BAB IV PEMBAHASAN. IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor Samsat Jakarta Barat. Bab ini akan dimulai dengan mekanisme pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yang dilaksanakan pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap (Samsat). Di Propinsi DKI Jakarta, Kantor Samsat terbagi dalam 5 (lima) wilayah yaitu Kantor Samsat Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Pada umumnya, semua mekanisme pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor adalah sama pada setiap wilayah. Namun, penulis mendapat kesempatan untuk mengamati pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor Samsat Jakarta Barat. Adapun mekanisme pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor terdiri dari Pendaftaran kendaraan bermotor, pengesahan STNK setiap tahun, perpanjangan masa berlaku STNK dan TNKB, pendaftaran kendaraan bermotor pindah keluar daerah (mutasi). IV.I.I. Pendaftaran Kendaraan Bermotor Bagi kendaraan bermotor baru (100% baru) dan kendaraan mutasi dari luar daerah harus didaftarkan pada Kantor Samsat untuk mendapatkan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) serta Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB). Untuk mendapatkan STNK, TNKB, dan BPKB pemohon diharuskan mengisi Formulir pendaftaran yang telah disediakan pada loket I dengan melampirkan : 44

2 a. Identitas 1. Untuk Perorangan 1 (satu) lembar fotokopi KTP 2. Untuk Badan Hukum : Fotocopy akta pendirian, Surat keterangan domisili dari kelurahan dan Surat kuasa dengan menggunakan kop surat yang bermeterai cukup ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap badan hukum yang bersangkutan 3. Untuk Instansi Pemerintah Surat keputusan pemilikan dari pejabat yang berwenang dan surat tugas/surat kuasa yang bermeterai cukup dan ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap instansi yang bersangkutan b. Faktur. c. Untuk kendaraan impor dilampirkan pemberitahuan impor barang (PIB). d. Bukti cek fisik kendaraan. e. Surat fiskal antar daerah (kendaraan yang mutasi dari luar daerah). Jika ada rubah bentuk, harus ada surat keterangan rubah bentuk dari perusahaan karoseri yang mendapat izin. Jenis pelayanan pendaftaran kendaraan bermotor baru, masuk dalam pelayanan Loket/Kelompok Kerja (Pokja) : Loket/Pokja I Loket/Pokja II Loket/Pokja III : Penyediaan Formulir dan Penerangan : Cek Fisik Kendaraan Bermotor : Pendaftaran, Penelitian dan Penetapan 45

3 Loket/Pokja IV : Penerimaan Pembayaran PKB, BBN-KB dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas (SWDKLL). Loket/Pokja V : Penyerahan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB). Loket/Pokja VI : Pengarsipan Setelah semua persyaratan dilengkapi oleh Wajib Pajak, langkah selanjutnya yaitu mengetahui mekanisme pendaftaran kendaraan bermotor yang terdapat pada bagan 1 di bawah ini: Bagan 1. Mekanisme Pendaftaran Kendaraan Bermotor LOKET PENDAFTARAN PENELITIAN PERSYARATAN AWAL PENELITIAN BERKAS PENELITIAN PERSYARATAN AKHIR K U R I R TU STNK -MENULIS IDENT.RAN & PEMILIK -CHEK IDENT K U R I R WAJIB PAJAK AMBIL STNK, SKPD & TNKB KASIR -BAYAR PKB -PRINT STNK & SKPD KOHAR TULIS IDENTITAS RANMOR & NO.POL KODING PENGKODEAN IDENT RANMOR OLEH DIPENDA NOTICE KE WAJIB PAJAK PENGESAHAN PENGECEKAN PAJAK RANMOR AKHIR PD NOTICE OLEH DIPENDA ENTRY COMP -INPUT DATA RANMOR -PRINT NOTICE OLEH POLRI KOREKTOR PENGECEKAN PAJAK RANMOR ULANG PD NOTICE OLEH DIPENDA PENETAPAN PENGECEKAN PAJAK RANMOR AWAL PD NOTICE OLEH DIPENDA KOREKTOR PENGECEKAN IDENT RANMOR PD NOTICE OLEH POLRI 46

4 IV.1.2. Pengesahan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) Setiap Tahun Bagi kendaraan bermotor yang sudah terdaftar dan telah mendapatkan STNK, TNKB dan BPKB, dimana STNK dan TNKB berlaku selama 5 tahun, untuk itu STNK setiap tahun harus disahkan dengan dikaitkan pelunasan Pajak Kendaraan Bermotor. Permohonan pengesahan STNK bagi setiap Kendaraan Bermotor harus mengisi formulir yang telah disediakan di Loket 1 dengan melampirkan : a. Identitas 1. Untuk Perorangan 1 (satu) lembar fotokopi KTP dengan menunjukan KTP aslinya 2. Untuk Badan Hukum : fotokopi akta pendirian, Surat keterangan domisili dari kelurahan dan Surat kuasa dengan menggunakan kop surat yang bermeterai cukup ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap badan hukum yang bersangkutan 3. Untuk Instansi Pemerintah Surat keputusan pemilikan dari pejabat yang berwenang dan surat tugas/surat kuasa yang bermeterai cukup dan ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap instansi yang bersangkutan. b. Surat Pernyataan pemilik Kendaraan Bermotor, bahwa tidak terjadi perubahan identitas pemilik atau spesifikasi Kendaraan Bermotor. c. STNK Asli dan 1 lembar foto copy d. BPKB Asli dan 1 lembar foto copy e. Bukti lunas PKB dan Premi Asuransi Jasa Raharja (SWDKLLJ). 47

5 Jenis pelayanan pendaftaran pengesahan STNK setiap tahun, masuk dalam pelayanan loket/kelompok Kerja (Pokja) : Loket/Pokja I Loket/Pokja III : Penyediaan Formulir dan Penerangan. : Pendaftaran, Penelitian dan Penetapan. Loket/Pokja IV : Penerimaan Pembayaran PKB dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas (SWDKLLJ). Loket/Pokja V : Penyerahan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) dan Tanda Pelunasan Pajak (TPP). Loket/Pokja VI : Pengarsipan. IV.1.3. Perpanjangan Masa Berlaku Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) Bagi STNK dan TNKB yang telah habis masa berlakunya harus diperpanjang dengan masa berlaku selama 5 tahun, dan sekaligus melunasi Pajak Kendaraan Bermotor, Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas (SWDKLLJ), Biaya Administrasi STNK dan Plat Nomor. Permohonan perpanjangan STNK dan TNKB untuk setiap kendaraan bermotor harus mengisi Formulir dengan melampirkan : a. Identitas Pemilik Kendaraan Bermotor 1. Untuk Perorangan 1 (satu) lembar fotokopi KTP dengan menunjukan KTP aslinya 2. Untuk Badan Hukum : 48

6 fotokopi akta pendirian, Surat keterangan domisili dari kelurahan, Surat kuasa dengan menggunakan kop surat yang bermeterai cukup ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap badan hukum yang bersangkutan. 3. Untuk Instansi Pemerintah Surat keputusan pemilikan dari pejabat yang berwenang dan surat tugas/surat kuasa yang bermeterai cukup dan ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap instansi yang bersangkutan. b. STNK lama c. BPKB Asli dan 1 set foto copy d. Bukti Cek Fisik Kendaraan e. Jika ada rubah bentuk, harus ada surat keterangan rubah bentuk dari perusahaan karuseri yang telah mendapat izin f. Tanda Lunas PKB/BBN-KB, SWDKLLJ, Biaya Administrasi STNK dan Biaya TNKB. Jenis pelayanan pendaftaran Perpanjangan STNK dan TNKB setelah 5 tahun, masuk dalam pelayanan Loket/Kelompok Kerja (Pokja) : Loket/Pokja I Loket/Pokja II Loket/Pokja II : Penyediaan Formulir dan Penerangan : Cek Fisik Kendaraan Bermotor : Pendaftaran, Penelitian dan Penetapan Loket/Pokja IV : Penerimaan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Biaya Administrasi Surat TandaNomor Kendaraan Bermotor 49

7 (STNK) dan Biaya Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) serta Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas (SWDKLLJ). Loket/Pokja V Loket/Pokja VI : Penyerahan STNK, TNKB dan Tanda Pelunasan Pajak. : Pengarsipan. Setelah semua persyaratan dilengkapi oleh Wajib Pajak, langkah selanjutnya yaitu mengetahui mekanisme perpanjangan dan pengesahan kendaraan roda dua (R2) atau roda empat (R4) pada bagan 2 dibawah ini : Bagan 2. Mekanisme Perpanjangan dan Pengesahan R2/R4 MENGISI FORMULIR LOKET PENDAFTARAN PENELITIAN PERSYARATAN KOREKSI DATA DOK & DATA KOMPUTER ENTRY COMP -INPUT DATA RAN -PRINT NOTICE WAJIB PAJAK DENGAN PERSYARATAN LENGKAP KOREKTOR NOTICE PENGECEKAN IDENT RANMOR OLEH POLRI AMBIL STNK,SKPD & TNKB BAYAR PRINT STNK & SKPD NOTICE KE WAJIB PAJAK KOREKTOR NOTICE PENGECEKAN PJK RANMOR OLEH DIPENDA IV.1.4. Pendaftaran Kendaraan Bermotor Pindah Keluar Daerah (Mutasi) Bagi pemilik kendaraan bermotor yang akan memindahkan kendaraannya keluar daerah pendaftaran asal, terlebih dahulu mencabut berkas pada bagian Tata Usaha Polri dan wajib mengisi formulir untuk mendapatkan surat keterangan pindah sebagai pengganti STNK dan surat keterangan fiskal antar daerah yang memuat data kendaraan dan pelunasan Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas. Surat keterangan fiskal tersebut 50

8 berfungsi untuk mencegah terjadinya tunggakan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor dan mendahului kewajiban perpajakannya. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi sebagai berikut : a. Mengisi formulir b. Identitas : 1. Perorangan : KTP dan 1 lembar fotocopy 2. Badan Hukum : fotokopi akta pendirian, Surat keterangan domosili dari kelurahan, Surat kuasa dengan menggunakan kop surat yang bermeterai cukup ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap badan hukum yang bersangkutan. 3. Instansi Pemerintah : Surat keputusan pemilikan dari pejabat yang berwenang dan surat tugas/surat kuasa yang bermeterai cukup dan ditandatangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap instansi yang bersangkutan c. STNK asli d. BPKB asli e. Kwitansi pembelian yang sah (untuk ganti pemilik) f. Bukti pelunasan PKB/BBN-KB dan SWDKLLJ g. Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor. 51

9 IV.2. Peranan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Propinsi DKI Jakarta. IV.2.1. Laju Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Untuk mengetahui seberapa besar peranan PKB terhadap PAD maka perlu menganalisis pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah pada Propinsi DKI Jakarta, dimana menggunakan perhitungan dengan cara melakukan perbandingan dari tahun ke tahun. Realisasi penerimaan PAD dapat dilihat pada grafik 1 berikut ini : Grafik 1. Realisasi PAD Realisasi PAD Nilai Tahun Dari grafik di atas menunjukkan bahwa realisasi PAD mengalami kenaikan setiap tahunnya. Penerimaan PAD pada tahun 2003 sebesar Rp dan pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar Rp sampai akhirnya pada tahun 2007 realisasi PAD adalah sebesar Rp Persentase Laju pertumbuhan PAD dapat dilihat pada tabel 1 berikut : 52

10 Tabel 1 Laju Pertumbuhan PAD Prop.DKI Jakarta Tahun 2003 s/d 2007 NO Tahun Realisasi Penerimaan Anggaran PAD Pertumbuhan ( Rp ) Pertumbuhan ( % ) , , , ,96 Rata-rata 13,92 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel-1 ternyata Pendapatan Asli Daerah Propinsi DKI Jakarta selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi dari penerimaan, dimulai pada tahun 2004 yang mengalami peningkatan sebesar 22,13% dari tahun sebelumnya yaitu tahun Pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 13,53% dari tahun 2004, sedangkan pada tahun 2006 kembali mengalami penurunan yang cukup drastis sebesar 3,07% hal ini disebabkan karena adanya penurunan dari jumlah penerimaan Pajak Daerah. Selanjutnya pada tahun 2007 mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun anggaran 2006 menjadi sebesar 16,96% hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah penerimaan dari retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain PAD yang sah yang memberikan peranan terhadap PAD cukup besar, sehingga apabila dihitung laju pertumbuhan rata-rata selama empat tahun adalah sebesar 13,92%. Dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 13,92% PAD DKI Jakarta termasuk cukup bagus, walaupun kenaikannya tidak terlalu banyak dari tahun ke tahun. IV.2.2. Laju Pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Salah satu komponen penting dalam meningkatkan PAD adalah pendapatan melalui Pajak Kendaraan Bermotor. Untuk itu perlu mengetahui laju pertumbuhan Pajak 53

11 Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta selama lima tahun terakhir yaitu dimulai dari tahun anggaran 2002/2003 sampai dengan tahun anggaran Sebagaimana dapat dilihat pada grafik 2 berikut : Grafik 2. Realisasi PKB Realisasi PKB Nilai Tahun Dari grafik di atas menunjukkan realisasi PKB mengalami kenaikan setiap tahunnya. Penerimaan PKB pada tahun 2003 sebesar Rp dan pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar Rp sampai akhirnya realisasi PKB pada tahun 2007 sebesar Rp Persentase Laju pertumbuhan PKB dapat dilihat pada tabel 4 berikut : Tabel 2 Laju Pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta Tahun 2003 s/d 2007 NO Tahun Realisasi Pajak Pertumbuhan Pertumbuhan (Rp) Anggaran Kendaraan Bermotor (%) , , , ,74 Rata - rata 14,12 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel-2 ternyata realisasi Pajak Kendaraan Bermotor Propinsi DKI Jakarta selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan dari 54

12 penerimaan namun pertumbuhan setiap tahunnya mengalami penurunan dimana pada tahun 2003/2004 sebesar 20,69% dan pada tahun 2005 turun sebesar 15,85% dari tahun Pada tahun 2006 kembali menurun sebesar 13,21% dari tahun Sampai pada akhirnya pada tahun 2007 kembali menurun dari tahun anggaran 2006 menjadi sebesar 6,74%. Dengan Kata lain apabila dihitung laju pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor rata-rata selama empat tahun di Propinsi DKI Jakarta adalah sebesar 14,12% dimana pertumbuhan ini cukup baik. IV.2.2. Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak yang potensial bagi penerimaan pemerintah Propinsi DKI Jakarta khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk itu perlu mengetahui rencana dan realisasi dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta selama lima tahun terakhir yaitu dimulai dari tahun anggaran 2002/2003 sampai dengan tahun anggaran Sebagaimana dapat di lihat pada grafik perbandingan rencana dan realisasi PKB berikut : Grafik 3. Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan PKB Perbandingan Rencana dan Realisasi PKB Nilai Rencana Pajak Kendaraan Bermotor Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor Tahun 55

13 Dari grafik di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 tidak semua rencana yang telah dianggarkan dapat terealisasi. Hal ini dapat terlihat pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 grafik garis realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) berada di atas garis rencana penerimaan PKB, hal ini menunjukan bahwa realisasi penerimaan PKB selama tahun 2003 sampai tahun 2005 dapat terealisasi dari rencana PKB yang telah dianggarkan pada tahun tersebut. Untuk tahun 2006 dan 2007 grafik garis realisasi penerimaan PKB berada di bawah garis rencana PKB, hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 dan 2007 rencana PKB tidak terealisasi dari anggaran yang telah direncanakan. Nilai realisasi penerimaan PKB dan persentasenya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : No Tabel 3 Analisis Rencana dan Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor Propinsi DKI Jakarta Tahun 2003 s/d 2007 Tahun Anggaran Rencana Pajak Kendaraan Bermotor ( Rp ) Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor ( Rp ) Realisasi terhadap rencana PKB ( % ) , , , , ,76 Rata rata 100,52 Dari Tabel-3 di atas dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada tahun anggaran 2002/2003 realisasi pajak kendaraan bermotor sebesar 109,04% dari rencana yang ditetapkan, sedangkan pada tahun 2003/2004 terjadi penurunan yaitu sebesar 102,36% dari rencana yang ditetapkan. Pada tahun 2004/2005 realisasi pajak kendaraan bermotor sebesar 101,27% dari rencana yang ditetapkan. Untuk realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor pada tahun 2006 dan 2007 tidak 56

14 mencapai rencana yang telah ditetapkan yaitu 95,17% untuk tahun 2006 dan 94,76% untuk tahun Penyebab pajak tidak terealisasi tersebut diakibatkan: 1. Daya beli masyarakat terhadap sektor otomotif sebagai akibat dari konsumsi otomotif tidak menjadi objek pilihan utama bagi masyarakat, yang dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor pada Tabel 4 di bawah ini : Tabel 4 Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor Propinsi DKI Jakarta Tahun 2005 s/d 2007 No Tahun Jumlah Kbm Pertumbuhan % ,92 5,38 Berdasarakan Tabel-4 di atas bahwa jumlah kendaraan bermotor (Kbm) selama tahun 2005 sampai dengan 2007 mengalami kenaikan tiap tahunnya, namun pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor menurun. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2006 sebesar 8,92% atau naik sebesar Kbm dari tahun 2005 sedangkan pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 5,38% atau hanya naik sebesar Kbm dari tahun Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor menurun dan penerimaan PKB tidak terealisasi pada tahun Adanya peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang mutasi keluar daerah pada tahun 2006 dan 2007 yang berdampak negatif terhadap penerimaan. Sebagaimana dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang mutasi keluar daerah pada Tabel 5di bawah ini : 57

15 Tabel 5 Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor (KBm) Mutasi Keluar Daerah Propinsi DKI Jakarta Tahun 2005 s/d 2007 No Tahun Jumlah Kbm Pertumbuhan % (8.817) ,79 3,87 Berdasarkan pada table 5 dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang mutasi keluar daerah mengalami kenaikan. Jumlah kendaraan bermotor yang mutasi keluar daerah pada tahun 2005 sebesar Kbm dan pada tahun 2006 menurun sebesar Kbm atau berkurang 5,79% dari tahun Sedangkan untuk tahun 2007 kembali mengalami peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang mutasi keluar daerah sebesar Kbm atau naik 3,87% dari tahun Kenaikan jumlah kendaraan bermotor mutasi keluar daerah pada tahun 2005 dan 2007 yang menyebabkan menurunnya pertumbuhan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor atau tidak terealisasi pada tahun IV.3.2. Peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pajak Daerah Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu penerimaan Pajak Daerah yang dapat memberikan peranan cukup besar terhadap penerimaan Pajak Daerah Propinsi DKI Jakarta yang bertujuan untuk dapat membiayai pembangunan dan memajukan daerah tersebut. Untuk melihat peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pajak Daerah dapat dilihat pada grafik 4 berikut : 58

16 Grafik 4. Peranan PKB terhadap Pajak Daerah Kontribusi PKB terhadap Pajak Daerah Nilai Pajak Daerah Realisasi PKB Tahun Realisasi PKB Pajak Daerah Dari grafik di atas menunjukkan bahwa Pajak Kendaraan Bermotor merupakan bagian dari Pajak Daerah yang memang memberikan peranan cukup besar terhadap Pajak Daerah sedangkan untuk melihat nilai penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pajak Daerah pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 6 berikut : No Tabel 6 Peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pajak Daerah Propinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2003 s/d 2007 Tahun Anggaran Realisasi PKB (Rp) Realisasi Pajak Daerah (Rp) , , , , ,89 Rata-rata 31,98 % Peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pajak Daerah dari tahun anggaran 2003 s/d 2007 menunjukan bahwa pada tahun 2003 peranan Pajak Kendaraan Bermotor pada Pajak Daerah sebesar 31,85% kemudian pada tahun 2004 turun menjadi sebesar 59

17 30,78% atau turun sebesar 1,07% dari tahun Pada tahun 2005 kembali terjadi penurunan peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pajak Daerah yaitu menjadi sebesar 30,16% atau turun sebesar 0,62% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 terjadi kenaikan yang cukup baik dari tahun 2005 yaitu menjadi sebesar 34,23% atau mengalami kenaikan sebesar 4,08% hal ini disebabkan karena penerimaan pajak daerah mengalami penurunan pada tahun 2006 sedangkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor selalu meningkat. Pada tahun 2007 kembali terjadi penurunan peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pajak Daerah yaitu menjadi sebesar 32,89% atau turun sebesar 1,35% dari tahun sebelumnya. Pada periode lima tahun yang diteliti hanya terjadi kenaikan sekali yaitu pada tahun 2006, tapi dengan rata-rata sebesar 31,98% peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pajak Daerah tidak terlalu mengecewakan karena hampir sepertiga dari Pajak Daerah disokong oleh penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor. IV.3.3. Peranan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Untuk peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat pada grafik 5 berikut ini : Grafik 5. Peranan PKB terhadap PAD Kontribusi PKB terhadap PAD Nilai PAD 0 Realisasi PKB Tahun Realisasi PKB PAD 60

18 Dari grafik di atas menunjukkan bahwa Pajak Kendaraan Bermotor merupakan bagian dari Pajak Daerah dan memberikan peranan yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah. Nilai penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7 Peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap PAD Propinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2003 s/d 2007 No Tahun Realisasi PKB Realisasi PAD Anggaran (Rp) (Rp) % , , , , ,91 Rata-rata 26,22 Peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap PAD selama lima tahun terakhir cukup stabil. Dimulai dari tahun 2003 sebesar 25,63% dan pada tahun 2004 mengalami sedikit yaitu menjadi 25,33% atau turun sebesar 0,3% dari tahun Pada tahun 2005 terjadi kenaikan menjadi 25,85% atau naik sebesar 0,52%, sedangkan pada tahun 2006 peranan PKB pada PAD dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar 28,39% dari tahun sebelumnya hal ini disebabkan oleh peningkatan Pajak Kendaraan Bermotor yang lebih besar dari PAD yang hanya mengalami peningkatan sebesar 2,54% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 kembali mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar 25,91% atau turun sebesar 2,48%. Dengan rata-rata selama lima tahun sebesar 26,22% peranan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap PAD cukup bagus mengingat dari sisi pendapatan yang lain tidak sebesar itu. 61

19 Untuk mengetahui seberapa besar kuatnya hubungan antara Pajak Kendaraan Bermotor dengan Pendapatan Asli Daerah di Propinsi DKI Jakarta dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 8 Kuatnya hubungan antara Pajak Kendaraan Bermotor terhadap PAD ( 000,000,000 ) Tahun Anggaran PKB (X) PAD (Y) Jumlah Di bawah ini adalah hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS : Tabel 9 Hasil Perhitungan Korelasi Correlations PKB PAD PKB Pearson Correlation ** Sig. (2-tailed).005 N 5 5 PAD Pearson Correlation.973 ** 1 Sig. (2-tailed).005 N 5 5 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Dari hasil output terlihat bahwa nilai koefisien korelasi antara Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah sebesar 0,973 (=97,3%). Dari tabel 9 di atas terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi dinyatakan signifikan pada α = 1%. 62

20 Dengan hasil tersebut di atas, dapat dilihat bahwa Pajak Kendaraan Bermotor memberikan hasil yang signifikan untuk kelangsungan PAD itu sendiri dan pendapatan terbesar PAD diperoleh dari Pajak Daerah. IV.4. Upaya Optimalisasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor merupakan sumber penerimaan Pajak Daerah yang paling dominan peranannya terhadap PAD. Dominasi peranan PKB tersebut selain ditunjang oleh potensi yang cukup besar juga sangat bergantung pada mutu pelayanan, efektifitas pelaksanaan sistem pemungutan yang dilakukan melalui Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap (Samsat). Dalam mewujudkan sistem pelayanan yang baik maka harus dilakukan upaya-upaya dalam rangka optimalisasi pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yang dilaksanakan oleh Dipenda bersama Kantor Samsat. Upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain : 1. Penyampaian Surat Pemberitahuan Kewajiban Pajak Kendaraan Bermotor (Super PKB) secara intensif. 2. Peningkatan pendataan dan pemeriksaan Kendaraan Bermotor pada Show Room kendaraan bermotor bekas. 3. Pengawasan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di lapangan melalui pelaksanaan koordinasi yang lebih intensif dalam beberapa operasi razia dengan pihak kepolisian. 4. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak, seperti pemberian pelayanan melalui Samsat Keliling. Pelaksanaan ini baru disosialisasikan pada tahun 2006 dan efektif dilakukan pada tahun Pelaksanaan kegiatan penyampaian surat penagihan kewajiban PKB bagi pemilik kendaraan bermotor yang Belum Daftar Ulang (BDU). 63

21 6. Penyelenggaraan Sistem Pelayanan STNK GERAI SAMSAT yaitu pelayanan Samsat yang berlokasi pada Mall-Mall dengan sistem pembayaran Banking Bank, dalam upaya meningkatkan PAD optimalisasi pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta. Kegiatan ini baru diselenggarakan pada tahun Upaya-upaya tersebut pada umumnya adalah lebih meningkatkan pengawasan dan pendekatan secara persuasif untuk mensosialisasikan kepada masyarakat, mengingatkan tentang kewajiban pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor dan meningkatkan pelayanan. Dari semua upaya-upaya yang dilaksanakan tidak semuanya dapat diketahui realisasi penerimaan dan realisasi biayanya, karena penerimaan dari semua upaya di atas merupakan penerimaan kolektif yang telah tergabung dalam penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor secara keseluruhan. Adapun upaya yang dapat diketahui realisasi penerimaan dan biaya antara lain pelaksanaan kegiatan penyampaian surat penagihan kewajiban PKB bagi pemilik kendaraan bermotor yang Belum Daftar Ulang (BDU) dan Samsat Keliling (Samling) serta realisasi penerimaan Gerai Samsat. Untuk mengetahui sejauh mana upaya optimalisasi pelaksanaan pemungutan PKB dalam meningkatkan penerimaan PKB, akan diuraikan pada subbab selanjutnya. Data penerimaan yang dipakai adalah data penerimaan pada tahun 2007 untuk BDU dan Samling serta April-Juni tahun 2008 untuk Gerai Samsat sebagai dasar untuk mengetahui seberapa besar efektifnya kegiatan tersebut dilaksanakan. 64

22 IV.4.1 Pelaksanaan Kegiatan Penyampaian Surat Penagihan Kewajiban Pajak Kendaraan Bermotor bagi Pemilik Kendaraan Bermotor yang Belum Daftar Ulang (BDU) Pelaksanaan ini dilakukan karena masih adanya kendaraan bermotor baik milik perorangan maupun milik Badan Usaha yang telah habis masa berlakunya namun belum dilakukan daftar ulang tepat pada waktunya, maka perlu dilakukan upaya intensifikasi dengan melakukan penyampaian surat penagihan kewajiban PKB bagi pemilik kendaraan bermotor yang sudah jatuh tempo. Tujuan dilakukannya kegiatan pelaksanaan ini yaitu untuk meningkatkan tertib administrasi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) tepat pada waktunya. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan dengan anggaran yang tersedia dalam APBD tahun 2007 pada unit Dipenda Propinsi DKI Jakarta sebesar Rp ,-. Jumlah kendaraan yang dikirim surat penagihan sebanyak lembar surat. Dari Kendaraan bermotor (Kbm) telah disampaikan kepada pemilik Kbm yang sudah jatuh tempo, dapat direkap dengan hasil sebagai berikut : Kbm masih dimiliki dan aktif Kbm Kbm sudah dijual Kbm Kbm rusak/hilang,mutasi,dsb (pasif) Kbm Kbm alamat tidak lengkap Kbm Jumlah Kbm Dari pelaksanaan kegiatan penyampaian surat penagihan kewajiban PKB bagi pemilik kendaraan bermotor yang belum daftar ulang dalam tahapan-tahapan yang dilakukan pada tahun 2007 diperoleh hasil penerimaan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini : 65

23 No. Tahapan Kegiatan 1 Tahap I 2 Tahap II 3 Tahap III 4 Pelaporan Tabel 10. Hasil penerimaan BDU per tahapan tahun 2007 Penerimaan Per-Tanggal 10 /9 25/ /9-11/ /10-6/ /11 30/ Jumlah KBm Penerimaan PKB ( Rp ) Penerimaan BBN-KB ( Rp ) Jumlah PKB & BBN- KB (Rp) des s/d 03 Jan JUMLAH Sumber : Laporan Dipenda Berdasarkan tabel di atas Wajib Pajak yang telah membayar/mendaftar PKB hanya Kbm dari kendaraan yang dikirimkan surat Belum Daftar Ulang (BDU) dan hasil penerimaan PKB sebesar Rp Untuk mengetahui seberapa efektifnya upaya tersebut dilaksanakan, dapat terlihat dari realisasi penerimaan BDU dan realisasi biaya pelaksanaan yang terdapat pada Tabel-11 sebagai berikut : Tabel 11 Realisasi Biaya Pelaksanaan BDU dan Penerimaan BDU Tahun 2007 Realisasi Biaya Pelaksanaan Realisasi Penerimaan % BDU BDU Rp Rp Dari jumlah Kendaraan Bermotor (Kbm) yang telah dikirim surat Belum Daftar Ulang (BDU) ternyata wajib pajak yang telah membayar / mendaftar Pajak Kendaraan Bermotor sebanyak Kbm atau hanya 4,95% dari jumlah Kbm 66

24 yang berarti cukup kecil. Namun, bila dilihat dari penerimaan PKB sebesar Rp hal ini cukup baik bila dibandingkan dengan anggaran biaya yang dikeluarkan sebesar Rp atau 68% disebabkan adanya efisiensi penyerapan anggaran dari anggaran yang disediakan sebesar Rp dan biaya yang dikeluarkan hanya sebesar 10% dari jumlah penerimaan PKB yang dihasilkan dari Upaya BDU, maka pelaksanaan ini sudah berjalan dengan efektif dan berguna untuk meningkatkan penerimaan PKB. IV.4.2. Samsat Keliling (Samling) Samsat Keliling (Samling) merupakan upaya atau kegiatan yang pada umumnya untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Pelaksanaan ini baru disosialisasikan pada tahun 2006 dan berjalan efektif pada tahun Pelaksanaan kegiatan ini berada pada lokasi-lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat di lima wilayah Propinsi DKI Jakarta yaitu Jakarta Barat, Pusat, Utara, Selatan dan Timur. Sarana atau fasilitas yang disediakan yaitu berupa sebuah bis yang didalamnya terdapat seperangkat komputer on-line system yang tersambung dengan menggunakan alat berupa switch dan router yang didalamnya menggunakan kartu Pro-XL disiapkan khusus untuk pembayaran PKB, sedangkan untuk mekanisme pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada Samling hanya melayani pelayanan pengesahan STNK. Jadi, kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat Wajib Pajak PKB untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya tanpa harus datang ke Kantor Samsat masingmasing wilayah. Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan rutin setiap hari kerja dengan anggaran yang tersedia dalam APBD tahun 2007 pada unit Dipenda DKI Jakarta sebesar Rp ,- sebagai anggaran biaya operasional Upaya pelaksanaan ini dinilai 67

25 dapat menunjang peningkatan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor. Hasil penerimaan Samsat Keliling pada lima wilayah di DKI Jakarta terdapat pada Tabel 12 di bawah ini : Tabel 12 NO WILAYAH JUMLAH KBM PENERIMAAN PKB & BBN-KB ( Rp ) 1 BARAT UTARA PUSAT SELATAN TIMUR TOTAL Hasil Penerimaan Samsat Keliling di Lima Wilayah Tahun 2007 Untuk mengetahui seberapa efektifnya upaya tersebut dilaksanakan, dapat terlihat dari realisasi penerimaan Samling dan realisasi biaya operasional yang dapat dilihat pada Tabel-13 sebagai berikut : Tabel 13 Realisasi Biaya Operasional Samsat Keliling dan Penerimaan Samsat Keliling Tahun 2007 Ralisasi Biaya Realisasi Penerimaan Operasional (Rp) Samling (Rp) % ,11 Berdasarkan Tabel 12 dan 13 diatas wajib pajak yang telah membayar / mendaftar PKB sebanyak Kendaraan bermotor dengan penerimaan PKB sebesar Rp ,-. Hal ini cukup signifikan bila dibandingkan dengan realisasi biaya operasional yang dikeluarkan sebesar Rp atau 38% 68

26 disebabkan adanya efisiensi penyerapan anggaran dari anggaran yang telah disediakan sebesar Rp ,-. Biaya yang diserap cukup kecil karena biaya yang dikeluarkan hanya sebesar 2,11% dari realisasi penerimaan PKB yang dihasilkan dari upaya Samling maka pelaksanaan ini sudah berjalan dengan efektif dan berguna untuk meningkatkan penerimaan PKB. IV.4.3. Gerai Samsat Seiring dengan berjalannya waktu, Dipenda bersama Kantor Samsat selalu ingin memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat Wajib Pajak. Kini, di Tahun 2008 Dipenda bersama Kantor Samsat kembali memberikan suatu upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak yaitu dengan pelaksanaan Gerai Samsat. Gerai samsat merupakan pelayanan Samsat yang beroperasi pada Mall-Mall dengan sistem pembayaran Banking Bank, kegiatan ini diadakan dalam upaya meningkatkan PAD NO GERAI JUMLAH KBM PENERIMAAN PKB 1 ARTHA GADING TAMAN PALM melalui optimalisasi pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta. Adapun realisasi penerimaan PKB yang dicapai dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 14 Hasil Penerimaan Gerai Samsat di Tiga Mall Bulan April s/d Juni PG.CILILITAN TOTAL

27 Berdasarkan Tabel diatas bahwa kegiatan ini direncanakan pada bulan Februari tahun 2008 namun baru berjalan efektif pada bulan April tahun Jumlah penerimaan Gerai Samsat dari bulan April sampai Juni 2008 sebesar Rp dengan jumlah kendaraan bermotor sebanyak Kbm. Kegiatan ini belum terdapat realisasi biaya operasional karena Gerai Samsat baru dilaksanakan pada bulan April Tahun 2008 dan laporan pelaksanaan ini baru akan dilaporkan pada Tahun Walaupun pelaksanaan Gerai Samsat baru dilaksanakan selama tiga bulan, namun penerimaannya sudah cukup besar dan menunjukkan bahwa pelaksanaan Gerai Samsat cukup efektif sehingga dengan terlaksananya Gerai Samsat, diharapkan jumlah penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor akan semakin meningkat dan rencana penerimaan pajak kendaraan bermotor pada tahun 2008 akan terealisasi. Kompilasi dari Tabel 11,13 dan 14 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 15 Upaya Pelaksanaan BDU, Samsat Keliling dan Gerai Samsat No Uraian Realisasi Biaya (Rp) Realisasi Penerimaan (Rp) % 1 BDU Samsat Keliling ,11 3 Gerai Samsat Jumlah ,50 Berdasarkan Tabel-15 di atas terlihat upaya pelaksanaan BDU menghasilkan penerimaan PKB sebesar Rp dengan biaya pelaksanaan sebesar Rp atau 10% dari penerimaan. Upaya pelaksanaan Samling menghasilkan penerimaan PKB sebesar Rp dengan biaya operasional sebesar Rp atau 2,11% dari penerimaan dan upaya Gerai Samsat menghasilkan penerimaan PKB selama bulan April-Juni Tahun 2008 sebesar Rp Jumlah penerimaan dari ketiga upaya tersebut sebesar Rp dengan jumlah biaya sebesar Rp atau 70

28 hanya sebesar 2,50% dari jumlah hasil upaya. Dari ketiga upaya yang dilaksanakan dapat diketahui bahwa kegiatan atau upaya pelaksanaan yang paling efektif dan optimal saat ini adalah pelaksanaan Samsat Keliling, karena biaya operasional yang dikeluarkan hanya sebesar 2,11% dari hasil penerimaan Samsat Keliling. Dengan demikian, upaya atau kegiatan pelaksanaan Belum Daftar Ulang, Samsat Keliling dan Gerai Samsat dapat menunjang dan meningkatkan penerimaan PKB. IV.5. Pengaruh Upaya Optimalisasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap penerimaan PKB. Adanya Upaya optimalisasi pelaksanaan pemungutan PKB yang telah dilaksanakan, maka akan memberikan pengaruh yang positif terhadap penerimaan PKB. Untuk itu, perlu mengetahui sejauh mana pengaruh upaya optimalisasi pelaksanaan pemungutan PKB terhadap penerimaan PKB Propinsi DKI Jakarta. IV.4.1. Pengaruh Upaya BDU dan Samling terhadap Penerimaan PKB Pengaruh upaya-upaya pelaksanaan BDU dan Samling terhadap penerimaan PKB terlihat pada Tabel-16 di bawah ini : Tabel 16 Pengaruh Upaya BDU dan Samling terhadap Realisasi Penerimaan PKB Tahun 2003 s/d 2007 Tahun Anggaran Upaya Realisasi Penerimaan PKB (Rp) Kenaikan (Rp) 2003 Tanpa BDU dan Samling Tanpa BDU dan Samling , Tanpa BDU dan Samling , Tanpa BDU dan Samling , BDU dan Samling ,74 Rata-rata 14,12 % 71

29 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan PKB di Propinsi DKI Jakarta setiap tahunnya meningkat. Sebelum dilakukan upaya BDU dan Samling realisasi penerimaan PKB pada tahun 2003 sebesar Rp dan pada tahun 2004 sebesar Rp naik sebesar 20,69% dari tahun Pada tahun 2005 sebesar Rp atau naik 15,85% dari tahun 2004 dan pada tahun 2006 sebesar Rp atau naik sebesar 13,21% dari tahun sebelumnya. Setelah dilakukan upaya BDU dan Samling penerimaan PKB pada tahun 2007 meningkat sebesar Rp atau naik sebesar Rp (6,74%) dari tahun IV.4.2. Pengaruh Upaya BDU, Samling dan Gerai Samsat terhadap Penerimaan PKB Untuk melihat sejauh mana upaya optimalisasi pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yaitu BDU, Samling dan Gerai Samsat terhadap penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dapat dilihat pada Tabel di bawah ini : Tabel 17 Hasil Upaya BDU, Samling dan Gerai Samsat terhadap Penerimaan PKB Tahun Upaya Hasil Upaya Total Penerimaan PKB Tanpa BDU dan Samling Tanpa BDU dan Samling Tanpa BDU dan Samling Tanpa BDU dan Samling BDU dan Samling BDU, Samling, Gerai Samsat % ,60 3,08 Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa total hasil penerimaan upaya BDU dan Samling sebesar Rp pada tahun 2007 yang memberikan pengaruh sebesar 2,6% dari total penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada tahun

30 Meskipun kelihatnnya kecil jika dibandingkan dengan total penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada tahun 2007 namun hasil upaya BDU dan Samling dapat menunjang penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor mengingat karena adanya penyebab menurunnya jumlah peningkatan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor tiap tahun diantaranya adalah kendaraan bermotor yang pindah keluar daerah atau mutasi keluar daerah dan daya beli masyarakat terhadap sektor otomotif sebagai akibat konsumsi otomotif yang tidak menjadi objek pilihan utama bagi masyarakat pada tahun Penerimaan dari upaya atau pelaksanaan Gerai Samsat pada tahun 2008 (bulan April- Juni) sebesar Rp atau jika dibandingkan dengan total penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada tahun 2007 (Rp ) sebesar 0,4%. Secara keseluruhan jumlah penerimaan hasil upaya yang didapat dari BDU, Samling dan Gerai Samsat menjadi sebesar Rp yaitu : BDU = Rp Samling = Rp Gerai Samsat = Rp Jika penerimaan Gerai Samsat dijadikan sebagai hasil upaya dalam total penerimaan upaya secara keseluruhan (BDU,Samling dan Gerai Samsat) terhadap penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor tahun 2007 maka pengaruh dari upaya BDU, Samling dan Gerai Samsat sebesar 3,08% dari total penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada tahun Apabila dilihat dari hasil upaya Gerai Samsat selama 3 (tiga) bulan atau sejak bulan April sampai dengan Juni tahun 2008 cukup memberikan pengaruh yang positif terhadap penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor, apalagi jika jika upaya pelaksanaan ini sudah dilaksanakan dalam satu tahun penuh maka akan semakin memberikan pengaruh 73

31 yang lebih besar terhadap Penerimaan PKB. Dengan demikian diharapkan penerimaan Gerai Samsat pada akhir tahun (2008) akan memberikan pengaruh yang cukup besar dari total penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada tahun 2008 guna meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor. Meningkatnya penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta maka akan semakin memberikan peranan yang besar terhadap PAD di Propinsi DKI Jakarta, sehingga dengan adanya upaya optimalisasi pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor diharapkan dapat terus meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor setiap tahunnya dan upaya-upaya tersebut diadakan dalam upaya meningkatkan PAD melalui optimalisasi pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap penerimaan Pajak Daerah dan memberikan peranan cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan tujuan dapat membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan di Propinsi DKI Jakarta. Walaupun semakin banyaknya kendaraan bermotor di Propinsi DKI Jakarta yang sering menimbulkan kemacetan di jalan-jalan, tapi dengan begitu berarti ada kemajuan di daerah tersebut dan membuat Propinsi DKI Jakarta akan semakin berkembang. 74

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat Pada bab ini akan dimulai dengan pembahasan pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang berada di

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu pajak daerah yang memiliki potensi yang besar dalam menaikan pendapatan asli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan pelayanan yang berfokus pada masyarakat. Pelayanan yang berfokus pada pelanggan ini akan berhasil

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Dinas Pendapatan Daerah Prop. DKI Jakarta 1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) memegang peranan penting dalam rangka membiayai urusan rumah tangga daerah, baik dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA UTARA RESOR TANAH KARO

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA UTARA RESOR TANAH KARO KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA UTARA RESOR TANAH KARO 1. PENGESAHAN STNK (BYR PKB) SETIAP TAHUN 2. BBN II : - GANTI PEMILIK - GANTI STNK/PLAT 5 THN - STNK RUSAK/ HILANG - PINDAH ALAMAT/

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR OPERASIONAL

SISTEM DAN PROSEDUR OPERASIONAL SISTEM DAN PROSEDUR OPERASIONAL Prosedur dan persyaratan pengurusan pembayaran pajak kendaraan bermotor, sesuai dengan Instruksi bersama Menteri Pertahanan Keamanan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan dalam rangka melaksanakan Trilogi pembangunan, diperlukan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya UPT Dinas Pendapatan Daerah Provinsi. Sumatera Utara (Kantor SAMSAT Sidikalang)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya UPT Dinas Pendapatan Daerah Provinsi. Sumatera Utara (Kantor SAMSAT Sidikalang) 9 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya UPT Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara (Kantor SAMSAT Sidikalang) Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara pada mulanya

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK A. Defenisi Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor 26 BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

Evaluasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus SAMSAT Jakarta Pusat)

Evaluasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus SAMSAT Jakarta Pusat) Evaluasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus SAMSAT Jakarta Pusat) Viory Sabila Shifa, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530 Phone

Lebih terperinci

INFORMASI & PROSEDUR PENGURUSAN BPKB

INFORMASI & PROSEDUR PENGURUSAN BPKB PELAYANAN SURAT KETERANGAN STNK HILANG BPKB LEASING 1. Formulir permohonan 2. Laporan Polisi kehilangan STNK 3. Cek Fisik kendaraan yang sudah dilegalisir 4. Foto Copy BPKB dan legalisir dr Leasing 5.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DIBAWAH SATU ATAP KOTA DEPOK

BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DIBAWAH SATU ATAP KOTA DEPOK BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DIBAWAH SATU ATAP KOTA DEPOK 3.1 Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap Kota Depok 3.1.1 Profil SAMSAT Kota Depok Kantor Bersama SAMSAT (Sistem

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) didirikan berdasarkan

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) didirikan berdasarkan BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1. Sejarah SAMSAT Serpong Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) didirikan berdasarkan Instruksi Bersama Menteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada UPTD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada UPTD 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada UPTD SAMSAT Wilayah Kabupaten Bantul Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat salah satunya adalah SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat salah satunya adalah SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pelayanan publik yang berhubungan langsung dengan pelanggan atau masyarakat salah satunya adalah SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap).

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), PAD (Pendapatan Asli Daerah), PD (Pajak Daerah).

Abstrak. Kata kunci : PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), PAD (Pendapatan Asli Daerah), PD (Pajak Daerah). Upaya Optimalisasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Periode 2003-2007 (studi Kasus di Kantor Samsat Jakarta Barat) Abstrak Pajak Kendaraan Bermotor merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri merupakan induk dari semua

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri merupakan induk dari semua BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kedudukan Samsat Bandar Lampung Secara umum Samsat di Indonesia lahir pada tahun 1976 melalui Surat Keputusan Bersama tiga Menteri yaitu Menteri Pertahanan, Keamanan/Panglima

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah

BAB III OBYEK PENELITIAN. Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1 Sejarah Dinas Pendapatan daerah Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat menangani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Kantor SAMSAT Jakarta Barat Sesuai dengan surat Kapolda Metro Jaya tanggal 14 November 1995 Nomor. B/0444/XI/1995/Datro perihal Pembangunan Kantor

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERBITAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN BERMOTOR ( S T N K )

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERBITAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN BERMOTOR ( S T N K ) POLRI DAERAH METRO JAYA DIREKTORAT LALU LINTAS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERBITAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN BERMOTOR ( S T N K ) I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Berdasarkan ketentuan pasal 65 ayat

Lebih terperinci

PROFIL KANTOR PELAYANAN PAJAK DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DI KABUPATEN KULON PROGO (SAMSAT KULON PROGO)

PROFIL KANTOR PELAYANAN PAJAK DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DI KABUPATEN KULON PROGO (SAMSAT KULON PROGO) PROFIL KANTOR PELAYANAN PAJAK DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DI KABUPATEN KULON PROGO (SAMSAT KULON PROGO) PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

Lebih terperinci

BAB III SETTING PENELITIAN

BAB III SETTING PENELITIAN BAB III SETTING PENELITIAN A. Gambaran Umum Kantor Bersama Samsat Surabaya Selatan. Samsat adalah Sistem Administrasi manunggal satu atap. Kantor Bersama Samsat merupakan salah satu tempat pelayanan publik,

Lebih terperinci

WEBSITE SAMSAT DIY PELAYANAN KAMI URUSAN KAMI PERPANJANGAN KBM (5 TAHUN) Kendaraan Mutasi dari Dalam Daerah. Penggantian BPKB Hilang

WEBSITE SAMSAT DIY PELAYANAN KAMI URUSAN KAMI PERPANJANGAN KBM (5 TAHUN) Kendaraan Mutasi dari Dalam Daerah. Penggantian BPKB Hilang WEBSITE DIY PELAYANAN KAMI KELILING/ SATLING = 5 GALERIA =1 E- Posti = 25 DESA= 9 ACARA TERTENTU URUSAN KAMI SEKATEN = 1 HUT KABUPATEN/ KOTA = 5 PERPANJANGAN KBM (1 TAHUN) PERPANJANGAN KBM (5 TAHUN) Persyaratan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan. BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, proses penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Objek Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan populasi wajib pajak (WP) kendaraan bermotor sebanyak 100 orang yang berada dalam lingkup Kantor Bersama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sistem Pelayanan Samsat Keliling Dipolres Jakarta Selatan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sistem Pelayanan Samsat Keliling Dipolres Jakarta Selatan BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Pelayanan Samsat Keliling Dipolres Jakarta Selatan Pada Bab ini penulis akan menganalisis secara keseluruhan mengenai efektif dan efisien hal-hal yang menentukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru. dan Pemungutan Lainnya Pada Kantor SAMSAT Serpong

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru. dan Pemungutan Lainnya Pada Kantor SAMSAT Serpong BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru dan Pemungutan Lainnya Pada Kantor SAMSAT Serpong Pada bab ini dimulai dengan pembahasan dan penjelasan mengenai

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-BID REGIDENT- /I/2015 TENTANG PELAYANAN PENERBITAN STNK PADA SAMSAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-BID REGIDENT- /I/2015 TENTANG PELAYANAN PENERBITAN STNK PADA SAMSAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-BID REGIDENT- /I/2015 TENTANG PELAYANAN PENERBITAN STNK PADA SAMSAT Selong,

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN SAMSAT DRIVE THRU

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN SAMSAT DRIVE THRU SOP-BID REGIDENT-4 Dibuatoleh BAUR STNK IB NYOMAN HENDRAWAN BRIPTU NRP 88050896 Diperiksaoleh KASAT LANTAS PUTU GDE CAKA PRATYAKSA R. S.IK IPTU NRP 91030235 Disahkanoleh KEPALA KEPOLISIAN 1. Tujuan GATUT

Lebih terperinci

DENGAN RARMAT TUHAN YANG MARA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

DENGAN RARMAT TUHAN YANG MARA ESA GUBERNUR LAMPUNG, GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN KERINGANAN, PENGURANGAN, DAN ATAU PEMBEBASAN PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 106 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta bahwa sistem pengendalian internal atas pemungutan PKB belum berjalan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PENERBITAN BPKB BARU (BBN I) DITLANTAS POLDA ACEH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PENERBITAN BPKB BARU (BBN I) DITLANTAS POLDA ACEH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PENERBITAN BPKB BARU (BBN I) DITLANTAS POLDA ACEH SARANA DAN PRASARANA a. Petugas menempatkan diri di tempat / lokasi : 1. Tempat pelayanan penerbitan BPKB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu pendapatan terbesar dan sangat berpengaruh di Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR PERATURAN BERSAMA GUBERNUR KEPALA KEPOLISIAN DAERAH DAN KEPALA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG NOMOR : 66 TAHUN 2008 NOMOR POL : NOMOR : TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR BERSAMA SISTIM ADMINISTRASI

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB III PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA YOGYAKARTA 3.1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu jenis pajak daerah. Menurut Prakosa (2003, p.1) dalam bukunya

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DI BAWAH SATU ATAP (SAMSAT) DI KABUPATEN SABU RAIJUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004 tentang Pajak Daerah

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN STNK NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT : 02 JANUARI 2016

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN STNK NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT : 02 JANUARI 2016 SOP-BID REGIDENT-4 Dibuat oleh BAUR SIM Diperiksa oleh KASAT LANTAS 1/22 Disahkan oleh KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA IVAN SUKAMDANY BRIPKA NRP 85020185 EDY SUDARMA KORNIAWAN, S.Kom AJUN KOMISARIS POLISI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Orde baru yang berlangsung lebih dari tiga dasawarsa telah berlalu, dan kini berada pada suatu era yang disebut era reformasi, yaitu suatu era pengganti era Orde

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pajak berikut : Menurut Rochmat Sumitro (2005:1) pengertian pajak sebagai berikut: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit, dimana kebutuhan dana tersebut setiap tahun mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit, dimana kebutuhan dana tersebut setiap tahun mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap daerah mempunyai kewajiban untuk memenuhi kepentingan masyarakat dengan melaksanakan pembangunan daerah di segala bidang. Dalam melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT : 01 MEI 2016 Diperiksa oleh KASAT LANTAS ARIF ABDILLAH IPTU NRP

NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT : 01 MEI 2016 Diperiksa oleh KASAT LANTAS ARIF ABDILLAH IPTU NRP Dibuat Oleh KANIT REGIDENT TANGGAL TERBIT : 01 MEI 2016 Diperiksa oleh KASAT LANTAS 1/9 Disahkan oleh KAPOLRES ABDUL WAHAB AIPTU NRP 60120591 ARIF ABDILLAH IPTU NRP 761204 JON WESLY ARIANTO, S.I.K. AKBP

Lebih terperinci

DAFTAR SOP INISIATIF SAT LANTAS POLRES BIMA KOTA

DAFTAR SOP INISIATIF SAT LANTAS POLRES BIMA KOTA DAFTAR SOP INISIATIF SAT LANTAS POLRES BIMA KOTA NO SOP KET 1 COPER BPKP 2 COPER STNK 3 PELAYANAN PENERBITAN STNK 4 SAMLING 5 BPKB HILANG/RUSAK 6 PENERBITAN BPKB BARU 7 PENERBITAN PEMINDAH TANGANAN 8 PAYMENT

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN A. Telaah Pustaka Telaah pustaka merupakan landasan teroritis terhadap permasalahan yang dipilih dalam sebuah penelitian. Telaah pustaka yang digunakan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Provinsi, salah satunya adalah Pajak Kendaraan Bermotor (Mardiasmo,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Provinsi, salah satunya adalah Pajak Kendaraan Bermotor (Mardiasmo, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah terbagi atas dua kelompok, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Pajak daerah juga merupakan salah satu penerimaan yang penting di Pemerintahan

Lebih terperinci

JENIS PELAYANAN A. UJI BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

JENIS PELAYANAN A. UJI BERKALA KENDARAAN BERMOTOR JENIS PELAYANAN A. UJI BERKALA KENDARAAN BERMOTOR Uji berkala kendaraan bermotor adalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara berkala meliputi uji berkala pertama dan uji berkala lanjutan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sejarah Singkat PEMDA DKI JAKARTA Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Kota tahun 1952 sementara Djakarta Raya Nomor 18/DK/tanggal 11 September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. swasta saat ini tengah berlomba untuk meningkatkan pelayanan agar lebih

BAB I PENDAHULUAN. swasta saat ini tengah berlomba untuk meningkatkan pelayanan agar lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan dari bidang pelayanan adalah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang membutuhkan. Baik instansi pemerintah maupun swasta saat ini tengah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Sejarah Singkat Unit Pelaksana TeknisPendapatan Duri Dinas Pendapatan Provinsi Riau

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Sejarah Singkat Unit Pelaksana TeknisPendapatan Duri Dinas Pendapatan Provinsi Riau BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Unit Pelaksana TeknisPendapatan Duri Dinas Pendapatan Provinsi Riau Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 35.1 Tahun 2012 Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kantor Samsat UPTD Pajak Daerah Wilayah III Propinsi Lampung adalah salah satu instansi pemerintah yang beroperasi pada bidang pendapatan daerah khususnya pada pajak

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PEMUNGUTAN DAN PENGAWASAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR II (BEKAS) KABUPATEN TANGERANG

BAB III GAMBARAN UMUM PEMUNGUTAN DAN PENGAWASAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR II (BEKAS) KABUPATEN TANGERANG BAB III GAMBARAN UMUM PEMUNGUTAN DAN PENGAWASAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR II (BEKAS) KABUPATEN TANGERANG A. Organisasi Unit Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor Bersama Samsat Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemda tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 1.1.1 Sejarah Kantor Bersama SAMSAT Kota Bogor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT), atau dalam Bahasa Inggris One Roof System, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya terbagi dalam Provinsi, Kabupaten dan Kota. Dewasa ini perbincangan tentang otonomi yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Pada mulanya, urusan pengelolaan Pendapatan Daerah berada dalam koordinasi Biro Keuangan (Sekretariat)

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor terpenting dalam setiap kegiatan organisasi. Organisasi boleh saja memiliki peralatan dan mesin serta sistem

Lebih terperinci

Oleh Nama : Dede Bahrudin

Oleh Nama : Dede Bahrudin BAB III RUANG LINGKUP DPPKD PROVINSI BANTEN UPT PANDEGLANG 1.1 Sejarah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Banten di bentuk berdasarkan peraturan daerah Provinsi Banten nomor 3 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Samsat Sistem administrasi manunggal satu atap (SAMSAT) merupakan suatu sistem kerjasama terpadu antara Kepolisian Republik

Lebih terperinci

organisasi dan tataa kerja pada tingkat Kepolisian Daerah;

organisasi dan tataa kerja pada tingkat Kepolisian Daerah; PELAYANAN PENERBITAN BUKU PEMILIK KENDARAAN BERMOTORR () UNTUK PERUBAHAN IDENTITAS Dibuat oleh BAUR Diperiksa oleh KASAT LANTAS 1/9 Disahkan oleh KEPALA KEPOLISIAN WIYANTO BRIPKA NRP 810241 EDY SUDARMA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. pelayanan tersebut antara lain: c) Memasukan semua berkas ke loket pendaftaran. KTP/SIM, STNK dan fotocopy BPKB.

BAB IV PENUTUP. pelayanan tersebut antara lain: c) Memasukan semua berkas ke loket pendaftaran. KTP/SIM, STNK dan fotocopy BPKB. BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Mekanisme dan Prosedur sistem pembayaran PKB yang diberikan oleh Samsat Kabupaten Semarang baik yang dilakukan secara manual maupun On-Line dilakukan dengan urutan yang

Lebih terperinci

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH (STUDI KASUS SAMSAT KOTA MANADO PERIODE )

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH (STUDI KASUS SAMSAT KOTA MANADO PERIODE ) EVALUASI PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH (STUDI KASUS SAMSAT KOTA MANADO PERIODE 2012-2014) Rilovingri Lenri, Hanggoro Pamungkas Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PERUBAHAN SIFAT DAN ATAU PERUBAHAN BENTUK KENDARAAN BERMOTOR

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PERUBAHAN SIFAT DAN ATAU PERUBAHAN BENTUK KENDARAAN BERMOTOR GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PERUBAHAN SIFAT DAN ATAU PERUBAHAN BENTUK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 04.A TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 04.A TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 4.A 2013 SERI : C PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 04.A TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA ANGKUTAN

Lebih terperinci

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR.

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA NO. DOKUMEN SOP-BID REGIDENT-004 NO. REVISI 00 HALAMAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA NO. DOKUMEN SOP-BID REGIDENT-004 NO. REVISI 00 HALAMAN SOP-BID REGIDENT-4 Dibuatoleh BAUR BPKB VICTOR HERY BRIPTU NRP 88110538 Diperiksaoleh KASAT LANTAS PUTU GDE CAKA PRATYAKSA R. S.IK IPTU NRP 91030235 Disahkanoleh KEPALA KEPOLISIAN GATUT KUNIADIN, SH, S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Sesuai dengan undang undang dasar 1945 Alenia IV yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Sesuai dengan undang undang dasar 1945 Alenia IV yaitu melindungi segenap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu pendapatan terbesar dan sangat berpengaruh di Indonesia, melalui pajak tersebut pemerintah mampu membiayai pengeluaran dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004 tentang Pajak Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN STNK DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH (UPPD) WILAYAH XX/SAMSAT BANDUNG BARAT

ANALISIS SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN STNK DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH (UPPD) WILAYAH XX/SAMSAT BANDUNG BARAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Kantor Bersama SAMSAT (Sistem Administrasi Satu Atap), merupakan gabungan dari beberapa Instansi terkait dalam mengkoordinasikan pendapatan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE PELAYANAN PENERBITANN BUKU PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR (BPKB) UNTUK KENDARAAN BERMOTOR BARU

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE PELAYANAN PENERBITANN BUKU PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR (BPKB) UNTUK KENDARAAN BERMOTOR BARU PENERBITANN BUKU PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR (BPKB) SOP-BID REGIDENT-4 Dibuat oleh BAUR BPKB Diperiksa oleh KASAT LANTAS 1/7 Disahkan oleh KEPALA KEPOLISIAN WIYANTO BRIPKA NRP 810241 EDY SUDARMA KORNIAWAN,

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) adalah suatu sistem administrasi yang dibentuk untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan untuk membiayai pengeluaran atau kebutuhan negara dalam meningkatkan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Proses Permohonan Izin Penyelenggaraan Reklame. harus memenuhi syarat yang diperlukan untuk memohon izin agar dapat

BAB IV PEMBAHASAN. Proses Permohonan Izin Penyelenggaraan Reklame. harus memenuhi syarat yang diperlukan untuk memohon izin agar dapat BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Proses Permohonan Izin Penyelenggaraan Reklame IV.1.1 Syarat Permohonan Izin Untuk melakukan permohonan izin, pemohon atau wajib pajak tentu harus memenuhi syarat yang diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA INSTANSI PEMUNGUT DAN INSTANSI/PENUNJANG LAINNYA DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan kctentuan dalam Pasal 10

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara 7 BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara Sebelum dinas pendapatan berdiri sebagai instansi tersendiri. Pengelolaan Pajak dan Pendapatan Daerah merupakan

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Prosedur Perlakuan Pajak Parkir dan Pajak Air Tanah di Dinas Pelayanan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Prosedur Perlakuan Pajak Parkir dan Pajak Air Tanah di Dinas Pelayanan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Prosedur Perlakuan Pajak Parkir dan Pajak Air Tanah di Dinas Pelayanan Pajak Propinsi DKI Jakarta IV.1.1 Prosedur Perlakuan Pajak Parkir Salah satu sumber penerimaan asli daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi pelayanan publik yang diselenggarakan oleh 3 instansi

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi pelayanan publik yang diselenggarakan oleh 3 instansi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) merupakan suatu sistem administrasi pelayanan publik yang diselenggarakan oleh 3 instansi pemerintah dalam satu gedung,

Lebih terperinci

- 2 - Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

- 2 - Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 149 TAHUN 2011 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang:a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Satu Atap. Terbentuknya SAMSAT atau Samsat Ditlantas Polda Jabar berdiri

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Satu Atap. Terbentuknya SAMSAT atau Samsat Ditlantas Polda Jabar berdiri 26 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah SAMSAT SAMSAT merupakan kepanjangan dari Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap. Terbentuknya SAMSAT atau Samsat Ditlantas Polda

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2011

Lebih terperinci

APLIKASI PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN TANGGAMUS MENGGUNAKAN VISUAL BASIC. Jamaludin 1, Nur Aminudin 2

APLIKASI PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN TANGGAMUS MENGGUNAKAN VISUAL BASIC. Jamaludin 1, Nur Aminudin 2 APLIKASI PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN TANGGAMUS MENGGUNAKAN VISUAL BASIC Jamaludin 1, Nur Aminudin 2 Jurusan Sistem Informasi STMIK Pringsewu Lampung Jl. Wisma Rini No. 09 pringsewu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. DIY memiliki kantor bersama SAMSAT untuk menyelanggaran pelayanan kepada

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. DIY memiliki kantor bersama SAMSAT untuk menyelanggaran pelayanan kepada BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV. Tinjauan Umum Tentang Samsat Sleman Samsat Sleman merupakan salah satu kantor bersama yang berada di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di setiap Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

JURNAL Untuk Memenuhi Sebagian Syarat - Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh: DESTY ARDIANTI NIM.

JURNAL Untuk Memenuhi Sebagian Syarat - Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh: DESTY ARDIANTI NIM. PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR OLEH DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR (Studi Kasus Di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Malang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 080 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 080 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 080 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGENAAN TARIF PROGRESIF TERHADAP KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci