BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan praktisi maupun akademisi, khususnya peneliti akuntansi karena berhubungan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan (preparers of financial statement). Penelitian akuntansi modern dimulai ketika Ball dan Brown (1986) memperkenalkan metoda penelitian empiris keuangan. Mereka meneliti hubungan antara harga return sekuritas perusahaan dengan komponen laba. Hasil penelitian mereka memicu berkembangnya riset-riset akuntansi. Literatur penelitian yang ada kemudian mengadopsi asumsi yang dipakai Ball dan Brown yang menyatakan bahwa angka-angka akuntansi membawa informasi harga sekuritas terkait dengan keputusan investasi dan menggunakan perspektif informasi ini untuk menginvestigasi hubungan antara angka-angka akuntansi dan harga saham (Watts dan Zimmerman, 1990). Manajemen laba memberikan gagasan/ide terhadap laba operasional perusahaan untuk berbagai macam kepentingan, disatu sisi bagi manajer menginginkan imbalan yang cukup besar untuk kemakmuran sesuai dengan kinerja perusahaan yang dihasilkan. Di sisi lain, sebagai pemilik menginginkan manajemen berupaya untuk mengendalikan laba pada suatu perioda. Informasi manajemen laba memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan yang diterbitkan,

2 2 sehingga manajemen berusaha untuk mengelola laba agar tampak bagus secara finansial (Suyatmin dan Agus Endro Suwarno, 2002). Salah satu syarat yang ditetapkan oleh pengawas pasar modal untuk perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah prospektus karena prospektus berisi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang dijual. Ketika prospektus menjadi satu-satunya yang dapat digunakan investor dalam memutuskan investasi pada perusahaan yang sedang IPO, maka hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen dalam memberikan informasi perusahaan. Peranan pasar modal bagi perekonomian Indonesia sangat penting karena pasar modal dianggap sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan. Dalam sistem ekonomi seperti ini, mekanisme pasar memiliki peranan yang menentukan dan para pelakunya sangat membutuhkan informasi yang handal dan akurat agar mereka dapat mengambil keputusan yang tepat. Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh investor adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan oleh investor untuk menggambarkan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan dan tanggung jawab manajemen perusahaan kepada pemilik (stewardship). Laporan keuangan tersebut harus bermanfaat untuk sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 1996). Apabila laporan keuangan mampu menyajikan informasi yang relevan dengan model keputusan yang dipergunakan oleh investor, maka investor dapat menggunakan informasi akuntansi tersebut untuk membuat keputusan buy, hold atau sell saham. Salah satu

3 3 informasi yang banyak digunakan atas informasi akuntansi, terutama yang berasal dari laporan keuangan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Ou dan Penman (1989a, 1989b). Menurut mereka, laporan keuangan dapat dipergunakan untuk memprediksi return saham. Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa informasi akuntansi mengandung informasi fundamental yang tidak tercermin dalam harga saham. Penelitian Kim dan Verrechia (1991) mencoba melihat bagaimana harga dan volume saham bereaksi terhadap suatu pengumuman. Hasilnya konsisten dengan prediksi yang dibuat yaitu ternyata pasar bereaksi terhadap pengumuman laporan keuangan yang ditandai dengan perubahan harga saham dan volume saham. Laporan keuangan tidak digunakan untuk mengukur nilai suatu perusahaan secara langsung, namun informasi yang disediakan mengestimasi nilai perusahaan oleh pihak yang berkepentingan (Sloan, 1996). Laporan keuangan merupakan penghubung antara pihak internal (manajemen) dengan pihak eksternal (kreditor, investor, pemerintah). Seluruh bagian laporan keuangan, seperti: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan perusahaan merupakan bagian penting yang melengkapi. Namun, pada praktiknya yang menjadi fokus perhatian pihak-pihak eksternal hanya pada laba yang terdapat pada laporan laba rugi. Informasi tentang kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, di

4 4 samping itu informasi tersebut juga berguna sebagai bahan pertimbangan yang ada. Dengan adanya hal tersebut, maka ada kecenderungan perusahaan lebih memperhatikan laba yang terdapat pada laporan laba rugi (Ball dan Brown, 1986 dan Bartov et al, 1993). Penelitian mengenai manajemen laba di Indonesia diantaranya ditujukan untuk mengevaluasi perilaku perataan laba pada perusahaan yang sudah go public. Perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba, yang diteliti oleh Ilmainir (1996), Zuhroh (1996), Assih (1998) dan Salno (1999). Penelitian mengenai manajemen laba dengan melihat perilaku akrual pada saat IPO diteliti oleh Gumanti (2001), Setiawati (2002) dan Saiful (2004) lebih ditujukan pada indikasi bahwa perusahaan yang melakukan penawaran perdana (IPO) melakukan manajemen laba. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa perusahaanperusahaan yang melakukan penawaran perdana sahamnya terindikasi melakukan manajemen laba. Menurut Munter (1999) dan Ketz (1999) menyatakan bahwa manajemen laba harus dicegah karena dapat menyesatkan keputusan investor sedangkan Salno (1999) menyatakan bahwa jika manajemen laba dilakukan dengan metoda perataan laba (income smoothing) tidak perlu dipermasalahkan. Manajemen laba tidak perlu dicegah, seandainya investor mampu bereaksi dengan cepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah perusahaan melakukan manajemen laba di sekitar IPO (Initial Public Offering) dan dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Terdapat beberapa alasan mengapa penelitian tentang manajemen laba difokuskan pada proses akrual: Pertama, akrual adalah hasil dari

5 5 GAAP (Generally Accepted Accounting Principle) dan jika laba diatur menurut GAAP maka manajemen laba terjadi melalui akrual. Kedua, dengan arah penelitian pada penggunaan dasar akrual akan mengurangi permasalahan dalam penelitian manajemen laba yang disebabkan oleh keterbatasan untuk melakukan pengukuran terhadap pengaruh pilihan akuntansi. Ketiga, apabila manajemen laba berasal dari komponen yang bukan akrual maka investor akan dapat mengetahui indikasi manajemen laba yang dilaporkan (Watts dan Zimmerman, 1990). Di samping itu, manajer mempunyai dorongan untuk melakukan penyesuaian terhadap laba dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraannya. Dorongan ini tercipta oleh kontrak yang secara eksplisit didasarkan pada laba yang dilaporkan (seperti: penetapan kompensasi manajemen dan kesepakatan hutang) maupun kontrak secara implisit didasarkan pada laba yang dilaporkan memiliki peranan penting. Salah satu kelebihan dari pendekatan total accruals adalah pendekatan tersebut berpotensi untuk dapat mengungkapkan cara-cara untuk menurunkan atau menaikkan keuntungan, karena cara-cara tersebut kurang mendapat perhatian untuk diketahui oleh pihak luar (outsider). DeAngelo (1986) menjelaskan bahwa accounting accruals mencerminkan keputusan manajemen, antara lain: untuk menghapuskan assets (write-down assets), pengakuan atau penundaan pendapatan (recognition or deferral of revenues) atau menganggap biaya atau modal sebagai suatu pengeluaran (capitalize or expense certain costs). Pendekatan total accruals yang digunakan dalam penelitian ini sejalan dengan model awal yang dikembangkan oleh Healy (1985) dan DeAngelo (1986).

6 6 Aharony et al. (1993) dan Friedlan (1994) memodifikasi model DeAngelo (1986) dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian secara spesifik memungkinkan untuk kasus uji total accruals pada perioda IPO. Healy dan DeAngelo berpendapat bahwa total accruals terdiri dari discretionary dan non-discretionary accruals, dalam hal ini total accruals digunakan sebagai proksi dari discretionary accruals karena discretionary accruals tidak mudah terobservasi. Pendekatan ini berasumsi bahwa komponen non-discretionary accruals cenderung stabil sepanjang waktu, sehingga yang layak untuk dipertimbangkan adalah komponen discretionary accruals. Karena salah satu alasan utama perusahaan go public adalah pesatnya pertumbuhan, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap pengukuran discretionary accruals. Penyesuaian dilakukan untuk mengurangi kemungkinan bahwa pengukuran discretionary accruals sepenuhnya dipengaruhi oleh pertumbuhan. Motivasi yang mendasari penelitian ini adalah dari penelitian terdahulu mengenai manajemen laba yang dilakukan oleh Gumanti (2001), Setiawati (2002), dan Saiful (2004) tentang bagaimana reaksi pasar yang diproksikan dengan return saham terhadap indikasi manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di BEJ (Bursa Efek Jakarta) dengan menggunakan laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan pada tanggal 31 Desember. Dengan demikian, perlu adanya penelitian yang melihat apakah pasar bereaksi terhadap tindakan manajemen perusahaan berdasarkan informasi laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan (laporan keuangan bulan Desember) yang diduga melakukan manajemen laba.

7 7 Tindakan manajemen laba dilakukan karena didorong oleh keinginan untuk memperoleh nilai positif yang kemudian direspon oleh pasar, sehingga tujuan pemenuhan kebutuhan dana dapat dipenuhi. Peranan informasi dalam hal ini sangat berpengaruh terhadap aktivitas perdagangan. Kesempatan ini digunakan oleh manajer untuk memanipulasi laba dalam usaha untuk mempengaruhi kinerja perusahaan. Di Indonesia, penelitian akuntansi tentang manajemen laba telah banyak yang dilakukan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut, alasan melakukan penelitian ulang ini adalah untuk mengetahui praktik manajemen laba oleh perusahaan. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah peneliti menambahkan variabel untuk mengetahui seberapa besar perusahaan melakukan manajemen laba jika dikaitkan dengan net income/net loss di samping kinerja perusahaan. Selain itu, juga menggunakan rentang waktu yang lebih panjang dengan harapan mendapatkan hasil yang signifikan. Atas dasar pemikiran diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul: MANAJEMEN LABA DAN KINERJA PERUSAHAAN DI SEKITAR IPO PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA: ANALISIS DENGAN MODEL JONES 1.2. Perumusan Masalah Apakah perusahaan publik di Indonesia melakukan manajemen laba di sekitar IPO?

8 Bagaimana kinerja perusahaan yang melakukan manajemen laba di sekitar IPO? Apakah unsur manajemen laba semakin besar pada perusahaan yang mengalami kerugian atau unsur manajemen laba semakin kecil pada perusahaan yang memperoleh laba? 1.3. Batasan Masalah Obyek Penelitian Penelitian ini difokuskan pada perusahaan publik yang telah go public atau listed di Bursa Efek Jakarta yang mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember 1993 sampai dengan Penggunaan Populasi dan Sampel Data Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi perusahaan publik di BEJ yang melakukan tindakan manajemen laba untuk mewakili perusahaan di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini, berupa data sekunder yang diambil dari laporan keuangan (annual report) perusahaan yang telah melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta dalam kurun waktu Data yang dibutuhkan adalah prospektus penawaran dan laporan keuangan yang dipublikasikan setelah go public. Metoda pengumpulan data dengan cara dokumentasi data dari ISMD (Indonesian Securities Market Database) yang diambil di FEA-A1 UKDW.

9 Tujuan Penelitian Menemukan indikasi manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia di sekitar IPO Menemukan apakah kinerja perusahaan yang melakukan manajemen laba di sekitar IPO lebih rendah dibandingkan sebelum IPO Menemukan apakah semakin kecil net income atau semakin besar net loss, maka semakin besar discretionary accrual antara pada perusahaan yang mengalami kerugian atau perusahaan yang memperoleh laba Manfaat Penelitian Bagi Akademisi - Dalam penelitian pada perusahaan yang melakukan manajemen laba, diharapkan para investor memperoleh informasi sehingga dapat mempertimbangkan dalam menanamkan sahamnya. - Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai tindakan manajemen laba dan kaitannya dengan kinerja perusahaan serta unsur manajemen laba pada perusahaan yang mengalami kerugian ataupun memperoleh keuntungan Bagi Praktisi - Untuk membantu para pengguna (pihak internal dan eksternal) dalam mengambil keputusan untuk menilai kinerja perusahaan dengan pertimbangan adanya manajemen laba.

10 10 - Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat dalam menilai potensi perusahaan berdasarkan tindakan manajemen laba yang dilakukan di sekitar IPO Bagi Penulis - Merupakan pengalaman pertama dan berharga dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat secara formal. - Untuk mengetahui indikasi manajemen laba di sekitar IPO pada perusahaan manufaktur dan kaitannya dengan kinerja perusahaan Kerangka Pemikiran Perusahaan yang Go Public / Listed di BEJ Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Perusahaan yang Melakukan Manajemen Laba Model Jones untuk menemukan nilai Discretionary Accrual (DA) Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Dasar yang digunakan: nilai ROA (return on asset) Unsur Manajemen Laba pada Perusahaan yang Mengalami Kerugian atau Memperoleh Laba Pengembangan dari indikasi adanya manajemen laba pada perusahaan Kesimpulan

11 11 Keterangan: Langkah pertama adalah mencari dan membuat daftar perusahaan yang go public atau listed di BEJ. Langkah kedua adalah melakukan pengelompokkan perusahaan yang melakukan manajemen laba di sekitar IPO dan menemukan nilai DA, berdasarkan replikasi oleh Saiful (2004) yang menggunakan model Jones (1991). Langkah ketiga adalah menemukan bahwa nilai ROA perusahaan sebelum IPO lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ROA perusahaan di sekitar IPO berdasarkan model Jones (1991). Langkah keempat adalah untuk menemukan unsur manajemen laba pada perusahaan yang mengalami kerugian atau memperoleh laba. Selanjutnya, melakukan pengujian dan melakukan analisis serta menarik kesimpulan dari hasil penelitian.