OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20 ma

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20 ma"

Transkripsi

1 OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20 ma Darsono, Suhartono, Elin Nuraini, dan Sutadi Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Jl.Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb Yogyakarta ABSTRAKS OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20 ma. Telah dilakukan optimasi kinerja operasi sistem pemayar MBE Lateks dengan cara memodifikasi kutub magnet sistem pemayar dan setup ulang, simulasi penentuan medan magnet yang diperlukan untuk pemayaran yang optimal, pengamatan jejak berkas pemayaran dengan kertas kalkir, dan pengukuran profil distribusi dosis pemayaran menggunakan detektor kawat Faraday. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memodifikasi tebal kutub magnet sistem pemayar dan melakukan setup ulang menghasilkan jejak pemayaran berkas elektron yang sejajar sumbu panjang jendela Ti, profil distribusi dosis pemayaran berkas elektron cukup merata, namun nisbah D min terhadap D max sekitar 55%. Besarnya medan magnet pemayaran untuk pemayaran optimal 60 cm pada energi 300 kev berdasarkan simulasi secara analitik 72 gauss sedangkan perhitungan dengan OPERA 68 gauss. Kata Kunci : mesin berkas elektron, sistem pemayar, profil berkas, kinerja opersi optimal ABSTRACT OPTIMATION OF SCANNING SYSTEM OPERATIONAL PERFORMANCE OF EBM-LATEX 300 kev/20 ma. Optimation of scanning system operational performance of EBM-latex has been carried out by modification of scanning system electromagnetic pole and re-setup, simulation of optimal magnetic field needed for scanning, identifying the scanning electron beam spot using parchment paper, and measurement of beam scanning profile distribution using Faraday wire detector. The experimental results show that modification the thickness of magnetic pole of scanning system and re-setup provide electron scanning beam spot paralel to long axes of Ti window, nearly flat dose distribution profile of electron beam scanning, but the ratio of D min /D max of about 55%. The values of the scanning magnetic field for optimal scanning of 60 cm at energy of 300 kev are 72 gauss based on analitical simulation and 68 gauss based on computer code simulation OPERA. Keywords: electron beam machine, scanning system, beam profile, optimal operation performance PENDAHULUAN PTAPB-BATAN sedang melakukan rancangbangun MBE dengan kapasitas 300 kev/20 ma dengan sasaran kegiatan satu prototip MBE skala industri untuk proses pra-vulkanisasi karet alam [1]. Prototip MBE pada tahun 2012 telah dilakukan uji kinerja operasi, namun masih banyak kendala antara lain sumber tegangan tinggi (STT) yang sering discharge, kebocoran vakum, pemayaran berkas elektron yang miring, arus berkas elektron yang masih kecil orde ratusan mikro amper [2]. Pada dokumen teknis [2] dilapokan bahwa pada uji kinerja operasi MBE, ketika dilakukan pemayaran berkas elektron selang waktu puluhan menit terjadi penurunan sistem vakum sehingga STT terjadi trip. Setelah dilakukan pengecekan tenyata terdapat bekas bakar pada ujung pojok jendela Ti dengan jejak pemayaran berkas elektron ternyata tidak sejajar sumbu panjang jendela Ti, atau miring. Keluaran MBE lateks sangat ditentukan oleh sistem sumber elektron, sistem vakum, sistem pemfokus, sistem pemayar, dan sistem pemercepat elektron. Sistem pemayar berfungsi memayarkan berkas elektron yang telah melewati sistem pemfokus untuk dikeluarkan ke atmosfer melalui jendela foil Ti pada corong pemayar. Sistem pemayar terdiri dari corong pemayar, dan satu pasang magnet pemayar yang saling sejajar diinstal pada ujung bagian atas corong pemayar [3,4]. Magnet pemayar terbuat dari kumparan pemayar yang dialiri arus listrik bolak-balik dengan frekuensi pemayar 20 Hz. Prinsip kerja sistem pemayar adalah bahwa interaksi elektron dengan medan magnet akan menghasilkan gaya Lorentz. Gaya Lorentz yang bekerja pada elektron ini akan mengubah arah gerak elektron. Pada MBE medan magnet dibuat tegak lurus arah gerak elektron datang, sehingga dengan mengubah-ubah arah medan magnet maka elektron akan dimayarkan. Jika sistem sumber elektron, sistem vakum, sistem pemercepat, sistem OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20ma Darsono, Suhartono, Elin Nuraini, Sutadi 37

2 pemfokus, beroperasi dengan benar maka kinerja operasi MBE yang optimal sangat ditentukan oleh sistem pemayar. Pada uji fungsi MBE lateks sebelumnya belum dilakukan optimasi kinerja operasi sistem pemayar, artinya belum dilakukan set-up magnet pemayar yang benar, dan belum dilakukan uji pengaruh parameter sistem pemayar terhadap distribusi berkas elektron hasil pemayaran. Oleh karena itu pada penelitian ini dilaporkan optimasi kinerja operasi sistem pemayar dengan mengoptimasi set-up magnet pemayar, dan mengamati pengaruh parameter pemayaran terhadap distribusi pemayaran berkas elektron. Tujuan penelitian melakukan optimasi kinerja operasi sistem pemayar MBE Lateks 300 kev/20ma dengan sasaran diperoleh data parameter kinerja operasi sistem pemayar yang optimal. Metode yang dilakukan secara simulasi dan eksperimental meliputi review dan analisis disain dokumen magnet pemayaran, setup ulang magnet pemayar pada corong pemayar, pengamatan jejak, perhitungan kebutuhan medan magnet pemayaran yang optimal, pengamatan jejak pemayaran menggunakan kertas kalkir, dan pengukuran distribusi berkas pemayaran berkas elektron menggunakan detektor kawat Faraday serta pengamatan pengaruh medan magnet pemayar terhadap lebar pemayaran untuk energi dan pemfokus tertentu. Dari data uji kinerja operasi ini kemudian ditentukan parameter kinerja operasi sistem pemayar yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memodifikasi tebal kutub magnet sistem pemayar dan melakukan setup ulang menghasilkan jejak pemayaran berkas elektron yang sejajar sumbu panjang jendela Ti, profil distribusi pemayaran berkas elektron cukup merata, namun nisbah D min terhadap D max sekitar 55%. Besarnya medan magnet pemayaran untuk pemayaran optimal 60 cm pada energi 300 kev berdasarkan simulasi secara analitik 72 gauss sedangkan dengan OPERA 68 gauss. TATA KERJA Review Detail Disain Sistem Pemayar Skema sistem pemayar seperti terlihat pada Gambar 1, dengan α adalah sudut simpangan elektron, v adalah kecepatan elektron, B adalah kuat medan magnet, R = radius lingkaran elektron. Untuk medan magnet terbatas maka defleksi berkas elektron untuk sudut kecil berlaku persamaan (1) dengan V a adalah tegangan pemercepat yang terkorelasi dengan kecepatan elektron. Besarnya medan magnet B berkorelasi dengan jumlah lilitan N dan arus yang mengalir pada kumparan serta jarak antara pole kumparan elektromagnet d. Gambar 2 adalah skema tampak depan dan samping dari kumparan electromagnet. Berdasarkan persamaan 1 dan konfigurasi maupun dimensi corong pemayar diperoleh spesfikasi pemayar seperti pada Tabel 1. 1/ 2 q Bl sin ( α ) = 1/ 2 2 m (1) V a Bl sin ( α ) = 2,97 10 (2) sin ( α ) 5 1/ 2 V a µ N I l 5 = 2,97 10 (3) 1/ 2 dv a Gambar 1. Skema sistem pemayaran. Gambar 2. Tampak depan dan samping kumparan. Persamaan (1)-(3) belum memperhitungkan faktor relativitas, padahal energi elektron 100 kev menghasilkan kecepatan elektron 0,55c dengan c kecepatan cahaya. Modifikasi, Set-up Ulang dan Simulasi Sistem Pemayar Modifiikasi dimensi elektromagnet pemayar dengan cara mem-polish masing-masing kutub elektromagnet terbuat dari teras besi lunak setebal 3 mm. Pengerjaan polishing (perataan) dilakukan di bengkel PTAPB. Untuk itu elektromagnet harus dibongkar dengan melepas dua kumparan dan Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 15, Oktober 2013 :

3 mengambil terasnya untuk di-polish. Setelah di-polish selanjutnya di-set-up ulang agar arah medan magnet (pada arah sumbu X) yang dihasilkan tegak-lurus arah berkas elektron (pada arah sumbu Z). Sebelum diinstal pada corong pemayar dilakukan pengukuran dimensi elelektromagnet yang sesungguhnya sebagai bahan masukan simulasi sistem pemayar. Simulasi pengaruh medan magnet terhadap simpangan (pemayaran) elektron pada energi tetap dan pengaruh besarnya energi elektron terhadap medan magnet pemayar untuk simpangan tetap pada keadaan energi elektron non-relativistik dan relativistik dilakukan secara analitik menggunakan persamaan (1). Distribusi medan magnet pemayar dan penentuan jejak transportasi berkas elektron oleh medan magnet pemayar dilakukan simulasi menggunakan program OPERA. Tabel 1. Spesifikasi Sistem Pemayar. 1. Magnet pemayar Kumparan pemayar : jumlah 2 buah Sudut pembelok : 22 o Arus kumparan : 1 A Tinggi kutub elektromagnet : 51 mm Penampang elektromagnet : ( ) mm 2 Penampang kumparan dalam : ( ) mm 2 Penampang kumparan luar : ( ) mm 2 Diameter kawat : 1 mm Tebal kertas isolasi : 0,2 mm Jumlah lilitan kawat : Frekuensi pemayaran : 20 Hz Pengamatan Jejak Berkas Pemayaran Untuk mengamati jejak berkas elektron pemayaran dilakukan dengan menggunakan kertas kalkir, karena interaksi antara elektron dengan kertas kalkir akan terbentuk bekas bakar (burning spot). Pada uji jejak ini arus yang digunakan cukup kecil supaya tidak terjadi kebakaran pada kertas kalkir, dalam hal ini arus yang digunakan sekitar 30 mikro amper. Kertas kalkir dapat diletakan di atas plexiglas sebagai pengganti jendela Ti dengan kertas kalkir berada dalam vakum. Cara kedua dengan meletakan kertas kalkir di bawah jendela lapisan tipis Ti, dalam hal ini diperlukan dudukan kertas kalkir yang membentuk kelengkungan seperti jendela Ti. Pengukuran Profil Distribusi Dosis Berkas Pemayaran Pengukuran profil berkas pemyaran dilakukan dengan menggunakan detektor kawat Faraday yang dipasang di bawah jendela Ti searah sumbu panjang. Ada lima detektor kawat digunakan untuk mengukur profil berkas pemayaran dengan setup pemayaran OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20ma Darsono, Suhartono, Elin Nuraini, Sutadi seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Tiap kawat dihubungkan dengan pengukur arus mikroamper meter. Ketika berkas elektron menerobos jendela Ti dan mengenai detektor kawat yang terletak di bawah jendela Ti maka kawat yang terisolasi terhadap ground ini akan termuati elektron. Salah satu ujung kawat dihubungkan dengan mikroamper meter yang di hubungkan ke ground maka arus akan terbaca di meter. Untuk mengukur profil berkas pada ujung pemayaran maka detektor kawat diletakkan melintang jendela Ti. Besarnya berkas arus elektron pada pengukuran ini diusahakan cukup besar agar detektor mudah mendeteksi bagian dari berkas elektron. Gambar 3. Setup pengukuran distribusi profil pemayaran berkas elektron. PEMBAHASAN Modifikasi, Set-up Ulang dan Simulasi Sistem Pemayar Berdasarkan analisis hasil uji kinerja operasi MBE akhir tahun 2012 ternyata jejak (burning spot) berkas pemayaran pada jendela Ti miring (tidak searah sumbu panjang jendela MBE) seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Penyimpangan berkas elektron dari sumbu panjang jendela Ti adalah 3 derajat. Hal ini disebabkan setup posisi medan magnet yang tidak tegak lurus arah arus berkas elektron, atau dengan kata lain posisi pemasangan elektromagnet pemayar tidak sejajar sumbu panjang jendela Ti. Gambar 4. Jejak berkas pemayaran pada operasi MBE 200 kv/300µa dengan pemfokus. Dari cek fisik di lapangan terlihat bahwa kutub elektromagnet pemayar terinstal bersinggungan sangat rapat dengan corong pemayar sehingga tidak memungkinkan dilakukan set-up (disetel) ulang. Agar elektromagnet pemayar dapat disetel dengan mudah 39

4 dilakukan modifikasi dengan cara masing-masing kutub elektromagnet terbuat dari teras besi lunak harus di-polish (dikurangi) setebal 3 mm. Kemudian elektromagnet pemayar dipasang kembali dengan mengatur agar arah medan magnet (pada arah sb.x) yang dihasilkan tegak lurus arah berkas elektron (pada arah sb.z). Elektromagnet pemayar setelah di-polish dan instalasi pada corong pemayar seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Setelah dimodifikasi data dimensi fisik elektromagnet mempunyai ukuran panjang 176 mm, lebar (tinggi magnet arah berkas elektron) 131 mm, dan tebal pole 47 mm. Tahanan dan induktansi satu kumparan masing-masing adalah 15,21 ohm dan 112,64 mh, dengan diameter kawat 0,7 mm. Dimensi as built drawing corong pemayar bentuk trapesium adalah: tinggi corong pemayar 675 mm, lebar atas 125 mm, lebar bawah 610 mm dan lebar jendela 18 mm. pada energi diatas 200 kev kecepatan elektron mendekati cahaya. Gambar 6 memperlihatkan pengaruh energi elektron pada kondisi relativitas dan non-relativitas terhadap medan magnet pemayaran untuk simpangan pemayaran maksimum, sedangkan Gambar 7 memperlihatkan bahwa pengaruh simpangan pemayaran terhadap medan magnet pemayaran yang diperlukan pada energi elektron tetap untuk kondisi relativitas dan non-relativitas. Dari Gambar 6 terlihat bahwa makin besar energi elektron makin besar perbedaan medan magnet pemayar dihitung berdasarkan relativistik dan non relativistik. Demikian halnya pengaruh simpangan pemayaran elektron terhadap medan magnet pemayar untuk energi tetap. Untuk simpangan 30 cm (pemayaran 60 cm) diperlukan 58 gauss secara perhitungan nonrelavistik sedangkan secara relativistik diperlukan medan magnet 72 gauss. Faktor koreksi relativitas pada simpangan optimal (30 cm) dan energi optimal adalah 0,723. Dari Gambar 6 dan 7 terlihat bahwa untuk pemayaran maksimum 60 cm pada energi 300 kev maka diperlukan medan magnet optimal 72 gauss. Gambar 6. Pengaruh energi elektron terhadap medan magnet pemayaran pada kondisi relativitas dan non-relativitas untuk simpangan pemayaran maksimum. Gambar 5. Elektromagnet dan Sistem pemayar yang sudah dimodifikasi. Untuk mendapatkan medan magnet pemayaran yang optimal dilakukan simulasi analitik berdasarkan persamaan 1 dan data spesifikasi pemayar as built drawing seperti tersebut di atas. Simulasi dilakukan menggunakan Microsoft Excel untuk menentukan pengaruh energi elektron dan pengaruh simpangan pemayaran elektron terhadap medan pemayaran. Juga disimulasikan pengaruh relativitas elektron mengingat Gambar 7. Pengaruh simpangan pemayaran berkas elektron pada energi elektron tetap terhadap medan magnet untuk kondisi relativitas dan non-relativitas. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 15, Oktober 2013 :

5 a) Lintasan 2D elektron pada 300keV pada NI = 640 amper.lilit b) Lintasan 3D elektron pada 300keV pada NI = 640 amper.lilit c).lintasan elektron pada bidang X-Y d) Disitribusi medan magnet arah sb-x Gambar 8. Hasil simulasi medan magnet pemayar menggunakan OPERA. Sistem elektromagnet pemayar yang telah dimodifikasi ini kemudian dilakukan simulasi pada energi elektron 300 kev menggunakan program OPERA. Adapun hasil simulasi seperti ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8a dan 8b menunjukkan lintasan elektron ketika melewati medan magnet pemayar secara 2D dan 3D. Gambar 8c adalah sama dengan Gambar 8a yang dapat digunakan untuk mempermudah analisis. Sedangkan Gambar 8d memperlihatkan distribusi medan magnet pemayar. Terlihat dari distribusi medan magnet bahwa intensitas medan magnet pemayar pada daerah tepi elektromagnet lebih lemah dibandingkan di bagian tengah. Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa besarnya medan magnet yang telah dimodifikasi masih sangat mampu menyimpangkan berkas elektron. Pengamatan Jejak Berkas Pemayaran Pada uji jejak berkas elektron ini arus yang digunakan cukup kecil dengan waktu operasi MBE sekitar 15 menit supaya kertas kalkir tidak terbakar, dalam hal ini arus yang digunakan sekitar 30 mikro amper. Mengingat jendela Ti pada keadaan divakum akan melengkung maka untuk memperoleh jejak berkas elektron dari MBE yang mendekati sebenarnya maka kertas kalkir ditempelkan pada kasa yang mempunyai kelengkungan seperti jendela Ti. Kemudian kertas kalkir pada kasa ini diletakkan di bawah jendela Ti dengan jarak 2 cm. Fungsi kasa di samping sebagai pembentuk kelengkungan agar sesuai dengan jendela Ti juga sebagai pengukur arus berkas elektron. Gambar 9 memperlihatkan kertas kalkir yang menempel pada kasa sebelum di-iradiasi menggunakan OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20ma Darsono, Suhartono, Elin Nuraini, Sutadi 41

6 berkas elektron. Gambar 10 memperlihat hasil pengukuran jejak pemayaran berkas elektron pada kondisi vakum operasi 1, Torr, V STT = 176 kv, I STT = µa, I fokus = 0,807 A, V pemayar = 9 V pengoperasian MBE selama 15 menit, dan paparan radiasi masih sama dengan cacah latar 0,15 mr/jam. Gambar 9. Kondisi awal kertas kalkir sebelum iradiasi. Terlihat pada Gambar 11 bahwa pada tegangan pemayar V pemayar = 9 V menghasilkan panjang jejak pemayaran berkas elektron 52 cm. Lebar pemayaran jejak berkas elektron ditentukan oleh pemfokus dalam hal ini digunakan I fokus = 0,807 A yang menghasilkan lebar jejak pemayaran pada tengah jendela sebesar 3 cm. Jika diperhatikan pada kedua ujung jejak pemayaran berkas elektron menunjukkan lebar jejak pemayaran yang lebih besar dibandingkan pada bagian tengah jendela Ti. Hal ini diduga diakibatkan oleh sistem elektronik dari pengatur frekuensi medan magnet pemayar yang timbul delay ketika membalik polaritas medan magnet. Hal ini terbukti bahwa jika kertas kalkir diiradiasi cukup lama dengan beam spot pemfokus yang lebih kecil terjadi bekas bakar pada kedua ujung jejak pemayaran seperti diperlihatkan pada Gambar 12. Dari data hasil pengamatan jejak berkas elektron menggunakan kertas kalkir dapat disimpulkan bahwa instalasi sistem pemayar telah optimal dengan bukti bahwa jejak berkas elektron pemayaran sudah sejajar sumbu pangjang jendela Ti. Gambar 10. Jejak pemayaran pada kertas kalkir selama iradiasi 15 menit. Gambar 12. Jejak pemayaran pada kertas kalkir selama iradiasi 50 menit. Terlihat pada Gambar 10 jejak pemayaran berkas elektron yang tipis memperlihatkan bahwa sistem pemayar berfungsi sesuai spesifikasi karena arah pemayaran sudah sejajar sumbu panjang jendela Ti. Untuk memperjelas jejak pemayaran berkas elektron dilakukan iradiasi ulang pada kertas kalkir yang sama pada kondisi vakum operasi 1, Torr, V STT = 175 kv- 176 kv, I STT = µa, I fokus = 0,807 A, V pemayar = 9 V dengan pengoperasian MBE selama 15 menit, dan paparan radiasi masih sama dengan cacah latar 0,15 mr/jam. Hasil pengukuran jejak pemayaran berkas elektron pada kertas kalkir pada kondisi iradiasi 2 kali (total iradiasi 30 menit) terlihat pada Gambar 11. Gambar 11. Jejak pemayaran pada kertas kalkir selama iradiasi 30 menit. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 15, Oktober 2013 : Pengukuran Profil Distribusi Dosis Berkas Pemayaran Baik tidaknya pemayaran berkas elektron dapat diindentifikasi dari karakteristik profil distribusi dosis berkas hasil pemayaran. Karakteristik profil distribusi dosis berkas pemayaran merupakan parameter iradiasi karena terkait dengan efisiensi utilitas berkas elektron pada aplikasi MBE. Profil berkas ini sangat ditentukan dari bentuk berkas keluaran sumber elektron, efek pemercepatan, pemfokusan dan pemayaran. Ada dua profil distribusi dosis berkas pemayaran yang harus diamati yaitu profil berkas yang searah pemayaran dan tegak pemayaran. Dalam aplikasi MBE untuk industri sangat diperlukan karakteristik profil berkas searah pemayaran yang akan menentukan D min (dosis minimal) dan D max (dosis maksimal) dari profil berkas. Pengukuran profil distribusi dosis berkas tegak lurus arah pemayaran dilakukan dengan menggunakan detektor kawat yang dipasang dibawah jendela Ti searah sumbu panjang, sedangkan pengukuran D min (dosis minimal) dan D max (dosis maksimal) dapat dilakukan dengan menggunakan detektor kawat yang dipasang di bawah jendela Ti pada daerah ujung pemayaran arah melintang berkas pemayaran. Kondisi eksperimen sama dengan kondisi pengamatan jejak 42

7 berkas elektron namun arus yang digunakan lebih besar sekitar 300 mikro amper. Hasil pengukuran profil distribusi dosis arah tegak lurus pemayaran seperti terlihat pada Tabel 2 atau seperti ditunjukkan pada Gambar 13. Data pada Tabel 2 adalah hasil rata-rata dari pengulangan pengamatan sebanyak 3 kali. Dari Tabel 2 terlihat bahwa data pengukuran menggunakan meter digital dan analog mempunyai kecenderungan yang sama. Profil distribusi berkas elektron ditengah jendela Ti (posisi 3) mempunyai intensitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang dipinggir seperti ditunjukkan pada Gambar 13. Tabel 2. Data hasil pengukuran distribusi profil berkas elektron. Detektor Posisi Meter digital (µa) Meter analog (µa) 1 Barat 8,8 8, ,5 3 Tengah 10, , Timur 9,3 9,5 Gambar 13. Distribusi profil berkas pemayaran. Gambar 14. Karakterisk profil berkas pemayaran pada daerah ujung Jendela Ti. Hasil pengukuran profil distribusi berkas elektron searah pemayaran seperti ditunjukkan pada Gambar 14. Dari Gambar 14 dapat diperoleh data D min (dosis minimal) dan D max (dosis maksimal) yang sangat menentukan dalam aplikasi industri. Dari Gambar 14 terlihat bahwa arus berkas elektron di tengah jendela Ti mempunyai arus yang konstan kemudian makin ke pinggir jendela Ti makin mengecil. Besarnya arus berkas pada daerah tengah disebut dengan D max sedangkan arus terkecil pada daerah pinggir disebut D min. Nilai perbandingan D max /D min sekitar 55 % masih belum baik yang seharusnya 70-80%. Pengukuran pengaruh energi elektron pada simpangan pemayaran yang tetap dan pengaruh simpangan pemayaran elektron pada energi elektron yang tetap terhadap besarnya medan pemayaran belum dapat dilakukan karena STT-MBE rusak. Parameter optimasi kinerja operasi sistem peamayar belum dapat diambil kesimpulan karena dua pengaruh paramter ini belum diukur. Namun secara simulasi bahwa besarnya medan magnet yang diperlukan untuk memberikan pemayaran optimal sebesar 72 gauss untuk energi elektron 300 kev. KESIMPULAN Dengan mengoptimasi setup elektromagnet sistem pemayar dihasilkan jejak pemayaran berkas elektron yang sejajar sumbu panjang jendela Ti. Dengan kata lain sistem pemayar sudah berfungsi dengan baik. Profil distribusi dosis pemayaran berkas elektron cukup merata, namun nisbah D min terhadap D max sekitar 55% yang masih jauh dari standar industri. Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa besarnya medan magnet yang telah dimodifikasi masih sangat mampu menyimpangkan berkas elektron yang optimal. Besarnya medan magnet pemayaran untuk pemayaran optimal 60 cm pada energi 300 kev berdasarkan simulasi secara analitik 72 gauss sedangkan OPERA 68 gauss. ACUAN [1] DARSONO, dkk., Pengembangan dan Rancangbangun Mesin Berkas Elektron, LAPTEK- PTAPB, [2] RANY SAPTAAJI, dkk., Pengembangan dan Rancangbangun Mesin Berkas Elektron, LAPTEK-PTAPB, [3] TONO W, SAMINTO, BAMBANG SPD, Penyempurnaan Dan Uji Sistem Pemayar MBE 350 kev/10ma, Proseding Peretemuan Dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya, Yogyakarta, 1 Oktober [4] DRS.BAMBANG SUPARDIYONO, Rancangan Detail Sistem Optik, Dokumen Rancangan Detail MBE Lateks Untuk Industri, No. Dokumen : C12B2/RDT-3/06 OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20ma Darsono, Suhartono, Elin Nuraini, Sutadi 43

8 TANYA JAWAB Hari Suryanto Mengapa jika daya dinaikkan vakum menjadi drop apakah outgassing penyebabnya? Pada proses pemayaran bagian tepi-tepi lebih gosong dari pada yang lain, bagaimana mengatasinya? Karena pada posisi tersebut menurut hemat kami terjadi bolak-balik dalam waktu yang singkat. Darsono Ya betul, karena pada kasus MBE ini pendinginan jendela Ti pada bagian tepi tidak sempurna. Dengan menaikkan daya berarti menaikan arus atau tegangan pemercepat sehingga dosis elektron yang mengenai jendela menjadi besar sehingga outgassing membesar. Untuk bagian tepi-tepi pemayar yang gosong sudah diperbaiki sistem pendingin udara dengan menggunakan sistem siklon. Juga dapat diperbaiki dengan menaikan frekuensi daya magnet pemayar. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 15, Oktober 2013 :

OPTIMASI UJI KINERJA OPERASI PROTOTIP LITBANG MBE-PSTA PADA 200 KEV

OPTIMASI UJI KINERJA OPERASI PROTOTIP LITBANG MBE-PSTA PADA 200 KEV Darsono, dkk. ISSN 0216-3128 7 OPTIMASI UJI KINERJA OPERASI PROTOTIP LITBANG MBE-PSTA PADA 200 KEV Darsono, Suprapto, Rany Saptaaji, Elin Nuraini Bidang Fisika Partikel, PSTA_BATAN e-mail:b_darsono@batan.go.id

Lebih terperinci

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA Rany Saptaaji, Sukaryono, Suhartono dan Sumaryadi, BATAN Jl. Babarsari POB 6101 Ykbb, Telp. (0274) 488435, Yogyakarta 55281 ABSTRAK UJI FUNGSI

Lebih terperinci

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma A. PENDAHULUAN Pada umumnya suatu instrumen atau alat (instalasi nuklir) yang dibuat dengan didesain atau direncanakan untuk dapat

Lebih terperinci

PENGUKURAN DISTRIBUSI MEDAN MAGNET SISTEM OPTIK MBE PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI

PENGUKURAN DISTRIBUSI MEDAN MAGNET SISTEM OPTIK MBE PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. ISSN 0216-3128 1 PENGUKURAN DISTRIBUSI MEDAN MAGNET SISTEM OPTIK MBE PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI Djoko S. Pudjorahardjo, Suprapto, Sukaryono, Rani Saptaaji Puslitbang Teknologi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS

IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS Sukaryono, Rany Saptaaji, Suhartono, Heri Sudarmanto -BATAN, Yogyakarta Email : ptapb@batan.go.id ABSTRAK IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. ANALISIS PENGARUH TEGANGAN EKSTRAKSI PADA SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev / 20 ma DI PSTA-BATAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Andy Saktia Warseno 1, Fuad Anwar 1,

Lebih terperinci

RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS

RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS Volume 13, Januari 2012 ISSN 1411-1349 RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS Sutadi, Saefurrochman, Suprapto Pusat Teknologi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ORBIT AWAL BERKAS PROTON PADA CENTRAL REGION SIKLOTRON

PERHITUNGAN ORBIT AWAL BERKAS PROTON PADA CENTRAL REGION SIKLOTRON ISSN 1411-1349 Volume 13, Januari 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Jln. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb Yogyakarta 55281 Email : pramudita@batan.go.id ABSTRAK. Telah dilakukan perhitungan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Medan Magnet - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET A. Medan Magnet 1. Medan Magnet oleh arus listrik

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051 SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051 SUKARMAN, MUHTADAN Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi ruang / daerah di sekitar magnet dimana benda-benda magnetik yang diletakkan di daerah ini masih dipengaruhi oleh magnet tersebut medan magnetik di sekitar kawat lurus berarus listrik medan magnetik di

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN ULANGAN UB-1 KELAS XII

SOAL LATIHAN ULANGAN UB-1 KELAS XII SOAL LATIHAN ULANGAN UB-1 KELAS XII 2013-2014 Nama:...................... Kelas:....................... Kerjakan Soal-Soal Berikut Dengan benar! 1. Sebuah kompas yang diletakkan di dekat kawat listrik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TRANSFORMATOR 7,2 V/200 A SEBAGAI CATU DAYA FILAMEN TABUNG TRIODA ITK 15-2 PADA GENERATOR COCKCROFT WALTON MBE LATEKS 300keV/20 ma

RANCANG BANGUN TRANSFORMATOR 7,2 V/200 A SEBAGAI CATU DAYA FILAMEN TABUNG TRIODA ITK 15-2 PADA GENERATOR COCKCROFT WALTON MBE LATEKS 300keV/20 ma RANCANG BANGUN TRANSFORMATOR 7,2 V/200 A SEBAGAI CATU DAYA FILAMEN TABUNG TRIODA ITK 15-2 PADA GENERATOR COCKCROFT WALTON MBE LATEKS 300keV/20 ma Untung Margono dan Heri Sudarmanto -BATAN, Yogyakarta Email

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

i : kuat arus listrik (A) a : jarak dari kawat berarus (m)

i : kuat arus listrik (A) a : jarak dari kawat berarus (m) INDUKSI MAGNETIK Hans Christian Oersted pada tahun 18 menemukan bahwa arus listrik dalam sebuah kawat penghantar dapat menghasilkan efek magnetik. Efek magnetik yang ditimbulkan oleh arus tersebut dapat

Lebih terperinci

PENGUKURAN BENTUK PROFIL BERKAS ELEKTRON DARI SUMBER ELEKTRON TIPE PIERCE MENGGUNAKAN SENSOR TABUNG TV BEKAS

PENGUKURAN BENTUK PROFIL BERKAS ELEKTRON DARI SUMBER ELEKTRON TIPE PIERCE MENGGUNAKAN SENSOR TABUNG TV BEKAS Pusat Sains dan Teknologi Akselerator, BATAN, Jalan Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb. Yogyakarta 55281 e-mail: b_darsono@batan.go.id ABSTRAK SUMBER ELEKTRON TIPE PIERCE MENGGUNAKAN SENSOR. Telah dilakukan

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL

PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL Suhartono, Sukidi -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK PENGUJIAN SISTEM VAKUM MESIN BERKAS ELEKTRON

Lebih terperinci

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan:

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan: KEMAGNETAN Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p Menghasilkan: Merasakan: Magnet Batang Kutub sejenis

Lebih terperinci

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2 SOAL SOAL TERPILIH 1 1. Sebuah kumparan mempunyai 50 lilitan dalam waktu 0,02 s kumparan dimasuki fluks 310 mwb, yang kemudian turun hingga 100 mwb. Berapakah GGL induksi rata rata yang dibangkitkan oleh

Lebih terperinci

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 20. KEMAGNETAN...2 20.1 Magnet dan Medan Magnet...2 20.2 Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet...2 20.3 Gaya Magnet...4 20.4 Hukum Ampere...9 20.5 Efek Hall...13 20.6 Quis

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA)

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA) LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN PROGRAM SP4 Tahun anggaran 004 RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA) Oleh: Agus Purwanto Slamet MT Sumarna

Lebih terperinci

BAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya.

BAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya. BAB III MAGNETISME Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya. Magnetisme (kemagnetan) tercakup dalam sejumlah besar operasi alat listrik, seperti

Lebih terperinci

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012 PTUNJUK UMUM SMA T AL-NAA SLAMC OARDNG SCHOOL UJAN AKHR SMSTR GANJL TAHUN AJARAN 2011/2012 LMAR SOAL Mata Pelajaran : isika Pengajar : Harlan, S.Pd Kelas : X Hari/Tanggal : Senin/26 Desember 2011 AlokasiWaktu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Pada peneliatian ini langkah-langkah yang dilakukan mengacu pada diagram alir di bawah ini: Mulai Persiapan Alat dan Bahan Menentukan Sudut Deklinasi,

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Arum Sekar 1, Suprapto 2, Fuad Anwar 3 1 Universitas

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Fluks medan magnet dari partikel yang bergerak.

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Fluks medan magnet dari partikel yang bergerak. Bab II Teori Dasar Salah satu hal utama dalam penelitian tugas akhir ini adalah magnet induksi yang digunakan sebagai aktuator pada sistem steel ball magnetic levitation. Dalam bab ini akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) Cahaya

Fisika Umum (MA 301) Cahaya Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini (minggu 11) Cahaya Cahaya adalah Gelombang Elektromagnetik Apa itu Gelombang Elektromagnetik!!! Pendahuluan: Persamaan Maxwell Listrik dan magnet awalnya dianggap sebagai

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. Setelah mempelajari topik ini Anda dapat :

KEMAGNETAN. Setelah mempelajari topik ini Anda dapat : KEMAGNETAN a. Tujuan kegiatan pembelajaran Setelah mempelajari topik ini Anda dapat : Menjelaskan medan magnet yang mengelilingi sebuah magnet. Menjelaskan bagaimana sebuah batang besi dibuat magnet dengan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII BAHAN AJAR 4 Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII GAYA LORENTZ Pada percobaan oersted telah dibuktikan pengaruh arus listrik terhadap kutub magnet, bagaimana pengaruh kutub magnet terhadap arus listrik

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam) Kumpulan Soal Fisika Dasar II Universitas Pertamina (16-04-2017, 2 jam) Materi Hukum Biot-Savart Hukum Ampere GGL imbas Rangkaian AC 16-04-2017 Tutorial FiDas II [Agus Suroso] 2 Hukum Biot-Savart Hukum

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII Nada-Nada Pipa Organa dan Dawai Soal No. 1 Sebuah pipa organa yang terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 300 Hz. Tentukan besar frekuensi dari

Lebih terperinci

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik V. Medan Magnet Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik Di tempat tersebut ada batu-batu yang saling tarik menarik. Magnet besar Bumi [sudah dari dahulu dimanfaatkan

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR Heri Sudarmanto, Untung Margono -BATAN, Babarsari, Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

MAGNET JARUM. saklar. Besi lunak. Sumber arus Oleh : DRS. BRATA,M.Pd. SMAN1 KRA. kumparan. lampu. kumparan

MAGNET JARUM. saklar. Besi lunak. Sumber arus Oleh : DRS. BRATA,M.Pd. SMAN1 KRA. kumparan. lampu. kumparan MAGNET JARUM Besi lunak saklar kumparan kumparan lampu Sumber arus Oleh : DRS. BRATA,M.Pd. SMAN1 KRA Jika arus listrik dapat menimbulkan medan magnet, apakah medan magnet juga dapat menimbulkan arus listrik?

Lebih terperinci

Kelas XII Semester 1

Kelas XII Semester 1 MEDAN MAGNET Kelas XII Semester 1 MEDAN MAGNET Standart Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi STANDART KOMPETENSI Kelas XII 2 Semester 1 Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-8 CAKUPAN MATERI 1. MAGNET 2. FLUKS MAGNETIK 3. GAYA MAGNET PADA SEBUAH ARUS 4. MUATAN SIRKULASI 5. EFEK HALL

Lebih terperinci

MAKALAH FISIKA. Tentang KEMAGNETAN/INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

MAKALAH FISIKA. Tentang KEMAGNETAN/INDUKSI ELEKTROMAGNETIK MAKALAH FISIKA Tentang KEMAGNETAN/INDUKSI ELEKTROMAGNETIK DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 ANGGOTA : 1. AMMASE.S 2. ALIYATARRAFI AH 3. ANNISWATI NURUL ISLAMI 4. ASRIANI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH

Lebih terperinci

Transducer merupakan suatu perangkat / alat yang dapat merobah suatu besaran menjadi besaran lain, atau sebaliknya.

Transducer merupakan suatu perangkat / alat yang dapat merobah suatu besaran menjadi besaran lain, atau sebaliknya. III. TRANSDUCER III.1. PENGERTIAN DAN MACAM TRANSDUCER Transducer merupakan suatu perangkat / alat yang dapat merobah suatu besaran menjadi besaran lain, atau sebaliknya. BESARAN NON LISTRIK TRANSDUCER

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

4. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 72 km/jam. Jarak yang ditempuh selama selang waktu 20 sekon adalah...

4. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 72 km/jam. Jarak yang ditempuh selama selang waktu 20 sekon adalah... Kelas X 1. Tiga buah vektor yakni V1, V2, dan V3 seperti gambar di samping ini. Jika dua kotak mewakili satu satuan vektor, maka resultan dari tiga vektor di atas adalah. 2. Dua buah vektor A dan, B masing-masing

Lebih terperinci

PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ

PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi April 2016. ISSN.1412-2960 PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ Salomo,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / I Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala dalam menyelesaikan masalah 1.1 gejala dan ciriciri secara umum.

Lebih terperinci

Mesin Arus Bolak Balik

Mesin Arus Bolak Balik Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id 1 Mesin Arus Bolak balik TE091403 Institut Teknologi Sepuluh Nopember August, 2012 Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id ACARA PERKULIAHAN DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

KETENTUAN MENGIKUTI PELAJARAN FISIKA : ^_^

KETENTUAN MENGIKUTI PELAJARAN FISIKA : ^_^ 1 KETENTUAN MENGIKUTI PELAJARAN FISIKA : ^_^ 1. ADA BUKU CATATAN & BUKU LATIHAN/PR 2. BUKU DISAMPUL DENGAN KERTAS EMAS / ASTURO / KARTON WARNA UNGU 3. PENAMPILAN COVER DEPAN BUKU SEPERTI GAMBAR BERIKUT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Oleh Endi Suhendi 2 Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan. Yogyakarta, 28 Agustus 2008

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan. Yogyakarta, 28 Agustus 2008 PROSIDING SEMINAR PENGUJIAN A W AL INSTALASI SISTEM VAKUM MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV /20 MA UNTUK INDUSTRI LATEKS Sukidi, Suhartono, Sutadi Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Abstrak PENGUJIAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sebuah generator magnet permanen fluks axial yang dirangkai dengan keluaran 1 fase. Cara kerja dari generator axial ini adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET

RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb Yogyakarta 55281 Email : rany@batan.go.id

Lebih terperinci

ANALISA UJI TRANSFORMATOR 350 V/20 A UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER

ANALISA UJI TRANSFORMATOR 350 V/20 A UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER 244 ISSN 0216-3128 Saefurrochman., dkk. ANALISA UJI TRANSFORMATOR 350 V/20 A UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER Saefurrochman dan Suprapto Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN,

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

PEMBUATAN RODA GIGI REDUKSI PEMUTAR VARIAK SISTEM TEGANGAN TINGGI MBE INDUSTRI LATEK

PEMBUATAN RODA GIGI REDUKSI PEMUTAR VARIAK SISTEM TEGANGAN TINGGI MBE INDUSTRI LATEK PEMBUATAN RODA GIGI REDUKSI PEMUTAR VARIAK SISTEM TEGANGAN TINGGI MBE INDUSTRI LATEK Bambang L, Subroto, Sukija, Suhartono -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK PEMBUATAN

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 62-68 ISSN 0216-7395 PERANCANGAN PARAMETER PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA TIPE ROTOR BELITAN UNTUK PENINGKATAN UNJUK KERJA Tejo Sukmadi Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007 1. Suatu segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat yang berbeda panjang 0,42 cm, lebar 0,5 cm. Maka luas segi empat tersebut dengan penulisan angka penting 2. adalah... A. 0,41 B. 0,21 C. 0,20

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Pokok ahasan Medan Magnetik Abdul Waris Rizal Kurniadi Noitrian Sparisoma Viridi Topik Pengantar Gaya Magnetik Gaya Lorentz ubble Chamber Velocity

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya.

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Medan Magnetik Muqoyyanah 1 KEMAGNETAN (MAGNETOSTATIKA) Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Cara membuat magnet;

Lebih terperinci

Medan Magnet oleh Arus Listrik

Medan Magnet oleh Arus Listrik Medan Magnet oleh Arus Listrik Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Medan Magnet oleh Arus Listrik 1 / 24 Materi 1 Hukum Biot-Savart

Lebih terperinci

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET 1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang tebalnya d mempunyai kapasitas C o. Ke dalam kapasitor ini dimasukkan dua bahan dielektrik yang masing-masing tebalnya d/2 dengan konstanta

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP

RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP DAFTAR ISI RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP 220 V / 5 KV, 0,5 A, 50 Hz... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.. Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... Error! Bookmark not defined. LEMBAR

Lebih terperinci

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) FISIKA II Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) Jika suatu kawat penghantar digerakkan memotong arah suatu medan magnetic, maka akan timbul suatu gaya gerak listrik pada kawat penghantar tersebut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat Penelitian Susunan peralatan yang akan digunakan pada penelitian alat konversi energi listrik mekanik dari laju kendaraan sebagai berikut: 1 2 8 9 3 4 7 5 6 Gambar 3.1.

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

PENGUJIAN TANGKI BERTEKANAN UNTUK SISTEM PEMERCEP AT PADA MBE LATEKS

PENGUJIAN TANGKI BERTEKANAN UNTUK SISTEM PEMERCEP AT PADA MBE LATEKS PROSIDING SEMINAR Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan PENGUJIAN TANGKI BERTEKANAN UNTUK SISTEM PEMERCEP AT PADA MBE LATEKS Sutadi, Suhartono, Toni Rahardjo, Sukidi ABSTRAKS PENGUJIAN TANGKI BERTEKANAN

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH ATAS

KUMPULAN SOAL SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH ATAS By: DR. Ibnu Mas ud KUMPULAN SOAL SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH ATAS A. OPTIKA FISIS 1. Jarak antara garis terang ke dua ke pusat pada percobaan Young adalah 4 mm. Jarak antara

Lebih terperinci

PREDIKSI 4. bergerak konstan selama 2 sekon. Grafik kecepatan terhadap t dari perjalanan orang tersebut yang benar adalah..

PREDIKSI 4. bergerak konstan selama 2 sekon. Grafik kecepatan terhadap t dari perjalanan orang tersebut yang benar adalah.. PREDIKSI 4 1. Perhatikan gambar hasil pengukuran tebal balok kayu dengan menggunakan Jangka Sorong dibawah ini. Hasil pengukuran tebal yang diperoleh adalah... A. 5,09 cm B. 5,19 cm C. 5,20 cm D. 5,29

Lebih terperinci

Lab Elektronika Industri Fisika 2 BAB 5 MAGNET

Lab Elektronika Industri Fisika 2 BAB 5 MAGNET BAB 5 MAGNET 1. MAGNET DAN MEDAN MAGNET Efek magnet telah diketahui dan dimanfaatkan manusia jauh sebelum mengenal listrik. Magnet mempunyai dua kutub yaitu kutub utara (U) dan selatan (S) atau NORTH dan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INTERLOK UNTUK OPERASI MBE LATEKS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER

RANCANG BANGUN SISTEM INTERLOK UNTUK OPERASI MBE LATEKS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER MBE LATEKS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER Taxwim, Slamet Santosa Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, Yogyakarta ABSTRAK MBE LATEKS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER. Telah dilakukan rancang bangun sistem

Lebih terperinci

medan flux...(1) tegangan emf... (2) besar magnetic flux ini adalah Φ dan satuannya Weber (Wb = T.m 2 ). Secara matematis besarnya adalah :

medan flux...(1) tegangan emf... (2) besar magnetic flux ini adalah Φ dan satuannya Weber (Wb = T.m 2 ). Secara matematis besarnya adalah : Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika? Ini cara yang efektif untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Jika seutas kawat tembaga diberi aliran listrik, maka di sekeliling

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com

drimbajoe.wordpress.com 1. Suatu bidang berbentuk segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, diperoleh panjang 5,45 cm, lebar 6,2 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah...

Lebih terperinci

TUGAS FISIKA DASAR 2

TUGAS FISIKA DASAR 2 TUGAS FISIKA DASAR 2 RANGKUMAN MAGNET Dosen Pengampu: Bachrun Sutrisno Ir. M.Sc. Oleh: Nama : RIFQI ARIGHI FAHMI NIM : 13522121 Kelas : B UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA A. Pengertian Magnet Magnet atau magnit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Q3-1 Large Hadron Collider (10 poin) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Pada soal ini, kita akan mendiskusikan mengenai fisika dari

Lebih terperinci

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar...

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar... Kumpulan Soal Latihan UN UNIT LISTRIK & MAGNET Gaya Coulomb, Energi & Potensial Listrik 1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar....

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Medan Magnet - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0301 Version: 2016-10 halaman 1 01. Medan magnet dapat ditimbulkan oleh: (1) muatan listrik yang bergerak (2) konduktor

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Permasalahan Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB) BATAN Yogyakarta sedang meneliti dan mengembangkan sistem pengukuran medan magnet untuk alat siklotron.

Lebih terperinci

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 ) No FISIKA 2015 TIPE C SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya yang setitik tangkap seperti pada gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. Besar resultan gayanya adalah. A. 60 N

Lebih terperinci

Induksi Elektromagnet

Induksi Elektromagnet Induksi Elektromagnet Fluks magnet Sebagaimana fluks listrik, fluks magnet juga dapat diilustrasikan sebagai banyaknya garis medan yang menembus suatu permukaan. n Fluks listrik yang dihasilkan oleh medan

Lebih terperinci

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN BAB III METODE PROSES PEMBUATAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya proses pembuatan dapur busur listrik, alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan dapur busur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik.

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik. KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN SITI MAESYAROH STKIP INVADA 2015 LISTRIK adalah adalah sesuatu yang memiliki muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron) yang mengalir melalui penghantar (konduktor)

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

DESAIN DAN KONSTRUKSI CORONG PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON

DESAIN DAN KONSTRUKSI CORONG PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON DESAIN DAN KONSTRUKSI CORONG PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON Suprapto, Sudjatmoko, Setyo Atmodjo, Sukaryono dan Sukidi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju, Batan ABSTRAK DESAIN DAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Air terjun setinggi 8 m dengan debit 10 m³/s dimanfaatkan untuk memutarkan generator listrik mikro. Jika 10% energi air berubah menjadi energi listrik dan g = 10m/s², daya keluaran generator listrik

Lebih terperinci