POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR"

Transkripsi

1 POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

2 RINGKASAN REINA SANTI SIREGAR. D Potensi Pengembangan Usaha Ternak Jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Dwi Joko Setyono, MSi. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Asnath M. Fuah, MS. Perkembangan peternakan yang ada saat ini tidak hanya pada ternak konvensional tetapi juga pada ternak non-konvensional yang mempunyai prospek yang menjanjikan. Hal tersebut dikarenakan modal yang dibutuhkan kecil, mudah untuk dikembangkan dan dibudidayakan serta dapat diusahakan pada lahan sempit. Jangkrik sebagai salah satu ternak non-konvensional berpotensi sebagai sumber protein hewani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Potensi biologi jangkrik yang dibudidayakan di Kelurahan Rangkapanjaya Baru; (2) Potensi sumberdaya dan lingkungan usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru; (3) Potensi bisnis usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2005 di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Desain penelitian berupa studi kasus dengan responden terdiri dari peternak jangkrik, pedagang jangkrik dan masyarakat sekitar peternakan jangkrik. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari peternak jangkrik (6 orang), pedagang jangkrik (14 orang) dan masyarakat (30 orang) melalui wawancara dengan bantuan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, pendapatan, R/C ratio dan trend permintaan. Hasil penelitian menunjukkan jangkrik yang dibudidayakan para peternak di Kelurahan Rangkapanjaya Baru yaitu jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus). Jenis jangkrik ini mempunyai laju pertumbuhan yang cepat yaitu 70 hari, dengan demikian dapat dipanen dengan cepat. Jumlah telur yang dihasilkan berkisar antara butir. Pengembangan usaha ternak jangkrik perlu didukung dengan sumberdaya bahan baku dan dukungan lingkungan lokasi usaha ternak. Ketersediaan bahan baku, yaitu bibit dan pakan sayuran dapat diperoleh dengan mudah. Bibit jangkrik dapat diperoleh dari pembibitan dan alam. Pakan sayuran yang digunakan berupa daun singkong dan daun pepaya. Peternak dapat memanfaatkan sayuran yang ada di lingkungan sekitar rumah. Masyarakat di Kelurahan Rangkapanjaya Baru menerima dengan baik keberadaan usaha ternak jangkrik di lingkungan mereka. Adanya usaha ternak tersebut dapat mengurangi jumlah penggangguran yang ada. Usaha ternak jangkrik tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Usaha ternak jangkrik mempunyai potensi bisnis untuk dikembangkan, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendapatan dan R/C rationya. Penerimaan peternak dari hasil penjualan jangkrik adalah sebesar Rp Biaya total yang dikeluarkan oleh peternak setiap tahunnya sebesar Rp dengan biaya terbesar berasal dari biaya tenaga kerja. Margin kotor yang diterima peternak yaitu sebesar

3 Rp Pendapatan bersih yang diperoleh dari selisih penerimaan dengan biaya adalah sebesar Rp per tahun. Nilai R/C ratio usaha ternak jangkrik adalah sebesar 1,410; dimana setiap rupiah yang diinvestasikan akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,410. Potensi pasar usaha ternak jangkrik dapat dilihat dari trend permintaan jnagkrik. Persamaan yang digunakan untuk meramalkan trend permintaan jangkrik adalah: Y = , ,49X 820,27X ,04X 3. Hasil peramalan permintaan menunjukkan bahwa trend permintaan jangkrik mempunyai kecenderungan untuk meningkat pada masa yang akan datang. Hal tersebut menunjukkan ternak jangkrik mempunyai potensi pasar yang besar. Kata-kata kunci: potensi, usaha ternak jangkrik, pendapatan, trend, persepsi.

4 ABSTRACT The Potency of Cricket s Farming Development Siregar, R.S, D.J. Setyono and A.M. Fuah Cricket s farming have potency to be developed as a profitable business. The potency is seen from biological aspects, potency of resources and environmental and also business potency. From the biological point of view, cricket was very efficient, with short live cycle (±70 days) and high egg production ( eggs/cycle). Farmer harvested crickets 6 time every year. Egg s production of cricket as much as eggs with 20% mortality rate. The main component for cricket breeding are breed stock and feed. Breed stock was obtained from breeder and the environment. The parent stock were obtained from the environment has good body resistence. Feed, especially vegetable were obtained from the surrounding environment around the house. Papaya and cassava tree can be found easily in Kelurahan Rangkapanjaya Baru. The cricket s farming was well accepted by the community. The existence of cricket s farming can reduce the unemployment in Kelurahan Rangkapanjaya Baru and cricket s farming doesn t has any negative impact to the environment. Business potency from cricket s farming can be seen from the farmer s income and market potency. The income of farmers received from cricket s farming were Rp per year and the economic of scale is 58 box. The biggest cost spent for labor cost as much as 61,09% from total cost. Cricket s revenue is much to Rp per year. R/C ratio of cricket s farming were 1,41. Market potency seen by the trend of cricket s demand used time series analysis. The result of forecasting of cricket s demand using equation: Y = , ,49X 820,27X ,04X 3 showing cricket s demand had tendency to increase in the future. Keywords: crickets breeding, potency, income, trend

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1983 di Tangerang. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bangun Siregar dan Ibu Yosita Harahap. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN VI Tangerang. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1 Tangerang dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMAN 2 Tangerang. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam dengan karunia dan rahmat-nya yang senantiasa memberikan nikmat dan curahan keagungan-nya kepada Penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Potensi Pengembangan Usaha Ternak Jangkrik (Studi Kasus di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok) yang disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Secara umum skripsi ini menjelaskan tentang usaha ternak jangkrik mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan. Selain itu, dalam skripsi ini ditunjukkan pendapatan yang diperoleh peternak dan trend permintaan jangkrik pada masa yang akan datang. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca. Bogor, Oktober 2005 Penulis

7 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... 3 KERANGKA PEMIKIRAN... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 6 Budidaya Jangkrik... 6 Potensi Jangkrik... 8 Nilai Ekonomi Jangkrik... 9 Pengembangan Peternakan Jangkrik METODE Lokasi dan Waktu Desain Penelitian Data dan Instrumentasi Pengumpulan Data Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Pendapatan Usaha Ternak Jangkrik Analisis R/C Ratio Analisis Trend Permintaan Definisi Istilah KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Usaha Ternak Jangkrik Prasarana Pengembangbiakkan Karakteristik Reproduksi Jangkrik i iii iv v vi vii ix x xi

8 Karakteristik Masyarakat Karakteristik Peternak Karakteristik Usaha Potensi Biologi Jangkrik Potensi Sumberdaya dan Lingkungan Potensi Bisnis KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 40

9 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Konsep Analisis Pendapatan Usaha Ternak Jangkrik Rata-rata Jumlah Biaya dalam Usaha Ternak Jangkrik Rata-rata Penerimaan, Biaya Varibel, Biaya Tetap, Biaya Total, Margin Kotor, Pendapatan Bersih dan R/C Ratio Peternak Jangkrik Per Tahun Data Penjualan Jangkrik Desember 2003-Mei 2005 (ekor/bulan) Hasil Tes Koefisien Penentu atau R 2 Tes Peramalan Permintaan Jangkrik untuk 10 Bulan (ekor/bulan)... 35

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Alur Dasar Kerangka Pemikiran Penelitian... 5

11 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Rata-Rata Pendapatan yang diterima Peternak Jangkrik Per Tahun Biaya Tetap, Biaya Variabel, Total Biaya, Penerimaan, Margin Kotor, Pendapatan dan R/C Ratio Peternak Jangkrik Per Tahun Skala Pemeliharaan Setiap Peternak Per Periode Produksi Jangkrik Peternak di Kelurahan Rangkapanjaya Baru Analisis Regresi Permintaan Jangkrik Kuesioner Penelitian Dokumentasi Penelitian... 55

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia memberikan berbagai dampak, salah satunya adalah ketersediaan lapangan kerja yang menurun, yang disebabkan banyak usaha yang gulung tikar atau bangkrut. Oleh karena itu masyarakat mencari peluang usaha lain yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu usaha yang layak untuk dikembangkan adalah industri peternakan. Peternakan di Indonesia masih bersifat peternakan rakyat dan sebagai usaha sampingan, tetapi mempunyai potensi untuk berkembang menjadi usaha yang menguntungkan. Salah satu alasannya karena sebagian konsumsi makanan manusia diperoleh dari bahan pangan hewani. Perkembangan peternakan yang ada saat ini tidak hanya pada ternak konvensional saja tetapi masyarakat sudah mulai mengembangkan ternak satwa harapan. Hal ini dikarenakan modal yang dibutuhkan kecil, mudah dikembangkan dan dibudidayakan serta dapat diusahakan di lahan sempit. Salah satu satwa harapan tersebut adalah jangkrik. Jangkrik dibudidayakan sebagai pakan burung dan beberapa jenis ikan. Selain itu, jangkrik juga dapat digunakan sebagai pakan primata dan pakan reptil. Bila dilihat dari aspek nutrisi, jangkrik berpotensi sebagai sumber protein hewani alternatif dengan kandungan protein sekitar 60% (Setiawan, 2004). Permintaan akan jangkrik kian lama semakin meningkat dan ketersediaan di alam tidak dapat mencukupinya. Peningkatan permintaan tersebut menyebabkan penangkapan terus menerus di alam dan berdampak pada menurunnya populasi jangkrik alam. Oleh karena itu diperlukan adanya budidaya jangkrik secara intensif, sehingga permintaan jangkrik dapat terpenuhi dan kelestarian populasi jangkrik dapat terjaga. Budidaya jangkrik di Indonesia merupakan hal yang belum membudaya dan memasyarakat. Bila dilihat dari permintaan pasar yang selalu ada, budidaya jangkrik berpotensi secara ekonomi untuk dikembangkan dan usaha jangkrik dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan alternatif. Keuntungan yang diperoleh dari beternak jangkrik sangat besar, waktu yang dibutuhkan untuk budidaya ini juga relatif singkat. Potensi yang menjanjikan secara ekonomi dan permintaan pasar yang selalu ada, membuat usaha ternak jangkrik dapat dikembangkan untuk memenuhi

13 permintaan yang terus meningkat. Usaha ternak jangkrik di Indonesia masih tergolong baru dan belum memasyarakat. Sebelum melakukan usaha ternak ini perlu dilakukan analisis faktor lingkungan usaha, meliputi faktor makro dan faktor mikro. Faktor makro meliputi keadaan alam, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sosial budaya, ekonomifinansial, teknologi dan kebijaksanaan pemerintah, sedangkan faktor mikro meliputi aspek produksi, reproduksi dan pengelolaan untuk mengembangkan usaha ternak. Perumusan Masalah Beternak jangkrik pernah menjadi trend di kalangan masyarakat karena keuntungan yang diperoleh besar. Hal tersebut juga didukung dengan kebutuhan modal yang kecil serta pemeliharaannya yang mudah. Trend beternak jangkrik juga terjadi di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, dimana banyak masyarakat latah mencoba beternak jangkrik dan diantaranya merupakan peternak jangkrik musiman. Banyaknya peternak jangkrik yang muncul menyebabkan harga jual jangkrik menjadi menurun sedangkan pasar jangkrik masih terbatas. Selain itu, permintaan jangkrik tinggi tetapi pasar untuk jangkrik belum teridentifikasi dengan baik. Hal tersebut menyebabkan banyak peternak jangkrik yang mengalami kerugian dan menghentikan produksi jangkriknya. Peternak mengalami kendala dalam pemeliharaan jangkrik, salah satunya yaitu penyakit. Hal tersebut dapat disebabkan karena manajemen pemeliharaan jangkrik yang kurang memadai disamping pakan yang tidak mencukupi. Peternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru yang jumlahnya sedikit masih bertahan memelihara atau mengusahakan jangkrik sebagai salah satu sumber pendapatan walaupun dengan modal terbatas dan manajemen yang seadanya. Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab sebagai berikut: 1. Bagaimanakah potensi biologi dari jangkrik yang dibudidayakan di Kelurahan Rangkapanjaya Baru? 2. Bagaimanakah potensi sumberdaya dan lingkungan usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru? 3. Bagaimanakah potensi bisnis usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru? 2

14 Tujuan 1. Mengetahui potensi biologi jangkrik yang dibudidayakan di Kelurahan Rangkapanjaya Baru 2. Mengetahui potensi sumberdaya dan lingkungan usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru 3. Mengetahui potensi bisnis usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan berguna untuk: 1. Sebagai informasi bagi yang tertarik terhadap usaha ternak jangkrik dan ingin berternak jangkrik. 2. Sebagai bahan untuk mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian tentang usaha ternak jangkrik. 3

15 KERANGKA PEMIKIRAN Selama ini masyarakat hanya mengenal ternak konvensional sebagai komoditi peternakan. Selain ternak konvensional, terdapat ternak non konvensional yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki prospek yang menjanjikan di masa mendatang. Antara lain adalah jangkrik yang umumnya digunakan sebagai pakan burung, pakan ikan, pakan reptil dan sebagai makanan alternatif bagi manusia. Usaha ternak jangkrik mempunyai beberapa potensi yang membuat usaha ini dapat dikembangkan menjadi usaha yang menguntungkan. Potensi tersebut dapat dilihat dari segi budidaya, biologi jangkrik, sumberdaya dan lingkungan, serta ekonomi. Ternak jangkrik mudah dalam pemeliharaan dan pembudidayaannya, untuk itu perlu diketahui mengenai prasarana dan cara pengembangbiakannya. Potensi jangkrik secara biologi dapat menunjang keberhasilan budidaya jangkrik. Usaha ternak ini perlu didukung dengan sumberdaya dan lingkungan yang ada di tempat usaha. Penempatan suatu usaha di lokasi tertentu dapat menimbulkan berbagai dampak, oleh karena itu perlu diketahui dukungan masyarakat sekitar dengan adanya usaha ternak jangkrik di lokasi tersebut. Modal yang diperlukan dalam beternak jangkrik tidak besar dan hasil yang diperoleh banyak. Oleh karena itu usaha ternak ini dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan alternatif. Manajemen pemeliharaan yang baik dapat lebih meningkatkan pendapatan yang diperoleh peternak. Untuk menjaga kelangsungan usaha ternak jangkrik, perlu diketahui trend permintaan yang ada setiap waktunya

16 Ternak Non-konvensional Konvensional Jangkrik Budidaya dan Produksi Potensi Biologi Jangkrik Potensi Sumberdaya & lingkungan Potensi Bisnis Pendapatan & R/C ratio Trend Permintaan Jangkrik Ketersediaan Bahan Baku Dukungan Masyarakat Keterangan: Lingkup penelitian Gambar 1. Alur Dasar Kerangka Pemikiran Penelitian 5

17 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jangkrik Jangkrik merupakan serangga berukuran kecil sampai besar yang berkerabat dekat dengan belalang karena keduanya tergolong bangsa Orthoptera (Paimin, 1999). Borror et al. (1996) mengklasifikasikan jangkrik ke dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Orthoptera, famili Gryllidae, genus Gryllus. Di Indonesia tercatat lebih kurang ada 123 jenis jangkrik dan yang dibudidayakan untuk pakan burung dan ikan adalah jenis Gryllus testaceus Walk dan Gryllus mitratus Burn (Paimin et al., 1999). Karakteristik kedua jenis ini hampir sama, perbedaannya ialah jenis G. mitratus lebih kecil dibandingkan G. testaceus dan pada pinggir sayap punggung G. mitratus terdapat garis putih sedangkan G. testaceus polos. Di samping itu ovipositor (alat kelamin betina) G. mitratus lebih pendek dan lebih tenang dibandingkan dengan G. testaceus yang lebih agresif (Kumala, 1999). Widiyaningrum (2001) menyatakan bahwa tiga spesies jangkrik yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia diantaranya jangkrik Cliring (G. mitratus), Cendawang (G. testaceus) dan Kalung (G. bimaculatus). Ciri dari jangkrik Kalung yaitu terdapat kalung kuning yang melingkari lehernya dan ukurannya sekelingking orang dewasa (Karjono, 1999). Hasil penelitian Pusparini (2001) menunjukkan bahwa jangkrik Jerman (Gryllus sp.) memiliki tahapan perkembangan lebih cepat dengan siklus hidup lebih pendek dibandingkan jangkrik lokal, namun kemampuan bereproduksi tidak sebaik jangkrik lokal. Jangkrik lokal mempunyai kemampuan betelur pertama lebih cepat, waktu tetas lebih singkat dan jumlah anak yang dihasilkan lebih besar dibandingkan jangkrik Jerman (Gryllus sp.). Berdasarkan penelitian Widyaningrum et al. (2000) dapat disimpulkan bahwa produktivitas dan lama produksi jangkrik G. mitratus lebih baik dibanding G. testaceus. Lama siklus hidup jangkrik bervariasi menurut jenisnya. Pada semua jenis, umur jantan lebih pendek dibanding betinanya. Umur dewasa jantan jenis G. mitratus hanya 78 hari, sedang betina dewasanya dapat mencapai 105 hari (Paimin et al., 1999). Jangkrik umumnya mengalami metamorfosis tidak sempurna yang dimulai dari telur sampai menjadi imago (Agroindonesia, 2005).

18 Ada dua alternatif yang bisa dipilih dalam memulai beternak jangkrik. Pertama, dengan cara menetaskan telur. Kedua, dengan mengembangbiakkan yaitu mengawinkan induk jantan dan induk betina untuk mendapatkan telur. Agar diperoleh telur jangkrik berkualitas baik dan tidak menghasilkan keturunan yang abnormal, induk yang dipilih harus memenuhi syarat. Induk yang baik berasal dari tangkapan di alam karena biasanya memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik. Kalau sulit mendapatkan induk betina dari alam, induk dari hasil peternakan pun dapat digunakan. Namun, induk jantannya diusahakan dari tangkapan alam (Paimin et al., 1999). Komposisi perbandingan induk jantan dan betina 1: 2-5 ekor, dan dapat menghasilkan sekitar telur dari induk betina (Agroindonesia, 2005). Menurut Paimin (1999), wadah pemeliharaan jangkrik harus dapat membuat jangkrik hidup dengan tenang, dimana wadah tersebut harus lembab dan luas agar jangkrik dapat bergerak leluasa. Ruangan yang lembab juga dimaksudkan agar telur jangkrik tidak mengalami kerusakan (Paimin et al., 1999). Kotak sebaiknya diolesi dengan lumpur tanah sawah, tanah merah atau tanah liat untuk menciptakan suasana habitat seperti di alam bebas (Agroindonesia, 2005), dan perlu diberi sirkulasi udara dengan cara memberi lubang di salah satu dinding atau tutupnya (Paimin et al., 1999). Perkembangan telur selama proses penetasan dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap telur muda, telur remaja dan telur tua. Telur muda berusia 1-5 hari yang ditunjukkan dari warnanya yang putih kekuningan. Telur remaja berusia 6-10 hari dengan warna yang sudah berubah menjadi kuning. Telur yang berumur lebih dari 11 hari memiliki warna yang sudah menjadi kuning kehitaman, dan siap menetas (Paimin et al., 1999). Pakan jangkrik yang baik ialah hijauan, kacang-kacangan, buah-buahan dan umbi-umbian yang masih muda serta sayur-sayuran. Pakan jangkrik yang berupa sayuran yang masih segar disamping untuk memenuhi kebutuhan juga untuk memenuhi kebutuhan minum bagi jangkrik oleh karena itu untuk kebutuhan minum tidak perlu diberikan secara khusus dalam wadah atau mangkuk (Kumala, 1999). Untuk memacu pertumbuhannya, jangkrik perlu diberi makanan sumber protein, 7

19 misalnya pellet, konsentrat atau bokasi seperti pada pemeliharaan anak jangkrik (Paimin et al., 1999). Waktu pemanenan jangkrik disesuaikan dengan tujuan pemasaran, jangkrik untuk pakan burung umumnya dipanen pada umur hari atau pada stadia nimfa III, sedangkan untuk pakan ikan arwana pada umur hari. Jangkrik yang akan digunakan sebagai induk dipanen pada umur 70 hari (Agroindonesia, 2005). Potensi Jangkrik Jangkrik mempunyai potensi untuk menjadi salah satu pakan ikan, binatang kesayangan bahkan sebagai bahan pangan manusia. Potensi tersebut diantaranya karena: (1) kadar protein jangkrik yang tinggi; (2) daya reproduksinya tinggi dan mudah dalam pemberian pakannya (Linsemaier (1972) dalam Novianti, 2003). Ada tiga produk yang dapat laku di pasar, yaitu telur, clondo, dan induk. Telur dan induk memiliki sasaran pasar peternak jangkrik, sedangkan clondo dijual kepada penggemar burung berkicau atau ikan arwana. Oleh karena itu, semua produk dari jangkrik masih dapat dikatakan potensial (Paimin et al., 1999). Burung berkicau yang diberi makanan jangkrik akan memiliki kicauan yang bagus dan prima sehingga nilai jualnya naik atau dapat diikutsertakan dalam lomba burung. Jangkrik sebagai makanan ikan arwana, dapat menjadikan warna tubuh ikan lebih cemerlang (Paimin, 1999). Jangkrik sebagai pakan udang dan lele diberikan dalam bentuk tepung, dan pertumbuhan udang dan lele yang mengkonsumsi tepung jangkrik berkembang pesat (Paimin et al., 1999). Menurut Bodenheimer (1951) dalam Novianti (2003), jangkrik termasuk salah satu jenis serangga yang biasanya dikonsumsi oleh sebagian masyarakat di beberapa negara misalnya India, Filipina, Thailand dan Indonesia. Serangga ini dimakan bukan hanya dalam keadaan darurat melainkan sebagai bahan makanan pelengkap sumber protein alternatif sepanjang tahun. Hal ini didukung dengan pernyataan De Foliart et al. (1989) dalam Novianti (2003), bahwa jangkrik sangat berpotensi untuk dibudidayakan sebagai bahan pangan dan pakan karena memiliki palatabilitas dan kandungan protein yang tinggi. Jangkrik dapat diolah menjadi tepung dan berpotensi sebagai sumber protein hewani alternatif karena mengandung nutrisi, terutama asam amino yang cukup lengkap sehingga mampu menggantikan sebagian tepung kedelai dan tepung ikan 8

20 dalam campuran pakan ayam broiler. Kadar protein tepung jangkrik berdasarkan bahan basah berkisar antara 56,02-61,58%. Bila dibandingkan dengan kadar protein bahan pangan yang sering dikonsumsi oleh manusia memperlihatkan bahwa tepung hewan ini berpotensi untuk digunakan sebagai alternatif bahan pangan sumber protein (Napitupulu, 2003). Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Novianti (2003) yang menunjukkan bahwa tepung jangkrik kalung (G. bimaculatus) mengandung protein dan lemak yang cukup tinggi yaitu masing-masing berkisar antara 56,02-74,5% dan 15,47-32,84%. Hasil penelitian Syaiful (2003) menunjukkan bahwa asam linoleat merupakan asam lemak yang paling dominan pada tepung jangkrik, sangat penting bagi manusia dan hewan, terutama untuk mencegah dermatitis (pengeringan dan pengelupasan kulit) pada anak-anak. Nilai Ekonomi Jangkrik Nilai ekonomi menurut Agustina (2004) adalah sesuatu yang dinilai berdasarkan manfaat dari pola peningkatan alokasi sumberdaya. Nilai ekonomi suatu peternakan dari segi produsen yang dalam hal ini adalah peternak, dapat diperoleh dengan analisis pendapatan. Hernanto (1996) berpendapat bahwa analisa pendapatan memerlukan empat unsur, yaitu: rata-rata inventaris, penerimaan usahatani, pengeluaran usahatani dan penerimaan dari berbagai sumber. Pendapatan atau income adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi (Boediono, 2000). Pengeluaran usahatani adalah semua biaya operasional dengan tanpa memperhitungkan bunga dari model usahatani dan nilai kerja pengelola usahatani. Pengeluaran ini meliputi: (a) pengeluaran tunai, (b) penyusutan benda fisik, (c) pengurangan nilai inventaris, (d) nilai tenaga kerja yang tidak dibayar (Hernanto, 1996). Selisih antara pendapatan total yang berasal dari kegiatan pembibitan dan biaya total yang berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan (Makeham & Malcolm, 1991). Menurut Raharjo (1999), menjual telur jangkrik menguntungkan karena waktunya relatif singkat dengan harga eceran berkisar antara Rp per sendok kecil. Keuntungan akan lebih besar dengan memproduksi clondo, dimana 90% dari ekor bayi jangkrik yang menjadi clondo dengan harga Rp. 70 per ekor, akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 28 juta. Tepung jangkrik yang 9

21 dijual oleh Astrik (Asosiasi Peternak Jangkrik) sebesar Rp. 150 juta per ton dan minyak jangkrik sebesar Rp. 2,5 juta per liter (Suara Pembaruan, 2005). Pengembangan Peternakan Jangkrik Ada beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan peternakan, antara lain: (1) persediaan bahan baku; (2) teknologi tepat guna; (3) keahlian yang dibutuhkan atau tenaga terampil; (4) potensi pengembangan peternakan; (5) prioritas pembangunan peternakan di lokasi yang bersangkutan (Pulungan, 1985). Pengembangan sektor peternakan dalam era globalisasi ekonomi dihadapkan pada persaingan yang semakin terbuka. Kondisi ini merupakan suatu peluang dan sekaligus suatu tantangan bagi pengembangan peternakan di Indonesia. Prospek pengembangan komoditas dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain potensi pasar, potensi sarana produksi dan teknologi serta efisiensi usaha (Adnyana, 1999). Pengembangan peternakan jangkrik sudah dimulai sejak tahun 1990-an. Namun, waktu itu jangkrik hanya dijadikan komoditas pakan hewan dan dipasarkan di pasar tradisional. Pada tahun 2000 booming jangkrik sempat terjadi (Suara Pembaruan, 2005). Bisnis jangkrik di Medan dan Pekanbaru masih dilakukan banyak orang dan berjalan sukses. Bahkan pengusaha jangkrik di daerah itu telah terhimpun dalam wadah HIPAJARI (Himpunan Pengusaha Jangkrik Indonesia) (Agroindonesia, 2004). Jenis kandungan bahan dalam tubuh jangkrik membuat jangkrik banyak diburu untuk kepentingan industri pakan ternak, jamu maupun kosmetik. Pengusaha pakan ternak tertarik untuk mengubah pola produksi mereka dengan bahan jangkrik karena mahalnya bahan impor (Suara Pembaruan, 2005). Agroindonesia (2004) menyebutkan suatu perusahaan yang memelihara sekaligus menekuni industri pengolahan jangkrik dengan nama La Tansa. Industri pengolahan itu meliputi pembuatan jamu yang dimasukkan ke dalam kapsul, makanan ringan (seperti abon dan kerupuk) hingga minyak jangkrik. Bisnis jangkrik tidak hanya menjual clondo tetapi juga bisa menjual telur atau indukan, bahkan menjual kandang jangkrik atau kandang lengkap dengan aksesori dan bibitnya (Suyono, 2005). 10

22 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Mei 2005 sampai dengan Juni Desain Penelitian Desain dari penelitian ini berupa eksploratoris. Hasil dari penelitian ini dianalisis deskriptif, analisis pendapatan usaha ternak jangkrik, analisis R/C ratio dan analisis trend permintaan jangkrik. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dan pengambilan data menggunakan kuesioner. Responden terdiri dari peternak jangkrik, masyarakat di sekitar peternakan jangkrik dan pedagang jangkrik. Data responden peternak jangkrik diambil seluruhnya karena jumlah peternak jangkrik di daerah tersebut berjumlah 6 orang. Masyarakat responden di sekitar peternakan jangkrik ditentukan secara purposive yakni mereka yang tinggal di sekitar lokasi peternak jangkrik dengan pertimbangan tempat pemukiman mereka dekat (±30-50 meter) peternakan jangkrik. Jumlah anggota masyarakat yang menjadi responden sebanyak 30 orang. Penentuan pedagang yang berjumlah 14 orang sebagai responden juga dilakukan dengan cara purposive, yakni pedagang pengecer yang merupakan langganan dari usaha ternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan penelitian serta data-data dari Dinas-dinas dan lembaga-lembaga yang terkait. Instrumentasi yang digunakan untuk memperoleh data adalah daftar pertanyaan (kuesioner) yang dipandu dengan wawancara. Penelitian ini juga melakukan observasi terhadap keadaan peternakan jangkrik dan manajemen budidaya jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.

23 Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan dari para peternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok melalui wawancara langsung dengan peternak dan observasi ke lokasi peternak. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait di daerah tersebut dengan topik penelitian yakni Potensi Pengembangan Usaha Ternak Jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Data yang dikumpulkan terdiri atas data mengenai profil masyarakat (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan), karakteristik peternak (umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, alasan beternak, lama beternak), karakteristik usaha ternak jangkrik (sifat usaha dan skala pemeliharaan), biaya usaha ternak jangkrik, penerimaan usaha ternak jangkrik dan permintaan jangkrik. Analisis Data Data yang diperoleh sebagai hasil penelitian, dianalisis secara deskriptif, analisis pendapatan usaha ternak jangkrik, analisis R/C ratio dan analisis trend permintaan jangkrik. 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan umum yang ada di lokasi penelitian, menggambarkan manajemen budidaya usaha ternak jangkrik, potensi biologi jangkrik yang dibudidayakan, serta potensi sumberdaya dan lingkungan. 2. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Jangkrik Tabel 1. Analisis Pendapatan Menggunakan Konsep Sebagai Berikut: Tunai Tidak Tunai Inventaris Total Keterangan Rp Penerimaan Usahatani (-) Biaya Variabel Marjin Kotor (A) Biaya Tetap (B) Pendapatan Usahatani (A-B) (-) Pembayaran Bunga Penghasilan Bersih Usahatani (+) Penghasilan Luar Usahatani Penghasilan Keluarga Sumber: Soekartawi et al. (1986). 12

24 3. Analisis R/C Ratio Untuk mengetahui apakah usaha ternak jangkrik yang dijalankan menguntungkan atau tidak, maka dilakukan perhitungan Revenue and Cost Ratio (R/C) dengan rumus: R/C ratio = Total Penerimaan Usaha Ternak Total Pengeluaran Usaha Ternak Keterangan: R/C > 1, maka usaha tersebut mendapat keuntungan R/C < 1, maka usaha mengalami kerugian R/C = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi Penerimaan tunai didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pengeluaran tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani (Soekartawi et al., 1986). Ada tiga produk yang dapat dijual yaitu telur, clondo dan induk. Jadi, penerimaan usaha ternak jangkrik dapat berasal dari penjualan telur, clondo dan induk. Pengeluaran usaha ternak jangkrik terdiri dari bahan-bahan untuk membuat kotak, tenaga kerja, nampan plastik, media kain, semprotan, kaleng bekas, minyak tanah, pasir, makanan dan vitamin, dan lain-lain. 4. Analisis Trend Permintaan Untuk mengetahui trend permintaan jangkrik, analisis yang akan digunakan yaitu analisa/model deret waktu (time series). Analisa/model deret waktu (Time Series) adalah suatu teknik atau metode peramalan dengan menggunakan analisis hubungan antara variabel yang dicari atau diramalkan dengan hanya satu-satunya varibel bebas yang mempengaruhinya yang merupakan variabel waktu (Assauri, 1984). Bentuk pola hubungan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah regressi linear, dengan rumus sebagai berikut: Y = a + bx Keterangan: Y = permintaan jangkrik (ekor) X = variabel waktu a dan b = parameter atau koefisien regressi 13

25 Nilai a dan b merupakan konstanta yang dapat dicari dengan menggunakan metode Least Squares. Menurut Mulyono (1991), prinsip metode Least Squares adalah meminimumkan jumlah pangkat dua selisih antara nilai variabel yang sesungguhnya (Y) dengan nilai trend (Yt). Metode Least Squares akan menghasilkan (Y-Yt) 2 yang nilainya sekecil mungkin. Rumus-rumus untuk mencari nilai a dan b adalah sebagai berikut: a = Y n dan b = XiYi, dimana n adalah banyaknya pasangan data. 2 Xi Persamaan regresi linear yang akan dipergunakan, perlu dites terlebih dahulu. Tes tersebut terdiri dari test koefisien penentu atau R 2 test dan significance test. a) Test Koefisien Penentu atau R 2. Test ini dilakukan untuk mengetahui tepat tidaknya variabel yang mempengaruhi besarnya permintaan yang diramalkan adalah waktu. Formula yang digunakan untuk tes ini adalah: R 2 = 1 - dimana: dan e 2 i 2 i y e 2 i = y 2 i - b 2 ( x 2 i ) 2 i y = Y 2 - n ( Y _ ) 2 i 2 i x = X 2 - n ( X _ ) 2 i Nilai R 2 tersebut berkisar antara nol s/d satu. Nilai R 2 yang mendekati satu menunjukkan sangat besarnya pengaruh variabel X dalam menentukan besarnya nilai ramalan untuk variabel Y. b) Significance Test Untuk mengetahui apakah regressi yang dipergunakan adalah benar linear, dimana data observasi tepat berada di sekitar garis regressi linear tersebut. Bila significance test menunjukkan hasil yang diperoleh tidak signifikan, maka 14

26 persamaan regressi linear tidak tepat untuk digunakan. Untuk pengetesan ini, perlu dilakukan dua macam test, yaitu: i. F test Test untuk mengetahui apakah koefisien b secara statistik berbeda dari nol. Nilai F diperoleh dari rumus berikut: F = ^ ( Y Y) k 1 ( Y Y) n k _ 2 ^ 2 Keterangan: * n adalah jumlah tahun atau jumlah observasi (besarnya sampel), dan k adalah jumlah variabel. * Nilai F ratio yang diperoleh dilakukan perbandingan dengan nilai F tabel. Apabila nilai F ratio lebih besar dari nilai F tabel, maka secara statistik koeffisien b adalah signifikan berbeda dengan nol. Hal tersebut membuktikan bahwa persamaan regressi linear dapat digunakan dalam penyusunan ramalan yang dilakukan. ii. T-test Test untuk mengetahui apakah nilai estimasi dari a dan b dapat bervariasi karena pengaruh sampling dan/atau pengaruh random. Variance dari a dan b menggambarkan besarnya dispersi dari nilai sebenarnya secara a teoritis. Hasil bagi dari akar variance dengan degrees of freedom (dalam regressi sederhana adalah n 2), disebut kesalahan standard freedom (dalam regressi sederhana adalah n 2), disebut kesalahan standard dari estimasi atau standard error of estimate. Standard error ini menunjukkan suatu distribusi sampling, dimana dalam tes tersebut perlu dicari standard error dari a dan b. Standard error dari a diperoleh dengan formula: 15

27 σ a = σ u, n dimana σ u adalah deviasi standard dari regressi dan nilainya dicari dengan rumus: σ u = ^ 2 2 ( Y i Y ) e i = n 2 n 2 Standard error dari b diperoleh dengan menggunakan rumus: σ b = σ u _ 2 ( X ) X i Untuk mengetahui apakah nilai a atau b berbeda secara nyata atau signifikan dari nol, dilakukan t-test dengan rumus sebagai berikut: t test a = t test b = a σ a b σ b Nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan t test diperbandingkan dengan nilai t tabel. Apabila nilai t test lebih besar dari nilai t tabel, maka nilai koefisien regresi a (atau b) secara statistik adalah signifikan dari nol. Apabila hasil dari tes koefisien penentu dan significance test menunjukkan bahwa persamaan regresi linear tidak tepat untuk digunakan dalam penyusunan peramalan, maka perlu dicoba persamaan regresi lainnya. Regresi sederhana lainnya yang merupakan pola garis tidak lurus dapat berbentuk: (a) Garis parabola/kuadratis: Y = a + bx + cx 2 a + bx (b) Garis hiperbola: Y = c + dx (c) Garis yang berfungsi logaritma: Y = a + b log X, atau log Y = a + b log X (d) Bentuk-bentuk garis yang tidak lurus lainnya. 16

28 Definisi Istilah Potensi adalah kemampuan atau keadaaan yang dapat mendukung suatu kegiatan (usaha) dan biasanya sangat berkaitan dengan sumberdaya dan berupa faktor-faktor kendala dan pendukung. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dari hasil produksi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Penerimaan adalah nilai hasil dari output atau produk karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli. Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan peternak selama satu tahun. Biaya ini meliputi pembelian ternak, pakan, peralatan, tenaga kerja luar keluarga, obat-obatan, pajak, listrik dan transportasi (Rp/tahun). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap (konstan), dan tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan produksi yang mencakup biaya penyusutan peralatan, penyusutan kandang, dan biaya perbaikan kandang (Rp/tahun). Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah dengan perubahan volume produksi yang mencakup biaya pakan, obat-obatan, tenaga kerja luar keluarga dan dedak kasar (Rp/tahun). Penghasilan bersih usahatani adalah pendapatan usahatani dikurangi dengan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman (Rp/tahun). Peternak jangkrik adalah orang yang pekerjaannya beternak jangkrik. Pedagang jangkrik adalah orang yang berdagang jangkrik. Masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup bersama di Kelurahan Rangkapanjaya Baru dengan ikatan aturan tertentu. Siklus hidup jangkrik adalah daur hidup jangkrik dari telur menjadi nimfa (serangga muda) dan selanjutnya menjadi imago atau dewasa dan menghasilkan telur. 17

29 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Geografis Secara geografis, topografi wilayah Kelurahan Rangkapanjaya Baru berupa dataran tinggi dengan suhu udara rata-rata 32,0 C, dengan curah hujan mencapai 2000 mm/tahun. Curah hujan yang tinggi, mengkategorikan daerah ini sebagai daerah basah dan cocok untuk pertanian. Pada tahun 1950, Desa Rawadenok, Desa Kekupu dan Desa Parung Bingung digabung menjadi satu, yaitu Desa Rangkepanjaya. Oleh karena jumlah penduduk semakin padat, Desa Rangkepanjaya dibagi menjadi dua, yaitu Desa Rangkepanjaya dan Desa Rangkapanjaya Baru. Desa Rangkepanjaya Baru diresmikan pada bulan Mei 1978, dan pada tanggal 24 Maret 1994, desa tersebut mengalami perubahan status dari Desa ke Kelurahan. Kelurahan Rangkapanjaya Baru merupakan salah satu dari 11 Kelurahan yang ada di Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Wilayah Kelurahan Rangkapanjaya Baru terletak 5 Km dari Kota Depok, 35 Km dari Ibu Kota Negara dan 160 Km dari Ibu Kota Propinsi Jawa Barat. Batas-batas wilayah Kelurahan Rangkapanjaya Baru yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Meruyung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Cipayung, sebelah Barat dengan Kecamatan Sawangan dan sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Rangkapanjaya. Dengan luas wilayah Kelurahan Rangkapanjaya sebesar 388,375 Ha, sebagian besar tanahnya diperuntukkan pemukiman yakni sebesar 289,6 Ha, untuk sawah dan ladang sebesar 42 Ha, dan untuk jalan sebesar 19 Ha. Penduduk Penduduk Kelurahan Rangkapanjaya Baru yang tercatat sampai bulan Januari 2005 yaitu orang dengan kepala keluarga. Komposisi peduduk terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Rangkapanjaya Baru adalah pegawai negeri sipil (698 orang), ABRI (472 orang), wiraswasta/pedagang (555 orang), karyawan swasta (3.889 orang), pertukangan (189 orang), buruh tani (115 orang), pensiunan (282 orang), pemulung (5 orang) dan jasa

30 (152 orang). Sebagian besar penduduk bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 344 orang. Komoditas pertanian yang diusahakan di Kelurahan Rangkapanjaya Baru berupa padi, kacang panjang, bayam, belimbing, rambutan dan jambu biji. Jenis ternak yang dibudidayakan di Kelurahan Rangkapanjaya Baru yang tercatat dalam monografi Kelurahan Rangkapanjaya Baru hanya ayam ras dengan jumlah populasi sebanyak 3000 ekor. Berdasarkan data monografi Kelurahan, usaha ternak jangkrik tidak terdaftar dalam data monografi Kelurahan Rangkapanjaya Baru. 19

31 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Usaha Ternak jangkrik Prasarana Pengembangbiakan Perlengkapan yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan budidaya jangkrik terdiri dari kotak, tempat persembunyian, tempat bertelur dan pakan. Selama pemeliharaan, peternak menggunakan kotak sebagai kandang jangkrik, dengan cara membuat sendiri atau membeli. Bahan yang diperlukan untuk membuat kotak berupa tripleks, kayu dan paku. Ukuran kotak disesuaikan dengan kebutuhan peternak, modal dan ruang yang tersedia. Menurut Paimin et al.(1999), kotak berukuran x 100cm dengan tinggi 30cm. Untuk menghindari adanya serangan binatang pengganggu seperti semut, kecoa, laba-laba atau cecak, kotak perlu diberi kaki. Setiap kaki tersebut dialasi wadah yang berisi oli atau minyak tanah. Peternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru menggunakan kotak dengan ukuran rata-rata: panjang 90cm, lebar 60cm dan tinggi 30cm. Kotak tersebut dapat menampung jangkrik kurang lebih sebanyak 5000 ekor. Dua orang peternak juga menggunakan kotak yang lebih besar dengan ukuran 240 x 60 x 40cm dengan kapasitas tampung kurang lebih ekor jangkrik. Tempat Sembunyi. Tempat persembunyian untuk jangkrik diperlukan di dalam kotak karena jangkrik merupakan hewan yang beraktivitas pada malam hari sehingga memerlukan tempat persembunyian pada siang hari atau saat ada musuhnya. Tempat persembunyian juga diperlukan ketika musim kawin. Bentuknya berupa dedaunan kering atau bambu, antara lain daun jati, daun tebu, daun pisang, batang kacang panjang atau kulit tongkol yang sudah dikeringkan (Paimin et al., 1999). Peternak di lokasi penelitian memakai daun pisang kering yang digulung dengan koran sebagai tempat persembunyian jangkrik atau yang disebut dengan klaras. Masing-masing kotak diisi dengan tiga sampai dengan enam buah klaras dan ditempatkan sejajar dalam kotak. Tempat Bertelur. Untuk peletakan telur, digunakan media peneluran yang harus lembab supaya telur jangkrik dapat terjaga kelembabannya dan tidak kering. Ada dua media peneluran yang sering digunakan, yaitu media pasir dan media kain. Pasir

32 yang digunakan harus halus, tidak ada batu-batuannya dan bersih dari kotoran. Hal tersebut dapat diperoleh melalui pengayakan dengan ayakan tepung. Banyaknya pasir yang diperlukan sesuai dengan ukuran wadah tempat pasir. Penyebaran pasir dalam wadah harus merata dengan ketebalan 3-4cm. Wadah tempat pasir berupa nampan plastik atau papan triplek. Satu kotak indukan dapat ditaruh dua sampai tiga nampan plastik atau papan triplek. Seluruh peternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru menggunakan media pasir untuk penelurannya. Untuk wadah pasir, sebagian peternak menggunakan wadah yang terbuat dari plastik dan sebagian lagi menggunakan papan tripleks. Ukuran papan tripleks yang digunakan bervariasi dari 12 x 8cm sampai 40 x 30cm. Pakan Jangkrik. Pemberian makan jangkrik sebanyak tiga kali sehari. Salah satu peternak memberikan pakan setiap dua jam sekali, dengan cara pemberian pakan yang teratur dapat mengurangi kanibalisme yang terjadi karena pengaruh lingkungan yang tidak sesuai. Pakan yang diberikan terdiri dari sayuran dan konsentrat. Sayuran diberikan untuk memenuhi kebutuhan akan makan dan minum. Oleh karena itu, jangkrik tidak perlu diberikan minum secara langsung. Kebutuhan minum jangkrik diperoleh dari sayuran segar. Sayuran yang diberikan oleh peternak berupa daun singkong, daun pepaya dan limbah rumah tangga. Banyaknya pemberian sayuran tergantung dari umur jangkrik. Pada awal penetasan telur, anak jangkrik tidak memerlukan makanan. Anak jangkrik yang baru menetas akan memakan sisa cairan telurnya. Pada umur dua hari, anak jangkrik mulai memakan sayuran, jumlah sayuran yang diberikan mengikuti pertambahan umurnya. Semakin bertambah umur, kebutuhan makannya semakin bertambah. Peternak akan menambah pakannya bila dirasa kurang. Daun pepaya diberikan ketika jangkrik berumur dua hari sampai umur 20 hari. Mulai umur 20 hari sampai dewasa dan atau panen, jangkrik diberi daun singkong. Selain sayuran, peternak juga memberikan konsentrat pada jangkrik yang dipelihara. Menurut Paimin (1999), konsentrat sangat baik digunakan untuk mempercepat pertumbuhan jangkrik. Konsentrat yang diberikan peternak berupa konsentrat untuk ayam pedaging. Untuk anak jangkrik, konsentrat yang diberikan harus ditumbuk terlebih dahulu untuk menghasilkan pakan yang lebih halus untuk 21

33 memudahkan anak jangkrik mengkonsumsi pakannya. Banyaknya konsentrat yang diberikan dari awal menetas sampai umur lima hari ± 1 gram, umur 5-15 hari sebanyak ± 100 gram, umur hari ± 300 gram dan umur hari sebanyak ± 700 gram per kotak per hari. Pembersihan Kotak. Setiap pemberian sayuran baru, sisa sayuran yang lama dikeluarkan, untuk mencegah pembusukkan dan jamur pada sisa sayuran yang lama. Hal tersebut dapat menimbulkan penyakit pada jangkrik yaitu diare. Peternak membersihkan kotoran yang ada di dalam kotak seminggu sekali tanpa mengeluarkan jangkrik yang ada. Ketika terjadi perpindahan kotak pada saat jangkrik berumur 15 hari dilakukan pembersihan kotak dan penggantian klaras. Pembersihan kotak menggunakan kuas dan kp (sendok dempul). Pencucian kotak dilakukan setelah panen, kotak dicuci bersih dengan deterjen lalu dijemur. Salah satu peternak melakukan penyemprotan anti bakteri pada kotaknya setiap tiga kali panen. Peternak yang memiliki bangunan sendiri melakukan penyemprotan anti bakteri pada bangunan kandangnya, kandang didiamkan selama tiga hari untuk membebaskan kandang dari bakteri. Karakteristik Reproduksi Jangkrik Seluruh peternak jangkrik di Kelurahan Rangkapanjaya Baru menternakkan jangkrik kalung (G. bimaculatus) dengan alasan jangkrik kalung lebih cepat bereproduksi dengan siklus hidup 70 hari. Indukan. Perbandingan antara jantan dan betina yaitu 1:2, sumber induk berasal dari penetasan telur jangkrik yang dibeli dari pembibit atau indukan. Induk yang berasal dari usaha budidaya diganti minimal satu tahun sekali dengan induk jantan baru dari alam. Peternak yang sudah lama membudidayakan jangkrik tidak mengganti induknya dari alam tapi dari ternak yang dipelihara. Beberapa peternak mengganti induk dengan membeli telur baru dari peternak lain, kemudian ditetaskan. Jumlah ternak yang disiapkan untuk induk bervariasi, dari ekor sampai dengan ekor. Satu induk betina dapat menghasilkan telur kurang lebih 250 butir. Induk betina jangkrik dapat bertelur berkali-kali. Rata-rata jangkrik para peternak di Kelurahan Rangkapanjaya Baru bertelur empat sampai tujuh kali. Bila lebih dari tujuh kali, kualitas telur yang dihasilkan menjadi rendah sehingga 22

34 menurunkan daya tetas. Menurut Panut (2003), semakin bertambah umur jangkrik, produksi telur yang dihasilkan dari tiap ekor induk juga semakin rendah karena aktivitas bereproduksi induk juga semakin berkurang. Jarak antara peneluran pertama dan yang berikutnya berkisar antara dua sampai empat hari. Induk yang tidak produktif lagi dibuang dan dikubur, digunakan sebagai makanan ikan atau dijual untuk pakan kadal dan hewan melata kepada pemelihara kadal dan hewan melata. Pengembangbiakan Jangkrik. Pada saat jangkrik berumur 55 hari, dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehingga perkawinan yang tidak terkontrol dapat dicegah (Agroindonesia, 2005). Jangkrik yang dijadikan sebagai indukan yaitu jangkrik yang sudah keluar sayapnya. Lima hari setelah keluar sayap, induk jantan dan betina mulai dijodohkan dan dibiarkan kawin selama dua sampai tiga hari. Di dalam kotak indukan disediakan media peneluran. Induk mengeluarkan telurnya dengan cara menancapkan ovipositornya ke dalam pasir (Paimin et al., 1999). Pasir yang berisi telur diisi dengan air dan disaring untuk mendapatkan telur jangkrik. Kemudian telur tersebut dibersihkan dan ditaruh di kain atau pasir untuk dilembabkan selama lima hari. Selain kain dan pasir, daun juga dapat digunakan untuk melembabkan telur jangkrik. Untuk menjaga kelembaban telur, peternak melakukan penyemprotan pada media tersebut. Penyemprotan dilakukan sebanyak tiga kali sehari. Setelah lima hari, telur jangkrik akan membengkak dan berwarna kecoklatan di bagian kepalanya. Pada saat itu jangkrik akan disebar di kotak penetasan dengan ukuran 15 x 20cm. Kotak penetasan tersebut akan ditaruh di dalam kotak pembesaran dan dilengkapi dengan klaras. Telur jangkrik akan menetas pada umur 7-8 hari dari pengeluaran telur yang ditandai dengan bergeraknya telur dan operculum mengarah ke atas. Sejak saat penetasan telur sampai umur 10 hari dilakukan penyemprotan dengan interval dua kali yaitu pada pagi dan sore hari, hal tersebut dilakukan untuk menjaga kelembaban bayi jangkrik. Jangkrik yang berumur 20 hari keatas tidak memerlukan penyemprotan lagi. Ketika jangkrik berumur 15 hari, jangkrik dari satu kotak pembesaran dibagi menjadi dua kotak pembesaran sampai panen. Hal tersebut dilakukan karena jangkrik sudah mulai besar sehingga kotak menjadi padat dan panas. Jika hal tersebut dibiarkan, maka jangkrik akan banyak yang mati. Kematian jangkrik juga disebabkan kurangnya makanan yang diberikan, makan kurang teratur, 23

35 cuaca yang terlalu panas atau terlalu dingin, kotak terlalu lembab atau basah, kandang kurang bersih, kutu dari konsentrat dan kanibalisme. Pemasaran. Jangkrik dipanen pada umur hari, dan dijual sebagai pakan burung. Lebih dari 30 hari, jangkrik dipanen untuk pakan ikan. Jangkrik yang tidak laku dijual, dibuang oleh peternak. Penjualan jangkrik dihitung per satuan ekor, dengan harga jual berkisar antara Rp. 15-Rp. 30 per ekor. Penghitungan jumlah jangkrik masih dilakukan secara manual yaitu menghitung satu per satu jangkrik yang akan dijual. Cara ini memakan waktu yang lama (5-7 jam) sehingga kurang efisien. Peternak menjual jangkrik kepada pedagang pengecer (70%), sisanya dijual kepada pedagang pengumpul (30%) dan konsumen langsung. Dua orang peternak menjual jangkriknya khusus kepada pedagang pengumpul, tanpa harus mengantarkan ke tempat pedagang pengumpul, dengan demikian mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk transportasi. Kesepakatan transaksi antara peternak dengan pedagang yaitu peternak akan memberikan tambahan jangkrik sebagai pengganti resiko kematian di perjalanan. Penambahan jangkrik yang diberikan peternak antara ekor setiap pembelian 1000 ekor jangkrik atau 10 ekor setiap pembelian jangkrik sebanyak 100 ekor. Penjualan jangkriknya kepada pedagang pengecer adalah dengan cara mengantar langsung kepada pedagang pengecer dan pembayaran dilakukan secara tunai. Wilayah pemasaran ternak jangkrik dari Kelurahan Rangkapanjaya Baru tersebar di daerah Depok, Jakarta Selatan, Cinere, Ciputat, Bogor dan Parung. Jangkrik dipasarkan dengan menggunakan karung. Satu karung dapat diisi dengan ekor, di dalam karung juga diberikan klaras untuk tempat sembunyi jangkrik dan konsentrat untuk makanan jangkrik selama perjalanan. Karakteristik Masyarakat Karakteristik masyarakat yang diamati terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Kisaran umur responden masyarakat antara tahun dengan rata-rata 33,77±10,40 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah perempuan sebanyak 66,667% dari 30 orang, sedangkan pria sebanyak 33,333%. Rata-rata responden yang mempunyai pekerjaan sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 24

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid RUANG LINGKUP BUDIDAYA PEMELIHARAAN JANGKRIK KALUNG KUNING A. UDJIANTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Komoditas jangkrik ini dapat memberikan tambahan penghasilan disamping

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA LAPORAN AKHIR. JANGKRIK KALUNG (Grylus bimaculatus) KUNCI SUKSES BURUNG KICAU BIDANG KEGIATAN: PKM-K.

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA LAPORAN AKHIR. JANGKRIK KALUNG (Grylus bimaculatus) KUNCI SUKSES BURUNG KICAU BIDANG KEGIATAN: PKM-K. PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA LAPORAN AKHIR JANGKRIK KALUNG (Grylus bimaculatus) KUNCI SUKSES BURUNG KICAU BIDANG KEGIATAN: PKM-K Disusun oleh: Ketua: Edwin Cardinal Situmeang D14100015 (2010) Anggota:

Lebih terperinci

Cara Ternak Jangkrik

Cara Ternak Jangkrik Cara Ternak Jangkrik Oleh : M Huda romdon BP3K Udanawu. cara ternak jangkrik Jangkrik merupakan hewan serangga herbivora yang bernafas menggunakan trakea. Jangkrik juga disebut Cengkrik dalam bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R.

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R. EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R. HUTABARAT PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DUA JENIS JANGKRIK LOKAL Gryillus testaceus Walk. DAN Gryllus mitratus Burn. (Orthoptera: Gryllidae) YANG DIBUDmAYAKAN

PRODUKTIVITAS DUA JENIS JANGKRIK LOKAL Gryillus testaceus Walk. DAN Gryllus mitratus Burn. (Orthoptera: Gryllidae) YANG DIBUDmAYAKAN PRODUKTIVITAS DUA JENIS JANGKRIK LOKAL Gryillus testaceus Walk. DAN Gryllus mitratus Burn. (Orthoptera: Gryllidae) YANG DIBUDmAYAKAN [The Productivity of Two Species of Cultivated Local Crickets Gryllus

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN Disusun Oleh : Nama : Galih Manunggal Putra NIM : 11.12.5794 Kelas : 11-S1SI-06 Kelompok : H ABSTRAK Bisnis budidaya ikan konsumsi memang

Lebih terperinci

Dewasa ini pada krisis ekonomi di Indonesia, budidaya Jangkrik atau Liogryllus Bimaculatus sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminar yang

Dewasa ini pada krisis ekonomi di Indonesia, budidaya Jangkrik atau Liogryllus Bimaculatus sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminar yang Oleh : Giri Wiarto Dewasa ini pada krisis ekonomi di Indonesia, budidaya Jangkrik atau Liogryllus Bimaculatus sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminar yang diadakan di banyak kota. Kegiatan ini

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Proyeksi Proyeksi secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan di masa yang akan datang berdasarkan data yang telah ada. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar, ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki 15 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kendal, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki populasi kambing Jawarandu yang tinggi

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI PENGEMBANGAN SUMBER PAKAN TERNAK BAMBANG KUSHARTONO DAN NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan silase tanaman jagung sebagai alternatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi karena melalui pembangunan pertanian dapat meningkatkan taraf hidup petani. Tujuan pembangunan pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. Lingkungan fisik, lingkungan biologis serta lingkungan sosial manusia akan selalu berubah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 8, hal. 51 57 ISSN 197 2821 Vol. 3 No.2 Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Stepanus Pakage Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

SUBTITUSI DEDAK HALUS PADA PAKAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus)

SUBTITUSI DEDAK HALUS PADA PAKAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan ISSN 2303-2227 Vol. 01 No. 3, Oktober 2013 Hlm: 160-163 SUBTITUSI DEDAK HALUS PADA PAKAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) Refined Rice Bran Subtitution

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA BEKICOT

TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA BEKICOT TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA BEKICOT NAMA : LATIP SETIAWAN NIM : 11.02.7937 KELAS : D3-MI-01 JURUSAN : MANAJEMEN INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFOERMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG DESA DAN PRAKTIK JUAL BELI BIIBIT IKAN LELE DI DESA JOMBOK KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG DESA DAN PRAKTIK JUAL BELI BIIBIT IKAN LELE DI DESA JOMBOK KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG DESA DAN PRAKTIK JUAL BELI BIIBIT IKAN LELE DI DESA JOMBOK KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG A. Gambaran Umum Desa Jombok Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang Desa Jombok

Lebih terperinci

BUDIDAYA TERNAK JANGKRIK ( Gryllus mitratus Burm )

BUDIDAYA TERNAK JANGKRIK ( Gryllus mitratus Burm ) BUDIDAYA TERNAK JANGKRIK ( Gryllus mitratus Burm ) 1. SEJARAH SINGKAT Dewasa ini pada masa krisis ekonomi di Indonesia, budidaya jangkrik (Liogryllus Bimaculatus) sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

USAHA ITIK PETELUR DAN TELUR TETAS

USAHA ITIK PETELUR DAN TELUR TETAS Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Medan, 3 Desember 2009 USAHA ITIK PETELUR DAN TELUR TETAS Dosen Penanggungjawab: Dr.Budi Utomo SP. MP Oleh: Srianna Sipora 071201006 Ira Wadani Harahap 071201009 Zulka Hidayati

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Orthoptera. Jangkrik juga merupakan hewan yang aktif pada malam hari dan berdarah

TINJAUAN PUSTAKA. Orthoptera. Jangkrik juga merupakan hewan yang aktif pada malam hari dan berdarah 15 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Jangkrik Jangkrik merupakan serangga atau insekta berukuran kecil sampai besar yang berkerabat dekat dengan belalang dan kecoa karena diklasifikasikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR LATAR BELAKANG Lebih dari 50 % dari total penduduk indonesia adalah wanita (BPS,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu J. Agroland 22 (2) : 169-174, April 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Penentuan Sampel

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan dalam kelompok ternak Hidayah Alam yang terletak di Desa Nambo, Kecamatan Klapa Nunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Geografi Desa Celawan a. Letak dan Geografis Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mdpl, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Bidang usaha peternakan saat ini sudah mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini terlihat dari konsumsi masyarakat akan kebutuhan daging meningkat, sehingga

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara

ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara SKRIPSI FERI ANDRIASTUTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA BUDIDAYA IKAN LELE Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh: Mada Mahatma 11.12.5828 Kelas 11.S1SI.07 Sistem Informasi Budidaya Ikan Lele Jenis Ikan Lele memang memiliki

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brazilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan sangat tinggi. Banyaknya para pencari kroto di alam yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. permintaan sangat tinggi. Banyaknya para pencari kroto di alam yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perunggasan saat ini sangat berkembang pesat. Tidak hanya jenis unggas konsumsi, tetapi juga unggas hias. Salah satu unggas hias yang paling diminati para pecinta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN David Hismanta Depari *), Salmiah **) dan Sinar Indra Kesuma **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

EFISIENSI USAHA PEMBIBITAN ITIK MODERN DAN TRADISIONAL PADA SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LEBONG

EFISIENSI USAHA PEMBIBITAN ITIK MODERN DAN TRADISIONAL PADA SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LEBONG ISSN: 4-8837 EFISIENSI USAHA PEMBIBITAN ITIK MODERN DAN TRADISIONAL PADA SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LEBONG Efficiency Efforts of Modern and Traditional Ducks Breeding on A Household Scale in Lebong

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembesaran ikan nila Ikan nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini bukan asli perairan Indonesia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci