BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN"

Transkripsi

1 55 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Permasalahan Titik permasalahan dalam teknologi perikanan Indonesia selama ini adalah kurangnya penginderaan jarak jauh untuk mengetahui lokasi keberadaan ikan (fishing ground) sebelum nelayan melaut, bagi nelayan di pesisir pantai. (Kompas Media, 11 November 2003). Hal ini mengakibatkan operasi penangkapan ikan yang kurang efisien, mengingat semakin naiknya harga bahan bakar untuk menjalankan kapal. Di samping minimnya perangkat yang digunakan untuk mendukung perikanan, sumber daya manusia juga menjadi masalah utama. Sebuah sistem yang akan dirancang dikehendaki untuk dapat menentukan lokasi keberadaan ikan dalam radius yang relatif sempit. Tidak seperti penginderaan satelit, sistem ini harus dirancang bukan untuk memperkirakan keberadaan ikan di sebuah tempat, tetapi untuk menentukan lokasi yang benar-benar terdapat ikan. FishFinder akan diperlukan untuk membantu jalannya sistem ini. Sistem juga dirancang untuk dapat menuntun kapal nelayan untuk sampai pada titik ikan (fishing ground). Sistem harus dirancang untuk bekerja dengan intervensi nelayan seminimal mungkin, dan memberikan informasi yang komprehensif kepada nelayan. Dengan demikian, diharapkan nelayan dapat mengoperasikannya.

2 Sistem yang Diperlukan Sistem ini dikehendaki untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang telah dianalisis tersebut, dengan: Membangun perangkat bergerak (Mobile Scanner) yang akan digunakan untuk: mengirimkan lokasi keberadaan ikan ke pusat (Terminal) bila ditekan tombol fungsinya, proses tracking kapal, dan menuntun nelayan sampai pada titik ikan dengan memberikan informasi arah yang harus dituju. Membangun perangkat lunak yang digunakan di pusat (Terminal) yang akan digunakan untuk: mengumpulkan data keberadaan ikan dan kapal, mengirimkan lokasi ikan terdekat ke kapal yang meminta (untuk proses penuntun nelayan), dan memvisualisasikan secara real-time titik-titik ikan yang ada beserta keberadaan kapal. Informasi titik ikan dikumpulkan di Terminal, beserta keberadaan kapal dengan identitas masing-masing kapal berbeda. Semua informasi itu divisualisasikan ke layar monitor dalam bentuk grafis (peta). Setiap titik ikan dilengkapi berbagai informasi seperti kedalaman, dan waktu pemindaian. Setiap titik ikan memiliki waktu timeout (dapat diubah di antarmuka Terminal). Waktu ini dihitung mundur, dan bila habis waktunya maka titik ikan tersebut akan dihapuskan dari Terminal. Tujuan dari adanya waktu timeout adalah supaya sebuah titik ikan tidak menunggu terlalu lama untuk dikunjungi sehingga ikannya tidak berpindah terlalu jauh.

3 57 Perangkat lunak Terminal ditujukan untuk monitoring dan melayani Mobile Scanner bila meminta titik ikan. Satu-satunya nilai yang bisa diatur adalah waktu timeout dari titik ikan. Waktu timeout ini dapat diatur dengan tujuan kemudahan Terminal untuk diadaptasi di berbagai kondisi lapangan. 3.3 Cara Kerja Sistem yang Dirancang Sistem membutuhkan sebuah speedboat atau kapal cepat yang dipasang Fishfinder untuk bekerja. Fishfinder akan memberikan informasi pencitraan dari dalam air untuk mengetahui ada atau tidaknya ikan kepada operator. Jika terdapat ikan dan operator tersebut menganggap ikan di tempat tersebut cukup banyak untuk ditangkap, maka operator tersebut dapat menggunakan Mobile Scanner untuk mengirimkan ke pusat (Terminal) lokasi di mana dia berada. Lokasi ini didapat dari modul GPS yang terintegrasi dengan Mobile Scanner. Nelayan yang ingin melaut juga membawa Mobile Scanner sebagai sumber informasi arah yang harus dituju nelayan. Mobile Scanner akan melakukan komunikasi dengan Terminal untuk mengetahui koordinat mana yang harus dituju nelayan, di mana koordinat tersebut telah diketahui mengindikasikan keberadaan ikan dari hasil pemindaian sebelumnya. Mobile Scanner dan Terminal adalah satu sistem yang tidak dapat dipisah. Masing-masing harus berjalan agar sistem ini berjalan.

4 58 Gambar 3.1 Skenario kerja sistem Cara kerja sistem adalah sebagai berikut: Sebuah Speedboat dilengkapi dengan Mobile Scanner dalam mode Scanner, dan FishFinder, akan melakukan sweeping di perairan. Jika dari FishFinder ditemukan adanya indikator ikan, dan operator menganggap ikan tersebut kualitas dan kuantitasnya layak untuk ditangkap, maka operator tersebut dapat mengirimkan titik keberadaan ikan tersebut ke pusat (Terminal) dengan menekan

5 59 tombol keterangan kedalaman ikan, kemudian menekan tombol Ya untuk konfirmasi pengiriman ke pusat. Ketika Terminal mendapatkan kiriman data koordinat keberadaan ikan, maka Terminal akan memprosesnya dan menampilkan titik ikan tersebut ke layar. Pada saat ini, bila ada kapal yang mau melaut, sudah bisa melaut. Kapal nelayan ini juga akan dilengkapi dengan Mobile Scanner dalam mode Nelayan. Ketika mode ini dipilih di Mobile Scanner, maka Mobile Scanner tersebut akan meminta titik ikan kepada Terminal. Terminal akan merespon dengan mengirimkan titik ikan terdekat ke kapal tersebut. Jika kapal tersebut belum diketahui koordinat keberadaannya, maka titik ikan yang dikirim ke kapal tersebut adalah titik ikan terdekat dari Terminal, mengasumsi semua kapal berangkat dari pusat. Setiap kapal akan dibedakan dengan identitas empat digit alfanumerik caseinsensitive, yaitu karakter A-Z dan 0-9. Empat digit ini akan memberikan kemungkinan ID kapal berbeda sejumlah 36 4 = Identitas ini tidak dapat diubah-ubah dan diprogram langsung ke dalam ROM mikrokontroler Mobile Scanner. Setiap titik ikan yang didapat di pusat akan di-tag dengan nomor ID yang dimulai dari 1 dan terus meningkat setiap Terminal mendapat kiriman informasi titik ikan dari Mobile Scanner. Ketika Mobile Scanner menerima titik ikan yang dikirim Terminal. Mobile Scanner akan membandingkan koordinat keberadaan dia sekarang dengan koordinat titik ikan, kemudian menentukan arah yang harus dituju nelayan dan menampilkan informasi arah yang harus dituju tersebut ke nelayan. Informasi arah ini selalu diperbaharui setiap kali update dari GPS diterima

6 60 Jika nelayan berada dalam radius 15 meter dari titik ikan yang dituju, maka nelayan tersebut dinyatakan telah sampai, dan dapat memulai penangkapan ikan di sekitar lokasi tersebut. 15 meter adalah toleransi untuk menentukan bahwa nelayan telah sampai. Toleransi terlalu kecil akan menyebabkan kapal harus benar-benar tepat agar bisa dinyatakan sampai. Toleransi terlalu besar akan menyebabkan kapal nelayan belum begitu mendekati tujuan namun sudah dinyatakan sampai. 15 meter dipilih karena toleransi hasil baca GPS bisa mencapai kesalahan 15 meter. Setelah menyimpulkan bahwa kapal telah sampai pada koordinat yang dituju, Mobile Scanner akan memberikan pilihan kepada nelayan untuk meminta titik ikan baru. Jika tombol Tidak ditekan, maka nelayan tersebut diberikan koordinat Terminal (dianggap akan segera pulang). Jika Ya, titik ikan terdekat dari keberadaan nelayan tersebut akan dikirimkan kepada nelayan itu, dan titik ikan yang telah dikunjungi tersebut dihapus dari Terminal. Jika nelayan juga menggunakan FishFinder dan menemukan adanya ikan selama perjalanannya ke titik ikan yang sudah ditentukan sebelumnya, nelayan tersebut dapat menggunakan Mobile Scanner untuk mengirimkan koordinat ikan yang baru ditemukan tersebut ke pusat. Cara mengirimkan koordinat titik ikan tersebut sama dengan cara pada mode Scanner. Mobile Scanner selalu (dalam interval tertentu) memberikan koordinat keberadaannya ke pusat untuk tujuan tracking. Titik ikan akan dihapus dari Terminal bila kedua syarat terpenuhi: kapal telah mengunjunginya, atau titik ikan tidak diminta hingga waktu timeout habis.

7 61 Mobile Scanner hanya meminta titik ikan pada dua kondisi. Pertama adalah ketika mode Nelayan dipilih. Kedua, ketika nelayan tersebut diberikan pilihan untuk meminta titik ikan baru pada saat titik ikan tujuannya dinyatakan telah sampai. Titik ikan dihapus dari Terminal ketika kapal meminta titik baru dengan asumsi bahwa nelayan dianggap telah menangkap ikan di koordinat sebelumnya kemudian memilih untuk meminta titik baru, atau nelayan tidak menemukan adanya indikasi ikan di tempat tersebut lagi sehingga nelayan meminta titik ikan baru. 3.4 Perancangan Pembangunan sistem ini melalui tahap perancangan, dimana diagram blok, diagram alir, dan rancang bangun sistem dibuat terlebih dahulu Mobile Scanner Mobile Scanner adalah perangkat yang akan dibawa oleh pengguna untuk melakukan pemindaian di perairan sekitar. Perangkat ini berfungsi untuk mengetahui posisi keberadaan pengguna di bumi, dan mengirimkan posisi tersebut beserta informasi lain sesuai dengan perintah dari pengguna tersebut yang dilayani melalui tombol keypad yang tersedia. Mobile Scanner akan dirancang untuk memiliki dua mode, yaitu sebagai pemindai (mode Scanner) dan sebagai alat informasi bagi nelayan (mode Nelayan). Pada mode Scanner, Mobile Scanner tidak akan meminta titik ikan kepada Terminal. Mobile

8 62 Scanner akan standby sampai operator menekan tombol untuk mengirim titik ikan ke Terminal. Mobile Scanner juga akan mengirimkan titik keberadaannya kepada Terminal setiap interval waktu 30 detik untuk proses tracking. Mode Nelayan memiliki semua kemampuan mode Scanner, dan dengan tambahan kemampuan untuk meminta titik ikan dari Terminal dan menampilkan informasi arah yang harus dituju Diagram Blok Diagram blok dari Mobile Scanner dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 3.2 Diagram blok Mobile Scanner

9 63 Penjelasan untuk setiap blok: RF modem RF modem digunakan untuk mengirimkan data ke darat. RF modem merupakan perangkat end-to-end yang memungkinkan komunikasi dari Mobile Scanner ke Terminal di darat. Modul GPS Modul GPS berfungsi sebagai penerima GPS dari satelit GPS. Modul GPS EG- T10 akan mengirimkan data waktu, lokasi, ketinggian, dan informasi lainnya keluar dari pin Tx setiap satu detik. LCD display LCD display berfungsi menampilkan berbagai informasi, antara lain: waktu pada saat itu, kuat sinyal RF modem ke Terminal, posisi di bumi (derajat bujur dan lintang), dan konfirmasi pengiriman informasi dengan kedalaman tertentu (jika tombol ditekan). Keypad Keypad terdiri dari beberapa tombol, yaitu 3 tombol pilihan untuk memasukkan informasi kedalaman ikan, dan 2 tombol konfirmasi (Ya/Tidak). Keseluruhan Mobile Scanner adalah perangkat yang mengintegrasikan RF modem, modul GPS, Push Button, dan LCD display. Perangkat ini mendapat informasi posisi keberadaan dalam derajat lintang dan bujur dari modul GPS, dan menampilkan

10 64 ke LCD display. Operator dapat menekan tombol pilihan kedalaman kemudian menekan tombol konfirmasi Ya untuk mengirimkan koordinat lokasi operator tersebut, dan mikrokontroler akan mengirimkan beberapa informasi yang dimasukkan oleh operator ke Terminal di darat Diagram Alir Program utama: Pada program utama, mikrokontroler melakukan inisialisasi. Proses-proses yang terjadi dalam tahap inisialisasi ini antara lain: Pengaturan baud rate dan interrupt untuk UART, sistem menggunakan dua buah port UART. Dimana UART0 dihubungkan dengan RF modem dan menggunakan baud rate 9600bps, sedangkan UART1 dihubungkan dengan modul GPS dan menggunakan baud rate 4800bps. UART0 berfungsi untuk menerima dan mengirim data dari dan ke RF modem, maka Tx dan Rx beserta interrupt-nya perlu diaktifkan. UART1 berfungsi untuk menerima data dari modul GPS, maka Rx dan interruptnya perlu diaktifkan. Pengaturan timer, sistem menggunakan 2 buah timer 8 bit yaitu TIMER0 dan TIMER2. TIMER0 berfungsi untuk mengatur interval pengiriman informasi lokasi kapal ke Terminal, sedangkan TIMER2 berfungsi untuk mengatur interval pengiriman ulang bila terjadi kegagalan pengiriman informasi sebelumnya. Secara default, TIMER0 diset 30 detik sedangkan TIMER2 diset 0.5 detik. Pengaturan external interrupt, interrupt eksternal yang digunakan sistem adalah interrupt jenis Pin Change. Interrupt ini diset pada port C0 hingga C4. Bila

11 65 terjadi perubahan logika pada pin-pin ini, maka interrupt akan dipicu. External interrupt ini digunakan untuk mengatur tombol. Inisialisasi variabel-variabel yang akan digunakan. Inisialisasi LCD, berupa ukuran huruf yang ditampilkan, jenis pergerakan cursor, dan jumlah baris tampilan. start F Inisilaisasi* Input Tombol Dari User Check data GPS Mode Apa? T Apakah sudah valid? Y Kirim posisi pusat dan cetak pilih mode pada LCD Tombol 1 Tombol 2 Mode 1 Mode 2 Event Loop F Gambar 3.3 Diagram alir utama Mobile Scanner Setelah proses inisialisasi, mikrokontroler akan memeriksa apakah inputan dari GPS telah valid. Bila inputan telah valid, TPF (Terminal Position Fix) akan segera dikirimkan ke Terminal. Kemudian mikrokontroler akan menunggu masukan dari pengguna. Pengguna dapat menekan tombol pertama atau kedua untuk memilih. Tombol

12 66 pertama akan membuat Mobile Scanner masuk ke mode Nelayan, dan tombol kedua akan masuk ke mode Scanner. Ketika mode ini sudah dipilih, mikrokontroler tidak akan menjalankan program utama lagi, melainkan masuk ke sub-program. Untuk berpindah mode pengguna harus melakukan reset ke Mobile Scanner ataupun mematikan kemudian menghidupkannya kembali. Rancangan tampilan untuk program utama: mbar 3.4 Tampilan layar pemilihan mode Ga Sub-program untuk mode Nelayan: Setelah memasuki Mode 1 atau Mode Nelayan, Mobile Scanner akan secara otomatis menjalankan sub-rutin minta titik ikan yang berfungsi untuk mengirimkan permintaan titik ikan ke Terminal. Setelah permintaan titik ikan dikirimkan dan informasi titik ikan telah diterima dari Terminal maka mikrokontroler akan segera memeriksa koordinat sekarang dari GPS dan melakukan kalkulasi untuk menentukan arah yang akan dituju dan perkiraan jarak ke titik ikan tersebut. Hasil kalkulasi dan arah yang telah diperoleh akan ditampilkan pada layar LCD untuk menuntun nelayan ke titik ikan tersebut. Selanjutnya mikrokontroler akan memeriksa apakah waktu update telah tiba (30 detik sekali).

13 67 G ambar 3.5 Sub-program mode Nelayan Bila waktu update telah tiba, sub-rutin Kirim Informasi Lokasi Kapal Ke Terminal (LLK) akan dijalankan. Setelah itu mikrokontroler akan kembali mengambil lokasi sekarang dari GPS dan melakukan kalkulasi jarak dan arah serta menampilkannya pada layar LCD seperti yang dilakukan sebelumnya.

14 68 Bila waktu update belum tiba, mikrokontroler akan segera melanjutkan alur program selanjutnya yakni memeriksa apakah ada inputan tombol dari pengguna. Mobile Scanner memeriksa apakah terdapat inputan tombol. Jika Mobile Scanner memperoleh inputan tombol, maka inputan tombol tersebut akan diperiksa. Adapun diagram alirnya adalah sebagai berikut: Gambar 3.6 Sub-rutin pilih tombol pada mode Nelayan Bila tombol satu ditekan maka string kedalaman 01-10m akan dimasukkan kedalam paket data informasi titik ikan yang akan dikirimkan, bila tombol dua ditekan maka string kedalaman 11-20m yang dimasukkan, bila tombol tiga ditekan maka string kedalaman 21-30m yang dimasukkan. Setelah salah satu dari ketiga tombol ini

15 69 ditekan, LCD akan menampilkan informasi titik yang akan dikirimkan (dalam lintang dan bujur) serta pertanyaan konfirmasi pengiriman yang hanya bisa dijawab dengan tombol empat dan lima. Penekanan ketiga tombol ini menggunakan sistem overwrite dimana satu tombol akan meng-overwrite tombol lainnya. Contohnya bila tombol satu ditekan dan kemudian pengguna menekan tombol tiga, maka string yang akan dimasukkan adalah string kedalaman 21-30m bukan 01-10m. Tombol empat dan tombol lima hanya akan berfungsi bila tombol satu hingga tiga telah ditekan sebelumnya. Tombol empat berfungsi untuk memanggil sub-rutin yang akan mengirimkan titik ikan, sedangkan tombol lima berfungsi untuk menghapus string kedalaman yang telah dimasukkan sebelumnya dan kembali ke layar penuntun kapal. Jika ternyata Mobile Scanner tidak memperoleh input tombol dari pengguna, maka Mobile Scanner akan memeriksa apakah tujuan telah tercapai dengan membandingkan titik sekarang dengan titik ikan yang diperoleh dari Terminal. Bila kapal telah tiba pada lokasi titik ikan yang dituju, pada layar LCD akan ditampilkan pesan bahwa tujuan telah sampai dan pertanyaan apakah ingin meminta titik baru. Bila tombol empat yang ditekan maka Mobile Scanner akan meminta titik ikan baru ke Terminal, namun bila tombol lima yang ditekan maka Mobile Scanner akan meminta titik koordinat Terminal ke Terminal. Selanjutnya proses penuntunan akan berulang kembali dengan titik tujuan yang baru. Diagram alir sub-rutin untuk melakukan permintaan titik Terminal dan titik ikan dari Terminal dapat dilihat pada Gambar 3.7.

16 70 Gambar 3.7 Sub-rutin minta titik terminal dan titik ikan pada mode Nelayan Sub-rutin minta titik terminal dan minta titik ikan pada dasarnya hampir mirip satu sama lain, yang membedakannya hanyalah tipe paket yang digunakan, dimana minta titik ikan menggunakan PTI sementara minta titik terminal menggunakan PTT. Pengiriman PTI maupun PTT mempunyai retry yang tak terhingga karena pengiriman ini bersifat krusial dan sangat penting. Tanpa titik ikan ataupun titik Terminal yang diterima dari Terminal, Mobile Scanner tidak dapat melakukan penuntunan kapal nelayan, oleh karena itu maka retry untuk PTT dan PTI diberikan tak terhingga. Interval dari masing-masing pengiriman adalah 0,5 detik. Pengiriman PTT maupun PTI hanya

17 71 akan berhenti bila Terminal telah mengirimkan acknowledgement. Pada kondisi ini Mobile Scanner menunggu titik ikan maupun titik Terminal yang akan dikirimkan oleh Terminal. Gambar 3.8 Sub-rutin kirim LTI dan kirim LLK pada mode Nelayan Pengiriman informasi titik ikan (LTI) merupakan pengiriman yang diinput oleh pengguna, sedangkan pengiriman informasi titik kapal (LLK) atau disebut juga dengan update posisi merupakan pengiriman yang dipicu oleh update timer. Pengiriman LTI maupun LLK sama-sama mempunyai retry 3 kali. Artinya bila terjadi kegagalan dalam pengiriman LTI atau LLK maka akan dilakukan pengiriman ulang hingga sebanyak tiga kali. Bila setelah pengiriman ulang ketiga kali pengiriman masih juga gagal dilakukan maka Mobile Scanner akan berhenti mencoba mengirim dan menganggap data gagal

18 72 dikirim serta melanjutkan alur jalannya program. Ketika terjadi kegagalan pengiriman pada LTI, Mobile Scanner akan menampilkan pesan gagal mengirim pada layar LCD, namun pada LLK pesan sejenis tidak akan ditampilkan pada layar LCD. Interval dari masing-masing pengiriman ulang bila terjadi kegagalan pengiriman adalah 0.5 detik. Sub-program untuk mode Scanner Gambar 3.9 Sub-program mode 2 (mode Scanner)

19 73 mbar 3.10 Rancangan layar Mobile Scanner pada mode Nelayan Ga Mode 2 atau Mode Scanner merupakan mode operasi yang digunakan oleh kapal Scanner untuk mencari titik ikan dan mengirimkan informasinya ke Terminal. Ketika Mode 2 dimasuki, Mobile Scanner akan secara otomatis menampilkan posisi kapal

20 74 sekarang berdasarkan posisi lintang dan bujurnya serta waktu sekarang (GMT+7) pada LCD. Mikrokontroler akan memeriksa waktu update, bila waktu update telah tiba, maka sub-rutin kirim informasi lokasi kapal ke Terminal (LLK) akan dijalankan. Bila waktu update belum tiba maka mikrokontroler akan melanjutkan memeriksa inputan tombol dari pengguna. Jika terdapat inputan tombol maka jenis tombol akan diperiksa. Jika tombol satu ditekan maka string kedalaman 01-10m akan dirangkai ke dalam paket data LTI yang akan dikirimkan. Pertanyaan konfirmasi pengiriman akan ditampilkan pada LCD. Jika tombol dua ditekan maka string kedalaman 11-20m akan dirangkai ke dalam paket data LTI yang akan dikirimkan. Pertanyaan konfirmasi pengiriman akan ditampilkan pada LCD. Jika tombol tiga ditekan maka string kedalaman 21-30m akan dirangkai ke dalam paket data LTI yang akan dikirimkan. Pertanyaan konfirmasi pengiriman akan ditampilkan pada LCD. Jika tombol empat ditekan maka paket data LTI yang telah dirangkai dengan string kedalaman akan dikirimkan ke Terminal. Tombol empat hanya akan berfungsi bila tombol satu, dua atau tiga telah ditekan sebelumnya. Jika tombol lima ditekan maka string kedalaman yang telah dirangkai kedalam paket data LTI sebelumnya akan dihapus dan LCD akan kembali ke tampilan sebelumnya yakni tampilan lokasi kapal dan waktu sekarang. Tombol ini hanya berfungsi bila salah satu dari ketiga tombol kedalaman telah ditekan sebelumnya.

21 75 Penekanan ketiga tombol ini menggunakan sistem overwrite dimana satu tombol akan meng-overwrite tombol lainnya. Contohnya bila tombol satu ditekan dan kemudian pengguna menekan tombol tiga, maka string yang akan dimasukkan adalah string kedalaman 21-30m bukan 01-10m. berikut: Diagram alir sub-rutin pengiriman titik ikan dan update kapal adalah sebagai Gambar 3.11 Sub-rutin mengirim informasi lokasi ikan dan kapal mode Scanner Pengiriman titik ikan dan update kapal pada mode Scanner ini sebenarnya sama saja dengan pengiriman titik ikan dan update kapal pada mode Nelayan, yang

22 76 membedakannya hanyalah tampilan pada LCD Mobile Scanner. Tampilan pada mode Nelayan akan berupa arah dan jarak menuju titik ikan, sedangkan pada mode Scanner berupa koordinat titik dan waktu sekarang. Pengiriman informasi titik ikan (LTI) merupakan pengiriman yang diinput oleh pengguna, sedangkan pengiriman informasi titik kapal (LLK) atau disebut juga dengan update posisi merupakan pengiriman yang dipicu oleh update timer. Pengiriman LTI maupun LLK sama-sama mempunyai retry 3 kali. Artinya bila terjadi kegagalan dalam pengiriman LTI atau LLK maka akan dilakukan pengiriman ulang hingga sebanyak tiga kali. Bila setelah pengiriman ulang ketiga kali pengiriman masih juga gagal dilakukan maka Mobile Scanner akan berhenti mencoba mengirim dan menganggap data gagal dikirim serta melanjutkan alur jalannya program. Ketika terjadi kegagalan pengiriman pada LTI, Mobile Scanner akan menampilkan pesan gagal mengirim pada layar LCD, namun pada LLK pesan sejenis tidak akan ditampilkan pada layar LCD. Interval dari masing-masing pengiriman ulang bila terjadi kegagalan pengiriman adalah 0.5 detik.

23 Rancangan layar Mobile Scanner pada mode Scanner Gambar Rancang Bangun Keypad Keypad terdiri dari berbagai tombol, yaitu pilihan kedalaman, dan konfirmasi untuk pengiriman. Gambar 3.13 Tombol keypad Mobile Scanner

24 78 Pengguna dapat memberikan perintah kepada Mobile Scanner lewat tomboltombol tersebut. Rancang Bangun Keseluruhan Gambar 3.14 Rancang bangun Mobile Scanner Terminal Terminal adalah sebuah perangkat lunak yang berjalan pada Personal Computer (PC) dengan perangkat RF modem terintegrasi untuk berkomunikasi dengan Mobile Scanner. Beberapa fungsinya adalah:

25 79 Menerima data yang dikirim oleh Mobile Scanner dan memprosesnya. Hasil proses ini antara lain untuk menampilkan titik ikan di peta pada layar monitor. Mengirimkan data koordinat titik ikan tujuan kepada Mobile Scanner bila Mobile Scanner meminta Diagram Blok Gambar 3.15 Diagram blok Terminal Pada Terminal, digunakan PC dan RF modem sebagai perangkat komunikasi dengan Mobile Scanner. Antarmuka PC dengan RF modem menggunakan komunikasi serial RS-232 pada PC Diagram Alir Diagram alir untuk program pada PC yang menangani tampilan pada monitor dan melayani Mobile Scanner.

26 80 Gambar 3.16 Program utama Terminal Ketika program dijalankan, maka program tersebut akan memasuki tahap inisialisasi terlebih dahulu. Beberapa hal yang dilakukan dalam proses inisialisasi ini antara lain: Setup GUI. Menggambar window sesuai dengan yang diinginkan, seperti window utama, toolbar, dan kotak info. Grid pada peta juga digambar pada tahap ini. Zoom peta diberikan nilai awal 100%.

27 81 Setup Timer. Terdapat dua Timer yang digunakan pada program utama, yaitu Timer 1 untuk melakukan rutinitas pengecekan buffer di serial port dan mengambil data dari sana, dan Timer 2 untuk mengecek antrian string yang perlu di-ack oleh penerima. Setup variabel penting lainnya, dan instantiasi objek yang diperlukan. Contoh variabel yang diset pada waktu inisialisasi adalah variabel-variabel yang menampung nilai default seperti waktu timeout titik ikan, flag yang menandakan posisi Terminal sudah diset (dikalibrasi) atau belum, dan lain-lain. Contoh objek yang diinstantiasi adalah objek untuk melakukan koneksi ke serial port dengan pengaturannya yang disesuaikan dengan kebutuhan, objek yang berhubungan dengan window, dan objek-objek lain yang diperlukan. Setelah dilakukan inisialisasi program melanjutkan ke setting serial port yang diperlukan dari input user, yaitu nomor serial port yang akan digunakan. Program akan memunculkan sebuah dialog box yang berisi daftar nomor serial port yang mungkin dipilih, dan user cukup memilih dari combo box yang disediakan dan menekan tombol OK. Jika OK ditekan, maka program akan mengecek keberadaan RF modem di nomor serial port yang dipilih oleh user. Cara untuk mengecek keberadaan RF modem di serial port tertentu adalah dengan mengirimkan string +++ ke serial port tersebut dan mendengarkan balasan dari RF modem berupa string OK. Jika balasan diterima dalam waktu 1 detik, maka terdapat RF modem di serial port tersebut. Jika terdapat RF modem pada nomor serial port yang dipilih, maka program akan lanjut ke program utama Terminal. Jika tombol Cancel ditekan, maka user diasumsikan telah mengetahui bahwa nomor serial port yang akan digunakan adalah COM1.

28 82 Setelah proses ini selesai, maka program akan melanjutkan ke program utamanya. Sebelum masuk ke program utamanya, timer 1 dan 2 akan di-start, dimana akan dimulai pengecekan serial port. Timer 1 (TIMER1) diset untuk firing setiap 1ms, sedangkan timer 2 (TIMER2) cukup firing setiap 100ms supaya tidak memberatkan sistem. Ketika timer 1 melakukan firing, maka program akan mengecek serial port. Pada inisialisasi program, telah dibuat sebuah variabel boolean lagiambil yang bernilai awal False. Variabel ini yang menandakan sebuah paket data sedang diambil atau tidak. Jika mendapat karakter # (awal dari sebuah paket data/sentence) dari serial port, maka variabel ini akan diset True. Variabel ini akan diset False jika karakter <LF> atau <CR> ditemukan. Variabel ini yang menentukan apakah karakter dari serial port tersebut merupakan karakter yang merupakan bagian dari sebuah paket data. Dari diagram alir (Gambar 3.17) dapat dilihat bahwa bila tidak lagiambil, maka akan dicek apakah karakter yang didapat dari serial port tersebut merupakan karakter #. Jika ya, maka lagiambil diset menjadi True, dan variabel string sentence untuk menampung paket data tersebut akan di-clear untuk bersiap menampung paket data baru. Kemudian karakter # ini dimasukkan ke dalam variabel sentence ini. Ketika lagiambil sudah diset menjadi True, maka setiap kali mengecek serial port dan menemukan adanya karakter yang menunggu, maka karakter tersebut akan diambil dan dimasukkan ke dalam variabel string sentence ini sampai menemukan karakter <LF>. Jika karakter ini ditemukan, maka sebuah paket data telah selesai diambil dan jalan program akan dialihkan ke acknowledgment paket dan parsing paket data yang didapat tersebut.

29 Gambar 3.17 Sub-rutin untuk mengecek serial port 83

30 84 Gambar 3.18 Sub-rutin parsing Parsing paket data tersebut dimulai dari menentukan jenis paket data tersebut, kemudian melakukan parsing sesuai dengan paket data tersebut. Jenis-jenis paket data yang ada, yaitu Informasi lokasi keberadaan kapal (LLK), Informasi koordinat keberadaan titik ikan (KTI), Informasi kalibrasi koordinat titik terminal (TPF), Permintaan titik ikan (PTI), Permintaan titik terminal (PTT), dan paket ACK. Tiga paket data yang identik untuk 5 field pertamanya adalah LLK, KTI, dan TPF. Lima field utamanya adalah Waktu, Derajat Lintang, Utara/Selatan, Derajat Bujur, Barat/Timur. Ketiga paket ini dibuat identik untuk memudahkan proses parsing dimana cukup dibuat sebuah sub-rutin.

31 85 Gambar 3.19 Sub-rutin yang dipanggil setelah proses parsing selesai Dalam program Terminal terdapat beberapa container class yang digunakan untuk menampung berbagai kumpulan objek dengan kelas yang sama. Container class ini disediakan oleh Qt dengan nama kelas QList. Dari kelas ini dapat dibuat objek container untuk menampung berbagai objek lain, seperti titik-titik kapal, titik-titik ikan, dan daftar antrian string yang harus di-ack. Sebuah objek container digunakan untuk menampung beberapa objek dari sebuah kelas. Syarat dari kelas objek tersebut agar objek tersebut dapat ditampung dalam container ini adalah kelas tersebut harus

32 86 mempunyai copy constructor, default constructor, dan overload operator assignment (=). Daftar titik kapal adalah sebuah objek dari container class QList yang diinstantiasi untuk menampung objek titik kapal. Beberapa daftar lain adalah daftar titik ikan, dimana adalah objek dari QList yang diinstantiasi untuk menampung objek titik ikan, dan daftar antrian string ACK, dimana adalah objek dari QList yang diinstantiasi untuk menampung objek string dari kelas QString. Bila mendapat sentence LLK dari Mobile Scanner, maka Terminal akan melakukan update titik kapal yang ada dalam daftar titik kapal yang dimiliki oleh Terminal. Update ini dilakukan dengan jalan sebagai berikut: Jika daftar titik kapal kosong (belum ada satupun kapal yang dikandung oleh daftar titik kapal), maka titik kapal tersebut langsung dimasukkan ke dalam daftar titik kapal. Jika sudah ada titik kapal di dalam daftar titik kapal, maka lakukan pencarian apakah ada kapal dengan ID yang sama dengan kapal yang hendak dimasukkan tersebut. Bila ada, maka kapal yang IDnya sama tersebut dibuang dari daftar dan kapal yang hendak dimasukkan tersebut dimasukkan ke dalam daftar. Bila tidak ada kapal yang IDnya sama, maka masukkan kapal tersebut ke dalam daftar kapal. Bila mendapat sentence KTI, maka Terminal akan menambahkannya ke dalam daftar titik ikan. Kemudian setelah itu melakukan update peta untuk menampilkan ikan yang baru saja didapat tersebut.

33 87 Gambar 3.20 Sub-rutin untuk meng-update posisi Terminal Sentence TPF dikirimkan oleh Mobile Scanner pada saat Mobile Scanner tersebut selesai melakukan inisialisasi dan hasil baca dari GPS sudah benar. Sentence ini digunakan untuk kalibrasi pertama kali pada Terminal. Terminal akan mengasumsikan bahwa posisi dia pada saat menerima sentence TPF merupakan isi dari sentence TPF tersebut. Sebagai implikasinya, Mobile Scanner pertama yang akan dihidupkan harus berada di dekat Terminal, sehingga posisi mereka sama. Terminal hanya akan mengupdate posisi dan waktunya sekali setelah Terminal dijalankan. Bila menerima sentence TPF ini setelah Terminal telah mendapat update, maka sentence TPF ini akan diabaikan.

34 88 Gambar 3.21 Sub-rutin untuk mengecek antrian string yang perlu di-ack Untuk mekanisme Acknowledgment, maka setiap akhir dari sebuah paket data selalu diberikan sebuah sequence number. Sequence number ini nantinya akan digunakan oleh penerima untuk membuat sebuah paket ACK untuk memberitahukan kepada pengirim bahwa paket data dengan sequence number tersebut berhasil diterima. Terminal dapat berperan sebagai penerima maupun pengirim. Pada saat Terminal telah mengirimkan sebuah sentence, Terminal akan memasukkan sentence tersebut ke dalam antrian sentence yang perlu di-ack. Antrian sentence ini akan dicek setiap 100ms. Apabila terdapat sebuah sentence yang telah menunggu selama 500ms (0,5s) maka sentence tersebut akan dikirim ulang. Setiap sentence yang ada di antrian ini di-tag

35 89 dengan waktu kirim terakhir dan jumlah retry. Sebuah sentence dalam daftar sentence juga dapat dihapus bila Terminal menerima ACK dengan ACK number sesuai dengan nomor ACK-nya Rancang Bangun Gambar 3.22 Rancangan Graphical User Interface dari Terminal Gambar di atas merupakan rancangan tampilan dari program Terminal. Program ini menampilkan titik-titik ikan yang dikirimkan oleh Mobile Scanner.

36 Protokol Komunikasi Terminal dengan Mobile Scanner Untuk memungkinkan Terminal dan Mobile Scanner dapat bertukar data, maka protokol komunikasi keduanya perlu didefinisikan. Protokol komunikasi ini berada pada layer Application. Protokol komunikasi layer Physical dan Data Link diatur oleh RF modem. Untuk memungkinkan komunikasi Terminal dengan banyak Mobile Scanner, RF modem pada Terminal perlu dikonfigurasi untuk bekerja pada mode point-tomultipoint. Format data yang dirancang sekarang ini mirip dengan paket data NMEA, namun dengan jumlah karakter tipe paket yang lebih pendek, yaitu 3 karakter. Format umumnya: Gambar 3.23 Format umum protokol komunikasi Mobile Scanner dan Terminal Berikut adalah beberapa jenis paket data (sentence) yang diperlukan dalam komunikasi antara Terminal dan Mobile Scanner. a. Lokasi Keberadaan Kapal Sentence yg dikirimkan dari Mobile Scanner ke Terminal untuk memberitahukan Terminal update posisinya.

37 #LLK,hhmmss.sss,ddmm.mmmm,a,dddmm.mmmm,a,xxxx*xx<CR><LF> Gambar 3.24 Format sentence Lokasi Keberadaan Kapal 1) Waktu di Mobile Scanner pada saat data dikirimkan 2) Derajat lintang posisi kapal 3) N atau S (utara atau selatan) 4) Derajat bujur posisi kapal 5) E atau W (timur atau barat) 6) ID kapal yang mengirim 7) ACK Number Derajat lintang dan bujur dalam format DM. b. Posisi Terminal Sentence yg dikirimkan dari Mobile Scanner ke Terminal pada saat inisialisasi. Berisi posisi Mobile Scanner. Tujuan dari sentence ini adalah untuk memberitahukan Terminal posisinya. Oleh karena itu, Mobile Scanner harus berada tepat di atas Terminal supaya posisi Mobile Scanner juga merupakan posisi Terminal #TPF,hhmmss.sss,ddmm.mmmm,a,dddmm.mmmm,a,xxxx*xx<CR><LF> Gambar 3.25 Format sentence Posisi Fix Terminal

38 92 1) Waktu di Mobile Scanner pada saat data dikirimkan 2) Derajat lintang posisi terminal 3) N atau S 4) Derajat bujur posisi terminal 5) E atau W 6) ID kapal yang mengirim 7) ACK Number Derajat lintang dan bujur dalam format DM. c. Lokasi Titik Ikan Sentence yg dikirimkan dari Mobile Scanner ke Terminal ketika diminta oleh operator. Sentence ini memberitahukan kepada Terminal bahwa pada suatu lokasi terdapat ikan #LTI,hhmmss.sss,ddmm.mmmm,a,dddmm.mmmm,a,xxxx,xxxxx*xx<CR><LF> Gambar 3.26 Format sentence Lokasi Titik Ikan 1) Waktu di Mobile Scanner pada saat data dikirimkan 2) Derajat lintang posisi ikan 3) N atau S 4) Derajat bujur posisi ikan 5) E atau W

39 93 6) ID kapal yang mengirim 7) Kedalaman ikan 8) ACK Number Derajat lintang dan bujur dalam format DM. d. Permintaan Titik Ikan Sentence yang dikirimkan oleh Mobile Scanner ke Terminal pertama kali sewaktu Mobile Scanner masuk mode Nelayan dan pada saat tombol Ya ditekan ketika Mobile Scanner menanyakan pengguna apakah ingin meminta titik ikan baru. 1 2 #PTI,xxxx*xx<CR><LF> Gambar 3.27 Format sentence Permintaan Titik Ikan 1) ID kapal 2) ACK Number e. Permintaan Titik Terminal Sentence yang dikirimkan oleh Mobile Scanner ke Terminal ketika user menekan tombol Tidak pada saat mencapai lokasi titik ikan (pada saat tersebut nelayan diberikan pilihan untuk meminta titik ikan yang baru atau tidak). Jika tombol Ya ditekan, maka PTI yang dikirimkan Mobile Scanner.

40 #PTT,xxxx*xx<CR><LF > Gambar 3.28 Format sentence Permintaan Titik Terminal 1) ID kapal 2) ACK Number f. Koordinat Titik Ikan Sentence yang dikirimkan oleh Terminal ke Mobile Scanner ketika mendapatkan sentence PTI #KTI,dd.ddddd,a,ddd.ddddd,a,xxxx,xxxxx*xx<CR><LF> Gambar 3.29 Format sentence Koordinat Titik Ikan 1) Derajat lintang titik ikan 2) N atau S 3) Derajat bujur titik ikan 4) E atau W 5) ID kapal yang meminta 6) Kedalaman ikan

41 95 7) ACK Number Derajat lintang dan bujur dalam format D. g. Koordinat Titik Terminal Sentence yang dikirimkan oleh Terminal ke Mobile Scanner ketika mendapatkan sentence PTT #KTT,dd.ddddd,a,ddd.ddddd,a,xxxx*xx<CR><LF> Gambar 3.30 Format sentence Koordinat Titik Terminal 1) Derajat lintang titik terminal 2) N atau S 3) Derajat bujur titik terminal 4) E atau W 5) ID kapal yang meminta 6) ACK Number Derajat lintang dan bujur dalam format D. h. Acknowledgment Sentence yang dikirimkan baik oleh Terminal maupun Mobile Scanner setelah selesai menerima sebuah sentence selain sentence ACK.

42 96 1 #ACK*xx<CR><LF> Gambar 3.31 Format sentence Acknowledgment 1) sequence number (ACK Number) dari sentence yang diterima Interval Update Lokasi Mobile Scanner ke Terminal Sistem ini diharapkan untuk dapat melayani 10 hingga 30 Mobile Scanner secara serentak. Diasumsikan setiap Mobile Scanner cukup diberikan waktu 1 detik untuk mengirimkan titik keberadaannya, dan informasi lainnya seperti titik ikan bila ada. Dari referensi datasheet 24XStream, untuk mengirimkan data diperlukan beberapa waktu sebagai berikut: Keterangan Waktu(ms) Channel Initialization Time Data In ke modem pengirim 50byte, 9600bps Data out dari modem penerima 50byte, 9600bps Latensi pengiriman data lewat RF Total Tabel 3.1 Perhitungan lama waktu pengiriman 50 byte data Untuk data sepanjang 50 byte (panjang paket data update), dibutuhkan sekitar ms untuk dikirimkan dari pengirim ke penerima. Kesempatan untuk mengirim dengan waktu 1000ms diberikan kepada setiap Mobile Scanner. Bila dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan update keberadaannya, maka setiap

43 97 Mobile Scanner masih memiliki banyak waktu untuk mengirimkan data lain jika diperlukan. Untuk maksimum 30 Mobile Scanner dengan waktu 1 detik untuk setiap Mobile Scanner, maka setiap Mobile Scanner akan diset interval untuk memberikan update setiap 30 detik. Sebelum mengirim data, RF modem memiliki mekanisme sendiri untuk menghindari tabrakan data yang mengakibatkan interferensi, dan akan menunggu sampai tidak ada yang mengirim baru kemudian melakukan inisialisasi dengan penerima Implementasi Koordinat Geografis dalam Program Terminal Dalam program, nilai koordinat geografis lebih mudah disimpan dalam format D, karena dengan format ini cukup menggunakan sebuah variabel Double untuk menyimpan masing-masing koordinat lintang dan koordinat bujur. Qt juga menyediakan sebuah kelas QPointF yang dapat menyimpan koordinat dua dimensi dalam variabel Double. Kelas ini sebenarnya disediakan Qt untuk keperluan painting di widget. Namun karena sifatnya juga adalah koordinat, maka dapat digunakan untuk menyimpan informasi koordinat geografis sebuah titik. QPointF tidak dirancang untuk menyimpan nilai LU/LS dan BB/BT. Namun karena tipe data Double memungkinkan nilai minus, maka koordinat geografis dapat disesuaikan dengan mengkonversi lagi format D ini menjadi koordinat dua dimensi Kartesian, dimana bila LS maka nilai derajat lintang menjadi minus begitu juga bila BB maka derajat bujur menjadi minus.

44 98 Gambar 3.32 Representasi koordinat geografis ke dalam koordinat Kartesian Konversi ke dalam derajat Kartesian memberikan beberapa kemudahan dalam proses di dalam komputer. Program Terminal akan menggambarkan setiap titik ikan dan titik kapal ke peta dengan menggunakan koordinat Terminal sebagai acuan. Setiap titik ikan dan titik kapal akan digambarkan relatif dengan berapa jauhnya dia dari Terminal, jarak sebenarnya sebuah titik dengan Terminal kemudian dikonversi ke dalam jarak dengan satuan pixel. Konversi ini melibatkan perhitungan resolusi peta. Resolusi peta didefinisikan sebagai satuan jarak sebenarnya yang diwakili oleh setiap pixel di peta pada PC Resolusi Peta Teknik pemetaan yang digunakan dalam pemetaan berbagai titik ikan/kapal dan peta ini adalah teknik raster. Setiap pixel dari peta ini mengandung berbagai nilai, antara lain nilai warna dan nilai resolusi. Setiap pixel dari peta ini menggambarkan keadaan

45 99 sebenarnya di permukaan bumi. Pixel-pixel ini mewakili keadaan bumi yang sebenarnya, seperti warna dan luas. Sebuah area di laut bisa diwakili oleh sebuah pixel yang berwarna biru, dan pixel tersebut mewakili panjang dan lebar tertentu area laut yang diwakilinya tersebut. Misalkan sebuah pixel mewakili sebuah area 0,5x0,5 meter 2, maka resolusi peta tersebut dikatakan 0,5 meter/pixel. Dalam perancangan program Terminal, peta yang ditampilkan juga dibuat untuk dapat melakukan zooming. Fasilitas zooming akan membuat resolusi peta tidak tetap. Sebuah rumusan ditetapkan di dalam perancangan, di mana pada zoom 100%, setiap pixel mewakili 1/10000 dari satu derajat. Bila satu derajat adalah sekitar km, maka satu pixel mewakili sekitar m 1 = 11,123meter. Ini adalah resolusi peta untuk zoom 100%. Bila zoom % peta 25%, maka satu pixel mewakili m 1 = 44,492meter % Error Konversi Selisih Koordinat ke Satuan Jarak Satu derajat lintang mewakili 111,1329 km, sedangkan satu derajat bujur di khatuslitiwa mewakili 111,3195 km. Dalam perancangan ini, baik untuk derajat lintang maupun derajat bujur di lintang manapun, akan dianggap setiap derajat mewakili 111, , = 111,23 km. Hal demikian dilakukan untuk simplifikasi perhitungan pada sistem, karena beberapa pertimbangan, yaitu:

46 100 Library yang tersedia untuk melakukan perhitungan trigonometri di mikrokontroler menghasilkan error perhitungan yang cukup tinggi, mengingat mikrokontroler 8-bit yang digunakan memiliki keterbatasan perhitungan floating point. Sistem tidak mengandalkan perhitungan jarak dalam satuan metrik. Mobile Scanner membandingkan jarak dalam selisih derajat koordinat untuk menyimpulkan sampai tidaknya kapal ke tujuan. Terminal melayani Mobile Scanner dengan menerima dan mengirim berbagai informasi dalam derajat koordinat. Namun simplifikasi ini akan mengakibatkan beberapa hal, yaitu: Penggambaran peta pada Terminal akan terjadi penyimpangan karena untuk setiap derajat lintang, satu derajat bujur diwakili panjang dalam metrik yang berbeda-beda. Mobile Scanner akan menampilkan hasil perhitungan jarak ke koordinat tujuan yang kurang tepat. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh simplifikasi ini dapat ditekan seminimal mungkin dengan mengoperasikan alat di daerah ±15 dari garis khatulistiwa. Pada lintang utara/selatan 15, satu derajat bujur akan mewakili 111,3195km/drjt x cos(15 ) = 107,53 km/drjt. Selisih dari nilai jarak per derajat bujur di ekuator adalah: (111,23 107,53) = 3,7 km/drjt.

47 101 Perhitungan menunjukkan bahwa bila simplifikasi memungkinkan kesalahan maksimal yang dapat dibuat oleh sistem sebesar selisih 3,7 km untuk setiap derajat, yang setara dengan selisih 3,7 / 60 = 61,7 meter untuk setiap menit (1 derajat = 60 menit = 3600 detik) Parsing Paket Data Parsing, dengan istilah lain berupa syntax analysis, adalah proses menganalisa serangkaian token dari sebuah teks/data untuk menentukan struktur gramatikalnya dengan berdasarkan formal grammar tertentu. (Anonim, 2007). Token adalah elemen terkecil yang tidak dapat dipisah dan memiliki arti tersendiri. Parsing biasanya akan menghasilkan parse tree berisi hubungan antar token yang akan diproses kemudian melalui semantic analysis. Dalam perancangan ini, parsing akan diterapkan ke paket data/sentence untuk mengambil token-tokennya. Kemudian ditentukan dengan melihat dari tipe paket data tersebut, token-token akan diproses lebih lanjut menjadi sebuah objek di dalam program, atau sebagai perintah bagi program untuk melakukan sesuatu. berikut: Aturan-aturan (rule) untuk melakukan parsing akan didefinisikan sebagai Sebuah paket diawali dengan tanda pagar # Tiga karakter setelah awal paket akan berisi nilai tipe paket. Setiap token selanjutnya (field data) akan diawali dengan tanda koma,

48 102 Field data terakhir akan diikuti oleh tanda asterisk * Dua karakter setelah tanda asterisk adalah ACK number. Paket data diakhiri dengan <CR> dan <LF>. Ketika sebuah paket data telah selesai diterima, yaitu jika ditemukan karakter <CR> dan <LF>, maka penerima akan meng-ack paket tersebut dan proses parsing dimulai. Proses ini terlebih dahulu mengambil tiga karakter pertama setelah tanda # untuk melihat tipe data apakah sebuah paket. Setelah tipe data diketahui, maka program akan melakukan percabangan ke kode parser tertentu yang sesuai dengan tipe data. Untuk tipe data selain ACK, kode parser kemudian melakukan iterasi untuk mengecek setiap karakter dari paket data tersebut untuk mendapatkan karakter, yang merupakan awal dari sebuah token. Setelah semua token selesai, program akan menentukan selanjutnya apa yang harus dikerjakan. Dalam perancangan ini, parsing tidak akan menghasilkan parse tree seperti parsing pada compiler. Parsing dalam perancangan ini akan memberikan output data maupun perintah yang diperlukan program untuk jalannya sistem ini Penggambaran Peta Pemrograman Qt memungkinkan kelas QWidget untuk digambar oleh programmer dengan mengimplementasi ulang fungsi: void paintevent(qpaintevent *event)

49 103 Fungsi ini merupakan fungsi yang dijalankan oleh Qt setiap event painting didispatch. QWidget memiliki sebuah slot yang akan memasukkan event QpaintEvent ke dalam event loop, yaitu: void update() Untuk menggambar di widget, dibutuhkan sebuah kelas yang bernama QPainter. QPainter akan menggambarkan berbagai jenis grafik maupun bitmap ke widget. Terminal merupakan pusat dari sistem ini, sehingga titik Terminal harus digambarkan pada tengah-tengah peta Penentuan Dimensi Peta Dimensi peta yang akan digambarkan pada Terminal tergantung pada jangkauan RF modem. Untuk RF modem 24XStream, jangkauan maksimal adalah 16km. Dengan demikian, apabila Terminal digambarkan di tengah-tengah peta, maka peta tersebut harus memiliki tinggi 16x2 = 32km dan lebar 16x2 = 32km. Karena terdapat kemungkinan kapal berada di titik terjauh sehingga penampilannya akan menjadi tidak baik, maka tambahan 2 km ditambah ke tinggi dan lebarnya, sehingga menjadi sebuah peta dengan dimensi 34x34 km. Ini adalah dimensi dalam kenyataannya di lapangan. Untuk merepresentasikannya ke dalam peta di komputer, perlu ditentukan berapa pixel yang diperlukan untuk mewakili area tersebut. Jarak yang diwakili oleh setiap derajat lintang dan derajat bujur di daerah ekuatorial adalah sekitar km/derajat. Jarak 34km akan diwakili oleh 34/111,23 = 0, ,3derajat. Telah disepakati sebelumnya bahwa untuk zoom 100%, maka 1

50 104 derajat diwakili oleh pixel. Dengan demikian 0,3 derajat akan diwakili oleh 3000 pixel. Dengan demikian dimensi peta di program Terminal adalah 3000x3000 pixel. Gambar 3.33 Dimensi peta dalam pixel, metrik, maupun derajat Algoritma Penggambaran Peta Dimensi peta sebelumnya telah didapat, yaitu 3000x3000 pixel. Terminal akan dilambangkan dengan icon rumah dan diletakkan di tengah-tengah peta. Peta ini akan diwakili oleh sebuah widget di program Terminal. Widget ini diinstantiasi dan dilakukan set ukuran agar 3000x3000 pixel. Setiap pixel dari widget memiliki nilai koordinat dalam integer 16-bit. Koordinat (0,0) berada di pixel pertama (kiri-atas) dari widget tersebut, dan koordinat (2999,2999) berada pada kanan bawah dari widget. Karena titik Terminal berada di tengah-tengah peta, maka titik Terminal akan digambar di koordinat (1500,1500).

51 105 Semua titik (titik ikan dan kapal) akan digambarkan sesuai dengan jaraknya dengan titik Terminal. Misalkan terdapat sebuah kapal di koordinat (06,1000 LS; 105,9000BT), sedangkan posisi Terminal berada di (06,0000 LS; 106,0000BT). Di dalam program, koordinat kapal akan direpresentasikan sebagai (y=-6,1; x=105,9), dan Terminal direpresentasikan sebagai (y=-6,0; x=106,0). Kapal tersebut akan digambarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Hitung jarak lintang kapal dengan Terminal. J L = y kapal y Terminal = (-6,1)-(-6,0) = -0,1 derajat Hitung jarak bujur kapal dengan Terminal. J B = x kapal x Terminal = 105, = -0,1 derajat Kalikan J L dengan -1 J L = 0,1 derajat Kalikan J L dan J B masing-masing dengan J Lpix = 1000 J Bpix = Kalikan J L dan J B dengan faktor (1/zoom peta). Misalkan zoom 100%, maka faktor skalanya adalah 1. J Lpix = 1000 (jarak translasi koordinat y dalam pixel) J Bpix = (jarak translasi koordinat x dalam pixel) Posisi koordinat painting diletakkan di tengah-tengah peta, yaitu posisi Terminal. Misalkan (1500,1500).

52 106 Translasi koordinat painting tersebut dengan J Lpix dan J Bpix, maka koordinat painting tersebut sekarang telah berada di posisi (500,2500). Ikon ikan/kapal kemudian digambarkan pada koordinat painting tersebut Mekanisme Penuntun Kapal Nelayan Mekanisme untuk mengetahui arah yang harus dituju oleh sebuah kapal nelayan ditentukan dengan algoritma sebagai berikut: Gambar 3.34 Arah mata angin dan pengkodeannya

53 107 Kode Arah Arah 0 Barat 1 Telah Sampai 2 Timur 3 Barat Laut 4 Utara 5 Timur Laut 6 Barat Daya 7 Selatan 8 Tenggara Tabel 3.2 Kode Arah Posisi kapal pada setiap saat diperoleh dari GPS, posisi tersebut akan selalu dibandingkan dengan posisi ikan yang didapat dari Terminal. Pembandingan pertama dilakukan terhadap polaritas lintang kedua titik. Algoritma yang digunakan adalah sebagai berikut: Bila polaritas lintang keduanya sama, maka akan koordinat lintang akan diperiksa. Algoritmanya adalah: o Jika koordinat titik ikan lebih besar dari posisi kapal, dan sama-sama berada pada lintang selatan, maka arah sementara akan diberi kode 7. o Jika koordinat titik ikan lebih besar dari posisi kapal, dan sama-sama berada pada lintang utara, maka arah sementara akan diberi kode 4. o Jika koordinat titik ikan lebih kecil dari posisi kapal, dan sama-sama berada pada lintang selatan, maka arah sementara akan diberi kode 4.

54 108 o Jika koordinat titik ikan lebih kecil dari posisi kapal, dan sama-sama berada pada lintang utara, maka arah sementara akan diberi kode 7. o Jika koordinat titik ikan sama dengan posisi kapal, maka arah sementara diberi kode 1. Bila polaritas lintang keduanya tidak sama, maka akan digunakan algoritma: o Jika titik ikan berada pada lintang utara dan posisi kapal berada pada lintang selatan, maka arah sementara adalah 4. o Jika titik ikan berada pada lintang selatan dan posisi kapal berada pada lintang utara, maka arah sementara adalah 7. Setelah pembandingan pertama selesai dilakukan, maka akan dilakukan pembandingan kedua, pembandingan kedua ini menggunakan koordinat bujur. Pembandingannya adalah sebagai berikut: Bila titik ikan dan titik kapal berada pada polaritas bujur yang sama, maka algoritma sebagai berikut akan digunakan: o Jika koordinat titik ikan lebih besar dari posisi kapal, dan sama-sama berada pada bujur timur, maka kode akan ditambah satu. o Jika koordinat titik ikan lebih besar dari posisi kapal, dan sama-sama berada pada bujur barat, maka kode akan dikurang satu. o Jika koordinat titik ikan lebih kecil dari posisi kapal, dan sama-sama berada pada bujur timur, maka kode akan dikurang satu. o Jika koordinat titik ikan lebih kecil dari posisi kapal, dan sama-sama berada pada bujur barat, maka kode akan ditambah satu. o Jika koordinat titik ikan sama dengan posisi kapal, maka diberi kode 1.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007 Analisis dan Perancangan Sistem Terpusat Penentuan Lokasi Keberadaan Ikan dan Penuntun Kapal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara maju lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara maju lainnya. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi perikanan sudah sangat berkembang pesat di negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara maju lainnya. Nelayan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 29 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram sistem absensi ini dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem Fungsi fungsi dari blok diatas adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. komputer. Data-data tersebut dikirimkan secara nirkabel dari node satu ke node

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. komputer. Data-data tersebut dikirimkan secara nirkabel dari node satu ke node BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Pada metode penelitian tugas akhir ini dilakukan untuk mendapatkan informasi data ketinggian air sungai beserta waktu saat itu untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM 4.1 Pengujian Perangkat Yang Digunakan Sebelum melakukan pengujian sistem secara keseluruhan, terlebih dahulu harus dilakukan pengujian perangkat-perangkat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. ruangan yang menggunakan led matrix dan sensor PING))). Led matrix berfungsi

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. ruangan yang menggunakan led matrix dan sensor PING))). Led matrix berfungsi BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Perancangan Media Penyampaian Informasi Otomatis Dengan LED Matrix Berbasis Arduino adalah suatu sistem media penyampaian informasi di dalam ruangan yang menggunakan

Lebih terperinci

SPC Application Note. SPC Blue-Link (J2) Tabel 1 Hubungan SPC Blue-Link Dengan Komputer

SPC Application Note. SPC Blue-Link (J2) Tabel 1 Hubungan SPC Blue-Link Dengan Komputer SPC SPC Application Note AN183 SPC Blue-Link Config Tool Oleh: Tim IE Artikel berikut ini membahas aplikasi Graphical User Interface (GUI) / Config Tool untuk SPC Blue-Link dengan menggunakan bantuan program

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. 3.1 Diagram blok sistem

BAB III PERANCANGAN. 3.1 Diagram blok sistem BAB III PERANCANGAN 3.1 Diagram blok sistem Sistem pada penginderaan jauh memiliki dua sistem, yaitu sistem pada muatan roket dan sistem pada ground segment. Berikut merupakan gambar kedua diagram blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram dari sistem AVR standalone programmer adalah sebagai berikut : Tombol Memori Eksternal Input I2C PC SPI AVR

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. 1 UMUM Perancangan Mikrokontroler Sebagai Pemroses Data Sistem Informasi Tsunami merupakan suatu sistem yang mampu memberikan informasi secara real time posisi dari buoy

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-51 Application te AN92 GPS Navigator Oleh: Tim IE GPS atau Global Positioning System telah lama digunakan oleh pihak militer sebagai alat navigasi pasukan, pesawat tempur, dan lain-lain. Saat ini GPS

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem Penuntun Satpam. diilustrasikan berdasarkan blok diagram sebagai berikut:

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem Penuntun Satpam. diilustrasikan berdasarkan blok diagram sebagai berikut: BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem Penuntun Satpam Perancangan sistem penuntun satpam bagi keamanan gedung ini dapat diilustrasikan berdasarkan blok diagram sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM 4.1 HASIL RANCANG BANGUN Berdasarkan rancang bangun pada Bab 3, dibuatlah sistem secara keseluruhan. Gambar 4.1 memperlihatkan perangkat keras yang digunakan pada sistem

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN

BAB III RANCANG BANGUN BAB III RANCANG BANGUN 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM Prinsip kerja sistem secara keseluruhan dimulai dari menempatkan sistem penerimaan GPS pada suatu tempat dan menunggu sampai GPS menerima data dengan baik

Lebih terperinci

PROSES PENGAMBILAN DATA SENSOR DARI DQI

PROSES PENGAMBILAN DATA SENSOR DARI DQI PROSES PENGAMBILAN DATA DARI DQI 04 (Wireless Sensor) Modul DQI 04 adalah merupakan modul Data Aquistion yang dilengkapi dengan rangkaian pengkondisi signal standard instrumentasi dan ADC dengan resolusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Software Software arduino merupakan software yang sangat penting karena merupakan proses penginputan data dari komputer ke dalam mikrokontroler arduino menggunakan software

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR Kecerdasan-buatan yang dirancang untuk robot pencari jalur ini ditujukan pada lingkungan labirin (maze) dua dimensi seperti ditunjukkan oleh Gambar

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi dan evaluasi pada saat melakukan perancangan Standalone AVR Programmer. Berikut ini adalah beberapa cara implementasi

Lebih terperinci

TEKNIK REKAM DAN PUTAR SUARA DENGAN MENGGUNAKAN MODUL D VOICE 04

TEKNIK REKAM DAN PUTAR SUARA DENGAN MENGGUNAKAN MODUL D VOICE 04 TEKNIK REKAM DAN PUTAR SUARA DENGAN MENGGUNAKAN MODUL D VOICE 04 Modul D Voice 04, sebuah sub system Delta yang mampu merekam dan memutar suara hingga 8 menit (juga tersedia versi yang 16 menit) memiliki

Lebih terperinci

SST-01 LCD Sub System 01 LCD Interface

SST-01 LCD Sub System 01 LCD Interface SST-01 LCD Sub System 01 LCD Interface DESKRIPSI Sub System 01 LCD Interface adalah merupakan suatu antar muka LCD yang mampu menerima perintah-perintah dari mikrokontroler ataupun PC sebagai Master sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Permasalahan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pendapatan tangkapan ikan tiap nelayan dipengaruhi oleh ketersediaan ikan itu sendiri. Dimana ketersediaan ikan di laut dipengaruhi oleh suhu, salinitas,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. ATMega16

BAB III PERANCANGAN SISTEM. ATMega16 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Parancangan Sistem Blok diagram dari sistem yang dibuat pada perancangan Tugas Akhir ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian pengirim dan bagian penerima pada komputer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. pengujian perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan kinerja

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. pengujian perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan kinerja BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan beberapa hasil pengujian dari hasil penelitian tugas akhir ini. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem pengendalian ketinggian air. 3.1. Gambaran Alat

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN

BAB III RANCANG BANGUN BAB III RANCANG BANGUN 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM Prinsip kerja sistem secara keseluruhan dimulai dari menempatkan sistem penerimaan GPS pada suatu tempat dan menunggu sampai GPS menerima data dengan baik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu Tangkis Indoor Pada lapangan bulu tangkis, penyewa yang menggunakan lapangan harus mendatangi operator

Lebih terperinci

Alat Pengukur Level Air

Alat Pengukur Level Air Alat Pengukur Level Air Deskripsi Sistem ini terdiri dari Bagian Controller, Bagian Sensor dan Bagian GSM Modem di mana Bagian controller berfungsi mendeteksi kondisi sensor dan mengirimkan kondisi tersebut

Lebih terperinci

GPS Starter Kit Application Note AN GPS - GPS Navigator. Oleh: Tim IE

GPS Starter Kit Application Note AN GPS - GPS Navigator. Oleh: Tim IE GPS Starter Kit Application te AN GPS - GPS Navigator Oleh: Tim IE GPS atau Global Positioning System telah lama digunakan oleh pihak militer sebagai alat navigasi. Saat ini teknologi GPS telah dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras Sistem perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh blok diagram berikut: Computer Parallel Port Serial Port ICSP Level

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 ANALISIS

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 ANALISIS 29 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 ANALISIS Dengan menggunakan Visual Basic 6.0 aplikasi perangkat ajar pengelolaan dan perhitungan ekspresi matematika yang akan dibangun dalam penelitian

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-51 Application Note AN73 Pengukur Jarak dengan Gelombang Ultrasonik Oleh: Tim IE Aplikasi ini membahas perencanaan dan pembuatan alat untuk mengukur jarak sebuah benda solid dengan cukup presisi dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Sistem yang dirancang adalah sistem yang berbasiskan mikrokontroller dengan menggunakan smart card yang diaplikasikan pada Stasiun Kereta Api sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai deskripsi alat, perancangan dan realisasi dari

BAB III PERANCANGAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai deskripsi alat, perancangan dan realisasi dari BAB III PERANCANGAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai deskripsi alat, perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak alat. Perancangan perangkat keras menjelaskan tentang hubungan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Papan Penampil Keselamatan Kerja atau Safety Board adalah sebuah

BAB IV PEMBAHASAN. Papan Penampil Keselamatan Kerja atau Safety Board adalah sebuah BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Kerja Safety Board Papan Penampil Keselamatan Kerja atau Safety Board adalah sebuah papan yang digunakan untuk menampilkan data-data terkait informasi keselamatan kerja. Adapun

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Permasalahan Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat dan maju, telah membuat teknologi tidak dapat dipungkiri dapat mempermudah pekerjaan dalam

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH Perancangan software mencakup diagram blog dari sistem kerja software, perancangan posisi objek, penyusunan source code dan cara menggunakan/menjalankan software. Serta Flowchart

Lebih terperinci

Sistem Keamanan Pintu Gerbang Berbasis AT89C51 Teroptimasi Basisdata Melalui Antarmuka Port Serial

Sistem Keamanan Pintu Gerbang Berbasis AT89C51 Teroptimasi Basisdata Melalui Antarmuka Port Serial Rustam Asnawi, Octa Heriana, Sistem Keamanan Pintu Gerbang Berbasis AT89C51 Teroptimasi Sistem Keamanan Pintu Gerbang Berbasis AT89C51 Teroptimasi Basisdata Melalui Antarmuka Port Serial Rustam Asnawi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak. program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak. program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut: BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum hardware yang digunakan untuk menjalankan program aplikasi dengan

Lebih terperinci

Antarmuka PC Keyboard dengan DST-AVR

Antarmuka PC Keyboard dengan DST-AVR Antarmuka PC Keyboard dengan DST-AVR Tata kerja keyboard PC Setiap kali salah satu tombol keyboard ditekan atau dilepas, keyboard akan mengirim kode ke host (host adalah komputer kalau keyboard dihubungkan

Lebih terperinci

DT-Sense Current Sensor With OpAmp Gambar 1 Blok Diagram AN212

DT-Sense Current Sensor With OpAmp Gambar 1 Blok Diagram AN212 DT-AVR DT-AVR Application Note AN212 Monitor Arus pada Motor DC dengan DT-Sense Current Sensor with OpAmp Oleh : Tim IE Pada beberapa aplikasi motor DC terkadang diperlukan suatu pengendalian/pendeteksian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Sistem vision yang akan diimplementasikan terdiri dari 2 bagian, yaitu sistem perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem vision ini adalah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 PERANCANGAN APLIKASI 55 BAB 3 PERANCANGAN APLIKASI Pada penelitian ini penulis menitikberatkan pada pembuatan aplikasi tracking system pada gadget berbasis Android dengan tracker tipe TK-102 menggunakan bahasa pemrograman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa latin computere yang berarti

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa latin computere yang berarti BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa latin computere yang berarti menghitung. Dalam bahasa Inggris komputer berasal dari kata to compute yang artinya

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Modul PAD (Packet Assembler Disassembler) dengan Protokol AX.25 untuk Stasiun Bumi Portabel pada Sistem Komunikasi Satelit

Perancangan dan Pembuatan Modul PAD (Packet Assembler Disassembler) dengan Protokol AX.25 untuk Stasiun Bumi Portabel pada Sistem Komunikasi Satelit Perancangan dan Pembuatan Modul PAD (Packet Assembler Disassembler) dengan Protokol AX.25 untuk Stasiun Bumi Portabel pada Sistem Komunikasi Satelit DICKY RISMAWAN RAHARJO 2209 106 106 Pembimbing : Prof.

Lebih terperinci

DQI 06 DELTA DATA ACQUISITION INTERFACE V.06

DQI 06 DELTA DATA ACQUISITION INTERFACE V.06 DQI 06 DELTA DATA ACQUISITION INTERFACE V.06 Spesifikasi Dapat dialamati hingga 256 modul Resolusi ADC 16 bit Onboard Power Regulator 6 30VDC 1Kb I2C Serial EEPROM UART Port Data sensor dapat dikirim secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. transmisi data streaming menggunakan Zigbee wireless network dengan

BAB III METODE PENELITIAN. transmisi data streaming menggunakan Zigbee wireless network dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah transmisi data streaming menggunakan Zigbee wireless network dengan teknik scheduling metode

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu,

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu, BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM Pengukuran dilakukan untuk mengetahui apakah sistem beroperasi dengan baik, juga untuk menunjukkan bahwa sistem tersebut sesuai dengan yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan modul e-stnk serta penerapannya pada sistem parkir yang menggunakan komunikasi socket sebagai media komunikasi sistem. Perancangan terdiri

Lebih terperinci

adalah jenis-jenis tombol-tombol (buttons) yang dipakai di dalam system ini : Gambar 4.63 : Tombol ruler

adalah jenis-jenis tombol-tombol (buttons) yang dipakai di dalam system ini : Gambar 4.63 : Tombol ruler 159 Selain alat Bantu (tool) seperti yang telah disebutkan di atas, ada juga tomboltombol (buttons) yang berfungsi untuk melakukan beberapa analisis peta. Di bawah ini adalah jenis-jenis tombol-tombol

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3. 1 Perencanaan Rangkaian Dalam menyelesaikan modul dan karya tulis ilmiah ini, untuk membantu mempermudah penulis melakukan beberapa langkah perencanaan sehingga diperoleh hasil

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Untuk membantu dalam proses pemantauan jaringan switch backbone

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Untuk membantu dalam proses pemantauan jaringan switch backbone BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Rancangan Layar Untuk membantu dalam proses pemantauan jaringan switch backbone dibutuhkan sebuah aplikasi yang memiliki user interface agar mudah digunakan. Rancangan

Lebih terperinci

Menampilkan nilai dari 8 kanal ADC ke Port Serial PC oleh Modul ST-51 dan AD-0809 V2.0

Menampilkan nilai dari 8 kanal ADC ke Port Serial PC oleh Modul ST-51 dan AD-0809 V2.0 Menampilkan nilai dari 8 kanal ADC ke Port Serial PC oleh Modul ST-51 dan AD-0809 V2.0 Seringkali dalam suatu system elektronik dibutuhkan komunikasi antara system tersebut dengan PC. Pada art ikel kali

Lebih terperinci

DT-I/O DT-I/O. Application Note AN171

DT-I/O DT-I/O. Application Note AN171 DT-I/O DT-I/O Application Note AN171 Smart Monitoring and Control System dengan menggunakan jalur komunikasi RS-485 Oleh: Tim IE Komunikasi RS-485 saat ini cukup banyak diaplikasikan dalam dunia industri

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROSES HANDSHAKING PADA SATELIT NANO DENGAN STASIUN BUMI MENGGUNAKAN PROTOKOL AX.25

IMPLEMENTASI PROSES HANDSHAKING PADA SATELIT NANO DENGAN STASIUN BUMI MENGGUNAKAN PROTOKOL AX.25 IMPLEMENTASI PROSES HANDSHAKING PADA SATELIT NANO DENGAN STASIUN BUMI MENGGUNAKAN PROTOKOL AX.25 Yusuf Pradana Gautama ), Budi Syihabuddin 2), Inung Wijayanto 3) ),2),3 ) S Teknik Telekomunikasi, Universitas

Lebih terperinci

de KITS Application Note AN51 How 2 Use de KITS SPC Character LCD w/ PC

de KITS Application Note AN51 How 2 Use de KITS SPC Character LCD w/ PC de KITS Application Note AN5 How 2 Use de KITS SPC Character LCD w/ PC Oleh: Tim IE Salah satu fitur yang diunggulkan oleh de KITS SPC Character LCD adalah kemampuannya untuk dihubungkan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu berupa hardware dan software. Table 3.1. merupakan alat dan bahan yang digunakan. Tabel 3.1. Alat dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa latin computere yang berarti menghitung. Dalam bahasa inggris dari kata computer yang berarti menghitung. Dapat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISEM 1.1 Perancangan Perangkat Keras dibawah ini: Sistem yang dirancang terdiri atas beberapa bagian modul yaitu seperti diagram Internet Router E-Buddy Serial to Console Switch HP SMS

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dilakukan pengujian sistem secara keseluruhan. Hal ini dilakukan untuk mengukur kinerja dan tingkat keberhasilan sistem yang telah dirancang dan direalisasikan.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dengan memahami konsep dasar dari sistem meteran air digital yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang mencakup gambaran sistem, prinsip kerja sistem dan komponen komponen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak yaitu dengan studi kepustakaan. Dengan cara ini penulis berusaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. pengujian perangkat lunak (software) dan kinerja keseluruhan sistem, serta analisa

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. pengujian perangkat lunak (software) dan kinerja keseluruhan sistem, serta analisa BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan beberapa hasil pengujian dari hasil penelitian tugas akhir ini. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan aplikasi meliputi server, pengajar dan mahasiswa. Server akan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan aplikasi meliputi server, pengajar dan mahasiswa. Server akan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Perancangan aplikasi meliputi server, pengajar dan mahasiswa. Server akan melakukan koneksi dengan pengajar dan mahasiswa secara unicast dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. pengujian perangkat lunak (software) dan kinerja keseluruhan sistem, serta analisa

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. pengujian perangkat lunak (software) dan kinerja keseluruhan sistem, serta analisa BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan beberapa hasil pengujian dari hasil penelitian tugas akhir ini. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian

Lebih terperinci

SST-21 MOVING SIGN CONTROLLER SYSTEM

SST-21 MOVING SIGN CONTROLLER SYSTEM SST-21 MOVING SIGN CONTROLLER SYSTEM Deskripsi SST-21 adalah merupakan modul sistem kontrol moving sign atau matrix LED di mana proses pengaturan scanning LED dan animasi dilakukan oleh modul ini. Pengguna

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Blok Sistem Blok diagram dibawah ini menjelaskan bahwa ketika juri dari salah satu bahkan ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM

BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM 3.1 Perangkat Keras Perancangan perangkat keras untuk sistem kontrol daya listrik diawali dengan merancangan sistem sensor yang akan digunakan, yaitu sistem sensor

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only)

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only) 1. Operasi Serial Port mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat dari Sistem Interlock pada Akses Keluar Masuk Pintu Otomatis dengan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, pada penelitian ini

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, pada penelitian ini 46 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, pada penelitian ini kami menitikberatkan pada pengunaan GPS sebagai sistem perekam posisi koordinat yang dilalui selama berkendara

Lebih terperinci

DHT11 Temperature and Humidity Sensor Board Gambar 1 Blok Diagram AN196. 5V (Power) GND (Power)

DHT11 Temperature and Humidity Sensor Board Gambar 1 Blok Diagram AN196. 5V (Power) GND (Power) DT-AVR DT-AVR Application Note AN196 Pemantuan Suhu dan Kelembaban Relatif Berbasis DT-AVR Inoduino dan Modul Sensor DHT11 Oleh : Tim IE Terdapat berbagai macam pilihan jenis sensor suhu, dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. AVR ATMega162 sebagai modul master yang bekerja sebagai penghubung antara

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. AVR ATMega162 sebagai modul master yang bekerja sebagai penghubung antara BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi pembahasan mengenai perancangan sistem yang dibuat. Dalam merancang sebuah sistem, dilakukan beberapa perancangan mengenai sistem yang akan dirancang terlebih dahulu.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Yang Dirancang Pada dasarnya alat yang dibuat ini adalah untuk melakukan suatu transfer data karakter menggunakan gelombang radio serta melakukan pengecekan

Lebih terperinci

AVR Application Note AN187 Monitoring Suhu Nirkabel (Bahasa C)

AVR Application Note AN187 Monitoring Suhu Nirkabel (Bahasa C) D-AVR D-AVR AVR Application Note AN187 Monitoring Suhu Nirkabel (Bahasa C) Oleh: im IE Komunikasi data secara nirkabel (wireless) saat ini berkembang cukup cepat. Cukup banyak media komunikasi yang bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi dengan satelit maupun selular, seperti Global Positioning System (GPS)

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi dengan satelit maupun selular, seperti Global Positioning System (GPS) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah sangat pesat pada beberapa dekade terakhir. Dahulu penangkapan ikan dilakukan dengan berbagai macam alat sederhana, seperti tombak, alat pancing,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. objek, analisis blob, SMS service, dan video saving. Deteksi objek adalah proses untuk

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. objek, analisis blob, SMS service, dan video saving. Deteksi objek adalah proses untuk BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Spesifikasi rancangan program Secara garis besar program dapat dibagi menjadi 4 bagian besar, yaitu deteksi objek, analisis blob, SMS service, dan video saving. Deteksi objek

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT LUNAK

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT LUNAK BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT LUNAK 4.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Lunak Perangkat lunak pada wahana bertujuan untuk memudahkan proses interaksi antara wahana dengan pengguna. Pengguna

Lebih terperinci

= t t... (1) HASIL DAN PEMBAHASAN

= t t... (1) HASIL DAN PEMBAHASAN 10 bertujuan untuk melihat lama pengiriman data dari klien (perumahan) hingga ke pos pemantauan. Waktu respon sistem dihitung dengan menggunakan fungsi sebagai berikut: t respon = t t... (1) server klien

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN LAYANAN LBS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SMS GATEWAY

BAB IV PENERAPAN LAYANAN LBS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SMS GATEWAY BAB IV PENERAPAN LAYANAN LBS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SMS GATEWAY Dalam bab ini diuraikan bagaimana layanan LBS diterapkan/digunakan pada perusahaan logistik untuk tracking armada dengan menggunakan

Lebih terperinci

DQI-03 DELTA ADC. Dilengkapi LCD untuk menampilkan hasil konversi ADC. Dilengkapi Zero offset kalibrasi dan gain kalibrasi

DQI-03 DELTA ADC. Dilengkapi LCD untuk menampilkan hasil konversi ADC. Dilengkapi Zero offset kalibrasi dan gain kalibrasi DQI-03 DELTA ADC Spesifikasi : Resolusi 10 bit 12 Ch ADC USB/RS232 Interface Dilengkapi LCD untuk menampilkan hasil konversi ADC Dilengkapi Zero offset kalibrasi dan gain kalibrasi Delta subsystem protokol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN IMPLEMENTASI

BAB IV HASIL DAN IMPLEMENTASI BAB IV HASIL DAN IMPLEMENTASI IV.1. Algoritma Algoritma merupakan urutan langkah-langkah berhingga untuk memecahkan masalah logika atau matematika (Tata Surbakti, Pemrograman Terstruktur, 2004, hal : 21).

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat suatu alat yang dapat menghitung biaya pemakaian

Lebih terperinci

DT-I/O. DT-I/O Application Note

DT-I/O. DT-I/O Application Note DT-I/O DT-I/O Application Note AN194 Desktop Based Pressure and Temperature Monitoring via TCP/IP Oleh: Tim IE Pada AN192 telah dibahas contoh pertukaran data antara mikrokontroler dengan komputer melalui

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dilakukan implementasi dan pengujian terhadap Aplikasi Power Control. Tahapan ini dilakukan setelah analisa dan perancangan selesai dilakukan dan akan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM PEMANTAUAN POSISI DAN TINGKAT PENCEMARAN UDARA BEGERAK

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM PEMANTAUAN POSISI DAN TINGKAT PENCEMARAN UDARA BEGERAK 36 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM PEMANTAUAN POSISI DAN TINGKAT PENCEMARAN UDARA BEGERAK 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM Sistem pemantauan posisi dan tingkat pencemaran udara bergerak, merupakan sebuah sistem yang

Lebih terperinci

PC-Link. 1x Komputer / Laptop dengan OS Windows 2000, Windows XP atau yang lebih tinggi. Gambar 1 Blok Diagram AN200

PC-Link. 1x Komputer / Laptop dengan OS Windows 2000, Windows XP atau yang lebih tinggi. Gambar 1 Blok Diagram AN200 PC-Link PC-Link Application Note AN200 GUI Digital Input dan Output Oleh: Tim IE Aplikasi ini akan membahas software GUI (Grapic User Interface) yang digunakan untuk mengatur Digital Input dan Output pada.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. besar berupa gambar dengan tujuan agar sebuah sistem dapat lebih mudah

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. besar berupa gambar dengan tujuan agar sebuah sistem dapat lebih mudah BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Interface Blok Diagram Interface adalah bagian-bagian dan alur kerja sistem yang bertujuan untuk menerangkan cara kerja dan alur sistem tersebut

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI ADMINISTRASI & MANAGEMENT JARINGAN. PRAKTIKUM 3 Pemrograman Socket dengan TCP

LAPORAN RESMI ADMINISTRASI & MANAGEMENT JARINGAN. PRAKTIKUM 3 Pemrograman Socket dengan TCP LAPORAN RESMI ADMINISTRASI & MANAGEMENT JARINGAN PRAKTIKUM 3 Pemrograman Socket dengan TCP Oleh : Teesa Wijayanti 2 D3 IT B 2103141036 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Praktikum 3 Pemrograman Socket

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. transmisi data dari Arduino ke Raspberry Pi 2 dan Arduino ke PC pembanding.

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. transmisi data dari Arduino ke Raspberry Pi 2 dan Arduino ke PC pembanding. BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan beberapa hasil pengujian dari hasil penelitian tugas akhir ini. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci