BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru. dan Pemungutan Lainnya Pada Kantor SAMSAT Serpong

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru. dan Pemungutan Lainnya Pada Kantor SAMSAT Serpong"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru dan Pemungutan Lainnya Pada Kantor SAMSAT Serpong Pada bab ini dimulai dengan pembahasan dan penjelasan mengenai pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pemungutan Lainnya yang dilaksanakan oleh kantor SAMSAT khususnya kantor SAMSAT Serpong. Hal ini disebabkan penulis mendapat kesempatan untuk mengamati secara langsung pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan pemungutan lainnya pada kantor tersebut. IV.1.1. Mekanisme pelaksanaan pemungutan BBN I Dalam pelaksanaan pemungutan pajak di kantor SAMSAT terdapat beberapa mekanisme pelaksanaan pemungutan. Adapun mekanisme pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terdiri dari mekanisme BBN I dan BBN II. Kali ini penulis akan menjelaskan mekanisme pelaksanaan pemungutan BBN I. pelaksanaan pemungutan BBN I pada kantor SAMSAT Serpong terbagi tiga yaitu: IV Pendaftaran Kendaraan Bermotor CKD (Completely Knocked Down) CKD adalah singkatan dari ( Completely Knocked Down ) dimana semua spare part / alat dan bagian bagian mobil / motor di import / di export dalam keadaan terpisah untuk di rakit dan dijual di negara tujuan pemasaran Mobil / Motor tersebut. Dalam hal ini agen pemasaran / importir merek mobil / motor yang bersangkutan akan melakukan proses perakitan untuk kemudian dijual kepada end user / konsumen. Dalam hal ini 53

2 Gambar IV.1 Tata Cara Pendaftaran Kendaraan Bermotor CKD diperuntukkan bagi kendaraan bermotor baru. Kendaraan bermotor ini belum memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB), dan Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB). Dikarenakan hal-hal tersebut maka pemilik / wajib pajak harus mendaftarkan kendaraan bermotor pada kantor SAMSAT sehingga mendapat pengesahan kepemilikan kendaraan bermotor. Persyaratan Pendaftaran Kendaraan Bermotor CKD: 1. Mengisi formulir permohonan 2. Cek fisik kendaraan bermotor 3. Faktur pembelian 54

3 4. Sertifikat Nomor Identifikasi Kendaraan (NIK) / Vehicle Identification Number (VIN) 5. Copy identitas : a. Untuk perorangan: tanda jati diri yang sah (KTP, SIM & PASPORT ASLI), bagi yang berhalangan melamprkan surat kuasa. b. Badan hukum: Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) & Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), keterangan domisili, surat kuasa bermaterai cukup dan tanda tangan pimpinan serta cap badan hukum. c. Instansi pemerintah: surat tugas / surat kuasa bermaterai dan ditanda tangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap instansi. IV Pendaftaran kendaraaan bermotor CBU (Completely Build Up) CBU adalah singkatan dari ( Completely Build Up ) dimana Mobil / motor di import dalam keadaan untuh /sudah dirakit secara penuh dan tidak membutuhkan proses lanjutan untuk dapat di jual kepada end user ( pemakai / konsumen ) dalam hal ini semua jenis perakitan sudah dilakukan di negara asal / pabrik merek mobil / motor yang bersangkutan. Untuk kendaraan bermotor CBU sebenarnya memiliki mekanisme pembayaran yang sama dengan kendaraan bermotor CKD hanya saja kendaraan bermotor CBU harus melengkapi beberapa persyaratan sebagai yang sedikit berbeda dengan kendaraan CKD. Persyaratan pendaftaran kendaraan bermotor CBU form A: 1. Mengisi formulir permohonan. 2. Cek fisik kendaraan bermotor. 3. Rekomendasi dir lantas BABINKAM POLRI (TNT 30 juni 2002 khusus form A, B, dan C yang diterbitkan oleh kantor bea dan cukai tanjung priok I,II dan III Halim, Soekarno Hatta, Bekasi, Bogor, Purwakarta, dan Kantor pusat Bea dan Cukai Jakarta). 55

4 4. Formulir A asli 3 lembar. 5. Surat Tanda Pendaftaran Type (TPT) dan Varian dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (DEPERINDAG). 6. Sertifikat lulus uji tipe (S.U.T) dari DITJEN HUBDAR (Direktorat Jendral Perhubungan Darat). 7. Identitas pemilik : KTP/surat kuasa/siup/npwp. 8. Surat persetujuan pengeluaran barang. 9. Vehicle Identification Number (VIN). 10. Faktur Importir. 11. Foto copy Pemberitahuan Impor Barang (PIB). 12. Foto copy Surat Setoran Pajak (SSPCP). 13. Invoice. 14. Packing List. 15. Bill Of Landing. Gambar IV.2 Tata Cara Pendaftaran Kendaraan Bermotor CBU 56

5 IV Pendaftaran Dump TNI/POLRI Persyaratan pendaftaran DUMP TNI/POLRI: 1. Mengisi formulir permohonan. 2. Identitas: a. Untuk perorangan: tanda jati diri yang sah (KTP, SIM, dan PASPORT asli), bagi yang berhalangan melampirkan surat kuasa. b. Badan hukum: SIUP dan NPWP, keterangan domisili, surat kuasa bermaterai dan tanda tangan pimpinan serta cap badan hukum. c. Instansi pemerintah: surat tugas/surat kuasa bermaterai dan ditanda tangani pimpinan serta dibubuhi cap instansi. 3. Surat keputusan penghapusan: a. Surat Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan / Panglima TNI. b. Surat keterangan penjualan dari kas angkatan / KAPOLRI. 57

6 4. Daftar kolektif kendaraan bermotor yang dilegalisir oleh kesatuan yang melaksanakan dump / penghapusan. 5. Berita acara penjualan. 6. Kuitansi pembayaran yang bermaterai cukup. 7. Bukti hasil pemeriksaan cek fisik kendaraan. Gambar IV.3 Tata Cara Pendaftaran Kendaraan Bermotor Dump TNI / POLRI Dalam mekanisme pembayaran BBN I pemilik / wajib pajak harus melalui beberapa loket / POKJA (kelompok kerja). Berikut adalah tugas dan fungsi POKJA pada pembayaran BBN I: 58

7 Loket / POKJA I Loket / POKJA II Loket / POKJA III Loket / POKJA IV : Penyediaan formulir dan penerangan. : Cek fisik kendaraan bermotor. : Pendaftaran, penelitian dan penetapan. : penerimaan pembayaran pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, dan sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan. Loket / POKJA V Loket/ POKJA VI : Penyerahan STNK dan TNKB. : Pengarsipan. Contoh perhitungan BBN I : seorang pria membeli sebuah mobil dengan keterangan sebagai berikut Toyota New Avanza 1.3G A/T tahun 2012 dengan harga on the road sebesar Rp sedangkan NJKB untuk kendaraan tersebut sebesar Rp , berapakah besar BBN I yang harus dibayar? BBN I = DPP X Tarif = NJKB X Tarif = Rp X 10% = Rp (jadi besar BBN I yang harus dibayar adalah Rp ). IV.1.2. Mekanisme pelaksanaan pemungutan BBN II Dalam mekanisme ini diperuntukkan untuk kendaraan bermotor yang telah berpindah kepemilikan atau tangan kedua dan selanjutnya. Kendaraan ini telah memiliki STNK, TNKB, dan BPKB. Oleh karena disebabkan oleh perpindahan kepemilikkan maka diperlukan perubahan data kendaraan yang disesuaikan dengan wajib pajak. perubahan ini wajib dilaporkan ke kantor SAMSAT agar dapat diubah dengan identitas terbaru. 59

8 Sebagai contoh pada SAMSAT Serpong salah satu BBN II yang bisa dilakukan adalah rubah bentuk / ganti warna, persyaratan yang diperlukan ialah: 1. Mengisi formulir 2. Identitas: a. Perorangan: foto copy tanda jati diri yang sah, bagi yang berhalangan melampirkan surat kuasa bermaterai cukup. b. Untuk badan hukum: salinan akte pendirian + 1 lembar foto copy, keterangan domisili, surat kuasa bermaterai cukup dan ditanda tangani pimpinan serta dibubuhi cap badan hukum yang bersangkutan. c. Untuk instansi pemerintah (termasuk BUMN dan BUMD): surat tugas/ surat kuasa bermaterai cukup dan ditanda tangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap badan hukum yang bersangkutan. 3. STNK dan BPKB asli. 4. Surat rubah bentuk dari perusahaan karoseri / bengkel yang memiliki ijin yang sah. 5. Bukti pelunasan PKB / BBN-KB dan SWDKLLJ (SKPD yang telah divalidasi). 6. Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan. 60

9 Gambar IV.4 Tata Cara Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN II) Contoh perhitungan BBN II : seorang pria membeli sepeda motor second / bekas seharga dengan keterangan sebagai berikut Yamaha Jupiter MX 135 (2005) dengan harga Rp besarnya PKB yang tertera pada STNK sebesar Rp maka berapakah BBN II yang harus dibayar? BBN II = 2/3 X PKB = 2/3 X Rp = Rp (jadi besar BBN II yang harus dibayar adalah Rp ). IV.1.3. Mekanisme Pelaksanaan Pengesahan dan Perpanjangan Pengesahan dan perpanjangan dilakukan untuk kendaraan bermotor yang telah mendapatkan STNK, TNKB, dan BPKB. STNK dan TNKB yang dimiliki memiliki masa berlaku selama 5 61

10 tahun dan harus dilakukan pengesahan tiap tahunnya untuk pelunasan pajak kendaraan bermotor. Untuk perpanjangan dilakukan setiap lima tahun sekali dan sekaligus melunasi pajak kendaraan bermotor, Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas (SWDKLLJ), biaya administrasi STNK dan plat nomor. Persyaratan Perpanjangan dan pengesahan kendaraan roda dua dan roda empat: 1. Mengisi formulir. 2. Identitas: a. Perorangan: foto copy tanda jati diri yang sah, bagi yang berhalangan melampirkan surat kuasa bermaterai cukup. b. Untuk badan hukum: salinan akte pendirian + 1 lembar foto copy, keterangan domisili, surat kuasa bermaterai cukup dan ditanda tangani pimpinan serta dibubuhi cap badan hukum yang bersangkutan. c. Untuk instansi pemerintah (termasuk BUMN dan BUMD): surat tugas/ surat kuasa bermaterai cukup dan ditanda tangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap badan hukum yang bersangkutan. 3. STNK asli. 4. BPKB asli 5. Bukti pelunasan PKB / BBN-KB dan SWDKLLJ (SKBD yang telah divalidasi) tahun terakhir. 6. Apabila masa berlaku STNK telah habis (5 tahun) harus melampirkan bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor. 62

11 Gambar IV.5 Tata Cara Perpanjangan dan Pengesahan STNK Jenis pelayanan pengesahan STNK masuk dalam pelayanan loket / kelompok kerja (Pokja): Loket / Pokja I Loket / Pokja III Loket / Pokja IV : Penyediaan formulir dan penerangan. : Pendaftaran, penelitian dan penetapan. : Penerimaan pembayaran PKB dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ). Loket / Pokja V : Penyerahan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) dan Tanda Pelunasan Pajak (TPP). Loket / Pokja VI : Pengarsipan. 63

12 Jenis pelayanan perpanjangan STNK dan TNKB setelah 5 tahun, masuk dalam pelayanan loket / kelompok kerja (Pokja): Loket / Pokja I Loket / Pokja II Loket / Pokja III Loket / Pokja IV : Penyediaan formulir dan penerangan. : Cek fisik kendaraan bermotor. : Pendaftaran, penelitian dan penetapan. : penerimaan pembayaran pajak kendaraan bermotor, biaya Administrasi STNK, biaya TNKB dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Loket / Pokja V Loket/ Pokja VI : Penyerahan STNK, TNKB, dan Tanda Pelunasan Pajak. : Pengarsipan. IV.1.4. Mekanisme Pendaftaran Kendaraan Bermotor Mutasi Keluar Daerah Bagi pemilik kendaraan bermotor yang ingin memindahkan kendaraannya keluar daerah pendaftaran dimana kendaraan tersebut terdaftar maka terlebih dahulu pemilik harus mencabut berkas pada bagian tata usaha polri dan mengisi formulir untuk mendapatkan surat keterangan pindah sebagai pengganti STNK dan surat keterangan fiskal antar daerah yang memuat data kendaraan dan pelunasan Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama dan SWDKLLJ. Fungsi dari surat keterangan tersebut adalah untuk mencegah terjadinya tunggakkan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor dan mendahului kewajiban perpajakannya. Persyaratan mutasi ialah sebagai berikut: 1. Mengisi formulir. 2. Identitas: a. Perorangan: foto copy KTP, SIM / PASSPORT. 64

13 b. Badan hukum: SIUP / NPWP + 1 lembar foto copy, keterangan domisili, surat kuasa bermaterai dan ditandatangani pimpinan serta dibubuhi stempel. c. Instansi pemerintah (termasuk BUMN/BUMD): surat tugas / surat kuasa bermaterai cukup dan ditanda tangani serta dibubuhi stempel 3. Surat rekomendasi dari Dir Lantas Babinkam Polri. 4. Surat rekomendasi dari Dinas Perhubungan. 5. Surat pengantar dari perusahaan. 6. Kwitansi pembelian. 7. Surat keterangan ganti warna (apabila ganti warna). 8. STNK, BPKB, dan cek fisik. GambarIV.6 Tata Cara Mutasi Keluar Daerah 65

14 IV.2. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Ex CD/CC. Kendaraan bermotor ex CD/CC merupakan kendaraan yang dahulu dimiliki korps diplomatik (kedutaan besar maupun organisasi internasional) memiliki kode khusus, yakni CD (Corps Diplomatique) atau CC (Corps Consulaire). Berdasarkan KMK No. 90 / KMK.04 / 2002 yang kemudian dilengkapi pada PMK No. 137 / PMK.04 / 2007 kendaraan bermotor milik CD/CC dapat dijual atau dipindahtangankan apabila memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Untuk kendaraan Kantor perwakilan diplomatik, Kantor perwakilan konsuler dan Kantor perwakilan organisasi internasional. Kendaraan bermotor dapat dijual atau dipindahtangankan apabila: a. Telah digunakan selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai; atau b.kendaraan bermotor tersebut secara meyakinkan terbukti tidak dapat dipergunakan lagi sebelum jangka waktu 3 (tiga) tahun. 2. Untuk kendaraan pejabat perwakilan negara asing, dan staf administrasi dan teknik perwakilan negara asing baik yang memiliki paspor diplomatik atau dinas. Kendaraan bermotor dapat dijual atau dipindahtangankan apabila: a. Telah digunakan sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun sejak tanggal keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai; atau b. Masa tugas yang bersangkutan di Indonesia berakhir sebelum 2 (dua) tahun; atau c. Kendaraan bermotor tersebut secara meyakinkan terbukti tidak dapat/tidak layak dipergunakan lagi dalam melaksanakan tugas sebelum 2 (dua) tahun. 66

15 3. Permohonan penjualan atau pemindahtanganan kendaraan bermotor diajukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai oleh pemilik/ pejabat yang memiliki atau kuasanya berdasarkan persetujuan dari Departemen Luar Negeri dengan menyebutkan alasan pemindahtanganan. 4. Permohonan sebagaimana dimaksud diajukan dengan menggunakan Formulir sebagaimana ditetapkan. 5. Atas penjualan atau pemindahtanganan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10, bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang terhutang harus dilunasi dengan menggunakan tarif pembebanan dan nilai pabean yang berlaku pada saat kendaraan bermotor dimaksud dijual atau dipindahtangankan. Persyaratan pendaftaran kendaraan bermotor ex CD / CC: 1. Mengisi formulir SPPKB (Surat Permintaan Pertanggungan Kendaraan Bermotor). 2. Identitas/tanda jati diri pemohon/ pemilik yang sah. 3. STNK asli. 4. BPKB asli. 5. Pemberitahuan impor barang. 6. Formulir C dari bea cukai. 7. Kwitansi pembelian yang sah. 8. Bukti hasil pemeriksaaan fisik kendaraan bermotor. IV.3. Cara Mengatasi Kendaraan Bermotor Ilegal. Tidak semua kendaraan bermotor yang masuk kedalam negeri merupakan kendaraan yang legal ada beberapa orang atau oknum yang kerap kali melakukan kecurangan dengan 67

16 menyelundupkan kendaraan bermotor yang tidak memiliki ijin dan kelengkapan surat-surat yang sah. Jenis-jenis tindakan ilegal meliputi: 1. Menyelundupkan kendaraan dari luar wilayah pabean kedalam wilayah pabean. 2. Membuat surat-surat kendaraan bermotor dan tanda nomor kendaraan bermotor palsu. 3. Menjual kendaraan curian. Untuk mengatasi hal-hal ini diperlukan kerjasama dari semua pihak tidak hanya menjadi Tanggung jawab Polisi tetapi menjadi tanggung jawab bea cukai, pemerintah daerah, warga masyarakat hingga konsumen itu sendiri. Tindak pencegahan dan untuk mengatasi kendaraan bodong / ilegal tersebut dapat dengan cara: 1. Pemeriksaan terhadap kendaraan bermotor yang berasal dari luar negeri, dengan cara memeriksa kelengkapan surat-surat dan kelengkapan / kelegalan lembaga yang melakukan import kendaraan bermotor tersebut dan tujuan melakukan import kendaraan bermotor. 2. Melakukan razia guna memeriksa kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor yang dimiliki oleh pengguna kendaraan bermotor. 3. Mendata dan memeriksa secara lengkap baik kendaraan bermotor baru, kendaraan bermotor yang melakukan balik nama, mutasi maupun pada saat perpanjangan dan pengesahan surat-surat kendaraan bermotor. 4. Mendata kelengkapan setiap kendaraan bekas yang yang diperjualbelikan di show room. 5. Teliti sebelum membeli dan jangan mudah tergiur dengan harga murah yang ditawarkan penjual terlebih jika harga yang ditawarkan jauh dibawah Harga Pasaran Umum (HPU) kendaraan sejenisnya. 68

17 IV.4. Perlakuan Terhadap Kendaraan Bermotor yang Bertujuan Untuk Pameran. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pasal 9 ayat 6 tentang pajak dan retribusi daerah, termasuk penyerahan kendaraan bermotor adalah pemasukkan kendaraan bermotor dari luar negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia kecuali: 1. Untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan. 2. Untuk diperdagangkan. 3. Untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia. 4. Digunakan untuk pameran, penelitian, contoh, dan kegiatan olahraga bertaraf internasional. Sebagaimana disebutkan dalam point 4 bahwa kendaraan yang bertujuan untuk dipamerkan dibebaskan dari bea balik nama kendaraan bermotor, tetapi banyak kecurangan yang terjadi terhadap mobil untuk pameran ini yaitu banyaknya mobil pameran yang tiba-tiba berpindah tangan secara ilegal yaitu tanpa membayar bea balik nama yang masih terhutang padahal seharusnya kendaraan tersebut hanya untuk dipamerkan yang kemudian akan dikembalikan ke negara asalnya. Hal ini seharusnya mendapat perhatian dan pengawasan khusus dari Polisi, pihak penyelanggara, ATPM, dan Bea Cukai untuk mengecek berapa pabrikan kendaraan bermotor yang mengikuti pameran, jumlah kendaraan bermotor, jenis kendaraan bermotor, dan identitas kendaraan bermotor (meliputi nomer mesin, rangka, dan warna kendaraan) yang mengikuti pameran dan setelah mengikuti pameran agar dapat mencegah terjadinya kecurangan terhadap kendaraan bermotor untuk pameran. IV.5. Analisis Efektifitas Pelaksanaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan salah satu penerimaan dari beberapa penerimaan yang diperoleh kantor SAMSAT. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor mempunyai 69

18 peranan yang sangat penting dan signifikan dalam pemasukkan daerah. Kali ini penulis akan menganalisis mengenai efektifitas pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. IV.5.1. Laju Pertumbuhan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru di Kantor SAMSAT Serpong Laju pertumbuhan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru pada kantor SAMSAT Serpong dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2009, 2010, dan 2011) dapat dilihat pada Grafik IV.1 sebagai berikut: Grafik IV.1 Realisasi BBN I di Kantor SAMSAT Serpong Sumber : UPTD Serpong Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru (BBN I) selama tiga tahun terakhir terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2009 realisasi BBN I adalah sebesar Rp dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar Rp dan peningkatan terus terjadi hingga tahun 2011 yaitu sebesar Rp Untuk mengetahui besarnya presentase laju pertumbuhan BBN I pada kantor SAMSAT Serpong dapat dilihat pada Tabel IV.1 dibawah ini: 70

19 Tabel IV.1 Petumbuhan BBN I di Kantor SAMSAT Serpong No Tahun Realisasi Pertumbuhan (Rp.) Pertumbuhan (%) Rata-Rata Sumber : UPTD Serpong, diolah Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan BBN I mengalami pertumbuhan tiap tahunnya. Pada tahun 2010 mulai mengalami peningkatan dari tahun 2009 yaitu sebesar 70.41% dan pada tahun 2011 terjadi penurunan pertumbuhan menjadi 42.08% walaupun secara rupiah terjadi kenaikan tetapi secara presentase terjadi penurunan sebesar 28.33%. Dari hasil rata-rata perhitungan pertumbuhan BBN I diperoleh rata-rata sebesar 56.24%, IV.5.2. Perbandingan Pertumbuhan Rencana dan Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru di Kantor SAMSAT Serpong Setiap tahunnya Dinas pendapatan Daerah melakukan perencanaan terhadap pajak daerah yang akan dipungut pada tahun selanjutnya tidak terkecuali BBN I. Perencanaan penerimaan tersebut harus dilakukan dengan baik dan matang sehingga diperoleh realisasi yang maksimal, sehingga target yang telah ditentukan dapat tercapai atau bahkan dapat melebihi target yang ditentukan oleh Dinas Pendapatan daerah. Pada Grafik IV.2 akan menampilkan perbandingan antara rencana dengan realisasi BBN I di Kantor SAMSAT Serpong dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2009, 2010, dan 2011), sebagai berikut: 71

20 Grafik IV.2 Perbandingan Pertumbuhan Rencana dan Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru di Kantor SAMSAT Serpong Sumber : UPTD Serpong Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa antara rencana dan realisasi BBN I menunjukkan adanya kenaikan terus-menerus tiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 realisasi BBN I sebesar Rp dimana jumlah ini melampaui dari target yang ditetapkan sebesar Rp Pada tahun 2010 terjadi lagi peningkatan realisasi dari target yang ditetapkan sebesar Rp menjadi sebesar Rp Kemudian pada tahun 2011 masih terjadi peningkatan realisasi dari target yang ditetapkan sebesar Rp menjadi sebesar Rp Untuk mengetahui besarnya presentase antara rencana dan realisasi BBN I di kantor SAMSAT Serpong dapat dilihat pada Tabel IV.2 berikut ini: 72

21 Tabel IV.2 Perbandingan Pertumbuhan Rencana dan Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru di Kantor SAMSAT Serpong No Tahun Rencana Realisasi Pertumbuhan (%) Rata - Rata Sumber : UPTD Serpong Berdasarkan Tabel 3 diatas diketahui bahwa BBN I di Kantor SAMSAT Serpong mengalami kenaikan baik dalam rencana maupun realisasi. Pada tahun 2009 terjadi pertumbuhan realisasi sebesar %. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan pertumbuhan realisasi sebesar %. Namun pada tahun 2011 terjadi penurunan pertumbuhan realisasi dari yang sebelumnya % menjadi % walaupun secara rupiah realisasi pada tahun 2011 telah melebihi rencana yang telah ditetapkan. Dari hasil rata-rata perhitungan pertumbuhan realisasi penerimaan dari yang telah dianggarkan didapatkan angka sebesar %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencapaian realisasi dari rencana yang telah ditetapkan setiap tahunnya baik sekali karena selalu melebihi 100% atau melebihi rencana yang telah ditetapkan. IV.5.3. Kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru Terhadap Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pada SAMSAT Serpong Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terdiri dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru (BBN I) yang dibayarkan saat pertama membeli atau penyerahan pertama atas kendaraan bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN II) yang dibayarkan pada saat pergantian kepemilikan atau penyerahan kedua. Pada Grafik IV.3 berikut ini akan menampilkan kontribusi BBN I terhadap BBNKB selama tiga tahun terakhir: 73

22 Grafik IV.3 Kontribusi BBN I Terhadap Penerimaan BBNKB Sumber : UPTD Serpong Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa BBN I memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan BBNKB pada SAMSAT Serpong dikarenakan selama tiga tahun terakhir realisasi BBN I selalu melebihi target yang telah direncanakan sehingga penerimaan dari sektor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor cukup potensial dan hal ini juga menunjukkan bahwa dalam tiga tahun terakhir banyak terjadi pembelian kendaraan bermotor baru dikawasan serpong. Pada Tabel IV.3 berikut ini akan ditampilkan besarnya kontribusi BBN I terhadap BBNKB selama 3 tahun terakhir: Tabel IV.3 Kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru Terhadap Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pada SAMSAT Serpong No Tahun Realisasi BBN I Realisasi BBNKB Pertumbuhan (%) Rata - Rata Sumber : UPTD Serpong, diolah 74

23 Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa selama tiga tahun terakhir BBN I selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya dan menyumbang lebih dari setengah dari pendapatan BBNKB pada SAMSAT Serpong. Dibuktikan pada tahun 2009 BBN I memberikan kontribusi sebesar 96.04%, lalu pada tahun 2010 BBN I memberikan kontribusi sebesar 97.63% meningkat 1.59% dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 BBN I memberikan kontribusi sebesar 97.93% meningkat 0.30% dari tahun 2010 jika dirata-rata maka BBN I selama tiga tahun terakhir rata-rata memberikan kontribusi sebesar 97.20% kepada pendapatan BBNKB. IV.5.4. Laju Pertumbuhan PAD Pada UPTD Serpong Salah satu cara untuk menghitung besarnya peranan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yaitu dengan melakukan analisis perbandingan dengan Pendapatan Asli Daerah tiap tahunnya. Besarnya realisasi penerimaan PAD dapat dilihat pada Grafik IV.4 berikut ini: Grafik IV.4 Realisasi PAD Sumber : UPTD Serpong Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa realisasi PAD menunjukkan tren yang positif dengan menunjukkan peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2009 PAD yang diperoleh 75

24 sebesar Rp Pada tahun 2010 terjadi peningkatan PAD menjadi Rp dan peningkatan terus berlanjut pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp Untuk mengetahui besarnya presentase laju pertumbuhan PAD dapat dilihat pada Tabel IV.4 berikut ini No Tahun Realisasi PAD Pertumbuhan (Rp.) Pertumbuhan (%) Rata-Rata Sumber : UPTD Serpong, diolah Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli daerah dalam kurun waktu tiga tahun terakhir selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan pertumbuhan sebesar 47.07% dari tahun Peningkatan terus berlanjut pada tahun 2011 yaitu sebesar 58.34%. Jika dilihat dalam tiga tahun terakhir selalu terjadi peningkatan PAD, hal ini dikarenakan selalu terlampauinya target yang direncanakan sehingga pertumbuhan PAD mengarah pada tren positif. Tabel IV.4 Laju Pertumbuhan PAD Tahun

25 IV.5.5. Kontribusi BBNKB Terhadap PAD Sumber penerimaan Pendapatan Asli daerah ada berbagai macam pendapatan tetapi yang paling terbesar adalah penerimaan dari sektor pajak daerah. Pajak daerah memiliki beragam jenis pajak, salah satu pajak yang menyumbang kontribusi paling dominan adalah BBNKB. berikut akan ditampilkan besarnya kontribusi BBNKB terhadap PAD dalam Grafik IV.5, sebagai berikut: Grafik IV.5 Kontribusi BBNKB Terhadap PAD Sumber : UPTD Serpong Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap jumlah Pendapatan asli daerah. Berikut ini akan ditampilkan besarnya nilai yang diberikan oelah Bea Balik Nama kendaraan Bermotor Baru terhadap Pendapatan Asli daerah pada Tabel IV.5 dibawah ini: 77

26 Tabel IV.5 Kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah Realisasi No Tahun BBNKB Realisasi PAD Pertumbuhan (%) Rata - Rata Sumber : UPTD Serpong, diolah Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan penerimaan yang cukup baik dari setiap tahunnya. Pada tahun 2009 realisasi Bea Balik Nama kendaraan Bermotor memberikan kontribusi penerimaan terhadap Pendapatan asli Daerah sebesar 52.97%, kemudian pada tahun 2010 kontribusi penerimaan Bea Balik Nama kendaraan bermotor meningkat menjadi 60.37% meningkat 7.40% dari tahun 2009, tetapi pada tahun 2011kontribusi penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor turun sebesar 6.37% menjadi 54.01% hal ini disebabkan peningkatan target PAD pada tahun yang meningkat sebesar 30.9% dibanding tahun 2009 ke 2010 yang hanya 13.8% Jika dilihat dari dari tiga tahun terakhir maka rata-rata kontribusi penerimaan Bea Balik Nama kendaraan bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah cukup tinggi yaitu sebesar 55.78%, ini menandakan bahwa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru memberikan kontribusi yang potensial bagi Pendapatan Asli daerah. IV.5.6. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Baru Yang Terdaftar Pada SAMSAT Serpong Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru identik dengan pertumbuhan kendaraan bermotor baru yang terjual. Dalam tiga tahun terakhir kendaraan bermotor mengalami pertumbuhan yang 78

27 sangat pesat yang mengakibatkan peningkatan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor baru. Ada berbagai jenis kendaraan bermotor baru yang terjual tiap tahunnya dan Pada Tabel IV.6 akan ditunjukkan pertumbuhan kendaraan bermotor baru yang terdaftar pada SAMSAT Serpong yang dikelompokkan sesuai jenisnya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir: Tabel IV.6 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Baru Yang Terdaftar Pada SAMSAT Serpong No Jenis Kendaraan Bermotor Tahun Sedan,Sedan Station dan 1 Sejenisnya Jeep dan Sejenisnya Mini Bus dan Sejenisnya 1,873 3,915 5,555 4 Microbus dan Sejenisnya Bus dan Sejenisnya Pick Up dan Sejenisnya Truk dan Sejenisnya Kendaraan Alat-Alat Berat Sepeda Motor (Roda 2 dan 9 Roda 3) 10,473 17,697 18,374 Jumlah 13,223 23,188 25,872 Sumber : SAMSAT Serpong Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa kendaraan bermotor yang mengalami pertumbuhan tertinggi tiap tahunnya terutama terjadi peningkatan yang tinggi pada 2010 hal ini disebabkan karena pada tahun 2009 jumlah penjualan kendaraan bermotor mengalami penurunan yang diakibatkan adanya krisis global sehingga terjadi penurunan penjualan kendaraan bermotor, sedangkan pada tahun 2010 situasi perekonomian sudah membaik sehingga penjualan kendaraan kembali meninggi dan pada tahun 2011 penjualan kendaraan bermotor kembali kepada kondisi normal bahkan meningkat pesat dan untuk penjualan kendaraan bermotor masih didominasi oleh kendaraan bermotor berjenis mini bus dan sepeda motor, dibuktikan pada tahun 2010 kendaraan 79

28 mini bus mengalami penigkatan menjadi 3,951 dari tahun 2009 yang berjumlah 1,873 dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan yang sangat drastis yaitu menjadi 5,555 dari tahun 2010 yang berjumlah 3,915. Untuk jenis sepeda motor pada tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah sepeda motor menjadi 17,697 yang sebelumnya pada tahun 2009 berjumlah 10,473 dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan menjadi 18,374 dari tahun 2010 yang berjumlah 17,697. Diperkirakan peningkatan akan terus berlanjut pada tahun berikutnya untuk kendaraan berjenis mini bus dan sepeda motor dikarenakan jumlah peminat untuk kendaraan jenis ini diperkirakan akan terus bertambah disebabkan banyaknya peminat untuk mini bus termasuk MPV (Multi Purpose Vehicle) dikarenakan rata-rata masyarakat Indonesia menganut paham kekeluargaan dimana mereka lebih menyukai kendaraan khususnya mobil yang dapat membawa anggota keluarga selain itu pajak yang lebih murah dibanding sedan karena masuk dalam kategori minibus membuat MPV mempunyai daya tarik yang kuat, selain itu beberapa MPV yang mendominasi saat ini seperti Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Nissan Grand Livina dan Suzuki APV adalah Kendaraan yang mempunyai kapasitas mesin relatif kecil, antara 1000cc hingga cc. sehingga lebih irit dalam penggunaan bahan bakarnya., sedangkan alasan banyak pengguna memilih sepeda motor karena sepeda motor memiliki harga yang murah, irit dan praktis dan terjangkau semua kalangan, kemudian adanya sistem kredit yang memberikan kemudahan seseorang untuk memiliki kendaraan bermotor dan rendahnya DP (Down payment) yang ditawarkan untuk memiliki kendaraan berjenis tersebut terutama untuk jenis sepeda motor. IV.6. Analisis Mekanisme Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor baru (BBN I) merupakan pajak yang dipungut sebagai pembayaran oleh wajib pajak (pemilik kendaraan), pajak ini hanya dikenakan satu kali pada saat pembelian atau saat penyerahan kendaraan dari dealer kepada pembeli (wajib pajak). Bea Balik 80

29 Nama dapat terjadi karena terdapat perpindahan hak milik dan kewajiban dari kendaraan tersebut. Saat melakukan pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru ada tiga pihak yang ikut dalam proses tersebut yaitu Dispenda berkaitan dengan pajak yang merupakan pendapatan daerah, Kepolisian berkaitan dengan identitas kendaraan bermotor, dan Jasa Raharja berkaitan dengan asuransi yang disebut sebagai Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ). Dasar pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan bermotor Baru adalah berdasarkan nilai jual yang kemudian dikalikan dengan tarif yang telah ditentukan. Dalam penetapan nilai jual ini atau disebut juga Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) ditetapkan tiap tahunnya oleh Peraturan Gubernur. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala yang terjadi dalam pelaksanaan BBN I yaitu adanya NJKB kendaraan yang tidak terdapat pada tabel yang disebabkan tidak terdatanya kendaraan dikarenakan kendaraan tersebut merupakan kendaraan Completely Built Up (CBU) yang merupakan kendaraan import yang tidak ada di dalam negeri sebelumnya. Hal ini menimbulkan kebingungan dalam menetapkan NJKB dimana kendaraan sudah masuk dan bahkan sudah memiliki pemilik tetapi masih belum dapat ditentukan besarnya BBN I yang harus di bayar. Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2011 dan Peraturan Gubernur Banten Nomor 37 Tahun 2011 tentang penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor menyatakan dasar pengenaan merupakan hasil perkalian dari nilai jual dengan bobot yang mencerminkan secara relative kadar kerusakan jalan dan / atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor. Nilai jual ditetapkan berdasarkan Harga Pasaran Umum (HPU) suatu kendaraan bermotor. Bobot yang ditetapkan untuk kendaraan sedan, sedan station, jeep, station wagon, minibus, microbus, bus, 81

30 sepeda motor serta alat-alat berat dan alat-alat besar memiliki bobot 1 (satu) sedangkan untuk mobil barang / beban memiliki bobot 1.3 (satu koma tiga). Penetapan NJKB untuk dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor untuk jenis, merek dan tipe yang belum tercantum dalam lampiran peraturan Gubernur dan belum ditetapkan oleh Dirjen Bina Administrasi Keuangan Daerah atas nama Menteri Dalam Negeri, dengan ketentuan: 1. Untuk tahun pembuatan terbaru nilai jualnya ditetapkan 10% (sepuluh persen) di bawah harga kosong (Off the road) atau 21.5% (dua puluh satu koma lima persen) di bawah perkiraan harga isi (on the road). 2. Untuk tahun pembuatan lebih tua, nilai jualnya ditetapkan dengan membandingkan merek, jenis, tipe, isi silinder, dan tahun pembuatan dari negara produsen yang sama. Sedangkan untuk jenis, merek, dan tipe yang telah tercantum dalam Peraturan Gubernur ketentuan dalam menentukan NJKB adalah sebagai berikut: 1. Untuk tahun pembuatan terbaru nilai jualnya belum tercantum, maka besarnya nilai jual dihitung dengan menambahkan 5% (lima persen) dari nilai jual tahun sebelumnya. 2. Untuk tahun pembuatan yang lebih tua yang nilai jualnya belum tercantum, maka dihitung dari nilai jual tahun pembuatan terakhir dalam tabel dengan penurunan 5% (lima persen) setiap tahun maksimal penurunan 5 (lima) tingkat atau disesuaikan dengan harga pasaran umum yang berlaku. Gubernur dapat mendelegasikan kepada Kepala Dinas untuk menetapkan dasar pengenaan PKB dan BBN-KB terhadap jenis, merek, tipe, serta tahun pembuatan kendaraan bermotor yang 82

31 belum tercantum. Dengan demikian pemerintah daerah diberi kewenangan dalam menentukan NJKB kendaraan bermotor dan hal ini dapat menambah kelancaran pemungutan Bea Balik Nama Kendaran Bermotor terutama untuk kendaraan bermotor yang tidak atau belum terdaftar NJKBnya. Dalam proses penghitungan tersebut memakan waktu 10 (sepuluh hari) hal ini menyebabkan lamanya proses pelaksanaan bea balik nama kendaraan bermotor baru yang dapat memakan waktu menjadi lebih dari 10 (sepuluh) hari. Untuk kendaraan yang NJKB-nya telah tercantum dalam proses pembayaran BBN I memakan waktu paling lama 10 (sepuluh) hari dikarenakan untuk Provinsi Banten dalam hal penomoran kendaraan dan penerbitan BPKB dilakukan di Polda, hal ini dapat berdampak pada terhambatnya pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. IV.7. Ekstensifikasi dan Intensifikasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan salah satu jenis pajak yang memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah dan hal ini harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan agar daerah tidak kehilangan sumber pendapatan yang potensial, oleh karena itu salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. Ekstensifikasi pajak adalah suatu cara untuk meningkatkan pendapatan pajak dengan menitikberatkan kepada perluasan objek pajak, sedangkan intensifikasi pajak adalah suatu cara untuk meningkatkan pendapatan pajak dengan menitikberatkan pada penggunaan sistem baru dan pengembangan sistem yang sudah ada. Jenis ekstensifikasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pengenaan bea balik nama kendaraan bermotor terhadap kendaraan dinas baik 83

32 pelat merah / TNI / Polri hal ini dapat meningkatkan objek pajak sekaligus pendapatan pajak, sedangkan intensifikasi pajak yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan razia kendaraan bermotor secara berkala untuk memeriksa kelengkapan suratsurat kendaraan dan pelunasan kewajiban pajak kendaraan. 2. Pembuatan Samsat on line, dimana dapat mempermudah wajib pajak / pemilik kendaraan dalam membayar kewajiban pajaknya melalui sistem komputerisasi. 3. Pengadaaan Samsat keliling, mempermudah wajib pajak / pemilik kendaraan untuk dapat membayar kewajiban pajaknya dengan membuka stand pembayaran di tempat-tempat strategis tanpa perlu datang ke kantor Samsat. 4. Pemberia surat teguran kepada wajib pajak / pemilik kendaraan yang belum melunasi kewajibannya. 84

Pashario Saputra ABSTRAK

Pashario Saputra ABSTRAK ANALISIS ADMINISTRASI PEMUNGUTAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS TERHADAP MEKANISME BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR BARU PADA SAMSAT SERPONG) Pashario Saputra Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pemungutan BBN-KB pada Kantor SAMSAT Jakarta Barat Pada bab ini akan dimulai dengan pembahasan pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang berada di

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor BAB IV PEMBAHASAN IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor Samsat Jakarta Barat. Bab ini akan dimulai dengan mekanisme pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK A. Defenisi Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa

Lebih terperinci

INFORMASI & PROSEDUR PENGURUSAN BPKB

INFORMASI & PROSEDUR PENGURUSAN BPKB PELAYANAN SURAT KETERANGAN STNK HILANG BPKB LEASING 1. Formulir permohonan 2. Laporan Polisi kehilangan STNK 3. Cek Fisik kendaraan yang sudah dilegalisir 4. Foto Copy BPKB dan legalisir dr Leasing 5.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2017 DAN TAHUN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT n20 PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2015 u TENTANG TAMBAHAN PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 27, 2015 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PENERBITAN BPKB BARU (BBN I) DITLANTAS POLDA ACEH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PENERBITAN BPKB BARU (BBN I) DITLANTAS POLDA ACEH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PENERBITAN BPKB BARU (BBN I) DITLANTAS POLDA ACEH SARANA DAN PRASARANA a. Petugas menempatkan diri di tempat / lokasi : 1. Tempat pelayanan penerbitan BPKB

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTORDAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DINAS PENDAPATAN PROVINSI BALI TAHUN 2015 DAFTAR

Lebih terperinci

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR.

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor 26 BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan pelayanan yang berfokus pada masyarakat. Pelayanan yang berfokus pada pelanggan ini akan berhasil

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2016 T E N T A N G

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2016 T E N T A N G GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2016 T E N T A N G PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon (022) Faks (022) BANDUNG 40115

Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon (022) Faks (022) BANDUNG 40115 1 2 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 68 TAHUN 2011 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) TAHUN 2011

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 22 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERBITAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN BERMOTOR ( S T N K )

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERBITAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN BERMOTOR ( S T N K ) POLRI DAERAH METRO JAYA DIREKTORAT LALU LINTAS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERBITAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN BERMOTOR ( S T N K ) I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Berdasarkan ketentuan pasal 65 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 030 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 030 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 030 TAHUN 2014 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

MEKANISME PROSES PENERBITAN BPKB

MEKANISME PROSES PENERBITAN BPKB MEKANISME PROSES PENERBITAN BPKB Registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dimulai dari proses penerbitan BPKB karena : Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) adalah sertifikat kepemilikan atas kendaraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 DAN TAHUN 2015 GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

210 TAHUN 2015 PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BE

210 TAHUN 2015 PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BE 210 TAHUN 2015 PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BE Contributed by Administrator Thursday, 27 August 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) memegang peranan penting dalam rangka membiayai urusan rumah tangga daerah, baik dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 44 TAHUN 2014 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 44 TAHUN 2014 TENTANG 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 44 TAHUN 2014 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

: PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGHITUNGAN DAN PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2007.

: PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGHITUNGAN DAN PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2007. 8. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2002 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah. 9. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2003 tentang Bea Balik Nama Kendaraan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 75 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB)

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 75 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 75 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada UPTD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada UPTD 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada UPTD SAMSAT Wilayah Kabupaten Bantul Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR PEMBUATAN SEBELUM TAHUN 2015

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 DENGAN RAKHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 68 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 68 TAHUN 2011 TENTANG RANC ANGAN PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 68 TAHUN 2011 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2010 DI PROVINSI PAPUA Lampiran : 2

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 096 TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 096 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 096 TAHUN 2017 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2017 DI WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PERHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2009 DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2012 DI PROVINSI PAPUA Lampiran : 2

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE PELAYANAN PENERBITANN BUKU PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR (BPKB) UNTUK KENDARAAN BERMOTOR BARU

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE PELAYANAN PENERBITANN BUKU PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR (BPKB) UNTUK KENDARAAN BERMOTOR BARU PENERBITANN BUKU PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR (BPKB) SOP-BID REGIDENT-4 Dibuat oleh BAUR BPKB Diperiksa oleh KASAT LANTAS 1/7 Disahkan oleh KEPALA KEPOLISIAN WIYANTO BRIPKA NRP 810241 EDY SUDARMA KORNIAWAN,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 18 TAHUN No. 18, 2016 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 18 TAHUN No. 18, 2016 TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2016 NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR UNTUK

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 059 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 059 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 059 TAHUN 2016 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2016 DI WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2009 DI PROVINSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. negara yang tehutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

BAB II LANDASAN TEORI. negara yang tehutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang tehutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2016 Menimbang : Mengingat DENGAN RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT LALU LINTAS NO. DOKUMEN SOP-BID REGIDENT-004 NO.

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT LALU LINTAS NO. DOKUMEN SOP-BID REGIDENT-004 NO. DIREKTORAT LALU LINTAS TANGGAL TERBIT: 06 JUNI 2016 Dibuatoleh BAUR BPKB VICTOR HERY BRIPTU NRP 88110538 Diperiksaoleh KASAT LANTAS PUTU GDE CAKA PRATYAKSA R. S.IK IPTU NRP 91030235 Disahkanoleh KEPALA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG Draft Final GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2003

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR PEMBUATAN SEBELUM TAHUN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2007

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG Draft Final GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 34 TAHUN2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 34 TAHUN2017 TENTANG D GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 34 TAHUN2017 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 056 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 056 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 056 TAHUN 2012 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

2 ketentuan mengenai pemberian pembebasan bea masuk atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesi

2 ketentuan mengenai pemberian pembebasan bea masuk atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1141, 2015 KEMENKEU. Impor Barang. Badan Internasional. Pejabat. Bea Masuk. Pembebasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.04/2015

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2006

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan kctentuan dalam Pasal 10

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang P

2017, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang P No.639, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Pengenaan PKB dan BBN-KB. Tahun 2017. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2017. TENTANG PENGHITUNGAN DASAR

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 DALAM

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2067, 2014 KEMENDAGRI. Pajak. Bea Balik Nama. Kendaraan Bermotor. 2015. Perhitungan Dasar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.341, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Penghitungan Dasar. Pengenaan Pajak. Bea Balik Nama. Kendaraan Bermotor. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA NO. DOKUMEN SOP-BID REGIDENT-004 NO. REVISI 00 HALAMAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA NO. DOKUMEN SOP-BID REGIDENT-004 NO. REVISI 00 HALAMAN (BPKB) UNTUK PEMINDAHTANGANAN KEPEMILIKAN KENDARAAN Dibuatoleh BAUR BPKB VICTOR HERY BRIPTU NRP 88110538 Diperiksaoleh KASAT LANTAS PUTU GDE CAKA PRATYAKSA R. S.IK IPTU NRP 91030235 Disahkanoleh KEPALA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN NOMOR 355/KMK.03/2003 TANGGAL 11 AGUSTUS 2003 TENTANG JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Menimbang : a. bahwa perkembangan dunia otomotif yang sangat pesat

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN

Lebih terperinci

TATACARA PEMBERIAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBEBASAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR

TATACARA PEMBERIAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBEBASAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR LAMPIRAN I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-229/PJ/2003 Tanggal : 12 Agustus 2003 TATACARA PEMBERIAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBEBASAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN

Lebih terperinci

NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT : DESEMBER 2014

NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT : DESEMBER 2014 () UNTUK KENDARAAN BERMOTOR BARU Dibuat oleh KANIT REGIDENT Diperiksa oleh KASAT LANTAS 1/8 Disahkan oleh KAPOLRES LOMBOK TIMUR LALU PANCA WARSA, SH IPDA NRP 68070339 SUPYAN HADI, SH AKP NRP 75110450 HERI

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK DAN CUKAI ATAS BARANG PERWAKILAN NEGARA ASING DAN PEJABATNYA

TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK DAN CUKAI ATAS BARANG PERWAKILAN NEGARA ASING DAN PEJABATNYA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 90/KMK.04/2002 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK DAN CUKAI ATAS BARANG PERWAKILAN NEGARA ASING DAN PEJABATNYA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2010 GUBERNUR ACEH, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG Draft Final GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR OPERASIONAL

SISTEM DAN PROSEDUR OPERASIONAL SISTEM DAN PROSEDUR OPERASIONAL Prosedur dan persyaratan pengurusan pembayaran pajak kendaraan bermotor, sesuai dengan Instruksi bersama Menteri Pertahanan Keamanan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 19 TAHUN 2010 T E N T A N G

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 19 TAHUN 2010 T E N T A N G GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 19 TAHUN 2010 T E N T A N G JAMBI PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN STNK NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT : 02 JANUARI 2016

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN STNK NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT : 02 JANUARI 2016 SOP-BID REGIDENT-4 Dibuat oleh BAUR SIM Diperiksa oleh KASAT LANTAS 1/22 Disahkan oleh KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA IVAN SUKAMDANY BRIPKA NRP 85020185 EDY SUDARMA KORNIAWAN, S.Kom AJUN KOMISARIS POLISI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu pajak daerah yang memiliki potensi yang besar dalam menaikan pendapatan asli

Lebih terperinci

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 23 TAHUN

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 23 TAHUN BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN UJI BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemda tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN A. Telaah Pustaka Telaah pustaka merupakan landasan teroritis terhadap permasalahan yang dipilih dalam sebuah penelitian. Telaah pustaka yang digunakan

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat

Gubernur Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat 1 Gubernur Jawa Barat Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH UNTUK

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN

Lebih terperinci

~JaIwJw PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2014 TENTANG

~JaIwJw PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2014 TENTANG I SALINAN I @~@F~&aew/u~ ~JaIwJw PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2014 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR PEMBUATAN SEBELUM TAHUN

Lebih terperinci

Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah;

Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah; PELAYANAN PENERBITAN BUKU PEMILIK KENDARAAN BERMOTORR (BPKB) UNTUK PEMINDAHTANGANAN KEPEMILIKAN Dibuat oleh BAUR BPKB Diperiksa oleh KASAT LANTAS 1/17 Disahkan oleh KEPALA KEPOLISIAN WIYANTO BRIPKA NRP

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Dinas Pendapatan Daerah Prop. DKI Jakarta 1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa pajak daerah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2012 T E N T A N G PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-23/BC/2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI SERTA PENYELESAIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.535, 2013 KEMENTERIAN DALAM NEGERI Pajak. Kendaraan Bermotor. Bea Balik Nama. Penghitungan Dasar. Perubahan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2007 T E N T A N G TATA CARA PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2007 T E N T A N G TATA CARA PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2007 T E N T A N G TATA CARA PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PERUBAHAN SIFAT DAN ATAU PERUBAHAN BENTUK KENDARAAN BERMOTOR

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PERUBAHAN SIFAT DAN ATAU PERUBAHAN BENTUK KENDARAAN BERMOTOR GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PERUBAHAN SIFAT DAN ATAU PERUBAHAN BENTUK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang

Lebih terperinci