TINJAUAN EPIDEMIOLOGIK ASPERGILLOSIS UNGGAS
|
|
- Adi Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN EPIDEMIOLOGIK ASPERGILLOSIS UNGGAS Sukardi Hastiono Balai Penelitian Penyakit Hewan, Bogor PENDAHULUAN Dibandingkan dengan penyakit mikotik lainnya, aspergillosis merupakan penyakit mikotik yang terbanyak kasusnya dan paling merugikan peternakan unggas di Indonesia, khususnya ayam (7) Di pihak lain, aspergillosis juga merupakan penyakit pernafasan pada unggas yang paling sukar diobati dsn diagnose klinisnya masih sulit ditetapkan, karena gejalanya aspesifik (1 ) Kejadian aspergillosis pada unggas di Indonesia pertama kali dilaporkan sekitar tahun 1952 (9) Lebih dari 20 tshun kemudian, pengamatan dsn penelitiannya mulai digiatkan, dan beberapa laporan telah banyak ditulis (3, 4, 6, 7, 10, 11, 12) Namun, sejauh itu, pembahasan epidemiologinya belum banyak dilakukan Dalam tulisan ini, dari hasil pemeriksaan diagnostik spesimen ke arah aspergillosis yang dilakukan di laboratorium Mikologi Bakitwan selama 5 tahun terakhir ( ), dicoba diungkapkan aspek epidemiologinya, khususnya ditinjau dari sudut ALI (Agen penyakit, Lingkungan yang mempengaruhi, dan Inang tempat penyakit bersarang) Mengingat bahwa sebagian besar spesimen berasal dari Bogor dan sekitarnya, dsn juga analisanya dilakukan terhadap data masa lampau (re trospektif) yang terbatas pada apa yang ditemukan dari hasil pemeriksaan tersebut, maka tinjauan epidemiologik ini tidak mencerminkan epidemiologi aspergillosis unggas di Indonesia Meskipun demikian, diharapkan tinjauan ini dapat menggambarkan situasi penyakit hingga saat ini secara garis besar HASIL DAN PEMBAHASAN Selama pengamatan 5 tshun secara retrospektif tersebut, telah diperiksa sebanyak 623 spesimen dengan hasil : 164 positif dan 459 ne gatif aspergillosis Analisa epidemiologik terhadap spesimen sebanyak ini, khususnya ditinjau dari segi agen penyakit, lingkungan dan inangnya adalah sebagai berikut : 1 Agen Dari sebanyak 164 kasus positif aspergillosis, maka sebesar 63,41 %, 28,05% dan 8,54% berturut-turut disebabkan oleh kapang Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus dan Aspergillus niger (Tabel 1) Kesdaan ini sesuai dengan pendapat beberapa penulis sebagaimana telah dikutip oleh Ainsworth dan Austwick (1) Wslaupun angka persentasenya selalu berbeda-beda (6, 7), namun tetap Aspergillus fumigatus (Gambar 1) sebsgai penyebab utama aspergillosis ini, disusul kemudian berturut-turut Aspergillus flavus dan Aspergillus niger Sementara itu, kasus aspergillosis oleh Aspergillus terreus, Aspergillus nidulans dsn Aspergillus amstelodami yang menurut Ainsworth dan Austwick (1) dspat menjadi penyebab aspergillosis pada unggas, tidak dijumpai dalam pengamatan ini Tabel 1 Frekuensi kejadian aspergillosis pada unggas menurutjenis unggas dan spesies agennya ( ) Janis unggas T o t a ,00 Persentase 63,41 28,05 8,54 100,00 Keterangan : fum = fumigatus fla = flavus nig = niger Diagnose aspergillosis Fum Fla Nig Jumish % 1 A y a m ,51 2 Kakatus , tik ,49 4 B e o ,88 5 Psrkit ,44 6 Cucakraws ,61 7 Kepodang ,61 8 Merpsti ,61 9 Nuri ,61 10 Peksay ,61 11 Puyuh ,61 Banyaknya isolat Aspergillus spp yang diasingkan dari berbagai organ tubuh yang dibiakkan dalam medium agar Sabouraud dapat dilihat pada Tabel 2 Angksnya memang lebih tinggi dari ba- 45
2 0 m4a I IVIVV : llll/auarl apluunnuluyllc aspulylnusls Gambar 1 Aspergillus fumigatus, penyebab utama aspergillosis (A), biakan pada medium agar Sabouraud; clan (B), morfologi mikroskopik nyaknya kasus positif, karena di samping ada kasus infeksi campuran, banyak juga ditemukan isolat dari spesimen yang didiagnose negatif Hal demikian pernah pula dilaporkan oleh Ronohardjo dkk (10) Seperti terlihat pada Tabel 2, Aspergillus terreus berhasil diasingkan dari organ-organ yang dibiakkan tersebut, namun belum mampu menim bulkan infeksi Keadaan ini sama dengan hasil evaluasi terdahulu (7) PenemuanAspergillus clavatus clan Aspergillus candidus tidak memberi arti apaapa dalam kasus aspergillosis ini, karena kedua kapang ini bukan merupakan penyebab aspergillosis (1) Namun demikian, perlu dicatat bahwa Aspergillus clavatus merupakan kapang toxigenik clan dapat mengontaminasi berbagai produk pertanian, sehingga dapat membahayakan industri pakan ternak apabila kita tak waspacla (8) Tabel 2 spp Aspergillus spp Frekuensi penemuan isolat Aspergi//us dari berbagai organ tubuh unggas ( ) Banyaknya penemuan isolat Persentase 1 A flavus ,26 2 A fumigatus ,17 3 A niger 62 15,78 4 A terreus 8 2,03 5 A clavatus+ 2 0,51 6 A candidus + ) 1 0,25 J u m I a h ,00 Keterangan : +) Kedua spesies ini bukan merupakan penyebab aspergillosis pada unggas 2 Lingkungan Lingkungan sekitar unggas berpengaruh besar terhadap kejadian aspergillosis Udara, tanah (termasuk juga alas-kandang) clan produk-produk per tanian, yang menjadi bahan pangan clan pakan, adalah unsur lingkungan yang paling dekat dengan kehidupan unggas, clan merupakan reservoir agen clan sumber penularan berbagai penyakit Tidak terkecuali aspergillosis, yang dalam hal ini agennya (Aspergillus spp ) biasanya berada dalam bentuk spora (1, 7) Sehubungan dengan itu, pakan ternak perlu mendapat perhatian khusus, karena di samping dekat kaitannya dengan kehidupan unggas, pakan juga merupakan substrat yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan Aspergillus spp, sehingga dapat bertinclak sebagai sumber penularan utama bagi aspergillosis (5,7) Dalam kaitannya dengan peran ini, Hastiono (5) telah menuturkan bahwa Aspergillus flavus menduduki posisi dominan dalam populasinya pada pakan komersial, namun belum cukup infektif untuk menimbulkan aspergillosis pada ayam yang mengonsumsinya Gambaran yang sama tercermin pada banyaknya penemuan isolat seperti terlihat pada Tabel 2 Seperti halnya telah dilaporkan terdahulu (10), gambaran ini sesuai benar dengan pengamatan yang dilukiskan oleh penulis luar negeri (2) Faktor lingkungan lain adalah pengaruh cuaca, kelembaban, curah hujan, temperatur clan elevasi tanah dari muka laut, yang dalam pengamatan ini tidak dapat dievaluasi, karena clatanya tidak ditemukan dalam laporan Namun, sekurang-kurangnya, pengaruh musim dapat tergambar dalam grafik frekuensi kasus bulanan kumulatif selama 5 tahun pengamatan tersebut (Grafik 1 ) Dalam grafik ini tampak bahwa kasus aspergillosis ditemukan cukup tinggi pada bulan Maret (33 buah) clan Juni (20 buah) Walaupun gambaran ini belum mencerminkan frekuensi kasus bulanan yang sebenarnya, namun setidak-tidaknya dapat diamati kapan kasus aspergillosis terjadi paling sering dan kapan terjadi paling sedikit Pernah disimpulkan bahwa kasus aspergillosis yang tinggi dalam periode satu tahun dijumpai pada bulan-bulan yang berudara kering (berkelembaban renclah), karena pada saat itu spora Aspergillus spp banyak beterbangan di udara sekitar ternak dan mudah terinhalasi olehnya, sedangkan sebaliknya pada musim penghujan, meskipun ditemukan banyak, spora-spora tersebut tersapu air hujan, sehingga kasusnya menjadi rendah (7) Namun demikian, kesimpulan ini pun belum merupakan gambaran untuk aspergillosis di Indonesia 46
3 WARTAZOA Vol 1 No 3, Januari 1984 Infeksi ini merupakan infeksi murni pada saluran pernafasan tersebut Infeksi pada organ atau jaringan tubuh lain di luar saluran pernafasan persentasenya rendah, yaitu 8,54%, meliputi hati, ginjal, jantung, tembolok, usus, selaput rongga dada clan perut, mata dan mulut Selebihnya, sebesar 14,02% merupakan infeksi tak murni, yaitu gabungan antara saluran pernafasan dan organ tubuh lainnya (Tabel 3) Gambaran ini sesuai dengan pendapat para peneliti di negara lain sebagaimana telah dikutip (1), bahwa alat pernafasan merupakan organ utama yang diinfeksi aspergillosis, karena mereka merupakan jalan masuk utama bagi spora Aspergillus spp yang beterbangan di udara Tabel 3 Daftar hasil diagnose aspergillosis menurut predileksi organ tubuh unggas ( ) Grafik 1 Frekuensi kasus aspergillosis bulanan kumulatif (Januari - Desember) selama 5 tahun ( ) Diagnose aspergillosis Organ tubuh Jumlah % Fum Fla Nig 1 Pernafasan ,44 2 Organ lain ,54 3 Gabungan ,02 T o t a ,00 Persentase 63,41 28,05 8,54 100,00 3 Inang Mengenai inang ini, dijumpai data yang lebih terperinci, sehingga dalam tinjauan ini informasi lebih banyak berbicara seperti terlihat pada Tabel 1 Ada sebanyak 1 1 spesies unggas yang terlibat dan didiagnose positif aspergillosis, meliputi ternak, burung-burung hias, piaraan dan liar, yakni ayam (terbanyak), burung kakatua, itik, burung beo, parkit, cucakrawa, kepodang, merpati, nuri, peksay dan puyuh Tiga jenis burung lainnya yang ikut diperiksa adalah burung cenderawasih, elang clan tekukur Namun, karena hasil pemeriksaannya negatif, maka mereka tak dimasukkan dalam daftar ini Ayam, burung kakatua dan itik diinfeksi oleh ketiga spesies agen penyakit yang lumrah terdapat di Indonesia, yaitu Aspergillus fumigatus, Asper gillus flavus dan Aspergillus niger, sedangkan unggas lainnya hanya diinfeksi oleh Aspergillus fumigatus, agen utama aspergillosis, kecuali puyuh yang diinfeksi oleh Aspergillus flavus (Tabel 1) Organ-organ tubuh yang diinvasi terutama saluran pernafasan, yakni paru-paru, kantong udara dan tenggorok (trakhea) sebanyak 77,44% Keterangan : fum = fumigatus fla = fiavus nig = niger Khusus pada ayam, yang kasusnya paling banyak dijumpai, yaitu 69,51 % (lihat Tabel 1), dijumpai informasi lebih lanjut sebagai berikut : a Kasus aspergillosis fumigatus, aspergillosis flavus dan aspergillosis niger ditemukan masing-masing 60, 42 dan 12 buah dari seba nyak 114 buah kasus positif, atau berturutturut 52,63%, 36,84% dan 10,53% b Frekuensi kasus positif juga ditentukan oleh faktor umur yang bersangkutan Tabel 4 memperlihatkan bahwa kasus aspergillosis positif tertinggi ditemukan pada umur sekitar 2 bulan Gambaran ini tidak cocok dengan keadaan yang sebenarnya, karena biasanya anak-anak ayam yang berumur sampai 14 harilah yang sangat peka terhadap infeksi aspergillosis (1 ) Yang menjadi penyebab penyimpangan ini adalah datanya yang kurang representatif, yaitu 74 buah dari 114 buah kasus positif (64,91 %) tidak diketahui umurnya Gambar 2 memperlihatkan seekor anak ayam yang mati oleh aspergillosis 47
4 S HAST/ONO : Tinjauan epidemiologik aspergillosis Tabel 4 Daftar frekuensi kasus positif aspergillosis pada ayam menurut kelompok umur ( ) Kelompok umur ayam Frekuensi kasus 1 Sehari sampai 1 5 hari hari sampai 1 bulan 9 3 Sampai dengan 2 bulan 14 4 Sampai dengan 3 bulan 1 5 Sampai dengan 4 bulan 3 6 Sampai dengan 5 bulan 1 7 Sampai dengan 6 bulan 4 8 Lebih dari 6 bulan 3 9 Tak diketahui umurnya 74 Jumlah : 114 peka itu, karena terdapat 39 buah kasus (34,21 %) yang galurnya tidak diketahui Walaupun dalam tabel ini terdapat 16 buah kasus positif pada galur CP 707 (14,04%), namun belum tentu galur ini yang terpeka, karena mungkin galur ini yang terbanyak dikirim spesimennya Tabel 5 Daftar frekuensi kasus positif aspergillosis menurut galur ayam ( ) Galur ayam Frekuensi kasus 1 D Warent 1 2 Tatum 1 3 Kim Brown 2 4 Sx Dekalb 3 6 Harco 3 7 H i s e x 3 8 Hyline 3 9 Hubbard 5 10 R o s s 5 11 Hybro 6 12 Golden Comet 7 13 CP Ayam kampung Tak diketahui galurnya 39 Jumlah : 114 KESIMPULAN Gambar 2 Anak ayam yang mati oleh asper- gillosis c Galur ayam pun agaknya menentukan peka tidaknya seekor ayam terhadap aspergillosis Dalam analisa ini, seperti terlihat pada Tabel 5, tidak tergambar galur ayam yang mana yang 1 Agen penyakit aspergillosis unggas di Indonesia adalah Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus dan Aspergillus niger, yang berturutturut menimbulkan penyakit sebesar 63,41 %, 28,05% dan 8,54% 2 Lingkungan, terutama pakan dan alas-kandang, merupakan sumber infeksi aspergillosis pada unggas Populasi terbanyak adalah Aspergillus flavus, yang tercermin pada banyaknya isolat yang dapat diasingkan dari organorgan tubuh (43,26%) Kasus aspergillosis yang tinggi ditemukan pada bulan Maret dan Juni, yang ditafsirkan sebagai pengaruh musim terhadap frekuensi kasus 3 Ditemukan 11 spesies unggas yang menjadi inang aspergillosis, yakni ayam, burung kakatua, itik, burung beo, parkit, cucakrawa, kepo dang, merpati, nuri, peksay dan puyuh Organ tubuh yang diinvasi kebanyakan alat pernafasan Ayam umur 2 bulan dan galur CP 707 tercatat menderita aspergillosis terbanyak 48
5 WARTAZOA Vol 1 No 3, Januari 1984 DAFTAR PUSTAKA 1 Ainsworth, G C dan PK C Austwick 1973 Fungal Diseases of Animals 2nd Ed, C A B, Farnham Royal, Slough, England 2 Chute, H L dan E Barden 1964 The fungous flora of chick hatcheries Avian Diseases 8 : Hastiono, S 1976 Aspergillosis tembolok pada burung pinguin Bul LPPH 8 (11-12) : Hastiono, S 1977 Aspergillosis pada ayam di Indonesia Makalah yang disajikan dalam Seminar Ilmu dan Industri Perung gasan I Cisarua, Bogor, Mei Hastiono, S 1978 Populasi Aspergillus spp dalam ransum ayam normal Bul LPPH 10(16) : Hastiono, S 1979 Kasus aspergillosis niger pada ayam Bul LPPH 1 1 (17) : Hastiono, S 1980 Evaluasi aspergillosis pada unggas hingga saat ini dan problematiknya Risalah (Proceedings) Seminar Penyakit Reproduksi dan Unggas Tugu, Bogor, Maret 1980 Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, p Hastiono, S, P Zahari, B PA Radjagukguk dan Sudarisman Isolasi Aspergillus clavatus dari sebuah mesin penetas telur dan kemungkinan peranannya bagi perkembangan peternakan dan industri makanan ternak di Indonesia Bul LPPH 13 (22) : Kraneveld, F C dan R Djaenoedin 1952 Long-aspergillosis bij de kip Hemera Zoa 59 : Ronohardjo, P, Sri Poernomo dan S Hastiono 1975 Aspergillosis pada ayam Bul LPPH6(8-9) : Sri Poernomo 1976 Aspergillosis pada burung kakatua (Snapshots veteriner) Bul LPPH801-12) : Sri Poernomo 1977 Aspergillosis pada anakanak ayam broiler Bul LPPH 9 (14) 13-21
PENDAHULUAN. Latar Belakang. semua jenis unggas, baik unggas produksi maupun unggas kesayangan antara lain
PENDAHULUAN Latar Belakang Aspergillosis merupakan penyakit mikotik yang paling banyak ditemukan dan paling merugikan pada unggas (Dahlausen, 2003). Kejadian aspergillosis pada unggas di Indonesia pertama
Lebih terperinciEVALUASI HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM MIKOLOGI PADA SAMPEL BAHAN PAKAN, LITTER DAN ORGAN
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner EVALUASI HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM MIKOLOGI PADA SAMPEL BAHAN PAKAN, LITTER DAN ORGAN (The Evaluation of Micology Laboratory Examination on Samples
Lebih terperinciPERMASALAHAN PENYAKIT SEBAGAI KENDALA USAHA PETERNAKAN ITIK (IMPORTANT DISEASES IN DUCK FARMING)
PERMASALAHAN PENYAKIT SEBAGAI KENDALA USAHA PETERNAKAN ITIK (IMPORTANT DISEASES IN DUCK FARMING) Darmono dan Darminto Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor ABSTRACT Among duck raising systems in
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan
Lebih terperinciIX. PERMASALAHAN KEAMANAN PANGAN ASAL TERNAK DI INDONESIA
IX. PERMASALAHAN KEAMANAN PANGAN ASAL TERNAK DI INDONESIA Indonesia sebagai negara tropis dengan curah hujan dan kelembaban udara yang tinggi merupakan lingkungan yang cocok untuk berkembangbiaknya berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Candida albicans dan Aspergillus yang menyebabkan mukormikosis. Selama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur. Beberapa spesies jamur merupakan flora normal yang dapat menjadi
Lebih terperinciKONTAMINASI SALMONELLA, ASPERGILLUS DAN AFLATOKSIN PADA PRODUK TERNAK ITIK ALABIO DI KALIMANTAN SELATAN
KONTAMINASI SALMONELLA, ASPERGILLUS DAN AFLATOKSIN PADA PRODUK TERNAK ITIK ALABIO DI KALIMANTAN SELATAN ENI SITI ROHAENI dan SURYANA BPTP Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan
Lebih terperinciASPERGILLUS FUMIGATUS
ASPERGILLUS FUMIGATUS Taxonomy Superkingdom : Eukaryota Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Subphylum : Pezizomycotina Class : Eurotiomycetes Order : Eurotiales Family : Trichocomaceae Genus : Aspergillus
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari
Lebih terperincitentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan
ix S Tinjauan Mata Kuliah ejalan dengan perkembangan zaman, jumlah penduduk Indonesia juga semakin bertambah, diikuti oleh meningkatnya pendapatan dan tingkat pendidikan, maka kebutuhan dan kesadaran konsumsi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.)
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Balai Uji Standar Karantina Ikan Departemen Kelautan dan Perikanan di Jakarta dan Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan
Lebih terperinciPengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi
Lebih terperinciDASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK KOMPETENSI KEAHLIAN
Lebih terperinciProses Penyakit Menular
Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kenaikan permintaan komoditas peternakan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berpacu dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, serta meningkatnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic Escherichia coli atau disebut EHEC yang dapat menyebabkan kematian pada manusia (Andriani, 2005; Todar,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU
SALINAN Desaign V. Santoso, 13 Pebruari 2013 Edit Evaluasi Menteri Keuangan ALINA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN
Lebih terperinciWALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu
Lebih terperincikarena sudah sepantasnya bila perhatian lebih diarahkan pada pemberian penyuluhan kepada peternak, mengenai unsur-unsur teknik yang mencakup dalam pan
TINGKAT KERUGIAN PADA USAHA PETERNAKAN AYAM BAMBANG KUSHARTONO DAN NAM IRIANI Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221 Bogor, 16002 RINGKASAN Usaha peternakan ayam mempunyai arti ekonomis yang sangat penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi yolk sac merupakan suatu penyakit yang umum ditemukan pada anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Infeksi yolk sac dapat ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daging merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi, kerbau, kuda, domba, kambing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil penelitian Setiawan (2006),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan
Lebih terperinciSelama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus
AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI
KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI AGUS SUPARYANTO Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Itik Peking x Alabio
Lebih terperinciFAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT
FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT LATAR BELAKANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT KESEHATAN KUNCI SUKSES USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN MOTO KLASIK : PREVENTIF > KURATIF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6019 LINGKUNGAN HIDUP. Otoritas Veteriner. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 20) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak
Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak A. DASAR KOMPETENSI KEJURUAN. Menjelaskan potensi sektor pean 2. Menjelaskan dasardasar budidaya 3. Menjelaskan sistem organ
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berproduksi secara maksimal adalah kelompok ayam pada peternakan tersebut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor penting agar ayam dalam suatu peternakan dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal adalah kelompok ayam pada peternakan tersebut harus dalam keadaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena
Lebih terperinciOPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR
Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000 OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR HETI RESNAWATI', A.G. NATAAMIJAYA', UKA KUSNADO, HELMY HAMID 2, SOFYAN iskandar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Pakan Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan konsumsi pakan ayam kampung super yang diberi
Lebih terperinciMorfologi dan Anatomi Dasar Unggas
Modul PraktikumBiologi Hewan Ternak 2016 2 Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati dalam
Lebih terperinciMANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM BROILER
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM BROILER Apakah Broiler Itu? Broiler adalah ayam tipe pedaging jantan/betina umur muda (4-5 minggu), daging empuk Asal kata : to broil = dipanggang di atas api Keunggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Merpati termasuk jenis burung yang akrab dengan manusia. Merpati tidak hanya dipelihara sebagai satwa kesayangan, yaitu sebagai ternak hias dan balap. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi, vitamin dan mineral untuk melengkapi hasil-hasil pertanian. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fungsi terbesar produk peternakan adalah menyediakan protein, energi, vitamin dan mineral untuk melengkapi hasil-hasil pertanian. Salah satu nutrisi penting asal produk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan, salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan adalah kambing. Pada tahun 2010 dan 2011,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang bersifat patogen merupakan prioritas utama untuk dilakukan pada bidang kesehatan,
Lebih terperinciDeteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya
Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Desember 2011. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN POSO
PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kepastian berusaha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme yang paling sering berhubungan erat dengan manusia dan hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif di berbagai bidang, salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati Indonesia yang dapat diisolasi dari setiap lapisan tanah dan perairan atau laut. Salah satu mikroorganisme
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007
2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Materi
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas kesadaran itu, Departemen Pertanian (2011) mengarahkan pengembangan subsektor peternakan sebagai bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid)
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN
69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Salmonella spp. dengan Metode SNI
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Salmonella spp. dengan Metode SNI Lima puluh contoh kotak pengangkutan DOC yang diuji dengan metode SNI menunjukkan hasil: empat contoh positif S. Enteritidis (8%).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Mojosari merupakan itik lokal yang berasal dari Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini merupakan petelur unggul. Telur itik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak unggas, baik bakteri yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot tubuh yang dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan (diantaranya Babcock, Hyline, dan Kimber); tipe medium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pernapasan yang membuat pasien datang berobat ke dokter. (Rab, 2010) Batuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuk merupakan salah satu keluhan utama pada kelainan saluran pernapasan yang membuat pasien datang berobat ke dokter. (Rab, 2010) Batuk merupakan mekanisme refleks
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ayam yang Diinfeksi C. jejuni Asal Kudus dan Demak Bobot badan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan ayam yang diinfeksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi masyarakat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai adalah salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Selain memiliki kandungan protein yang tinggi, kedelai juga dapat diolah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gerakan jumat bersih adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Gerakan jumat bersih Gerakan jumat bersih adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kebersihan pada suatu tempat, sedangkan kegiatan jumat bersih yang dilakukan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan
Lebih terperinciWAHYUNING K. SEJATI ABSTRAK
PERUBAHAN TINGKAT KONSUMSI DAN PARTISIPASI RUMAHTANGGA TERHADAP TELUR ITIK WAHYUNING K. SEJATI Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kehyakan Pertanian Jln. A. Yani 70, Bogor ABSTRAK Telur itik merupakan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.214, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternakan. Kesehatan. Veteriner. Hewan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5356) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciEtiologi Gejala-gejala Cara Penularan
Kolibasilosis Kolibasilosis umumnya dianggap sebagai penyebab berbagai masalah kesehatan unggas. Bakteri Escherichia coli (E. coli) biasanya terdapat dalam jaringan atau saluran pernapasan ayam yang sakit.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroba terdapat hampir di semua tempat. Di udara mulai dari permukaan tanah sampai pada lapisan atmosfir yang paling tinggi. Di laut terdapat sampai pada dasar laut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station Local Duck Breeding and Production Station merupakan suatu unit pembibitan dan produksi itik lokal yang berada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat penting. Lahan tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi jagung tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan peternak.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe medium atau disebut juga ayam tipe dwiguna selain sebagai ternak penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (Suprianto,2002).
Lebih terperinciJurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014
ANALISIS INSIDENSI PENYAKIT FLU BURUNG PADA ITIK (Anas Domesticus) DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 7 Edy Susanto* dan Ana Sutomo* * Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciPENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG
PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil
30 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian ini disajikan dalam 3 bagian yang diharapkan dapat memenuhi tujuan dan hipotesis penelitian yaitu : (1) distribusi sampel penelitian untuk mengetahui jumlah
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa penyakit flu burung merupakan salah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium berada diantara ayam petelur ringan
Lebih terperinci