ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT FERTILITAS DI SUMATERA UTARA
|
|
- Hamdani Djaja Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT FERTILITAS DI SUMATERA UTARA Azantaro*, Ramli**, Rujiman** *Alumnus S2 PWD SPs USU/BPS Provinsi Sumatera Utara **Dosen PWD USU Abstract: Substantially, the goal of development is to bring welfare to the people of a region. The Gross Regional Domestic Product (GRDP) per capita is one of the indicators to measure the welfare rate of the communty members of a region. It means that the result of development of a region is not only obtained by increasing the GRDP but also by reducing the number of population. Reducing fertility rate is one of the ways to control the number of population. To indirectly reduce the fertility rate can also indirectly bring welfare to the population of a region. The many factors influencing the fertility rate in a region are, among other things, level of income, level of education, the age when doing the first marriage, length of marriage, occupation, and the family planning method used. The result of path analysis showed that there were 3 (three) factors that can reduce the fertility rate, namely, to increase income, to improve education, and to mature the age of marriage while length of marriage, occupation, and the family planning method used even had a positive influence on the fertility rate.. Abstrak: Pada hakekatnya tujuan dari Pembangunan adalah mensejahterakan masyarakat suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Artinya hasil pembangunan suatu wilayah tidak hanya didapat dengan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto saja, tetapi dapat juga dengan menekan jumlah penduduk. Menekan jumlah kelahiran merupakan salah satu cara untuk menekan (mengendalikan) jumlah penduduk. Menekan jumlah kelahiran secara tidak langsung juga dapat mensejahterakan penduduk di suatu wilayah secara tidak langsung. Banyak faktor yang memengaruhi tingkat kelahiran di suatu wilayah antara lain tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, usia kawin pertama, lama usia perkawinan, status pekerjaan, dan penggunaan alat/cara KB. Untuk itu diperlukan suatu penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menekan tingkat kelahiran di suatu wilayah. Berdasarkan analisis path, ada tiga faktor yang dapat menekan tingkat kelahiran yaitu meningkatkan pendapatan, meningkatkan pendidikan, dan pendewasaan usia perkawinan sedangkan lama usia perkawinan, status pekerjaan, dan penggunaan alat/cara KB justru berpengaruh positif terhadap tingkat kelahiran. Kata kunci: Fertitilas, Pengembangan Wilayah, dan Analisis Path PENDAHULUAN Pada hakekatnya tujuan Pembangunan adalah mensejahterakan masyarakat suatu daerah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Artinya hasil pembangunan suatu wilayah tidak hanya didapat dengan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto saja, tetapi dapat juga dilakukan dengan menekan jumlah penduduk. Fertilitas (kelahiran) merupakan salah satu dinamika kependudukan selain mortalitas (kematian), migrasi, dan perkawinan yang memengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu wilayah (Bogue, 1965). Fertilitas merupakan faktor yang menambah jumlah penduduk, sedangkan mortalitas merupakan faktor 1
2 Azantaro, Ramli, Rujiman: Analisis Faktor-Faktor yang mengurangi jumlah penduduk di suatu wilayah. Tingginya fertilitas berakibat bertambahnya penduduk secara tidak terkendali sehingga akan berdampak kepada penghambat pembangunan, seperti meningkatnya kemiskinan, kelaparan, pengangguran, kriminalitas, kerawanan, dan kerusakan lingkungan. Dengan kondisi tersebut menekan jumlah kelahiran perlu dilanjutkan dan lebih di intensifkan lagi. Banyak Faktor yang menyebabkan tingginya fertilitas di suatu wilayah. (Handiyatmo, 2010) Fertilitas cenderung dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi. Jumlah kelahiran hidup yang terjadi ditentukan oleh faktor demografi misalnya distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, jumlah wanita subur, usia kawin pertama, lamanya usia perkawinan, pendidikan, dan lain-lain. Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilaksanakan BPS (Badan Pusat Statistik) setiap tahun tidak hanya menyediakan data fertilitas dan keluarga berencana, tetapi juga menyediakan datadata pendukung yang dapat menjelaskan tinggi atau rendahnya fertilitas di suatu wilayah seperti pengeluaran konsumsi per kapita/bulan, pendidikan, usia pekawinan pertama, lama usia perkawinan, status pekerjaan, dan penggunaan alat/cara KB METODE Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang diperkirakan dapat memengaruhi Tingkat Fertilitas pada Pasangan Usia Subur yaitu wanita berusia tahun yang berstatus kawin. Faktor-faktor yang memengaruhi fertilitas atau jumlah anak yang dilahirkan hidup di Provinsi Sumatera Utara. tersebut antara lain: partisipasi menggunakan alat/cara KB, usia kawin pertama, lamanya usia perkawinan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Jenis dan Sumber Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis faktorfaktor yang memengaruhi Tingkat Fertilitas di Provinsi Sumatera Utara adalah data sekunder, yaitu Raw Data (data mentah) Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik. Susenas 2010 dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dengan ukuran sampel sekitar rumahtangga yang tersebar di seluruh provinsi baik wilayah perkotaan maupun perdesaan. Untuk Provinsi Sumatera Utara, jumlah sampel sebanyak rumahtangga yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Metode Analisis Data Penulis menggunakan metode analisis jalur untuk melihat pengaruh langsung maupun tidak langsung antara variable bebas (eksogen) dan variabel tidak bebas (endogen). HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan, dimana hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 berjumlah 10,26 juta jiwa, dan hasil SP2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk selama periode berdampak kepada kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km 2, meningkat menjadi 161 jiwa per km 2 pada tahun 2000, dan selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi 188 jiwa per km 2. Laju pertumbuhan 2
3 Jurnal Ekonom, Vol 18, No 1, Januari 2015 penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun menjadi 1,22 persen per tahun. Penduduk laki-laki di Sumatera Utara sedikit lebih banyak dari penduduk perempuan. Pada tahun 2010 penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah sekitar jiwa dan penduduk perempuan sebesar jiwa. Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah wanita usia subur (WUS) di Provinsi Sumatera Utara sebesar 3,46 juta jiwa dimana sebanyak 2,45 juta jiwa berstatus kawin. Dilihat menurut kelompok umur, jumlah pasangan usia subur (PUS) tertinggi berada pada kelompok umur tahun sebanyak jiwa. Di sisi lain terdapat 106,327 jiwa wanita usia tahun yang berstatus kawin. Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator pendidikan yang menggambar persentase penduduk yang masih sekolah menurut kelompok usia sekolah yaitu umur 7-12 tahun dan umur tahun sebagai pendidikan dasar, tahun pada pendidikan menengah dan usia tahun pada pendidikan tinggi. Pada umumnya partisipasi sekolah pada tingkat pendidikan dasar masih cukup tinggi, namun angka ini akan semakin turun untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi. APS usia 7-12 tahun hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010 sebesar 98,90 persen, APS usia tahun sebesar 92,26 persen, APS usia tahun sebesar 66,96 persen, dan APS usia tahun sebesar 15,65 persen. Jika diperhatikan APS pada kelompok umur pendidikan yang lebih tinggi semakin rendah. Hal ini pada akhirnya akan berdampak kepada tingginya kelahiran akibat pernikahan yang dilakukan pada usia dini. Fertilitas dan Keluarga Berencana Usia perkawinan wanita mempunyai pengaruh bagi perkembangan jumlah penduduk, karena berpengaruh terhadap fertilitas. Semakin rendah Usia Kawin Pertama, semakin besar resiko yang dihadapi selama masa kehamilan/melahirkan, baik keselamatan ibu maupun anak. Kondisi ini disebabkan belum matangnya rahim wanita muda untuk proses berkembangnya janin atau belum siapnya mental menghadapi proses kehamilan. Sebaliknya semakin tinggi usia perkawinan yang melampaui batas yang dianjurkan juga sangat beresiko pada masa kehamilan dan melahirkan. Usia perkawinan di bawah umur (dibawah umur 17 tahun) untuk wanita, ternyata cukup tinggi yaitu sebesar 7,24 persen. Penggunaan alat/cara KB merupakan salah satu upaya untuk menekan jumlah kelahiran. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2010 menunjukkan bahwa wanita berumur tahun bersatatus kawin di Sumatera Utara yang pernah ikut serta dalam keluarga berencana sebanyak 66,18 persen, dan yang masih menggunakan KB sebanyak 48,67 persen. Dilihat dari tipe daerah, pasangan usia subur yang pernah maupun yang masih menggunakan alat/cara KB di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan. Alat/cara KB yang digunakan pasangan usia subur masih di dominasi oleh metode jangka pendek sebesar 84,76 persen, antara lain menggunakan Suntik dan Pil KB masing-masing sebesar 48,09 persen dan 30,81 persen, sedangkan yang menggunakan metode jangka panjang sebanyak 15,24 persen terdiri dari operasi 6,24 persen susuk dan IUD masingmasing sebesar 5,13 persen dan 3,79 persen. 3
4 Azantaro, Ramli, Rujiman: Analisis Faktor-Faktor PEMBAHASAN Tingkat Pendapatan (X 1 ) Tingkat Pendidikan (X 2 ) 0,074 0,339-0,028-0,300 0,043 Usia Kawin Pertama (Y 1 ) Lama Perkawinan (Y 2 ) Status Pekerjaan (Y 3 ) 0,203-0,042 0,114-0,106-0,096 KB (Y 4 ) -0,051-0,165 0,643 0,041 0,081 Jumlah Kelahiran (Y 5 ) -0,040 Persamaan-persamaan jalur yang terbentuk adalah : Y 1 = 0,074 X 1 + 0,339 X 2 (1) Sig (0,000) (0,000) Sig (tabel Anova) = (0,000) R 2 = 13,6 persen Y 2 = 0,043 X 1-0,300 X 2 (2) Sig (0,000) (0,000) Sig (tabel Anova) = (0,000) R 2 = 8,4 persen Y 3 = -0,208 X 2 (3) Sig (0,000) Sig (tabel Anova) = (0,001) R 2 = 0,1 persen Y 4 = 0,042 X 1 + 0,114 X 2-0,096 Y 1 + 0,230 Y 2 0,106 Y 3 (4) Sig (0,000) (0,000) (0,000) (0,000) (0,000) Sig (tabel Anova) = (0,000) R 2 = 6,3 persen Y 5 = - 0,165 X 1-0,051 X 2-0,040 Y 1 + 0,643 Y 2 + 0,081 Y 3 + 0,041 Y 4 (5) Sig (0,000) (0,000) (0,000) (0,000) (0,000) (0,000) Sig (tabel Anova) = (0,000) R 2 = 53,1 persen Dimana : Gambar 1. Diagram dan Koefisien Jalur Hasil Penelitian X 1 = Tingkat Pendapatan X 2 = Tingkat Pendidikan Y 1 = Usia Kawin Pertama Y 2 = Lama Usia Perkawinan Y 3 = Status Pekerjaan Y 4 = Penggunaan Alat/Cara KB Y 5 = Jumlah Kelahiran PENGEMBANGAN WILAYAH 4
5 Jurnal Ekonom, Vol 18, No 1, Januari 2015 Dalam bab pembahasan dilakukan kajian untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan berdasarkan koefisien jalur (standardized regression). Hasil analisis yang telah dijelaskan pada sub bab 4.3, selanjutnya akan dibahas relevansinya dengan teori-teori yang ada, dan penelitian sebelumnya. Pengaruh Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pendidikan Terhadap Usia Kawin Pertama Muzaffak (2013) menyebutkan terdapat pengaruh signifikan antara status ekonomi orang tua dalam hal mengambil keputusan mengawinkan anak di Desa Karang Duwak Kecamatan Arosbaya Kabupaten Bangkalan, sedangkan Rohmah (2013) menyebutkan bahwa pendapatan orang tua tidak signifikan pengaruhnya terhadap peran orangtua dalam mengawinkan anak. Berbeda dengan kedua penelitian tersebut tingkat pendapatan yang digunakan dalam penelitian ini didekati dengan pendekatan pengeluaran konsumsi per kapita per bulan dari rumahtangga responden saat ini, bukan pendapatan dari orang tua wanita usia subur. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang serupa dengan penelitian Muzaffak (2013) yaitu tingkat pendapatan secara signifikan berpengaruh positif usia kawin pertama. Pendidikan merupakan hak asasi manusia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan baik disadari atau tidak semakin lama masyarakat tersebut akan memasuki bahtera rumahtangga. Sejalan dengan hal tersebut penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi usia kawin pertama. Hal ini sejalan dengan penelitian Astuti (2011) yang menyimpulkan bahwa pendidikan formal responden berpengaruh positif secara signifikan terhadap usia perempuan pada perkawinan pertama di Kecamatan Pamulang Tanggerang Selatan. Pengaruh Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pendidikan Terhadap Lama Usia Perkawinan Zurni (2008) menyebutkan bahwa faktor ekonomi dan faktor ekonomi secara bersama berpengaruh terhadap perceraian gugat di pengadilan tinggi agama Kota Bukit Tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zurni (2008) yaitu tingkat pendapatan secara signifikan berpengaruh positif terhadap lama usia perkawinan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perceraian semakin tinggi pada tingkat pendapatan rendah. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi penduduk tersebut akan memasuki usia perkawinannya, maka semakin pendek lama usia perkawinannya. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Status Pekerjaan Pendidikan berpengaruh negatif terhadap status pekerjaan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin kecil kesempatan bagi pasangan usia subur untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini juga dapat dilihat dari data ketenagakerjaan hasil Sensus Penduduk 2010, dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi berada pada pendidikan SMU/SMK yang mencapai 7,4 persen sedangkan TPT untuk tingkat SLTP hanya 5,3 persen, dan SD kebawah hanya 1,9 persen. Pengaruh Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan, Usia Kawin Pertama, Lamanya Usia Perkawinan, dan Status Pekerjaan Terhadap Penggunaan Alat/Cara KB. Penelitian ini tingkat pendapatan berpengaruh negatif terhadap penggunaan alat/cara KB artinya program KB sudah banyak menjangkau masyakakat bawah, sesuatu hal yang wajar mengingat program KB lebih banyak diprioritaskan untuk keluarga pra KS dan KS 1 yang identik dengan keluarga dengan tingkat pendapatan rendah. Pendidikan merupakan hak asasi manusia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap wawasan dan pengetahuan ibu, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin banyak informasi/pengetahuan mengenai kesehatan maupun alat kontrasepsi sehingga ibu dapat mengambil keputusan yang tepat dan 5
6 Azantaro, Ramli, Rujiman: Analisis Faktor-Faktor efektif tentang alat kontrasepsi mana yang akan digunakan. Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian menyimpulkan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi masyarakat yang menggunakan alat/cara KB. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumini (2009) yang melakukan analisis variabel yang berasosiasi dengan penggunaan alat kontrasepsi berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, Sumini (2009) menyimpulkan bahwa semakin meningkat level pendidikan akan meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi. Pengaruh Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan, Usia Kawin Pertama, Lamanya Usia Perkawinan, Status Pekerjaan, dan Penggunaan Alat/Cara KB Terhadap Jumlah Kelahiran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menekan jumlah kelahiran dapat dilakukan melalui 3 (tiga) cara yaitu : meningkatkan pendapatan, meningkatkan pendidikan, dan pendewasaan usia perkawinan. Di sisi lain, penggunaan alat/cara KB yang salah satu fungsinya untuk mengendalikan jumlah kelahiran, justru berpengaruh positif terhadap jumlah kelahiran, dengan perkataan lain pasangan usia subur yang pernah/masih menggunakan alat/cara KB justru mempunyai anak lebih banyak dari pasangan usia subur yang tidak pernah menggunakan alat/cara KB. Penelitian ini menghasilkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh negatif (menekan) jumlah kelahiran sejalan dengan hasil penelitian bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap wawasan dan pengetahuan ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin banyak informasi kesehatan yang diperolehnya, sehingga pengetahuan atau informasi mengenai alat kontrasepsi akan semakin baik sehingga ibu dapat mengambil keputusan yang tepat dan efektif tentang alat kontrasepsi mana yang akan digunakan. Selain itu tingkat pendidikan juga dapat menekan jumlah kelahiran secara tidak langsung melalui peningkatan Usia Kawin Pertama dimana wanita yang berpendidikan lebih tinggi otomatis akan menunda perkawinannya yang pada akhirnya akan menekan jumlah kelahiran karena masa reproduksi yang semakin singkat. Tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap jumlah kelahiran atau fertilitas sejalan pada banyak penelitian lain, seperti yang dilakukan oleh Israwati (2009) yang meneliti faktor-faktor penentu fertilitas di Indonesia dengan menggunakan data SDKI 2009 dan Ispriyanti (1999) yang meneliti faktor-faktor yang memengaruhi fertilitas di Kota Semarang-Provinsi Jawa Tengah. Tingkat pendapatan berpengaruh negatif terhadap jumlah kelahiran sejalan dengan teori Leibenstein, yang menyebutkan bahwa anak memiliki 2 (dua) fungsi yaitu fungsi kegunaan dan fungsi biaya. Keluarga tidak mampu cenderung untuk mempunyai anak banyak, karena anak akan membantu ekonomi keluarga maupun mengharapkan balas jasa dari anaknya di kemudian hari, sedangkan keluarga yang mampu cenderung untuk mempunyai anak sedikit karena tidak mengharapkan balas jasa dari anak apabila dewasa kelak. Bagi keluarga mampu semakin banyak anak berarti akan semakin banyak pengeluaran untuk membesarkannya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ispriyanti (1999) di Kabupaten Semarang, tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap jumlah kelahiran di Kabupaten Semarang-Jawa Tengah. Ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Semarang semakin miskin semakin sedikit anaknya sedangkan di Sumatera Utara semakin miskin semakin banyak anaknya. Keluarga miskin yang mempunyai anak banyak cenderung akan menghasilkan generasi yang miskin, namun apabila keluarga miskin hanya mempunyai anak sedikit, anak tersebut masih dapat diberikan pendidikan berkualitas sehingga dapat bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang layak yang pada akhirnya akan terhindar dari kemiskinan setelah dewasa kelak. Status pekerjaan yang berpengaruh positif terhadap jumlah anak yang dilahirkan tidak sejalan dengan pendapat Harry. T. Oshima yang menjelaskan tentang perilaku pasangan usia subur yang bekerja sebagai buruh pada masa industrialisasi di 6
7 Jurnal Ekonom, Vol 18, No 1, Januari 2015 Inggris cenderung untuk memiliki jumlah anak sedikit supaya tidak mengganggu pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena di Sumatera Utara belum terjadi industrialisasi. Selain itu dalam penelitian ini status pekerjaan pasangan usia subur hanya digolongan menjadi tidak bekerja dan bekerja, dimana bekerja di sini tidak hanya sebagai pekerja formal (buruh maupun pengusaha) tetapi juga sebagai pekerja informal. Penelitian ini juga menghasilkan penggunaan alat/cara KB berpengaruh positif terhadap jumlah kelahiran, disisi lain tingkat pendapatan berpengaruh negatif terhadap penggunaan alat/cara KB artinya bahwa program KB sudah banyak menjangkau masyakakat pendapatan rendah. Ini menunjukkan bahwa alat/cara KB yang digunakan oleh masyarakat kurang efektif karena masih di dominasi oleh alat/cara jangka pendek sebanyak 84,76 persen. Penggunaan alat/cara KB yang berpengaruh positif terhadap jumlah kelahiran sejalan dengan penelitian Israwati (2009) yang menggunakan data SDKI 2007 (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) untuk wilayah Indonesia. Namun kesimpulan ini berbeda dengan penelitian Rujiman (2011) yang menyimpulkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh negatif di negara Asia. Di sisi lain penulis menyadari masih ada beberapa variabel yang memengaruhi jumlah kelahiran seperti pembagian wilayah (perkotaan dan perdesaan), budaya masyarakat maupun jumlah anak yang sudah meninggal yang dapat memengaruhi jumlah kelahiran di suatu wilayah. Pengaruh Menekan Tingkat Fertilitas Terhadap Pengembangan Wilayah Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Per kapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. Meningkatkan PDRB per kapita tidak hanya dengan meningkatkan PDRB tetapi juga dengan menekan jumlah penduduk. Di sisi lain kelahiran merupakan salah satu faktor yang dapat menambah jumlah penduduk sehingga menekan jumlah kelahiran merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Selain PDRB per kapita, IPM (Indeks Pembangunan Manusia) merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan manusia di suatu wilayah. IPM merupakan indikator komposit yang menggabungkan indikator kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Menekan kelahiran secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ketiga komponennya (kesehatan, pendidikan, dan ekonomi). Seorang ibu yang mempunyai jumlah anak sedikit akan mengurangi resiko dirinya meninggal pada saat hamil/melahirkan/nifas maupun resiko kematian bagi bayi yang dilahirkan, dan gizi anak. Di bidang pendidikan, dengan jumlah anak yang sedikit setiap rumahtangga akan dapat memberikan pendidikan yang lebih berkualitas kepada anaknya. Di bidan ekonomi, dengan jumlah anak yang sedikit setiap rumahtangga akan mempunyai kesempatan untuk menabung sehingga akan meningkatkan daya beli rumahtangganya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ada 6 pilar/aspek pengembangan wilayah diantaranya adalah aspek sosial dan aspek ekonomi. Menekan kelahiran erat kaitannya dengan aspek sosial dan aspek ekonomi, dimana menekan jumlah kelahiran berdampak kepada meningkatnya aspek sosial seperti meningkatnya kualitas SDM, dan derajat kesehatan masyarakat maupun meningkatnya aspek ekonomi seperti meningkatnya daya beli masyarakat. Secara makro, menekan kelahiran dapat mengurangi beban pembangunan, dimana hal ini dapat diukur dengan dependency ratio (angka beban ketergantungan). Angka beban ketergantungan Provinsi Sumatera Utara sebesar 59,05 persen yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak 59 penduduk usia tidak produktif. Hal ini jauh berada di atas negara-negara lain seperti Brunei Darussalam sebesar 44,6 persen dan Australia sebesar 45,9 persen. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka upaya-upaya yang perlu dilakukan 7
8 Azantaro, Ramli, Rujiman: Analisis Faktor-Faktor yang dapat menekan jumlah kelahiran di Provinsi Sumatera Utara adalah meningkatkan tingkat pendidikan, meningkatkan pendapatan, pendewasaan usia perkawinan, dan menpertajam sasaran program KB. Meningkatkan pendidikan dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan bersekolah setidaknya sampai dengan tingkat SLTA. Sedangkan pendewasaan usia perkawinan dapat dilakukan melalui sosialisasi merubah pola pikir masyarakat untuk tidak menikah pada usia muda maupun dengan memberikan pelatihan life skill agar wanita usia muda yang putus sekolah sehingga mempunyai kesibukan dengan pekerjaannya. Pemberian pelatihan life skill tidak hanya akan menambah penghasilannya tetapi juga akan menunda usia perkawinannya. Mempertajam segmentasi sasaran program KB kepada pasangan usia muda dengan jumlah anak rendah serta lebih mengintensifkan penggunaan alat/cara KB metode jangka panjang seperti IUD/AKDR/Implant, dan susuk. KESIMPULAN 1. Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap Usia Perkawinan Pertama.. 2. Tingkat Pendapatan berpengaruh positif terhadap Lama Usia Perkawinan sedangkan Tingkat Pendidikan berpengaruh negatif terhadap Lama Usia Perkawinan. 3. Tingkat Pendidikan berpengaruh negatif terhadap status pekerjaan. 4. Tingkat pendapatan, usia kawin pertama, dan status pekerjaan berpengaruh negatif terhadap penggunaan alat/cara KB sedangkan tingkat pendidikan dan lama usia perkawinan berpengaruh positif terhadap penggunaan alat/cara KB. 5. Tingkat pendapatan, usia perkawinan pertama, dan tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap jumlah anak yang dilahirkan hidup sedangkan lama usia perkawinan, status pekerjaan, dan penggunaan alat/cara KB berpengaruh positif terhadap jumlah anak yang dilahirkan hidup. SARAN 1. Meningkatkan kesempatan untuk melanjutkan bersekolah sampai dengan tingkat SLTA/sederajat. 2. Sosialisasi pentingnya pendewasaan usia perkawinan serta pemberian life skill kepada wanita usia muda khususnya yang putus sekolah. 3. Mempertajam segmentasi sasaran penggunaan alat/cara KB dengan fokus kepada pasangan usia muda dengan paritas rendah serta lebih banyak menggunakan alat/cara KB metode jangka panjang seperti IUD/Susuk/Implan. DAFTAR RUJUKAN Astuti, Berlina Dwi Pengaruh Pendidikan Formal Terhadap Usia Perempuan Pada Pernikahan Pertama. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Statistik Kesejahteraan Rakyat Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional. BPS Provinsi Sumatera Utara. Medan Ispriyanti, Dwi. Widiharih, Tatik. Sunarsih. Marudani, Asib I dan Sugiarto, Aris Analysis Path dan Penggunaannya dalam Fertilitas, Laporan Kegiatan, Fakultas MIPA Universitas Diponegoro. Semarang. Iswarati Analisa Lanjut SDKJ Proximate Determinan Fertilitas di Indonesia. Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN. Jakarta. Muzaffak Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Ekonomi Terhadap Pola Keputusan Orang Tua Untuk Mengawinkan Anaknya Di Desa Karang Duwak Kecamatan Arosbaya Kabupaten Bangkalan. Jumal Paradigma Volume OJ Nomor 01 Tabun Fakultas IImu Sosial Universitas Negeri Surabaya. Surabaya Rujiman Analisis Faktor-Faktor Penentu Fertilitas di Negara Asia. Wahana Hijau. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Swnatera 8
9 Jurnal Ekonom, Vol 18, No 1, Januari 2015 Utara. Medan. Vol. 1, NO.2 Desember Sumini. Tsalatsa, Yam'ah dan Kuntohadi, Wahyono Analisa Lanjut SDKI 2007Analisis Variabe1 variabel yang berasosiasi dengan penggunaan alat kontrasepsi. Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN. Jakarta. Sumini. Tsalatsa, Yam'ah dan Kuntohadi, Wahyono Analisa Lanjut SDKI 2007Analisis Hubungan antara Jenis Pemakaian Alat Kontrasepsi dengan Tingkat Fertilitas. Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN. Jakarta. Todaro, Michael P Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid I. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta. USAID-BPS-BKKBN-DEPKES Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. BPS RI. Jakarta. Zurni Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perceraian Gugat Di Pengadilan Agama Bukit Tinggi. Tesis. Universitas Andalas. Padang. 9
BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk yang begitu besar di Negara yang sedang berkembang seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Dalam Wicaksono
Lebih terperinciAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelahiran di Kabupaten Brebes dengan Pendekatan Regresi Logistik Biner
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi di Kabupaten Brebes dengan Pendekatan Regresi Logistik Biner Roni Guntara 1), Safa at Yulianto 2) 1,2 Akademi Statistika (AIS) Muhammadiyah Semarang roniguntara@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, tercatat saat ini jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa (menurut sensus 2010) dan laju
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI
1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS (Jurnal) Oleh AYU FITRI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016 2
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi masalah yang membutuhkan perhatian serius dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi
Lebih terperinciABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK
1 ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK Nanik Oktavia ¹, Trisnaningsih ², Zulkarnain ³ This study aimed to determine the effect of education
Lebih terperincilamban. 1 Pada tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia mengalami lonjakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Cina, India
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk mencapai 7.608.405 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.
Lebih terperinciBoleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya
INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat, penyebaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN SUMBER DATA
PENDAHULUAN Masalah penduduk sangat mempengaruhi gerak pembangunan. KB merupakan salah satu program pembangunan di bidang kependudukan. Masalah kependudukan masih tetap mendapat perhatian yang besar dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk dunia saat ini 7,2 milyar jiwa (menurut CIA World Factbook Tahun 2015). Indonesia menduduki urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak setelah
Lebih terperinciABSTRACT PENGARUH PENDIDIKAN, PEKERJAAN, USIA KAWIN PERTAMA, PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK
ABSTRACT PENGARUH PENDIDIKAN, PEKERJAAN, USIA KAWIN PERTAMA, PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK Lily Hanifah 1) Buchori Asyik 2) Zulkarnain 3) This study aims to determine the effect of education
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar utama dalam pembangunan suatu negara. Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga dengan produktifitasnya yang
Lebih terperinciKETEPATAN KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA BERENCANA MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN REGRESI PROBIT BINER
KETEPATAN KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA BERENCANA MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN REGRESI PROBIT BINER (Study Kasus di Kabupaten Semarang Tahun 2014) SKRIPSI Disusun Oleh : FAJAR HERU SETIAWAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperincimenikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas tidak memadai merupakan salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari masalah pengangguran, kesehatan,
Lebih terperinciAnalisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia
Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014
12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak no. 4 di dunia, yaitu 249 juta jiwa. Di antara negara ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara berkembang di dunia. Hal yang paling mendasar yang umum dijumpai dalam suatu negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya sangat padat. Hal ini terlihat dari angka kelahiran yang terjadi di setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama di Indonesia adalah penduduk yang cukup tingi. Laju pertumbuhan penduduk bervariasi pada tahun 2009 sebesar 2,4%, sedangkan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf
Lebih terperinciFaktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari)
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari) Lennaria Sinaga 1 ; Hardiani 2 ; Purwaka Hari Prihanto 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk terbesar di dunia adalah negara Republik Rakyat Cina, India, Amerika Serikat dan Indonesia merupakan negara terbesar ke empat di dunia. 1 Indonesia
Lebih terperinci(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber
I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan yang baik hanya akan bisa diwujudkan oleh penduduk yang berkualitas baik pula
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental dimana terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu secara seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang bertambah dengan pesat. Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ketahun semakin bertambah
Lebih terperinciANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU
ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA
Lebih terperinciTIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)
TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan
Lebih terperinciStudi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation
Demografi formal Pengumpulan dan analisis statistik atas data demografi Dilakukan ahli matematika dan statistika Contoh : jika jumlah perempuan usia subur (15-49) berubah, apa pengaruhnya pada tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah kependudukan yang masih terjadi di Indonesia. Indonesia berada di urutan keempat negara dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit"
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah kependudukan merupakan masalah yang terus mendapatkan perhatian pemerintah dan lembaga terkait. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian PRB (Population
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN FERTILITAS DI SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN FERTILITAS DI SUMATERA UTARA PROPOSAL SKRIPSI Diajukan oleh Nama : Hafadh Abdillah Ritonga NIM : 060501038
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepadatan penduduk menjadi masalah pemerintah yang menjadi problem dalam pertumbuhan penduduk. Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan titik sentral pembangunan. Konsep ini lahir dari Konfrensi Asia Pasifik ke 5 di Bangkok, Thailand pada Desember 2002. Dalam konsep ini, penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 248,8 juta jiwa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan, hingga saat ini Indonesia masih menduduki peringkat empat di dunia dengan Jumlah penduduk Indonesia sebanyak
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Bali dari periode ke periode, selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk
Lebih terperinciPERKAWINAN DAN PERCERAIAN
PERKAWINAN DAN PERCERAIAN 1. Pendahuluan Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh fertilitas. Perkawinan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak era reformasi digulirkan, program Keluarga Berencana (KB) dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun 1967 telah terjadi penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia merupakan contoh program yang paling berhasil di dunia. Meski begitu, ternyata laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Peran program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK DEMOGRAFI SOSIAL EKONOMI PUS PENGGUNA MOW DAN MOP DI TANJUNG ANOM
1 KARAKTERISTIK DEMOGRAFI SOSIAL EKONOMI PUS PENGGUNA MOW DAN MOP DI TANJUNG ANOM Muflihati Hasanah 1, Buchori Asyik 2, Nani Suwarni 3 The purpose of this research was to assess the characteristic of demographic,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i PERSYARATAN GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERSYARATAN GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Dimana perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 No. ISBN ISBN Number : 4102004.3403 No. Publikasi Publication Number : 3403.16.066 Naskah Manuscript
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /
Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612
Lebih terperinciABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK
ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu
Lebih terperinciTANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU
TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun oleh: DHINDA AMALIA TIMUR
KETEPATAN KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA BERENCANA (KB) MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK BINER DAN FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR IN EVERY CLASS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Disusun oleh: DHINDA AMALIA
Lebih terperinciTHE INFLUENCE OF ENVIROMENT AND THE INCOME OF CHILDBEARING COUPLE (PUS) ON THE LEVEL OF FERTILITY IN KOTO BALINGKA DISTRICT WEST PASAMAN ESSAY.
1 1 THE INFLUENCE OF ENVIROMENT AND THE INCOME OF CHILDBEARING COUPLE (PUS) ON THE LEVEL OF FERTILITY IN KOTO BALINGKA DISTRICT WEST PASAMAN ESSAY Oleh : Nenni Hartina*Erna Juita**Rozana Eka Putri** *Mahasiswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah
Lebih terperinciBUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN
BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik
Lebih terperinciBAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program KB di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk sebesar 237.641.326 jiwa sedangkan jumlah penduduk Provinsi Lampung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga
Lebih terperinciKoordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan sebuah pernikahan, namun memutuskan untuk terikat dalam sebuah ikatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi modern memainkan peranan penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian ibu. Kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksikan tahun 2016 jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 miliyar, tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara berkembang (Saifuddin, 2005). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dalam tingkat jumlah penduduk terbesar di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objekobjek tertentu, menghindari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar atau hak fundamental warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah di suatu negara apabila tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008) menunjukkan pada tahun 2007,
Lebih terperinciSEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003
SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003 BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Secara kuantitatif demografis Program KB Nasional mempunyai fungsi
Lebih terperinci