam ilmu akuntansi yang telah berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa perdebatan di dalam ilmu akuntansi yang telah berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terdapat beberapa perdebatan di dalam ilmu akuntansi yang telah berlangsung sejak lama. Perdebatan pertama adalah terkait penyajian perubahan kekayaan pemilik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Signalling theory menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Signalling theory menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori dan Telaah Pustaka 2.1.1. Signalling Theory Signalling theory menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaporan keuangan merupakan jenis ciri akuntansi yang menyajikan informasi berupa data-data kuantitatif atas semua transaksi yang telah dilakukan oleh perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi keuangan yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam industri pertambangan dan energi, proses menemukan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam industri pertambangan dan energi, proses menemukan sumber daya alam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam industri pertambangan dan energi, proses menemukan sumber daya alam selalu dikaitkan dengan aktifitas eksplorasi dan evaluasi. Aktifitas eksplorasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan mencerminkan kinerja suatu perusahaan dan berguna bagi para pemakainya, baik pihak eksternal maupun internal dalam melakukan pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian. II.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan bahasa universal untuk bisnis karena akuntansi digunakan hampir di seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia sehingga akuntansi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan hasil kegiatan operasional pada satu periode tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan hasil kegiatan operasional pada satu periode tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laba merupakan hasil kegiatan operasional pada satu periode tertentu yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Informasi mengenai laba rugi yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan bebas merupakan suatu bukti nyata bahwa perekonomian saat ini telah menuju pada sebuah perekonomian global, dimana setiap kegiatan ekonomi dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan Menurut PSAK no. 1, tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) merupakan sebuah metode pengukuran nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatannya selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif, dan ekonomis untuk kelangsungan perusahaan, maka dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. efektif, dan ekonomis untuk kelangsungan perusahaan, maka dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini perusahaan dituntut untuk lebih efisien, efektif, dan ekonomis untuk kelangsungan perusahaan, maka dibutuhkan manajemen yang baik dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sudah baik. Jika dinilai kinerja kurang baik maka diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sudah baik. Jika dinilai kinerja kurang baik maka diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penilaian kinerja dalam investasi sangatlah penting karena melalui penilaian kinerja dapat diketahui apakah kinerja dan operasional perusahaan tersebut sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriteria laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK 1 (revisi 1998) dengan PSAK 1 (revisi 2009) adalah dalam butir (f) yang mengharuskan entitas untuk menyajikan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan informasi, baik yang bersifat kualiatatif maupun kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan informasi, baik yang bersifat kualiatatif maupun kuantitatif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya kompetisi di dunia usaha dalam memasuki era globalisasi, maka semakin besar pula kewajiban bagi perusahaan untuk menyediakan informasi, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajer perusahaan merupakan pihak yang mengelola suatu perusahaan yang secara langsung banyak mengetahui informasi internal perusahaan di banding dengan pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT Untuk Memenuhi Tugas Teori Akuntansi Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sutrisno, S.E., M.Si., Ak., CA Disusun oleh: Annisa Sabrina Djunaedy PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI

Lebih terperinci

Daftar Perusahaan-perusahaan Sampel

Daftar Perusahaan-perusahaan Sampel Lampiran 1. Sampel Penelitian Daftar Perusahaan-perusahaan Sampel Observasi 1 (Periode Formasi: Bulan Februari 2012-Bulan Juni 2012) No. Kode Nama Perusahaan 1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk 2 ADRO PT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Oleh sebab itu, informasi yang disajikan harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Oleh sebab itu, informasi yang disajikan harus memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Akuntansi adalah proses dari tiga aktivitas yaitu pengidentifikasian, pencatatan, dan pengkomunikasian transaksi ekonomi dari suatu organisasi (bisnis maupun

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi IFRS dan membandingkan laporan keuangan PT Telkom Indonesia yang telah mengadopsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi keuangan yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu mengelola perusahaan miliknya sendiri, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN Perbandingan laporan keuangan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Semua hasil kegiatan dari perusahaan diringkas. didalamnya. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Semua hasil kegiatan dari perusahaan diringkas. didalamnya. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Semua hasil kegiatan dari perusahaan diringkas didalamnya. Laporan keuangan menjadi penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan handal.

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan handal. BAB II LANDASAN TEORI A. Teori - teori 1. Pengertian dalam Akuntansi Menurut Belkaoui (2011:288), konservatisme sebagai suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam prinsip tersebut bertindak sebagai

Lebih terperinci