PENGARUH PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI KAWASAN SEKOLAH (Studi Kasus SD PURUS dan SMP 31 ANDALAS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI KAWASAN SEKOLAH (Studi Kasus SD PURUS dan SMP 31 ANDALAS)"

Transkripsi

1 PENGARUH PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI KAWASAN SEKOLAH (Studi Kasus SD PURUS dan SMP 31 ANDALAS) Widiawati purba, Jula Satrio Universitas Putra Indonesia YPTK Padang widiawati@upiyptk.ac.id Abstrak Jumlah kendaraan bermotor di jalan raya meningkat dengansignifikan ( %) sehingga menimbulkan masalah kebisingan pada beberapa lokasi yang membutuhkan ketenangan seperti rumah sakit, sekolah dan fasilitas publik lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan lalu lintas dengan penerapan program traffic calming ZoSS di kawasan sekolah kota Padang. Penelitian dilakukan di dua dari lima lokasi ZoSS yang ada di kota Padang. Pengumpulan data di lapangan yaitu data volume lalu lintas, kecepatan dan kebisingan. Survey dilakukan saat sekolah, pada hari kerja (jam WIB sampai jam WIB). Pengukuran kecepatan dengan mengambil data kecepatan sebelum zoss (V1) kecepatan kendaraan di ZoSS (V2). Pengukuran kebisingan dilakukan pada tiga titik untuk tiap-tiap lokasi ZoSS yaitu di ZoSS (N1), dengan penghalang kebisingan(n2 ), dan di dalam kelas yang terdekat dengan sumber bising (N3). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kecepatan rata-rata kendaraan pada ZoSS melebihi batas kecepatan izin 25 km/jam, dan kebisingan tidak melebihi ambang batas kebisingan untuk kawasan sekolah 55 dba. Tingkat kepercayaan korelasi di SDN purus adalah 95% dengan 0,05 < 0,01 dari tabel di atas di peroleh korelasi pearson 0,030 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y dan untuk smp 31 andalas adalah 99% dengan 0,05 < 0,01 dari tabel di atas di peroleh korelasi pearson 0,476 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y. Kata kunci: Kebisingan, volume lalu lintas, kecepatan. 1. PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan jumlah kendaraan bermotor setiap tahun di kota Padang mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana jumlah kendaraan bermotor tahun 2010 sebanyak kendaraan meningkat menjadi kendaraan pada tahun 2011 (Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012). Akibatnya, jumlah arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang menggunakan ruas-ruas jalan semakin bertambah. Hal ini menimbulkan masalah di bidang transportasi, seperti peningkatan jumlah kecelakaan, masalah polusi udara dan polusi suara (kebisingan) yang ditimbulkan oleh lalu lintas terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimalisir masalah transportasi di atas adalah dengan pelaksanaan program traffic calming. Traffic calming atau pelambatan lalu lintas merupakan upaya yang dilakukan untuk memperlambat lalu lintas dalam rangka meningkatkan keselamatan pejalan kaki, pesepeda, pebelanja, dan penduduk serta mengurangi kebisingan dan pencemaran udara. Salah satu contoh program traffic calming di kawasan sekolah adalah penerapan Zona Selamat Sekolah (ZoSS). Zona Selamat Sekolah merupakan zona kecepatan berbasis waktu untuk mengatur kecepatan kendaraan di lingkungan sekolah (Departemen Perhubungan Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 2006). Zona Selamat Sekolah didesain agar kendaraan yang melewati daerah tersebut berkecepatan rendah atau pelambatan lalu lintas. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Sumatera Barat melalui dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2008 melakukan program/kegiatan pemasangan perlengkapan jalan (ZoSS) pada ruas jalan yang lalu lintasnya ramai dan sering terjadi kecelakaan terutama di kawasan sekolah. Lokasi penempatan ZoSS iniuntuk wilayah Kota Padang terdapat pada lima lokasi sekolah, yaitu: 177

2 SD Negeri 03 Percontohan Alai, SD Negeri 06 Lapai, SD Negeri Purus, SMP Negeri 31 Andalas, dan SD Negeri 10 Aur Duri. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Zona Selamat Sekolah (ZoSS) ZoSS adalah lokasi di ruas jalan tertentu yang merupakan zona kecepatan berbasis waktu untuk mengatur kecepatan kendaraan di lingkungan sekolah. Kecepatan yang rendah memberikan waktu reaksi yang lebih lama untuk mengantisipasi gerakan anak-anak yang spontan, tak terduga. 2.2 Waktu Operasi Zona Selamat Sekolah Waktu operasi Zona Selamat Sekolah menurut Departemen Perhubungan Direktur Jenderal Perhubungan Darat (2006), direkomendasikan 2 jam di pagi hari dan 2 jam di siang hari, antara pukul pagi dan di siang hari pada hari sekolah atau dilaksanakan selama jam sekolah berlangsung, kecuali hari libur. 2.3 Fasilitas Perlengkapan Jalan pada Zona Selamat Sekolah Marka Jalan Marka jalan adalah suatu tanda yang berupa garis, simbol, angka, huruf atau tanda-tanda lainnya yang digambarkan. Marka jalan berfungsi sebagai penuntun/pengarah pengemudi selama perjalanan (Dirjen Bina Marga dan Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1990) Rambu-rambu Lalu Lintas Rambu-rambu lalu lintas (selanjutnya disebut rambu) yang digunakan pada Zona Selamat Sekolah (Peraturan Departemen Perhubungan Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 2006) 1. Rambu peringatan hati-hati. 2. Papan peringatan berupa kata-kata KURANGI KECEPATAN ZONA SELAMAT SEKOLAH. 3. Rambu peringatan penyeberangan orang. 4. Rambu peringatan lampu pengatur lalu lintas. 5. Rambu batas kecepatan maksimum dengan papan tambahan informasi perioda batasan kecepatan. 6. Rambu larangan parkir sepanjang Zona Selamat Sekolah. 7. Rambu petunjuk tempat penyeberang jalan 8. Rambu batas akhir kecepatan maksimum. 9. Karpet Merah, dipasang selebar jalan sepanjang 10 meter. 10. Pita Penggaduh. 11. Pemandu Penyeberang Jalan Kebisingan 1. Definisi Kebisingan Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. Pengertian kebisingan menurut Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2004) adalah bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran 178

3 Tabel 2.2 Skala desibel intensitas dan sumber bunyi Skala Desibel (db) Sumber Bunyi 170 Shotgun ditembakkan 150 Petasan Pesawat terbang take off 120 Musik, orgen, konser 110 Mesin gergaji 100 Suara mobil pembersih salju 90 Mesin pemotong rumput 80 Suara vacuum cleaner 70 Suara mobil sejauh 15 feet Percakapan normal 30 Bisikan lembut sejauh 3 feet Suara daun tertiup angin 0 Ambang dengar Sumber : Buletin The American Academy of Pediatrics (1997) 2.Kebisingan Akibat Lalu Lintas - Variabel yang Mempengaruhi Kebisingan Lalu Lintas Menurut Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (2009), variabel yang mempengaruhi kebisingan lalu lintas jalan raya antara lain : a. Aliran arus lalu lintas. b. Volume kendaraan. c. Komposisi kendaraan. d. Kemiringan jalan. e. Tekstur perkerasan jalan (strusktur jalan). f. Bising individu kendaraan. g. Profil jalan (menanjak/turun). h. Jarak dari sumber ke penerima bising. i. Keadaan permukaan tanah antara sumber dengan penerima. j. Posisi terhadap arus lalu lintas. k. Cuaca. - Sumber Utama Kebisingan Kendaraan Bermotor Menurut Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (2009), pada kebisingan lalu lintas sumber bising adalah kendaraan bermotor. Kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor yang melaju di jalan raya umumnya tergantung pada delapan komponen antara lain : 1. Mesin. 2. Kipas pendingin mesin. 3. Sistem pembuangan sisa pembakaran (knalpot). 4. Hisapan karburator. 5. Jenis ban yang digunakan. 6. Turbulensi aerosinamis kendaraan. 7. Gesekan ban mobil (jenis permukaan jalan). 8. Peralatan transportasi dan roda gigi 3. Pengukuran Kebisingan Alat standar untuk pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter (SLM). SLM dapat mengukur tiga jenis karakter respon frekuensi, yang ditunjukkan dalam skala A, B, dan C. Skala A ditemukan paling mewakili batasan pendengaran manusia dan respons telinga terhadap kebisingan, termasuk kebisingan akibat lalu lintas, serta kebisingan yang dapatmenimbulkan gangguan pendengaran. Skala A dinyatakan dalam satuan dba (AASHTO, 1993). 179

4 4.Kriteria Daerah Bising Menurut Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2004), daerah bising adalah suatu jalur daerah dengan jarak (lebar) tertentu yang terletak di kedua sisi dan sejajar memanjang dengan jalur jalan, yang didasarkan pada tingkat kebisingan tertentu, lamanya waktu paparan (jam/hari), dan peruntukan lahan sisi jalan bagi permukiman/perumahan, Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men48/MEN.LH/11/1996, ambang batas kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diizinkan. Batasan nilai tingkat kebisingan untuk beberapa kawasan atau lingkungan tertera pada tabel 2.4 berikut ini : Tabel 2.4 Baku tingkat kebisingan Peruntukan Kawasan Tingkat kebisingan (dba) Perumahan dan pemukiman 55 Perdagangan dan jasa 70 Perkantoran dan perdagangan 65 Ruang hijau terbuka 50 Industri 70 Pemerintah dan fasilitas 60 umum Rekreasi 70 Stasiun kereta api 60 Pelabuhan laut 70 Rumah sakit atau sejenisnya 55 Sekolah atau sejenisnya 55 Tempat ibadah atau 55 sejenisnya Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 07/2009 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru Pemerintah sebagai pihak yang berhak mengatur masyarakat dapat turut serta dalam mengendalikan sumber bising lalu lintas yaitu dengan membuat peraturan. Salah satunya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia tentang baku tingkat kebisingan kendaraan bermotor tipe baru dan tipe lama. Dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 07/2009, ambang batas kebisingan kendaraan motor tipe baru adalah batas maksimum energi suara yang boleh dikeluarkan langsung dari mesin dan/atau transmisi kendaraan bermotor tipe baru. Kendaraan bermotor tipe baru adalah kendaraan bermotor yang menggunakan mesin dan/atau transmisi tipe baru yang siap diproduksi dan akan dipasarkan, atau kendaraan bermotor yang sudah beroperasi di jalan tetapi akan diproduksi ulang dengan perubahan desain mesin dan sistem transmisinya, atau kendaraan bermotor yang diimpor tetapi belum beroperasi di jalan wilayah Republik Indonesia.Ambang batas kebisingan kendaraan bermotor tipe baru menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 07/ Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel (Dirjen Perhubungan Darat, 2007) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 pasal 8 Tentang Jalan, Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. 180

5 - Volume Lalu Lintas Menurut Direktorat Jendral Bina Marga, (1992) Volume lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang lewat pada suatu titik di ruas jalan, atau pada suatu lajur selama interval waktu tertentu. - Pejalan Kaki Menurut Surat Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat, No : SK> 43/AJ 007/DRDJ/97 dalam Setiawan, (2008) menjelaskan bahwa para pemakai jalan adalah pengemudi kendaraan dan atau pejalan kaki, sedangkan yang dimaksud dengan pejalan kaki adalah orang yang melakukan aktifitas berjalan kaki dan salah satu unsur pengguna jalan, sementara wisconsin departemen of transportation (2002), menyatakan bahwa pejalan kaki terbagi dalam dua kategori, yaitu : pejalan kaki secara umum, dan pejalan kaki dengan keterbatasan dimana berjalan adalah hal yang sulit dan tidak mungkin. - Kecepatan Menurut Direktorat Jendral Bina Marga, (1990) Kecepatan adalah tingkat pergerakan lalu-lintas atau kendaraan tertentu yang sering dinyatakan dalam kilometer per jam. Terdapat dua kategori kecepatan rata-rata. Yang pertama adalah kecepatan waktu rata-rata yaitu rata-rata dari sejumlah kecepatan pada lokasi tertentu. Yang kedua adalah kecepatan ruang rata-rata atau kecepatan perjalanan yang mencakup waktu perjalanan dan hambatan. Kecepatan ruang ratarata dihitung berdasarkan jarak perjalanan dibagi waktu perjalanan pada jalan tertentu. Kecepatan ini dapat ditentukan melalui pengukuran waktu perjalanan dan hambatan. - Pengaruh Bising Terhadap Kesehatan dan Kenyamanan Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2009), kebisingan akan mengganggu manusia baik berupa gangguan audiometric (kerusakan pada sistem indera pendengaran manusia), maupun non audiometric. Beberapa tingkatan gangguan pendengaran akibat bising yaitu : 1. Hilangnya pendengaran sementara dan pulih kembali setelah waktu tertentu. 2. Imun atau kebal terhadap bising, biasanya hal ini karena selalu mendengar bising tertentu. 3. Pendengaran berdengung. 4. Kehilangan pendengaran permanen atau tetap dan tidak akan pulih kembali. - Penanganan Kebisingan pada Sumber Penanganan kebisingan pada sumber bising dapat dilakukan melalui beberapa hal, antara lain : 1. Pengaturan lalu lintas 2. Pembatasan kendaraan berat 3. Pengaturan kecepatan 4. Perbaikan kelandaian jalan 5. Pemilihan jenis perkerasan jalan Tabel 2.5 Koreksi tingkat kebisingan perkerasan jalan dibandingkan dengan perkerasan aspal padat Koreksi Tingkat Jenis Lapis Perkerasan Kebisingan db(a) Burda/burtu (chip seal) + 4,0 Beton semen portland 0 s/d + 3,0 Overlay camp aspal dingin + 2,0 Beton semen Portland agregat 0,5 s/d + 3,0 diekspose Perkerasan aspal matic batu 3,5 s/d 2,0 Perkerasan aspal beton 4,5 s/d - 0 terbuka (berbutir Seragam Sumber: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2005) 181

6 Penanganan Kebisingan pada Jalur Perambatan 1. Tipe karakteristik, dan pertimbangan implementasi 2. Prinsip Kerja Bangunan Peredam Bising 3. Penghalang dengan Tanaman 4. Timbunan 5. Penghalang Buatan Penanganan Kebisingan pada Titik Penerima Penanganan kebisingan pada titik penerima dapat dilakukan melalui beberapa hal, antara lain : 1. Pengubahan orientasi bangunan 2. Insulasi pada facade bangunan Analisis Korelasi dan Regresi Analisis Korelasi Analisis korelasi berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lain (Sugiyono, 2007). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Dimana : r = koefisien korelasi n = jumlah responden X = skor variabel X Y = skor variabel Y Analisis Regresi Menurut Sugiyono (2007), analisis regresi terbagi atas : 1. Analisis regresi sederhana (simple regression) Regresi sederhana didasarkan hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2007). Persamaan umum regresi linear sederhana adalah: Y = a + b X Dimana : Y = variabel dependen a = konstanta b = koefisien regresi X = variabel independen (peubah bebas) 2. Regresi ganda (multiple regression) Menurut Sugiyono (2007) analisis regresi ganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua.persamaan umum regresi linear berganda adalah: Y = Dimana : Y = variabel dependen (peubah tidak bebas) a = konstanta = koefisien regresi 182

7 = variabel independen (peubah bebas) Prediksi atau Peramalan Masa yang Akan Datang Prediksi atau peramalan dapat didefinisikan juga sebagai suatuproses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil (Mulyono, 2002). Prediksi atau peramalan tidakmemberikan jawaban yang pasti tentang apa yang akan terjadi, tetapi berusaha mencari sedekat mungkin dengan yang akan terjadi. Analisis trend merupakan suatu metode analisis statistika yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Metode yang paling sering dipakai dalam analisis trend menurut Mulyono (2000) adalah metode time series, yaitu suatu teknik peramalan yang didasarkan atas analisis perilaku atau nilai masa lalu suatu variabel yang disusun menurut aturan waktu. Metode yang dapat digunakan untuk analisis time series ini adalah : Metode Garis Linier Secara Bebas (Free Hand Method), Metode Setengah Rata-Rata (Semi Average Method), Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method), dan Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method). Secara khusus, analisis time series dengan metode kuadrat terkecil dapat dibagi dalam dua kasus, yaitu kasus data genap dan kasus data ganjil. Persamaan garis linear dari analisis time series akan mengikuti : Y = a + b X Dimana : Y = variabel dependen (tak bebas) yang dicari trendnya. X = variabel independen (bebas) dengan menggunakan waktu (biasanya dalam tahun). Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan survey pendahuluan. Dari lima lokasi Zona Selamat Sekolah di kota Padang dipilih dua lokasi Zona Selamat Sekolah dengan melihat karakteristik sebagai berikut: a. Tipe dan lebar jalan, b. Kecepatan rata-rata kendaraan, c. Volume dan komposisi kendaraan, d. Ada/tidak penghalang kebisingan (pagar sekolah), e. Jarak dari sumber kebisingan. Penentuan Periode Survey Pada penelitian ini, proses pengumpulan data survey dilakukan selama satu hari, pada saat sekolah libur. Pelaksanaan survey penelitian dilakukan pada hari dan jam belajar sekolah. Berdasarkan keterangan dari pihak sekolah yang diteliti, sekolah dimulai jam WIB sampai WIB. Maka penentuan periode survai dimulai dari jam WIB sampai jam WIB. Penentuan Peralatan yang Digunakan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: a. Formulir survai untuk pencatatan data lalu lintas dan kebisingan b. Kamera digital c. Handycam d. Alat tulis e. Stopwatch atau arloji untuk menunjukkan waktu f. Sound Level Meter untuk mengukur tingkat kebisingan g. Meteran atau Meter Laser untuk mengukur jarak 183

8 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan selama satu hari dengan melakukan survey yang dilaksanakan pada saat sekolah libur. Pengambilan data primer dimulai hari sabtu tanggal 7 januari 2017 di SDN purus hari selasa tanggal 10 januari 2017di SMP 31 andalas. Masingmasing data dicatat pada interval waktu 15 menit. Pelaksanaan survey dimulai dari jam WIB sampai jam WIB. Prosedur pengambilan 2. Survey Volume Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Metode survey untuk mendapatkan volume lalu lintas dilakukan dengan Melihat secara langsung dan di catat setiap kendaraan yang lewat. Data volume lalu lintas didapat melalui traffic counting (TC). Pembagian jenis kendaraan bermotor dibagi atas empat kategori yaitu: sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV), angkutan umum (angkot), dan kendaraan berat (HV). 3. Survey Kecepatan Rata-rata Kendaraan Bermotor Proses pengumpulan data survey kecepatan rata-rata lalu lintas pada lokasi penelitian dilakukan bersamaan dengan survey volume lalu lintas. Pengambilan data kecepatan rata-rata kendaraan bermotor dengan menggunakan alat stopwat. Pengambilan data ini dilakukan oleh 2 orang surveyor, 1 orang melakukan pencatatan dan 1 orang lagi menggunakan alat stopwat. Survey kecepatan rata-rata kendaraan pada ruas jalan yang diteliti dibagi atas kecepatan rata-rata kendaraan sebelum ZoSS dan kecepatan rata-rata kendaraan di ZoSS satuanya km/jam. 4. Survey Kebisingan Pengumpulan data kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Titik pengamatan yang dipilih adalah pada Zona Selamat Sekolah ( ), dengan penghalang pagar ( ), dan di dalam kelas yang paling dekat dengan jalan raya ( ). Pencatatan data pada masingmasing titik dilakukan oleh 1 orang surveyor dengan pencatatan per menit tiap jamnya. Hasil Kerja Hasil Pengumpulan Data Primer Data Volume Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Volume Lalu Lintas Kendaraan di Jalan veteran kecamatan padang barat SDN purus Tabel Hasil survey volume lalu lintas SD Negeri Purus Total volume kendaraan 2 arah Waktu Seped Kend. Angko Kend. a Ringa t Berat Motor n

9 Volume Lalu Lintas Kendaraan Jalan andalas (SMP 31 ANDALAS) Hasil survai volume lalu lintas kendaraan bermotor untuk dua arah pada ruas jalan andalas (SMP 31 ANDALAS) dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel Hasil survey volume lalu lintas (SMP 31 ANDALAS) Total volume kendaraan 2 arah waktu Sepeda Kend. Kend. Angkot Motor Ringan Berat Kecepatan Rata-rata Kendaraan di Jalan Veteran (SDN purus) dan (SMP 31 ANDALAS) Tabel Hasil survey kecepatan rata - rata (SDN purus) 185

10 Waktu Kecapatan rata rata sebelum zoss (V1) Kecepatan rata rata di zoss (V2) ,11 32, ,78 30, ,78 32,47 Tabel Hasil survey kecepatan rata - rata (SMP 31 ANDALAS) Waktu Kecapatan rata rata sebelum zoss (V1) Kecepatan rata rata di zoss (V2)

11 ,45 32, ,58 30, ,68 32,57 Hasil survey kebisingan (SDN 04-21purus) dan kebisingan (SMP N 31 ANDALAS) Tabel Hasil survey kebisingan (SDN 04-21purus) Waktu Kebisingan di zoss (N1) Kebisingan dengan penghalang (N2) Kebisingan di dalam kelas (N3) ,5 63,6 42, ,0 68,5 42, ,2 69,8 45, ,6 67,1 44, ,0 67,4 47, ,4 68,0 48, ,8 67,7 48, ,7 71,0 43, ,7 68,5 44, ,1 71,3 40, ,6 72,6 41, ,1 70,9 41, ,7 69,4 42, ,1 70,7 43, ,5 71,6 44, ,4 70,2 43, ,4 70,7 43, ,9 70,7 44, ,7 71,3 44, ,5 72,6 44, ,4 72,4 44, ,3 73,7 45, ,1 75,0 45, ,4 74,8 42, ,4 69,5 42, ,0 72,6 45, ,5 75,6 44, ,0 74,8 44,3 187

12 Tabel Hasil survey kebisingan (SMP N 31 ANDALAS) Waktu Kebisingan di zoss (N1) Kebisingan dengan penghalang (N2) Kebisingan di dalam kelas (N3) ,8 68,0 44, ,6 69,3 42, ,9 70,0 48, ,0 70,8 50, ,0 73,2 50, ,2 70,5 52, ,8 70,8 51, ,6 70,9 51, ,6 73,8 58, ,0 71,4 59, ,1 71,3 58, ,2 70,9 63, ,0 71,4 59, ,2 70,3 60, ,2 71,4 54, ,6 70,1 52, ,2 71,3 54, ,0 70,2 51, ,3 71,3 51, ,4 72,6 53, ,7 70,8 52, ,0 69,2 52, ,8 70,2 51, ,3 71,1 50, ,4 70,7 52, ,0 71,9 53, ,6 72,9 52, ,2 70,2 51,5 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh penerapan zona selamat sekolah terhadap tingkat kebisingan lalu lintas di beberapa kawasan sekolah dikota padang dilalakukan melalui survey lapangan secara langsung dan dokumentasi. Penulis menyatakan sebagai berikut 1. Kecepatan rata-rata kendaraan di ZoSS pada masing-masing lokasi penelitian melebihi batas kecepatan izin maksimum ZoSS yaitu lebih besar dari 25 km/jam. 2. Rata-rata tingkat kebisingan lalu lintas di dua lokasi penelitian tidak melebihi ambang batas kebisingan untuk kawasan sekolah berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, yaitu lebih kecil dari 55 dba 3. Pengaruh penarapan zona selamat sekolah terhadap tingkat kebisingan lalu lintas berjalan dengan efektif dan di tinjau secara langsung oleh penulis dan mendapatkan hasil SDN purus 44.1 dba dan SMP 31 andalas 53,0 dba dan tidak melebihi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, yaitu lebih kecil dari 55 Dba 188

13 DAFTAR PUSTAKA [1]. Arief Rudianto (2003) menyatakan bahwa variabel kendaraan berat mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap tingkat kebisingan. [2]. Syaiful (2005) menyatakan bahwa hubungan antara jarak dan sumber kebisingan yang ditimbulkan oleh arus lalu lintas kendaraan bermotor adalah Y = X,artinya dengan jarak 60 meter tingkat kebisingan sebesar 59,56 dba. [3]. Nurul Hidayati (2007) menyatakan bahwa tingkat kebisngan akibat pengaruh arus lalu lintas pada beberapa sekolah di Surakarta telah melebihi baku tingkat bising yang diijinkan. [4]. Titi Kurniati, dkk (2010) menyatakan bahwa penerapan ZoSS di Kota Padang belummemenuhi sasaran perencanaan [5]. Helga yermadona, (2011) tingkat kebisingan lalu lintas dikawasan sekolah dikota padang [6]. Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (1996), Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan,Jakarta. [7]. Mulyono, S. (2000), Peramalan Bisnis dan Ekonometrika, BPPE, Yogyakarta. [8]. Departemen Perhubungan Direktur Jenderal Perhubungan Darat. (2006), Uji Coba Penerapan Zona Selamat Sekolah di 11 (Sebelas) Kota di Pulau Jawa, Peraturan No.SK 3236/AJ403/DRJD/2006, Jakarta. 189

14 190

Pengaruh Penerapan Zona Selamat Sekolah Terhadap Tingkat Kebisingan Lalu Lintas di Kawasan Sekolah Kota Padang

Pengaruh Penerapan Zona Selamat Sekolah Terhadap Tingkat Kebisingan Lalu Lintas di Kawasan Sekolah Kota Padang Pengaruh Penerapan Zona Selamat Sekolah Terhadap Tingkat Kebisingan Lalu Lintas di Kawasan Sekolah Kota Padang Helga Yermadona 1,*), Yossyafra 2), Titi Kurniati 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG Fernanda Gilsa Rahmatunnisa 1, Mutia Ravana Sudarwati 1, Angga Marditama Sultan Sufanir

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG ABSTRAK

EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG ABSTRAK VOLUME 6 NO. 2, OKTOBER 2010 EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG Titi Kurniati 1, Hendra Gunawan 2, Dony Zulputra 3 ABSTRAK Pembangunan di bidang angkutan jalan saat ini mengutamakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Pejalan kaki yang tertabrak kendaraan pada kecepatan 60 km/jam hampir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Pejalan kaki yang tertabrak kendaraan pada kecepatan 60 km/jam hampir 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Zona Selamat Sekolah (ZoSS) ZoSS adalah lokasi di ruas jalan tertentu yang merupakan zona kecepatan berbasis waktu untuk mengatur kecepatan kendaraan di lingkungan sekolah.

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN PADA ZONA SELAMAT SEKOLAH DI YOGYAKARTA. Jaya Yogyakarta. Atma Jaya Yogyakarta ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN PADA ZONA SELAMAT SEKOLAH DI YOGYAKARTA. Jaya Yogyakarta. Atma Jaya Yogyakarta ABSTRAK ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN PADA ZONA SELAMAT SEKOLAH DI YOGYAKARTA 1 Benidiktus Susanto, S.T., M.T, 2 Jackrois Antros Sustrial Jon 1 Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma

Lebih terperinci

Rhaptyalyani Fakultas Teknik Univeristas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan.

Rhaptyalyani Fakultas Teknik Univeristas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan. PENGARUH KECEPATAN DAN JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KEBISINGAN (STUDI KASUS KAWASAN KOS MAHASISWA DI JALAN RAYA PRABUMULIH- PALEMBANG KM 32 INDRALAYA SUMATERA SELATAN) Nyimas Septi Rika Putri Fakultas Teknik

Lebih terperinci

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2 PENGARUH AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP KEBISINGAN DI KAWASAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PANGUDI LUHUR SURAKARTA Dyah Ratri Nurmaningsih, Kusmiyati, Agus Riyanto SR 7 Abstrak: Semakin pesatnya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya.

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya. PENGARUH KECEPATAN DAN JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KEBISINGAN (STUDI KASUS KAWASAN KOS MAHASISWA DI JALAN RAYA PRABUMULIH-PALEMBANG KM 32 INDRALAYA SUMATERA SELATAN) Anugra Setiawan Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung

Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung A. M. S. SUFANIR Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Bandung 40012 E-mail:

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN Sahrullah Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

DAMPAK KEBISINGAN AKIBAT PEMBANGUNAN JALAN LAYANG

DAMPAK KEBISINGAN AKIBAT PEMBANGUNAN JALAN LAYANG DAMPAK KEBISINGAN AKIBAT PEMBANGUNAN JALAN LAYANG Keberadaan jalan layang dapat menimbulkan beberapa dampak diantaranya penurunan kualitas lingkungan yaitu tingginya tingkat kebisingan yang mengurangi

Lebih terperinci

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lebih terperinci

BAB I ZONA SELAMAT SEKOLAH

BAB I ZONA SELAMAT SEKOLAH Lampiran : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK 3236/AJ 403/DRJD/2006 Tanggal : 8 Desember 2006 BAB I ZONA SELAMAT SEKOLAH A. ISTILAH DAN DEFINISI 1 alat pemberi isyarat lalu lintas

Lebih terperinci

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DI KOTA PADANG

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DI KOTA PADANG ISBN: 978-979-792-636-6 TINJAUAN KECEPATAN KENDARAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DI KOTA PADANG Nadra Mutiara sari, Oktaviani 2, Ali Novia 3,,2,3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

ROAD MAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOGOR (KAJIAN SEKSI II UNTUK KASUS DI DEPAN RSUD CIAWI BOGOR)

ROAD MAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOGOR (KAJIAN SEKSI II UNTUK KASUS DI DEPAN RSUD CIAWI BOGOR) ROAD MAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOGOR (KAJIAN SEKSI II UNTUK KASUS DI DEPAN RSUD CIAWI BOGOR) Syaiful Dosen Tetap Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UIKA Bogor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian dimulai karena ada suatu permasalahan pada ruas dan simpang jalan Pamulang II di kota Tangerang Selatan. Berikut diagram alur pikir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISA EFEKTIFITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DITINJAU DARI PENURUNAN KECEPATAN

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISA EFEKTIFITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DITINJAU DARI PENURUNAN KECEPATAN NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISA EFEKTIFITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DITINJAU DARI PENURUNAN KECEPATAN (Studi Kasus SDN 1 Sewon Jalan Parangtritis Km. 7 Yogyakarta) Fandy Arrasyid 2, Wahyu Widodo

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA SEMINAR TUGAS AKHIR PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA Masmulki Daniro J. NRP. 3307 100 037 Dosen Pembimbing: Ir. M. Razif, MM Semakin pesatnya

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK) ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK) Abdi Yuda Yadi 1)., Syafarudin AS 2) Siti Nurlaily Kadarini 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri permobilan terus meningkat. Peralatan industri seperti knalpot sepeda motor, peniup / penghembus, kipas angin, dan trafo menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan teknologi di bidang transportasi turut serta berkembang dengan cepat, mulai dari transportasi darat, laut, hingga udara.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1 TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1 Lusi Dwi Putri, 2 Fitridawati Soehardi, 3 Alfian Saleh 1,2,3 Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru E-mail:lusidwiputri@unilak.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH VOLUME LALU LINTAS TERHADAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR

PENGARUH VOLUME LALU LINTAS TERHADAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR PENGARUH VOLUME LALU LINTAS TERHADAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR Syaiful 1,2, dan Zainal Abidin 1 1 Program Studi Teknik Sipil Universitas Ibn Khaldun Bogor 2 Mahasiswa Program Doktoral

Lebih terperinci

ANALISIS POLUSI SUARA YANG DITIMBULKAN KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

ANALISIS POLUSI SUARA YANG DITIMBULKAN KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR Ngadimo. Syaiful, Analisis Polusi Suara yang Ditimbulkan Kecepatan Kendaraan Bermotor (Kajian di Depan Rumah Sakit Bunda Jalan Margonda Raya Kota Depok) ANALISIS POLUSI SUARA YANG DITIMBULKAN KECEPATAN

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan Karangmenjangan Jalan Raya Nginden jika dilihat berdasarkan Dinas PU

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Variabel Analisis Variabel yang digunakan dalam analisis kinerja Ruas Jalan Otto Iskandardiata Kota Bandung akibat pertumbuhan lalu lintas selama 10 tahun mendatang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kebisingan lalu lintas dan wawancara terhadap penduduk yang dilakukan dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. kebisingan lalu lintas dan wawancara terhadap penduduk yang dilakukan dengan 20 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan cara pengambilan sampel data kebisingan lalu lintas dan wawancara terhadap penduduk yang dilakukan dengan cara purposive

Lebih terperinci

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U No.328, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Penetapan Kelas Jalan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMO 05/PRT/M/2018 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN BERDASARKAN FUNGSI

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA DITINJAU DARI BAKU TINGKAT YANG DIIJINKAN

ANALISA TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA DITINJAU DARI BAKU TINGKAT YANG DIIJINKAN ANALISA TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA DITINJAU DARI BAKU TINGKAT YANG DIIJINKAN Galuh Renggani Wilis Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas pancasakti Tegal Email : galuhrw@gmail.com

Lebih terperinci

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH Chamelia Badi Semuel Y. R. Rompis, Freddy Jansen Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kecepatan BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Survei Kecepatan Sesaat (Spot Speed) Dari hasil pengambilan data primer selama dua hari yaitu pada hari Sabtu dan Minggu tepatnya pada tanggal 17

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang diambil dalam penyusunan penulisan ini berdasarkan pada metode analisa kinerja ruas jalan yang mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 sehingga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Evaluasi, pola pergerakan, efektivitas, ZoSS. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: Evaluasi, pola pergerakan, efektivitas, ZoSS. iii ABSTRAK Tingginya volume lalu lintas berpengaruh terhadap angka kecelakaan dan yang paling rentan menjadi korban kecelakaan adalah anak-anak sekolah. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Badung memberi perhatian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3. Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3. INTISARI Kapasitas daya dukung jalan sangat penting dalam mendesain suatu ruas jalan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum 2.1.1. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki Dalam Setiawan. R. (2006), fasilitas penyeberangan jalan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Penyeberangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 15 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Transportasi Transportasi merupakan suatu proses pergerakan memindahkan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya pada suatu waktu. Pergerakan manusia

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pemilihan Moda Menurut Tamin (2003), pemilihan moda sangat sulit dimodelkan, walaupun hanya dua buah moda yang akan digunakan (pribadi atau umum). Hal tersebut disebabkan karena

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA Awal mulanya jalan hanya berupa jejak manusia dalam menjalani kehidupannya dan berinteraksi dengan manusia lain (jalan setapak). Baru setelah manusia menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas antar suatu daerah dengan daerah lainnya, baik itu barang maupun manusia. Seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan BAB 3 METODOLOGI 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat dan tak meragukan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah membawa kemajuan pada bidang transportasi seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks membutuhkan sarana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP FASILITAS DAN KESELAMATAN PENGGUNA ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZOSS)

ANALISIS TERHADAP FASILITAS DAN KESELAMATAN PENGGUNA ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZOSS) ANALISIS TERHADAP FASILITAS DAN KESELAMATAN PENGGUNA ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZOSS) I D G Wahyu Widiatmika H 1, I Wayan Suweda 2, Dewa Made Priyantha Wedagama 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Kecelakaan Lalu Lintas Pertumbuhan penduduk, kenaikan pendapatan masyarakat, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, pemekaran kota, dan peningkatan aktivitas sosial ekonomi sangat

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK U. Winda Dwi Septia 1) Abstrak Jalan-jalan yang ada di Kota Pontianak merupakan salah satu sarana perhubungan bagi distribusi arus lalu lintas, baik angkutan

Lebih terperinci

EKIVALENSI MOBIL PENUMPANG PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO

EKIVALENSI MOBIL PENUMPANG PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO EKIVALENSI MOBIL PENUMPANG PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO Ady Suhendra Edmonssoen Monoarfa Longdong J., J. A. Timboeleng, M. R. E. Manoppo Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut kamus Inggris-Indonesia karangan Echlos dan Shadily (1983), kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH, LARANGAN, DAN PETUNJUK PADA RUAS JALAN DALAM KABUPATEN SIAK / KOTA SIAK SRI INDRAPURA BUPATI SIAK,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lalu Lintas 1. Pengertian Lalu Lintas Menurut Poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia (1993:55) menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik

Lebih terperinci

Evaluasi Zona Selamat Sekolah di SD Sukasenang Jalan P.H.H. Mustofa Kota Bandung

Evaluasi Zona Selamat Sekolah di SD Sukasenang Jalan P.H.H. Mustofa Kota Bandung Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Januari Evaluasi Zona Selamat Sekolah di SD Sukasenang Jalan P.H.H. Mustofa Kota Bandung ANISA RULLIYANA TSANI, DWI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Oglesby and Hicks (1988), kecelakaan kendaraan adalah kejadian yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan cepat. Selain itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat pada segala aspek kehidupan. Sektor ekonomi, sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanan tidak

Lebih terperinci

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA Rian Doto Gumilar 1), Slamet Widodo 2), Siti Mayuni 2) ABSTRAK Bukaan median dengan fasilitas u-turn tidak secara keseluruhan mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENINGKATAN KEBISINGAN, PENURUNAN KECEPATAN DAN DIMENSI LEBAR SPEED BUMPS DI PERMUKIMAN (Studi Kasus beberapa Speed Bumps di Surakarta)

HUBUNGAN PENINGKATAN KEBISINGAN, PENURUNAN KECEPATAN DAN DIMENSI LEBAR SPEED BUMPS DI PERMUKIMAN (Studi Kasus beberapa Speed Bumps di Surakarta) HUBUNGAN PENINGKATAN KEBISINGAN, PENURUNAN KECEPATAN DAN DIMENSI LEBAR SPEED BUMPS DI PERMUKIMAN (Studi Kasus beberapa Speed Bumps di Surakarta) Dewi Handayani 1), Galih Setyo Hadi 2), Amirotul Mahmudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisa pengamatan di lapangan, studi referensi, perhitungan dan juga hasil evaluasi mengenai KINERJA RUAS JALAN RAYA CIBIRU JALAN RAYA CINUNUK PADA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: keselamatan pengguna jalan, kecepatan pengemudi kendaraan, ZoSS

ABSTRAK. Kata kunci: keselamatan pengguna jalan, kecepatan pengemudi kendaraan, ZoSS ABSTRAK Kawasan pendidikan merupakan suatu kawasan yang rentan terjadi kecelakaan lalu lintas dan yang menjadi korban adalah para siswa. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dibuatkanlah Zona Selamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan bagian integral dari masyarakat. Ia menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perlintasan Sebidang Jalan Tata Bumi Selatan ialah jalan kelas III, dengan fungsi jalan lokal sekunder yang menghubungkan antara kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN Supoyo Universitas Semarang,Jl. Soekarno Hatta Semarang Email: spy_supoyo@yahoo.com 1. Abstrak Pasar adalah tempat sarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jalan Raya Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang jalan memuat bahwa jalan sebagai sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (29-36) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (29-36) ISSN: ANALISIS BESAR KONTRIBUSI HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL REGRESI LINIER BERGANDA (Studi Kasus: Ruas Jalan dalam Kota Segmen Ruas Jalan Sarapung) Edy Susanto Tataming Theo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN AHMAD YANI KOTA SORONG

ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN AHMAD YANI KOTA SORONG ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN AHMAD YANI KOTA SORONG Hendrik Pristianto Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sorong ABSTRAK Kebisingan merupakan polusi

Lebih terperinci

Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang

Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang Secara umum jalan layang keberadaannya sangat positif dalam menata sistem lalu lintas, guna mengurangi kemacetan lalu lintas sehingga memberikan kemudahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari : BAB III METODOLOGI 3.1. Bagan Alir Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari : START PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER Geometrik Volume Lalu Lintas Kecepatan Kendaraan Hambatan Samping Volume

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Lalu Lintas Jalan R.A Kartini Jalan R.A Kartini adalah jalan satu arah di wilayah Bandar Lampung yang berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di daerah kota-kota besar di Indonesia contohnya kota Medan. Hal seperti ini sering terjadi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

Rhaptyalyani FakultasTeknik UniveristasSriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan. Abstract

Rhaptyalyani FakultasTeknik UniveristasSriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan. Abstract PENGARUH KECEPATAN DAN JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KEBISINGAN (STUDI KASUS KAWASAN KOS MAHASISWA DI JALAN RAYA PRABUMULIH- PALEMBANG KM 32 INDRALAYA SUMATERA SELATAN) NyimasSepti Rika Putri FakultasTeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Raya Jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkotaan merupakan bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Sementara itu fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH DAN KINERJA RUAS JALAN

ANALISIS EFEKTIVITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH DAN KINERJA RUAS JALAN ANALISIS EFEKTIVITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH DAN KINERJA RUAS JALAN ( STUDI KASUS: ZOSS SD NEGERI 1 UBUNG ) TUGAS AKHIR Oleh : I Gede Gita Narayana 1104105049 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN: ANALISA DERAJAT KEJENUHAN AKIBAT PENGARUH KECEPATAN KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN DI KAWASAN KOMERSIL (STUDI KASUS: DI SEGMEN JALAN DEPAN MANADO TOWN SQUARE BOULEVARD MANADO) Rifan Ficry Kayori T. K.

Lebih terperinci

Doddy Cahyadi Saputra D y = 0,4371x + 496, PENDAHULUAN

Doddy Cahyadi Saputra D y = 0,4371x + 496, PENDAHULUAN RENCANA MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS AKIBAT DIBANGUNNYA RUMAH SAKIT MITRA MEDIKA DI JALAN SULTAN SYARIF ABDURAHMAN PONTIANAK Doddy Cahyadi Saputra D 111 09 016 Abstrak Rencana pembangunan Rumah Sakit

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG (ZoSS). Pasal 1 (1) Pengaturan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas pada Zona Selamat Sekolah dilakukan dengan

Lebih terperinci