PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008"

Transkripsi

1 PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 350 key DALAM GAS BUANG PAD A SISTEM PENGOLAHAN GAS BUANG SKALA LABORATORIUM MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON Rany Saptaaji Puslitbang Tekn%gi Maju - BATAN Yogyakarta ABSTRAK PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 350 kev DALAM GAS BUANG PADA SISTEM PENGOLAHAN GAS BUANG SKALA LAS ORA TORIUM MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON Da/am tulisan ini disajikan hasil perhitungan keda/aman penetrasi berkas elektron 350 kev dalam bahan gas buang (flue gas) dari PLTU berbahan bakar batu bara. Proses Electron Beam for Flue Gas Treatment (EB-FGT) adalah proses pengolahan kering gas buang menggunakan berkas elektron yang secara simultan dapat mereduksi 802 dan NOx. lradiasi gas buang menghasilkan radikal-radikal aktif yang kemudian bereaksi dengan 802 dan NOx membentuk asam sulfat dan asam nitrat. Dalam proses pengolahan ini diblltuhkan bejana proses yang berfungsi sebagai tempatlwadah terjadinya reaksi antara gas buang dengan berkas elektron. Untuk menentukan dimensi bejana proses perfu ditentukan/dihitung kedalaman penetrasi berkas elektron pada gas tersebut. 8ecara perhitungan diperoleh kedalaman penetrasi optimum berkas elektron 350 ke V ke dalam gas buang adalah 12,208 cm. Kata kunci: gas buang, berkas elektron 350 ke V, penetrasi, bejana proses. ABSTRACT DETERMINA TION OF PENETRA TION DEPTH OF 350 kev ELECTRON BEAM INTO FLUE GAS AT LABORA TORIUM SCALE FLUE GAS TREA TMENT SYSTEM USfNG ELECTRON BEAM MACHINE. Penetration depth calculation of 350 kev electron beam into flue gas from coal fired power plan is presented in this paper. Electron Beam for Flue Gas Treatment (EB-FGT) is a dry treatment process using electron beam to simultaneously reduce 802 and NOx. Flue gas irradiation produces active radicals and then reaction with 802 and NOx produces nitrate acid and sulphate acid. Process vessel is needed in this process as reaction container of flue gas with electron beam. The calculation of electron beam penetration depth into flue gas is used to determine the process vessel dimension. The result of calculation found that the optimum penetration depth of 350 kev electron beam into flue gas is 12,208 cm. Ke.v word: flue gas, electron beam 350 ke V, penetration, process vessel. PENDAHULUAN Pencemaran udara oleh gas buang S02 dan NOx dari hasil pembakaran bahan bakar seperti minyak atau batu bara yang terjadi saat ini kalau tidak dikendalikan akan membahayakan kehidupan manusia, karena kedua gas buang tersebut dapat menimbulkan hujan asam. Kadar pencemaran S02 dan NOx ini dapat dikurangi melalui pengolahan gas buang (Flue Gas Treatment), baik secara konvensional maupun secara maju. Pengolahan gas buang menggunakan Mesin Berkas Elektron (MBE) di negara-negara maju seperti Cina, Jepang dan Polandia pada saat ini telah dilakukan tidak hanya dalam skala laboratorium atau pilot tetapi sudah mulai masuk dalam skala industri. Hal tersebut Rani Saptaaji ISSN

2 PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLIR mengindikasikan bahwa teknologi MBE dipandang eukup baik sebagai sarana pengolah gas buang S02 dan NOx. Berkas elektron dari Mesin Berkas Elektron untuk pengolahan gas buang sejak dua dekade yang lalu telah dikembangkan di beberapa negara maju. Proses Electron Beam for Flue Gas Treatment (EB FGT) adalah proses pengolahan kering gas buang (flue gas) menggunakan berkas elektron yang secara simultan dapat mereduksi S02 dan NOx' lradiasi berkas elektron pada gas buang menghasilkan radikal-radikal aktif dan bereaksi dengan S02 dan NO, membentuk asam suifat dan asam nitrat.(1] Sejalan dengan keeederungan pengolahan gas S02 dan NOx yang dilakukan di negara-negara maju, serta telah tersediaanya peralatan MBE di PTAPB-BA TAN maka perlu kiranya dilakukan kajian mengenai pengolahan gas S02 dan NO, menggunakan MBE. Sebagai langkah awal maka dilakukan peraneangan perangkat.eksperimen pengolah gas buang skala laboratorium menggunakan MBE 350 kev/5 ma yang ada di PTAPB. Salah satu kegiatan yang dapat menunjang terealisasinya perancangan perangkat.eksperimen pengolah gas buang adalah perhitungan penetrasi berkas elektron di dalam gas buang sebagi dasar penentuan dimensi bejana proses (process vessel). Bejana proses berfungsi sebagai tempat/wadah terjadinya reaksi antara gas buang dengan berkas elektron. Dengan melakukan perhitungan penetrasi berkas elektron diharapkan dapat diperoleh data untuk menunjang pembuatan bejana proses gas buang, sehingga dapat mendukung terealisasinya perancangan perangkat.eksperimen pengolah gas buang skala laboratorium. Berkas Elektron untuk Pengolahan Gas Buang Berbagai teknologi dan proses telah dikembangkan untuk mengurangi emisi S02 dan NO., di antaranya adalah FGD (Flue Gas Desulphurisation), SCR (Selective Catalitic Reduction) dan EB-FGT (Electron Beam for Flue Gas Treatment) menggunakan MBE. Penerapan teknologi EB-FGT di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan bahan bakar batu bara merupakan solusi terbaik untuk memeeahkan permasalahan yang berhubungan dengan peraturan mengenai pengelolaan Iingkungan hidup. Selain itu proses radiasi menggunakan MBE mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan proses konvensional (FGD dan SCR) antara lain: merupakan suatu sistem proses yang kompak karena dapat mengolah S02 dan NOx seeara serentak dengan tingkat efisiensi tinggi; ~angat coeok untuk pengolahan gas buang dengan kandungan S02 yang tinggi dan membutuhkan air proses sedikit dibandingkan FGD; ramah lingkungan karena proses akan mengubah polutan menjadi pupuk pertanian dan tidak menghasilkan limbahlpolutan baru; lebih ekonomis ditinjau dari segi konstruksi dan operasi instalasi, serta pengaruh terhadap biaya produksi tenaga Iistrik relatif kecil bahkan ada kemungkinan berubah menjadi keuntungan bila produk pupuk dapat dikelola dengan baik; lahan yang dibutuhkan untuk instalasi ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan teknologi sejenis yang lain. Pengolahan gas buang S02 dan NO, menggunakan berkas elektron pada umumnya merupakan teknologi desulfurisasi dan denitrasi yang dikombinasi dengan penambahan gas amoniak yang dimasukkan ke dalam suatu bejana proses. Ketika gas buang teriradiasi oleh berka..~elektron, komponen gas di dalam bejana tersebut bertumbukkan dengan elektron yang erenerginya eukup untuk menghasilkan ionisasi molekuler, atom bebas dan spesies radikal seperti 0, OH, N dan H02. Radikal bebas terbentuk sangat reaktif dan bila bertemu dengan sulfur dioksida (S02) dan nitrogen oksida (NOx) akan mengubahnya menjadi asam sufat dan asam nitrat, dan dengan adanya penambahan amoniak akan menghasilkan produk samping berupa bahan pupuk pertanian. Ada berbagai parameter yang dapat mempengaruhi pengolahan gas buang menggunakan berkas elektron, antara lain: efisiensi pengambilan polutan (removal eficiency), energi berkas elektron, arus berkas, dan dosis radiasi. Distribusi dosis dan penetrasi berkas elektron memegang peran suatu bahan penting dalam proses iradiasi Gambar 1. Skemaj7ue gas treatment menggunakan berkas elektron Penetrasi Berkas Elektron Jangkau elektron (S) dalam materi adalah jarak tegak lurus dari permukaan bahan/materi 502 ISSN Rani Saptaaji

3 Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan ketika te~jadi tumbukan sampai elektron berhenti memberikan energinya. Jangkau elektron sangat dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain: kerapatan/densitas bahan yang ditumbuk dan energi elektron yang menumbuk. Seeara pendekatan rumusan jangkau elektron dibedakan menjadi tiga katagori energi yaitu: energi rendah antara key, energi medium antara 100 key - 1 MeV dan energi tinggi di atas 1 MeV[4] Pada rentang energi antara 10 key < e VB < 100 kev,jangkau elektron, S= 2,1 x U i2/p (1) Rentang energi e1ektron antara 10 key - 1 MeV, S = 6,67 x 10 -J ) VB 5/3/ P (2) Rentang energi elektron di atas 1 MeV, S= lip (5,1 X 10-7 VB-0,26) (3) -dengan : S = jangkau elektron (em) p = densitas bahan (gr/em3) VB = tegangan pemereepat (Volt) Dari rumus di atas terlihat bahwa makin besar energi elektron yang menumbuk, maka makin dalam jangkau elektron masuk ke bahan, demikian juga semakin besar densitas bahan, jangkau elektron akan semakin dangkal/pendek. 1 9 cm-l , --:"'-;""". '" ~'-L'1.... L~ --.,.--_:.. -t-t-=-"i I'".., I ~ :... j.~ "1 'jt - I / f;/ nilfl. ~-n' 1r).:.:; Zi!'! ~!'4 ; :::. i: u ':.:. ~, _. 1!; ~t. ~ 6 ~ :.. :.,..'I "i":./. ;' ---'-li~--..j ~'1.J --' Ii - : ~;_~:}i7t:.;: -~I ~~,:l; ii' -~-.~ : '. i'" 1[ I : I : :.! I; Z.... I' -- _.L. L_.. ~-. i. Ii: : J L.' I' ,. :I :;! Pada Gambar 2 ditunjukkan hubungan antara kedalaman penetrasi pada bahan dengan berbagai energi elektron yang merupakan hasil pendekatan rumus di atas. Energi yang terserap pada bahan mempunyai distribusi tidak merata, berarti daya yang terserap per satuan volume merupakan fungsi dari jarak. Seeara pendekatan, daya berkas yang diserap persatuan volume paz) pada jarak z dituliskan sebagai berikut: pa(z)/pamak = 1-9/4 (z1s-1/3)2 (4) dengan: PAmak = 4/3 '7A VB J = harga maksimum daya yang terserap per satuan volume pada jarak z = S/3 di permukaan z = jarak dari permukaan bahan S =jangkau elektron VB = tegangan pemereepat J = rapat arus berkas '7A = bagian berkas yang terserap. Jangkau elektron (S) bergantung pada energi kinetik (Ek) dan dapat dihitung untuk bahan dengan nomor atom (Z) rendah menggunakan rum us empiris berikut: S = 0,412 Ek" (5) dengan: n = 1,265-0,095 In Ek, untuk 0,01 < Ek < 2,5 Me V n = 0,53 Ek- 0,106, untuk 2,5 < Ek < 20 MeV. Berkas elektron yang terukur pada target hanya berkas yang mempunyai daya cukup untuk menembus jendela pemayar (scanning window) pada MBE dan udara atmosfer dari jendela pemayar sampai ke target. Selain itu distribusi kedalaman penetrasi pada suatu bahan tidak sarna jangkauannya, tetapi distribusinya sesuai persamaan (4). HASIL DAN PEMBAHASAN, : '.- I.' j;--~-j":-htl. ~...l. I I r ~L_UJIIIt KJ4. 1 ~ 0 8 ms 1.6: I 8 1()$ $'1 J 8iJ Gambar 2. Kedalaman penetrasi Spdengan energi evn Dimana besarnya energi elektron sebanding dengan tegangan pemercepatnya. Secara umum kedalaman penetrasi merupakan perkalian antara jangkau elektron clengan densitas bahan yang dilewati, dan satuan penetrasi tidak terpengaruh oleh densitasnya. Dalam pengolahan gas buang (S02 dan NOx) menggunakan mesin berkas elektron, perlu adanya bejana proses (process vessef) yang berfungsi sebagai tempatlwadah terjadinya reaksi antara gas buang dengan berkas elektron. Dimensi bejana proses perlu diperhitungkan guna memperoleh hasil penanganan gas buang yang optimal. Adapun salah satu hal yang cukup berperan untuk menentukan dimensi bejana proses adalah kemapuan berkas elektron menembus gas buang atau biasa disebut kedalaman penetrasi berkas elektron di dalam materi/bahan. Selain penetrasi berkas elektron, untuk menentukan dimensi dan geometri bejana proses perlu disesuaikan dengan laju alir dari gas buang dan nilai Rani Saptaaji ISSN

4 PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLIR Yogyakar1:a, 28 Agustus 2008 dosis yang diterima gas buang selama berada di dalam bejana proses. Dalam peraneangan perangkat.eksperimen pengolah gas buang telah ditentukan spesifikasi MBE yang digunakan untuk pengolahan gas buang adalah MBE-PT APB dengan kapaisitas energi 350 key, arus berkas elektron 5 ma, window MBE dan window bejana proses dari bahan Titanium dengan tebal masing-masing 50 J..lmdan 25 J..lm,dan eelah udara antara window MBE dengan window bejana proses 15 em. Untuk menentukan kedalaman penetrasi berkas elektron dalam gas buang, perlu dibuat distribusi dosis terhadap penetrasi berkas elektron seeara umum. Dengan menggunakan persamaan (4) dan (5) dan parameter lainnya seperti energi berkas elektron 350 key,jarak z dimulai dari 0 hingga 0,12 g/em2, maka dapat diperoleh harga PA(Z)/PA mak = Dosis(z)/Dosismak sehingga dapat dibuat kurva distribusi dosis terhadap penetrasi berkas elektran seperti ditunjukkan pada Gambar 3, dengan Dosis(z)/Dosismak adalah dosis relatif. 1,2 ~0,8 n; " 0,6 '".~ 0,4 o 0,2 0,02 0,04 0,06 0,08 Penetrasi (grfcm2) Gambar 3. Dosis relatif vs penetrasi berkas elektron Perhitungan kedalaman penetrasi berkas elektron 350 kev Besarnya kedalaman penetrasi (Pt) berkas elektron sebagi fungsi energi elektron dapat dilihat pada kurva Gambar 3. Sedangkan besarnya penetrasi (Pt,) setelah berkas melewati window dan eelah udara adalah: Pfj = Pf - ((Iebal window x p...;ndow) + (Iebal celah udara x Pod.ra)) (6) Untuk mengetahui penetrasi berkas elektron dalam gas buang (Pt2) dapat dihitung sebagi berikut. ~=~~ m dengan p = densitas gas buang Dari data dosis relatif vs penetrasi berkas pada dosis relatif 0,7 (Iihat Gambar 3), besarnya penetrasi (Pt) pada energi berkas 350 key adalah 0,07 gr/cm2 Sehingga besarnya penetrasi berkas (Pt I) setelah melewati window dan eelah udara 0,1 0,12 dapat dihitung menggunakan persamaan (6) sebagai berikut: Pt, = Pt - «(tebal window x PWlIldm..) + (tebal celah udara x Pudara» dengan: tebalwindow MBE = 50 J..lm= 0,005 em tebal window bejana proses = 25 J..lm = 0,0025 em tebal eelah udara = 15 em bahan window MBE dan window bejana proses dari Titanium P'i'anium = 4,6 gr/em3 Pudaro = 0,00125 gr/em3 Sehingga diperoleh besarnya penetrasi setelah berkas melewati window dan eclah udara (Pt,) adalah: Pt, = 0,07 gr/cm2 - (0,005 em x 4,6 gr/em3) + (0,0025 em x 4,6 gr/em3) + (15 em x 0,00125 gr/em3» = 0,01675 gr/em2 Sedangkan besarnya penetrasi dalam gas buang (Pt2) dihitung menggunakan persamaan (7) sebagai berikut: Pt2 = Pt/Pgasbuang dengan Pgasbuang= 0, gr/em3 Pt2= 0,01675 gr/em2: 0, gr/em3 = 12,208 em Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin besar energi berkas elektron maka kedalaman penetrasi semakin dalam, sehingga dapat dikatakan bahwa kedalaman penetrasi berbanding langsung dengan energi berkas elektron. Pada jarak Z = 0 (permukaan bahan), dosis relatif sebesar 75 % disebabkan karena iradiasi elektron belum seluruhnya diserap oleh bahan. Hal ini karena ada sebagian dari berkas elektron yang terharnbur pada saat berinteraksi dengan permukaan bahan. Pada kurva energi 350 key, pada jarak z sekitar 0,04 g/em2 dosis relatifnya 100 % atau maksimum. Ini berarti bahwa dosis terserap semua, hal ini akibat terjadinya serapan berkas elektron seeara maksimal oleh bahan. Setelah jarak z melebihi 0,04 g/em2 kemudian turun secara eksponensial karena dosis mulai berkurang. Hal ini dikarenakan energi elektron berkurang, dimana dosis merupakan besarnya energi yang diserap per satuan volume. Kejadian seperti ini berlaku untuk semua t:nergi dari berkas elektron. Dari masing-masing kurva pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa pada hakekatnya distribusi dosis meningkat dari nilai permukaan ke maksimum pada kedalaman tertentu pada bahan dan seeara perlahan menurun kembali sampai harga terendah pada ujung dari jangkauan elektron, Titik dimana dosis keluar sarna dengan dosis masuk akan menentukan batas ketebalan optimum untuk bahan yang diiradiasi satu sisi (single-sided treatment). Untuk iradiasi pada sisi berlawanan (iradiasi dua sisi), maka total tebal dapat 15 % lebih besar dari ISSN Rani Saptaaji

5 Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan kali tebal optimum pada iradiasi satu sisi, karena adanya overlap ujung dari distribusi dosiskedalaman. Tebal optimum ditentukan agar dalam bahan yang diiradiasi menerima dosis yang seragam. Dalam praktek khususnya dalam industri, perbandingan dosis maksimum/dosis minimum (DmadDmin) yang diterima oleh bahan dapat mencapai I sampai 1,5.[6J Pada proses iradiasi tertentu perlu ditetapkan toleransi harga DmadDmin yang dianggap masih dapat memberikan hasil iradiasi yang baik. Hal ini tergantung kasus demi kasus terhadap perubahan kimia/fisika yang diinginkan terhadap bahan yang diiradiasi. perhitungan kedalaman penetrasi berkas elektron dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berkas elektron masuk di dalam suatu bahan/materi, sehingga ketebelan optimum dari bahan yang diiradiasi dapat ditentukan. Dari hasil perhitungan kedalaman 'penetrasi berkas elektron dalam bahan (Gambar 3) terlihat bahwa semakin besar energi berkas, maka kedalaman penetrasi berkas semakin besar. Untuk energi 350 key, besar dosis efektif yang dapat digunakan agar dapat memenuhi keseragaman dosis relatif ~ 70 % atau DmadDmin dapat meneapai I sampai 1,5, maka kedalaman penetrasi berkas optimum adalah 0,01445 gr/em2. Kedalaman penetrasi optimum ini selanjutnya digunakan untuk menghitung kedalaman penetrasi pacta gas buang yang mempunyai P/{as huan/{ = 0, gr/em3 Dari perhitungan di depan diperoleh kedalaman penetrasi berkas elektron 350 key dalam gas buang adalah 12,208 em. Dengan demikian maka untuk rancangan ukuran ketinnggian bejana proses tidak lebih dari 12,208 em, agar dosis serap yang diterima gas buang masih homogen. 2. Tebal bahan yang dapat diiradiasi dengan berkas elektron berbanding langsung dengan energi berkas elektron dan berbanding terbalik dengan densitas bahan. Hal ini penting diperhatikan, khususnya untuk menentukan kedalaman penetrasi berkas elektron di dalam bahan. 3. Dari hasil perhitungan diperoleh kedalaman penetrasi berkas elektron 350 key dalam gas buang adalah 12,208 em, sehingga ukuran ketinggian bejana proses tidak lebih dari 12,208 em. DAFT AR PUST AKA 1. ANONIM, Proposal Pembuatan Spesifikasi Teknis Sistem Pengolahan Gas Buang PLTU Suralaya Menggunakan Mesin Berkas Elektron, BATAN MIRZAN T. RAZZAK, Dosimetri Industri, Diktat Pelatihan PekeIja Akselerator, Pusdiklat BATAN, Jakarta TANYAJAWAB Rachmi ~ Apa keunggulan alat counter/timer yang telah dibuat ini,jika dibandingkan dengan yang lama? Rani Saptaaji -. Keunggulan alat counter/timer dibandingkan dengan yang lama adalah akurasi data lebih baik, proses data lebih cepat, lebih efektif dan ejisien. KESIMPlJLAN Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Teknologi MBE untuk pengolahan gas buang (flue gas treatment) bertujuan untuk mereduksi S02 dan NO,. seeara simultan. Rani Saptaaji ISSN

PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 800 kev DALAM GAS BUANG PLTU PADA SISTEM PENGOLAHAN GAS BUANG MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON

PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 800 kev DALAM GAS BUANG PLTU PADA SISTEM PENGOLAHAN GAS BUANG MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 800 kev DALAM GAS BUANG PLTU PADA SISTEM PENGOLAHAN GAS BUANG MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON RANY SAPTAAJI Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan

Lebih terperinci

PENENTUAN DOSIS SERAP BERKAS ELEKTRONUNTUK PENGOLAHAN GAS BUANGMENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE)

PENENTUAN DOSIS SERAP BERKAS ELEKTRONUNTUK PENGOLAHAN GAS BUANGMENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PENENTUAN DOSIS SERAP BERKAS ELEKTRONUNTUK PENGOLAHAN GAS BUANGMENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) Rany Saptaaji, Elin Nuraini, Iswani Gitawati Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Badan Tenaga

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS PENGOLAHAN GAS BUANG BATU BARA DENGAN MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON

PENENTUAN KAPASITAS PENGOLAHAN GAS BUANG BATU BARA DENGAN MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON 82 ISSN 0216-3128 Slamet Santosa, dkk. PENENTUAN KAPASITAS PENGOLAHAN GAS BUANG BATU BARA DENGAN MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON Sigit Hariyanto, Tono Wibowo, Slamet Santosa P3TM - BATAN ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma A. PENDAHULUAN Pada umumnya suatu instrumen atau alat (instalasi nuklir) yang dibuat dengan didesain atau direncanakan untuk dapat

Lebih terperinci

KAJIAN PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 350 kev PADA HIDROGEL UNTUK PEMBALUT LUKA

KAJIAN PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 350 kev PADA HIDROGEL UNTUK PEMBALUT LUKA Suharni, dkk. ISSN 0216-3128 399 KAJIAN PENENTUAN KEDALAMAN PENETRASI BERKAS ELEKTRON 350 kev PADA HIDROGEL UNTUK PEMBALUT LUKA Suharni, Rany Saptaaji, Susanna Tuning S. PTAPB-BATAN ABSTRAK KAJIAN PENENTUAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS

IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS Sukaryono, Rany Saptaaji, Suhartono, Heri Sudarmanto -BATAN, Yogyakarta Email : ptapb@batan.go.id ABSTRAK IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

APLIKASI MESIN BERKAS ELEKTRON UNTUK PENGOLAHAN GAS BUANG

APLIKASI MESIN BERKAS ELEKTRON UNTUK PENGOLAHAN GAS BUANG ISSN 1410-6957 APLIKASI MESIN BERKAS ELEKTRON UNTUK PENGOLAHAN GAS BUANG Sudjatmoko Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 ABSTRAK APLIKASI

Lebih terperinci

KOMPUTASI DAN PENGEMBANGAN DATABASE UNTUK PENGOLAHAN GAS BUANG PADA MESIN BERKAS ELEKTRON

KOMPUTASI DAN PENGEMBANGAN DATABASE UNTUK PENGOLAHAN GAS BUANG PADA MESIN BERKAS ELEKTRON Tono Wibowo, dkk. ISSN 0216-3128 407 KOMPUTASI DAN PENGEMBANGAN DATABASE UNTUK PENGOLAHAN GAS BUANG PADA MESIN BERKAS ELEKTRON Tono Wibowo, Slamet Santosa Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN

Lebih terperinci

un COBA AW AL PENURUNAN SOx DAN NOx PADA GAS BUANG MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON

un COBA AW AL PENURUNAN SOx DAN NOx PADA GAS BUANG MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan un COBA AW AL PENURUNAN SOx DAN NOx PADA GAS BUANG MENGGUNAKAN MESIN BERKAS ELEKTRON Budi Setiawan, Farida Emawati, Sumaryadi Pustek Akselerator dan Proses

Lebih terperinci

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA Rany Saptaaji, Sukaryono, Suhartono dan Sumaryadi, BATAN Jl. Babarsari POB 6101 Ykbb, Telp. (0274) 488435, Yogyakarta 55281 ABSTRAK UJI FUNGSI

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOLAHAN GAS BUANG DENGAN BERKAS ELEKTRON

ANALISIS ASPEK TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOLAHAN GAS BUANG DENGAN BERKAS ELEKTRON ISSN 1410-6957 ANALISIS ASPEK TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOLAHAN GAS BUANG DENGAN BERKAS ELEKTRON Sudjatmoko Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 ykbb, Yogyakarta

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS PLANT PENGOLAHAN GAS BUANG S02 DAN NOx HASIL PEMBAKARAN BATUBARA KADAR SULFUR TINGGI DENGAN MESIN BERKAS ELEKTRON

PENENTUAN KAPASITAS PLANT PENGOLAHAN GAS BUANG S02 DAN NOx HASIL PEMBAKARAN BATUBARA KADAR SULFUR TINGGI DENGAN MESIN BERKAS ELEKTRON PENENTUAN KAPASITAS PLANT PENGOLAHAN GAS BUANG S02 DAN NOx HASIL PEMBAKARAN BATUBARA KADAR SULFUR TINGGI DENGAN MESIN BERKAS ELEKTRON M. Munawir Z.,Sanda dan Suryanto Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir Badan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL

PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL Suhartono, Sukidi -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK PENGUJIAN SISTEM VAKUM MESIN BERKAS ELEKTRON

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET

RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb Yogyakarta 55281 Email : rany@batan.go.id

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051 SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051 SUKARMAN, MUHTADAN Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta

Lebih terperinci

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. ANALISIS PENGARUH TEGANGAN EKSTRAKSI PADA SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev / 20 ma DI PSTA-BATAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Andy Saktia Warseno 1, Fuad Anwar 1,

Lebih terperinci

PENGUKURAN DISTRIBUSI MEDAN MAGNET SISTEM OPTIK MBE PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI

PENGUKURAN DISTRIBUSI MEDAN MAGNET SISTEM OPTIK MBE PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. ISSN 0216-3128 1 PENGUKURAN DISTRIBUSI MEDAN MAGNET SISTEM OPTIK MBE PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI Djoko S. Pudjorahardjo, Suprapto, Sukaryono, Rani Saptaaji Puslitbang Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Selama ini manusia bergantung pada energi yang berasal dari minyak bumi untuk menjalankan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi

Lebih terperinci

RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS

RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS Volume 13, Januari 2012 ISSN 1411-1349 RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS Sutadi, Saefurrochman, Suprapto Pusat Teknologi

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 21% dari seluruh kematian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah campuran gas yang merupakan lapisan tipis yang meliputi bumi dan merupakan gas yang tidak kelihatan, tidak berasa dan tidak berbau. Pencemaran udara datang

Lebih terperinci

BAB II RADIASI PENGION

BAB II RADIASI PENGION BAB II RADIASI PENGION Salah satu bidang penting yang berhubungan dengan keselamatan radiasi pengukuran besaran fisis radiasi terhadap berbagai jenis radiasi dan sumber radiasi. Untuk itu perlu perlu pengetahuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan. Yogyakarta, 28 Agustus 2008

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan. Yogyakarta, 28 Agustus 2008 PENELTAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLR Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan KONSTRVKS PENGGERAK CATV DAYA TEGANGAN PEMERCEP AT MESN MPLANTOR ON PT APB Sumaryadi Pusat Teknologi Akselerator dan

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Arum Sekar 1, Suprapto 2, Fuad Anwar 3 1 Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN DOSIS RADIASI MENGGUNAKAN DOSIMETER FRICKE

PENENTUAN DOSIS RADIASI MENGGUNAKAN DOSIMETER FRICKE PENENTUAN DOSIS RADIASI MENGGUNAKAN DOSIMETER FRICKE Sukaryono 1, Suhartono 1 dan Athanasia Elra Andjioe 2 1, BATAN. Jl. Babarsari Kotak Pos 1601 ykbb, Yogyakarta email:sukaryono@batan.go.id 2 Sekolah

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA PULVERIZED COAL BOILER DI PLTU KAPASITAS 3x315 MW

ANALISA KINERJA PULVERIZED COAL BOILER DI PLTU KAPASITAS 3x315 MW ANALISA KINERJA PULVERIZED COAL BOILER DI PLTU KAPASITAS 3x315 MW Andrea Ramadhan ( 0906488760 ) Jurusan Teknik Mesin Universitas Indonesia email : andrea.ramadhan@ymail.com ABSTRAKSI Pulverized Coal (PC)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara terutama apabila konsentrasi gas tersebut melebihi tingkat konsentrasi normal dan dapat berasal dari sumber

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKSELERATOR PARTIKEL BERMUATAN. Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Badan Tenaga Nuklir Nasional

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKSELERATOR PARTIKEL BERMUATAN. Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Badan Tenaga Nuklir Nasional PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKSELERATOR PARTIKEL BERMUATAN Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Badan Tenaga Nuklir Nasional Alasan dikembangkan AKSELERATOR: Partikel akselerator diteliti dan dikembangkan

Lebih terperinci

PENGUJIAN TANGKI BERTEKANAN UNTUK SISTEM PEMERCEP AT PADA MBE LATEKS

PENGUJIAN TANGKI BERTEKANAN UNTUK SISTEM PEMERCEP AT PADA MBE LATEKS PROSIDING SEMINAR Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan PENGUJIAN TANGKI BERTEKANAN UNTUK SISTEM PEMERCEP AT PADA MBE LATEKS Sutadi, Suhartono, Toni Rahardjo, Sukidi ABSTRAKS PENGUJIAN TANGKI BERTEKANAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS RADIASI IRADIATOR GAMMA DAN MESIN BERKAS ELEKTRON DENGAN DOSIMETER CERI- CERO

PENGUKURAN DOSIS RADIASI IRADIATOR GAMMA DAN MESIN BERKAS ELEKTRON DENGAN DOSIMETER CERI- CERO Anwar Jundiy *) Sukaryono **) *) Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN)-BATAN, Email:anwarjundiy.306@gmail.com **) Pusat Sains dan Teknologi Akselerator, BATAN. Email:sukaryono@batan.go.id ABSTRAK MESIN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terbentur pada permasalahan penggunaan teknologi. Dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. terbentur pada permasalahan penggunaan teknologi. Dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI II.1. Parameter Pencemar Udara Selama ini teknologi pengolahan limbah kurang mendapatkan perhatian serius di Indonesia. Padahal, tidak sedikit permasalahan limbah cair maupun gas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perkembangan era globalisasi saat ini berdampak pada kebutuhan konsumsi energi listrik yang semakin meningkat. Saat ini energi listrik menjadi energi yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kontaminan Adalah semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang bersih. 2. Cemaran (Pollutant) Adalah kontaminan

Lebih terperinci

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT VI. OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT Pendahuluan Penelitian pada tahapan ini didisain untuk mengevaluasi sifat-sifat papan partikel tanpa perekat yang sebelumnya diberi perlakuan oksidasi.

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pembangkit Plasma Lucutan Pijar Korona dengan Sistem Pengapian Mobil Termodifikasi untuk Pereduksian CO X.

Rancang Bangun Sistem Pembangkit Plasma Lucutan Pijar Korona dengan Sistem Pengapian Mobil Termodifikasi untuk Pereduksian CO X. Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 7, No. 2, April 2004, hal 63-69 Rancang Bangun Sistem Pembangkit Plasma Lucutan Pijar Korona dengan Sistem Pengapian Mobil Termodifikasi untuk Pereduksian CO X. Sumariyah

Lebih terperinci

ROADMAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TON/fAHUN

ROADMAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TON/fAHUN ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ROADMAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TON/fAHUN Agus Sartono DS, Bambang Galung S ABSTRAK ROAD MAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN

Lebih terperinci

BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT)

BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) BAB 3 BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) Boron Neutron Capture Therapy (BNCT), merupakan terapi kanker dengan memanfaatkan reaksi penangkapan neutron termal oleh isotop boron-10 yang kemudian menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR Heri Sudarmanto, Untung Margono -BATAN, Babarsari, Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

REAKSI INTI. HAMDANI, S.Pd

REAKSI INTI. HAMDANI, S.Pd REAKSI INTI HAMDANI, S.Pd Reaktor atom Matahari REAKSI INTI Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom akibat tumbukan dengan partikel lain atau berlangsung dengan sendirinya. isalkan

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH DAYA TERDISIPASI TERHADAP SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS

SIMULASI PENGARUH DAYA TERDISIPASI TERHADAP SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS Emy Mulyani, Suprapto, Sutadi Pusat Teknologi Akselerator Proses Bahan, BATAN ABSTRAK SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS. Simulasi pengaruh daya

Lebih terperinci

Masyita Dewi Koraia ABSTRAK

Masyita Dewi Koraia ABSTRAK PILAR Jurnal Teknik Sipil, Volume 9, No. 2, September 2013 ISSN : 1907-69 PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH DALAM CAMPURAN BETON SEBAGAI SUBSITUSI SEMEN DITINJAU DARI UMUR DAN KUAT TEKAN Masyita Dewi Koraia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang timbul karena adanya pertumbuhan yang tidak normal pada sel jaringan tubuh. Disebut tidak normal, karena sel-sel tumbuh dengan cepat dan

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak PENGARUH TEGANGAN LISTRIK DAN KECEPATAN ALIR TERHADAP HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR YANG MENGANDUNG LOGAM Pb,Cd DAN TSS MENGGUNAKAN ALAT ELEKTROKOAGULASI SUNARDI ** Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN

Lebih terperinci

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN TUGAS Mengenai : PLTN Di Susun Oleh: ADRIAN Kelas : 3 IPA MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAT GALANG TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633 Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 217-222 PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tchobanoglous dkk. ( 1993) sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id APA ITU KIMIA INTI? Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas

Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas n Pengeringan Biomass Biogasdigestate Serpih kayu Lumpur limbah Kotoran unggas Limbah sisa makanan, dll. n Kompak dan fleksibel n Mesin pelet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20 ma

OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20 ma OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20 ma Darsono, Suhartono, Elin Nuraini, dan Sutadi Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Jl.Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb Yogyakarta 55281

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangkit-pembangkit tenaga listrik yang ada saat ini sebagian besar masih mengandalkan kepada sumber energi yang tidak terbarukan dalam arti untuk mendapatkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke

Lebih terperinci

DESAIN DAN KONSTRUKSI CORONG PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON

DESAIN DAN KONSTRUKSI CORONG PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON DESAIN DAN KONSTRUKSI CORONG PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON Suprapto, Sudjatmoko, Setyo Atmodjo, Sukaryono dan Sukidi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju, Batan ABSTRAK DESAIN DAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketidakseimbangan akan jumlah kebutuhan dan produksi energi, yang semakin didesak oleh cepatnya pertambahan penduduk dan berkembangnya dunia industri dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-16 CAKUPAN MATERI 1. INTI ATOM 2. BILANGAN ATOM DAN BILANGAN MASSA 3. MASS DEFECT 4. RADIOAKTIVITAS 5. WAKTU PARUH

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Pangan Bidang Proses Radiasi Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) BATAN Jakarta, Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan komponen yang selalu dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena hampir semua kegiatan manusia bergantung pada ketersediaan energi.

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Potong Pada Pemotongan Polymethyl Methacrylate Menggunakan Mesin Laser Cutting

Pengaruh Kecepatan Potong Pada Pemotongan Polymethyl Methacrylate Menggunakan Mesin Laser Cutting Pengaruh Kecepatan Potong Pada Pemotongan Polymethyl Methacrylate Menggunakan Mesin Laser Cutting Braam Delfian Prihadianto 1, Gesang Nugroho 2 1) Mahasiswa S2 Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin dan Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dari waktu ke waktu mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama dalam bidang transportasi khususnya kendaraan bermotor. Dalam bidang

Lebih terperinci

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version:

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: SBMPTN 2015 Fisika Kode Soal Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: 2015-09 halaman 1 16. Posisi benda yang bergerak sebagai fungsi parabolik ditunjukkan pada gambar. Pada saat t 1 benda. (A) bergerak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik menjadi kebutuhan utama manusia baik sektor rumah tangga, industri, perkantoran, dan lainnya. Kebutuhan energi terus meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK Media Teknik Sipil, Volume IX, Januari 2009 ISSN 1412-0976 KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK Endah Safitri, Djumari Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi pada awal April 2012 membuat masyarakat menjadi resah, karena energi sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat dimana terjadi perubahan cuaca dan iklim lingkungan yang mempengaruhi suhu bumi dan berbagai pengaruh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan. Yogyakarta, 28 Agustus 2008

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan. Yogyakarta, 28 Agustus 2008 PROSIDING SEMINAR PENGUJIAN A W AL INSTALASI SISTEM VAKUM MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV /20 MA UNTUK INDUSTRI LATEKS Sukidi, Suhartono, Sutadi Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Abstrak PENGUJIAN

Lebih terperinci

Produksi Gas Oksigen Melalui Proses Elektrolisis Air Laut Sebagai Sumber Energi Ramah Lingkungan

Produksi Gas Oksigen Melalui Proses Elektrolisis Air Laut Sebagai Sumber Energi Ramah Lingkungan Produksi Gas Oksigen Melalui Proses Elektrolisis Air Laut Sebagai Sumber Energi Ramah Lingkungan Oleh: Anindita Hardianti (3307100015) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wahyono Hadi, MSc Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang berkembang pesat dewasa ini terutama dalam bidang industri telah mengakibatkan kebutuhan tenaga listrik meningkat dari tahun ke tahun.

Lebih terperinci

RACE-Vol.4, No.1, Maret 2010 ISSN PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL

RACE-Vol.4, No.1, Maret 2010 ISSN PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL RACE-Vol.4, No.1, Maret 21 ISSN 1978-1979 PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL Oleh Agustinus Ngatin Yunus Tonapa Sarungu Mukhtar Gozali

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO Suharni*, Kusminarto**, Pramudita Anggraita* *Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, Jl. Babarsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi Surya adalah sumber energi yang tidak akan pernah habis ketersediaannya dan energi ini juga dapat di manfaatkan sebagai energi alternatif yang akan di ubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tinggi dan selalu mengalami peningkatan (Husen, 2013). Saat ini Indonesia membutuhkan 30 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Spektrofotometer Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

Lebih terperinci

PEMBUATAN RODA GIGI REDUKSI PEMUTAR VARIAK SISTEM TEGANGAN TINGGI MBE INDUSTRI LATEK

PEMBUATAN RODA GIGI REDUKSI PEMUTAR VARIAK SISTEM TEGANGAN TINGGI MBE INDUSTRI LATEK PEMBUATAN RODA GIGI REDUKSI PEMUTAR VARIAK SISTEM TEGANGAN TINGGI MBE INDUSTRI LATEK Bambang L, Subroto, Sukija, Suhartono -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK PEMBUATAN

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga

I. PENDAHULUAN. bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga merupakan atmosfir

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Januari 2007 Pengantar Sejak tahun 2000 BATAN telah ditunjuk oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci