Nyeri Kepala pada Tumor Otak Oleh : dr. IGN Purna Putra, Sp.S (K)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Nyeri Kepala pada Tumor Otak Oleh : dr. IGN Purna Putra, Sp.S (K)"

Transkripsi

1 Nyeri Kepala pada Tumor Otak Oleh : dr. IGN Purna Putra, Sp.S (K) Prevalensi menunjukkan bahwa 35 90% dari populasi dapat mengalami nyeri kepala setidaknya satu kali dalam hidup kita. Oleh karena itu, jelas sudah bahwa keluhan nyeri kepala akan sering dijumpai. Tipe nyeri kepala yang paling sering ditemukan adalah tipe tegang (69%-88%) diikuti dengan migren (6%-25%) dan nyeri kepala tipe klaster (0,006%- 0,24%). Pada beberapa kasus, nyeri kepala tidak secara langsung dapat dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi dari International Headache Society (IHS). Nyeri kepala ini seringkali menyerupai tipe primer tapi memiliki gejala yang atipikal atau perjalanan penyakit yang atipikal, hingga dikelompokkan sebagai nyeri kepala atipikal. Evaluasi dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) untuk menilai nyeri kepala kronis, menemukan bahwa 15,9% kasus atipikal, 40% kasus menyerupaimigren, dan 17,6% adalah nyeri kepala tipe tegang. Estimasi angka ini harus dipertimbangkan baik-baik karena kasus atipikal akan lebih dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan neuroimaging. Penting untuk menginvestigasi nyeri kepala atipikal karena ternyata cukup banyak abnormalitas yang ditemukan dari MRI yaitu pada 14,1% kasus nyeri kepala atipikal, 0,6% pada kasus dengan migren,dan 1,4% pada kasus dengan nyeri kepala tipe tegang. Meskipun nyeri kepala jarang merupakan akibat dari tumor otak, tumor otak seringkali dikaitkan dengan nyeri kepala. Penelitian mengenai hal ini mengindikasikan 50% pasien tumor otak melaporkan nyeri kepala; bervariasi antara 33% sampai dengan 71%. Namun nyeri kepala jarang menjadi keluhan tunggal pada lesi massa intrakranial (hanya pada 10% kasus). Seringkali, nyeri kepala akibat tumor otak disertai dengan keluhan mual, muntah, pandangan kabur, perubahan kepribadian, kejang, dan atau defisit neurologis fokal lainnya. Perubahan dari intensitas, atau tipe nyeri kepala daripada yang biasanya dirasakan juga indikasi adanya lesi massa. Gejala komorbid ini adalah red flags yang membutuhkan usaha lebih lanjut untuk penegakkan diagnosis.

2 Kotak 1. Nyeri Kepala dengan red flag pada diagnosis neoplasma serebral Tipe nyeri kepala yang berubah dari sebelumnya Nyeri kepala yang bersifat progresif Nyeri kepala yang terkait dengan demam atau gejala sistemik lainnya Nyeri kepala dengan meningismus Nyeri kepala dengan gejala neurologis baru Nyeri kepala yang memberat dengan manuver Valsava (batuk, bersin, atau membungkuk) Nyeri kepala pertama kali pada usia lanjut, terutama > 50 tahun Nyeri kepala pada orang tua atau anak-anak Selain mengandalkan gejala klinis yang merupakan red flag tadi, tipe dan intensitas nyeri kepala sendiri dapat mempunyai nilai diagnostik. Sebagai contoh, sebagian besar nyeri kepala akibat tumor otak akan bersifat tumpul dan berat. Jarang sekali rasa nyeri digambarkan sebagai nyeri yang tajam dan berdenyut. Seringkali nyeri kepala pada tumor otak menyerupai nyeri kepala tipe tegang, namun kadang juga dapat seperti gejala migren (pada skeitar 10% kasus). Sayangnya, pengamatan ini mengindikasikan bahwa mengenali tipe nyeri kepala tidak dapat mengarahkan kita langsung ke diagnosis yang tepat. Kotak 2. Tanda khas nyeri kepala dan kejang pada neoplasma serebral Nyeri kepala merupakan gejala umum dari neoplasma serebral, terjadi pada % kasus Nyeri kepala saja jarang menjadi satu-satunya gejala dan tanda adanya neoplasma serebral (<10%) Nyeri kepala pada tumor otak dapat menyerupai nyeri kepala tipe tegang (tension type headache), migren, atau nyeri kepala tipe lainnya Kejang dapat menjadi akibat sekunder dari tumor otak Kejang dapat terkait dengan nyeri kepala Nyeri kepala tipe primer, seperti migren, dapat juga terkait dengan bangkitan dan bukan disebabkan oleh tumor. Lokalisasi nyeri kepala : apakah menunjukkan lokasi tumor? Distribusi nyeri kepala terkadang dapat memprediksikan lokasi lesi massa. Sebagai contoh, kita mengetahui bahwa lokasi tumor tertentu biasanya terkait dengan lokasi nyeri kepala yang spesifik, terutama bila nyeri kepala diketahui pada awal perjalanan penyakit, sebelum nyerinya menyebar ke seluruh kepala. Berdasarkan pengetahuan ini, lesi di infratentorial atau di fossa posterior lebih sering dikaitkan dengan nyeri kepala oksipital daripada di temporal atau frontal. Tumor di area infratentorial juga dapat disertai dengan kaku kuduk dan spasme otot leher. Sebaliknya, tumor-tumor di supratentorial lebih sering

3 dikaitkan dengan nyeri di verteks dan di frontal. Sayangnya, nyeri area frontal memiliki nilai lokalisasi yang minim karena dapat disebabkan oleh tumor yang terletak jauh dari area frontal. Sebagai tambahan, prevalensi yang telah dipublikasikan memperkirakan jumlah tumor supratentorial yang berkaitan dengan nyeri kepala area frontal hanya sekitar 50% kasus, sehingga secara statistik tidak cukup meyakinkan untuk digunakan sebagai dasar diagnosis topis. Meskipun usaha melokalisir tumor berdasarkan lokasi nyeri kepala ini terbatas, hubungan antara lokasi nyeri dengan lokasi tumor lebih berguna saat digunakan secara obyektif untuk semata-mata mengidentifikasi lateralisasi dari lesi. Nyeri kepala sepertinya lebih sering muncul pada sisi ipsilateral dari tumor, terutama bila tidak menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Suwanwela dkk menemukan bahwa bila tidak ada peningkatan TIK maka nyeri kepala dapat digunakan untuk memprediksi lateralisasi pada lesi supratentorial pada 100% kasus. Hal ini mungkin terkait tidak adanya perluasan pergeseran jaringan otak dan obstruksi ventrikel, dua hal yang cenderung menyebabkan traksi struktur peka nyeri area distal (jauh dari lokasi tumor) daripada traksi di proksimal (dekat dengan lokasi tumor). Tanpa adanya traksi distal, nyeri kepala terjadi secara regional dan lebih berguna dalam prediksi lokasi tumor. Namun bila terjadi peningkatan TIK, maka sulit untuk menentukan lokasi tumor karena traksi distal menyebabkan aktivasi struktur peka nyeri di area yang luas. Hal ini menjadi alasan pentingnya klinisi mengetahui pula mengenai patofisiologi nyeri kepala akibat tumor otak, yang akan dibahas berikut ini. Patogenesis nyeri kepala pada tumor otak 1. Hipotesis traksi Penyebab tersering dari nyeri kepala pada tumor otak adalah traksi pada struktur peka nyeri baik intra- maupun ekstrakranial. Pada kanker otak, traksi biasanya terjadi akibat perluasan dari jaringan tumor, edema dan atau perdarahan. Struktur peka nyeri intra- maupun ekstrakranial meliputi sinus venosus, arteri dura dan serebri, duramater, kulit, jaringan subkutan dan otot, serta periosteum dari kranium. Sedangkan parenkim otak tidak sensitif terhadap nyeri karena kurang memiliki reseptor nyeri (misalnya: free nerve ending). Sejumlah gejala terkait tumor otak mendukung adanya hipostesis traksi pada nyeri kepala akibat tumor otak. Sebagai contoh, edema disekitar tumor terkait massa tumor, papiledema, dan pergeseran garis tengah di area supratentorial (misalnya pergeseran corpus pineal, ventrikel III, atau sisterna interpedunkularis) adalah tanda kunci adanya peningkatan

4 TIK dan dikaitkan dengan adanya nyeri kepala difus dan sulit terlokalisir. Hal ini dapat dijelaskan dengan mekanisme traksi terinduksi tekanan. Selain itu, penting untuk diketahui bahwa peningkatan TIK dapat menyebabkan nyeri kepala yang dijabarkan pasien sebagai nyeri berat yang hilang timbul. Kemungkinan hal ini dapat dijelaskan dengan adanya obstruksi periodik dari sistem ventrikel(misalnya ball valving dari massa di dalam sistem ventrikel atau kompresi intermiten dari massa (seringkali berbentuk pedunkuler) pada sistem ventrikel. Perubahan posisi, latihan fisik, batuk, atau manuver Valsava dapat menyebabkan obstruksi periodik tersebut. Nyeri kepala onset akut juga dapat terjadi akibatgelombang tekanan yang abnormal atau gelombang plateu. Gelombang ini awalnya dideskripsikan oleh Lundberg, terjadi setelah awitan lesi space-occupying dan atau peningkatan TIK dan disebabkan oleh kaskade vasodilator yang meliputi (1) peningkatan volume darah sebagai akibat dari vasodilatasi, (2) penurunan tekanan perfusi serebri, dan (3) peningkatan TIK yang tinggi. Respon autoregulasi normal yang akan mencetuskan vasokonstriksi telah hilang (atau setidaknya tertunda) pada saat gelombang plateu. Gelombang tekanan dapat berlangsung selama 5-30 menit, yang digambarkan oleh pasien sebagai nyeri kepala onset cepat dan durasi pendek. Nyeri kepala dikaitkan dengan lesi massa biasanya memburuk di pagi hari karena edema otak yang meningkat sepanjang malam akibat efek gravitasi pada posisi tidur terlentang (akibat kurangnya drainase sistem vena yang dibantu oleh gravitasi) dan karena tidur umumnya meningkatkan kadar PCO2, yang mencetuskan vasodilatasi, sehingga hasil akhirnya adalah peningkatan TIK. Bila dikaitkan dengan muntah menyemprot dan perburukan status mental mendadak, nyeri kepala ini harus diperhatikan. Meskipun lesi massa tidak selalu menjadi penyebabnya, namun pemeriksaan penunjang lanjutan perlu dilakukan karena adanya kondisi neurologis lain yang juga menyebabkan hipertensi intrakranial, seperti trauma otak, hidrosefalus, perdarahan subaraknoid. Kecepatan pertumbuhan lesi desak ruang juga mempunyai peran penting dalam memprediksi adanya traksi dan nyeri kepala. Tumor yang meningkat ukurannya dengan cepat dapat menyebabkan nyeri yang tajam, berat, akibat iritasi pada struktur peka nyeri dan ruang intrakranial tidak punya kesempatan untuk beradaptasi dengan peningkatan tekanan. Sedangkan tumor dengan pertumbuhan yang lambat menyebabkan nyeri kepala yang hilang timbul, dan memberat pada stadium lanjut dari penyakit, disebabkan adanya adaptasi mekanik terhadap perluasan tumor.

5 Tetapi peningkatan TIK sebagai penanda nyeri kepala akibat tumor otak juga memiliki kelemahan. Penanda peningkatan TIK seperti papiledema, pergeseran dan kompresi ventrikel tidak secara sistemik dapat memprediksi nyeri kepala pada pasien dengan tumor otak. Dengan kata lain, papiledema dan pergeseran ventrikuler merupakan penanda yang baik untuk peningkatan TIK namun tidak selalu terkait dengan adanya nyeri kepala. Pemeriksaan pada otak, darah, dan cairan serebrospinal (CSS) mungkin membantu untuk mencari adanya hubungan antara tekanan intrakranial dan traksi distal dari struktur peka nyeri. Loghin dan Levin mengatakan bahwa sebaiknya klinisi memperhatikan pengukuran dinamika CSS karena penting untuk membantu memperkirakan kapan peningkatan TIK tersebut terkait dengan nyeri kepala akibat tumor otak. Prosedur untuk melakukan pengukuran tekanan CSS sulit dan invasif, membutuhkan punksi lumbal atau penggunaan kateter intraventrikuler. Terlebih lagi dengan adanya efek massa, prosedur lumbal punksi kontraindikasi untuk dilakukan, karena adanya risiko herniasi tonsilar. Pilihan yang lebih aman adalah dengan teknik non invasif untuk mengukur alliran CSS melalui akuaduktus serebri, foramen monro, atau sisterna prepontin. Hal ini dapat dicapai dengan MRI kontras. Dengan teknologi ini, McGirt dkk menemukan nyeri kepala oksipital terkait dengan gangguan aliran otak di area midbrain, bahkan tanpa ada kompresi yang tampak dari hasil MRI. Oleh karena itu, mengukur aliran CSS dapat membantu mendeteksi perubahan patologis yang minimal (misalnya jaringan parut pada arakhnoid, dan oklusi minor sistem ventrikuler) yang terlewatkan pada pemeriksaan MRI konvensional. Obstruksi CSS juga dapat menjelaskan mengapa beberapa pasien terus melaporkan nyeri kepala meskipun sudah dilakukan operasi debulking dengan sukses. Gejala klinis terakhir yang cenderung mendukung hipotesis traksi adalah lokasi tumor. Meskipun lokasi tumor tidak selalu dapat memprediksikan dimana nyeri kepala akan muncul, namun cukup kuat untuk memprediksikan apakah akan muncul nyeri kepala. Tumor yang cenderung memicu nyeri kepala termasuk lesi pada intraventrikuler, di garis tengah, dan di fossa posterior. Sekali lagi, obstruksi CSS diikuti dengan hidrosefalus internal dan traksi lokal atau distal, mungkin merupakan penyebabnya.

6 Gambar 1. Inervasi dura dan pembuluh darah oleh cabang n.trigeminus berakhir di trigeminocervical complex (TCC) meluas dari batang otak ke kornu dorsalis C1 dan C2. Berdasarkan hipotesis traksi, perluasan jaringan tumor dan edema di sekitar tumor menghasilkan iritasi progresif dari jaringan peka nyeri intrakranial. Tergantung ada tidaknya peningkatan TIK, efek traksi dapat terjadi jauh atau atau dekat dengan lesi, menyebabkan nyeri kepala yang terasa difus atau terlokalisir. 2. Kompresi saraf kranial ataupun servikal Meskipun kompresi saraf kranial (misalnya trigeminal) dan radiks saraf servikal (misalnya C1 dan C2) mungkin merupakan penyebab nyeri kepala pada tumor otak, sebagian besar pasien neuroonkologi datang tanpa bukti penekanan saraf atau jebakan saraf, meskipun ada nyeri kepala. Kompresi saraf jarang dikatakan sebagai penyebab nyeri kepala akibat tumor otak. Bahkan pada pasien dengan malformasi Chiari tipe I, kompresi saraf yang terjadi akibat pergeseran ke bawah dari fossa posterior ke foramen magnum, tidak selalu menyebabkan nyeri kepala. Selain itu, rasa nyeri kepala pada pasien tumor otak tidak digambarkan sebagai nyeri tajam, paroksismal, seperti jika saraf aferen sensori teregang atau tertekan, misalnya pada kasus neuralgia trigeminal. Bila terjadi kompresi saraf servikal, nyeri kepala yang

7 terjadi mungkin disertai dengan nyeri otot dan adanya titik picu miofasial. Pada situasi ini, nyeri kepala akan diperberat dengan pergerakan leher dan tekanan eksternal pada leher atas atau area oksipital pada sisi yang nyeri. Pada kasus dimana tumor terletak dekat perbatasan servikomedula, jepitan saraf oksipital atau perdarahan intramedula atau area C1 yang luas dapat menyebabkan gejala yang menyerupai neuralgia oksipital (kondisi yang ditandai dengan nyeri kronis pada leher atas, belakang kepala, dan dibelakang bola mata). Nyeri yang terlokalisir di belakang kepala hingga belakang bola mata menunjukkan lokalisasi di fossa posterior dan mengindikasikan adanya kompresi dari saraf oksipitalis mayor (jarang dijumpai). Lesi infratentorial lebih sering menimbulkan nyeri alih ke satu area atau lebih di kepala atau wajah. Gejala ini menyerupai gejala nyeri kepala servikogenik, sehingga perlu diketahui dahulu gejala masing-masing dengan pasti. Pada nyeri kepala servikogenik nyeri yang dimulai dari area oksipital, lalu menyebar secara progresif ke kepala. Nyeri kepala servikogenik akan diperberat dengan gerakan kepala atau leher dan adanya nyeri tekan yang jelas pada area suboksipital. 3. Sensitisasi perifer Pada kasus dimana tekanan intrakranial menyebabkan iritasi lama pada struktur peka nyeri, cabang aferen yang menginervasi pembuluh darah serebri, vena, dan piamater (merupakan pleksus serabut tidak bermielin yang berasal dari divisi oftalmika n.trigeminus dan radiks dorsal servikal superior), dan mencetuskan pelepasan neuropeptida pro inflamasi yang akhirnya menyebabkan edema vaskuler dan infiltrasi sel imun. Reaksi antidromik fokal ini diketahui sebagai inflamasi neurogenik, fenomena yang terlibat dalam pelepasan substansia P dan CGRP, yang dianggap mendasari beberapa bentuk nyeri kepala refrakter. Substansia P dan calcitonin gene-related peptide (CGRP) memfasilitasi ekstravasasi protein plasma, permeabilitas vaskuler dan degranulasi sel mast, masing-masing berperan dalam sensitisasi perifer dari serabut nosiseptif. Bila berkepanjangan, inflamasi neurogenik dapat menyebabkan perubahan struktural pada duramater yang akan menyebabkan nyeri kepala menetap bahkan saat TIK sudah diturunkan. Meskipun inflamasi neurogenik memainkan peran penting pada terjadinya nyeri kepala idiopatik, belum jelas benar berapa persen nyeri kepala pada pasien dengan tumor otak disebabkan oleh respon inflamasi yang berkepanjangan. Hal ini didukung pula dengan adanya

8 kenyataan bahwa tumor otak biasanya melepaskan agen proinflamasi, menambahkan yang sudah ada akibat dari iritasi mekanik. 4. Sensitisasi sentral dan gagalnya inhibisi batang otak Selama beberapa dekade, dasar neuroscience nyeri kepala pada tumor otak telah terfokus pada iritasi struktur perikranial yang peka nyeri. Namun akhir-akhir ini, sensitisasi sentral dari neuron orde dua trigeminovaskuler dan gangguan respon modulasi dari mesensefalon telah banyak dipelajari dan dianggap mempunyai peran pentting pada terbentuk dan menetapnya nyeri kepala. Sehingga pada pasien yang memiliki predisposisi, iritasi berkepanjangan dari struktur perikranial dapat menyebabkan sensitisasi n.trigeminal secara konvergen. Hal ini menyebabkan (1) penurunan ambang aktivasi nosiseptor, (2) peninngkatan respon terhadap stimulasi aferen, dan (3) perluasan area reseptif perifer. Mekanisme ini konsisten dengan terjadinya nyeri kepala berkepanjangan dan refrakter pada pasien dengan lesi primer di supratentorial dan menjelaskan mengapa pembedahan debulking tidak sepenuhnya menghilangkan nyeri pada semua pasien. Aferen sensorik yang berasal dari meningen dan pembuluh darah kranial berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dari nukleus kaudal trigeminal, yang kemudian bersinaps dengan neuron konvergen. Adanya rangsangan berkepanjangan dari aferen primer memicu hipersensitivitas lokal terhadap rangsang nyeri. Hipersensitivitas lokal segmental dianggap merupakan pertanda sensitisasi sentral dan biasanya sulit dikontrol. Hal ini mendasari pentingnya mendeteksi dan mengatasi nyeri sedini mungkin. Namun, penting pula untuk mengetahui bahwa peningkatan eksitabilitas ke input sinaps konvergen juga dapat diakibatkan oleh penurunan inhibisi lokal segmental. Saat ini telah diketahui bahwa rangsang nosiseptif yang masuk ke saraf spinal dan trigeminoservikal mengalami modulasi nyeri oleh adanya eferen inhibisi desenden yang berasal dari nuklei di batang otak, termasuk periaqueductal gray, lokus coeruleus, dan nukleus raphe magnus. Pada kondisi normal, respon inhibisi endogen menghasilkan antinosiseptif bahkan pada input trigeminovaskuler. Adanya disfungsi dari sirkuit modulasi nyeri di batang otak saat ini banyak ditemukan pada penderita migren dan nyeri kepala tipe tension, menunjukkan kontribusi patologis pada sistem inhibisi nyeri kepala. Kemungkinan defisit inhibisi batang otak dan atau hipersensitivitas lokal segmental diakibatkan oleh iritasi lama pada perikranial sebagai penyebab nyeri kepala refrakter pada pasien neuroonkologi, masih perlu diuji. Dengan demikian diharapkan dapat menjawab pertanyaan, mengapa pada

9 pasien tertentu mengalami remisi nyeri kepala akibat tumor otak sedangkan yang lain tidak. Terapi ajuvan sebagai pencetus nyeri Setelah reseksi lesi massa dengan pembedahan, seringkali diperlukan kemoterapi ajuvan dan atau radioterapi ion. Terapi tambahan ini tidak secara sistematik menyebabkan nyeri pada pasien neuroonkologi, tetapi ada sejumlah kecil kasus yang mengalaminya. Sebagai contoh, ensefalopati akut yang dicetuskan radioterapi dapat terjadi dalam 2 minggu pasca terapi radioterapi dan menyebabkan nyeri kepala akibat edema substansia alba (sekunder dari kerusakan selubung mielin) serta peningkatan TIK. Terapi dengan kortikosteroid juga direkomendasikan untuk nyeri kepala pada tumor otak. Namun klinisi harus berhati-hati untuk menyapih pasien dari terapi kortikosteroid karena penghentian terapi secara tiba-tiba dapat menyebabkan sindrom withdrawal, sehingga sulit dibedakan apakah nyerinya karena efek penyakit atau rebound hormonal. Obat kemoterapi juga menyebabkan nyeri kepala sementara pada pasien neuroonkologi. Sebagai contoh, temozolomide, salah satu obat yang sering digunakan untuk terapi glioma maligna, dapat menyebabkan nyeri kepala pada 25% pasien. Plotkin dan Wen melaporkan, thalidomid, metotreksat, cisplatin, etoposide, imatinib dan hidroksiruea juga dapat menyebabkan nyeri kepala. Sayangnya proses neurobiologi yang mendasari nyeri kepala tercetus kemoterapi ini masih belum dipahami betul. Salah satu penjelasan yang memungkinkan adalah bahwa obat kemoterapi menghasilkan stres oksidatif, mengganggu regulasi sitokin dan menyebabkan defisit pada perbaikan neuron, yang semuanya dapat mengarah pada penurunan fungsi sistem saraf pusat, inflamasi dan peningkatan nyeri. Hipotesis ini konsisten dengan hasil penelitian bahwa obat kemoterapi terkait dengan peningkatan pelepasan sitokin pro inflamasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh daerah kepala batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala. Berdasarkan kausanya digolongkan

Lebih terperinci

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1 Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi atau telah terjadi atau yang digambarkan dengan kerusakan jaringan. Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN SEFALGIA

LAPORAN PENDAHULUAN SEFALGIA LAPORAN PENDAHULUAN SEFALGIA A. Definisi Sefalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober 2010 sampai dengan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober 2010 sampai dengan 59 BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober sampai dengan bulan Februari di bangsal saraf dan bangsal bedah saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang. Subyek penelitian ditentukan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan HEAD INJURY Pendahuluan Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan peralatan keselamatan sabuk pengaman, airbag, penggunaan helm batas kadar alkohol dalam

Lebih terperinci

a. b. c. Gambar 1.2 Kompresi neurovaskular pada N. Trigeminus Sumber:

a. b. c. Gambar 1.2 Kompresi neurovaskular pada N. Trigeminus Sumber: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Definisi Trigeminal neuralgia atau yang dikenal juga dengan nama Tic Douloureux merupakan kelainan pada nervus trigeminus (nervus kranial V) yang ditandai dengan adanya rasa nyeri

Lebih terperinci

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka TRAUMA KEPALA TRAUMA KEPALA Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak / otak atau kulit seperti kontusio / memar otak, edema otak, perdarahan atau laserasi,

Lebih terperinci

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI 1 BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI Judul mata Kuliah : Neuropsikiatri Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi dasar : Menerapkan ilmu Kedokteran klinik pada sistem

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala Tinjauan Pustaka A. Pendahuluan Insiden dari metastasi tulang menempati urutan kedua setelah metastase ke paru-paru dan hati. Frekuensi paling sering pada tulang adalah metastase ke kolumna vertebra. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tension-Type Headache (TTH) merupakan satu penyakit dengan. gejala yang sangat beragam, yang diagnosisnya terutama ditegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Tension-Type Headache (TTH) merupakan satu penyakit dengan. gejala yang sangat beragam, yang diagnosisnya terutama ditegakkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Tension-Type Headache (TTH) merupakan satu penyakit dengan gejala yang sangat beragam, yang diagnosisnya terutama ditegakkan dengan menyingkirkan kemungkinan adanya

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis

Bab 1. Pendahuluan. A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis Bab 1 Pendahuluan A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis Berdasarkan durasi terjadinya nyeri, nyeri orofasial dapat dibedakan menjadi nyeri orofasial akut serta nyeri orofasial kronis. Nyeri orofasial akut

Lebih terperinci

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatri, responrespon yang mengantarkan atau reaksi-reaksi yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala. Berdasarkan kausanya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi. 50 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi. 3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat : bangsal saraf dan bedah saraf RSUP

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Nyeri kepala mungkin merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia,

BAB 1. PENDAHULUAN. Nyeri kepala mungkin merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia, BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri kepala mungkin merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia, Diperkirakan sekitar 90% manusia pernah mengalami minimal satu kali nyeri kepala berat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun, yakni mencapai 15,9% dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55-64 tahun. Prevalensi

Lebih terperinci

Primary Cerebellar Haemorrhage : Complications, Treatment and Outcome

Primary Cerebellar Haemorrhage : Complications, Treatment and Outcome Jurnal Bedah Saraf Primary Cerebellar Haemorrhage : Complications, Treatment and Outcome (Clinical Neurology and Neurosurgery Journal, Elsevier 2013) Oleh: Fadhilah Pembimbing: dr. Hanis Setyono, SpBS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka DAFTAR ISI Definisi 2 Traktus Spinotalamikus Anterior 2 Traktus Spinotalamikus Lateral 4 Daftar Pustaka 8 1 A. Definisi Traktus Spinotalamikus adalah traktus yang menghubungkan antara reseptor tekanan,

Lebih terperinci

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) : Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Stroke menurut World Health Organization (WHO) 1995 adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik

Lebih terperinci

Tekanan Tinggi Intra Kranial (TTIK) dr. Syarif Indra, Sp.S Bagian Neurologi FK UNAND RS Dr. M. Djamil Padang

Tekanan Tinggi Intra Kranial (TTIK) dr. Syarif Indra, Sp.S Bagian Neurologi FK UNAND RS Dr. M. Djamil Padang 4 Tekanan Tinggi Intra Kranial (TTIK) dr. Syarif Indra, Sp.S Bagian Neurologi FK UNAND RS Dr. M. Djamil Padang OBJEKTIF Memahami tekanan tinggi intrakranial (TTIK) dan berbagai penyebabnya Memahami bahaya

Lebih terperinci

TANDA-TANDA RADIOLOGIK

TANDA-TANDA RADIOLOGIK Peranan Radiologik Pada Kelainan Otak dr. Susworo Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta PENDAHULUAN Pemeriksaan radiologi pada kelainan otak dapat dibagi atas : 1. Konvensional

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. A. Definisi

Bab 1 Pendahuluan. A. Definisi Bab 1 Pendahuluan A. Definisi Menurut International Association Study of Pain (IASP), nyeri adalah bentuk pengalaman emosional, sensasional subjektif, dan tidak menyenangkan yang berpotensi untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya adalah untuk melokalisir dan merusak agen perusak serta memulihkan jaringan menjadi

Lebih terperinci

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Trauma Lahir dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Jenis trauma lahir 1. Trauma lahir pada kepala Ekstrakranial Intrakranial 2. Trauma Medulla Spinalis 3. Trauma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 70 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 41 penderita stroke iskemik. Subyek penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 (48,8%). Rerata (SD) umur penderita stroke

Lebih terperinci

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran : menerapkan ilmu kedokteran

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Pengertian

Pendahuluan. Bab Pengertian Bab 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian Nyeri dento alveolar yang bersifat neuropatik merupakan salah satu kondisi nyeri orofasial dengan penyebab yang hingga saat ini belum dapat dipahami secara komprehensif.

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C TRAUMA KEPALA Doni Aprialdi C11050165 Lusi Sandra H C11050171 Cynthia Dyliza C11050173 PENDAHULUAN Insidensi trauma kepala di USA sekitar 180-220 kasus/100.000 populasi (600.000/tahunnya) 10 % dari kasus-kasus

Lebih terperinci

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut. B. HIPERKAPNIA Hiperkapnia adalah berlebihnya karbon dioksida dalam jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO 2 yang diproduksi

Lebih terperinci

GANGGUAN KESADARAN. Oleh : Dr. Darwin Amir. Sp.S. Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Fakultas Kedokteran Unand / Rumah Sakit Dr. M.

GANGGUAN KESADARAN. Oleh : Dr. Darwin Amir. Sp.S. Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Fakultas Kedokteran Unand / Rumah Sakit Dr. M. GANGGUAN KESADARAN Oleh : Dr. Darwin Amir. Sp.S. Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Fakultas Kedokteran Unand / Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang Definisi : Kesadaran adalah keadaan awas waspada terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

TEKANAN INTRA KRANIAL

TEKANAN INTRA KRANIAL TEKANAN INTRA KRANIAL Lebih dari separuh kematian karena trauma kepala disebabkan oleh hipertensi intrakranial. Kenaikan tekanan intrakranial (TIK) dihubungkan dengan penurunan tekanan perfusi dan aliran

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. 1. Tinjauan Pustaka. Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan. fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun

BAB II. Tinjauan Pustaka. 1. Tinjauan Pustaka. Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan. fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun BAB II Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Pustaka 1.1. Definisi Stroke Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak,

Lebih terperinci

BAB 2 NYERI. serta termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatori, respon-respon yang

BAB 2 NYERI. serta termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatori, respon-respon yang BAB 2 NYERI Nyeri adalah suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional serta termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatori, respon-respon yang mengantarkan ataupun reaksi-reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. 1 Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya

Lebih terperinci

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Patogenesis Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Cytokine-mediated signaling pertumbuhan dan ketahanan sel

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat kemoterapi vinkristin Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari tanaman Vinca Rosea yang memiliki anti kanker yang diberikan secara intravena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. 1 Kerusakan yang timbul

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. 1 Kerusakan yang timbul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Paparan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. 1 Kerusakan yang timbul sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh survei ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit (RS) di seluruh Indonesia, pada penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti spinal dan intra orbita, dan meskipun tidak mengivasi jaringan otak, meningioma menyebabkan penekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian dan gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, 2011). Dalam 3 dekade terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kronis pada kulit dengan penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema ditutupi sisik tebal

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI GAG REFLEX. Dari semua permasalahan yang mungkin terjadi di bagian intraoral

BAB 2 DEFINISI GAG REFLEX. Dari semua permasalahan yang mungkin terjadi di bagian intraoral BAB 2 DEFINISI GAG REFLEX 2.1 Definisi Dari semua permasalahan yang mungkin terjadi di bagian intraoral radiography, gagging merupakan salah satu masalah terbanyak. Gagging yang juga sering disebut gag

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang berasal dari selubung meninges pada otak dan korda spinalis. Walaupun sel asalnya masih belum dapat dipastikan, kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom neurokutaneus merupakan sekelompok besar kelainan kongenital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom neurokutaneus merupakan sekelompok besar kelainan kongenital BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom neurokutaneus merupakan sekelompok besar kelainan kongenital yang sangat bervariasi, tidak saling terkait, dengan karakteristik klinis, patologis dan genetik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setidaknya pernah mengalami satu kali nyeri kepala dalam satu tahun. Bahkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. setidaknya pernah mengalami satu kali nyeri kepala dalam satu tahun. Bahkan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri kepala atau headache adalah suatu rasa nyeri atau rasa yang tidak enak pada daerah kepala, termasuk meliputi daerah wajah dan tengkuk leher (Perdossi, 2013).

Lebih terperinci

(Cryptococcus neoformans)

(Cryptococcus neoformans) INFEKSI JAMUR PADA SUSUNAN SARAF PUSAT (Cryptococcus neoformans) Cryptococcus neofarmans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus) yang ada dimanamana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang paling sering ditemui, yang ditandai dengan kerusakan kartilago dan penyempitan celah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patologis dimana terjadi protusi dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patologis dimana terjadi protusi dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus ke BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Hernia Nukleus Pulposus (HNP) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis dimana terjadi protusi dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus

Lebih terperinci

BMI = Berat Badan (dalam kg) / Tinggi Badan² (TB x TB dalam m 2 )

BMI = Berat Badan (dalam kg) / Tinggi Badan² (TB x TB dalam m 2 ) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Pada kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat badan

Lebih terperinci

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Perbandingan antara Sistem syaraf Somatik dan Otonom Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anestesi Spinal Sejak anestesi spinal / Sub-arachnoid block (SAB) diperkenalkan oleh August Bier (1898) pada praktis klinis, tehnik ini telah digunakan dengan luas untuk menyediakan

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang

BAB 5 PEMBAHASAN. Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang BAB 5 PEMBAHASAN Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang demam pada anak adalah faktor tinggi demam dan faktor usia kurang dari 2 tahun. Dari karakteristik orang tua anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya Nyeri bukan hanya suatu modalitas

Lebih terperinci

Pendahuluan. Nyeri orofasial, bergantung dari penyebab utamanya, secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis nyeri, yaitu: 1

Pendahuluan. Nyeri orofasial, bergantung dari penyebab utamanya, secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis nyeri, yaitu: 1 Bab 1 Pendahuluan Nyeri orofasial, bergantung dari penyebab utamanya, secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis nyeri, yaitu: 1 1. Nyeri musculoskeletal (Musculoskeletal pain) 2.

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas secara sederhana diartikan sebagai akumulasi lemak tubuh yang berlebihan atau abnormal dan berisiko menimbulkan berbagai gangguan kesehatan (World Health Organization

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan : : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan : infeksi jamur subkutan adalah infeksi jamur yang secara langsung masuk ke dalam dermis atau jaringan subkutan melalui suatu trauma.

Lebih terperinci

tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa

tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa pembukaan mulut (pada umumnya). 8 Pasien dengan sindroma nyeri

Lebih terperinci

Tumor Otak Aspek Klinis

Tumor Otak Aspek Klinis Tumor Otak Aspek Klinis Syaiful Saanin SMF Bedah Saraf RSUP Dr. M. Djamil http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery Diagnosis Klinis 1. Dapatkan informasi klinis : Riwayat dan pemeriksaan fisik 2. Lokalisir

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR OTAK

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR OTAK RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR OTAK Pengertian Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Etiologi Penyebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerebrovaskular accident atau yang sering di sebut dengan istilah stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi otak yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konsep paradigma sehat menuju Indonesia sehat 2010, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konsep paradigma sehat menuju Indonesia sehat 2010, tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam konsep paradigma sehat menuju Indonesia sehat 2010, tujuan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

EEG NORMAL PADA ANAK DAN DEWASA

EEG NORMAL PADA ANAK DAN DEWASA EEG NORMAL PADA ANAK DAN DEWASA Uni Gamayani, Dr, SpS. Bag. I. Penyakit Saraf RS. Hasan Sadikin/ FK. UNPAD EEG Normal adalah gambaran EEG tanpa adanya pola abnormal yang berhubungan dengan kelainan secara

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 32 pasien stroke iskemik fase akut 51 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 32 pasien stroke iskemik fase akut nondiabetik yang menjalani rawat inap di bangsal Penyakit Saraf RS Dr.Kariadi Semarang selama periode Juni 2010

Lebih terperinci

NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi

NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi Neuroimaging merupakan salah satu peranan radiodiagnostik di bidang ilmu penyakit saraf.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif Sistem Syaraf Pusat OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif BAGIAN DAN ORGANISASI OTAK Otak orang dewasa dibagi menjadi: Hemisfere serebral

Lebih terperinci

NYERI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF RSU TNI-AL MINTOHARDJO PERIODE

NYERI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF RSU TNI-AL MINTOHARDJO PERIODE NYERI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF RSU TNI-AL MINTOHARDJO PERIODE DEFINISI Nyeri Suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak berkaitan yang dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Hampir 60 % tumor ganas kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan teknologi memberikan dampak bagi segala bidang pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari penyakit

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah suatu disfungsi neurologis akut (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda

Lebih terperinci

PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL ROHMAN AZZAM

PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL ROHMAN AZZAM PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL ROHMAN AZZAM DEFINISI Tekanan Intrakranial (TIK/ICP): Hasil dari sejumlah jaringan otak, volume darah intrakranial, dan cairana serebrospinal di dalam tengkorak pada satu

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI MANAJEMEN NYERI POST OPERASI Ringkasan Manajemen nyeri post operasi bertujuan untuk meminimalisasi rasa tidak nyaman pada pasien, memfasilitasi mobilisasi dini dan pemulihan fungsi, dan mencegah nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung selama minimal 12 minggu berturut-turut. Rinosinusitis kronis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup manusia. Berat kulit kira-kira 15% dari berat badan seseorang. Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

TUGAS 3 SISTEM PORTAL TUGAS 3 SISTEM PORTAL Fasilitator : Drg. Agnes Frethernety, M.Biomed Nama : Ni Made Yogaswari NIM : FAA 113 032 Kelompok : III Modul Ginjal dan Cairan Tubuh Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama

Lebih terperinci

BAB 2 NYERI KEPALA. B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda

BAB 2 NYERI KEPALA. B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda BAB 2 NYERI KEPALA A. Tujuan pembelajaran Dokter muda mampu : 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien nyeri kepala. 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala nyeri kepala. 3. Mengklasifikasikan nyeri kepala.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditutupi sisik tebal berwarna putih. Psoriasis sangat mengganggu kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. ditutupi sisik tebal berwarna putih. Psoriasis sangat mengganggu kualitas hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kronis pada kulit dengan penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema batas tegas ditutupi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan dan bentuk tubuh, yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan dan bentuk tubuh, yang 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Palsi serebral 2.1.1 Definisi palsi serebral Palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan dan bentuk tubuh, yang menyebabkan keterbatasan aktivitas fisik, gangguan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), stroke. merupakan tanda-tanda klinis akibat gangguan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), stroke. merupakan tanda-tanda klinis akibat gangguan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke merupakan tanda-tanda klinis akibat gangguan fungsi serebral baik fokal maupun global yang berkembang cepat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering kedelapan di seluruh dunia. Insiden penyakit ini memiliki variasi pada wilayah dan ras yang

Lebih terperinci

Penyebab cluster headache masih belum diketahui. Cluster headache sepertinya tidak berkaitan dengan penyakit lainnya pada otak.

Penyebab cluster headache masih belum diketahui. Cluster headache sepertinya tidak berkaitan dengan penyakit lainnya pada otak. Pendahuluan Pada kebanyakan kasus nyeri pada sakit kepala, walaupun pada keadaan berat, bukanlah akibat dari penyakit yang mendasarinya. Pada kenyataannya, kebanyakan sakit kepala adalah hanya sakit kepala

Lebih terperinci