PENGUKURAN DISTRIBUSI MEDAN MAGNET SISTEM OPTIK MBE PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN DISTRIBUSI MEDAN MAGNET SISTEM OPTIK MBE PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI"

Transkripsi

1 Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. ISSN PENGUKURAN DISTRIBUSI MEDAN MAGNET SISTEM OPTIK MBE PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI Djoko S. Pudjorahardjo, Suprapto, Sukaryono, Rani Saptaaji Puslitbang Teknologi Maju, BATAN, Yogyakarta ABSTRAK PENGUKURAN DISTRIBUSI MEDAN MAGNET SISTEM OPTIK MBE PADA TAHAP PRA- KONSTRUKSI. Salah satu komponen penting mesin berkas elektron (MBE) yang telah dirancang bangun di Puslitbang Teknologi Maju BATAN Yogyakarta adalah sistem optik. Sistem optik pada MBE berfungsi untuk memandu berkas elektron sejak keluar dari sumber elektron hingga mencapai jendela MBE. Sistem optik yang telah dirancang bangun terdiri dari 3 komponen yaitu sistem pemfokus, sistem pengarah dan sistem pemayar. Pada tahap prakonstruksi MBE, perlu dilakukan pengukuran distribusi medan magnet pada ketiga komponen sistem optik tersebut. Pengukuran pada sistem pemfokus menunjukkan adanya nilai maksimum dari intensitas medan magnet di tengah sumbu sistem pemfokus yang nilainya 3,1 gauss untuk pemfokus I dan 48,5 gauss untuk pemfokus II. Pengukuran pada sistem pengarah menunjukkan distribusi intensitas medan magnet ke arah aksial di beberapa titik pada tampang lintang sistem pengarah tidak homogen. Intensitas medan magnet cukup besar di titik -titik dekat dinding tabung yaitu antara 150 hingga 160 gauss. Sedangkan di titik-titik lainnya intensitas medan magnet lebih kecil yaitu antara 125 hingga 135 gauss. Pengukuran pada sistem pemayar menunjukkan distribusi intensitas medan magnet ke arah aksial di beberapa titik pada tampang lintang sistem pemayar hampir homogen yaitu antara 100 hingga 110 gauss untuk titik-titik yang letaknya agak jauh dengan dinding tabung, dan antara 175 hingga 180 gauss untuk titiktitik yang letaknya dekat dengan dinding tabung. Sedangkan untuk titik-titik yang jaraknya 1 cm dari tepi tabung intensitas medan magnet mengalami kenaikan yang cukup signifikan. ABSTRACT MEASUREMENT OF MAGNETIC FIELD DISTRIBUTION OF EBM OPTICAL SYSTEM IN PRE- CONSTRUCTION PHASE. One of the important components of electron beam machine (EBM) designed and constructed at The R & D Center for Advanced Technology BATAN Yogyakarta is the optical system. The function of optical system in EBM is for guiding electron beam extracted from electron gun until it reach the EBM window. The optical system has three components i.e. focusing system, steering system and scanning system. In pre-construction phase it is necessary to measure the distribution of magnetic field of the three components of optical system. The measurement of focusing system shows that there is a maximum value of magnetic field intensity in the middle of focusing system. The values is 3.1 gauss for focusing system I and 48.5 gauss for focusing system II. The measurement of steering system shows that the axial distribution of magnetic field intensity at some points in the cross section is not homogenous. The magnetic field intensities are significantly high, i.e. between 150 and 160 gauss at the points near the wall. Whereas at the other points the magnetic field intensities are lower i.e. between 125 and 135 gauss. The measurement of scanning system shows that the axial distribution of magnetic field intensities for some points in the cross section are nearly homogenous, i.e. between 100 and 110 gauss for the points far from the wall, between 175 and 180 gauss for the points near the wall. Whereas for the points that are 1 cm from the edge of the tube the magnetic field intensities are significantly high. PENDAHULUAN M esin Berkas Elektron (MBE) adalah salah satu jenis akselerator untuk elektron. Sekarang sudah banyak negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, yang memanfaatkan teknologi MBE untuk

2 2 ISSN Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. berbagai keperluan seperti sterilisasi peralatan kedokteran, pengawetan makanan dalam kemasan, buah-buahan, proses crosslinking untuk meningkatkan mutu bahan karet alam, kabel, busa, dan lainlain, pengeringan dan pelapisan kayu lapis, penanganan gas -gas SOx dan NOx pada gas buangan pabrik, dan masih banyak lagi pemanfaatan MBE. [1,2,3] Saat ini BATAN telah mempunyai 2 buah MBE di P3TIR Pasar Jumat Jakarta, yaitu tipe EPS- 300 (300 kv/50 ma) buatan Jepang dan tipe GJ -2 (2 MV/10 ma) buatan Cina. Kedua MBE tersebut telah dimanfaatkan untuk proses radiasi karet alam, kabel dan kayu lapis. Dalam rangka untuk penguasaan teknologi MBE maka sejak Pelita VI pimp inan BATAN memutuskan perlunya dilakukan kegiatan litbang rancang bangun MBE 500 kv/20 ma di P3TM yang waktu itu masih bernama PPNY. Dalam litbang rancang bangun MBE tersebut dirancang dan dibuat sebagian besar komponen-komponen MBE baik dengan menggunakan bahan lokal maupun bahan impor [4]. Salah satu bagian dari MBE 500 kev/10 ma yang dirancang bangun adalah sistem optik. Sistem optik pada MBE berfungsi untuk memandu berkas elektron sejak keluar dari sumber elektron hingga keluar dari jendela (window) MBE untuk meradiasi suatu bahan. Pemanduan tersebut perlu dilakukan karena berkas elektron di dalam MBE cenderung menyebar (divergen) akibat adanya tumbukan dengan atom-atom gas yang masih tertinggal di dalam tabung hampa MBE, gaya tolak antar elek-tron di dalam berkas elektron, dan pengaruh medan listrik sistem. Prinsip kerja sistem optik sebagai pemandu berkas elektron adalah berdasarkan prinsip gaya Lorentz, yaitu gaya yang dialami oleh elektron yang bergerak melalui suatu medan magnet [5]. Kegiatan rancang bangun sistem optik MBE telah dimulai sejak tahun 1996/1997 dengan melakukan perhitungan atau perancangan untuk menentukan spesifikasi teknis sistem optik MBE, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bagianbagian sistem optik MBE berdasarkan spesifikasi teknis yang telah ditentukan, dan selanjutnya dilakukan karakterisasi untuk mengetahui kinerja bagian-bagian sistem optik yang telah dirancang bangun tersebut. Dalam makalah ini dibahas hasil pengujian distribusi medan magnet sistem optik MBE yang telah dirancang bangun dan tindak lanjut yang perlu dilakukan. TATAKERJA Komponen Sistem Optik MBE Sistem optik MBE yang telah dirancang bangun terdiri dari sistem pemfokus, sistem pengarah dan sistem pemayar. Di dalam MBE fungsi ketiga komponen sistem optik tersebut berbedabeda. Sistem pemfokus berfungsi untuk memfokuskan berkas elektron pada saat keluar dari sumber elektron supaya dapat masuk ke dalam tabung pemercepat elektron dan pada saat keluar dari tabung pemercepat elektron, sehingga dalam hal ini telah dibuat 2 buah sistem pemfokus. Sistem pengarah berfungsi untuk mengarahkan berkas elektron sedemikian rupa sehingga bergerak di sekitar sumbu optik MBE. Sedangkan sistem pemayar berfungsi untuk menyimpangkan berkas elektron ke arah kiri dan kanan sedemikian rupa sehingga berkas elektron dapat mengenai seluruh permukaan bahan yang diradiasi menggunakan berkas elektron [6]. Sistem pemfokus yang dirancang bangun meliputi sistem pemfokus I yang akan ditempatkan di depan tabung pemercepat untuk memfokuskan berkas elektron yang keluar dari sumber elektron dan sistem pemfokus II yang akan ditempatkan di belakang tabung pemercepat untuk memfokuskan berkas elektron yang keluar dari tabung pemercepat. Sistem pemfokus yang telah dirancang bangun adalah lensa magnetik dengan konstruksi yang cukup sederhana terdiri dari tabung hampa dengan flange di kedua ujungnya dan kumparan elektromagnet seperti ditampilkan pada Gambar 1. Besi pembungkus Tabung Hampa Elektromagnet Gambar 1. Skema lensa magnetik untuk sistem pemfokus berkas elektron. Sistem pengarah berfungsi untuk mengarahkan berkas elektron agar bergerak sepanjang sumbu optik MBE sesudah mengalami percepatan di dalam tabung pemercepat. Konstruksi sistem pengarah yang telah dirancang bangun terdiri

3 Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. ISSN dari tabung hampa dengan flange di kedua ujung tabung dan 2 pasang kumparan elektromagnet yang dipasang saling tegak lurus dan memotong sumbu tabung hampa seperti ditampilkan pada Gambar 2. A Gambar 2. Skema sistem pengarah berkas elektron (A = tabung hampa, B = kumparan elektromagnet). Sistem pemayar berfungsi untuk menyimpangkan berkas elektron sedemikian rupa sehingga berkas elektron dapat mengenai seluruh permukaan material yang diiradiasi. Untuk itu diperlukan medan magnet yang arahnya bolak balik. Oleh karena itu sistem pemayar yang dirancang berupa sepasang elektromagnet arus tukar yang dipasang memotong B B B sumbu optik MBE seperti yang ditampilkan pada Gambar 3. Bagian penting dari komponen-komponen sistem optik MBE tersebut di atas adalah kumparan elektroma gnet karena prinsip kerja dari komponenkomponen tersebut adalah berdasarkan adanya gaya Lorentz terhadap elektron yang bergerak melalui medan magnet. Dalam hal ini medan magnet dihasilkan oleh kumparan elektromagnet yang ada pada setiap komponen sistem optik MBE. Kumparan elektromagnet untuk sistem pemfokus dibuat melingkari tabung hampa sistem pemfokus (kumparan selenoid). Kumparan elektromagnet sistem pengarah terdiri dari 2 pasang yang disusun saling tegak lurus satu terhadap yang lain dan juga terhadap tabung hampa sistem pengarah. Baik kumparan sistem pemfokus maupun kumparan sistem pengarah adalah kumparan arus searah. Sedangkan kumparan elektromagnet sistem pemayar adalah kumparan arus tukar karena fungsinya untuk menghasilkan medan magnet bolak-balik yang akan menyimpangkan berkas elektron ke samping kiri dan kanan. Susunan kumparan elektromagnet ketiga komponen sistem optik MBE seperti ditampilkan pada Gambar 4. Sedangkan spesifikasi teknis sistem optik MBE adalah seperti pada Tabel 1.

4 4 ISSN Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. TABUNG HAMPA ELEKTROMAGNET CORONG PEMAYAR JENDELA PEMAYAR Gambar 3. Skema sistem pemayar berkas elektron. Tabel 1. Spesifikasi teknis sistem optik mesin berkas elektron 500 kev/10 ma yang terdiri dari sistem pemfokus I dan II, sistem pengarah dan sistem pemayar. Spesifikasi Teknis Pemfokus I Pemfokus II Pengarah Pemayar Panjang Tabung Hampa 250 mm 250 mm 320 mm 170 mm Diameter Tabung Hampa 100 mm 100 mm 100 mm 100 mm Panjang Kumparan 100 mm 100 mm 100 mm 100 mm Diameter Dalam Kumparan 108 mm 108 mm 108 mm 108 mm Diameter Luar Kumparan 113 mm 149 mm 142 mm 130 mm Lebar Celah Besi Pembungkus 25 mm 25 mm - -

5 Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. ISSN Tebal Besi Pembungkus 1 mm 1 mm - - Tebal Pertinek 3 mm 3 mm 3 mm 3 mm Diameter Kawat 1 mm 1 mm 1 mm 1 mm Tebal Kertas Isolasi 0,2 mm 0,2 mm 0,2 mm 0,2 mm Jumlah Lilitan Tahanan Kumparan 1,3 Ω 15 Ω 11 Ω 7,5 Ω Arus Maksimum 1 A 1 A 1 A 1 A Jarak Fokus 1 m (E=10 ev, I = 0,5 A) 1 m (E=1 MeV, I = 0,5 A) - - Penampang Elektromagnet mm mm Kuat Medan Magnet - - 0,017W /m 2 (I = 1 A) Sudut Pembelokan (U = 1MV, I = 0,5 A) 0,012W/m 2 (I = 1 A) 20 0 (U = 1MV, I = 0,5 A) Jarak Pemayar ke Jendela mm Panjang Jendela mm Lebar Jendela mm Frekuensi Arus Tukar Hz

6 6 ISSN Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. Sistem pemfokus Sistem pemayar Sistem pengarah Gambar 4. Susunan kumparan elektromagnet sistem optik MBE. Pengukuran Distribusi Medan Magnet Sistem Optik MBE Pengukuran distribusi medan magnet sistem optik MBE perlu dilakukan karena sistem optik MBE yang telah dirancang bangun menggunakan prinsip gaya Lorentz, di mana apabila elektron bergerak melalui suatu medan magnet akan meng-alami suatu gaya yang mempengaruhi arah gerak elektron tersebut. Pengukuran distribusi medan magnet tiap komponen sistem optik MBE dilakukan pada arah aksial, yaitu sepanjang sumbu kumparan elektromagnet tiap komponen sistem optik MBE menggunakan probe magnet (gaussmeter). HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Pemfokus Hasil pengukuran distribusi medan magnet sistem pemfokus ditampilkan pada Gambar 5a dan 5b. Secara ideal distribusi medan magnet di dalam sistem pemfokus yang terdiri dari kumparan elektromagnetik berbentuk selenoida adalah homo-gen dan merupakan medan magnet aksial seperti dinyatakan N I dengan persamaan B = µ 0 z di mana Bx L intensitas medan magnet aksial, µ o permeabilitas udara, N jumlah lilitan, I arus kumparan dan L panjang kumparan [6]. Tetapi kenyataan hasil pengukuran distribusi medan magnet sistem pemfokus yang telah dirancang bangun adalah seperti tertampil pada Gambar 5a untuk pemfokus I dan Gambar 5b untuk pemfokus II. Hasil tersebut memperlihatkan adanya nilai maksimum dari intensitas medan magnet pada suatu titik di dalam sistem pemfokus. Sepanjang arah aksial mulai dari pinggir kumparan ke dalam kumparan intensitas medan magnet membesar dan mencapai puncaknya kira-kira di tengah-tengah kumparan (panjang kumparan 10 cm). Sedangkan untuk posisi aksial di luar kumparan hasil pengukuran memperlihatkan

7 Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. ISSN bahwa intensitas medan magnet cukup kecil bila dibandingkan dengan intensitas medan magnet di dalam kumparan khususnya untuk arus kumparan di atas 2 A. Intensitas medan magnet yang terukur di luar daerah kumparan merupakan intensitas medan magnet pinggir yang terdiri dari komponen aksial dan radial. Dengan distribusi medan magnet seperti hasil pengukuran tersebut, maka tentu saja sifat pemfokusan dari sistem pemfokus yang dirancang bangun akan sedikit berbeda dari keadaan yang ideal. Gambar 5a. Hasil pengukuran distribusi medan magnet sistem pemfokus I. Gambar 5b. Hasil pengukuran distribusi medan magnet sistem pemfokus II.

8 8 ISSN Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. Sistem Pengarah Hasil pengukuran distribusi medan magnet sistem pengarah ditampilkan pada Gambar 6. Pengukuran distribusi medan magnet sistem pengarah dilakukan pada saat kedua pasang kumparan elektromagnet telah disusun menjadi sistem pengarah. Pada titik-titik tertentu sepanjang tabung hampa sistem pengarah medan magnet diukur pada arus kumparan tertentu. Titik-titik pengukuran pada tabung hampa seperti ditampilkan pada Gambar 7. Penampang lintang sistem pengarah dibagi menjadi 9 titik pengukuran dan dari masing-masing titik pengukuran tersebut dapat ditarik garis horisontal sejajar tabung sistem pengarah. Jarak antar titik pengukuran pada garis horisontal tersebut ditetapkan 1 cm. Dari hasil pengukuran distribusi medan magnet sistem pengarah seperti ditampilkan pada pada Gambar 6, intensitas medan magnet untuk tiap titik pengukuran tidak sama (tidak homogen). Pada titik-titik E, F, H dan I nilai intensitas medan magnet antara 150 hingga 160 gauss. Sedangkan pada titik-titik A, B, C, D dan G nilainya antara 125 hingga 135 gauss, yang berarti selisihnya cukup besar. Kalau dicermati titik-titik E, F, H dan I terletak di pinggir berdekatan dengan dinding tabung hampa yang terbuat dari bahan SS yang kemungkinan masih mengandung bahan-bahan yang bersifat feromagnetik, sehingga berpengaruh terhadap intensitas medan magnet di titik-titik yang letaknya berdekatan dengan dinding tabung tersebut. Sedangkan ketidakhomogenan intensitas medan magnet di setiap titik di dalam tabung sistem pengarah kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain adalah ketidakstabilan catudaya arus kumparan elektromagnet sistem pengarah, dan kualitas besi lunak untuk inti kumparan elektromagnet sistem pengarah yang kurang baik. Gambar 6. Hasil pengukuran distribusi medan magnet sistem pengarah. E D F B A C H G I

9 Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. ISSN Gambar 7. Titik-titik ukur pada pengukuran distribusi medan magnet sistem pengarah. Sistem Pemayar Hasil pengukuran distribusi medan magnet sistem pemayar ditampilkan pada Gambar 8. Pengukuran distribusi medan magnet sistem pemayar dilakukan pada saat kumparan elektromagnet telah disusun menjadi sistem pemayar. Pada titik-titik tertentu sepanjang tabung hampa sistem pemayar medan magnet diukur pada arus kumparan tertentu. Titik-titik pengukuran pada tabung hampa seperti pada Gambar 9. Penampang lintang tabung dibagi menjadi 15 titik pengukuran dan dari mas ing-masing titik pengukuran tersebut dapat ditarik garis horisontal sejajar dengan tabung sistem pemayar. Jarak antar titik pengukuran pada garis horisontal tersebut ditetapkan 1 cm. Gambar 8. Hasil pengukuran distribusi medan magnet sistem pemayar. K L M N O F G H I J A B C D E

10 10 ISSN Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. Gambar 9. Titik-titik ukur pada pengukuran distri - busi medan magnet sistem pemayar. Dari hasil pengukuran distribusi medan magnet sistem pemayar seperti ditampilkan pada Gambar 8 menunjukkan bahwa intensitas medan magnet untuk titik-titik B, C, D, F, G, H, I, J, L, M dan N hampir sama untuk jarak aksial 3 hingga 9 cm yaitu berkisar antara 100 hingga 110 gauss. Di luar jarak aksial tersebut intensitas medan magnet naik hingga sekitar 140 gauss pada posisi 1 cm dari tepi tabung sistem pemayar. Sedangkan pada titik-titik A, E, K dan O diperoleh intensitas medan magnet yang beragam dan nilainya lebih besar dari intensitas medan magnet pada titik-titik lainnya yaitu berkisar antara 175 hingga 215 gauss. Kalau dicermati titiktitik A, E. K dan O terletak di pinggir berdekatan dengan dinding tabung sistem pemayar yang terbuat dari bahan SS yang kemungkinan masih mengandung bahan-bahan yang bersifat feromagnetik sehingga berpengaruh terhadap intensitas medan magnet di titik-titik yang letaknya berdekatan dengan dinding tabung tersebut. KESIMPULAN Dari hasil pengukuran distribusi medan magnet komponen-komponen sistem optik MBE yang telah dirancang bangun dapat disimpulkan sebagai berikut: Distribusi medan magnet di dalam kumparan selenoid sistem pemfokus pada arah aksial tidak homogen tetapi terdapat suatu nilai maksimum kira-kira ditengah kumparan, yaitu 3,1 gauss pada arus kumparan 2,75 A untuk pemfokus I dan 48,5 gauss pada arus kumparan 2,3 A untuk pemfokus II. Distribusi medan magnet di dalam sistem pengarah pada arah aksial di beberapa titik pada tampang lintang sistem pengarah tidak homogen. Intensitas medan magnet cukup besar di titik-titik yang dekat dengan dinding tabung sistem pengarah yaitu antara 150 hingga 160 gauss. Sedangkan di titik-titik lainnya yang letaknya agak jauh dari dinding tabung sistem pengarah intensitas medan magnet lebih kecil yaitu antara 125 hingga 135 gauss. Distribusi medan magnet di dalam sistem pemayar pada arah aksial (terutama mulai jarak 2 cm dari kedua tepi tabung sistem pemayar ke dalam) di beberapa titik pada tampang lintang sistem pemayar hampir homogen. Di titik-titik yang letaknya dekat dinding tabung sistem pemayar intensitas medan magnet berkisar antara 175 hingga 180 gauss. Di titik-titik lainnya yang letaknya lebih jauh dari dinding tabung intensitas medan magnet berkisar antara 100 hingga 110 gauss. Sedangkan untuk titik-titik yang jaraknya 1 cm dari tepi tabung intensitas medan magnetnya naik cukup signifikan. Dengan distribusi medan magnet seperti yang diperoleh dari pengukuran tersebut maka perlu dikaji kembali penyebab ketidakhomogenan distribusi medan magnet pada tiap komponen sistem optik sebelum dilakukan konstruksi sistem optik pada sistem MBE secara keseluruhan. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada rekanrekan teknisi di Bidang Akselerator khususnya Sdr. Sumaryadi dan Suhartono yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan ini sehingga dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. DAFTAR PUSTAKA 1. SUZUKI, M., Recent Advances in High Energy Electron Beam Machine, Nissin High Voltage Co., Ltd., Proceeding of The Workshop on The Utilization of Electron Beams, JAERI (1990). 2. YAMAMOTO, S., Crosslinking of Wire and Cables With Electron Beams, Proceeding of The Workshop on The Utilization of Electron Beams, JAERI (1990). 3. CHMIELEWSKI, A. G., et. al., Industrial Demonstration Plant For Electron Beam Flue Gas Treatment, Radiat. Phys. Chem. Vol. 46, No. 4-6, pp (1995). 4. SUDJATMOKO, SUTADJI S., DARSONO, SUDIYANTO, Perancangan Mesin Berkas Elektron 500 kev/10 ma, Seminar Sehari Perancangan Mesin Berkas Elektron 500 kev/10 ma, PPNY-BATAN, Yogyakarta (1996). 5. SUTADJI S., DJOKO S. PUDJORAHARDJO, SUDJATMOKO, Perancangan Sistem Optik Mesin Berkas Elektron 500 kev/10 ma, Seminar Sehari Perancangan Mesin Berkas Elektron 500 kev/10 ma, PPNY-BATAN, Yogyakarta (1996). 6. DJOKO S. PUDJORAHARDJO, SUDJAT- MOKO, Perhitungan Sistem Optik Mesin

11 Djoko S. Pudjorahardjo, dkk. ISSN Berkas Elektron PPNY-BATAN, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, PPNY-BATAN, Yogyakarta (1997). TANYA JAWAB Sunardi Bagaimana sistem optik pada tabung pemercepat, karena tabung ini agak panjang, apakah berkas dari pemfokus I sampai pemfokus II tidak menyebar (dikawatirkan berkas tidak sampai pada pemfokus II). Pada kesimpulan point 1 medan magnet diperoleh sangat kecil, apakah medan ini dapat memfokus berkas elektron yang melewati. Djoko SP Pada tabung pemercepat berkas diarahkan oleh elektron-elektron tabung pemercepat sedemikian sehingga berkas dapat lolos dari tabung pemercepat dan sampai ke pemfokus II. Dari eksperimen dengan berkas elektron dari sumber elektron telah diperoleh efek pemfokus oleh pemfokus I. Sedangkan untuk pemfokus II belum, karena diperlukan kondisi berkas elektron setelah dipercepat. Anwar Budianto Membaca abstrak, nampaknya pengukuran belum disandarkan suatu hipotesis atau landasan prediksi (teori). Sejauh mana hasil pengukuran ini terhadap hipotesis yang diajukan? Djoko SP Untuk sistem pemfokus kita sudah tahu secara teori arah medan magnetnya. Hasil tersebut masih ada penyimpangan dari teori. Untuk sistem pengarah dan pemayar dimana kumparan elektromagnet terhadap sumbu optik, teorinya masih dipelajari sehingga belum dapat dibandingkan. Sudiyanto Apakah parameter fisis pada penyedia daya yang bisa merubah arah elektron yang bergerak (arus? tegangan?). Bila dapat dikendalikan apakah berada pada level ground atau level HV. Sensor magnetnya dalam orde mv? Djoko SP Parameter arus, yaitu untuk memberikan arus pada kumparan elektromagnet sistem optik. Level ground. Ya. Agus Purwadi Mengingat arah medan magnet yang terukur juga sebagai fungsi arah muatan berkas elektron (berubah). Apakah cara peletakan probe magnet juga telah disesuaikan? Djoko SP Arus medan magnet tidak sebagai fungsi arah muatan berkas elektron, sehingga probe magnet tidak perlu disesuaikan dengan arah muatan elektron, tetapi disesuaikan dengan arah medan magnet (apakah horisontal, vertikal, dll). Suwoto Dijelaskan bahwa pengukuran pada sistem pengarah distribusi intensitas medan magnet ke ara h aksial di beberapa titik pengukuran tidak homogen. Mengapa hal tersebut bisa terjadi. Mohon penjelasan. Dalam rancangan berapa nilai optimal yang diharapkan baik itu ukuran pemfokus maupun pengarah agar diperoleh nilai gauss yang sesuai dengan standarnya/dikehendaki. Djoko SP Ketidakhomogen tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa hal antara lain : Ketidakstabilan catu daya arus kumparan. Pengaruh dinding tabung yang terbuat dari bahan SS yang bersifat ferromagnetik sehingga dipengaruhi medan magnet. Ukuran pemfokus, pengarah dan pemayar dapat dilihat pada Tabel 1 pada makalah, termasuk medan magnet yang dikehendaki.

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA Rany Saptaaji, Sukaryono, Suhartono dan Sumaryadi, BATAN Jl. Babarsari POB 6101 Ykbb, Telp. (0274) 488435, Yogyakarta 55281 ABSTRAK UJI FUNGSI

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20 ma

OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20 ma OPTIMASI KINERJA OPERASI SISTEM PEMAYAR MBE LATEKS 300 kev/20 ma Darsono, Suhartono, Elin Nuraini, dan Sutadi Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Jl.Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb Yogyakarta 55281

Lebih terperinci

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. ANALISIS PENGARUH TEGANGAN EKSTRAKSI PADA SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev / 20 ma DI PSTA-BATAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Andy Saktia Warseno 1, Fuad Anwar 1,

Lebih terperinci

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma A. PENDAHULUAN Pada umumnya suatu instrumen atau alat (instalasi nuklir) yang dibuat dengan didesain atau direncanakan untuk dapat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS

IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS IDENTIFIKASI ARUS BERKAS ELEKTRON PADA PRA KOMISIONING MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) LATEKS Sukaryono, Rany Saptaaji, Suhartono, Heri Sudarmanto -BATAN, Yogyakarta Email : ptapb@batan.go.id ABSTRAK IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

OPTIMASI UJI KINERJA OPERASI PROTOTIP LITBANG MBE-PSTA PADA 200 KEV

OPTIMASI UJI KINERJA OPERASI PROTOTIP LITBANG MBE-PSTA PADA 200 KEV Darsono, dkk. ISSN 0216-3128 7 OPTIMASI UJI KINERJA OPERASI PROTOTIP LITBANG MBE-PSTA PADA 200 KEV Darsono, Suprapto, Rany Saptaaji, Elin Nuraini Bidang Fisika Partikel, PSTA_BATAN e-mail:b_darsono@batan.go.id

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Medan Magnet - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET A. Medan Magnet 1. Medan Magnet oleh arus listrik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TRANSFORMATOR 7,2 V/200 A SEBAGAI CATU DAYA FILAMEN TABUNG TRIODA ITK 15-2 PADA GENERATOR COCKCROFT WALTON MBE LATEKS 300keV/20 ma

RANCANG BANGUN TRANSFORMATOR 7,2 V/200 A SEBAGAI CATU DAYA FILAMEN TABUNG TRIODA ITK 15-2 PADA GENERATOR COCKCROFT WALTON MBE LATEKS 300keV/20 ma RANCANG BANGUN TRANSFORMATOR 7,2 V/200 A SEBAGAI CATU DAYA FILAMEN TABUNG TRIODA ITK 15-2 PADA GENERATOR COCKCROFT WALTON MBE LATEKS 300keV/20 ma Untung Margono dan Heri Sudarmanto -BATAN, Yogyakarta Email

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS

RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS Volume 13, Januari 2012 ISSN 1411-1349 RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS Sutadi, Saefurrochman, Suprapto Pusat Teknologi

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter maksimum dari pengukuran benda di atas adalah. A. 2,199 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,320 cm E. 2,375 cm 2.

Lebih terperinci

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi ruang / daerah di sekitar magnet dimana benda-benda magnetik yang diletakkan di daerah ini masih dipengaruhi oleh magnet tersebut medan magnetik di sekitar kawat lurus berarus listrik medan magnetik di

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH ATAS

KUMPULAN SOAL SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH ATAS By: DR. Ibnu Mas ud KUMPULAN SOAL SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH ATAS A. OPTIKA FISIS 1. Jarak antara garis terang ke dua ke pusat pada percobaan Young adalah 4 mm. Jarak antara

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051 SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051 SUKARMAN, MUHTADAN Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta

Lebih terperinci

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar...

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar... Kumpulan Soal Latihan UN UNIT LISTRIK & MAGNET Gaya Coulomb, Energi & Potensial Listrik 1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar....

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ORBIT AWAL BERKAS PROTON PADA CENTRAL REGION SIKLOTRON

PERHITUNGAN ORBIT AWAL BERKAS PROTON PADA CENTRAL REGION SIKLOTRON ISSN 1411-1349 Volume 13, Januari 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Jln. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb Yogyakarta 55281 Email : pramudita@batan.go.id ABSTRAK. Telah dilakukan perhitungan

Lebih terperinci

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 20. KEMAGNETAN...2 20.1 Magnet dan Medan Magnet...2 20.2 Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet...2 20.3 Gaya Magnet...4 20.4 Hukum Ampere...9 20.5 Efek Hall...13 20.6 Quis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

DESAIN DAN KONSTRUKSI CORONG PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON

DESAIN DAN KONSTRUKSI CORONG PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON DESAIN DAN KONSTRUKSI CORONG PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON Suprapto, Sudjatmoko, Setyo Atmodjo, Sukaryono dan Sukidi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju, Batan ABSTRAK DESAIN DAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Arum Sekar 1, Suprapto 2, Fuad Anwar 3 1 Universitas

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII BAHAN AJAR 4 Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII GAYA LORENTZ Pada percobaan oersted telah dibuktikan pengaruh arus listrik terhadap kutub magnet, bagaimana pengaruh kutub magnet terhadap arus listrik

Lebih terperinci

PERCOBAAN e/m ELEKTRON

PERCOBAAN e/m ELEKTRON PERCOBAAN e/m ELEKTRON A. TUJUAN 1. Mempelajari sifat medan magnet yang ditimbulkan oleh kumparan Helmholtz.. Menetukan nilai e/m dengan medan magnet. B. PERALATAN 1. Seperangkat peralatan e/m. Sumber

Lebih terperinci

GAYA LORENTZ Gaya Lorentz pada Penghantar Berarus di dalam Medan Magnet

GAYA LORENTZ Gaya Lorentz pada Penghantar Berarus di dalam Medan Magnet GAYA LORENTZ A. Tujuan Percobaan 1 Mengamati adanya gaya Lorentz penghantar kawat lurus disekitar medan magnet 2 Menentukan arah gaya Lorentz dengan kaidah tangan kanan 3 Menghitung besarnya gaya Lorentz

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2009 Fisika

UN SMA IPA 2009 Fisika UN SMA IPA 009 isika Kode Soal P88 Doc. Version : 0-06 halaman 0. itria melakukan perjalanan napak tilas dimulai dari titik A ke titik B : 600 m arah utara; ke titik C 400 m arah barat; ke titik D 00 m

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR Heri Sudarmanto, Untung Margono -BATAN, Babarsari, Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN ULANGAN UB-1 KELAS XII

SOAL LATIHAN ULANGAN UB-1 KELAS XII SOAL LATIHAN ULANGAN UB-1 KELAS XII 2013-2014 Nama:...................... Kelas:....................... Kerjakan Soal-Soal Berikut Dengan benar! 1. Sebuah kompas yang diletakkan di dekat kawat listrik

Lebih terperinci

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA)

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA) LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN PROGRAM SP4 Tahun anggaran 004 RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA) Oleh: Agus Purwanto Slamet MT Sumarna

Lebih terperinci

C13 1 FISIKA SMA/MA IPA

C13 1 FISIKA SMA/MA IPA 1 1. Seorang siswa mengukur ketebalan suatu bahan menggunakan mikrometer sekrup. Ketebalan bahan adalah. A. (5,83±0,005) mm B. (5,83±0,01) mm C. (5,53±0,005) mm D. (5,53±0,01) mm E. (5,33±0,005) mm 2.

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

KETENTUAN MENGIKUTI PELAJARAN FISIKA : ^_^

KETENTUAN MENGIKUTI PELAJARAN FISIKA : ^_^ 1 KETENTUAN MENGIKUTI PELAJARAN FISIKA : ^_^ 1. ADA BUKU CATATAN & BUKU LATIHAN/PR 2. BUKU DISAMPUL DENGAN KERTAS EMAS / ASTURO / KARTON WARNA UNGU 3. PENAMPILAN COVER DEPAN BUKU SEPERTI GAMBAR BERIKUT

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Version : 0-06 halaman 0. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,8 mm (B) 4,90 mm (C) 4,96 mm (D) 4,98

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TP 2008/2009

UJIAN NASIONAL TP 2008/2009 UJIN NSIONL TP 2008/2009 1. aim mengukur diameter sebuah koin dengan menggunakan jangka sorong seperti pada gambar. esar diameter koin adalah. 1 2 a. 2,10 cm b. 1,74 cm c. 1,70 cm d. 1,25 cm e. 1,20 cm

Lebih terperinci

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012 PTUNJUK UMUM SMA T AL-NAA SLAMC OARDNG SCHOOL UJAN AKHR SMSTR GANJL TAHUN AJARAN 2011/2012 LMAR SOAL Mata Pelajaran : isika Pengajar : Harlan, S.Pd Kelas : X Hari/Tanggal : Senin/26 Desember 2011 AlokasiWaktu

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

2. Seorang siswa berlari di sebuah lapangan seperti pada gambar berikut ini.

2. Seorang siswa berlari di sebuah lapangan seperti pada gambar berikut ini. 1. Pada pengukuran benda dengan neraca ohauss, kedudukan skala diperlihatkan gambar berikut Hasil pengukuran benda tersebut adalah. A. 330 garm B. 334 gram C. 343 gram D. 430 gram E. 433 gram 2. Seorang

Lebih terperinci

PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL

PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL Suhartono, Sukidi -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK PENGUJIAN SISTEM VAKUM MESIN BERKAS ELEKTRON

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 2008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Name: UNSMAIPA2008FISP67 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,85

Lebih terperinci

UN SMA IPA Fisika 2015

UN SMA IPA Fisika 2015 UN SMA IPA Fisika 2015 Latihan Soal - Persiapan UN SMA Doc. Name: UNSMAIPA2015FIS999 Doc. Version : 2015-10 halaman 1 01. Gambar berikut adalah pengukuran waktu dari pemenang lomba balap motor dengan menggunakan

Lebih terperinci

FISIKA SMA MODUL. Tim Akademik - PT Rezeki Lancar Terus

FISIKA SMA MODUL. Tim Akademik - PT Rezeki Lancar Terus FISIKA MODUL SMA Tim Akademik - PT Rezeki Lancar Terus 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA PASAL 72 KETENTUAN PIDANA SANKSI PELANGGARAN 1. Barang siapa dengan sengaja

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Magnet Rudi Susanto 1

Magnet Rudi Susanto 1 Magnet Rudi Susanto 1 MAGNET Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis batu yang dapat menarik besi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2011 Fisika

UN SMA IPA 2011 Fisika UN SMA IPA 2011 Fisika Kode Soal Doc. Name: UNSMAIPA2011FIS999 Doc. Version : 2012-12 halaman 1 1. Sebuah benda bergerak dengan lintasan seperti grafik berikut : Perpindahan yang dialami benda sebesar.

Lebih terperinci

PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ

PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi April 2016. ISSN.1412-2960 PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ Salomo,

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 UJI SIFAT MAGNETIK PASIR BESI PANTAI DI KABUPATEN LUMAJANG MELALUI INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Alfi Firman Syah Program Studi Pendidiksn Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER alfisyah21@gmail.com Sudarti Program

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS Doc. Name: K13AR12FIS01UAS Version: 2015-11 halaman 1 01. Seorang pendengar A berada di antara suatu sumber bunyi S yang menghasilkan bunyi berfrekuensi f dan tembok

Lebih terperinci

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET 1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang tebalnya d mempunyai kapasitas C o. Ke dalam kapasitor ini dimasukkan dua bahan dielektrik yang masing-masing tebalnya d/2 dengan konstanta

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / I Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala dalam menyelesaikan masalah 1.1 gejala dan ciriciri secara umum.

Lebih terperinci

DESAIN PEMBUATAN DAN UJI COBA KUMPARAN HELMHOLTZ BERBENTUK LINGKARAN. Ginisa Ardiyani *, Erwin, Salomo

DESAIN PEMBUATAN DAN UJI COBA KUMPARAN HELMHOLTZ BERBENTUK LINGKARAN. Ginisa Ardiyani *, Erwin, Salomo DESAIN PEMBUATAN DAN UJI COBA KUMPARAN HELMHOLTZ BERBENTUK LINGKARAN Ginisa Ardiyani *, Erwin, Salomo Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru,

Lebih terperinci

PENGUKURAN BENTUK PROFIL BERKAS ELEKTRON DARI SUMBER ELEKTRON TIPE PIERCE MENGGUNAKAN SENSOR TABUNG TV BEKAS

PENGUKURAN BENTUK PROFIL BERKAS ELEKTRON DARI SUMBER ELEKTRON TIPE PIERCE MENGGUNAKAN SENSOR TABUNG TV BEKAS Pusat Sains dan Teknologi Akselerator, BATAN, Jalan Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb. Yogyakarta 55281 e-mail: b_darsono@batan.go.id ABSTRAK SUMBER ELEKTRON TIPE PIERCE MENGGUNAKAN SENSOR. Telah dilakukan

Lebih terperinci

Magnetostatika. Agus Suroso. Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung. 20 Februari 2017

Magnetostatika. Agus Suroso. Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung. 20 Februari 2017 Magnetostatika Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung 20 Februari 2017 Agus Suroso (FTETI-ITB) Magnetostatika 20 Feb 2017 1 / 28 Materi Definisi gaya Lorentz

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2013 Fisika

UN SMA IPA 2013 Fisika UN SMA IPA 2013 Fisika Kode Soal Doc. Name: UNSMAIPA2013FIS Doc. Version : 2013-05 halaman 1 01. Seorang siswa mengukur ketebalan buku menggunakan mikrometer sekrup yang ditunjukkan pada gambar. Hasil

Lebih terperinci

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi perubahan medan magnetik dapat menimbulkan perubahan arus listrik (Michael Faraday) Fluks magnetik adalah banyaknya garis-garis medan magnetik yang menembus permukaan bidang secara tegak lurus GGL induksi

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH (2011/2012) Sman 8 pekanbaru

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH (2011/2012) Sman 8 pekanbaru KISI-KISI UJIN SEKOLH (2011/2012) Sman 8 pekanbaru 1. Perhatikan gambar berikut. 5 6 7 Tentukan bacaan dari jangka sorong 0 Skala nonius 2. tentukan hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup seperti gambar

Lebih terperinci

2. Sebuah partikel bergerak lurus ke timur sejauh 3 cm kemudian belok ke utara dengan sudut 37 o dari arah timur sejauh 5 cm. Jika sin 37 o = 3 5

2. Sebuah partikel bergerak lurus ke timur sejauh 3 cm kemudian belok ke utara dengan sudut 37 o dari arah timur sejauh 5 cm. Jika sin 37 o = 3 5 1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Diameter minimum benda sebesar. A. 9,775 cm B. 9,778 cm C. 9,782 cm D. 9,785 cm E. 9,788 cm 2. Sebuah

Lebih terperinci

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar! Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat! Pilihlah jawaban yang benar!. Sebuah pelat logam diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasilnya ditampilkan pada gambar berikut. Tebal pelat logam... mm. 0,08 0.,0 C.,8

Lebih terperinci

3. Dari grafik di samping, pada saat t = 5 sekon, percepatannya adalah. a. 32 m/s 2 b. 28 m/s 2 c. 20 m/s 2 d. 12 m/s 2 e. 4 m/s 2

3. Dari grafik di samping, pada saat t = 5 sekon, percepatannya adalah. a. 32 m/s 2 b. 28 m/s 2 c. 20 m/s 2 d. 12 m/s 2 e. 4 m/s 2 1 5 6 0 5 Pengukuran dengan jangka sorong ditunjuk- kan seperti gambar di atas Hasil pengukuran dan banyaknya angka penting adalah a 5,04 cm dan 3 angka penting b 5,4 cm dan angka penting c 5,40 cm dan

Lebih terperinci

Magnetostatika. Agus Suroso. Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung. 23,24 Februari 2016

Magnetostatika. Agus Suroso. Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung. 23,24 Februari 2016 Magnetostatika Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung 23,24 Februari 2016 Agus Suroso (FTETI-ITB) Magnetostatika 23,24 Feb 2016 1 / 28 Materi Definisi gaya

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com

drimbajoe.wordpress.com 1. Suatu bidang berbentuk segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, diperoleh panjang 5,45 cm, lebar 6,2 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah...

Lebih terperinci

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan:

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan: KEMAGNETAN Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p Menghasilkan: Merasakan: Magnet Batang Kutub sejenis

Lebih terperinci

SMA/MA IPA kelas 12 - FISIKA IPA BAB 7 GAYA GERAK LISTRIK INDUKSILatihan Soal 7.1

SMA/MA IPA kelas 12 - FISIKA IPA BAB 7 GAYA GERAK LISTRIK INDUKSILatihan Soal 7.1 SMA/MA IPA kelas 12 - FISIKA IPA BAB 7 GAYA GERAK LISTRIK INDUKSILatihan Soal 7.1 1. Sebuah kumparan lawat dengan luas 50 cm 2 terletak dalam medan magnetik yang induksi magnetiknya 1,4 T. Jika garis normal

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

C15 FISIKA SMA/MA IPA

C15 FISIKA SMA/MA IPA 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. Hasil pengkuran jangka sorong di bawah adalah. A. (2,28±0,005) cm B. (2,28±0,01) cm C. (2,18±0,005) cm D. (2,18±0,01) cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya.

BAB I PENDAHULUAN. juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Secara kasat mata, induktor akan terlihat cukup sederhana. Bagaimanapun juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya. Dari berbagai

Lebih terperinci

PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015

PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015 PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015 Drs. Setyo Warjanto setyowarjanto@yahoo.co.id 081218074405 SK 1 Ind 1 Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak

Lebih terperinci

Hak Cipta 2014 Penerbit Erlangga

Hak Cipta 2014 Penerbit Erlangga 004-500-008-0 Hak Cipta 2014 Penerbit Erlangga Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang benar! 1. Skala mikrometer skrup ketika digunakan mengukur diameter bola kecil ditunjukkan

Lebih terperinci

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik V. Medan Magnet Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik Di tempat tersebut ada batu-batu yang saling tarik menarik. Magnet besar Bumi [sudah dari dahulu dimanfaatkan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER MEDAN SUDUT BELOK BERKAS ELEKTRON PENGARAH MBE 500 key/ 10 ma MAGNET DAN P ADA SISTEM ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN TEORI

PERHITUNGAN PARAMETER MEDAN SUDUT BELOK BERKAS ELEKTRON PENGARAH MBE 500 key/ 10 ma MAGNET DAN P ADA SISTEM ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN TEORI 124 ISSN 0216-3128 Aminus Salam, d/(k. PERHITUNGAN PARAMETER MEDAN SUDUT BELOK BERKAS ELEKTRON PENGARAH MBE 500 key/ 10 ma MAGNET DAN P ADA SISTEM Aminus Salam, Djoko SP P3TM -BATAN ABSTRAK PERHITUNGAN

Lebih terperinci

i : kuat arus listrik (A) a : jarak dari kawat berarus (m)

i : kuat arus listrik (A) a : jarak dari kawat berarus (m) INDUKSI MAGNETIK Hans Christian Oersted pada tahun 18 menemukan bahwa arus listrik dalam sebuah kawat penghantar dapat menghasilkan efek magnetik. Efek magnetik yang ditimbulkan oleh arus tersebut dapat

Lebih terperinci

PERSIAPAN UJIAN AKHIR NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR SOAL. Mata Pelajaran : Fisika. Kelas/Program : IPA.

PERSIAPAN UJIAN AKHIR NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 LEMBAR SOAL. Mata Pelajaran : Fisika. Kelas/Program : IPA. PERSIPN UJIN KHIR NSIONL THUN PELJRN 2008/2009 LEMR SOL Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Program : IP Waktu : 120 menit PETUNJUK UMUM 1. Tuliskan nomor dan nama nda pada Lembar Jawaban Komputer. 2. Periksa

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Q3-1 Large Hadron Collider (10 poin) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Pada soal ini, kita akan mendiskusikan mengenai fisika dari

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL SMA/MA

UJIAN NASIONAL SMA/MA UJIAN NASIONAL SMA/MA Tahun Pelajaran 200/20 Mata Pelajaran Program Studi : FISIKA (D3) : IPA MATA PELAJARAN Hari/Tanggal : Kamis, 2 April 20 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

1. Di bawah ini adalah pengukuran panjang benda dengan menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran ini sebaiknya dilaporkan sebagai...

1. Di bawah ini adalah pengukuran panjang benda dengan menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran ini sebaiknya dilaporkan sebagai... 1. Di bawah ini adalah pengukuran panjang benda dengan menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran ini sebaiknya dilaporkan sebagai... A. (0, ± 0,01) cm B. (0, ± 0,01) cm. (0,5 ± 0,005) cm D. (0,0 ± 0,005)

Lebih terperinci

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya.

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Medan Magnetik Muqoyyanah 1 KEMAGNETAN (MAGNETOSTATIKA) Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Cara membuat magnet;

Lebih terperinci

C17 FISIKA SMA/MA IPA

C17 FISIKA SMA/MA IPA 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. Diameter minimum dari pengukuran benda di bawahadalah. A. 2,085 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,290 cm E. 2,305 cm 1 2. Seorang

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK 2. Kegiatan Belajar 2 INDUKSI ELEKTROMAGNETIK a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini Anda dapat 1. Menjelaskan kaitan antara medan magnet dan arus listrik. 2. Menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1992

Fisika EBTANAS Tahun 1992 Fisika EBTANAS Tahun 1992 EBTANAS-92-01 Sebuah benda massanya 2 kg jatuh bebas dari puncak gedung bertingkat yang tingginya 100 m. Apabila gesekan dengan udara diabaikan dan g = 10 m s 2 maka usaha yg

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik.

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik. KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN SITI MAESYAROH STKIP INVADA 2015 LISTRIK adalah adalah sesuatu yang memiliki muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron) yang mengalir melalui penghantar (konduktor)

Lebih terperinci

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM PENDAHULUAN Magnet dalam teknologi terapan KEMAGNETAN Macam macam bentuk magnet Magnet batang, U bulat jarum 6.2 HUKUM COLUMB 6.3 PENGERTIAN MEDAN MAGNET Ruangan disekitar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sebuah generator magnet permanen fluks axial yang dirangkai dengan keluaran 1 fase. Cara kerja dari generator axial ini adalah

Lebih terperinci

PENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu?

PENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu? KEMAGNETAN PENGERTIAN Apakah magnet itu? Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian Magnet adalah benda-benda yang dapat menarik besi atau baja yang berada

Lebih terperinci